retinopati

14
MAKALAH RETINOPATI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Mata merupakan salah satu indera pada manusia yang berfungsi dalam penglihatan. Lebih dari setengah reseptor sensorik yang ada dalam tubuh manusia terletak di mata. Reseptor sensorik pada mata terdapat pada retina. Retina merupakan suatu struktur yang sangat kompleks dan sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Beberapa gangguan dapat terjadi pada retina, salah satunya adalah retinopati. Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa macam retinopati yang sering terjadi, antara lain retinopati diabetes, retinopati hipertensi dan retinopati prematuritas. B. Tujuan Umum Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Mengetahui definisi retinopati 2. Mengetahui etiologi retinopati 3. Mengetahui patofisiologi retinopati 4. Mengetahui manifestasi klinis retinopati AKBARIAN NOOR | PSIK FK UNLAM 2012 1

Transcript of retinopati

makalah Retinopati

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mata merupakan salah satu indera pada manusia yang berfungsi dalam penglihatan. Lebih dari setengah reseptor sensorik yang ada dalam tubuh manusia terletak di mata. Reseptor sensorik pada mata terdapat pada retina. Retina merupakan suatu struktur yang sangat kompleks dan sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual.

Beberapa gangguan dapat terjadi pada retina, salah satunya adalah retinopati. Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa macam retinopati yang sering terjadi, antara lain retinopati diabetes, retinopati hipertensi dan retinopati prematuritas.

B.Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1.Mengetahui definisi retinopati

2.Mengetahui etiologi retinopati

3.Mengetahui patofisiologi retinopati

4.Mengetahui manifestasi klinis retinopati

5.Mengetahui penatalaksanaan retinopatiBAB II

PEMBAHASAN

2.1 KlasifikasiA. Retinopati Diabetik

Retinopati Diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak.

Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami retinopati diabetik hanya bila ia telah

menderita lebih dari 5 tahun. Bila seseorang telah menderita DM lebih 20 tahun maka biasanya telah terjadi kelainan pada selaput jala / retina.

Retinopati diabetik sendiri dapat dibagi menjadi 2 :

Retinopati Diabetes non proliferatif / NPDR

Suatu mirkoangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus. Kebanyakan orang dengan NPDR tidak mengalami gejala atau dengan gejala yang minimal pada fase sebelum masa dimana telah tampak lesi vaskuler melalui ophtalmoskopi. Retinopati Diabetes Proliferatif / PDR

Merupakan penyulit mata yang paling parah ,karena retina yang sudah iskemik atau pucat tersebut bereaksi dengan membentuk pembuluhdarah baru yang abnormal (neovaskuler). Neovaskuler atau pembuluh darah liar ini merupakan ciri PDR dan bersifat rapuh serta mudah pecah sehingga sewaktu-waktu dapat berdarah kedalam badan kaca yang mengisi rongga mata, menyebabkan pasien mengeluh melihat floaters (bayangan benda-benda hitam melayang mengikuti penggerakan mata) atau mengeluh mendadak penglihatannya terhalang.

B. Retinopati Hipertensi

Retinopati Hipertensi (hypertensive retinopathy) adalah kerusakan pada retina akibat tekanan darah tinggi. Retinopati Hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerose pembuluh darah. Kelainan pembuluh darah ini dapat mengakibatkan kelainan pada retina yaitu retinopati hipertensi.Retinopati hipertensi dapat berupa perdarahan atau eksudat retina yang pada daerah makula dapat memberikan gambaran seperti bintang (star figure).

C. Retinopati Prematuritas Retinopati prematuritas adalah suatu retinopati vasoproliferatif yang mengenai bayi prematur dan bayi berat lahir rendah. Retina merupakan jaringan yang unik karena vaskularisasi baru terbentuk pada usia empat bulan setelah gestasi. Vaskularisasi retina akan lengkap atau sempurna pada usia 36 minggu atau sekitar 8 bulan pada bagian nasal dan 40 minggu atau sekitar 10 bulan pada bagian temporal. Vaskularisasi yang tidak lengkap atau inkomplit sangat rentan terhadap kerusakan akibat oksigen. 2.2 Deskripsi penyakit

A. Retinopati Diabetik

Retinopati Diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak. Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami retinopati diabetik hanya bila ia telah menderita lebih dari 5 tahun. Bila seseorang telah menderita DM lebih 20 tahun maka biasanya telah terjadi kelainan pada selaput jala / retina. Retinopati diabetes dapat menjadi agresif selama kehamilan, setiap wanita diabetes yang hamil harus diperiksa oleh ahli optalmologi/ dokter mata pada trimester pertama dan kemudian paling sedikit setiap 3 bulan sampai persalinan.

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah :a. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya (Maulana, 2008).

b. Virus dan Bakteri

Virus yang menyebabkan DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM (Maulana, 2008).

c. Bahan Toksin atau Beracun

Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel beta secara langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk dari sejenis jamur) (Maulana, 2008).

d. Asupan Makanan

Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan makanan, baik sebagai factor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang berlebihan merupakan factor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Salah satu asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya DM (Maulana, 2008).

e. Obesitas

Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya. lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini, 2009).

B. Retinopati hipertensi

Gejala awal yang dialami oleh penderitanya adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita Hipertensi, maupunpada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika Hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, dan gelisah.

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah : (a) Faktor genetik (tidak dapat dimodifikasi) :

1) Usia, hipertensi umumnya berkembang antara 35 55 tahun2) Etnis, etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena Hipertensi3) Keturunan, beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60% kasusHipertensi adalah diturunkan secara genetis.

(b) Faktor lingkungan (dapat dimodifikasi)

1) Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring dengan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.2) Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan.3) Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit jantung koroner. Peningkatan tekanan darah ditunjang oleh pemekatan darah dan penyempitan pembuluh darah perifer akibat dari kandungan bahan kimia, terutama gas karbon monoksida dan nikotin serta zat kimia lain yang terdapat didalam rokok.4) Kondisi penyakit lain, seperti diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah 2 kali lipat.2.3 Karakteristik dan Gejala klinis penyakit

A. Karakteristik 1. Retinopati Diabetik

Tubuh akan mengalami kegemukan,,baru terjadi setelah pasien mengalami diabetes yang berlangsung lama dan tidak terkendali.2. Retinopati Hipertensi

Klasifikasi Retinopati hipertensi menurut Scheie, sebagai berikut :

(1) Stadium I : terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil.(2) Stadium 2 : penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, Dengan penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh darah arteri tegang, membentuk cabang keras.(3) Stadium 3 : lanjutan stadium 2, dengan eksudat Cotton, dengan perdarahan yang terjadi akibat diastole di atas 120 mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan.(4) Stadium 4 : seperti stadium 3 dengan edema pupil dengan eksudat star figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastole kira-kira 150 mmHg.

B. Gejala Klinis 1. Retinopati Diabetik

(a) Kesemutan(b) Kulit terasa panas (wedangan) atau seperti tertusuk-tusuk jarum(c) Kram, mudah mengantuk, mata kabur(d) Rasa tebal dikulit sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau kasur(e) Gatal disekitar kemaluan , biasanya wanita(f) Gigi mudah goyah dan mudah lepas.(g) Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten(h) Pada Ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan berat badan lahir > 4 kg

2. Hipertensi

Gejala-gejala penyakit Hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita Hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika Hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, dan gelisah.2.3Patofisiologi

Retinopati diabetika merupakan mikroangiopati, sebagai akibat dari gangguan metabolik, yaitu defisiensi insulin dan hiperglikemi. Peningkatan gula darah sampai ketinggia tertentu, mengakibatkan keracunan sel-sel tubuh, terutama darah dan dinding pembuluh darah, yang disebut glikotoksisitas. Peristiwa ini merupakan penggabungan ireversibel dari molekul glukose dengan protein badan, yang disebut glikosilase dari protein.

Dalam keadaan normal glikosilase ini hanya sekitar 4-9%, sedang pada penderita diabetes mencapai 20%. Glikosilase ini dapat mengenai isi dan dinding pembuluh darah, yang secara keseluruhan dapat menyebabkan meningkatnya viskositas darah, gangguan aliran darah, yang dimulai pada aliran didaerah sirkulasi kecil, kemudian disusul dengan gangguan pada daerah sirkulasi besar dan menyebabkan hipoksi jaringan yang diurusnya. Kelainan-kelainan ini didapatkan juga di dalam pembuluh-pembuluh darah retina yang dapat diamati dengan melakukan :

1Fundus fluorescein angiography.2. Pemotretan dengan memakai film berwarna.

3. Oftalmoskop langsung dan tak langsung.

4.Biomikroskop (slitlamp) dengan lensa kontak dari Goldman.Mula-mula didapatkan kelainan pada kapiler vena, yang dindingnya menebal dan mempunyai afinitas yang besar terhadap fluoresein. Keadaan ini menetap untuk waktu yang lama tanpa mengganggu penglihatan. Dengan melemahnya dinding kapiler, maka akan menonjol membentuk mikroaneurisma. Mula-mula keadaan ini terlihat pada daerah kapiler vena sekitar makula, yang tampak sebagai titik-titik merah pada oftalmoskopi. Adanya 1-2 mikroaneurisma sudah cukup mendiagnosa adanya retinopati diabetika.2.4PenatalaksanaanTerapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser. Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik kebocoran. Penatalaksanaan yang paling utama untuk retinopati hipertensi adalah mengatasi hipertensi meliputi perubahan gaya hidup dan kombinasi dengan terapi medikamentosa yaitu obat-obatan antihipertensi. Penurunan tekanan darah diharapkan dapat mencegah perburukan yang disebabkan oleh kondisi iskemik yang dapat merusak nervus optikus.

Tatalaksana retinopati prematuritas antara lain dengan laser fotokoagulasi, agen intravitreal anti-VEGF (menggunakan bevacizumab), lens-sparing pars plana vitrectomy.BAB III

PENUTUPA.KESIMPULAN

Retinopati diabetik retinopati (kerusakan retina) yang disebabkan oleh komplikasi diabetes mellitus, yang akhirnya dapat menyebabkan kebutaan. Gangguan penglihatan semakin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea,pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral .akibatnya penglihatan kabur saat membaca atau melihat objek yang dekat dan objekyang lurus di depan mata. Retinopati Hipertensi (hypertensive retinopathy) adalah kerusakan pada retina akibat tekanan darah tinggi.Retinopati prematuritas adalah suatu retinopati vasoproliferatif yang mengenai bayi prematur dan bayi berat lahir rendah. Retina merupakan jaringan yang unik karena vaskularisasi baru terbentuk pada usia empat bulan setelah gestasi.DAFTAR PUSTAKA1. Djokomoeljanto R., Soetardjo, Harmadji, Darmojo R.B., Tajima N., Ikeda Y., Abe M., 1976. A Community Sutdy of Diabetes Mellitus in an Urban Population in Semarang, Indonesia, Socio Medical Conditions of Early Onset Diabetes as Observed in a Diabetes Clinic in Tokyo. P. 45-50, p. 62-68. Dalam S., Baba Y., Goto I., Fukui, Diabetes Mellitus in Asia. Excerpta Medica. Amsterdam.

2. David E. Schteingart. 1995. Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus dalam Patofisiologi. EGC, Hal. 1118-1119.

3. Daniel W. Foster. 2000. Diabetes Mellitus dalam Harrison Ilmu-ilmu Penyakit Dalam. Volume 5, EGC. Hal. 2212.

4. Greenspen F.S. and Baxter, J.D. 1994. Basic and Clinical Endocrinology. 4th ed. Connection: a Lange Medical Book. P 575-625.

5. Hollwich F. 1993. Ophtalmology. Edisi 2. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal. 233.

6. Kingham J.D. 1982. Diabetic Retinopathy: Recognition and Management dalam Management of Diabetes Mellitus. PSG Inc. London. P 209-244.

7. Michaelson I.C. 1980. Textbook of the Fundus of the Eye. Churchil Livingstone. New York. P 244-283.

8. Prof. dr. Sidarta Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI. 1998.

9. Vaughan D. and Ashbury T. 1995. Retinal Vascular Disease dalam General Ophtalmology. 24 ed. A Lange Medical Book. New York, p 199-203.

AKBARIAN NOOR | PSIK FK UNLAM 20129