RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA...

162
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT DINAS KEHUTANAN UPTD KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) MODEL GANDA DEWATA (UNIT XII) Jl. Ahmad Yani Mamuju 91151, email : [email protected] RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL GANDA DEWATA (UNIT XII) DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA PROVINSI SULAWESI BARAT DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL GANDA DEWATA (UNIT XI) MAMUJU, 2014

Transcript of RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA...

  • PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

    DINAS KEHUTANAN UPTD KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL)

    MODEL GANDA DEWATA (UNIT XII)

    Jl. Ahmad Yani Mamuju 91151, email : [email protected]

    RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

    KPHL MODEL GANDA DEWATA (UNIT XII)

    DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA

    PROVINSI SULAWESI BARAT

    DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL GANDA DEWATA (UNIT XI)

    MAMUJU, 2014

  • BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL GANDA DEWATA (UNIT XII)

    Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV

    Tahun 2015

  • HALAMAN JUDUL

    RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG

    KPHL MODEL GANDA DEWATA (UNIT XII) DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA

    PROVINSI SULAWESI BARAT

    Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :

    KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

    Nomor : SK. 7579/Menhut-II/Reg.4-1/2014

    Tanggal : 17 Desember 2014

  • vi

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    1. Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor : SK.799/Menhut-

    II/2009 menetapkan KPHL Ganda Dewata sebagai salah satu wilayah KPH di

    Provinsi Sulawesi Barat. Luas wilayah KPHL Ganda Dewata berdasarkan SK

    Menteri Kehutanan tersebut adalah 157.598, tersebar dua kabupaten dan

    tujuh kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Bonehau dan Kecamatan Kalumpang

    di Kabupaten Mamuju, dan (2) Kecamatan Tabulahan, Aralle, Bambang,

    Mamasa, dan Kecamatan Tabang di Kabupaten Mamasa.

    2. Menindaklanjuti penetapan wilayah KPHL Ganda Dewata, Gubernur Sulawesi

    Barat membentuk UPTD sebagai lembaga pengelola KPHL Ganda Dewata

    berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Barat No. 27 Tahun 2011 Jo.

    Peraturan Gubernur Sulawesi Barat No. 7e Tahun 2013 tentang

    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD KPH Ganda Dewata pada

    Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat. Dengan demikian, mengacu pada

    PP No. 44 Tahun 2004, tentang Perencanaan Kehutanan, maka

    pembangunan KPHL Ganda Dewata telah melewati dua tahapan yaitu

    tahapan pembentukan wilayah pengelolaan KPH dan tahapan strukturisasi

    yakni pembentukan institusi pengelola.

    3. Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis merupakan

    langkah penting, terutama untuk membantu menyusun program-program

    strategis bagi keberhasilan pengelolaan KPH. Visi pengelolaan KPHL Model

    Ganda Dewata adalah:“Menjadi KPHL yang tangguh mengelola hutan

    lindung secara mandiri dan lestari”. Sejalan dengan visi yang telah

    ditetapkan dan dengan memperhatikan kondisi obyektif areal KPHL Model

    Ganda Dewata, dirumuskan misi pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata

    sebagai berikut : (1) Membangun sinergi dan saling bekerjasama dalam

    pengelolaan hutan; (2) Mengelola areal KPHL Ganda Dewata sebagai

    kawasan penyangga bagi areal Taman Nasional Ganda Dewata;

    (3) Mengoptimalkan pengelolaan hutan dalam kerangka pemberdayaan

    ekonomi masyarakat, pembangunan ekonomi wilayah, dan pembangunan

    nasional.

  • vi

    4. Wilayah KPHL Ganda Dewata mempunyai arti penting dan nilai strategis bagi

    masyarakat Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamasa serta wilayah-

    wilayah di sekitarnya di Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan,

    karena wilayah KPHL merupakan catchment area DAS yang mempunyai

    fungsi hidroorologis penting. Kondisi kawasan hutan lindung yang sebagian

    besar (69,14%) masih berpenutupan hutan harus dijaga untuk mendapatkan

    fungsi lindung dan perlindungan lainnya dari areal KPHL Ganda Dewata.

    Demikian pula, kawasan hutan yang telah mengalami degradasi (sebesar

    30,86%) harus direhabilitasi untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan

    hutan yang terdegradasi tersebut.

    5. Pengelolaan KPHL Ganda Dewata diharapkan dapat mengatasi masalah-

    masalah pengelolaan hutan pada saat ini, khususnya masalah degradasi

    hutan. Kondisi yang diinginkan dicapai untuk jangka waktu sepuluh tahun

    ke depan (2014 – 2024) adalah, (1) meningkatnya fungsi kawasan hutan

    lindung, (2) optimalisasi produksi terpadu jasa lingkungan dan hasil hutan

    bukan kayu, (3) berlangsungnya proses suksesi hutan pada hutan sekunder,

    (4) meningkatnya peran masyarakat dalam pengelolaan hutan,

    (5) meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor kehutanan, serta

    (6) terkelolanya hutan sesuai kaidah-kaidah pengelolaan hutan lindung.

    6. Luas wilayah KPHL Ganda Dewata yang dialokasikan untuk dikelola sebagai

    blok inti adalah 17.008,93 ha, tersebar pada 8 (delapan) desa di Kabupaten

    Mamuju dan 5 (lima) desa di Kabupaten Mamasa. Areal Blok inti tersebut

    secara administrasi pemerintahan sebagian besar berada di Kabupaten

    Mamuju yakni seluas 12.716,9 ha atau sebesar 74,77%, sisanya berada di

    Kabupaten Mamasa. Blok inti di Kabupaten Mamuju sebagian besar

    (68,41%) berada di wilayah administrasi Desa Kinatang yakni seluas

    8.700,10 ha. Luas areal blok inti di Desa Kinatang merupakan setengah

    (51,15%) dari luas total areal blok inti KPHL Ganda Dewata.

    7. Luas wilayah KPHL Ganda Dewata yang dialokasikan untuk dikelola sebagai

    blok pemanfaatan adalah 38.322,42 ha, yang tersebar pada 8 (delapan)

    desa di Kabupaten Mamuju dan 17 (tujuh belas) desa di Kabupaten

    Mamasa. Areal Blok pemanfaatan tersebut secara administrasi pemerintahan

  • vi

    sebagian besar berada di Kabupaten Mamuju yakni seluas 24.306,07 ha

    atau sebesar 63,42% dari luas total blok pemanfaatan, sisanya berada di

    Kabupaten Mamasa.

    8. Blok Khusus di wilayah KPHL Ganda Dewata diarahkan pada desa-desa yang

    memiliki situs sejarah, yang akan dikelola untuk menampung kepentingan

    pelestarian sejarah serta dapat dikelola sebagai unit usaha wisata religi atau

    wisata alam. Hasil diskusi dengan parapihak yang terkait diketahui terdapat

    beberapa situs sejarah di wilayah KPHL Ganda Dewata yaitu: Situs Budaya

    Tabulahan, di Kabupaten Mamasa, Situs Kamasi di Kalumpang, Situs

    Palemba di Kalumpang. Situs-situs tersebut berada pada desa-desa di dalam

    wilayah KPHL Ganda Dewata.

    9. Pada areal KPHL Ganda Dewata, wilayah tertentu diarahkan pada kawasan

    hutan lindung yang berada di dalam blok pemanfaatan KPHL Ganda Dewata

    yang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai lahan usahatani

    tanaman semusim dan atau kebun. Pengelolaan usahatani tersebut kurang

    mendukung pencapaian tujuan pengelolaan KPHL Ganda Dewata. Oleh

    karena itu, manajemen KPHL Ganda Dewata perlu mengembangkan

    usahatani tersebut dengan pola-pola usahatani yang dapat mendamaikan

    antara tujuan manajemen oleh masyarakat dengan tujuan manajemen oleh

    KPHL Ganda Dewata.

    10. Wilayah tertentu di Kabupaten Mamuju sebagian besar berada di tiga

    wilayah desa yaitu Kondobulo, Desa Kinatang, dan Desa Karataun. Luas

    areal blok wilayah tertentu pada ketiga desa tersebut adalah 20.301,04 ha

    atau sebesar 86,63% dari luas total areal blok wilayah tertentu KPHL Ganda

    Dewata di Kabupaten Mamuju. Lebih dari setengah (58,52%) areal blok

    wilayah tertentu KPHL Ganda Dewata berada di Desa Kondobulo, Desa

    Kinatang, dan Desa Karataun.

    11. Konsep pengelolaan multi manfaat (multiple use management) adalah

    konsep pengelolaan yang tepat untuk mengelola areal KPHL Ganda Dewata.

    Konsep ini akan mengembangkan keterpaduan ekonomi, ekologi, dan sosial

    sesuai prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip-prinsip bisnis

    usaha pemanfaatan jasa lingkungan dan pemanfaatan hasil hutan bukan

  • vi

    kayu. Tiga strategi utama untuk mengimplementasikan konsep tersebut

    yaitu, (1) pengembangan sistem pengelolaan multi manfaat (multiple use

    management), (2) pengembangan unit usaha agroforestry, dan (3)

    pengembangan sistem pendukung. Strategi-strategi tersebut akan

    dijabarkan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pengelolaan yang akan

    dilaksanakan secara sequential dan multi tahun (multi years) serta

    mengarah kepada pengelolaan areal KPHL Ganda Dewata yang mandiri.

    12. Pada tahap awal operasionalisasi KPHL Ganda Dewata, hal yang paling

    penting dan mendesak dilakukan adalah pemantapan kawasan dan

    inventarisasi hutan. Pemantapan kawasan dilakukan melalui pemetaan

    secara partisipatif batas-batas wilayah KPHL serta pemetaan lokasi-lokasi

    aktivitas pemanfaatan hutan oleh masyarakat setempat di dalam wilayah

    KPHL Ganda Dewata. Kegiatan pemetaan partisipatif diikuti dengan kegiatan

    inventarisasi untuk mengetahui potensi hutan pada setiap blok. Hasil kedua

    kegiatan tersebut menjadi dasar menyusun rencana pengelolaan tahunan

    dan revisi blok KHPL Ganda Dewata.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan

    Karunia-Nya, sehingga Laporan Rencana Pengelolaan Hutan Lindung Jangka

    Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Ganda Dewata Provinsi

    Sulawesi Barat dapat diselesaikan sesuai rencana.

    Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun dari hasil tata hutan

    dan mengacu pada Rencana Kehutanan Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota

    serta memperhatikan aspirasi, nilai Budaya masyarakat setempat dan kondisi

    lingkungan. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang memuat unsur – unsur

    1) Tujuan yang akan dicapai 2) Kondisi yang dihadapi , 3) Strategi serta

    kelayakan pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan,

    pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,

    perlindungan hutan dan konservasi alam, dan 4) Arahan kegiatan

    pembangunan jangka panjang KPH.

    Penyusunan Dokumen RPJP ini bertujuan untuk memberikan pedoman

    dan acuan seluruh kegiatan pengelolaan hutan diwilayah KPH dan juga acuan

    dalam melakukan evaluasi proses pembangunan KPH, sehingga proses

    pembangunan KPH model dapat berjalan secara sistimatis dan terarah menuju

    pencapaian target pembangunan KPH

    Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

    telah membantu, sehingga terselesaikannya Buku RPJP KPHL Ganda Dewata

    Provinsi Sulawesi Barat.

    Makassar, Desember 2013

    Kepala KPHL Ganda Dewata,

    Ir. H. Fakhrudin HD

    NIP. 19620920 199403 1 003

  • xviii

    DAFTAR ISI

    Hal.

    LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………………… i

    PETA SITUASI ................................................................................... ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................... Viii

    DAFTAR TABEL .............................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .............................................................. 1

    B. Tujuan ......................................................................... 2

    C. Sasaran ........................................................................ 2

    D. Ruang Lingkup .............................................................. 2

    E. Batasan Pengertian ....................................................... 3

    II. DESKRIPSI KAWASAN

    A. Risalah Wilayah KPHL Model Ganda Dewata ..................... 5

    B. Potensi Wilayah KPHL Ganda Dewata …........................... 22

    C. Data Informasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan ...................................................................

    24

    D. Data Informasi Izin-izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan di Dalam Wilayah Kelola.........

    76

    E. Kondisi Posisi KPHL dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah .............................................

    77

    F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ........................ 81

    III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

    A. Visi dan Misi Pembangunan KPHL Model Ganda Dewata ... 88

  • xviii

    B. Tujuan Pembangunan KPHL Model Ganda Dewata .......... 88

    C. Capaian Utama yang Diharapkan .................................... 89

    IV. ANALISIS DAN PROYEKSI

    A. Analisis Sumberdaya Hutan .............................................. 90

    B. Proyeksi ........................................................................ 90

    V. RENCANA KEGIATAN

    A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Penataan Hutannya ......................................................................

    106

    B. Pemanfataan Hutan pada Wilayah Tertentu ...................... 108

    C. Pemberdayaan Masyarakat ............................................. 111

    D. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPH yang telah Ada Izin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan .............................................................

    114

    E. Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Izin ........ 115

    F. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang Sudah Ada Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutannya .............

    123

    G. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin ..............................................................

    123

    H. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait .............................................................................

    124

    I. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM ................... 126

    J. Penyediaan Pendanaan ................................................. 129

    K. Pengembangan Database ............................................... 130

    L. Rasionalisasi Wilayah Kelola ............................................. 133

    M. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali) ....... 135

    N. Pengembangan Investasi ............................................... 137

  • xviii

    VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN .................... 139

    A. Pembinaan ....................................................................... 139

    B. Pengawasan dan Pengendalian .......................................... 140

    VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................... 144

    VIII. PENUTUP ............................................................................. 148

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    No. Judul Tabel Hal.

    1. Sebaran Wilayah KPHL Ganda Dewata Berdasarkan Wilayah Administrasi Pemerintahan.................................................................

    6

    2. Sebaran Areal Blok Inti pada KPH Lindung Ganda Dewata…................. 10

    3. Kondisi Penutupan Lahan Blok Inti pada KPH Lindung Ganda Dewata............................................................................................

    11

    4. Sebaran Areal Blok Pemanfaatan pada KPH Lindung Ganda Dewata............................................................................................

    13

    5. Kondisi Penutupan Lahan Blok Pemanfaatan KPHL Ganda Dewata............................................................................................

    15

    6. Sebaran Areal Blok Wilayah Tertentu pada KPH Lindung Ganda Dewata…..........................................................................................

    18

    7. Kondisi Penutupan Lahan Blok Wilayah Tertentu KPHL Ganda Dewata............................................................................................

    19

    8. Sebaran Blok KPHL Model Ganda Dewata berdasarkan Wilayah Administrasi Kecamatan....................................................................

    21

    9. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Desa............................................................................

    28

    10. Jumlah Murid dan Rasio Guru per Murid.............................................. 28

    11. Sebaran Penggunaan Lahan berdasarkan Desa................................... 29

    12. Luas Tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Pangan……..................... 30

    13. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat………………….. 31

    14. Jumlah Ternak (dalam Ekor)………………………………………………………….. 32

    15. Sebaran Penggunaan Lahan Desa Kalumpang…………………………………. 45

    16. Luas Tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Pangan……………………….. 46

    17. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat………………….. 46

  • xviii

    18. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Desa………………………………………………………………………….

    51

    19. Jumlah Prasarana Pendidikan pada Desa Sampel ……………………………. 52

    20. Sebaran Penggunaan Lahan dan Persentasenya terhadap Luas Total Wilayah Desa ……………………………………………………………………………….

    52

    21. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Desa…………………………………………………………………………

    67

    22. Sebaran Penggunaan Lahan Desa Lambanan dan Desa Tondok Bakaru………………………………………………………………………………………….

    67

    23. Isu-Isu Strategis yang Terkait dengan Pembangunan KPHL Ganda Dewata………………………………………………………………………………………….

    82

    24. Konvergensi Kegiatan Pembangunan Kehutanan pada KPHL Ganda Dewata............................................................................................. 130

    25. Matriks Rencana Kegiatan Pengelolaan KPHL Ganda Dewata............... 136

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Gambar Hal.

    1. Siklus Rantai Kegiatan Manajemen Hutan Tingkat Tapak............................................................................................

    110

    2. Penataan Ruang Model Buffer Agroforestry…………………………………… 116

    3. Penataan Ruang Model Tersebar...................................................... 117

    4. Penataan Ruang Model Jalur............................................................ 117

    5. Pengaturan Letak dan Jarak Tanam pada Pola Agrisilviculture……….... 119

    6. Pengaturan Letak dan Jarak Tanam pada Pola Agrisilvopasture..............................................................................

    120

    7. Penataan Ruang Pertanaman Pola Hutan Tanaman Campuran/Hutan Serbaguna......................................................................................

    122

    8. Model Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder…….... 125

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan KPH di Provinsi Sulawesi Barat dimulai sejak Tahun 2007.

    Setelah melalui proses yang cukup panjang, maka pada tanggal 7 Desember

    2009, Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor : SK.799/Menhut-

    II/2009 menetapkan KPHL Ganda Dewata sebagai salah satu wilayah KPH di

    Provinsi Sulawesi Barat. Luas wilayah KPHL Ganda Dewata berdasarkan SK

    Menteri Kehutanan tersebut adalah 157.598, tersebar dua kabupaten dan tujuh

    kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Bonehau dan Kecamatan Kalumpang di

    Kabupaten Mamuju, dan (2) Kecamatan Tabulahan, Aralle, Bambang, Mamasa,

    dan Kecamatan Tabang di Kabupaten Mamasa. KPHL Ganda Dewata selanjutnya

    ditetapkan sebagai KPHL Model berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.

    441/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Wilayah KPHL Model Ganda Dewata

    yang direvisi dengan SK Menteri Kehutanan No. 726/Menhut-II/2012. Luas areal

    KPHL Model Ganda Dewata berdasarkan revisi SK menteri tersebut adalah

    54.284 ha. Revisi ini menyebabkan wilayah KPHL Ganda Dewata juga berkurang,

    khususnya di Kabupaten Mamasa dari lima kecamatan menjadi hanya tiga

    kecamatan yaitu Kecamatan Tabulahan, Kecamatan Tabang, dan Kecamatan

    Buntu Malangka.

    Menindaklanjuti penetapan wilayah KPHL Ganda Dewata, Gubernur

    Sulawesi Barat membentuk UPTD sebagai lembaga pengelola KPHL Ganda

    Dewata berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Barat No. 27 Tahun 2011 Jo.

    Peraturan Gubernur Sulawesi Barat No. 7e Tahun 2013 tentang Pembentukan

    Organisasi dan Tata Kerja UPTD KPH Ganda Dewata pada Dinas Kehutanan

    Provinsi Sulawesi Barat. Dengan demikian, mengacu pada PP No. 44 Tahun

    2004, tentang Perencanaan Kehutanan, maka pembangunan KPHL Ganda

    Dewata telah melewati dua tahapan yaitu tahapan pembentukan wilayah

    pengelolaan KPH dan tahapan strukturisasi yakni pembentukan institusi

    pengelola. Tahapan selanjutnya adalah operasionalisasi KPH.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 2

    Untuk mengakselerasi operasionalisasi KPHL Ganda Dewata,

    Kementerian Kehutanan memfasilitasi penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL

    Ganda Dewata sebagai salah satu tahapan di dalam mengoperasikan KPH.

    Fasilitasi ini merupakan salah satu wujud komitmen pemerintah untuk mencapai

    target beroperasinya 120 KPH sampai dengan Tahun 2014.

    B. Tujuan

    Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL Ganda Dewata bertujuan untuk:

    1. Mendeskripsikan potensi wilayah KPHL Ganda Dewata.

    2. Menyusun rencana kegiatan strategis pengelolaan KPHL Ganda Dewata yang

    akan menjadi acuan dalam pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan, dan

    sosial secara optimal.

    3. Mendeskripsikan sistem pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pada

    pengelolaan KPHL Ganda Dewata.

    C. Sasaran

    Sasaran Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL Ganda Dewata adalah

    terselenggaranya pengelolaan hutan yang efektif dan efisien berdasarkan

    prinsip-prinsip ekologi, sosial dan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan.

    D. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL Ganda Dewata

    adalah:

    1. Bab I berisi latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan

    pengertian

    2. Bab II berisi gambaran potensi biofisik, sosial ekonomi dan budaya pada

    wilayah KPHL Ganda Dewata

    3. Bab III berisi gambaran visi, misi, perubahan yang diharapkan terjadi

    serta capaian program pengelolaan KPHL Ganda Dewata

    4. Bab IV berisi analisis proyeksi pengelolaan KPHL Ganda Dewata

    5. Bab V berisi gambaran rencana pengelolaan KPHL Ganda Dewata

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 3

    6. Bab VI dan bab VII menguraikan mekanisme pembinaan, pengawasan dan

    pengendalian pengelolaan KPHL Ganda Dewata

    E. Batasan Pengertian

    1. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah

    untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

    2. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan

    rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan

    hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan

    konservasi alam.

    3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,

    mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe

    ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk

    memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.

    4. Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah rangkaian kegiatan

    pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumberdaya

    hutan dan lingkungannya secara lengkap.

    5. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan

    hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurung jangka

    panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana

    kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya

    masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan

    hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan

    lestari.

    6. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan

    hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau

    selama jangka benah pembangunan KPHL dan KPHP.

    7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan

    Hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional

    berbasis petak dan/atau blok

    8. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

    memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 4

    kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan

    adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

    9. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

    pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok

    kawasan hutan.

    10. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah

    pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat

    dikelola secara efisien dan lestari.

    11. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi selanjutnya disebut KPHK adalah

    KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari

    kawasan hutan konservasi

    12. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH

    yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan

    hutan lindung

    13. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH

    yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari kawasan

    hutan produksi.

    14. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL dan

    KPHP yang merupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin

    oleh Kepala Resort KPHL dan KPHP dan bertanggung jawab kepada Kepala

    KPHL dan KPHP.

    15. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah bagian dari wilayah

    KPHL dan KPHP yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas

    dan efisiensi pengelolaan.

    16. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit

    usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan

    silvikultur yang sama.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 5

    BAB II DESKRIPSI KAWASAN

    A. Risalah Wilayah KPHL Model Ganda Dewata

    1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah KPHL Ganda Dewata

    KPHL Model Ganda Dewata ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan

    No. 441/Menhut-II/2012 tanggal 9 Agustus 2012 seluas + 157.598 Ha seluruhnya

    merupakan kawasan hutan lindung (HL), terletak di Kabupaten Mamuju dan

    Kabupaten Mamasa.

    Berdasarkan hasil analisis yang merujuk pada SK Menteri Kehutanan No.

    726/Menhut-II/2012, luas areal KPHL Ganda Dewata menjadi 54.284 ha. Areal

    KPHL Ganda Dewata tersebar pada dua wilayah administrasi kabupaten yaitu

    Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamasa. Di Kabupaten Mamuju, wilayah KPHL

    Ganda Dewata tersebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Kalumpang dan

    Kecamatan Bonehau, sedangkan di Kabupaten Mamasa tersebar di tiga kecamatan

    yaitu Kecamatan Tabang, Kecamatan Tabulahan, dan Kecamatan Buntu Malangka.

    Sebaran wilayah KPHL Ganda Dewata secara rinci disajikan pada Tabel 1 dan

    lampiran peta.

    Tabel 1. Sebaran Wilayah KPHL Ganda Dewata berdasarkan Wilayah Administrasi

    Pemerintahan

    No. Kabupaten Kecamatan Desa Luas (ha)

    1. Mamuju Kalumpang Kalumpang 176,77

    Karataun 4.800,52

    Kondo Bulo 10.598,79

    Jumlah 1 15.576,08

    Bonehau Banu Ada 439,51

    Buttu Ada 3.120,43

    Kinantang 14.130,25

    Lumika 162,69

    Mappu 420,54

    Salu Tiwo 2.252,52

    Jumlah 2 20.525,94

    Luas Total Kabupaten Mamuju 36.102,02

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 6

    No. Kabupaten Kecamatan Desa Luas (ha)

    2. Mamasa Tabang Bakadisura 234,41

    Salukona 99,29

    Tado’kalua 2.248,08

    Jumlah 3 2.581,78

    Tabulahan Gandang Dewata 2.272,97

    Malatiro 611,25

    Periangan 1.746,76

    Peu 1.680,46

    Salu Bakka 1.842,43

    Salu Leang 1.578,03

    Tabulahan 2.142,79

    Telopak 737,12

    Tampak Kurra 989,46

    Jumlah 4 13.601,27

    Buntu Malangka Rante Berang 999,48

    Buntu Malangka 211,57

    Taora 688,61

    Jumlah 5 1.899,66

    Luas Total Kabupaten Mamasa 18.082,71

    Luas Total Wilayah KPHL Ganda Dewata 54.284,73

    Sumber: BPKH Wilayah VIII Makassar, 2013.

    Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah KPHL Ganda

    Dewata berada di Kabupaten Mamuju yaitu seluas 36.102,02 ha atau sebesar

    66,41%, sisanya berada di Kabupaten Mamasa. Keseluruhan areal tersebut adalah

    kawasan hutan lindung.

    2. Aksesibilitas Kawasan Hutan

    Wilayah KPHL Ganda Dewata dapat diakses dari dua arah, yakni melalui jalur

    Bonehau di Kabupaten Mamuju dan melalui jalur Mamasa di Kabupaten Mamasa.

    Dengan demikian pengelolaan KPHL Ganda Dewata diharapkan dapat mendukung

    percepatan pembangunan di kedua wilayah kabupaten tersebut.

    Perjalanan menuju wilayah KPHL Ganda Dewata dari Ibu Kota Propinsi

    Sulawesi Barat dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi seperti

    mini bus, truck dan sepeda motor, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam sampai ke

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 7

    batas desa terluar sebelum mencapai kawasan hutan. Melalui Kecamatan Bonehau

    untuk masuk ke wilayah desa terluar sebelum berjalan kaki menuju wilayah KPHL

    Ganda Dewata harus menyebrangi sungai yang dapat ditempuh menggunakan

    perahu motor sekitar 30 menit. Melalui desa terluar inilah kita harus berjalan kaki

    sekitar 4 jam dengan melalui sekitar 2 (dua) sungai besar dan 5 (lima) anak sungai

    untuk sampai di areal KPHL Ganda Dewata. Hal ini menggambarkan tingkat

    aksesibilitas yang relatif rendah untuk mencapai areal KPHL Ganda Dewata.

    3. Sejarah Wilayah KPHL Model Ganda Dewata

    Pembangunan KPH di Provinsi Sulbar dimulai Tahun 2007 melalui tahapan

    identifikasi terhadap kondisi obyektif kawasan hutan yang telah ditunjuk oleh

    Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui Keputusan Nomor : 890/Kpts-II/1999

    pada 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Majene, Polewali

    Mandar, dan Kabupaten Mamasa. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan

    dalam menetapkan batas penetapan wilayah antara satu KPH dengan KPH lainnya

    di Provinsi Sulbar, antara lain adalah: keadaan biofisik sumber daya hutan, batas

    DAS, keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, batas administrasi wilayah

    pemerintahan, batas kawasan hutan, batas-batas alam, serta kemungkinan

    pengembangan wilayah.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, pada tanggal 24 Juli 2007 di

    Mamuju telah diadakan pertemuan teknis antara Badan Planologi Kehutanan, Dinas

    Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat, Dinas-dinas Kabupaten yang mengurusi bidang

    kehutanan, UPT Kementerian Kehutanan, serta Tim Pakar dari Universitas

    Hasanuddin. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas penyusunan draft

    penetapan wilayah KPH yang dilanjutkan dengan konsultasi publik pada tanggal 28

    Desember 2007. Konsultasi publik tersebut diikuti oleh BPKH, instansi yang

    menangani kehutanan di 5 kabupaten, serta stakeholder lainnya yang terkait guna

    menghimpun masukan dalam menyusun rencana tindak (action plan)

    pembangunan KPH Provinsi Sulawesi Barat. Pada kedua pertemuan tersebut, telah

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 8

    disepakati bahwa seluruh kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Barat akan dibagi

    menjadi 11 (sebelas) wilayah KPH, yaitu: KPHL Malunda di Kabupaten Majene,

    KPHL Mamasa di Kabupaten Mamasa, KPHK Ganda Dewata di Kabupaten Mamasa-

    Kabupaten Mamuju, KPHP Karama di Kabupaten Mamuju, KPHK Kalumpang di

    Kabupaten Mamuju, KPHL Pasangkayu di Kabupaten Mamuju Utara, KPHL Lariang

    di Kabupaten Mamuju Utara, KPHL Sarudu di Kabupaten Mamuju Utara, KPHP

    Budong–Lebbo di Kabupaten Mamuju, KPHL di Karossa Kabupaten Mamuju, KPHL

    Mapilli di Kabupaten Polman. Hasil kesepakatan tersebut di atas, kemudian

    ditindaklanjuti dengan Usulan Penetapan Wilayah KPH melalui Surat Gubernur

    Sulawesi Barat Nomor : 522.2/001/I/Dishutbun tanggal 2 Januari 2008 kepada

    Menteri Kehutanan.

    Pada tanggal 1 sampai 5 Desember 2008, Dinas Kehutanan dan Perkebunan

    Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan kegiatan sosialisasi dan fasilitasi dalam

    rangka penyusunan Action Plan Pembentukan KPH dan Strukturisasi Kelembagaan

    KPH bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Peserta

    sosialisasi tersebut menyepakati untuk merevisi wilayah KPH yang telah disusulkan

    sebanyak 11 (sebelas) wilayah menjadi 13 (tiga belas) wilayah yaitu: KPHL

    Pasangkayu, KPHL Lariang, KPHL Sarudu, KPHL Karossa, KPHP Budong-Lebbo,

    KPHP Karama, KPHK (TSM) Kalumpang, KPHL Malunda, KPHL Mapilli, KPHP Mamasa

    Barat, KPHL Mamasa Tengah, MPHL Mamasa Timur, dan KPHK (BTN) Ganda

    Dewata. Revisi tersebut dilakukan karena adanya aspirasi dari Pemerintah

    Kabupaten Mamasa untuk membagi wilayah KPH Kabupaten Mamasa menjadi 3

    wilayah KPH, dengan mempertimbangkan kondisi, karakteristik, serta aksesibilitas

    wilayah Kabupaten Mamasa. Untuk itu Gubernur Sulawesi Barat melalui suratnya

    Nomor : 522.2/1175/XII/Dishutbun tanggal 9 Desember 2009 telah mengajukan

    Revisi Usulan Penetapan Wilayah KPH kepada Menteri Kehutanan.

    Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya Menteri Kehutanan

    melalui Keputusan Nomor : SK.799/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009,

    telah menetapkan 13 wilayah KPH Provinsi Sulbar dengan total luas ± 1.099.827

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 9

    ha yang terdiri atas KPHP sebanyak 3 Unit dengan luas total ± 379.153 ha,

    dan KPHL sebanyak 10 Unit dengan luas total ± 720.674 ha.

    KPHL Ganda Dewata ditetapkan sebagai KPHL Model berdasarkan SK Menteri

    Kehutanan No. 441/Menhut-II/2012 tentang Penetapan Wilayah KPHL Model Ganda

    Dewata yang direvisi dengan SK Menteri Kehutanan No. 726/Menhut-II/2012. Luas

    areal KPHL Ganda Dewata berdasarkan revisi SK menteri tersebut adalah 54.284

    ha.

    4. Pembagian Blok

    Pembagian blok dilakukan dengan memperhatikan karakteristik biofisik

    lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam,

    dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan

    kawasan hutan. Selain itu pembagian blok juga mempertimbangkan peta arahan

    pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional

    (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat

    Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL. Berdasarkan

    overlay dari peta kawasan hutan, RKTN, ijin penggunaan/pemanfaatan, akses jalan

    dan sungai, penutupan lahan, potensi, serta kondisi sosial dan budaya, wilayah

    KPHL Ganda Dewata dibagi blok-blok pengelolaan sebagai berikut:

    a). Blok Inti

    Blok Inti merupakan Blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan

    perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan. Blok ini diarahkan pada

    kawasan hutan yang tidak memiliki potensi jasa lingkungan, wisata alam, maupun

    potensi hasil hutan bukan kayu; relatif jauh dari pemukiman, sulit diakses serta

    areal-areal yang perlu direhabilitasi. Blok inti juga diarahkan pada sepajang kiri-

    kanan Sungai Karama.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 10

    Berdasarkan hasil interpretasi peta dan hasil konsultasi dengan pihak-pihak

    yang terkait diidentifikasi areal-areal kawasan hutan yang akan dikelola sebagai

    blok inti seperti disajiikan pada Tabel 2.

    Tabel 2. Sebaran Areal Blok Inti pada KPH Lindung Ganda Dewata

    No. Kabupaten Desa Luas (ha)

    Persentase (%)

    1.

    Mamuju

    Banuada 222,57 1,31

    2. Buttu Ada 2.416,66 12,41

    3. Kalumpang 177,10 1,04

    4. Karataun 542,72 3,19

    5. Kinantang 8.700,10 51,15

    6. Kondo Bulo 4,55 0,03

    7. Makkaliki 26,76 0,16

    8. Salutiwo 626,44 3,68

    Jumlah Kabupaten Mamuju 12.716,9 74,77

    1.

    Mamasa

    Gandang Dewata 1.237,13 7,27

    2. Periangan 940,55 5,53

    3. Saluleang 1.135,13 6,67

    4. Tabulahan 327,78 1,93

    5. Talopak 651,44 3,83

    Jumlah Kabupaten Mamasa 4.292,03 25,23

    Luas Total 17.008,93 100,00

    Luas wilayah KPHL Ganda Dewata yang dialokasikan untuk dikelola sebagai

    blok inti adalah 17.008,93 ha, tersebar pada 8 (delapan) desa di Kabupaten

    Mamuju dan 5 (lima) desa di Kabupaten Mamasa. Areal Blok inti tersebut secara

    administrasi pemerintahan sebagian besar berada di Kabupaten Mamuju yakni

    seluas 12.716,9 ha atau sebesar 74,77%, sisanya berada di Kabupaten Mamasa.

    Blok inti di Kabupaten Mamuju sebagian besar (68,41%) berada di wilayah

    administrasi Desa Kinatang yakni seluas 8.700,10 ha. Luas areal blok inti di Desa

    Kinatang merupakan setengah (51,15%) dari luas total areal blok inti KPHL Ganda

    Dewata. Kondisi penutupan lahan areal blok inti disajikan pada Tabel 3.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 11

    Tabel 3. Kondisi Penutupan Lahan Blok Inti pada KPH Lindung Ganda Dewata

    Kabupaten Desa Luas (ha)

    Penutupan Lahan

    Hutan Primer

    Hutan Sekunder

    PLKC Savana Semak Belukar

    Tubuh Air

    Sawah

    Mamuju

    Banuada 222.57 217.05 0.00 0.00 0.00 0.00 5.51 0.00

    Buttu Ada 2416.66 2279.78 24.03 58.57 0.00 45.15 9.13 0.00

    Kalumpang 177.10 0.00 0.00 0.00 177.10 0.00 0.00 0.00

    Karataun 542.72 0.00 0.00 0.00 452.46 90.26 0.00 0.00

    Kinantang 8700.10 6537.39 2129.01 0.00 0.00 0.00 33.71 0.00

    Kondo Bulo 4.55 0.00 0.00 0.00 0.00 4.55 0.00 0.00

    Makkaliki 26.76 0.00 0.00 0.00 26.76 0.00 0.00 0.00

    Salutiwo 626.44 194.29 432.15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa

    Gandang Dewata 1237.13 359.12 488.79 72.97 0.00 306.20 10.04 0.00

    Periangan 940.55 0.00 85.84 505.05 0.00 326.55 23.11 0.00

    Saluleang 1135.13 0.00 128.43 685.93 0.00 272.70 21.87 26.20

    Tabulahan 327.78 0.00 11.67 250.33 0.00 0.00 0.00 65.78

    Talopak 651.44 0.00 132.62 336.11 0.00 164.25 18.45 0.00

    Jumlah 17.008,93 9.587,64 3.432,53 1.908,97 656,32 1.209,67 121,82 91,98

    Penutupan lahan areal blok inti didominasi oleh hutan primer yaitu sebesar

    56,37% dari total areal blok inti. Di dalam areal blok inti terdapat penutupan lahan

    berupa pertanian lahan kering campur semak (PLKCS), savana, dan semak belukar

    seluas 3.774,96 ha atau sebesar 22,19% yang perlu direhabilitasi dan atau

    diperkaya tanamannya untuk meningkatkan fungsi blok inti sebagai perlindungan

    tata air dan perlindungan lainnya. Hal yang menarik dari data pada Tabel 3 adalah

    sebagai berikut:

    a. Penutupan vegetasi areal blok inti di Kabupaten Mamuju sebagian besar masih

    berupa hutan primer dan hutan sekunder, kecuali areal blok inti yang berada di

    Desa Kalumpang dan Desa Karataun semuanya telah mengalami degradasi

    dengan penutupan lahan berupa savana dan semak belukar. Areal blok inti di

    wilayah desa tersebut sudah seharusnya direhabilitasi untuk mendukung fungsi

    lindung dan fungsi perlindungan lainnya dari blok inti tersebut. Kondisi

    penutupan vegetasi yang masih didominasi dengan hutan primer memiliki

    potensi areal blok ijnti tersebut dikelola untuk tujuan pasar karbon (carbon

    trade).

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 12

    b. Areal blok inti yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Mamasa

    sebagain besar telah mengalami degradasi yakni seluas 2.920,09 ha atau

    sebesar 68,04% dari total luas areal blok inti di wilayah Kabupaten Mamasa.

    Penutupan vegetasi areal yang terdegradasi tersebut terdiri atas pertanian

    lahan kering campur semak seluas 1.850,39 ha, dan semak belukar seluas

    1.069,7 ha.

    c. Terdapat penggunaan lahan berupa sawah seluas 91,98 ha di dalam areal blok

    inti yang tersebar di dua wilayah desa yaitu Desa Saluleang dan Desa

    Tabulahan, Kabupaten Mamasa, yang perlu mendapat perhatian khusus agar

    penggunaan lahan berupa sawah tersebut tidak mengganggu fungsi lindung

    dan fungsi perlindungan lainnya pada areal blok inti.

    b). Blok Pemanfaatan

    Blok Pemanfaatan merupakan blok yang difungsikan sebagai areal yang

    direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.. Blok pemanfaatan di wilayah KPHL Ganda Dewata

    diarahkan pada desa-desa yang memiliki potensi jasa lingkungan dan wisata alam

    yang pada saat ini belum dikelola, dapat diakses dengan mudah, serta belum ada

    ijin pemanfaatan oleh pihak ketiga. Sebaran blok pemanfaatan pada areal KPHL

    Gadadewata disajikan pada Tabel 4.

    Luas wilayah KPHL Ganda Dewata yang dialokasikan untuk dikelola sebagai

    blok pemanfaatan adalah 38.322,42 ha, yang tersebar pada 8 (delapan) desa di

    Kabupaten Mamuju dan 17 (tujuh belas) desa di Kabupaten Mamasa. Areal Blok

    pemanfaatan tersebut secara administrasi pemerintahan sebagian besar berada di

    Kabupaten Mamuju yakni seluas 24.306,07 ha atau sebesar 63,42% dari luas total

    blok pemanfaatan, sisanya berada di Kabupaten Mamasa.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 13

    Tabel 4. Sebaran Areal Blok Pemanfaatan pada KPH Lindung Ganda Dewata

    No. Kabupaten Desa Luas

    (ha) Persentase (%)

    1.

    Mamuju

    Banuada 218,03 0,89

    2. Buttu Ada 710,83 2,92

    3. Karataun 5.087,12 20,93

    4. Kinantang 5.460,54 22,46

    5. Kondo Bulo 10.613,78 43,67

    6. Lumika 163,05 0,67

    7. Mappu 421,44 1,73

    8. Salutiwo 1.631,28 6,71

    Jumlah Kabupaten Mamuju 24.306,07 63,42

    1.

    Mamasa

    Bakadisura 234,82 2,44

    2. Buntu Malangka 212,22 1.51

    3. Gandang Dewata 1.042,04 7,43

    4. Lakahang Utama 7,21 0.05

    5. Lambanan 31,75 0,23

    6. Malatiro 613,02 4,37

    7. Periangan 811,25 5,78

    8. Peu 1.685,13 12,02

    9. Ranteberang 1.002,38 7,15

    10. Salubakka 1.847,93 13,18

    11. Salukona 237,68 1,70

    12. Saluleang 446,80 3,19

    13. Tabulahan 1.821,15 12,99

    14. Tado' Kalua 2.252,17 16,07

    15. Talopak 87,84 0,63

    16. Tampak Kurra 992,27 2,59

    17. Taora 690,68 4,93

    Jumlah Kabupaten Mamasa 14.016,35

    Luas Total 38.322,42

    Blok pemanfaatan di Kabupaten Mamuju sebagian besar berada di tiga wilayah

    desa yaitu Kondobulo, Desa Kinatang, dan Desa Karataun. Luas areal blok

    pemanfaatan pada ketiga desa tersebut adalah 21.161,44 ha atau sebesar 87,06%

    dari luas total areal blok pemanfaatan KPHL Ganda Dewata di Kabupaten Mamuju.

    Lebih dari setengah (55,22%) areal blok pemanfaatan KPHL Ganda Dewata berada

    di Desa Kondobulo, Desa Kinatang, dan Desa Karataun. Kondisi penutupan lahan

    areal blok pemanfaatan disajikan pada Tabel 5.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 14

    Tabel 5. Kondisi Penutupan Lahan Blok Pemanfaatan KPHL Ganda Dewata

    Kabupaten Desa Luas Total

    Penutupan Lahan

    Hutan

    Primer

    Hutan

    Sekunder PLK PLKC Savana

    Semak

    Belukar

    Tubuh

    Air Sawah

    Tanah

    Terbuka

    Mamuju

    Banuada 218.03 0.00 218.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Buttu Ada 710.83 206.56 380.35 0.00 102.18 0.00 21.74 0.00 0.00 0.00

    Karataun 5087.12 166.13 3270.98 825.01 0.00 0.00 825.01 0.00 0.00 0.00

    Kinantang 5460.54 3758.68 1300.04 0.00 384.01 0.00 0.00 17.82 0.00 0.00

    Kondo Bulo 10613.78 8485.39 1362.84 0.00 0.00 0.00 720.43 0.00 0.00 45.11

    Lumika 163.05 0.00 92.50 8.39 62.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mappu 421.44 0.00 178.47 16.73 1.08 118.58 106.58 0.00 0.00 0.00

    Salutiwo 1631.28 0.00 992.32 254.93 384.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa

    Bakadisura 234.82 0.00 10.84 76.95 0.00 0.00 147.03 0.00 0.00 0.00

    Buntu Malangka 212.22 0.00 0.00 17.36 172.69 0.00 19.99 0.00 2.17 0.00

    Gandang Dewata 1042.04 649.21 390.25 0.00 0.00 0.00 2.58 0.00 0.00 0.00

    Lakahang Utama 7.21 0.00 0.00 0.00 7.21 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Lambanan 31.75 0.00 31.75 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Malatiro 613.02 0.00 282.96 0.00 315.32 0.00 0.00 0.00 14.74 0.00

    Periangan 811.25 0.00 679.00 0.00 103.41 0.00 28.84 0.00 0.00 0.00

    Peu 1685.13 0.00 1033.91 0.00 601.92 0.00 49.30 0.00 0.00 0.00

    Ranteberang 1002.38 0.00 551.68 70.06 375.00 0.00 0.00 0.00 5.65 0.00

    Salubakka 1847.93 0.00 1202.49 0.00 619.80 0.00 0.00 0.00 25.64 0.00

    Salukona 237.68 0.00 0.00 0.00 138.21 0.00 99.47 0.00 0.00 0.00

    Saluleang 446.80 0.00 431.11 0.00 15.69 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Tabulahan 1821.15 0.00 1269.19 0.00 505.96 0.00 0.00 0.00 46.00 0.00

    Tado' Kalua 2252.17 0.00 815.96 0.00 1412.54 0.00 23.68 0.00 0.00 0.00

    Talopak 87.84 0.00 72.20 0.00 15.64 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Tampak Kurra 992.27 0.00 273.21 6.67 712.38 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Taora 690.68 0.00 443.05 0.00 243.43 0.00 0.00 0.00 4.20 0.00

    Jumlah 38.322,42 13.265,97 15.283,14 1.276,10 6.172,6 118,58 2.044,64 17,82 98,40 45,11

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 15

    c). Blok Khusus

    Blok Khusus merupakan Blok yang difungsikan sebagai areal untuk

    menampung kepentingan-kepentingan khusus yang ada di wilayah KPHL Ganda

    Dewata. Kriteria Blok ini antara lain: terdapat pemakaian wilayah kawasan hutan

    untuk kepentingan: religi, kebun raya, kawasan dengan tujuan khusus (KHDTK),

    atau wilayah adat/ulayat.

    Blok Khusus di wilayah KPHL Ganda Dewata diarahkan pada desa-desa

    yang memiliki situs sejarah, yang akan dikelola untuk menampung kepentingan

    pelestarian sejarah serta dapat dikelola sebagai unit usaha wisata religi atau

    wisata alam. Hasil diskusi dengan parapihak yang terkait diketahui terdapat

    beberapa situs sejarah di wilayah KPHL Ganda Dewata yaitu: Situs Budaya

    Tabulahan, di Kabupaten Mamasa, Situs Kamasi di Kalumpang, Situs Palemba di

    Kalumpang. Situs-situs tersebut berada pada desa-desa di dalam wilayah KPHL

    Ganda Dewata.

    Situs Purbakala Kalumpang adalah salah satu situs yang telah dikenal

    oleh masyarakat bukan hanya masyarakat Provinsi Sulawesi Barat, tetapi situs

    ini sudah dikenal pada level nasional bahkan internasional. Secara administrasi

    wilayah pemerintahah, situs Kalumpang terletak di Dusun Lebani dan Dusun

    Sokan, Desa Kondo Bulo, Kecamatan Kalumpang. Situs Kalumpang merupakan

    situs tertua di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, sebagai situs penting

    Austronesia neolitikum. Di masa lalu, Kalumpang dikenal sebagai dongeng

    tentang kesejahteraan yang didengar orang-orang Mamuju. Situs Kalumpang

    telah dikenal pada dunia internasional sejak dasawarsa 1930-an ketika seorang

    arkeolog dari Belanda mempublikasikan hasil penelitiannya tentang tinggalan

    dari masa prasejarah di Kalumpang. Di situs Kalumpang terdapat jejak

    peradaban manusia tertua di Sulawesi.

    d). Blok Wilayah Tertentu

    Mengacu kepada Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

    Nomor: P.47/Menhut-Ii/2013 Tentang Pedoman, Kriteria dan Standar

    Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 16

    Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, wilayah tertentu antara lain

    adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak

    ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya, berada di luar areal ijin

    pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Penyelenggaraan pemanfaatan

    hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung, dapat berupa:

    pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil

    hutan bukan kayu.

    Pada areal KPHL Ganda Dewata, wilayah tertentu diarahkan pada

    kawasan hutan lindung yang berada di dalam blok pemanfaatan KPHL Ganda

    Dewata yang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai lahan usahatani

    tanaman semusim dan atau kebun. Pengelolaan usahatani tersebut kurang

    mendukung pencapaian tujuan pengelolaan KPHL Ganda Dewata. Oleh karena

    itu, manajemen KPHL Ganda Dewata perlu mengembangkan usahatani tersebut

    dengan pola-pola usahatani yang dapat mendamaikan antara tujuan manajemen

    oleh masyarakat dengan tujuan manajemen oleh KPHL Ganda Dewata.

    Blok wilayah tertentu pada areal KPHL Ganda Dewata juga diarahkan

    pada desa-desa yang memiliki potensi untuk pengembangan hasil hutan bukan

    kayu seperti rotan dan damar serta jenis-jenis tanaman serbaguna

    (Miltipurpouse Tree Species = MPTS) seperti karet, sukun, durian, dan

    rambutan. Hasil interpretasi peta wilayah KPHL Ganda Dewata diidentifikasi

    areal-areal yang berpotensi untuk dikelola sebagai blok wilayah tertentu seperti

    disajikan pada Tabel 6. Luas wilayah KPHL Ganda Dewata yang dialokasikan

    untuk dikelola sebagai blok wilayah tertentu adalah 34.687,50 ha, yang tersebar

    pada 8 (delapan) desa di Kabupaten Mamuju dan 13 (tiga belas) desa di

    Kabupaten Mamasa. Areal Blok wilayah tertentu tersebut secara administrasi

    pemerintahan sebagian besar berada di Kabupaten Mamuju yakni seluas

    23.433,34 ha atau sebesar 67,56% dari luas total blok wilayah tertentu, sisanya

    berada di Kabupaten Mamasa.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 17

    Tabel 6. Sebaran Areal Blok Wilayah Tertentu pada KPH Lindung Ganda Dewata

    No. Kabupaten Desa Luas (ha)

    Persentase (%)

    1.

    Mamuju

    Banuada 215.11 0,92

    2. Buttu Ada 709.49 3,03

    3. Karataun 4234.08 18,06

    4. Kinantang 5456.41 23,28

    5. Kondo Bulo 10610.55 45,28

    6. Lumika 156.60 0,67

    7. Mappu 420.96 1,80

    8. Salutiwo 1630.14 6,95

    Jumlah Kabupaten Mamuju 23.433,34 67,56

    1.

    Mamasa

    Buntu Malangka 212.22 1,88

    2. Gandang Dewata 1042.04 9,26

    3. Lakahang Utama 7.21 0,06

    4. Malatiro 613.08 5,45

    5. Periangan 806.46 7,16

    6. Peu 1685.13 14,97

    7. Ranteberang 1002.21 8,90

    8. Salubakka 1847.93 16,42

    9. Saluleang 446.80 24,53

    10. Tabulahan 1821.30 16,18

    11. Talopak 87.28 0,78

    12. Tampak Kurra 991.83 8,81

    13. Taora 690.68 6,14

    Jumlah Kabupaten Mamasa 11.254,16 32,44

    Luas Total 34.687,50 100,00

    Blok wilayah tertentu di Kabupaten Mamuju sebagian besar berada di tiga

    wilayah desa yaitu Kondobulo, Desa Kinatang, dan Desa Karataun. Luas areal

    blok wilayah tertentu pada ketiga desa tersebut adalah 20.301,04 ha atau

    sebesar 86,63% dari luas total areal blok wilayah tertentu KPHL Ganda Dewata

    di Kabupaten Mamuju. Lebih dari setengah (58,52%) areal blok wilayah tertentu

    KPHL Ganda Dewata berada di Desa Kondobulo, Desa Kinatang, dan Desa

    Karataun. Kondisi penutupan lahan areal blok wilayah tertentu disajikan pada

    Tabel 7.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 18

    Tabel 7. Kondisi Penutupan Lahan Blok Wilayah Tertentu KPHL Ganda Dewata

    Kabupaten Desa Luas (ha)

    Penutupan Lahan

    Hutan Primer

    Hutan Sekunder

    PLK PLKC Savana Semak Belukar

    Tubuh Air

    Sawah Tanah

    Terbuka

    Mamuju Banuada 215.11 0.00 215.11 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamuju Buttu Ada 709.49 206.48 379.81 0.00 101.46 0.00 21.74 0.00 0.00 0.00

    Mamuju Karataun 4234.08 165.34 3240.02 0.00 0.00 0.00 824.98 3.74 0.00 0.00

    Mamuju Kinantang 5456.41 3758.64 1299.53 382.71 0.00 0.00 0.00 15.53 0.00 0.00

    Mamuju Kondo Bulo 10610.55 8483.51 1361.71 0.00 0.00 0.00 720.29 0.00 0.00 45.04

    Mamuju Lumika 156.60 0.00 89.32 8.39 58.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamuju Mappu 420.96 0.00 178.47 16.73 1.08 118.46 106.21 0.00 0.00 0.00

    Mamuju Salutiwo 1630.14 0.00 991.61 254.79 383.74 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Buntu Malangka 212.22 0.00 0.00 17.36 172.69 0.00 19.99 0.00 2.17 0.00

    Mamasa Gandang Dewata 1042.04 649.21 390.25 0.00 0.00 0.00 2.58 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Lakahang Utama 7.21 0.00 0.00 0.00 7.21 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Malatiro 613.08 0.00 282.96 0.00 315.33 0.00 0.00 0.00 14.79 0.00

    Mamasa Periangan 806.46 0.00 677.00 0.00 100.62 0.00 28.84 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Peu 1685.13 0.00 1033.91 0.00 601.92 0.00 49.30 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Ranteberang 1002.21 0.00 551.51 70.06 375.00 0.00 0.00 0.00 5.65 0.00

    Mamasa Salubakka 1847.93 0.00 1202.49 0.00 619.80 0.00 0.00 0.00 25.64 0.00

    Mamasa Saluleang 446.80 0.00 431.11 0.00 15.69 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Tabulahan 1821.30 0.00 1269.22 0.00 505.96 0.00 0.00 0.00 46.12 0.00

    Mamasa Talopak 87.28 0.00 72.01 0.00 15.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Tampak Kurra 991.83 0.00 273.21 6.67 711.94 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

    Mamasa Taora 690.68 0.00 443.05 0.00 243.43 0.00 0.00 0.00 4.20 0.00

    Jumlah 34.687,50 13.263,18 14.382,31 756,71 4.230,02 118,46 1.773,93 19,27 98.58 45,04

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 20

    Penutupan lahan areal blok wilayah tertentu KPHL Ganda Dewata di

    Kabupaten Mamuju didominasi oleh hutan primer dan hutan sekunder yakni seluas

    20.369,55 ha atau sebesar 86,92% dari luas total areal blok wilayah tertentu di

    Kabupaten Mamuju. Sedangkan penutupan lahan pada blok wilayah tertentu di

    Kabupaten Mamasa hanya seluas 649,21 ha (2,45%) hutan primer dan hutan

    primer tersebut hanya diidentifikasi pada Desa Gandang Dewata. Penutupan

    vegetasi berupa hutan sekunder seluas 6.626,72 ha atau sebesar 58,88%. Hutan

    sekunder pada blok wilayah tertentu di Kabupaten Mamasa diidentifiksadi pada

    seluruh desa, kecuali Desa Buntu Malangka dan Desa Lakahang Utama. Data pada

    Tabel 7 menunjukkan pula bahwa kawasan hutan pada blok wilayah tertentu di

    Kabupaten Mamasa telah mengalami degradasi sebesar 35,35% sedangkan di

    Kabupaten Mamuju sebesar 13,08%.

    Tujuan pengelolaan blok wilayah tertentu pada areal KPHL Ganda Dewata

    adalah melestarikan fungsi-fungsi lindung kawasan hutan dan meningkatkan

    kesejahteraan bagi masyarakat yang telah menggunakan areal kawasan hutan pada

    blok wilayah tertentu sebelum areal tersebut dikelola oleh manajemen KPHL Ganda

    Dewata. Oleh karena itu, masyarakat yang telah menggunakan kawasan hutan

    pada blok areal tertentu akan menjadi mitra pengelola KPHL Ganda Dewata untuk

    mengelola hasil hutan bukan kayu tersebut.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 21

    Tabel 8. Sebaran Blok KPHL Model Ganda Dewata berdasarkan Wilayah Administrasi Kecamatan

    No. Kabupaten Desa

    Luas Wilayah KPH pada Setiap Wilayah

    Administrasi Desa menurut Blok

    Inti Pemanfatan Wilayah

    Tertentu*)

    Banuada 222,57 218,03 215.11

    Buttu Ada 2.416,66 710,83 709.49

    Kalumpang 177,10 - -

    Karataun 542,72 5.087,12 4234.08

    Kinantang 8.700,10 5.460,54 5456.41

    Kondo Bulo 4,55 10.613,78 10610.55

    Makkaliki 26,76 - -

    Lumika - 163,05 156.60

    Mappu - 421,44 420.96

    Salutiwo 626,44 1.631,28 1630.14

    Jumlah Kabupaten Mamuju 12.716,90 24.306,07 23.433,34

    Bakadisura - 234,82

    Buntu Malangka - 212,22 212.22

    Gandang Dewata 1.237,13 1.042,04 1.042.04

    Lakahang Utama - 7,21 7.21

    Lambanan - 31,75 -

    Malatiro - 613,02 613.08

    Periangan 940,55 811,25 806.46

    Peu - 1.685,13 1685.13

    Ranteberang - 1.002,38 1002.21

    Salubakka - 1.847,93 1847.93

    Salukona - 237,68 -

    Saluleang 1.135,13 446,80 446.80

    Tabulahan 327,78 1.821,15 1821.30

    Tado' Kalua - 2.252,17 -

    Talopak 651,44 87,84 87.28

    Tampak Kurra - 992,27 991.83

    Taora - 690,68 690.68

    Jumlah Kabupaten Mamasa 4.292,03 14.016,35 11.254,16

    Luas Total 17.008,93 38.322,42 34.687,50

    Keterangan:*) Blok wilayah tertentu adalah blok pemanfaatan yang akan dikelola sendiri oleh lembaga pengelola KPHL Ganda Dewata bermitra dengan masyarakat

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 22

    Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa hampir seluruh areal blok

    pemanfaatan (90,51%) pada wilayah KPHL Ganda Dewata akan dikelola sendiri

    oleh lembaga pengelola KPHL Ganda Dewata sebagai blok wilayah tertentu. Di

    Kabupaten Mamuju sebesar 96,45% blok pemanfaatan akan dikelola sebagai blok

    wilayah tertentu, sedangkan di Kabupaten Mamasa sebesar 80,29%. Angka-angka

    tersebut menunjukkan pula bahwa seluas 34.687,50 ha atau sebesar 63,90% dari

    total luas areal KPHL Ganda Dewata (seluas 54.284 ha) akan dikelola bersama

    masyarakat sebagai blok wilayah tertentu. Namun demikian, data pada Tabel 8

    menunjukkan pula bahwa terdapat desa yang seluruh areal KPH di wilayah desa

    tersebut ditata sebagai blok inti seperti Desa Kalumpang dan Desa Makkaliki. Di

    kedua desa tersebut tidak terdapat blok pemanfaatan atau wilayah tertentu yang

    dapat memberikan akses kepada masyarakat mengelola hutan.

    B. Potensi Wilayah KPHL Ganda Dewata

    1. Potensi Jasa Lingkungan

    Wilayah KPHL Ganda Dewata memiliki potensi jasa lingkungan untuk dapat

    dikelola sebagai unit usaha KPH. Potensi tersebut terdiri atas potensi perdagangan

    karbon (carbon trade), potensi wisata alam, dan potensi pemanfaatan air dan

    aliran air.

    a. Potensi Perdagangan Karbon (carbon trade)

    Potensi ini dapat dikelola pada seluruh kawasan hutan yang berada di blok inti

    KPHL Ganda Dewata. Mengacu kepada hasil tata hutan pada pembahasan

    sebelumnya, luas blok inti adalah 17.008,93 ha. Kawasan hutan pada blok iti

    masih didominasi dengan penutupan hutan primer dan hutan sekunder yaitu

    seluas 13.020,17 ha atau sebesar 76,55% dari total areal blok inti. Di dalam

    areal blok inti terdapat pula penutupan lahan berupa pertanian lahan kering

    campur semak (PLKCS), savana, dan semak belukar seluas 3.774,96 ha atau

    sebesar 22,19% yang perlu direhabilitasi dan atau diperkaya tanamannya

    untuk meningkatkan fungsi blok inti sebagai perlindungan tata air dan

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 23

    perlindungan lainnya, serta mendukung pembangunan unit usaha perdagangan

    karbon.

    b. Potensi Wisata Alam

    Unit usaha jasa wisata alam yang berpotensi dikembangkan di wilayah KPHL

    Ganda Dewata adalah, (1) wisata air terjun di Hulu Sungai Kinatang, (2) wisata

    alam pendakian di Desa Tabulahan, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten

    Mamasa. Desa ini merupakan pintu masuk ke wilayah Taman Nasional Ganda

    Dewata, dan (3) wisata religi dan wisata budaya pada situs Situs Budaya

    Tabulahan, di Kabupaten Mamasa, Situs Kamasi di Kalumpang dan Situs

    Palemba di Kalumpang. Situs-situs tersebut berada pada desa-desa di dalam

    wilayah KPHL Ganda Dewata.

    c. Potensi Pemanfaatan Air dan Aliran Air

    Unit usaha pemanfaatan air yang berpotensi dikembangkan di wilayah KPHL

    Ganda Dewata adalah pemanfaatan air untuk produksi air kemasan di Desa

    Kinatang. Potensi air di desa ini cukup besar untuk dapat dikelola sebagai unit

    usaha air kemasan.

    2. Potensi Pengembangan HHBK

    Hasil hutan bukan kayu yang berpotensi untuk dikembangkan di wilayah

    KPHL Ganda Dewata adalah, rotan, damar, madu, getah, dan nilam. Hasil diskusi

    parapihak yang terkait telah ditentukan desa-desa yang telah diketahui memiliki

    potensi untuk dikelola sebagai unit usaha pengembangan hasil hutan bukan kayu

    adalah sebagai berikut:

    a. Pengembangan pengusahaan hasil hutan bukan kayu berupa rotan, dammar,

    madu di Desa Karataun, Desa Kinatang, Desa Putua Ada, Desa Banuada dan

    Desa Kondobulo.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 24

    b. Pengembangan pengusahaan hasil hutan bukan kayu berupa buah (MPTS),

    karet, dan nilam di Desa Kinatang, Desa Putua Ada, Desa Banuada, dan Desa

    Tabulahan

    c. Pengembangan pengusahaan hasil hutan bukan kayu berupa buah seperti

    kemiri melalui kegiatan pengayaan tanaman di Desa Kinatang, Hinua, Buttuada,

    dan Banuada.

    3. Potensi Pengembangan Agroforestry

    a. Pembangunan agroforestry pada areal eks transmigrasi di Desa Salutiwo,

    Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju. Pola agroforestry yang berpotensi

    dikembangkan di desa tersebut adalah agroforestry karet, durian, rambutan,

    dan sukun. Pada tahun 2013, manajemen KPHL Ganda Dewata telah

    melaksanakan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan dengan menanam

    tanaman MPTS seluas 20 ha, terdiri atas jenis karet sebanyak 10.000 batang,

    durian sebanyak 5.000 batang, rambutan sebanyak 2.500 batang, dan sukun

    sebanyak 2.500 batang.

    b. Pembangunan agroforestry melalui kegiatan rehabilitasi hutan pola hutan

    tanaman di Desa Kalumpang, Kecamatan Kalumpang. Pada tahun 2013,

    manajemen KPHL Ganda Dewata telah merehabilitasi kawasan hutan lindung

    seluas 120 ha dengan menanam jenis tanaman gmelina.

    C. Data Informasi Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan

    1. Kependudukan

    Secara administrasi pemerintahan wilayah KPHL Ganda Dewata berada

    di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Mamasa. Jumlah penduduk di Kabupaten

    Mamasa berdasarkan data Tahun 2005 sebanyak 121.307 orang, terdiri dari

    laki-laki sebanyak 62.510 orang dan perempuan 58.797 orang. Penduduk ini

    bermukim pada 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Mamasa dengan jumlah

    rumah tangga 27.968.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 25

    Sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju pada Tahun 2005

    adalah 283.528 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata pertumbuhan periode 2001-

    2005 tercatat sebesar 5,40. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

    meliputi laki-laki sebesar 146.837 jiwa dan perempuan sebesar 136.691 jiwa,

    dengan jumlah rumah tangga sebanyak 86.112. Jumlah penduduk terbesar

    terdapat di dua kecamatan yakni Kecamatan Mamuju sebesar 37.739 jiwa dan

    Kecamatan Kalukku sebesar 36.878 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan

    penduduk terkecil adalah Kecamatan Bonehau dengan jumlah penduduk sebesar

    7.439 jiwa.

    Jumlah kecamatan di Kabupaten Mamuju yang berbatasan langsung

    dengan areal KPHL Ganda Dewata sebanyak 2 kecamatan yaitu Kecamatan

    Bonehau dan Kalumpang. Sedangkan di Kabupaten Mamasa mencakup tiga

    Wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Tabulahan, Tabang, dan Buntu Malangka.

    2. Suku/Agama

    Mayoritas penduduk di Kabupaten Mamasa beragama Kristen Protestan

    yakni sebanyak 96.794 orang. Kristen Katolik berjumlah 2.101 orang, Islam

    sebanyak 22.992 orang, dan Hindu sebanyak 3.202 orang. Tempat peribadatan

    sudah cukup memadai yang tersebar diseluruh kecamatan. Gereja untuk umat

    Kristen Protestan sebanyak 403, Katolik sebanyak 26, dan untuk umat muslim

    tersedia masjid sebanyak 91 dan mushollah sebanyak 1 buah.

    Sedangkan di Kabupaten Mamuju, sekitar 86,03 % memeluk agama

    Islam, agama Kristen sebanyak 9,92 %, Katolik 1,27 %, Hindu 2,71 % dan

    Budha sekitar 0,07 persen. Agama Islam mendominasi di seluruh kecamatan di

    Kabupaten Mamuju kecuali Kecamatan Kalumpang dan Bonehau. Jumlah tempat

    ibadah yang terdapat di Kabupaten Mamuju yaitu Mesjid 448, Mushollah 54,

    Gereja 268, Pura 51 dan Vihara 2 buah. Perkembangan pembangunan di bidang

    spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 26

    3. Mata Pencaharian

    Mata Pencaharian masyarakat yang bermukim di wilayah KPHL Ganda

    Dewata pada umumnya adalah petani, dan sebagian lainnya bekerja sebagai

    peternak, pedagang atau tukang batu/kayu. Komoditi pertanian yang

    dikembangkan terdiri dari kakao, kopi, padi, kacang, jagung dan jenis komoditi

    pertanian lainnya. Selain itu masyarakat juga memperoleh penghasilan dari hasil

    hutan non kayu berupa rotan, damar, kemiri, aren dan madu. Sedangkan jenis

    ternak yang banyak diusahakan masyarakat didominasi oleh ternak sapi,

    kambing, kerbau dan ayam.

    Lahan persawahan sebagian besar merupakan sawah tadah hujan atau

    menggunakan pengairan non teknis. Sebagian besar lahan masyarakat yang

    berada di daerah pegunungan digunakan untuk areal kebun dan ladang. Hal ini

    disebabkan karena kondisi topografi yang relatif bergelombang sampai berbukit

    sehingga sebagian besar areal lebih cocok untuk kegiatan berkebun. Pola

    budidaya yang dikembangkan petani di kebun dan ladang belum banyak

    berkembang, umumnya masih mengandalkan dukungan alam dengan intensitas

    pemeliharaan yang rendah. Oleh karena itu diperlukan penyuluhan dan

    dukungan berbagai pihak untuk mengembangkan sistem usaha tani agar lebih

    produktif secara ekonomi dan ekologi.

    4. Sosial Budaya

    Pada bagian utara wilayah KPHL Ganda Dewata, yakni di Kecamatan

    Kalumpang terdapat situs budaya yang saat ini sedang dikaji oleh Balai

    Arkeologi Makassar bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Arkelogi Nasional Kementerian Kebudayaan dan Parawisata. Berdasarkan

    laporan sementara diperkirakan bahwa situs kalumpang dulu merupakan

    tempat pertama manusia di Sulawesi Selatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya

    bekas-bekas kebudayaan manusia yang ditemukan pada kedalaman 180 hingga

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 27

    290 cm. Diperkirakan bahwa lapisan tanah penimbun yang berketebalan antara

    150 cm sampai 2 meter tersebut, disebabkan karena banjir yang melanda

    Kalumpang 3.800 tahun yang lalu. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan,

    bahwa Kalumpang adalah pintu dari pesisir barat yang didatangi oleh ras

    Astronesia dan dihuni lebih dari satu abad. Ketika banjir, situs Kalumpang

    ditinggalkan oleh penghuninya ketika banjir, dan menyebar ke beberapa daerah

    dan membentuk etnik termasuk Toraja. Adanya situs kalumpang di wilayah

    KPHL Ganda Dewata akan semakin membuka peluang wisata budaya yang

    dikaitkan dengan wisata alam di wilayah KPHL Ganda Dewata sehingga dapat

    meningkatkan pendapatan daerah.

    5. Potensi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa-Desa di Sekitar Areal KPHL

    Ganda Dewata

    Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju

    Kegiatan Inventarisasi Sosial Budaya Masyarakat di Kecamatan Bonehau

    dilakukan pada 3 desa/kelurahan yaitu, Kelurahan Banua Ada, Desa Hinua, dan

    Desa Bonehau.

    1. Deskripsi Umum Wilayah Desa Sampel

    Luas wilayah masing-masing desa/kelurahan adalah Kelurahan Banua Ada

    seluas 124,21 km², Desa Hinua seluas 32,62 km², dan Desa Bonehau seluas 168,84

    km². Keadaan penduduk pada tiga wilayah desa sampel di Kecamatan Bonehau

    disajikan pada Tabel 9.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 28

    Tabel 9. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Desa

    No. Nama Desa

    Jumlah

    Penduduk

    (jiwa)

    Jumlah

    Rumah

    Tangga

    (KK)

    Luas Wilyah

    (km2)

    Kepadatan

    Penduduk

    (org/km2)

    1. Desa Banua Ada 585 142 124,21 4,7

    2. Desa Hinua 736 177 32,62 22,6

    3. Desa Bonehau 2335 666 168,84 13,8

    4. Desa Mappu 738 173 57,16 12,9

    5. Desa Lumika 941 226 25,48 36,9

    Data pada Tabel 9 menunjukkan penduduk pada lima wilayah

    desa/kelurahan sampel di Kecamatan Bonehau relatif tidak padat (

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 29

    Data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat mengikuti

    pendidikan pada lima desa/kelurahan sampel relatif rendah yakni umumnya mereka

    hanya mengikuti pendidikan pada level SD, sedangkan penduduk yang mengikuti

    pendidikan pada level lanjutan pertama dan atas sangat sedikit yakni hanya di Desa

    Bonehau dan Desa Hinua. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya prasarana

    gedung SLTP dan SLTA pada ketiga desa lainnya, serta sulitnya akses jalan antar

    desa, sehingga tidak memungkinkan masyarakat dari suatu desa untuk dapat

    mengikuti pendidikan di desa lainnya.

    Tingkat partisipasi penduduk Desa Bonehau mengikuti pendidikan relatif

    tinggi yakni sebesar 51,9% penduduknya sedang mengikuti pendidikan mulai pada

    level TK sampai pada level SMU, demikian pula penduduk pada Desa Hinua

    partisipasi penduduk mengikuti pendidikan relatif tinggi dibanding tiga desa lainnya

    karena pada Desa Hinua terdapat prasarana pendidikan sampai pada level SMP,

    sedangkan di tiga desa lainnya terdapat prasarana pendidikan sampai pada level

    SD.

    Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menuntut tersedianya lahan

    yang meningkat pula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas lahan pertanian

    dan pemukiman. Kondisi penggunaan lahan pada lima desa sampel di Kecamatan

    Bonehau disajikan pada Tabel 11.

    Tabel 11. Sebaran Penggunaan Lahan berdasarkan Desa

    No

    Jenis

    Penggunaan

    Lahan

    Luas Penggunaan Lahan dan Persentasenya terhadap Luas Total Wilayah Desa

    Banua Ada Hinua Bonehau Mappu Lumika

    Ha % Ha % ha % ha % ha %

    1. Tanah Sawah 70 0,56 65 1,99 199 1,18 32,5 0,56 18 0,71

    2. Bangunan & Halaman

    29 0,23 38 1,16 73 0,43 36 0,63 39 1,53

    3. Tegal/Kebun 113 0,91 127 3,89 1170 6,93 216 3,78 229 8,98

    4. Ladang/Huma - - - - - - - - - -

    5. Padang Rumput

    3 0,02 2 0,06 45 0,27 20 0,35 10 0,39

    6. Kolam /tambak 1 0,00 1 0,03 10 0,06 3 0,05 3 0,11

    7. Lahan kering 12351* 99,43 3197* 98,00 16685*

    98,82 2476 43,32 2530 99,29

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 30

    No

    Jenis

    Penggunaan

    Lahan

    Luas Penggunaan Lahan dan Persentasenya terhadap Luas Total Wilayah Desa

    Banua Ada Hinua Bonehau Mappu Lumika

    Ha % Ha % ha % ha % ha %

    8. Lahan tidak

    diusahakan

    - - - - - - - - - -

    9. Lahan tanaman berkayu

    - - - - - - - - - -

    10. Hutan Negara 11904* 95,84 2645* 81,08 13585 80,46 4987,2 87,25 1839 72,17

    11. Perkebunan 247 1,99 298 9,13 1475 8,74 349 6,10 296 11,62

    12. Lainnya 327 2,63 86 2,64 327 1,94 72.3 1,26 114 4,47

    Data pada Tabel 11 menunjukkan wilayah desa didominasi oleh penggunaan

    lahan berupa kawasan hutan negara yaitu masing-masing sebesar 95,84% di

    Kelurahan Banua Ada, sebesar 81,08% di Desa Hinua, sebesar 80,46% di Desa

    Bonehau, sebesar 87,25% di Desa Mappu, dan sebesar 72,17% di Desa Lumika.

    Namun demikian, data pada Tabel 25 juga menunjukkan bahwa masing-masing

    sebesar 99,43% wilayah Kelurahan Banua Ada, sebesar 98,00% wilayah Desa

    Hinua, sebesar 98,82% wilayah Desa Bonehau, sebesar 43,32% wilayah Desa

    Mappu, dan sebesar 99,29% wilayah Desa Lumika telah dimanfaatkan oleh

    masyarakat sebagai lahan pertanian kering. Lahan pertanian kering pada umumnya

    dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan kebun yang dikelola secara intensif

    sebagai sumber mata pencaharian utama mereka. Dapat pula dikatakan bahwa

    hampir seluruh kawasan hutan negara di lima wilayah desa/kelurahan sampel telah

    dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian kering.

    Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat telah mengelola berbagai

    macam bidang usaha antara lain: tanaman pangan; tanaman perkebunan,

    peternakan, perikanan dan perindustrian. Luas tanam dan panen dari masing-

    masing jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat di Kecamatan

    Bonehau dan dapat dilihat pada Tabel 12.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 31

    Tabel 12. Luas Tanam, Panen, dan Produksi Tanaman Pangan

    No Jenis Tanaman

    Kecamatan Bonehau

    Luas Tanam (ha)

    Luas Panen (ha) Produksi (Ton)

    1. Padi Ladang 235 231 674.75

    2. Jagung 1198 1198 5.827

    3. Ubi Kayu 41 41 198.00

    4. Ubi Jalar 17 17 125.80

    5. Kacang Tanah 26 25 34.38

    6. Kacang Hijau 26 13 17.93

    7. Kedele 14 12 23.52

    8 Padai sawah 500 500 2587

    Sumber Data: Statistik Kecamatan, Tahun 2011

    Data pada Tabel 12 menunjukkan lapangan usaha masyarakat di bidang tanaman

    pangan didominasi dengan jenis tanaman jagung dengan luas tanam 1.198 ha dan

    produksi sebesar 5.827 ton. Dihubungkan dengan jenis penggunaan lahan pada

    Tabel 25 yang menunjukkan lahan kering sebagai penggunaan lahan yang dominan

    di wilayah desa sampel, maka ada kemungkinan tanaman jagung banyak

    diproduksi pada lahan kering tersebut, yang mengacu pada data Tabel 25 juga

    menunjukkan bahwa lahan kering tersebut berada di dalam kawasan hutan. Hal ini

    berarti pula bahwa tanaman jagung kemungkinan banyak diproduksi di dalam

    kawasan hutan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi pengelola KPH dalam

    mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat yang dapat

    mengoptimalkan produksi tanaman pangan dan tanaman kehutanan secara

    bersamaan.

    Tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat Kecamatan

    Bonehau dapat dilihat pada Tabel 13.

    Tabel 13. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat

    No. Jenis Tanaman Kecamatan Bonehau

    Luas Tanam (ha) Produksi (Ton)

    1. Kelapa Dalam 9 9

    2. Kelapa Hibrida - -

    3. Kakao 4774 2148

    4. Cengkeh 2 0.50

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 32

    No. Jenis Tanaman Kecamatan Bonehau

    Luas Tanam (ha) Produksi (Ton)

    5 Kemiri 5 2.50

    6. Kopi Rebusta 1 0.50

    7. Jambu Mente - -

    8. Kopi arabika 5 2.50

    9. Panili 3 0.03

    10. Lada 6 0.21

    11. Kapuk 11 2.00

    12. Sagu 19 4.00

    13. Obat-Obatan 10 0.50

    14 Enau 34 5.00

    Jumlah : 4,879 2,174.74

    Sumber Data: Statistik Kecamatan Tahun 2011

    Tanaman perkebunan yang banyak dikelola oleh masyarakat di

    Kecamatan Bonehau adalah kakao yakni seluas 4.774 ha atau sebesar 97,85%.

    Seperti halnya dengan produksi tanaman pangan, ada kemungkinan produksi kakao

    oleh masyarakat tersebut juga dilakukan di dalam kawasan hutan. Hal ini terutama

    pada desa sampel dimana sebagian besar wilayahnya (> 80%) adalah kawasan

    hutan.

    Masyarakat di desa sampel juga mengelola usaha ternak seperti disajikan

    pada Tabel 14.

    Tabel 14. Jumlah Ternak (dalam Ekor)

    No. Nama Desa

    Jenis Ternak /Unggas

    Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Ayam Buras

    Ayam Ras

    Itik

    1. Banua Ada

    49 2 - - 2052 11231 - 201

    2. Hinua 30 7 3 1 1703 7233 - 186

    3. Bonehau 128 - 5 9 3451 16421 - 302

    4. Mappu 59 15 5 9 2052 24521 - 201

    5. Lumika 20 1 4 11 372 2380 - 657

    Sumber Data: Statistik Kecamatan Tahun 2011

    Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa babi adalah jenis ternak besar yang

    banyak diusahakan oleh masyarakat di desa sampel. Jumlah populasi ternak babi di

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 33

    desa sampel berdasarkan data pada Tabel 14 adalah sebanyak 9.630 ekor atau

    sebesar 96,42% dari total populasi ternak besar yang dikelola masyarakat yaitu

    sebesar 9.988 ekor.

    Sarana dan prasarana seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, air bersih,

    transportasi, dan penerangan pada umumnya sudah tersedia di desa sampel,

    meskipun dalam jumlah yang belum memadai. Prasarana pendidikan berupa

    gedung sekolah SD telah tersedia di seluruh desa sampel. Prasarana dan sarana

    kesehatan berupa Puskesmas dan Puskesmas Pembantu juga tersedia cukup

    memadai. Sarana dan prasarana transportasi masih sangat terbatas yakni untuk

    menjangkau wilayah desa masyarakat umumnya menggunakan jasa ojek.

    Ketersediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi, serta penerangan belum

    tersedia di desa sampel.

    2. Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Hutan

    a. Sejarah Desa

    Desa Banua Ada pada awalnya merupakan salah satu Dusun di Kecamatan

    Bonehau. Seiring berjalannya waktu dan melalui proses panjang terjadilah

    pemekaran di Kecamatan Bonehau yang menyebabkan Desa Banua Ada menjadi

    sebuah desa yang awalnya hanya sebuah dusun yang bernama Desa Kunitang.

    Desa Hinua terbentuk sejak terjadinya pemekaran di Mamuju Utara yang

    awalnya hanyalah sebuah dusun berkembang menjadi sebuah desa, dengan luas

    wilayah 32,62 km². Adapun batas-batas wilayah Desa Hinua sebelah Utara

    Kecamatan Tommo’, Sebelah Selatan Kabupaten Mamasa, Sebelah Timur Banua

    Ada dan Sebelah Barat Desa Kinatang.

    Desa Bonehau merupakan ibu kota Kecamatan Bonehau. Berdasarkan

    informasi yang diperoleh dari tokoh – tokoh masyarakat, Desa Bonehau pada

    awalnya hanyalah sebuah desa kecil, namun seiring berjalannya waktu terjadi

    pemekaran di Kabupaten Mamuju sehingga terbentuk Kecamatan Bonehau dan

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 34

    ibukota kecamatannya adalah Desa Bonehau. Secara administratif, Desa Bonehau

    memiliki 18 dusun yang terbentuk sejak terjadinya pemekaran di Mamuju Utara.

    Desa Mappu pada awalnya merupakan salah satu dusun di Kecamatan

    Bonehau. Seiring berjalannya waktu dan melalui proses panjang terjadilah

    pemekaran di Kecamatan Bonehau yang menyebabkan Desa Mappu menjadi

    sebuah desa yang awalnya hanya sebuah dusun yang bernama Desa Kunitang.

    Wilayah Desa Mappu memiliki luas sebesar 57.16 ha dan secara geografis Desa

    Mappu terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banua Ada, sebelah

    timur berbatasan dengan Desa Tamalea, sebelah utara berbatasan dengan Desa

    Buttu Ada dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kaluku

    Sama halnya dengan Desa Mappu, Desa Lumika juga awalnya merupakan

    sebuah dusun yang bernama desa Tiwo tapi seiring berjalannya waktu terjadi

    sebuah pemekaran di Bonehau sehingga dusun tersebut ditetapkan sebagai desa

    Lumika dengan luas wilayah 25.48 km². Adapun batas-batas wilayah Desa Lumika

    sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sampaga, sebelah selatan berbatasan

    dengan Kabupaten Mamasa, sebelah timur berbatasan dengan Desa Salutiwo dan

    Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tamalea.

    b. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

    1. Desa Banua Ada

    Desa Banua Ada berada pada ketinggian 200 - 500 meter di atas permukaan

    laut. Hal tersebut menyebabkan mata pencaharian masyarakat terkonsentrasi pada

    sektor Pertanian, dan Perkebunan. Selain itu ada juga yang berprofesi sebagai

    tukang batu, buruh bangunan, perdagangan, peternak dan usaha lain. Mata

    pencaharian utama penduduk desa ini adalah petani. Penduduk Desa Banua Ada

    pada umumnya berkebun dan memungut hasil hutan bukan kayu dalam kawasan

    hutan. Luas lahan rata – rata yang dikelola antara 2 – 2,5 ha per KK dengan rata –

    rata kepemilikan lahan oleh masyarakat adalah 3,7 ha. Hal ini berarti bahwa tidak

    semua lahan yang dimiliki oleh rumah tangga petani telah dikelola.

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 35

    Aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan cukup beragam yaitu,

    berkebun kakao dan bertani sawah (padi). Aktivitas tersebut dilakukan masyarakat

    di dalam kawasan hutan disebabkan oleh beberapa faktor. Selain karena mereka

    mengklaim lahan yang dikelola tersebut sebagai warisan nenek moyang mereka

    juga karena terbatasnya lahan di luar kawasan hutan. Masyarakat juga

    memanfatkan hasil hutan bukan kayu dan jasa air.

    Responden di wilayah desa ini adalah kepala keluarga dengan usia

    responden bervariasi mulai dari umur 21 tahun hingga 60 tahun dengan rata-rata

    umur responden adalah 37 tahun. Responden sebagian besar merupakan generasi

    yang telah menetap secara turun temurun di desa dan sebagian lagi merupakan

    pendatang yang menikah dengan penduduk setempat. Tingkat pendidikan

    masyarakat Desa Banua Ada sebagian telah menempuh pendidikan Sekolah Dasar

    (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Faktor utama rendahnya kemampuan

    masyarakat untuk melanjutkan pendidikan adalah aksesibilitas tempat sarana

    pendidikan dan daya jangkau masyarakat yang rendah.

    Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, luas lahan rata – rata yang

    dikelola antara 2 – 2,5 ha per KK dengan rata – rata kepemilikan lahan oleh

    masyarakat adalah 3,7 hektar. Pendapatan masyarakat melalui sawah adalah

    sebesar Rp.9.386.842 per KK per tahun. Kegiatan perkebunan kakao selama 3

    tahun terakhir tidak menghasilkan produksi karena tanaman kakao di kebun

    masyarakat terserang penyakit busuk daun dan/atau busuk batang. Sebagai

    informasi tambahan bahwa masyarakat juga menanam sayuran dalam skala rumah

    tangga (untuk konsumsi rumah tangga) di lahannya masing-masing dan beternak

    unggas. Jenis sayuran yang diproduksi adalah cabe kecil dan labu sedangkan jenis

    ternak unggas yang dipelihara adalah jenis ayam dan bebek.

    Data pendapatan total masyarakat Desa Banua Ada masih dikategorikan

    rendah yakni rata-rata Rp 9.386.842/KK/tahun atau rata-rata sebesar

    Rp.2.346.710/kapita/ tahun berdasarkan data rata-rata jumlah tanggungan

    responden sebanyak 4 orang/KK. Angka ini termasuk kategori miskin apabila

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 36

    menggunakan standar kemiskinan dari FAO yaitu sebesar US 2/kapita/hari atau

    setara dengan Rp.6.480.000,00/kapita/tahun. Hal tersebut menunjukkkan adanya

    gap antara pendapatan masyarakat di Desa Banua Ada dengan standar kelayakan

    internasional.

    Usaha di bidang kehutanan bagi masyarakat Desa Banua Ada belum mampu

    dikembangkan. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat belum memiliki

    keterampilan dalam mengatur dan mengelola hasil hutan baik itu berupa komoditas

    kayu maupun non kayu. Untuk jenis komoditas kayu, masyarakat

    memanfaatkannya untuk kebutuhan papan mereka. Jenis kayu yang biasa

    dimanfaatkan masyarakat adalah jenis Kayu Uru dan Sengon, sedangkan untuk

    komoditas hasil hutan bukan kayu biasanya masyarakat mengambil jenis rotan dan

    bambu yang dipakai untuk keperluan sehari-hari.

    Melalui hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan

    finansial masyarakat didapatkan melalui usaha pertanian padi di lahan sawah.

    Analisis finansial dari usaha ini yaitu berupa nilai pendapatan sebesar

    Rp.9.386.842,00/KK/tahun atau rata-rata sebesar Rp.2.346.710/kapita/tahun

    berdasarkan data rata-rata jumlah tanggungan responden sebanyak 4 orang/KK.

    Angka tersebut termasuk kategori miskin apabila dibandingkan dengan

    menggunakan standar kemiskinan dari FAO yaitu sebesar US 2/kapita/hari atau

    setara dengan Rp.6.480.000,00/kapita/tahun.

    Analisis di atas sejalan dengan informasi yang dipaparkan oleh masyarakat

    yang menyatakan bahwa mereka masih tergolong masyarakat miskin. Masyarakat

    menganggap standar tingkat kesejahteraan bagi mereka sehingga mampu

    memenuhi kebutuhan pokok termasuk pendidikan dan kesehatan yang layak adalah

    tiga kali dari nilai pendapatan mereka saat ini.

    2. Desa Hinua

    Seperti halnya dengan masyarakat Desa Banua Ada, masyarakat Desa Hinua

    yang berada pada ketinggian di atas 200-500 meter di atas permukaan laut juga

  • Rencana Pengelolaan KPHL Model Ganda Dewata | 37

    memiliki mata pencaharian utama pada sektor pertanian dan perkebunan. Selain itu

    ada juga yang berprofesi sebagai tukang batu, buruh bangunan, perdagangan,

    peternak dan usaha lain. Penduduk Desa Hinua pada umumnya berkebun dan

    memungut hasil hutan bukan kayu dalam kawasan hutan. Luas lahan rata-rata

    yang dikelola antara 0,5 – 1,5 ha per KK dengan rata – rata kepemilikan lahan oleh

    masyarakat adalah 11,5 hektar.

    Aktivitas masyarakat dalam kawasan hutan cukup beragam yaitu, bertani

    sawah dan berkebun kakao. Aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan masyarakat di

    dalam kawasan hutan karena mereka mengklaim lahan yang dikelola tersebut

    sebagai warisan nenek moyang mereka dan karena terbatasnya lahan di luar

    kawasan hutan.

    Responden di desa ini adalah kepala rumah tangga. Usia mereka bervariasi

    mulai dari umur 30 tahun hingga 62 tahun. Responden sebagian besar merupakan

    generasi yang telah menetap secara turun temurun di desa dan sebagian lagi

    merupakan pendatang yang menikah dengan penduduk setempat. Tingkat

    pendidikan responden masih tergolong rendah yakni telah menempuh pendidikan

    Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Rendahnya tingkat

    pendidikan disebabkan antara lain oleh rendahnya pendapatan dan masih

    langkanya prasarana pendidikan yang lebih tinggi di daerah tersebut, sementara

    aksesibilitas tempat sarana pendidikan dan daya jangkau masyarakatnya rendah.

    Responden pada umumnya memiliki mata pencaharian dalam bidang

    perkebunan yaitu sebagai petani kakao. Selain itu hampir semua responden

    memiliki sawah dalam hal ini sawah tadah hujan yang hasiln