TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG...

55
TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) UNIT IV SENGAYAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Banjarbaru, 2018

Transcript of TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG...

Page 1: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

TATA HUTAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL)

UNIT IV SENGAYAM

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Banjarbaru, 2018

Page 2: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

i

KATA PENGANTAR

Untuk dapat melaksanakan pengelolaan hutan yang efektif dan efisien

untuk mewujudkan hutan lestari dan rakyat sejahtera di Wilayah Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH) Sengayam perlu dilakukan penataan hutan yang

mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-

WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dengan

mempertimbangkan data dan hasil analisis kondisi biogeofisik, sosial,

ekonomi dan budaya setempat.

Penyusunan tata hutan didahului dengan kegiatan inventarisasi biogeofisik

dan sosekbud yang diselenggarakan oleh Balai Pemantapan Kawasan

Hutan Wilayah V Banjarbaru. Selanjutnya berdasarkan hasil dari kegiatan

inventarisasi biogeofisik dan sosekbud tersebut disusun tata hutan yang

merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Pengelolaan KPH.

Sebagai bagian dari proses penyusunan tata hutan, Konsultasi Publik telah

dilaksanakan oleh BPKH Wilayah V Banjarbaru pada tanggal 11 Desember

2018 di Banjarbaru. Berdasarkan usulan dan saran dari kegiatan Konsultasi

Publik tersebut dilakukan perbaikan untuk penyempurnaan tata hutan

KPHL Unit IV Sengayam.

Tata hutan KPHL Unit IV Sengayam merupakan dilakukan oleh Tim Pakar

dari Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) serta Tim

dari BPKH V Banjarbaru. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya atas bantuan dari berbagai pihak.

Kepala KPH,

Page 3: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

KPHL Unit IV Sengayam merupakan salah satu KPH di Provinsi Kalimantan

Selatan yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor

SK.78/MENHUT-II/2010, Tanggal 10 Februari 2010 seluas ± 145.791 Ha.

Dalam perkembangannya, luas KPHL Unit IV Sengayam tersebut

mengalami penyesuaian sebagai akibat dari perbedaan digitasi dan atau

proses pengukuhan hutan sehingga dalam kegiatan penyusunan tata hutan

pada KPHL Unit IV Sengayam ini digunakan luas sesuai analisis yaitu ±

146.060 Ha. Hal ini tetap bersesuaian dengan Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor SK.78/MENHUT-II/2010 mengingat dalam SK tersebut

tertuang bahwa “batas dan luas wilayah KPHL dan KPHP sebagaimana

terlampir dalam peta penetapan wilayah KPHL dan KPHP bukan

merupakan acuan status dan fungsi kawasan hutan”, sehingga wilayah

kelola KPH tentu menyesuaikan dengan perkembangan kawasan hutan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah membentuk Unit Pelaksana

Teknis Daerah (UPTD) sebagai pengelola dari KPHL Unit IV Sengayam

melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0144 Tahun 2017

yang terdiri dari 8 (delapan) UPTD. KPHL Unit IV Sengayam dikelola oleh

UPTD KPH Cantung yang juga mengelola KPHP Unit II Cantung. Dalam

hal ini satu UPT pengelola KPH mengelola dua unit KPH. Pemerintah

Provinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan

Selatan sedang mengusulkan agar KPHL Unit IV Sengayam dapat dikelola

oleh UPTD tersendiri yang masih menunggu proses di Kementerian Dalam

Negeri.

Untuk dapat melaksanakan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam

rangka mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari diperlukan penyusunan

tata hutan dengan maksud untuk menyediakan penataan hutan sesuai

dengan kondisi biogeofisik dan sosial budaya setempat dalam rangka

mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari. Tujuan dari kegiatan

Page 4: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

penyusunan tata hutan tersebut adalah untuk: (1) menelaah kondisi

biogeofisik dan sosial-ekonomi pada wilayah kelola, (2) Menyusun pola

ruang untuk rencana blok dan petak kawasan hutan sebagai satuan

perencanaan untuk mencapai kelestarian sumber daya hutan serta

menyusun sistem registrasi petak dan blok, (3) memberikan kepastian

kawasan hutan dengan batas-batas blok dan petak permanen yang diakui

oleh semua pihak, serta (4) memetakan sumber daya hutan lainnya sesuai

dengan posisinya pada petak tertentu di lapangan.

Penyusunan tata hutan pada KPHL Unit IV didasarkan kepada peraturan

perundangan yang berlaku. Meskipun terdapat banyak sekali peraturan

perundangan yang terkait, namun dasar teknis utama dari penyusunan tata

hutan pada KPHL Unit IV Sengayam adalah Peraturan Direktur Jenderal

Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/ 2012 tanggal 14 Mei 2012

tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)

dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).

Kondisi biogeofisik pada KPHL Unit IV Sengayam dapat digambarkan

sebagai berikut:

- Jenis Tanah Organosol Gley Humus, Kompleks Podsolik Merah Kuning,

Alluvial, Litosol, dan Podsolik

- Kemiringan datar – terjal dari pantai hingga ke Pegunungan Meratus

- Kedalaman efektif tanah > 90 cm

- Tekstur tanah tekstur sedang

- Iklim tropis, suhu rata-rata di Kotabaru dan sekitarnya berkisar antara

26,6°C sampai dengan 27,8°C

- Berdasarkan hidrologinya wilayah KPHL Sengayam memiliki beberapa

sungai yang mengalir yaitu, Sungai Bangkalan, Sungai Sampanahan,

Sungai Manunggul, dan Sungai Cengal;

Page 5: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Penutupan lahan pada KPHL Unit IV Sengayam didominasi oleh hutan

lahan kering sekunder (55,71%), belukar (27,41%), hutan lahan kering

primer (11,3%), dan sisanya adalah perkebunan, pertanian lahan kering,

pertanian lahan kering campur semak, pemukiman, pertambangan dan

lahan terbuka.

KPHL Unit IV Sengayam memiliki lahan dengan kategori sangat kritis dan

kritis seluas 32.239 Ha atau sebesar 22% dari total luas areal KPHL Unit IV

Sengayam seluas 146.060 Ha.

KPHL Unit IV Sengayam memiliki potensi yang sangat besar, terdiri dari

potensi kayu, potensi bukan kayu, potensi jasa lingkungan. Potensi kayu

pada tipe penutupan lahan hutan lahan kering sekunder adalah jumlah

batang dengan diameter >20 cm sebanyak 111 batang/ha dan volume

tegakan sebesar 193,88 m3/ha. Potensi hasil hutan bukan kayu berupa

madu, rotan, bambu, bahan obat dan kayu manis. Potensi jasa lingkungan

berupa pemanfaatan sumber daya air, carbon trade, jasa

wisata/pendidikan/penelitian, serta ekowoisata khusus.

Hasil pembagian Blok pada KPHL Unit IV Sengayam diperoleh sejumlah 6

(enam) Blok, yaitu

1. Blok Inti pada Hutan Lindung (Luas 43.935 Ha – 30,1%)

2. Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung (Luas 60.483 – 41,4%)

3. Blok Pemanfaatan HHK-HT pada Hutan Produksi (Luas 16.089 Ha –

11,0%)

4. Blok Pemanfaatan Kawasan Jasa Lingkungan, Hasil Hutan Bukan

Kayu pada Hutan Produksi (Luas 13.490 Ha – 9,2%)

5. Blok Pemberdayaan Masyarakat pada Hutan Produksi (Luas 11.456

Ha – 7,8%)

6. Blok Perlindungan pada Hutan Produksi (Luas 607 Ha – 0,4%)

Page 6: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Selain pembagian Blok, pada KPHL Unit IV Sengayam dibuat wilayah DAS

yang juga sebagai batas resort (RPH), yaitu (1) RPH Cengal, (2) RPH

Sampanahan Hilir, dan (3) RPH Sampanahan Hulu.

Selanjutnya pada setiap Blok dilakukan pembagian petak dengan luasan 50

– 100 ha. Terdapat sejumlah 2.015 petak yang dibagi pada seluruh areal

KPHL Unit IV Sengayam. Namun tidak seluruh petak diberi nomor, yaitu

petak-petak yang ada pada areal berizin pemanfaatan (IUPHHK-HT). Hal

tersebut dilakukan mengingat pada areal IUPHHK-HT sudah memiliki

pembagian blok dan petak sendiri sehingga petak-petak hasil penataan

hutan hanya dijadikan sebagai referensi saja belum menjadi operasional

sehingga tidak perlu nama petak (register).

Page 7: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

SUSUNAN TIM

Page 8: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................................................................... ii SUSUNAN TIM ................................................................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. x BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................................ 3 C. Dasar ................................................................................................................................. 4

BAB II. DESKRIPSI WILAYAH ........................................................................................................... 7 A. Letak, Luas dan Aksesibilitas Wilayah ............................................................................. 7 B. Biogeofisik Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam ....... 7

B.1. Jenis Tanah ..................................................................................................................... 7 B.2. Iklim ............................................................................................................................... 8 B.3. Hidrologi......................................................................................................................... 9 B.4. Penutupan Lahan ......................................................................................................... 10 B.5. Lahan Kritis................................................................................................................... 12 B.6. Topografi ...................................................................................................................... 14 B.7. Kependudukan ............................................................................................................. 15 B.8. Rencana Kehutanan Nasional ...................................................................................... 16

C. Potensi Wilayah ............................................................................................................. 16 C.1. Potensi Umum ............................................................................................................. 17 C.2. Potensi Kayu ................................................................................................................ 17 C.3. Potensi Flora dan Fauna .............................................................................................. 18 C.4. Potensi Bukan Kayu ..................................................................................................... 18 C.5. Potensi Jasa Lingkungan .............................................................................................. 19 C.6. Sosial Ekonomi dan Budaya ......................................................................................... 19

D. Pengelola........................................................................................................................ 20 BAB III. METODE ........................................................................................................................... 21

A. Pedoman Teknis ............................................................................................................... 21 B. Waktu Pelaksanaan .......................................................................................................... 21 C. Bahan dan Alat .............................................................................................................. 22

C.1. Bahan ........................................................................................................................... 22 C.2. Alat ............................................................................................................................... 23

D. Tahapan Kegiatan ......................................................................................................... 23 D.1. Tahapan Pelaksanaan .................................................................................................. 23 D.2. Inventarisasi Hutan ...................................................................................................... 24 D.3. Inventarisasi Biogeofisik .............................................................................................. 25

E. Pembagian Blok ................................................................................................................ 27 F. Pembagian Petak .............................................................................................................. 30 G. Perencanaan dan Pengelolaan Hutan ....................................................................... 31 H. Analisis............................................................................................................................ 32

H.1. Analisis ......................................................................................................................... 32 H.2. Wilayah Tertentu ......................................................................................................... 33 H.3. Sistematika Blok ........................................................................................................... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 36

Page 9: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

A. Blok...................................................................................................................................... 36 B. Petak ................................................................................................................................... 41

BAB V. PENUTUP .......................................................................................................................... 43 A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 43 B. Saran dan Tindak Lanjut .................................................................................................. 43

LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 44

Page 10: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I-1 KPHL dan KPHP di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 ........................ 1

Tabel I-2 UPT KPH Dinas Kehutanan Prov. Kalsel ............................................................ 2

Tabel II-1 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Menurut Bulan di Kabupaten

Kotabaru Tahun 2016 ..................................................................................................................... 9

Tabel II-2 Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten

Kotabaru Tahun 2016 ..................................................................................................................... 9

Tabel II-3 Luas Penutupan Lahan KPHP Cantung Berdasarkan Penafsiran Citra

Landsat 11

Tabel II-4 Tingkat erosi tanah pada KPHL Unit IV Sengayam ......................................... 13

Tabel II-5 Sebaran Lahan Kritis pada KPHL Unit IV Sengayam ..................................... 13

Tabel II-6 Kelas lereng pada KPHL Unit IV Sengayam .................................................... 15

Tabel II-7 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan pada KPHL Unit IV Sengayam ...... 15

Tabel II-8 Pola ruang pada RKTN Tahun 2011 – 2030 pada KPHL Unit IV Sengayam

16

Tabel II-9 Potensi Jasa Lingkungan pada KPH Sengayam ............................................. 19

Tabel II-10 Kecamatan dan Desa di Wilayah KPH Unit II Sengayam .......................... 20

Tabel III-1 Sistematika Pembagian Blok ............................................................................... 34

Tabel IV-1 Hasil Pembagian Blok pada KPHL Unit IV Sengayam .................................... 37

Tabel IV-2 Pembagian Wilayah DAS / Resort ..................................................................... 40

Tabel IV-3 Hasil Pembagian Petak pada KPHL Unit IV Sengayam ................................. 41

Page 11: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II-1 Penutupan lahan pada KPHL Unit IV Sengayam ........................................ 12

Gambar III-1 Kerangka Kerja Pembagian Blok dan Petak ................................................. 33

Gambar III-2 Kerangka Kerja Pembagian Blok .................................................................... 35

Gambar IV-1 Kerangka Kerja Pembagian Blok ................................................................ 37

Gambar IV-2 Perbandingan Luas Blok pada KPHL Unit IV Sengayam ........................... 38

Gambar IV-3 Peta Pembagian Blok pada KPHL Unit IV Sengayam ................................ 39

Gambar IV-4 Peta Pembagian Resort pada KPHL Unit IV Sengayam ............................ 40

Page 12: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, pengelolaan hutan berkelanjutan di Indonesia dapat

dikatakan belum berhasil, khususnya di luar Pulau Jawa, seperti Sulawesi,

Kalimantan, Papua dan Sumatera. Beberapa kondisi yang dapat menjadi

penyebabnya adalah pertama, Penataan kawasan hutan hingga sekarang

belum sepenuhnya selesai, kedua, Organisasi pada tingkat tapak atau

lapangan belum ada, ketiga, dalam proses penyusunan rencana maupun

manajemen pelaksanaan masih belum memenuhi konsep pengelolaan

hutan berkelanjutan.

Di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat sebanyak 10 (sepuluh) unit

pengelolaan KPH yang dibentuk oleh Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

SK.78/Menhut-II/2010 sebagaimana tampak pada Tabel I-1 berikut.

Tabel I-1 KPHL dan KPHP di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010

No Unit KPH Luas (Ha) Jenis KPH

Kabupaten/ Kota Keterangan *)

1. Unit I 162.135 KPHP Banjar dan sebagian Tapin

KPHP Banjar

2. Unit II 207.635 KPHP Kotabaru KPHP Cantung

3. Unit III 112.258 KPHP Kotabaru KPHP Pulau Laut Pulau Sebuku

4. Unit IV 145.791 KPHL Kotabaru KPHL Sengayam

5. Unit V 117.357 KPHP Tabalong KPHP Tabalong Kanan

6. Unit VI 262.921 KPHP Tanah Bumbu KPHP Tanah Bumbu

7. Unit VII 92.641 KPHP Tanah Laut KPHP Tanah Laut

8. Unit VIII 90.709 KPHL Balangan KPHL Balangan

9. Unit IX 94.918 KPHL HST, HSS, Sebagian Tapin

KPHL Hulu Sungai

10. Unit X 117.396 KPHP Tabalong KPHP Tabalong Kiwa

1.403.761

Sumber : Kepmenhut SK.78/Menhut-II/2010 *) Tambahan penamaan agar memudahkan identitas

Menindaklanjuti Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor

SK.78/MENHUT-II/2010, Tanggal 10 Februari 2010, maka pengelolaan

KPH yang semula ditetapkan melalui Peraturan Bupati, pasca berlakunya

Page 13: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab I Pendahuluan - 2

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ditetapkan kembali pengelolaannya

melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0144 Tahun 2017.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0144 Tahun

2017 telah ditetapkan 8 (delapan) Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan

Pengelolaan Hutan pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan

dengan luas wilayah kelola mengikuti Surat Keputusan Menteri Kehutanan

RI Nomor SK.78/MENHUT-II/2010. Berikut disajikan data tabulasi

pembagian KPH berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI

Nomor SK.78/MENHUT-II/2010, Tanggal 10 Februari 2010 dan Peraturan

Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0144 Tahun 2017 sebagaimana

terlihat pada Tabel I-2.

Tabel I-2 UPT KPH Dinas Kehutanan Prov. Kalsel

No.

SK.78/MENHUT-II/2010 Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0144 Tahun 2017 (Pengelola UPTD)

Unit KPH Luas (Ha)

Nama *)

1. Unit I 162.135 KPHP Banjar KPH Kayu Tangi

2. Unit II 207.635 KPHP Cantung KPH Cantung

3. Unit IV 145.791 KPHL Sengayam

4. Unit III 112.258 KPHP Pulau Laut Sebuku KPH Pulau Laut Sebuku

5. Unit V 117.357 KPHP Tabalong KPH Tabalong

6. Unit X 117.396 KPHP Tabalong Kiwa

7. Unit VI 262.921 KPHP Tanah Bumbu KPH Kusan

8. Unit VII 92.641 KPHP Tanah Laut KPH Tanah Laut

9. Unit VIII 90.709 KPHL Balangan KPH Balangan

10. Unit IX 94.918 KPHL Hulu Sungai KPH Hulu Sungai

*) Tambahan penamaan

Penataan hutan atau kegiatan menata hutan dan penyusunan rencana

pengelolaan merupakan pekerjaan pertama dan utama dari KPHL. Hal ini

sesuai dengan yang diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun

2007 yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2010. Tata hutan

dilaksanakan untuk pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif agar

memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.

Page 14: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab I Pendahuluan - 3

Kegiatan tata hutan meliputi pembagian kawasan hutan dalam blok-blok

berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan

(Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 Pasal 22 ayat (1) dan (2) dan

P.6/Menhut-II/2010 Pasal 1 ayat (1)). Berdasarkan unit ekosistem berarti

penggunaan batas DAS atau Sub-DAS yang merupakan unit ekosistem

sebagai blok hutan. Pembuatan blok mempertimbangkan karakter biofisik

lapangan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, potensi sumber daya alam,

keberadaan izin usaha dan penggunaan kawasan hutan (Perdirjen

Planologi Kehutanan nomor P.5/VII-WP3H/2012).

Pada tiap blok dibagi menjadi petak-petak. Petak adalah bagian dari blok

dengan luasan tertentu dan menjadi unit pengelolaan terkecil yang

mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama (P.6/Menhut-

II/2010 Pasal 1 ayat (2). Tujuan pembagian blok menjadi petak untuk

intensitas dan efisiensi pengelolaan (Undang-undang Nomor 41 tahun 1999

Pasal 22 ayat (3). Pembagian petak memperhatikan produktivitas dan

potensi areal/lahan (P.5/VII-WP3H/2012).

Berdasarkan blok dan petak inilah disusun rencana pengelolaan hutan

untuk jangka waktu tertentu (UU Nomor 41 tahun 1999 Pasal 22 ayat (4)).

Perlu disiapkan juga peta tematik lainnya untuk Penyusunan Rencana

Pengelolaan Hutan (P.5/VII-WP3H/2012). Batas blok dan Petak tidak boleh

mudah berubah-ubah, agar alamat semua kegiatan teknis kehutanan dapat

diikuti sepanjang waktu pengelolaan hutan masih berjalan, sesuai dengan

makna lestari.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan Penyusunan tata hutan pada KPHL Unit IV Sengayam

adalah untuk menyediakan penataan hutan sesuai dengan kondisi

biogeofisik dan sosial budaya setempat dalam rangka mewujudkan

pengelolaan hutan yang lestari.

Page 15: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab I Pendahuluan - 4

Sedangkan tujuan dari penyusunan tata hutan pada KPHL Unit IV

Sengayam adalah:

1. Menelaah kondisi biogeofisik dan sosial-ekonomi pada wilayah

kelola;

2. Menyusun pola ruang untuk rencana blok dan petak kawasan hutan

sebagai satuan perencanaan untuk mencapai kelestarian sumber

daya hutan serta menyusun sistem registrasi petak dan blok;

3. Memberikan kepastian kawasan hutan dengan batas-batas blok dan

petak permanen yang diakui oleh semua pihak; serta

4. Memetakan sumber daya hutan lainnya sesuai dengan posisinya

pada petak tertentu di lapangan.

C. Dasar

Penyusunan Tata Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit

IV Sengayam berdasarkan kepada peraturan perundangan sebagai berikut.

1. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan

Hutan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 yang diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, serta pemanfaatan hutan.

4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang

Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan.

5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2010 tentang

Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan

Hutan konservasi (KPHK).

Page 16: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab I Pendahuluan - 5

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi.

7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46/Menhut-II/2013 tentang

Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka

Panjang KPHL dan KPHP.

8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.47/Menhut-II/2013 tentang

Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah

Tertentu pada KPHL dan KPHP.

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Pedoman Nomenklatur

Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Melaksanakan

Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Urusan

Pemerintahan Bidang Kehutanan;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang

Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit

Pelaksana Teknis Daerah;

11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.

651/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Hasil Pemetaan Urusan

Pemerintah Daerah di Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

12. Surat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.368/

Menlhk/ Setjen/ OTL.O/ 8/2016 tanggal 16 Agustus 2016 tentang

Kriteria dan Tata Cara Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD) dan Cabang Dinas Urusan Pemerintahan Bidang

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

13. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.78/MENHUT-II/2010 tanggal 10 Februari 2010 tentang

Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)

Page 17: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab I Pendahuluan - 6

dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi

Kalimantan Selatan;

14. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 0144 Tahun 2017

tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Daerah pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan

15. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-

WP3H/ 2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)

Page 18: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

7

BAB II. DESKRIPSI WILAYAH

A. Letak, Luas dan Aksesibilitas Wilayah

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam terletak di

Kabupaten Kotabaru yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam berbatasan

dengan di sebelah

Sebelah Utara dengan Provinsi Kalimantan Timur (Kabupaten Tanah

Grogot);

Sebelah Timur dengan Kecamatan Pamukan Utara dan Kecamatan

Kelumpang Tengah yang merupakan Areal Penggunaan Lain (APL)

Sebelah Selatan dengan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

Unit II Cantung yang secara administrasi terletak di Kecamatan

Hampang

Sebelah Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten

Balangan.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam memiliki luas ±

145.791 Ha sesuai dengan SK Menteri 78/2010. Sesuai dengan

perhitungan luas berdasarkan update kawasan hutan sesuai dengan

prosedur pengukuhan kawasan hutan, diperoleh bahwa luasan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam memiliki luas ± 146.060 Ha.

Untuk kepentingan analisis, luas yang digunakan adalah luas sesuai data

terakhir yaitu ± 146.060 Ha, meskipun luasan tersebut tidak berbeda

signifikan dengan luasan sesuai SK Menteri.

B. Biogeofisik Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

Unit IV Sengayam

B.1. Jenis Tanah

Page 19: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 8

Distribusi jenis tanah di lokasi KPHP Cantung adalah Organosol Gley

Humus, Kompleks Podsolik Merah Kuning, Alluvial, Litosol, dan Podso-lid

(Sumber: Kalimantan Selatan dalam Angka 2017). Selain jenis tanah juga

ada kemampuan tanah untuk digunakan atau diusahakan yang meliputi:

a. Kemiringan tanah, dipergunakan sebagai batas, dimana tanah

dengan lereng yang lebih dari 40 % tidak diusahakan, melainkan

dijadikan sebagai hutan lindung. Wilayah yang lebih 40%

kemiringannya di Kabupaten Kotabaru terletak di Pegunungan

Meratus dan Pegunungan Sebatung. Wilayah 2% - 8%, 8% - 15 %,

15% - 25 % dan 25% - 40% kebanyakan terdapat di kaki

Pegunungan Meratus, sedangkan yang termasuk dataran 0% - 2%

menyebar luas di semua wilayah di Kabupaten Kotabaru.

b. Kedalaman efektif tanah, Kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm

luasnya 905.001 Ha atau 96,04% sedang kedalaman efektif tanah

antara 30 – 60 cm luasnya 37.272 Ha atau 3,96% dari luas

Kabupaten Kotabaru. Dengan demikian semua jenis komoditas dapat

diusahakan pada daerah ini.

c. Tekstur Tanah Kabupaten Kotabaru sebagian besar adalah

bertekstur sedang, yaitu 923.436 Ha atau 98,00%, sedangkan yang

bertekstur kasar seluas 18.837 Ha atau 2,00% dari seluruh luas

Kabupaten Kotabaru

B.2. Iklim

Iklim di Kabupaten Kotabaru pada umumnya termasuk daerah beriklim

tropis, dari hasil pengamatan Stasiun Meteorologi Stagen, suhu rata-rata di

Kotabaru dan sekitarnya berkisar antara 26,6°C sampai dengan 27,8°C.

Suhu udara tertinggi terjadi pada Oktober yaitu 35,4°C. Sedangkan suhu

udara terendah terjadi pada Juni yaitu 18,5°C. Curah hujan di suatu daerah

dipengaruhi oleh iklim, topografi, dan perputaran arus udara. Jumlah curah

hujan paling besar terjadi pada bulan September dan jumlah curah hujan

Page 20: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 9

terkecil terjadi pada bulan Februari. Data rata-rata suhu udara, kelembaban

dan rata-rata curah hujan di Kabupaten Kotabaru disajikan pada Tabel II-1

dan Tabel II-2.

Tabel II-1 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Menurut Bulan di Kabupaten Kotabaru Tahun 2016

No. Bulan

Suhu Udara Kelembaban

Maks. Min. Rata-rata

Maks. Min. Rata-rata

1 Januari 32,5 25,1 28,1 94 61 81

2 Februari 31,8 24,7 27,3 96 64 84

3 Maret 32,5 24,9 27,6 97 67 86

4 April 32,3 25,1 27,7 97 66 86

5 Mei 32,5 25,2 27,9 97 66 86

6 Juni 31,4 24,5 27,1 96 60 82

7 Juli 32,0 24,0 26,9 96 63 85

8 Agustus 32,4 23,8 27,1 96 60 82

9 September 32,0 24,2 26,9 96 63 85

10 Oktober 31,4 24,6 27,1 96 68 86

11 November 32,1 24,6 27,4 96 64 82

12 Desember 32,1 24,5 27,4 95 62 82

Sumber : Kalimantan Selatan dalam Angka Tahun 2017

Tabel II-2 Rata-rata Jumlah Hujan dan Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Kotabaru Tahun 2016

No. Tahun Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm)

1 Januari 14 102,6

2 Februari 22 174,2

3 Maret 26 350,1

4 April 26 179,7

5 Mei 22 134,8

6 Juni 23 151,6

7 Juli 18 73,6

8 Agustus 15 102,1

9 September 21 182,0

10 Oktober 24 273,3

11 November 19 186,6

12 Desember 23 210,1

Sumber : Kalimantan Selatan dalam angka Tahun 2017

B.3. Hidrologi

Berdasarkan hidrologinya wilayah KPHP Sengayam memiliki beberapa

sungai yang mengalir yaitu Sungai Sampanahan, Sungai Manunggul, dan

Sungai Cengal. Secara wilayah hidrologi, wilayah kerja KPH Sengayam

Page 21: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 10

dapat dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah DAS, yaitu DAS Sampanahan, DAS

Manunggul, dan DAS Cengal.

Pembagian terhadap tiga DAS tersebut menghasilkan luasan yang tidak

efektif untuk kepentingan pengelolana dikarenakan luasan DAS

sampanahan yang sangat besar sedangkan dua DAS lainnya sangat kecil.

Oleh karena itu, dalam penataan hutan ini DAS Sampanahan dibagi

berdasarkan downstream/upstream menjadi dua wilayah DAS, sedangkan

DAS Manunggul dan DAS Cengal dijadikan satu menjadi wilayah DAS

Cengal.

Berdasarkan hasl analisis pembagian wilayah DAS, maka pada KPHL Unit

IV Sengayam dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah DAS yaitu:

1. Wilayah DAS Cengal

2. Wilayah DAS Sampanahan Hilir

3. Wilayah DAS Sampanahan Hulu

B.4. Penutupan Lahan

Berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat TM 7+ dan TM 8 tahun 2017

yang dilakukan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan, tutupan lahan

pada KPHL Unit IV Sengayam sangat bervariasi. Terdapat tiga tipe

penutupan yang paling dominan adalah hutan lahan kering sekunder

55,76%, diikuti oleh semak 27,14% dan hutan lahan kering primer 11,29%.

Sisanya dengan persentase yang tidak dominan adalah berupa

perkebunan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur,

pemukiman, tanah terbuka dan pertambangan sebagaimana disajikan pada

Tabel II-3 dan Gambar II-1

Page 22: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 11

Tabel II-3 Luas Penutupan Lahan KPHP Cantung Berdasarkan Penafsiran Citra Landsat

No Keterangan Luas (Ha) %

1 Hutan Lahan Kering Primer 16,489 11,29

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 81,447 55,76

3 Semak Belukar 39,641 27,14

4 Perkebunan 143 0,10

5 Pertanian Lahan Kering 3,819 2,61

6 Pertanian Lahan Kering Campur 3,506 2,40

7 Pemukiman 164 0,11

8 Tanah Terbuka 66 0,05

9 Pertambangan 786 0,54

Total (Ha) 146.060 100,00

Sumber : Hasil Penafsiran Citra Landsat

Page 23: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 12

Gambar II-1 Penutupan lahan pada KPHL Unit IV Sengayam

B.5. Lahan Kritis

Lahan kritis adalah lahan yang sangat tandus dan gundul dengan tingkat

kesuburan yang sangat rendah sehingga memiliki produktivitas rendah.

Lahan kritis memiliki prioritas tinggi dalam kegiatan rehabilitasi lahan yang

Page 24: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 13

dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan atau daerah. Semakin kritis lahan

maka semakin prioritas untuk dapat dilakukan rehabilitasi.

Untuk dapat melakukan analisis terhadap lahan kritis, perlu dilakukan

telaahan terlebih dahulu terhadap erosivitas lahan. Berdasarkan data dari

BPDAS-HL Barito (2013) diperoleh bahwa terdapat 5 (lima) tingkat erosi

tanah pada KPHL Unit IV Sengayam dari yang terendah dengan kategori

sangat ringan hingga yang paling tinggi dengan kategori sangat berat

seperti pada Tabel II-4 berikut.

Tabel II-4 Tingkat erosi tanah pada KPHL Unit IV Sengayam

No Erosi Tanah Luas (Ha) %

1 Sangat Ringan 30.515 20,89

2 Ringan 58.023 39,73

3 Sedang 42.002 28,76

4 Berat 14.298 9,79

5 Sangat Berat 1.222 0,84

Total (Ha) 146.060 100.00

Selanjutnya dengan berdasarkan kepada Peraturan Direktur Jenderal Bina

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor P.4/V-

SET/2013 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Data Spasial Lahan Kritis,

BPDAS-HL Barito telah melakukan kajian terhadap lahan kritis termasuk di

dalamnya pada KPHL Unit IV Sengayam. Terdapat sebanyak lima kategori

lahan kritis dari yang terendah dengan kategori tidak kritis hingga yang

paling tinggi dengan kategori sangat kritis dengan luasan masing-masing

seperti pada Tabel II-5 berikut.

Tabel II-5 Sebaran Lahan Kritis pada KPHL Unit IV Sengayam

No Das / Sub DAS Luas (Ha) %

1. Tidak kritis 6.612 4,53

2. Potensial kritis 18.605 12,74

3. Agak kritis 88.604 60,66

4. Kritis 29.958 20,51

5. Sangat kritis 2.281 1,56

6. Jumlah 146.060 100,00

Sumber: BPDAS-HL (2013)

Page 25: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 14

B.6. Topografi

Secara Umum Kabupaten Kotabaru memiliki tiga daerah topografi yaitu

dataran rendah, dataran lembah alluvial, dan daerah pegunungan. Dataran

rendah pada umumnya terdapat di daerah rawa yang selalu digenangi air

pasang surut. Daerah yang digenangi air laut ditumbuhi oleh pohon nipah

dan pohon bakau. Di Kabupaten Kotabaru daerah pasang surut seluas ±

50.000 ha, dan daerah rawa yang digenangi air laut seluas ± 746,82 ha

(angka estimasi), terdapat pada wilayah Kecamatan Kelumpang Utara

(Rawa Simamungur), Kecamatan Sampanahan, dan Kecamatan Pamukan

Utara (Rawa Binturung). Daerah lembah alluvial terdapat cukup luas dan

banyak ditumbuhi bermacam-macam kayu, antara lain pohon kayu ulin

(kayu besi), meranti dan keruing. Yang terakhir, Daerah Pegunungan pada

umumnya terdiri dari bukit-bukit dan pegunungan yang cukup tinggi, antara

lain Gunung Sebatung dan gunung Jambangan terletak di Kecamatan

Pulau Laut Utara.

Lebih spesifik pada KPHL Unit IV Sengayam memiliki topografi yang relatif

bergelombang/berbukit dengan ketinggian 0 - 1500 m, dengan kemiringan

0 - 40 % dan dapat digolongkan menjadi 4 bagian, yaitu daratan, daerah

datar berombak, daerah berombak-ombak, dan daerah berbukit-bukit

(Kabupaten Kotabaru dalam Angka 2017)

Berdasarkan hasil analisis terhadap data model elevasi digital (DEM)

SRTM dengan resolusi 30 meter dengan disertai generalisasi diperoleh

bahwa terdapat tiga kelas lereng yang dominan yaitu kelas lereng sedang

(15 – 25%), kelas lereng berat (25 – 45%) dan kelas lereng berat sekali

(>45%) yang justru sangat dominan sebagaimana disajikan pada Tabel II-6

berikut.

Page 26: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 15

Tabel II-6 Kelas lereng pada KPHL Unit IV Sengayam

No Kelas Lereng Luas (Ha) %

1 Sedang 15 - 25% 25.822 17.68

2 Berat 25 - 45% 51.675 35.38

3 Berat Sekali > 45% 68.564 45.57

Total (Ha) 146,060 100

B.7. Kependudukan

Berdasarkan pembagian administrasi pemerintahan KPHL Unit IV

Sengayam termasuk dalam 8 (delapan) wilayah kecamatan di Kabupaten

Kotabaru. Berdasarkan data statistik kependudukan Kabupaten Kotabaru

Tahun 2017, Jumlah penduduk pada 8 (delapan) kecamatan tersebut dapat

dilihat pada Tabel II-7 berikut.

Tabel II-7 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan pada KPHL Unit IV Sengayam

No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Kelumpang Hulu 553,44 16.294

2. Hampang 1.684,64 11.555

3. Sungai Durian 1.042,38 11.593

4. Kelumpang Barat 589,15 5.939

5. Pamukan Selatan 391,87 14.588

6. Sampanahan 488,89 10.988

7. Pamukan Utara 638,63 20.038

8. Pamukan Barat 589,84 10.233

Jumlah 9.422,46 325.827

Sumber Data: Kabupaten Kotabaru Dalam Angka 2017

Berdasarkan data pada Tabel II-7 dapat dilihat bahwa konsentrasi jumlah

penduduk yang paling banyak ada pada Kecamatan Sungai Durian dan

Kecamatan Hampang. Meskipun demikian berdasarkan lokasinya dalam

kawasan hutan yang masuk dalam KPHL Unit IV Sengayam, Kecamatan

Hampang lebih memiliki jumlah penduduk yang berada dalam kawasan

hutan baik dalam KPHL Unit IV Sengayam maupun dalam KPHP Unit II

Cantung.

Page 27: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 16

B.8. Rencana Kehutanan Nasional

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 bahwa

penyusunan rencana pengelolaan hutan mengacu kepada Rencana

Kehutanan Nasional, Provinsi, maupun kabupaten/kota dengan

memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat serta kondisi

lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka arahan pola ruang pada

Rencana Kehutanan Tingkat Nasional menjadi salah satu bahan telaahan.

Berdasarkan RKTN Tahun 2011 – 2030, KPHL Unit IV Sengayam terdiri

dari pola ruang pelepasan, pengusahaan skala besar, pengusahaan skala

kecil, rehabilitasi dan carbon stock seperti pada Tabel II-8 berikut.

Tabel II-8 Pola ruang pada RKTN Tahun 2011 – 2030 pada KPHL Unit IV Sengayam

No Arahan RKTN Luas (Ha) %

1 Pelepasan 630 0,43

2 Pengusahaan Skala Besar 29,319 20,07

3 Pengusahaan Skala Kecil 10,240 7,01

4 Rehabilitasi 23,509 16,10

5 Karbon Stok 82,362 56,39

Total (Ha) 146,060 100,00

Tampak pada Tabel II-8 bahwa pola ruang carbon stock sangat dominan

yaitu sebesar 56,39% yang disusul dengan pola ruang pengusahaan skala

besar (20,07%), rehabilitasi (16,10%), pengusahaan skala besar (7,01%)

serta pelepasan kawasan hutan (0,43%).

C. Potensi Wilayah

Potensi wilayah pada KPHL Unit IV Sengayam meliputi potensi umum,

potensi kayu, potensi flora dan fauna, potensi hasil hutan bukan kayu,

potensi jasa lingkungan, potensi fauna, serta kondisi sosial ekonomi dan

budaya. Data-data tersebut diperoleh melalui kegiatan Inventarisasi Biofisik

Page 28: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 17

dan Inventarisasi sosekbud yang dilaksanakan oleh Balai Pemantapan

Kawasan Hutan Wilayah V (BPKH V) Banjarbaru.

Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata

Lingkungan Nomor P.1/PKTL/IPSDH/PLA.1/1/2017 tanggal 26 Januari

2017 tentang petunjuk teknis Inventarisasi Hutan Pada Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan

Produksi (KPHP) di dalamnya dijelaskan bahwa Intensitas Sampling untuk

Inventarisasi Hutan adalah 0,056 % dan luas satu plot sampel adalah 0,5

hektar. Sehingga dengan luasan KPHP Cantung (Unit IV KPHL Sengayam)

yang berhutan seluas 139.962,81 hektar, dengan intensitas 0,056 % maka

akan didapatkan luas plot contoh (plot sampel) adalah 76,70 hektar, dan

jumlah plot sampel yang dilakukan inventarisasi adalah sejumlah 153,4 plot

klaster, akan tetapi karena adanya keterbatasan Anggaran DIPA BPKH

wilayah V tahun 2018 maka hanya bisa dilaksanakan seluas 27,5 ha dan

sebanyak 55 plot sampel.

C.1. Potensi Umum

Kondisi penutupan lahan pada areal KPHP Cantung (Unit IV KPHL

Sengayam) Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat didominasi oleh

kelas penutupan lahan hutan lahan kering sekunder yaitu seluas 80.805,78

ha (55,71%), kelas penutupan belukar seluas 39.761,57 ha (27,41%) dan

kelas penutupan lahan Kering Primer 16.395,45 ha (11,30%). Tipe penutup

lahan yang ada di wilayah KPHP Cantung (Unit IV KPHL Sengayam) masih

menggambarkan kondisi tutupan hutan yang masih baik karena masih lebih

besar dari 30% seperti yang telah dipersyaratkan minimal.

C.2. Potensi Kayu

Dilihat dari hasil inventarisasi tegakan pada kelas penutupan Lahan Kering

Sekunder didapat jumlah batang dengan diameter >20 cm sebanyak 111

Page 29: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 18

batang/ha dan volume tegakan sebesar 193,88 m3/ha. Potensi kayu secara

lengkap dapat dilihat pada Laporan Biofisik.

Permudaan hutan adalah suatu proses peremajaan kembali dari pohon-

pohon penyusun tegakan yang telah mati secara alami, atau setelah

dipanen oleh manusia. Berdasarkan pengamatan di lapangan permudaan

pada lokasi pembuatan plot contoh berlangsung secara alami (natural

regeneration) yaitu pohon-pohon yang sudah tua dalam satu tegakan,

akhirnya akan mati dan digantikan oleh anakan-anakan pohon secara

alami. Tidak ditemukan permudaan buatan (artificial regeneration) pada di

sepanjang areal yang di survey.

C.3. Potensi Flora dan Fauna

Berbagai jenis pohon ditemui pada lokasi pengambilan plot contoh yaitu

sekitar 110 (seratus sepuluh) species pohon dan juga ditemukan hasil

hutan bukan kayu antara lain jenis-jenis rotan diantaranya Rotan Manau

(Calamus manan Miq), Rotan Sega (Calamus caesius blume) dan Rotan

Udang (Calamus spetabilis). Selain jenis rotan juga ditemukan kantong

Semar, tanaman anggrek, tanaman obat-obatan, madu, jamur dan getah

damar.

Sedangkan untuk fauna yang ada di KPHP Cantung Kabupaten Kotabaru

antara lain jenis mamalia: beruang madu, kijang, rusa, pelanduk, tupai,

trenggiling, berang-berang, landak dan babi hutan. Jenis reptile antara lain

ular, biawak, labi-labi, kodok dan kadal. Jenis primata antara lain monyet

ekor panjang, bekantan dan owa-owa. Jenis aves antara lain burung

enggang, burung elang, ayam hutan, burung punai, burung bubut alang-

alang, burung cucak hijau serta jenis burung lainnya.

C.4. Potensi Bukan Kayu

Page 30: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 19

Potensi non kayu yang telah terinventarisir pada KPHL Unit IV Sengayam

adalah madu, rotan, bambu, bahan obat dan kayu manis. Selama ini hasil

hutan bukan kayu yang dipungut tersebut masih berasal dari alam dan

belum tentu sesuai dengan kemampuan sumber daya alam. Masyarakat

belum terbiasa melakukan usaha-usaha budidaya.

C.5. Potensi Jasa Lingkungan

KPHL Unit IV Sengayam memiliki potensi jasa lingkungan yang besar yang

terdiri dari beberapa kategori yaitu (1) pemanfaatan sumber daya air, (2)

pemanfaatan mikrohidro, (3) perdagangan karbon, (4) wisata pendidikan

dan penelitian, serta (5) Ekowisata minat khusus seperti disajikan pada

Tabel berikut.

Tabel II-9 Potensi Jasa Lingkungan pada KPH Sengayam

No. Jasa Lingkungan Lokasi Potensi

1. Pemanfaatan sumberdaya air Seluruh wilayah KPH Belum diketahui

2. Pemanfaatan aliran air untuk pembangkit listrik mikrohidro

Sei. Sampanahan, Sei Bangkalaan, Sei Cengal

Belum dilakukan analisa kelayakan

3. Carbon trade Kawasan karst Belum dilakukan analisa ekonomi

4. Wisata, Pendidikan dan Penelitian Air Terjun, Kawasan karst

Belum dilakukan analisa ekonomi

5. Ekowisata Minat Khusus (keberadaan satwa, susur sungai, budaya masyarakat adat Dayak Meratus, dll)

Wilayah KPH Belum diketahui

C.6. Sosial Ekonomi dan Budaya

C.6.1. Karakter

Masyarakat di dalam dan sekitar hutan umumnya adalah petani lahan

kering dan berkebun. Sebagian besar mereka umumnya sangat bergantung

pada alam di sekitar mereka. Budaya bercocok tanam pada lahan kering

umumnya diawali pembukaan lahan dengan cara membakar lahan di akhir

musim kemarau, dengan komoditas utama adalah padi. Setiap lading

Page 31: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab II Deskripsi Wilayah - 20

hanya ditanami padi 2 kali atau 2 tahun saja dan selanjutnya ditinggalkan

untuk mencari lahan baru dan kembali ke lahan asal setelah 5 atau enam

tahun bahkan sampai 15 tahun. Hak atas kepemilikan lahan akan muncul

setelah lahan hutan digarap untuk ladang atau kebun. Secara tidak

langsung areal yang dikalim sebagai hak kepemilikan atas lahan tersebut

inilah yang berpotensi menimbulkan potensi konflik.

D. Pengelola

KPH Unit IV Sengayam merupakan tipe KPH Lindung (KPHL) yang dikelola

oleh UPTD KPH Cantung. Pengelolaan oleh 1 (satu) UPTD KPH pada dua

unit wilayah kelola KPH dinilai kurang efektif untuk pengelolaan hutan

secara efektif dan efisien untuk pelestarian hutan dan peningkatan

kesejahteraan masyarkat.

Secara administratif, wilayah KPH Unit IV Sengayam berada pada

beberapa kecamatan, baik yang seluruhnya atau sebagian berada dalam

kawasan hutan sebagaiman disajikan pada Tabel II-10 berikut.

Tabel II-10 Kecamatan dan Desa di Wilayah KPH Unit II Sengayam

No Kecamatan Status Jumlah Desa

Jumlah Penduduk

1. Kecamatan Hampang Dalam Areal 9 11.750

2. Kecamatan Pamukan Barat

Dalam Areal 5 10.406

3. Kecamatan Sungai Durian

Dalam Areal 7 11.789

4. Kecamatan Kelumpang Barat

Dalam Areal 6 6.039

5. Kecamatan Kelumpang Hulu

Dalam Areal 10 16.569

6. Kecamatan Sampanahan Sekitar Areal 10 11.173

7. Kecamatan Pamukan Utara

Sekitar Areal 13 20.376

8. Kecamatan Pamukan Selatan

Sekitar Areal 11 14.834

JUMLAH 71 102.936

Page 32: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

21

BAB III. METODE

A. Pedoman Teknis

Memedomani Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2017 tentang Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan

Hutan, maka kegiatan Tata Hutan terdiri dari

1. Tata Batas

2. Inventarisasi Hutan

3. Pembagian ke dalam blok atau zona

4. Pembagian petak dan anak petak

5. Pemetaan

Khusus untuk kegiatan tata hutan di KPH, Perdirjen P.5/2012 tidak

memasukan kegiatan tata batas sebagai bagian dari tahapan yang harus

dilaksanakan.

B. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan penyusunan Tata Hutan pada Kesatuan

Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam dilaksanakan dengan

tahapan sebagai berikut.

Perencanaan

Analisis Data

Pelaporan

Penyajian

Penyelesaian

Page 33: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 22

C. Bahan dan Alat

C.1. Bahan

Bahan adalah sumber data yang keseluruhannya merupakan data

sekunder baik dari laporan kegiatan lapangan maupun data sekunder

lainnya. Laporan hasil kegiatan inventarisasi biogeofisik dan laporan hasil

kegiatan inventarisasi sosial ekonomi dan budaya di wilayah KPHL Unit IV

Sengayam menjadi bahan utama dalam kegiatan penataan hutan.

Bahan yang digunakan adalah

1. Laporan hasil inventarisasi biogeofisik di wilayah KPHL Unit IV

Sengayam

2. Laporan hasil inventarisasi sosekbud di wilayah KPHL Unit IV

Sengayam

3. Peta Penutupan Lahan Tahun 2017 (Hasil Analisa Penutupan Lahan

dari BPKH Wilayah V)

4. Peta Daerah Aliran Sungai (Sumber BPDASHL Barito)

5. Peta Potensi dan Aksesibilitas

6. Peta Lereng

7. Peta Izin Penggunaan Kawasan Hutan

8. Peta Izin Pemanfaatan Kawasan Hutan

9. Peta Jenis Tanah

10. Peta Perhutanan sosial

11. Peta Geologi

12. Peta Iklim

13. Peta Lahan Kritis

Page 34: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 23

C.2. Alat

Alat adalah perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk

input data, analisis dan penyajian. Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan

penataan hutan adalah sebagai berikut.

1. Software ArcGIS Desktop

2. Software Pengolahan Data MS Excel

3. Hardware Personal Computer

4. Printer format lebar

D. Tahapan Kegiatan

D.1. Tahapan Pelaksanaan

Tata hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam

dilaksanakan melalui kegiatan (1) inventarisasi hutan, (2) pembagian blok

dan petak, (3) tata batas dalam wilayah KPHL unit IV Sengayam, (4)

Pemetaan

Tahapan pelaksanaan tata hutan meliputi

1. Pembentukan tim pelaksana

2. Penyusunan rencana kerja kegiatan

3. Pelaksanaan inventarisasi hutan

4. Pengolahan dan analisis data

5. Pembagian blok dan petak

6. Pembahasan dengan para pihak melalui konsultasi publik

7. Penataan batas blok dan petak

8. Pemetaan dan penyusunan buku tata hutan

D.1.1. Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan penyusunan Tata Hutan Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung Unit IV Sengayam yang dibentuk oleh Kepala Balai

Page 35: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 24

Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah V. Dalam proses penyusunannya,

KKPH dibantu oleh Tim Pakar dari Fakultas Kehutanan Universitas

Lambung Mangkurat dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah V.

Pelaksana penyusunan Tata Hutan memiliki tugas untuk

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan

2. Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan

3. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka

pelaksanaan kegiatan

4. Melaksanakan inventarisasi hutan

5. Menyajikan hasil kegiatan dalam rapat pembahasan dengan para

pihak

6. Menyusun buku tata hutan dan pemetaan hasil tata hutan

D.2. Inventarisasi Hutan

Pelaksanaan inventarisasi hutan yang mencakup kegiatan inventarisasi

biogeofisik dan inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya. Kegiatan

inventarisasi tersebut diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi

tentang:

1. Status, penggunaan, dan penutupan lahan

2. Jenis tanah, kelerengan lapangan/ topografi

3. Iklim

4. Batas DAS dan Sub DAS, serat sub-sub DAS, bentang lahan alam

dan buatan lainnya

5. Kondisi sumber daya manusia dan demografi

6. Jenis, potensi dan sebaran flora

7. Jenis, populasi dan habitat fauna

8. Kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarkat

Page 36: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 25

D.3. Inventarisasi Biogeofisik

Dalam inventarisasi biogeofisik, data dan informasi yang akan diperoleh

berupa data dan informasi mengenai batas areal, penutupan lahan,

kelerengan, jenis tanah, batas-batas alam, batas administrasi, aksesibilitas,

hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan jenis-jenis

satwa yang hidup di dalam areal tersebut.

Tahapan kegiatan inventarisasi biogeofisik meliputi (1) pengumpulan data

awal, (2) analisis awal, (3) pengumpulan data lapangan dan (4) pengolahan

data.

D.3.1. Pengumpulan Data Awal

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data/peta kawasan hutan,

citra satelit, kontur, tanah, iklim, kelerengan, jaringan jalan/sungai, DAS/sub

DAS, hasil tata batas, izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan

hutan, dan penyebaran pemukiman. Detail data informasi tersebut antara

lain:

1. Peta lampiran Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang

penetapan wilayah KPHL Unit IV Sengayam

2. Peta tematik mengenai: tata batas kawasan, penutupan lahan,

geologi, jenis tanah, peta jaringan jalan, peta batas administrasi,

pemerintahan, dan lain-lain.

3. Peta kawasan hutan

4. Peta citra satelit dan hasil penafsiran nya, baik yang berskala besar

maupun kecil yang dilengkapi dengan data detail penutupan

lahannya hasil penafsiran citra antara lain: kelas penutupan atau

kelas NDVI, luas penutupan, aksesibilitas jalan, letak desa-desa

sekitar hutan.

5. Data mengenai perizinan yang ada dalam wilayah kerja KPHL, yaitu:

izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan,

Page 37: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 26

antara lain: IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, Izin pinjam pakai kawasan

hutan (antara lain: untuk tambang, minyak bumi, jalan, waduk, dan

lain-lain), data Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa ataupun hutan

Tanaman Rakyat.

6. Data tentang hasil rehabilitasi dan reboisasi lahan.

7. Data tentang lokasi hasil pemberdayaan masyarakat yang pernah

dilakukan.

D.3.2. Analisis Awal

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan berupa analisis terhadap

data/peta tersebut di atas dan melakukan penafsiran citra satelit secara

manual dan dengan metode NDVI. Penafsiran citra satelit dimaksudkan

untuk memperoleh data penutupan lahan, jaringan jalan/sungai,

penyebaran pemukiman, dan informasi lainnya yang relevan.

D.3.3. Pengumpulan Data Lapangan

Data yang dikumpulkan dari lapangan meliputi potensi sumberdaya hutan

berupa hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan, dan

satwa, serta data geofisik. Pengumpulan data dilakukan dengan

inventarisasi terestis dengan pengukuran dan pengamatan pada lokasi

yang telah ditentukan sebagai lokasi pengambilan sampel.

Data lapangan bersumber dari kegiatan inventarisasi biogeofisik serta

inventarisasi sosial ekonomi dan budaya. Selain itu data lapangan juga

diperoleh dari informasi lapangan yang tersedia pada pengelola KPHL Unit

IV Sengayam.

D.3.4. Pengolahan Data

Data hasil inventarisasi biogeofisik diolah dan dianalisis yang selanjutnya

disajikan dalam bentuk data spasial dan non spasial. Data biogeofisik

Page 38: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 27

terkait dengan data potensi sumber daya hutan kayu, potensi hasil hutan

bukan kayu, potensi jasa lingkungan.

Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya. Inventarisasi sosial, ekonomi,

dan budaya dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi:

1. Demografi di dalam dan sekitar areal KPHL Model Balangan;

2. Pola-pola hubungan masyarakat dengan hutan;

3. Keberadaan kelembagaan masyarakat;

4. Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar

kawasan

5. Aksesibilitas pada wilayah KPHL Model Balangan;

6. Kegiatan ekonomi sekitar wilayah KPHL (pertanian, industri,

perdagangan, dsb.)

7. Batas administrasi pemerintahan

E. Pembagian Blok

Tata hutan dilaksanakan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang

lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari,

meliputi pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan

ekosistem, tipe, fungsi dan rencana pemanfaatan hutan (UU Nomor 41

tahun 1999 Pasal 22 ayat (1) dan (2)).

Pembuatan blok juga mempertimbangkan karakter biofisik lapangan,

kondisi sosial ekonomi masyarakat, potensi sumber daya alam, keberadaan

izin usaha dan penggunaan kawasan hutan (Perdirjen Planologi Kehutanan

nomor P.5/VII-WP3H/2012). Berdasarkan ekosistem berarti DAS atau sub

DAS sebagai blok, karena DAS atau sub DAS merupakan sebuah unit

ekosistem; di dalamnya terdapat komponen tanah, sistem aliran air, iklim

mikro, tumbuhan, hewan dan manusia dengan segala aktivitasnya. Sebuah

unit ekosistem dibentuk oleh alam; bukan buatan manusia; sehingga

mempunyai batas yang relatif permanen. P.6/Menhut-II/2010 Pasal 1 ayat

Page 39: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 28

(1) bahwa blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen

untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

Berdasarkan tipe hutan seperti hutan dataran rendah atau hutan

pegunungan atau hutan rawa menjadi dasar dalam menetapkan blok. Tipe

hutan biasanya terdapat dalam suatu hamparan yang sangat luas,

sehingga jika digunakan sebagai blok kemungkinan akan terlalu luas. Untuk

KPHL Model Balangan seluruh wilayahnya merupakan tipe hutan

pegunungan. Di samping itu, batas setiap tipe hutan lebih mudah berubah

akibat kegiatan manusia.

Berdasarkan fungsi berarti kelompok HL atau HP atau HK sebagai blok.

Untuk hutan di daerah pegunungan fungsi hutan akan menjadi kelompok

kecil, karena disesuaikan dengan topografi; namun pada dataran rendah

yang luas cenderung hanya satu fungsi yaitu HP, sehingga blok akan

terlalu besar. Pada kenyataan di lapangan saat ini apabila dilakukan re-

fungsi sesuai dengan fakta di lapangan akan banyak terjadi perubahan

fungsi, misalnya di dalam HL akan terdapat kawasan yang dapat diubah

menjadi HP, karena lahannya datar dan pada waktu penunjukan belum

menggunakan analisis spasial yang akurat. Sedangkan apabila pembagian

blok berdasarkan rencana pemanfaatan berarti areal IUPHHK/BK atau

HKm, HD, KHDTK sebagai blok akan terjadi batas blok tidak bersifat

permanen karena izin pemanfaatan bisa berakhir atau dicabut atau dibuat

baru.

Atas dasar penjelasan di atas, maka pembagian wilayah KPHL Balangan

menggunakan batas sub-DAS sebagai batas blok, karena setiap blok

diharapkan mempunyai batas yang relatif permanen. Bahan pertimbangan

penentuan batas blok adalah:

1. Mempunyai batas permanen (menggunakan batas alam);

2. Memiliki satu outlet agar mudah melakukan monitoring perubahan

kualitas lingkungan; dan

Page 40: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 29

3. Dapat dibuat akses jalan yang efisien dan efektif dalam kegiatan

angkutan atau sebagai unit produksi yang efisien.

Page 41: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 30

F. Pembagian Petak

Pembagian blok menjadi petak-petak berdasarkan intensitas dan efisiensi

pengelolaan (UU Nomor 41 tahun 1999 Pasal 22(3)). Petak adalah bagian

dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan

terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama

(P.6/Menhut-II/2010 Pasal 1 ayat (2)). Pembagian petak memperhatikan

produktivitas dan potensi areal/lahan (P.5/VII-WP3H/2012).

Pada setiap blok hutan dibagi lagi ke dalam petak-petak. Batas petak

dibuat tahap pertama dibuat berdasarkan analisis watershed. Analisis

watershed menghasilkan mikro-DAS dengan luasan tertentu antara 100-

200 ha (untuk KPHL). Selanjutnya mikro-DAS ini dianggap sebagai batas

awal petak. Penggunaan mikro-DAS ini dilakukan untuk memenuhi aspek

lingkungan (aspek ekosistem) dengan harapan perubahan kualitas

lingkungan pada setiap petak juga dapat diukur. Dasar penentu batas petak

lainnya juga dapat digunakan jika permanen, seperti jalan, batas

pemukiman, dan lain-lain.

Setelah petak terbentuk, maka petak tersebut diberi nomor. Petak-petak ini

diberi nomor 1, … n (selesai) dimulai dari bagian barat laut. Ukuran petak

pada KPHL Unit IV Sengayam berkisar 50 - 100 ha.

Batas petak dibuat menggunakan batas-batas sebagai berikut

1. Batas blok secara otomatis juga merupakan batas petak.

2. Batas areal pemanfaatan; seperti izin/pengelolaan perhutanan sosial,

IUPHHK, dan sebagainya;

3. Batas fungsi kawasan hutan.

4. Batas alam seperti sungai, anak sungai yang relatif cukup besar,

batas sub-sub DAS yang berupa punggung gunung;

5. Jalan yang sudah permanen;

6. Batas pemukiman yang definitif;

Page 42: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 31

7. Batas areal penggunaan kawasan hutan seperti IPPKH terutama

areal operasi pinjam pakai untuk pertambangan tidak ada dan

8. Batas administrasi kecamatan tidak digunakan.

G. Perencanaan dan Pengelolaan Hutan

Perencanaan hutan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan

dan perangkat yang diperlukan dalam pengelolaan hutan yang dituangkan

dalam dokumen rencana pengelolaan. Pengelolaan hutan adalah cara

(seni) dalam melaksanakan semua kegiatan dan perangkat yang telah

ditetapkan dalam dokumen perencanaan untuk mencapai kelestarian

sumber daya hutan.

Perencanaan hutan di Luar Pulau Jawa yang relatif belum tertata

dilaksanakan dengan proses sebagai berikut:

1. Rancang bangun unit pengelolaan

2. Penataan kawasan untuk berbenah dalam rangka pemantapan

kawasan hutan

3. Inventarisasi potensi sumber daya hutan, dan

4. Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan; yang merupakan

rencana kegiatan yang disusun menurut ruang, waktu, biaya serta

sumberdaya yang tersedia yang sesuai dengan data dan potensi.

Rencana kegiatan disusun dalam rencana kegiatan 10 tahun serta

rencana detail setiap tahun berupa Rencana Jangka Pendek.

Setelah tahapan tersebut di atas dilaksanakan, maka dapat dimulai

tahapan pengelolaan yang meliputi

1. Pelaksanaan semua kegiatan yang tercantum dalam dokumen

rencana pengelolaan jangka pendek yang didetailkan pada dokumen

operasional;

2. Evaluasi pelaksanaan kegiatan;

Page 43: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 32

3. Arahan perbaikan yang diperlukan pada tahun berjalan dan atau

jangka 5 – 10 tahun berikutnya

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam telah memiliki

organisasi pengelola berupa Unit Pelaksana Teknis (UPT) KPH Sengayam

yang dikepalai oleh seorang pejabat Eselon III. Oleh karena itu langkah

selanjutnya yang diperlukan adalah tata hutan, inventarisasi potensi

sumberdaya hutan dan penyusunan rencana pengelolaan untuk jangka

waktu 10 tahun, serta penyusunan rencana pengelolaan untuk jangka

waktu 1 tahun.

H. Analisis

H.1. Analisis

Dari hasil pembagian Blok selanjutnya dilakukan pembagian petak dengan

menggunakan batas mikro DAS serta dengan melihat efektifitas

pengelolaan. Oleh karena itu suatu petak bisa berupa mikro DAS utuh atau

bagian dari mikro DAS yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan.

Petak-petak yang telah terbentuk dari mikro-DAS selanjutnya diberi nomor.

Pemberian nomor (kodifikasi) petak yang didahului dengan kode/nomor

untuk provinsi, nomor KPH, nomor DAS. Hal ini diperlukan untuk

pembangunan database KPH Balangan maupun KPH di Indonesia.

Berdasarkan kerangka kerja tersebut maka diterjemahkan dalam diagram

alir penataan hutan secara spasial untuk menentukan blok arahan

pemanfaatannya. Metode untuk pembagian blok dan petak menggunakan

analisis SIG, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kerangka alur penentuan blok dan petak, secara ringkas disajikan pada

Gambar III-1.

Page 44: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 33

Gambar III-1 Kerangka Kerja Pembagian Blok dan Petak

Metode pembagian blok sesuai dengan PerDirJen No.P.5/VII-WP3H/2012

dilaksanakan melalui tahapan berikut.

H.2. Wilayah Tertentu

Wilayah tertentu ditentukan dengan mengurangi wilayah KPH dengan

wilayah KPH yang sudah ada izin. Tipe izin yang tidak termasuk pada

wilayah tertentu adalah izin pemanfaatan dan izin penggunaan kawasan

hutan.

UU 41 / 1999 Pasal 21 PP 6 / 2007 Pasal 12

Perdirjen P.5/VII-WP3H/2012

Inventarisasi Hutan (Biogeofisik, sosial,

ekonomi dan budaya)

Pembagian Bagian Hutan (Wilayah Daerah Aliran

Sungai)

Pembagian Blok

Pembagian Petak

Pengayaan Atribut pada Petak sesuai potensi dan

kondisi

Rencana Pengelolaan Hutan

Analisis Watershed dan topografi

Tanah, Geologi, Lereng, Penutupan

Lahan

Penggunaan dan Pemanfaatan

Kawasan

Page 45: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 34

H.3. Sistematika Blok

Sistematika pembagian blok pada KPHL Unit IV Sengayam memedomani

peraturan Dirjen Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang

Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan

pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan

Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) seperti disajikan pada Tabel berikut.

Tabel III-1 Sistematika Pembagian Blok

FUNGSI BLOK KETERANGAN

HL Inti Kurang memiliki potensi Jasling, wisata alam, dan HHBK

Dalam RKTN/P/K merupakan kawasan perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau rehabilitasi

Pemanfaatan Memiliki potensi jasling, wisata alam, dan HHBK, kawasan perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau rehabilitasi

Terdapat ijin pemanfaatan jasling, HHBK

Areal dekat masyarakat sekitar atau dalam kawasan hutan

Aksesibilitas tinggi

Dalam RKTN/P/K dimungkinkan masuk kawasan perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau rehabilitasi

Khusus Kawasan religi, kebun raya, KHDTK, wilayah adat/ulayat

Dalam RKTN/P/K dimungkinkan masuk kawasan perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau rehabilitasi

HP Perlindungan Termasuk kriteria kawasan lindung.

Dalam RKTN/P/K dimungkinkan masuk perlindungan hutan alam dan lahan gambut, kawasan rehabilitasi, atau pengusahaan hutan skala besar atau kecil.

Pemanfaatan Kawasan, Jasling, HHBK

Terdapat ijin pemanfaatan.

Memiliki potensi jasling, wisata alam, dan HHBK.

Pemanfaatan HHK-HA

Terdapat ijin pemanfaatan HHK-HA.

Potensi kayu cukup tinggi.

Dalam RKTN/P/K diarahkan untuk pengusahaan hutan skala besar.

Pemanfaatan HHK-HT

Terdapat ijin pemanfaatan HHK-HT.

Potensi kayu rendah.

Areal yang tidak berhutan.

Dalam RKTN/P/K diarahkan untuk pengusahaan hutan skala besar.

Dalam RKTN/P/K dimungkinkan masuk kawasan rehabilitasi atau pengusahaan hutan skala besar atau kecil.

Pemberdayaan Masyarakat

Terdapat Izin HKm, HD, HTR

Potensi kayu rendah

Tidak berhutan

Dekat masyarakat

Dalam RKTN/P/K diarahkan untuk pengusahaan hutan skala ke

Blok Khusus Kawasan religi, kebun raya, KHDTK, wilayah adat / ulayat

Dalam RKTN/P/K dimungkinkan masuk kawasan perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau rehabilitasi atau kawasan hutan untuk pengusahaan skala besar atau kecil

Page 46: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab III Metode - 35

Gambar III-2 Kerangka Kerja Pembagian Blok

Wilayah KPHL Unit IV Sengayam

Pemanfaatan Kawasan Hutan

Penggunaan Kawasan Hutan

Wilayah Tertentu KPH

Hutan Lindung Hutan Produksi

Blok Inti

Blok Pemanfaatan

Blok Khusus

Blok Perlindungan

Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasling, HHBK

Blok Pemanfaatan HHK-HA

Blok Pemanfaatan HHK-HT

Blok Pemberdayaan Msy

Blok Khusus

Page 47: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan data jumlah dan luas blok serta jumlah dan luas petak

yang didapat melalui desk analysis dan survey lapangan untuk

meningkatkan kualitas hasil analisis awal. Blok yang dimaksud adalah Blok

untuk tujuan perencanaan ruang berbasis unit ekosistem yang bersifat

tetap sesuai UU 41/1999 pasal 22 ayat 2 dan blok untuk tujuan manajemen

seperti yang dimaksudkan dalam PerDirJen No.P.5/VII-WP3H/2012 yang

ruangnya dapat bersifat tidak tetap. Secara lengkap hasilnya disampaikan

pada penjelasan berikut.

A. Blok

Penyusunan Tata Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan selalu

dihadapkan pada permasalahan bahwa peraturan teknis (Peraturan Dirjen

Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012) dengan Peraturan di

atasnya yaitu Undang – Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Pasal 22 ayat 2. Dalam UU 41/1999 disebutkan bahwa tata hutan meliputi

pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe,

fungsi dan rencana pemanfaatan hutan sedangkan dalam Perdirjen

Planologi P.5/2012 disebutkan bahwa pembagian blok memperhatikan juga

keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan

kawasan hutan. Dua peraturan tersebut memberikan dampak yang saling

bertolak belakang terhadap metode pembagian blok/petak. UU 41/1999

memberikan arahan bahwa blok/petak bersifat permanen sedangkan

Perdirjen Planologi P.5/2012 mengakomodir pola pemanfaatan dalam

pembagian blok yang sifatnya sementara.

Untuk mengakomodir kedua peraturan tersebut, dalam tata hutan pada

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam mengakomodir

pembagian bagian hutan sesuai dengan karakteristik Daerah Aliran Sungai

yang selanjutnya di bagi ke dalam Blok dan Petak sesuai dengan Perdirjen

Page 48: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan - 37

Planologi P.5/2012. Blok pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit

IV Sengayam dapat dilihat pada Gambar IV-1 berikut

Gambar IV-1 Kerangka Kerja Pembagian Blok

Skema pembagian blok sebagaimana ditampilkan pada Gambar IV-1

sesuai dengan Perdirjen Planologi P.5/2012. Mempertimbangkan

kemungkinan pembagian blok tersebut dengan kondisi biogeofisik dan

sosial-ekonomi, maka pada KPH Unit IV Sengayam ditentukan sejumlah 6

(enam) blok sebagai berikut.

Tabel IV-1 Hasil Pembagian Blok pada KPHL Unit IV Sengayam

No Blok Luas

Hektar %

1. HL Inti 43,935 30,1

2. HL Pemanfaatan 60,483 41,4

3. HP Pemanfaatan HHK HT 16,089 11,0

4. HP Pemanfaatan Kawasan Jasa

Lingkungan, Hasil Hutan Bukan Kayu 13,490

9,2

5. HP Pemberdayaan Masyarakat 11,456 7,8

6. HP Perlindungan 607 0,4

Luas Total 146,060

Perbandingan visual antara blok pada KPH Unit IV Sengayam dapat

disajikan pada diagram pie sebagai berikut.

1.121

Ha

Wilayah KPHL Unit IV Sengayam 146.060 Ha

Pemanfaatan Kawasan Hutan

17.208 Ha

Penggunaan Kawasan Hutan

1.122 Ha

Wilayah Tertentu KPH 128.851 Ha

Hutan Lindung Hutan Produksi

Page 49: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan - 38

Gambar IV-2 Perbandingan Luas Blok pada KPHL Unit IV Sengayam

Terdapat beberapa blok yang sesuai dengan ketentuan Perdirjen Planologi

P.5/2012 namun tidak diakomodir pada KPH Sengayam, yaitu (1) Blok

Khusus pada Hutan Lindung, (2) Blok Pemanfaatan HHK-HA pada Hutan

Produksi, dan (3) Blok Khusus pada Hutan Produksi. Blok Khusus tidak

diakomodir pada fungsi Hutan Lindung dan Hutan Produksi mengingat

berdasarkan survey biogeofisik, survey sosial-ekonomi, dan informasi

lapangan tidak ditemukan kawasan religi, kebun raya, KHDTK, wilayah

adat/ulayat yang diakui oleh peraturan perundangan yang berlaku.

Sedangkan Blok Pemanfaatan HHK-HA pada Hutan Produksi juga tidak

diakomodir dikarenakan pada areal kerja KPH Unit IV Sengayam tidak

terdapat izin IUPHHK Hutan Alam.

Proporsi Blok Inti pada Hutan Lindung ditentukan sebesar 43.935 Ha atau

sebesar 30,1%. Persentase tersebut dinilai sudah cukup besar sehingga

dapat mendukung fungsi perlindungan dari KPHL Unit IV Sengayam/

Peta pembagian blok pada KPHL Unit IV Sengayam disajikan pada

Gambar berikut.

Page 50: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan - 39

Gambar IV-3 Peta Pembagian Blok pada KPHL Unit IV Sengayam

Setelah pembagian blok dilaksanakan, selanjutnya seluruh areal KPHL Unit

IV Sengayam dibagi ke dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

juga sekaligus sebagai sebagai pembagian resort. DAS Cengal dan DAS

Manunggul dijadikan satu menjadi RPH Cengal, sedangkan DAS

Sampanahan yang memiliki luasan besar dibagi dua yaitu RPH

Sampanahan Hulu dan RPH Sampanahan Hilir sebagaimana disajikan

pada Gambar ‎IV-4 dan Tabel IV-2 berikut.

Page 51: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan - 40

Gambar ‎IV-4 Peta Pembagian Resort pada KPHL Unit IV Sengayam

Tabel IV-2 Pembagian Wilayah DAS / Resort

No Wilayah DAS / Resort Luas %

1 RPH Cengal 46.856 32

2 RPH Sampanahan Hilir 48.084 33

3 RPH Sampanahan Hulu 51.120 35

146.060 -

Page 52: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan - 41

B. Petak

Pembagian petak pada KPHL Unit IV Sengayam dilakukan setelah

pembagian Blok dilaksanakan. Luas petak ditentukan minimal seluas 50

hektar dan maksimal 100 ha. Ditentukan sebanyak 2015 petak yang

tersebar pada 3 (tiga) Wilayah DAS / Resort sebagaimana disajikan pada

Tabel IV-3 Berikut.

Tabel IV-3 Hasil Pembagian Petak pada KPHL Unit IV Sengayam

Resort / Blok Jumlah Petak

Luas Petak Terkecil

Luas Petak

Terbesar

Luas Petak

Rata-Rata

RPH Cengal 668 4 100 70

HL Inti 192 51 99 70

HL Pemanfaatan 141 51 99 72

HP Pemanfaatan HHK HT 135 7 97 67

HP Pemanfaatan Kawasan Jasling HHBK 77 4

99 72

HP Pemberdayaan Msy 123 38 100 70

RPH Sampanahan Hilir 652 50 1.089 74

HL Inti 157 50 99 71

HL Pemanfaatan 267 50 100 72

HP Pemanfaatan HHK HT 95 50 99 74

HP Pemanfaatan Kawasan Jasling HHBK 86 51

1.089 85

HP Pemberdayaan Msy 39 52 100 73

HP perlindungan 8 54 99 76

RPH Sampanahan Hulu 695 50 100 74

HL Inti 262 50 100 74

HL Pemanfaatan 425 50 100 73

HP Pemanfaatan Kawasan Jasling HHBK 8 59

87 73

Jumlah 2015

Sumber: Analisis data

Data di atas meskipun sudah ditentukan pada KPHL Unit IV Sengayam

bahwa luas petak berkisar antara 50 – 100 Ha, masih terdapat luasan yang

sangat kecil (4 dan 7 Ha) serta luasan yang sangat besar (1.089 Ha) yang

dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

- Terdapat Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IUPHHK) yang

luasannya tidak lebih dari 4 Hektar oleh PT. XL Axiata, Tbk

Page 53: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

Bab IV Hasil dan Pembahasan - 42

- Terdapat areal IUPHHK-HT PT. Hutan Rindang Banua yang

posisinya hanya masuk kawasan hutan (areal KPHL Unit IV

Sengayam) seluas 7 Ha saja

- Terdapat areal pinjam pakai PT. Kalimantan Energi Lestari (KEL) dan

PT. Sasangga Banua Banjar yang menjadi satu kesatuan seluas

1.089 Ha.

Page 54: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

43

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sesuai dengan tujuan dari kegiatan penyusunan tata hutan pada

KPHL Unit IV Sengayam yaitu untuk menyediakan penataan hutan

sesuai dengan kondisi biogeofisik dan sosial budaya setempat dalam

rangka mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari, maka dengan

selesainya laporan ini telah tersedia suatu penataan hutan pada

KPHL Unit IV Sengayam yang sangat penting untuk dapat mencapai

tujuan pengelolaan hutan tersebut.

2. Dasar dari penataan hutan pada KPHL Unit IV Sengayam adalah

kondisi biogeofisik serta sosial ekonomi setempat.

3. Batas-batas blok dan petak yang dihasilkan dari penataan hutan

akan sangat berperan penting dalam memberikan kepastian

kawasan hutan dengan batas blok dan petak yang dalam

pelaksanaannya di lapangan tentu memerlukan tindakan konkrit dari

pengelola KPH untuk lebih menjamin kepastian kawasan.

4. Potensi-potensi sumber daya hutan dan sumber daya lainnya yang

berkaitan sudah dapat terpetakan dengan baik melalui sistem

registrasi petak/blok sehingga informasi-informasi primer dari

lapangan akan lebih mudah masuk ke sistem database.

B. Saran dan Tindak Lanjut

Tata hutan KPHL Unit IV Sengayam adalah acuan bagi kegiatan

selanjutnya yaitu penyusunan rencana pengelolaan, baik Rencana

Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) maupun Rencana

Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (RPHJPd).

Page 55: TATA HUTAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG …kph.menlhk.go.id/sinpasdok/public/RPHJP/1574044976tatahutan-kp… · mengacu kepada Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P.5/VII-WP3H/2012

44

LAMPIRAN

1. Peta 1 : Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV

Sengayam

2. Peta 2 : Penutupan Lahan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit

IV Sengayam

3. Peta 3 : Batas Daerah Aliran Sungai pada Kesatuan Pengelolaan

Hutan Lindung Unit IV Sengayam

4. Peta 4 : Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV Sengayam

5. Peta 5 : Potensi dan Aksesibilitas Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung Unit IV Sengayam

6. Peta 6 : Jenis Tanah pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

Unit IV Sengayam

7. Peta 7 : Geologi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV

Sengayam

8. Peta 9 : Lereng pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit IV

Sengayam

9. Peta 10 : Lahan Kritis pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit

IV Sengayam

10. Peta 11 : Wilayah Tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung Unit IV Sengayam

11. Peta 12 : Pembagian Blok dan Petak Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung Unit IV Sengayam