RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah...

126
RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Disusun oleh: Animatun Fatimah 11150321000011 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Transcript of RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah...

Page 1: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

RELIGIUSITAS REMAJA

(Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal, Kecamatan Larangan,

Kabupaten Brebes)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

Animatun Fatimah

11150321000011

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk
Page 3: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk
Page 4: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk
Page 5: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

iv

ABSTRAK

ANIMATUN FATIMAH

Judul Skripsi: “Religiusitas Remaja (Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal,

Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes).

Skripsi ini ditulis berawal dari ketertarikan mengenai religiusitas remaja yang

berada di sekolah formal yang berbasis agama, dimana masalah-masalah yang terjadi

tidak sesuai dengan visi misi dan tujuan itu sendiri dimana terdapat kenakalan remaja

yang mengakibatkan tidak sesuai dengan ajaran agama, kasus terkini mengenai siswa

MTs meninggal akibat dianiaya oleh teman kelasnya. MTs merupakan lembaga

formal yang bergerak dibedakan pendidikan yang lebih fokus terhadap nilai-nilai

agama.

Salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja yaitu adanya masa

transisi yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Untuk itu dibutuhkan

keyakinan dan pengamalan yang kuat terhadap keagamaan remaja guna mengurangi

perilaku-perilaku yang menyimpang dalam ajaran agama. Tujuan dari penelitian ini

adalah guna untuk mengetahui, 1) efektivitas religiusitas remaja di MTs Assalafiyah

Sitanggal, 2) seberapa kontribusi MTs Assalafiyah Sitanggal dalam meningkatkan

religiusitas siswa-siswinya.

MTs Assalafiyah Sitanggal salah satu lembaga formal yang bergerak di

bidang umum dan keagamaan, yakni menanamkan nilai-nilai keagamaan lebih dan

ilmu-ilmu umum kepada siswa-siswi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif

dangan menggunakan pendekatan psikologi agama. Selain mendapatkan data dari

perpustakaan penulis juga melakukan wawancara dan observasi langsung kelapangan

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

kelas VIII MTs Assalafiyah Sitanggal, Kabupaten Brebes, penelitian ini dilakukan

untuk memperlihatkan sejauh mana religiusitas remaja yang berada di MTs

Assalafiyah Sitanggal.

Hasil penelitian ini ditemukan bahwa religiusitas remaja di MTs Assalafiyah

Sitanggal, memiliki tingkatan yang berbeda-beda, perbedaan yang menonjol pada

dimensi ritualistik intelektual, dan dimensi konsekuenstial. Selain itu peran MTs

Assalafiyah Sitanggal dalam meningkatkan religiusitas berperan baik terhadap siswa-

siswinya, namun ada yang dilupakan mengenai psikologi agama remaja bahwa tidak

semua siswa-siswinya bisa menerima semua peraturan yang dibuat sekolah.

Kata kunci: Religiusitas, Remaja, MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 6: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat limpahan

rahmat, serta hidayah-Nya, yang memberikan kenikmatan iman, islam, dan ihsan,

serta kesehatan yang tidak terhingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi

dengan judul “Religiusitas Remaja (Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal,

kecamatan, Larangan, Kabupaten Brebes)” shalawat serta salam tidak lupa di

haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari

zaman kegelapan sampai zaman terang benerang seperti ini, kelak semoga

mendapatkan syafaat darinya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, layaknya perjalanan, ada

kebah agiaan ada kesedihan yang mengiringi, rekan serta teman yang mendampingi,

Oleh karena itu penghargaan abadi berupa ucapan terima kasih dalam lembar skripsi

ini kepada:

1. Kepada Ibu Dra. Marjuqoh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan ilmunya, meluangkan waktu dan tenaganya, yang tidak pernah bosan

membimbing dan selalu memberikan semangatnya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta bapak (Suratmo) dan Ibunda (Marsiti) untuk

doa yang tidak pernah putus selalu mendoakan anak perempuanmu, cinta, kasih

Page 7: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

vi

sayang dan pengorbanannya yang tidak pernah berhenti diberikan. Penulis

persembahkan karya sederhana ini untuk kalian.

3. Untuk kedua abang ku mas Andri dan mas Ari sudah menemani perjalanan hidup

penulis sampai sekarang, dan sudah menjadi abang terbaik di bumi ini.

4. Kepada Bapak Syaiful Azmi, S.Ag, M.A. selaku ketua jurusan yang telah

memberikan saran, dan keramahannya dalam membantu birokrasi dan

memberikan penjelasan atas kebutuhan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, M.A. selaku sekretaris Jurusan Studi Agama-

Agama yang telah banyak memberikan bantuan terkait prosedur perlengkapan

pengajuan skripsi.

6. Kepada seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan

Universitas yang telah menyediakan fasilitas sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Bapak Muhammad Ihsan selaku kepala sekolah MTs Assalafiyah

Sitanggal, Kabupaten Brebes, yang telah mengizinkan penulis penelitian di MTs

Assalafiyah guna menyelesaikan skripsi ini, dan Bapak Hasan Bisri selaku Guru

MTs Assalafiyah Sitanggal yang telah meluangkan waktu untuk penulis

wawancara.

8. Kepada staf Tata Usaha MTs Assalafiyah Sitanggal, yang telah membantu banyak

dan memberikan data-data yang penulis butuhkan sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik, dan juga untuk para informan yang telah bersedia penulis

wawancara.

Page 8: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

vii

9. Kepada sahabatku tersayang Ima Salamah yang sudah memberikan pengalaman

yang begitu banyak, Shandy Kartika Putri yang selalu support penulis di kondisi

apapun, Nihayatul Khaeriyah sahabatku dari semester satu yang menemani

senang dan sedih ketika di tempat rantau, Riza Adi Putra yang telah memberikan

kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini, Imammuddin Akbar, Furqon Haqi,

Shakel, Intan yang selalu baik. Untuk semuanya yang telah menemani dan

memberikan dukungan yang begitu banyak untuk menyelesaikan skripsi ini.

Untuk kalian semua dimana pun kalian berada semoga kebahagiaan selalu

menemani.

10. Kepada HMJ 2016-2018 Studi Agama-agama yang sudah memberikan

pengalaman dan kenangan kepada penulis.

11. Kepada lembaga Bakti Pemuda sudah memberikan pengalaman dan kepercayaan

yang begitu banyak untuk menjadi Fundraiser, untuk teman-teman seperjuangan

Fundraiser yang telah memberikan cerita-cerita dalam kehidupan penulis.

12. Kepada Keluarga Zona Petualang Situgintung yang sudah memberikan

pengalaman, teman baru, untuk semua personil sarjana outbound Situgintung,

semoga selalu dilimpahkan rezeki.

13. Kepada Almamater ku

14. Teman-teman Studi Agama-agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan

2015 yang sudah memberikan cerita baru dalam perjalanan penulis.

15. Kepada teman-teman KKN 112 RAKERKAB yang telah memberikan warna baru

dalam kehidupan penulis.

Page 9: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

viii

Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan ini masih jauh dari kata sempurna penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca.

Ciputat, 22 Januari 2020

Animatun Fatimah

Page 10: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 7

C. Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian .......................................... 7

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 8

E. Metode Penelitian......................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan .................................................................. 13

BAB II GAMBARAN UMUM MTS ASSALAFIYAH SITANGGAL ................ 15

A. Gambaran Umum MTS Assalafiyah Sitanggal ............................ 15

B. Tujuan dan Perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal .............. 16

C. Visi dan Misi MTs Assalafiyah Sitanggal .................................. 19

D. Program dan Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal ... 19

E. Data Siswa-siswi, Guru, dan Karyawan ....................................... 23

F. Gambaran Umum Religiusitas siswa MTs Assalafiyah .............. 26

BAB III MEMAHAMI RELIGIUSITAS DAN KARAKTER REMAJA AWAL

A. Pengertian Religiusitas Remaja.................................................... 31

1. Pengertian Religiusitas .......................................................... 31

2. Pengertian Remaja ................................................................. 34

Page 11: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

ix

B. Ciri- ciri dan Karakteristik Remaja .............................................. 36

C. Dimensi-dimensi Religiositas ..................................................... 40

1. Dimensi Ideologi .................................................................... 41

2. Dimensi Ritualistik................................................................. 41

3. Dimensi Intelektual ................................................................ 42

4. Dimensi Eksperential ............................................................. 42

5. Dimensi Konsekuensi............................................................. 42

D. Perkembangan Religiusitas .......................................................... 43

E. Karakteristik Religiusitas ........................................................... 47

F. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas .................................... 49

BAB IV ANALISIS INTER-KASUS DIMENSI RELIGIUSITAS REMAJA…54

A. Gambaran Subjek Penelitian ............................................................ 54

B. Deskripsi Dimensi Religiositas pada Remaja ................................... 55

1. Kasus Putra .................................................................................. 55

2. Kasus Mawar ............................................................................... 57

3. Kasus Ale .................................................................................... 59

4. Kasus Anggi ................................................................................ 62

5. Kasus Bunga ................................................................................ 64

6. Kasus Lilo ................................................................................... 67

7. Kasus Melati ................................................................................ 70

C. Analisis Inter-Kasus .......................................................................... 73

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 77

A. Simpulan ...................................................................................... 77

B. Saran ............................................................................................. 78

BAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN .............................................................................................................

DOKUMENTASI .....................................................................................................

Page 12: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MTs merupakan lembaga forman yang bergerak di bidang keagamaan dan

umum yang menekankan lebih banyak pendidikan keagamaan, terhadap siswa-

siswinya, sesuai tujuan visi misi meningkatkan lulusan yang berkarakter

keislaman dan berakhlak baik, namun beberapa kasus melihatkan ketidak

kesesuaian antara visi dan misi MTs itu sendiri, melihat dari berita 3 bulan

terakhir mengenai kenakalan remaja MTs yaitu pada kasus Muhammad Zaki (13)

pelajar kelas dua MTs di jepara tewas akibat dianiaya teman sekelasnya berinisial

EYB.1

Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari

kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah

perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa, dimana secara

perkembangan fisik maupun psikis berubah dari masa kanak-kanak menuju

remaja yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosi, di tingkat

seperti ini remaja mengalami kenaikan berfikir, mencari tau jati diri dan

mengalami tingkat penasaran yang sangat tinggi.

Perkembangan jiwa keagamaan di usia remaja sangat dipengaruhi oleh

perkembangan jasmani dan rohaninya,2 maksudnya penghayatan para remaja

terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak

berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut. Perkembangan agama pada

remaja

1Dani Dahwildani, Detik Pelajar MTs Tewas Dianiaya Teman Sekolah di Jepara.

iNewsJateng.id. dipublis Selasa 24 September 2019. 17:04 WIB 2Jalaluddin (2005), Psikiologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 74

Page 13: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

2

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: perkembangan rohani dan jasmani,

seperti; pertumbuhan pikiran dan mental, perkembangan perasaan, pertimbangan

sosial, perkembangan moral dan sebagainya. Di samping itu juga faktor luar dari

diri mereka seperti; lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Remaja yang juga disebut adolescence, yang artinya tumbuh untuk

mencapai kematangan.3 “Remaja adalah tingkat umur dimana tidak lagi dikatakan

anak-anak dan juga tidak dipandang atau juga golongan orang dewasa akan tetapi

remaja berada diantara dua golongan tersebut atau disebut masa transisi”.4

Kondisi psikologis remaja ternyata mempunyai pengaruh yang cukup

besar dalam kehidupan beragama mereka. Perkembangan kognitif remaja yang

sudah mencapai taraf formal operational menurut teori Piaget, memungkinkan

remaja untuk berpikir abstrak, teoritik dan kritis. Sikap kritis remaja juga tampak

dalam kehidupan beragama. Mereka tidak lagi menerima begitu saja ajaran-ajaran

agama yang diberikan oleh orang tuanya. Bahkan pelajaran-pelajaran agama yang

pernah mereka dapatkan pada waktu masih kanak-kanak mulai dipertanyakan,

sehingga tidak jarang menimbulkan keraguan beragama. Bahwa keragu-raguan

beragama (religious doubt) memang merupakan karakteristik kehidupan beragama

pada masa remaja yang sangat menonjol.5

Perkembangan Kognitif (cognitive Delevomen). Oleh Piaget proses belajar

seseorang akan mengikuti pola dan tahapan-tahapan sesuai dengan umurnya:

Tahapan operasional formal (umur 11 atau 12-18) ciri pokok pada perkembangan

ini adalah anak sudah mampu berfikir abstrak dengan menggunakan pola pikir

3Mohammad Ali (2004), Psikologi Remaja (cet. I, Jakarta: PT. Bumi Aksara.), h. 9.

4Zakiah Daraja (1982), Pembinaan Remaja (cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang.), h. 89.

5Subandi (1995). Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi. Tahun III,

Nomer I, Agustus, h 13

Page 14: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

3

“kemungkinan”. Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat bekerja secara

efektif dan secara sistematis, berfikir secara profesional.6 Identitas (Identity). Hal

kedua dalam perkembangan psikososial remaja yang mempumyai relevansi

khusus bagi agama adalah identitas. Erik Erikson telah menekankan sifat kritis

pergulatan orang muda untuk menemukan indentitas dan mengutarakan kebutuhan

untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan me ndapatkan rasa cukup atas harga

diri, peran untuk berhubungan dengan orang lain dan ideologi. Pencapaian

identitas itu terjadi ditengah-tengah krisis yang hebat. Beberapa factor bersatu

menciptakan bagi orang muda rasa cabut yang dalam dan kadang-kadang

kebingungan. Kemampuam abstrak baru saja tumbuh dan kaum muda merasa

belum enak dengannya; mereka belum berhasil menciptaka pandangan tentang

dunia yeng menyeluruh untuk menggantikan dunia aman masa kanak-kanak.7

Keraguan-keraguan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua

bagian: Pertama, keraguan disebabkan adanya keguncangan dalam jiwanya,

karena terjadinya proses perubahan dalam diri pribadinya, maka keraguan seperti

ini dianggap sebagai suatu kewajaran. Kedua, keraguan yang disebabkan adanya

kontradiksi antara kenyataan-kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang

diyakininya, dan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Keraguan tersebut

antara nilai-nilai moral dengan kelakuan manusia dalam realitas kehidupan, antara

nilai-nilai agama dengan perilaku tokoh-tokoh agama seperti; guru, ulama,

pemimpin, orang tua dan sebagainya.8 Bahwa kebimbangan kepada remaja itu

6Rofiqoh Lila, Piaget Dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif.

Kompasiana.com, 17 juni 2015. 07.43 7Robet W. Crapps (1994), Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan ( Yogyakarta:

konsius), h 23

8Ramayulis ( 2011), Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX,.h 68

Page 15: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

4

disebabkan dua faktor penting, yaitu: Pertama, terjadinya kebimbangan

disebabkan keadaan jiwa remaja yang bersangkutan, dan keadaan sosial budaya

yang melingkupi remaja tersebut. Kedua, mungkin saja kebimbangan dan

keingkaran kepada Tuhan itu merupakan pantulan dari keadaan masyarakat yang

dipenuhi oleh penderitaan, kemerosotan moral, kekacauan, dan kebimbangan.9

Perkembangan remaja selalu dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan

psikis nya, dengan kata lain penghayatan remaja terhadap ajaran dan amalan-

amalan keagamaan nya banyak berhubungan dengan perkembangan dirinya.

Berakhirnya masa remaja ditandai dengan keberhasilan remaja mencapai sense of

responsibility (perasaan bertanggung jawab) dan secara sadar menerima suatu

falsafah hidup secara efektif, karena masa remaja menduduki tahap progresif

dalam hidupnya yang menimbulkan gejolak jiwa, keraguan-raguan dan

kebimbangan dalam bersikap dan berbuat.10

Agama merupakan unsur terpenting dalam diri seseorang. Apabila

keyakinan beragama telah menjadi bagian integral dalam kepribadian seseorang,

maka keyakinan itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan

perasaan.

Menurut Desmita, dibandingkan dengan masa kanak-kanak keyakinan

agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Pada masa

remaja mereka mungkin, mereka mencari sebuah konsep yang lebih mendalam

tentang tuhan dan eksistensinya.11

9Zakiah Daradjat,( 1991), Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII, h 100.

10Syaiful Hamali, Karakteristik Keberagamaan Remaja Dalam Perspektif Psikologi.,

Al-AdYaN/Vol.XI, No.1/Januari-Juni/2016 11

Desmita (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h 208

Page 16: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

5

Dari penjelasan diatas penulis tertarik mengenai religiusitas siswa yang

berada di MTs di mana MTs yang penulis observasi adalah MTs Assalafiyah

Sitanggal. MTs Assalafiyah Sitanggal salah satu lembaga yang bergerak di bidang

umum dan keagamaan yakni memberikan nilai-nilai keagamaan lebih dan nilai-

nilai umum terhadap siswa-siswinya.

Memang sulit untuk mengungkapkan secara tepat mengenai seberapa jauh

pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan terhadap

perkembangan jiwa keagamaan anak. Barangkali pendidikan agama yang

diberikan oleh lembaga pendidikan ikut berpengaruh dalam pembentukan jiwa

keagamaan anak. Kenyataan sejarah menunjukkan kebenaran itu.

Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimana pun akan

memberikan pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun

demikian besar kecilnya pengaruh dimaksud sangat tergantung berbagai faktor

yang memotivasi untuk memahami nilai-nilai agama. Fungsi sekolah dalam

kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan antara lain sebagai pelanjut

pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada

anak baik yang menerima pendidikan maupun yang tidak menerima pendidikan

agama dalam keluarga.

Dari latar belakang diatas lembaga pendidikan termasuk berpengaruh

terhadap religiusitas remaja baik pendidikan formal, non-formal maupun

pendidikan berbasis agama, selain itu, orang tua dan lingkungan yang

berpengaruh dalam religiusitas. Berbicara tentang remaja tidak lepas dari

kenakalan- kenakalan yang masih mencari jati dirinya, dan masih mencari yang

menurut dia benar, begitu juga ketika perbincangan tentang remaja lainnya. Oleh

Page 17: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

6

karena itu penulis ingin pengkaji sejauh mana religiusitas remaja yang menempuh

pendidikan di lembaga berbasis agama, yang mencangkup dimensi religiusitas,

ritualistik, intelektual, ekspereintial, dan dimensi konsekuensi. Untuk mengetahui

Faktor utama yang dominan dalam pengaruh religiusitas remaja, di era kemajuan

teknologi saat ini yang memudahkan mendapatkan informasi dalam hal baik

sekaligus informasi yang bisa merusak pergaulannya. Dengan sifat remaja yang

masih dalam mencari jati diri.

Berawal dari inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang,

RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus di Sekolah MTs Assalafiyah

Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes). Sejauh pengamatan

penulis belum ada Judul yang mirip membahas dalam Studi Agama-agama.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu luas dalam

penelitian, penulis berfokus pada ruang lingkup siswa-siswi kelas VIII MTs

Assalafiyah Sitanggal, Kabupaten Brebes, untuk menjadi objek penelitian,

juga kepala sekolah dan guru yang mengajar.

2. Rumusan Masalah

a) Bagaimana efektivitas religiusitas remaja pada siswa-siswi MTs

Assalafiyah Sitanggal?

b) Bagaimana kontribusi MTs Assalafiyah Sitanggal dalam meningkatkan

Religiusitas remaja?

Page 18: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui efektivitas religiusitas siswa-siswi MTs Assalafiyah

Sitanggal, Kabupaten Brebes.

b. Untuk mengetahui gambaran religiusitas siswa-siswi MTs Assalafiyah

Sitanggal, Kabupaten Brebes.

2. Manfaat penelitian

Penelitian tentang Religiusitas Remaja pada siswa-siswi MTs

Assalafiyah Sitanggal diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

psikologi agama, psikologi remaja, terkait dengan religiusitas remaja.

b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dan bermanfaat bagi

semua pembaca.

c. Menjadi referensi bagi sekolah untuk meningkatkan religiusitas siswa-

siswi.

D. Tinjauan Pustaka

Dari pengamatan dan berbagai pencarian judul skripsi tentang Religiusitas

Remaja (Studi kasus MTs Assalafiyah Sitanggal, Kabupaten Brebes), belum

ada judul yang secara utuh yang sama, tetapi, penulis menemukan beberapa

skripsi dan karya yang berkaitan dengan penulis.

Skripsi Fahmi Dzilfikri, Religiositas Kaum Difabel, Fakultas Ushuluddin,

Jurusan Perbandingan Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015,

Page 19: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

8

membahas tentang religiositas kaum difabel. Menjadi rujukan penulis mengenai

teori dimensi religiusitas.

Syaiful Hamali, Karakteristik Keberagamaan Remaja, Al-AdYaN/Vol.XI,

No.1/Januari-Juni/2016: tentang Kehidupan Keagamaan Pada Masa Remaja

Perkembangan remaja selalu dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan psikis nya,

dengan kata lain penghayatan remaja terhadap ajaran dan amalan-amalan

keagamaan nya banyak berhubungan dengan perkembangan dirinya. Menjadi

rujukan penulis dalam membantu menambahkan materi perkembangan remaja.

Artikel Subandi Perkembangan Kehidupan Beragama, Buletin Psikologi,

Tahun III, Nomer I, Agustus 1995 berisi tentang Konflik dan keraguan beragama

yang terjadi pada masa remaja sering dianggap ,oleh para ahli agama sebagai

sesuatu yang membahayakan bagi perkembangan kehidupan beragama seseorang

di masa yang akan datang. Tetapi menurut para ahli Psikologi Agama konflik dan

keraguan merupakan suatu hal yang wajar dari proses perkembangan kehidupan

beragama seseorang (Clark, 1958). Menjadi rujukan penulis dalam memberikan

materi mengenai remaja.

Jurnal Afiatin Tina, Religiositas Remaja (Studi Tentang Kehidupan

Beragama di Daerah Istimewah Yogyakarta), Universitas Gajah Mada., 1998 NO.

1. Menjadi rujukan penulis mengenai perkembangan religiusitas remaja.

Adapun beberapa buku yang penulis cantumkan Buku Ramayulis,

Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX, 2011, Zakiah Daradjat, Ilmu

Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII, 1991.

Page 20: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

9

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bermaksud untuk

mencari data guna untuk mendapatkan maksimal mengenai MTs Assalafiyah

Sitanggal.

2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas sumber

primer dan sekunder:

A. Sumber Primer

1) Objek Penelitian

a) Informan Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal Bapak

Muhammad Ihsan, M.Pd

b) Informan Guru Akidah Akhlak MTs Assalafiyah Sitanggal Bapak

Hasan Bisri,S.SPdI

c) Informan dari siswa MTs Assalafiyah Sitanggal Putra

d) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Mawar

e) Informan dari siswa MTs Assalafiyah Sitanggal Ale

f) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Anggi

g) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Bunga

h) Informan dari siswa MTs Assalafiyah Sitanggal Lilo

i) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Melati

2) Buku/Jurnal/Skripsi yang berkaitan dengan Peneliti

a) Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX, 2011.

Page 21: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

10

b) Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII,

1991

c) Skripsi Waslan Abdul Cholik, Moderniasi dan Keberagamaan

Remaja, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016

d) Syaiful Hamali, Karakteristik Keberagamaan Remaja, Al-

AdYaN/Vol.XI, No.1/Januari-Juni/2016

B. Sumber Sekunder: Buku/Jurnal yang tidak terkait langsung dengan penelitian

tetapi masih relevan dengan pembahasan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian lapangan penulis menggunakan pengumpulan

data yang terbagi atas.

a) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara

bab sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi

langsung.12

b) Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang

berupa catatan, transkrip, buku13

. Foto, video yang bersangkutan dengan

sesuatu yang diteliti.

12

Muri Yusuf, (2017). Metode penelitian Kualitatif dan penelitian gabungan.

Rawamangun-Jakarta, kencana, h 372 13

Muh. Fitrah, Lutfiyah (2017). Metodelogi Penelitian Kualitatif, tindakan kelas dan studi

kasus. Sukabumi, Jawa Barat. h 74

Page 22: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

11

c) Observasi

Penelitian ini menggunakan metode observasi ini dilakukan

pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena dan fakta-fakta

yang diselidiki yang ditemui di lapangan.14

Observasi lapangan adalah

mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban,

mencari bukti terhadap fenomena religiusitas remaja yang berada di MTs

Assalafiyah Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes.

4. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, menurut Denzin dan

Lincold menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi

dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Erickson

menyatakan bahwa penelitian kualitatif berusaha untuk menemukan dan

mengambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan

yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.15

Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi agama,

yaitu pendekatan yang tidak asing dalam Studi Agama-agama. Psikologi agama

merupakan pengetahuan ilmiah, maka dari itu, psikologi agama menggunakan

pendekatan dan metode penelitian yang ilmiah untuk pengkaji fenomena-

fenomena yang terkait dengannya. Dister menuliskan bahwa seseorang peneliti,

dalam hal ini psikologis, secara metodologi harus dapat melepaskan dirinya dari

keyakinan iman atau ateisme nya ketika melakukan penelitian terkait psikologi

14

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 143 15

Albi Anggito & Johan Stiawan, (2018), Metode Penelitian Kualitatif, Sukabumi: CV

Jejak, h 7

Page 23: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

12

agama. Karena, jika tidak demikian, penyelidikan dan penelitiannya menyimpang

dari arah psikologis.16

5. Analisis Data

Analisis yang dilakukan ini adalah penganalisisan terhadap data-data yang

telah terkumpul melalui ke perpustakaan dengan jalan mengklarifikasikan antara

satu data dengan data lainnya secara menyeluruh dianalisis, dan interprestasikan.

Kemudian data lain akan diperoleh dari studi lapangan dengan teknik wawancara

yang dipergunakan untuk mencari makna bagi religiusitas remaja.

G. Sistematika penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan sebuah gambaran yang

runtun agar mudah dipahami oleh pihak pembaca, adapun sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I: Bab ini berisi tentang pemaparan pokok permasalahan yang terdiri

dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sumber dan metode

pengumpulan data, dan sistematika penelitian.

BAB II: Pada bab ini memahami religiusitas dan karakteristik remaja

sekolah MTS Assalafiyah Sitanggal yang meliputi pengertian religiusitas,

pengertian remaja, karakteristik remaja, dimensi religiusitas meliputi dimensi

ideologi, ritualistik, intelektual, eksperiential, dan konsekuensi, perkembangan

religiusitas, dan faktor yang mempengaruhi religiusitas.

BAB III: Pada Bab ini berisi tentang gambaran umum madrasah MTS

Assalafiyah Sitanggal yang meliputi sejarah berdirinya MTS Assalafiyah

16

Ahmad Saifuddin, (2019), Psikologi Agama Implementasi untuk Memahami Perilaku

Beragama. Rawamangun-Jakarta Utara: Kecana, h 18

Page 24: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

13

Sitanggal, visi dan misi MTs Assalafiyah, program dan fasilitas, data siswa-siswi,

guru, karyawan, dan gambaran umum religiusitas siswa MTs Assalafiyah

Sitanggal.

BAB IV: Pada Bab ini berisi tentang, gambaran subjek penelitian,

deskripsi dimensi religiusitas pada remaja.

BAB V: Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan berisi ringkasan uraian penulis

dari apa yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya serta dilengkapi

dengan saran sebagai tindakan lanjut yang seharusnya dilakukan sehingga penulis

ini dapat bermanfaat semestinya.

Page 25: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

15

BAB II

MTS ASSALAFIYAH SITANGGAL DALAM PERKEMBANGAN

RELIGIUSITAS REMAJA

A. Gambaran Umum MTs Assalafiyah Sitanggal Kabupaten Brebes.

MTs Assalafiyah Sitanggal ini pertama kali berdiri dirintis oleh

KH.A.Syathori Marlan (Alm) dan K.Akyas Suhari (Pengurus MWC NU ) beserta

masyarakat sekitar pada bulan Nopember tahun 1968 dengan menempati gedung

MI Sitanggal dengan jumlah siswa 48 anak dengan kepala madrasahnya

K.A.Syathori Marlan (Alm) dengan jumlah guru sebanyak 9 orang. Tidak lama

kemudian MTs Assalafiyah Sitanggal memiliki bangunan/ gedung di atas tanah

wakaf H. Zaenudin Dk.Lamaran mertua KH. A. Syathori Marlan (alm) dengan

peletakan batu pertama pada tanggal 9 September 1969 dengan luas 3200 m2 dan

sekarang lokasi bertambah luas menjadi 8200 m2 dengan bangunan bertingkat.

Sejak berdiri hingga sekarang ( kurun waktu 43 tahun ) kepemimpinan

MTs Assalafiyah Sitanggal sudah mengalami pergantian selama 10 (sepuluh)

periode. Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala Madrasah

pada MTs Assalafiyah Sitanggal antar lain:

1. KH.A.Syathori (Alm) 6. Sutrimo (Alm)

2. Umar Affandi,BA (Alm) 7. Drs.Miftahussalam (Alm)

3. Muidin HS. 8. Taukhid

4. Miftahussalam,BA (Alm) 9. HM.Fachruri

5. Munkharis HN 10. H.Muhammad Ihsan,M.Pd

Page 26: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

16

Seiring dengan perkembangan zaman, MTs Assalafiyah Sitanggal selama

kurun waktu 43 tahun mengalami kemajuan yang begitu pesat baik dalam sarana

prasarananya, kualitas lulusannya hingga 100% tiap tahunnya, dan banyak prestasi

yang pernah diraihnya baik prestasi akademik maupun non akademik bahkan

jumlah siswanya pun mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sekedar

untuk diketahui bahwa dari 10 MTs dan 6 SLTP yang ada di wilayah kecamatan

Larangan Kabupaten Brebes pada tahun pelajaran 2012-2013 jumlah siswa MTs

Assalafiyah Sitanggal mencapai lebih dari 750 anak dengan jumlah guru 42 orang

dan Staf TU/Karyawan 11 orang dengan latar belakang pendidikan S1, S2 dari

PTN, PTS, Pondok Pesantren dan sebagian besar sudah menyandang gelar guru

profesional. Hal ini patut disyukuri karena masyarakat masih memberikan

kepercayaan yang tinggi untuk menyekolahkan putra-putrinya di MTs

Assalafiyah Sitanggal.1

B. Tujuan dan Perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal

TUJUAN :

1. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan ajaran Islam Ahlussunnah wal

Jama’ah

2. Menciptakan pendidikan yang unggul dan menjadi idola masyarakat.

3. Terbentuknya sikap atau karakter siswa yang imani, islami dan ihsani.

4. Meningkatkan kegiatan keagamaan di lingkungan madrasah, seperti: Tadarus

dan atau hafalan juz ‘amma, salat duha, salat berjamaah, dan kepedulian

sosial.

5. Mempunyai tim kesenian dan olah raga handal.

1Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal

pada tanggal 12 oktober 2019

Page 27: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

17

6. Terpenuhinya tamatan atau lulusan madrasah yang relevan dengan kebutuhan

masyarakat.

Dalam perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal untuk terus

meningkatkan kualitas sehingga memberikan motivasi yang tinggi pula kepada

para penyelenggara pendidikan khususnya di MTs Assalafiyah Sitanggal untuk

selalu meningkatkan pelayanan yang maksimal guna mencapai kualitas lulusan/

tamatan yang lebih baik lagi, perlu diketahui bahwa MTs Assalafiyah Sitanggal

mempunyai program unggulan berupa kelas Tahfidz Juz ’Amma dengan harapan

setelah lulus siswa tersebut dapat hafal Al Qur’an juz 30 dan dilatih untuk dapat

memimpin kegiatan Tahlil di masyarakat. MTs Assalafiyah Sitanggal juga tidak

ketinggalan tekhnologi komunikasi dan informasi dengan dilengkapi Hotspot

Area untuk pembelajaran internet, Laboratorium Bahasa, Lab.Komputer dan Lab

IPA. Juga dengan kegiatan ekstrakurikuler atau Pengembangan diri berupa

Pramuka, PMR,PKS,Marching Band, Calung, Khitobah, Pengembangan Tilawatil

Qur’an, Karate, Pencak Silat, dan Qosidah/ Rebana Modern sebagai wadah para

siswa untuk menyalurkan bakatnya.2 Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan MTs

Assalafiyah Sitanggal saat ini sekolah berkerja sama dengan pemerintah, lembaga

kemasyarakatan dan pukesmas untuk memenuhi kebutuhan dan kelancaran

pembelajaran di MTs Assalafiyah Sitanggal.3

Prestasi yang pernah dirahih MTs Assalafiyah Sitanggal

1. Juara 2 MTQ Pelajar Putri Kab. Brebes

2. Juara 1 Lomba DAI Tk Kecamatan

2 Wawancara Muhammad Ihsan ( Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 25

Oktober 2019, 07.30 WIB 3Wawancara Muhammad Ihsan ( Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 25

Oktober 2019, 07.34 WIB

Page 28: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

18

3. Juara 1 Catur putri tingkat kabupaten

4. Juara 3 Pidato Bahasa Arab tingkat kabupaten

5. Juara 3 Lompat Jauh Popda Kabupaten

6. Juara 1 Pidato Bahasa Arab Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

7. Juara 1 Pidato Bahasa Arab Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten

8. Juara 1 Pidato Bahasa Inggris Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

9. Juara 1 Pidato Bahasa Inggris Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten

10. Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten

11. Juara 1 Lari 5 Km Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

12. Juara 1 Bulu Tangkis Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

13. Juara 1 Lomba Matematika Porsema Ma’arif NU Kabupaten

14. Juara 2 Tenis Meja Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

15. Juara 3 Tenis Meja Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

16. Juara 3 Kaligrafi Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten

17. Juara 3 MTQ Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten

18. Juara 3 Baca Puisi Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten

19. Juara 1 Bulu Tangkis Putra Porseni MTs/Expo Jawa Tengah

20. Juara Harapan 1 Bulu Tangkis Ganda Putra Porseni Expo Nasional

21. Juara 3 Pidato Bahasa Indonesia Putri Porsema Ma’arif NU Jateng

22. Juara 2 Bulu Tangkis Putra Porsema Ma’arif NU Jateng

Page 29: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

19

C. Visi dan Misi MTs Assalafiyah Sitanggal

a. VISI :

Terwujudnya Lulusan Madrasah yang Unggul dan Berkarakter

b. MISI :

1. Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik menjadi Muslim

dan muslimat yang taat beribadah.

2. Mengembangkan kemampuan peserta didik yang kritis dan

sistematis.

3. Mengembangkan bakat peserta didik yang kreatif dan inovatif.

4. Menumbuh kembangkan sikap kepedulian sosial yang tinggi

Visi misi diatas merupakan hal-hal yang ingin dicapai MTs Assalafiyah

Sitanggal pada siswa-siswanya. Secara garis besar menginginkan generasi

alumni yang memiliki keagamaan yang baik dan berkarakter yang mampu

bersaing dengan baik.4

MTs Assalafiyah Sitanggal sangat mendukung berkembangnya keagamaan

siswa-siswa dengan beberapa program unggulan Tahfidz Qur’an, komputer dan

bahasa, selain itu melaksanakan Istighosah setiap hari jumat, membaca al-Qur’an

sebelum belajar, dan melakukan solat duha bergilir, yang diterapkan oleh MTs

Assalafiyah ini oleh karena itu misi dalam menjadikan yang taat beribadah.5

D. Program dan Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal

Program yang MTs Assalafiyah Sitanggal untuk meningkatkan kualitas

siswa-siswi dengan pendidikan agama yang memadai dan begitu juga dengan

4Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal

pada tanggal 12 oktober 2019 5 Wawancara Muhammad Ihsan ( Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 25

Oktober 2019, 07.45 WIB

Page 30: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

20

pelajaran umum, selain pendidikan agama dan pendidikan umum MTs

Assalafiyah Sitanggal memiliki program ekstrakulikuler baik umum dan agama:

a. Mata pelajaran umun

1. Pendidikan Pancasila dan Kewargaan 5. Komputer

2. Bahasa Indonesia 6. IPS Terpadu

3. Bahasa Inggris 7. Seni Budaya

4. Pendidikan Jasmani dan kesehatan 8. Matematika

5. IPA Terpadu 9. Prakarya

b. Mata Pelajaran Agama

1. Qur’an Hadis

2. Akidah Akhlak

3. Fikih

4. Sejarah Kebudayaan Islam

c. Mata Pelajaran Lokal

1. BTA/Tahfidz

2. keNUan

3. Bahasa Jawa

Ekstrakulikuler

1. Pramuka 6. Rohis

2. Drum Band/ Calung 7. PMR ( Palang Merah Remaja)

3. KSM/OSN 8. Karate/ Silat

4. LPTQ/ Rebana 9. Tilawatil Qur’an

5. Paskibra 10. Seni-seni Islam (Rebana)

Page 31: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

21

Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal

Beberapa fasilitas pendukung yang berada di MTs Assalafiyah Sitanggal,

untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar siswa-siswi dan guru yang ada di

MTs Assalafiyah Sitanggal.

Tabel 1

Data Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal

NO Fasilitas Pendukung Jumlah

1 Ruang Kelas 14

2 Laboratorium IPA 1

3 Laboratorium Bahasa 1

4 Laboratorium komputer 1

5 Perpustakaan 1

6 Keterampilan 1

7 Serbaguna 1

8 UKS 1

9 Koperasi 1

10 Ruang BP/BK 1

Page 32: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

22

11 Kepala Sekolah 1

12 Guru 1

13 Tata Usaha 1

14 OSIS 1

15 KM/WC Guru Perempuan 1

16 KM/WC Guru Laki-laki 1

17 KM/WC Siswa Laki-laki 8

18 KM/WC Siswi Perempuan 8

19 Ruang Ibadah 1

20 Gudang 8

Sumber Data: Tata Usaha MTs Assalafiyah Sitanggal, diambil 20 oktober 2019

E. Data Siswa-siswi, Guru dan Karyawan

1. Data Siswa-siswi

Data terbaru pada tahun 2019-2020 jumlah keseluruhan dari siswa-siswi

MTs Assalafiyah Sitanggal 486.

Page 33: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

23

Tabel 2

Data siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Kabupaten Brebes

NO NO.

KLS KLS PARALEL

LAKI

LAKI

EREMPUAN JUMLAH

1 1 7 A 10 22 32

2 2

B 9 23 32

3 3

C 18 16 34

4 4

D 20 14 34

5 5

E 16 19 35

6 6

F 14 18 32

JUMLAH 87 112 199

7 1 8 A 9 26 35

8 2

B 24 14 38

9 3

C 25 13 38

10 4

D 26 12 38

JUMLAH 84 65 149

11 1 9 A 9 23 32

12 2

B 17 18 35

13 3

C 8 17 35

14 4

D 17 19 36

JUMLAH 61 77 138

JUMLAH TOTAL 232 254 486

486

Sumber Data: Tata Usaha MTs Assalafiyah Sitanggal, diambil 20 oktober 2019

Dari data siswa-siswi diatas, dapat diketahui siswa kelas 7 sampai dengan

kelas 9 berjumlah 486 siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 232, dan

siswi perempuan 254, dengan total keseluruhan 486 siswa-siswi MTs Assalafiyah

Sitanggal, Kabupaten Brebes.

Page 34: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

24

2. Data Guru dan Staf Karyawan

Tabel 3

Data Guru dan Staf Karyawan MTs Assalafiyah Sitanggal

NO Guru

Lk

Guru

Pr

BK Staf

TU

Perpustakaan

dan Koperasi

Karyawan JUMLAH

TOTAL

1 22 16 3 3 3 2 47

MTs Assalafiyah Sitanggal pada tahun ajaran 2019-2020 memiliki 38

guru, 11 karyawan , dengan rincian 22 guru laki-laki, 16 guru perempuan, 3 BK, 3

staf TU, 1 staf perpustakaan, 2 staf koperasi, 1 tukang kebun, dan 1 satpam

dengan kualitas yang memadai dan tidak kekurangan guru sehingga hal ini dapat

meningkatkan kualitas siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 35: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

25

Struktur Organisasi

Berdasarkan struktur organisasi diatas ketua yayasan MTs Assalafiyah

Sitanggal sebagai pengelola MTs Assalafiyah Sitanggal mengawasi kinerja dan

memantau perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal. Seperti sekolah umumnya

MTs Assalafiyah Sitanggal diketuai oleh Kepala Sekolah dan dibantu oleh wakil

Kepala Sekolah yang terdiri lima bidang Wakaur Kurikulum, Wakaur Sarpas,

Wakaur Kesiswaan, Waka Humas dan Bendahara Komite.

KEPALA MADRASAH

H.MUHAMMAD IHSAN,M.Pd

KETUA YAYASAN

Drs. H.ATHOILLAH,SE,MSi

WAKUR KURIKULUM

A.SYAFAAT,S.PdI

WAKUR KESISWAAN

A. JAHID, AMA

WAKUR SARPAS

DRS.H.AINUR ROKHMAT

WAKUR HUMAS

DRA. NUR LAILA

OPERATOR EMIS

ABDUL HADI

OPERATOR SIMPATIK

KHAERUDIN,S.PdI

KOMITE

FATKHURROHMAN,S.PdI

FA

PERPUSTAKAAN

CIPTOROSO, SE

PENILAIAN

A. MIMBAR, S.PdI

PEMBINA/GURU BP/BK

KOORDINATOR BK: SEHUDIN,M.MPd

KLS: VII : IKA LESTIANA. Y, S.Pd

KLS: VIII : MOH. AKROM,SHI

KLS: IX : SEHUDIN,M.MPd

WALI KELAS

KELAS 7 KELAS 8

1. TADKIROH,M.Pd 1.DYAHMILASARI,S.Pd

2. SUCIATI,S.PdI 2. KHAERUDIN, S.KOM

3. NURHAYATI, SPdI 3.AGUNG.P ,S.Pd

4. A.BUSTONUL ARIFIN, S.PdI 4.USROTUN.M, S.Pd

5. YULI ISMIATI, S.PdI

KELAS 9

1. USWATUN HASANAH, S.P 2. A.MIMBAR,S.PdI

3. HESTI WIDYAWATI,S.Pd

4. MUSLIMAH,S.Ag

PEMBINA OSIS, ROHIS

1. HASANBISRI,S.PdI

2. SEHUDIN,M.MPd

PEMBINA PRAMUKA, LPTQ

1. KHAERIYAH

2. SELAMET

MAULIDIN

LAB KOMPUTER

AMIN SHOFIYUDIN,

S.Ag

KETUA GUDEP

NI’AMUSOMAD,SE

,M.Si

Siswa-siswi

Page 36: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

26

Dilihat struktur organisasi MTs Assalafiyah Sitanggal sangat menekankan

kualitas siswa-siswi dengan adanya pembina organisasi untuk siswa-siswi agar

bisa menyalurkan bakat.

F. Gambaran Umum Religiusitas Remaja MTs Assalafiyah Sitanggal

Pada sub Bab ini akan deskripsikan keagamaan remaja yang berada di

MTs Assalafiyah Sitanggal secara umum sebagai dengan menggunakan teori lima

dimensi religiusitas.

a. Dimensi Ideologi

Hasil temuan penulis di lapangan bahwa dimensi ideologi cukup baik

dilihat dari kurikulum dan ekstrakulikuler yang menerapkan nilai-nilai agama-

agama terhadap siswa-siswinya, begitu pula dengan temuan penulis dari hasil

wawancara ke tujuh responden yang semuanya memiliki tingkat religiusitas rata-

rata baik.

Dilihat juga dari kegiatan MTs Assalafiyah Sitanggal, diambil dari

wawancara guru akidah akhlak Hasan Basri menyatakan bahwa selalu

mengadakan perayaan hari besar Islam, dengan mengadakan pengajian yang diisi

oleh guru yang ada, hal ini agar siswa-siswi selalu meningkatkan keimanan

dengan siraman-siraman ceramah keislaman, dan juga untuk kedekatan guru dan

siswa.6

b. Dimensi Ritualistik

Dimensi ritualistik ini tampak ketika mereka melakukan solat duha

berjamaah secara bergilir istighosah setiap hari jumat dan membaca al-Qur’an

sebelum pelajaran. Menurut Muhammad Ihsan, pembiasaan solat duha berjamaah

6Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019.

Page 37: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

27

dan melalukan baca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai agar setelah menjadi

alumni MTs Assalafiyah Sitanggal bisa mengaji dan bisa memimpin tahlil.7

Sedangkan wawancara dengan Hasan Basri mengenai tentang ritual keagamaan,

siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal dilihat dari sejauh ini banyak pengaruh

dari orang tua yang dan lingkungan yang mengakibatkan tidak sama rata nya

ritual ibadah setiap siswa.8

Dilihat dari hasil wawancara dengan ke tujuh responden mengenai

ritualistik melihatkan tidak semuanya memiliki ritual keagamaan yang baik,

sebagian responden meninggalkan salat tidak sesuai dengan ajaran agama Islam

bahwa salat lima waktu, namun ada yang hanya melakukan tiga kali dan empat

kali.

Sedangkan faktor yang banyak mempengaruhi retualistik tidak lepas dari

lingkungan sekitar siswa-siswi yaitu banyaknya pengaruh dari lingkungan kelurga

orang tua yang pertama.9

c. Dimensi Intelektual

MTs Assalafiyah Sitanggal dalam menerapkan pembelajaran

menggunakan metode ceramah dan diskusi simulasi dengan berinteraksi langsung

dengan siswa-siswi, metode ini merupakan metode yang pas digunakan dalam

menyampaikan materi pelajaran untuk siswa-siswi.10

Dalam menanamkan materi pembelajaran wawancara dengan guru akidah

Akhlak Hasan Basri menjelaskan bahwa menanamkan pendidikan agama dengan

kisah-kisah teladan para Nabi dan praktik keagamaan seperti salat duha berjamaah

7Wawancara muhammad Ihsan (Kepala Sekolah) 25 oktober 2019

8Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019

9Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019

10Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019.

Page 38: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

28

bergilir setiap kelas dilakukan setiap hari, dan melakukan istiqoasah satu bulan

sekali yang dilakukan setiap hari jumat keliwon.11

Sedangkan kurangnya antusias siswa-siswi, hasil dari wawancara dengan

guru akidah akhlak sejauh pembelajaran ini kurangnya antusias dalam pelajaran,

banyak faktor yang mengakibatkan kurangnya antusias pembelajaran beberapa

faktor pengaruh pertemanan, pergaulan dan smartphone yang kurangnya

pengawasan orang tua mengakibatkan siswa lebih fokus terhadap smartphone

dibandingkan dengan mata pelajaran.12

Adapun hambatan dalam pembelajaran, yang pertama kurangnya

kepedulian siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru, kedua karena

pengaruh pergaulan teman bermain, ketiga pembawaan sifat sejak MI/SD yang

terbawa sampai MTs.13

d. Dimensi Eksperiential

Pada dimensi eksperiential, siswa-siswi di MTs Assalafiyah Sitanggal

tidak terlalu tampak. Mereka pada umumnya baru melakukan ritual ibadah

sebagai aktivitas sehari-hari yang biasakan di rumah maupun di sekolahan. Ada

beberapa siswa yang sudah merasakan pengalaman yang bersifat religius seperti

ketika mereka melakukan solat merasa tenteram dan damai dengan diri sendiri,

ada juga ketika mereka melalukan solat tidak merasakan apa-apa. Hal ini perlu

dibimbing dan diperhatikan khusus supaya ibadah sebagai kewajiban melainkan

sebagai kebutuhan.14

11

Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019 12

Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019 13

Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019 14

Wawancara siswa-siswi kelas VIII MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2017

Page 39: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

29

e. Dimensi Konsekuensi

Adapun dimensi konsekuensi, siswa-siswi hampir semuanya berakhlak

baik, kenakalan mereka masih di tahap wajar, tanggapan religiusitas remaja di era

digital Muhammad Ihsan menjelaskan dari segi positif bahwa dengan

menggunakan media sosial untuk memanfaatkan hal-hal yang baik, seperti lihat

pengajian di YouTube mempermudah siswa belajar, dalam hal ini kepala sekolah

memberikan pemahaman kepada guru untuk menasihati akan penggunaan

smartphone agar digunakan dengan sesuai dengan kebutuhan dan pembelajaran.15

Dengan kegiatan yang positif akan mendorong siswa-siswi untuk berperilaku

positif, begitupun dengan pemahaman-pemahaman yang diterapkan oleh MTs

Assalafiyah Sitanggal.

Materi-materi yang agama yang dominan dalam mempengaruhi

religiusitas siswa-siswi yaitu Akidah Akhlak, Fikih, Qur’an Hadis, SKI dan

Tahfidz, mata pelajaran ini sangat berpengaruh akan religiusitas siswa dimana

memberikan nilai-nilai dasar keagamaan dan berakhlak baik bagi siswa sehingga

secara perlahan dapat mempengaruhi religiusitas keagamaan siswa yang

menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal.16

Peran MTs Assalafiyah Sitanggal memberikan nilai-nilai keagamaan bagi

siswa guna agar siswa bisa membaca al-Qur’an dan lebih mengerti agama dilihat

dari beberapa alumni, bisa mempengaruhi dalam beragama di masyarakat, sejauh

ini peran MTs Assalafiyah Sitanggal berfokus untuk meningkatkan kualitas

keagamaan untuk siswa agar dapat berpengaruh dan berkontribusi terhadap

masyarakat, dengan menciptakan lulusan menguasai agama dengan semestinya,

15

Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 23 oktober

2019, 07.30 WIB 16

Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal)

Page 40: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

30

dan bisa membaca al-Qur’an. Dan juga menekankan alumni MTs Assalafiyah

Sitanggal setidaknya bisa memimpin tahlil di masyarakat di perakitan bukan

hanya sekadar teori.17

17

Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal)

Page 41: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

31

BAB III

RELIGIUSITAS DAN KARAKTERISTIK REMAJA

A. Religiusitas dan Remaja

1. Definisi Religiusitas

Kata religius berasal dari kata Latin Ligiosus yang merupakan kata sifat

dari kata benda religio. Asal-usul kata religiosus dan religio itu sulit dilacak.

Orang menghubung-hubungkan kata itu dengan kata kerja re-eligere yang berarti

memilih kembali atau religare yang berarti mengikat kembali. Atau, kata re-ligare

yang berarti terus menerus berpaling kepada sesuatu. Akan tetapi, pencarian dan

pemilihan asal kata itu lebih merupakan usaha untuk memberikan pembenaran

pada arti kata religio daripada pengungkapan arti yang sebenarnya. Dalam kata

religio terkandung tiga unsur. Pertama, unsur memilih kembali ke sesuatu yang

sebetulnya sudah ada tetapi dengan berjalannya waktu menjadi melupakan.

Kedua, unsur mengikat diri kembali pada sesuatu yang dapat dipercaya dan

diandalkan, yang sebelumnya sudah ada tetapi telah putus atau tidak disadari.

Ketiga, sesudah memilih kembali dan mengikatkan diri, manusia terus-menerus

berpaling pada sesuatu itu1.

Religiusitas adalah jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa

pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayaran atas agama yang

dianut.2

1Agus M. Hardjana.( 2005). Religiusitas, Agama dan Spiritualitas, Yogyakarta: Kanisius,

h 28 2Fuad Nashori dan Rachmy Diana. (2002). Mengembangkan Kreativitas Dalam

Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus.

Page 42: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

32

Wulf menjelaskan tentang religi, bahwa yang dimaksud religi adalah suatu

yang dirasakan sangat dalam, yang bersentuhan dengan keinginan seseorang,

membutuhkan ketaatan dan memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam

suatu masyarakat. Argyle dan Beit-Hallahmi menegaskan agama sebagai

kepercayaan, praktik, dan ritual keberagamaan. Spiro menekankan agama sebagai

lembaga dan interaksi3. Dengan demikian pengalaman religius adalah pengetahuan

manusia akan “sesuatu” yang ada di luar dirinya, melebihi mengatasi dirinya. Yang

Transenden, yang Ilahi, yang diperoleh secara langsung melalui hubungan sadar antara

dirinya dan “sesuatu” yang melebihi dirinya itu. “Sesuatu” yang lain, yang Transenden,

Yang Ilahi itu dalam bahasa agama disebut Allah.4

Makna religiusitas muncul tidak lepas dari konsep religion (agama) itu

sendiri. Makna terdalam agama adalah itu “ketundukan” atau “ikatan”

sebagaimana asal katanya dari reli, maksudnya “ketundukan/keterikatan” pada

yang absolute.5 Mengikuti Paul Tillich, agama diartikan sebagai sikap-sikap dan

tindakan manusia yang bersangkutan dengan keprihatinan yang paling dasar

(Ultimate concern). Keprihatinan paling dasar ini berkaitan dengan apa yang kita

sebut sebagai Tuhan. Sederhananya agama merupakan sebuah pengalaman dan

keyakinan (mengenai Tuhan).6

Ancok dan Nashori mengungkapkan religiusitas memiliki lima dimensi,

pertama akidah, yaitu tingkat keyakinan seorang muslim berdasarkan ajaran-

ajaran agama Islam. Kedua syariah, yaitu tingkat kepatuhan Muslimah dalam

mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagai mana dianjurkan dalam agama

3Jalaluddin Rakhmat (2003), Psikologi Agama, h 27

4Agus M. Hardjana. Religiositas, Agama dan Spiritualitas, Yogyakarta 2005, h 30

5Fahmi Dzilfikri.( 2015). Religiositas Kaum Difabel,. Skripsi Fakultas Ushuluddin,

Jurusan Perbandingan Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal 21 6Fahmi Dzilfikri.( 2015). Religiositas Kaum Difabel.

Page 43: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

33

Islam. Ketiga akhlak, yaitu tingkat perilaku seorang Muslim berdasarkan ajaran-

ajaran agama Islam, sebagaimana terealisasi dengan dunia beserta isinya.

Keempat pengetahuan agama, yaitu tingkat pemahaman Muslim terhadap ajaran-

ajaran agama Islam, sebagaimana termuat dalam al-Qur’an. Kelima penghayatan,

yaitu mengalami perasaan-perasaan dalam menjalankan aktivitas beragama dalam

agama Islam.7

Religiusitas menurut Glock dan Stark adalah sistem simbol, sistem

keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya

itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi

atau yang paling dihargai dan berarti bagi seseorang. Nashori dan Mucharam, juga

mengungkapkan bahwa religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,

pelaksanaan ibadah, serta penghayatan atas agama yang dianut. Ramayulis

mengatakan bahwa religiusitas memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan

batin. Religi atau agama mengandung sebuah arti ikatan dengan Tuhan yang harus

dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Religi merupakan sistem dari beberapa

aspek, yang dikenal dengan adanya kesadaran beragama dan pengalaman

beragama.8

Religiusitas memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan batin. Religi

atau agama mengandung sebuah arti ikatan dengan Tuhan yang harus dipegang

dan dipatuhi oleh manusia.9

7Iredho Fani Reza. Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas pada Madrasah

Aliyah, Humanitas, Vol. X No.2 Agustus 2013. Hal 49 8Ilyas Sudikno Yahya, Zaenal Abidin., Hubungan Antara Religiusitas Dengan Intensi

Prososial Pada Siswa-Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus. Jurnal al Empati, Oktober

2018, Volume 7 (Nomor 4), h 340 9Ramayulis, & Nizar, S. (2009). Filsafat pendidikan islam: telaah sistem pendidikan dan

pemikiran para tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia

Page 44: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

34

Istilah agama dalam penelitian psikologi agama tidak digunakan secara

langsung karena menggunakan term agama akan berhubungan langsung dengan

eksistensi agama itu sendiri. Keunggulan psikologi agama adalah sebagai alat

sebagai pemahaman agama yang selama ini minim oleh sains. Istilah yang paling

sering digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut adalah religiusitas.10

2. Definisi Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescence, diartikan sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, kognitif dan sosial emosional. Masa remaja dimulai sekitar kira-kira usia

10 sampai 13 dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Perubahan biologis,

kognitif, dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi

seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian.11

Masa remaja merupakan salah satu masa perkembangan yang dialami

manusia dalam hidupnya dan masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak

ke masa dewasa. Beberapa ahli mempunyai beberapa pendapat yang berbeda

mengenai masa remaja itu berlangsung, karena memang perkembangan manusia

itu bersifat individual, ada perkembangan yang cepat, dan ada pula yang lambat.

Dengan demikian, batasan umur bersifat fleksibel, artinya dapat maju ataupun

mundur sesuai dengan kecepatan perkembangan masing-masing individu. Suatu

contoh batasan umur remaja menurut beberapa ahli (Nuryoto) adalah (a). umur

10

Fahmi Dzilfikri.( 2015). Religiusitas Kaum Difabel, h 25 11

John W. Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Hal

26

Page 45: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

35

13-18 tahun (Hurlock), (b) umur 12-21 tahun (Jersild), umur 13-21 tahun (cole),

dan (d) umur 13-21 tahun (Haditono).12

Masa remaja adalah masa yang seolah-olah tidak memiliki tempat yang

jelas, ia tidak termasuk golongan anak juga tidak termasuk golongan dewasa.

Karena remaja belum mampu menguasai fungsi fisik maupun psikis nya, oleh

karena itu masa remaja biasa kita dengar sebagai masa transisi atau masa

peralihan.13

Masa remaja awal (early adolenscence) kira-kira sama dengan masa

menengah pertama dan mencakup perubahan pubertas. Bahwa perkembangan

didefinisikan sebagai proses sepanjang hidup. Masa remaja adalah bagian dari

perjalanan hidup dan karena ini bukan merupakan masa perkembangan yang

terisolasi.14

Fenomena masa remaja tidak memiliki batas waktu yang tegas dan pasti.

Meskipun demikian, secara kasar kita dapat mendefinisikan masa remaja sebagai

tahap perkembangan yang terjadi antara pubertas dan pencapaian kedewasaan.

Pada masa remaja awal meliputi usia 13, 14, dan 15 tahun. Masa remaja awal

maupun masa remaja akhir mempunyai tugas perkembangan yang sama:

membentuk identitas dari yang berbeda dari identitas orang tuanya. Dalam masa

remaja awal si anak mencoba menjawab pertanyaan “Siapakah Saya?” dia banyak

melakukan ini dalam lingkungan keluarganya.15

12

Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis

Empiris Aplikatif. Jakarta : kencana, h 41 13

Fakhrul Rijal (2016), Perkembangan Jiwa Agama Pada Remaja. Dosen STIS Al-

Azisiyah Sabang. Jurnal Pendidikan. 14

John W. Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga, h 26

15

Dr. Fitzhugh Dodson (2006), Mendisiplinkan Anak dengan Kasih Sayang, Jakarta:

Gunung Mulia, h 371

Page 46: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

36

B. Ciri- ciri Masa Remaja

Ciri-ciri remaja Hurlock.16

Hurlock merupakan seorang ahli psikologi

perkembangan dalam bukunya “Develipment Psychology”. Hurlock menjelaskan

ciri-ciri remaja sebagai berikut17

:

1. Masa remaja sebagai periode yang paling penting

Ada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang

tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan

psikologis yang kedua-duanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa

remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental yang cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian

dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan

Dimana pada masa ini status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan

dan peran yang harus dilakukan. Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis

anak remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya

dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak.

Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi

tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali

penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi

seorang anak dan bukan orang dewasa.

16

Elizabeth B. Horlock (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga, h 207-209 17

H. Amirullah Syarbini, M. Ag, Heri Gunawan, M. Ag (2014). Mencetak Anak Hebat,

Jakarta: Kelompok Gramedia, h 118

Page 47: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

37

3. Periode perubahan masa remaja

Dimana pada masa ini remaja mengalami perubahan yang sejalan dengan

tingkat perubahan, emosi, fisik, perubahan nilai-nilai, bersifat ambivalen18

terhadap perubahan dimana mereka menuntut kebebasan, tetapi sering takut

bertanggung jawab akan akibatnya, dan meragukan kemampuannya untuk

mengatasi tanggung jawabnya itu.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Walaupun setiap periode memiliki masalah, akan tetapi pada masa remaja

biasanya sering memiliki masalah yang sulit diatasi.

5. Masa remaja yang mencari identitas atau jati diri

Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka

mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-temannya.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Pada masa remaja biasanya terjadi pertentangan antara anak dan orang tua,

atau sebaliknya menjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan

orang tua.

7. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik

Ia melihat kehidupan bukan sebagaimana adanya, akan tetapi sebagaimana

yang ia inginkan, terlebih dalam masalah cita-cita.

Mengacu pada usia perkembangan, pada umumya remaja masih berada di

bangku SMP, SMA, dan sebagainya, proses perkembangan manusia tidak lepas

18

Ambivalensi dirasakan secara psikologis oleh seseorang dengan perasaan yang tidak

menyenangkan ketika aspek-aspek positif dan negatif hadir di dalam pikiran seseorang di waktu

yang samaan.

Page 48: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

38

dari pengaruh lingkungan sehingga perkembangan remaja yang duduk di bangku

SMP akan berbeda dengan remaja yang duduk di bangku SMA, ataupun di

perguruan tinggi, walaupun sebenarnya kehidupan manusia pasti tidak akan lepas

dari masa sebelumnya dan masa yang akan datang. Remaja yang duduk di bangku

SMP, SMA berumur sekitar 13-19, mencakup kategori remaja awal, pertengahan

dan mendekati masa remaja akhir.19

Karakteristik yang dialami mencakup aspek fisik, psikis, sosial dan

terakhir aspek perkembangan tersebut akan mencapai kematangan pada masa

remaja.

a. Perkembangan fisik

Perubahan fisik sudah dimulai pada masa pra remaja dan terjadi secara

cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja awal

yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole

berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan perkembangan dari aspek lain

yang mencakup perkembangan psikis dan sosial.20

b. Perkembangan kognitif

Piaget menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekitar

11-15 tahun, seorang anak mengalami perkembangan penalaran yang dihadapinya

berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai kematangan

pada tahap ini, potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning and thinking)

berkembang secara maksimum. Setelah perkembangan maksimum ini terjadi,

19

Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis

Empiris Aplikatif. Hal 41 20

Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis

Empiris Aplikatif. Hal 45

Page 49: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

39

seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran

pada tahap perkembangan selanjutnya.21

c. Perkembangan emosi

Menurut Piaget perkembangan afek selama tahap operasi formal sama

halnya dengan perkembangan kognitif dan struktur intelektual. Selama masa

remaja ditandai dengan dua faktor utama, yaitu (a) perkembangan idealisme, dan

(b) perkembangan kepribadian. Perkembangan operasi formal memfasilitasi

kemampuan berfikir verbal sehingga remaja tidak hanya mampu memikirkan hal-

hal konkret, tetapi ia juga mampu berfikir hipotesis berdasar situasi riil22

.

d. Perkembangan moral

Hasil penelitian Piaget mengungkapkan bahwa pada tahap operasional

konkret (8-12 Tahun), anak sudah memahami dan menghargai aturan-aturan.

Mereka sudah membedakan antara perbuatan yang jelek, serta akibat-akibatnya.23

Selanjutnya Elkin menegaskan bahwa seiring dengan perkembangan kognitif,

remaja mulai mengenal sifat egosentrisme24

yang merupakan titik awal

mendamaikan struktur kognitif dan dinamika kepribadian.

C. Dimensi-Dimensi Religiusitas

Dimensi religiusitas pada dasarnya dapat dilihat dari beberapa aspek

karena tidak lepas dari bagaimana para peneliti psikologi agama membutuhkan

teori tersebut untuk meneliti religiusitas pada manusia, oleh karena itu dimensi

21

Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis

Empiris Aplikatif, h 50 22

Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis

Empiris Aplikatif, h 51 23

Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis

Empiris Aplikatif, h 51 24

Egosentrisme merupakan mengacu pada karakteristik universal yang memusat pada

pandangan individu, dan ketidakmampuan untuk memahami pandangan orang lain.

Page 50: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

40

religiusitas terikat satu dengan yang lain dalam penelitian yang ingin penulis kaji.

Mengingat penelitian ini dilakukan dalam konteks Islam, maka penelitian ini yang

digunakan juga sesuaikan dengan konteks keislaman.25

Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas

keberagaman bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual

(beribadah khusus) saja tetapi juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainnya.

Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang dapat dilihat mata, tetapi juga

aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati sanubari seseorang. Dengan

demikian religiusitas meliputi berbagai sisi atau dimensi. Karena tulisan ini

bersifat keagamaan maka nilai-nilai dari dimensi religiusitas tidak lepas dari

agama dan ajaran keislaman yang berlaku.

Teori dimensi religiusitas ini memetakan keberagamaan remaja di MTs

Assalafiyah dalam beberapa dimensi, sehingga akan didapat kejelasan dimensi

mana saja yang dimiliki dan dimensi mana yang tidak dimiliki. Aplikasi dari

dimensi-dimensi religiusitas yang sering digunakan para peneliti psikologi agama

adalah teori Glock dan Stark yang dikenal dengan lima dimensi religiusitas.

1. Dimensi ideologi

Dimensi Ideologi merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan

dengan apa yang harus dipercayai termasuk dalam dimensi ideologi. Kepercayaan

atau doktrin agama adalah dimensi yang paling dasar.26

Dimensi ideologi atau dimensi keyakinan ini dapat dipastikan dimiliki

oleh semua orang yang beragama, sesuai agama yang dianut nya, walaupun

terkadang mereka tidak menjalankan perintah-perintah agama dan bahkan hidup

25

Fahmi Dzilfikri (2015). Religiositas Kaum Difabel, Skripsi Fakultas Usuluddin, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. h 35 26

Jalaluddin Rakhmat. (2003), Psikologi Agama. Bandung: Mizan. Hal 44

Page 51: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

41

tidak berdasarkan agama. Namun demikian, dimensi ideologis tertanam kuat

dalam diri masing-masing yang beragama.

2. Dimensi ritualistik

Dimensi keberagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilaku disebut

dimensi ritualistuk. Yang dimaksud perilaku di sini bukanlah perilaku umum yang

dipengaruhi keimanan seseorang, melainkan mengacu kepada perilaku khusus

yang ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan

dosa, berpuasa, atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.27

Dimensi ritualistik ini secara empiris menjadi alat untuk mengidentifikasi

penganut agama tertentu, walaupun belum tentu dimensi ini secara otomatis

berpengaruh pada kejiwaan dan pelakunya. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus

dimensi ritualistik tidak selalu sejalan dengan semangat diri ritual sendiri.

3. Dimensi intelektual

Setiap agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui

oleh para pengikutnya. Ilmu fikih di dalam Islam menghimpun informasi tentang

fatwa ulama berkenaan dengan pelaksanaan ritus-ritus keagamaan. Perjanjian

Baru di dalam agama Kristen memuat tentang pengetahuan kristus dan para rasul-

nya. Sikap orang dalam menerima dan menilai ajaran agamanya berkait erat

dengan perkaitan dengan agamanya itu.28

Dimensi intelektual menjadi aspek tersendiri dalam menilai religiusitas

seseorang. Karena dimensi ini hanya perseorangan yang bisa mengetahui sejauh

mana dia memahami keyakinan diri sendiri.

27

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 45 28

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 47

Page 52: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

42

4. Dimensi eksperential

Dimensi eksperential (pengalaman) berkaitan dengan perasaan yang

dialami oleh penganut keagamaan. Psikologi menyebutkan dengan religius

exsperienci. Pengalaman keagamaan ini bisa saja terjadi sangat moderat, seperti

kekhusyuhan di dalam salat atau sangat intend seperti yang dialami oleh Sufi29

.

Dimensi eksperential yaitu perasaan atau pengalaman keagamaan yang

pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut

berbuat dosa atau merasa bahwa doa-doanya dikabulkan Tuhan.

5. Dimensi konsekuensi

Dimensi konsekuensi menunjukkan akibat ajaran agama dalam perilaku

umum, yang tidak secara langsung dan secara khusus ditetapkan agama (seperti

dalam dimensi ritualistik). Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam

kehidupannya sehari-hari. Efek agama ini boleh jadi positif atau negatif

tergantung pada tingkat personal dan sosial30

.

Dimensi konsekuensi ini sering disebut juga dimensi sosial (sosial

dimension), dimana merupakan efek dari empat dimensi sebelumnya. Efek ini

dapat positif dan juga negatif, sebagaimana Jalaluddin Rakhmat memberikan

contoh Jim Jones mendorong hampir seribu pengikutnya untuk bunuh diri massal

dengan cara meminum racun.31

Dinamika perkembangan religiusitas remaja dipengaruhi beberapa faktor.

Thouless mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan

religiusitas remaja yaitu (1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai

tekanan sosial, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan

29

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 46 30

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 47 31

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 47

Page 53: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

43

lingkungan sosial yang disepakati oleh lingkungan itu; (2) Berbagai pengalaman

yang membentuk sikap keagamaan, terutama pengalaman-pengalaman mengenai

keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia ini, konflik moral dan pengalaman

emosi beragama; (3) Kebutuhan yang belum terpenuhi terutama kebutuhan

keamanan, cinta kasih, harga diri serta adanya ancaman kematian; (4) Berbagai

proses pemikiran verbal atau faktor intelektual.32

D. Perkembangan Religiusitas Pada Remaja

Dua ciri yang secara jelas yang mempengaruhi perkembangan religius

remaja:

1. Perkembangan kognitif (gocnitive Development).

Perkembangan kognitif Oleh Piaget pertumbuhan kognitif pada masa

remaja digambarkan berbagai gerak peralihan dari cara berfikir konkret ke cara

berfikir proporsional. Ronald Goldman telah menerapkan pemikiran Piaget dalam

pemikiran agama. Dalam bukunya Religious Thinking From Childhood to

Adolescence, Goldman menguraikan kemampuan yang makin berkembang pada

anak dari umur 6 sampai 16 tahun dalam membentuk konsep-konsep religius.

Salah satu kemampuan yang muncul dalam unsur-unsur itu, adalah kemudahan

untuk berfikir secara abstrak mulai nampak berfungsi. Perkembangan kognitif

memberikan kemungkinan terjadi perpindahan atau transisi dari “agama lahiriah

ke agama batiniah”.33

32

Afiatin Tina (1998), Religiusitas Remaja, Universitas Gajah Mada. Jurnal Psikologi,

NO. 1, 58-64 33

Robet W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan ( Yogyakarta: konsius,

1994), hal 23

Page 54: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

44

2. Identitas (Identity).

Hal kedua dalam perkembangan psikosial remaja yang mempuyai

relevansi khusus bagi agama adalah identitas. Erik Erikson telah menekankan sifat

kritis pergulatan remaja untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan

untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan mendapatkan rasa cukup atas harga

diri, peran untuk berhubungan dengan orang lain dan ideologi untuk

dipeluksetiani. Krisis identitas tercipta oleh runtuhnya dunia kanak-kanak, dan

pemecahannya tergantung pada perkembangan rasa kesamaan dan keberlanjutan

di mana masa kanak-kanak di masa lampau, masa muda di masa kini dan masa

dewasa di masa depan berkaitan satu sama lain secara erat dan terpadu.34

Merupakan suatu yang sangat penting dan berpengaruh terhadap

kehidupan remaja. Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa

faktor perkembangan rohani dan jamannya. Perkembangan itu antara lain menurut

W. Starbuck adalah.35

a. Pertumbuhan pikiran dan mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-

kanaknya sudah begitu tidak menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap agama

mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah

kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya.

b. Perkembangan perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,

etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri kehidupan yang terbiasa

dalam lingkungannya. Kehidupan religius cenderung akan mendorong dirinya

34

Robet W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan ( Yogyakarta: konsius,

1994), hal 25 35

Jalaluddin. Psikologi Agama. Hal 72-74

Page 55: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

45

lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang

mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi

dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual.

c. Pertimbangan sosial

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,

etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan yang terbiasa

dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya

lebih dekat ke arah hidup yang religius pula.36

Corak keagamaan para remaja juga

ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka

timbul konflik antara pertimbangan moral dan material.

d. Perkembangan moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan

usaha mencari proteksi. Tipe moral juga terlihat para remaja juga meliputi

1. Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan

pertimbangan pribadi.

2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.

3. Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral.

4. Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral’

5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral

masyarakat.

36

Atika Oktaviani Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja

Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan

Psikologi. Universitas Negeri Semarang, h 18

Page 56: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

46

e. Sikap dan minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan

sangat kecil dan hal ini tergantung kebebasan masa kecil serta lingkungan agama

yang mempengaruhi mereka.

Dalam hal ini Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa kebimbangan itu

disebabkan dua faktor penting, yaitu: Pertama, terjadinya kebimbangan

disebabkan keadaan jiwa remaja yang bersangkutan, dan keadaan sosial budaya

yang melingkupi remaja tersebut. Kedua, mungkin saja kebimbangan dan

keingkaran kepada Tuhan itu merupakan pantulan dari keadaan masyarakat yang

dipenuhi oleh penderitaan, kemerosotan moral, kekacauan, dan kebimbangan.37

E. Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas

Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas Individu yang memiliki

religiusitas tinggi akan tercermin dalam perilakunya. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi religiusitas, Ancok dan Suroso

menjelaskan karakteristik individu yang memiliki religiusitas berdasarkan

dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark yang memiliki

kesesuaian dengan islam38

yaitu:

1. Memiliki ciri utama berupa keyakinan (akidah) yang kuat. Akidah ini

mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (Iman kepada

Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan Qada dan Qadar).

Seorang muslim yang religius akan merasa yakin atau percaya terhadap

adanya Allah, melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna

37

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII, 1991. h 100. 38

Atika Oktaviani Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja

Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan

Psikologi. Universitas Negeri Semarang, h 37

Page 57: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

47

mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, mencintai dan

melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi larangan-Nya, meyakini adanya

hal-hal yang dianggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah san

sebagainya.

2. Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh

agamanya. Seorang Muslim yang beribadah dengan baik menggunakan jam-

jam yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dengan salat, banyak

berzikir, berdoa, rajin berpuasa dan zakat serta ibadah-ibadah lainnya.

3. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan dimotivasi oleh ajaran

agamanya seperti suka menolong, bekerja sama, berderma, menegakkan

keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan

hidup, menjaga amanat, memaafkan, mematuhi norma-norma islam dalam

perilaku seksual dan sebagainya.

4. Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar

keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap ajaran agamanya,

seperti mengetahui tentang isi al-Quran, pokok-pokok ajaran yang harus di

imani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam,

Sejarah Islam dan sebagainya. Dengan mengetahui hal-hal yang berhubungan

dengan agama yang dianut, seseorang akan lebih paham tentang ajaran agama

yang dipeluknya.

5. Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan

keajaiban yang datang dari Allah, seperti merasakan bahwa doanya

dikabulkan Allah, merasakan ketentraman karena menuhankan Allah,

tersentuh atau bergetar ketika menderang asma-asma Allah (seperti suara azan

Page 58: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

48

dan alunan ayat-ayat suci al-Quran) dan perasaan syukur atas nikmat yang

dikaruniakan Allah.

Hawari menyebutkan ciri seseorang yang memiliki religiusitas tinggi

yaitu39

:

1. Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang

diperintahkan Allah atau melakukan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Ia akan

merasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak seorang pun

melihatnya. Selain itu Ia juga selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang

dan aman karena merasa dilindungi oleh zat yang maha perkasa lagi

Bijaksana.

2. Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang mengontrol.

Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap.

3. Melakukan pengamalan agama seperti yang dirontokkan oleh para Nabi,

karena hal tersebut dapat memberikan rasa tenang dan terlindungi bagi

pemeluknya.

4. Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan mana yang baik dan

buruk bagi dirinya.

5. Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupannya, walaupun

aktivitas tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan

dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang baik sehingga

timbul kesadaran bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapatkan

balasan dari Allah.

39

Atika Oktaviani Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Krnakalan Remaja

Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan

Psikologi. Universitas Negeri Semarang, h 38

Page 59: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

49

6. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin

dicapainya.

F. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Sikap keagamaan adalah suatu kondisi diri seseorang yang dapat

mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap

agama, beranjak dari kenyataan yang ada, sikap keagamaan seseorang terbentuk

oleh dua faktor internal dan faktor eksternal.

Dengan demikian, jiwa keagamaan tak luput dari berbagai gangguan yang

dapat mempengaruhi perkembangannya. Pengaruh tersebut bersumber dari dalam

diri seseorang maupun bersumber dari faktor luar.40

1. Faktor internal

Perkembangan jiwa keagamaan, selain ditentukan oleh faktor eksternal,

juga ditentukan oleh faktor internal seseorang. Seperti halnya aspek kejiwaan

lainnya, para ahli psikologi agama mengemukakan berbagai teori berdasarkan

masing-masing.

a. Faktor Hereditas

Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan

yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur

kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, efektif, dan konatif. Akan tetapi

penelitian terhadap janin terungkap bahwa makanan dan perasaan ibu terpengaruh

terhadap kondisi janin yang dikandungnya. Demikian pula, Margareth Mead

menemukan dalam penelitiannya terhadap suku Mudugumor dan Arapesh bahwa

terdapat hubungan antara cara menyusui dengan sikap bayi. Bayi yang disusui

40

Drs. Bambang Samsul Arifin, M.Si, Psikologi agama. Cet. 1. Bandung, Pusta Stia.

2008. Hal 76-85

Page 60: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

50

secara tergesa-gesa (Arapesh) menampilkan sosok yang agresif dan yang disusui

secara wajar dan tenang (Mundugumor) akan menampilkan sikap yang toleran di

masa remajanya.

Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan antara sifat-

sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tapaknya berpengaruh tersebut dapat

dilihat dari hubungan emosional. Rasul SAW. Menyatakan bahwa daging tang

bersumber dari makanan haram, neraka lah yang lebih berhak baginya. Pernyataan

ini senggak nya menujukan bahwa ada hubungan antara status hukum makanan

haram (halal dan haram) dengan sikap.

b. Tingkat Usia

Dalam The Delevlopment of Religious on Children, Ernest Harms

mengungkapkan bahwa perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh

tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan

berbagai aspek kejiwaan termasuk perkembangan berfikir. Ternyata anak yang

menginjak usia berfikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran agama.

Selanjutnya, pada usia remaja, saat mereka menginjak usia kematangan seksual,

pengaruh itu pun menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. Bahkan

menurut penelitian Dr. Kinsey sekitar tahun 1950-an, 90% remaja amerika telah

melakukan masturbasi, homoseksual, dan onani.41

Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja

menimbulkan konflik kejiwaan, yang cenderung mempengaruhi terjadinya

41

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Agama, h 215

Page 61: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

51

konversi agama. Bahkan, menurut Starbuck pada usia adolesens sebagai rentang

umur tipikal terjadi konversi agama.42

c. Kepribadian

Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu

unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur hereditas dan

lingkungan inilah yang membentuk kepribadian. Adanya dua unsur yang

membentuk kepribadian itu menyebabkan munculnya konsep tipologi dan

karakter.

Tipologi lebih ditekankan kepada unsur bawaan, sedangkan karakter lebih

ditekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.

d. Kondisi kejiwaan

Kondisi kejiwaan terkait dengan kepribadian sebagai faktor internal. Ada

berbagai model pendekatan yang mengungkapkan hubungan ini. Model

psikodinamik yang dikemukakan Sigmund Freud menunjukkan bahwa gangguan

kejiwaan ditimbulkan oleh konflik yang tertekan di alam ketidaksadaran manusia.

Konflik akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang abnormal. Selanjutnya,

menurut pendekatan biomedis, fungsi tubuh yang dominan mempengaruhi kondisi

jiwa seseorang.

2. Faktor Eksternal

Manusia sering disebut dengan homo religius (mahluk beragama).

Pernyataan ini menggambarkan bahwa manusia memiliki potensi dasar yang dapat

dikembangkan sebagai mahluk yang beragama. Dengan demikian, manusia lahir

dilengkapi dengan potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar

42

Robet H Thoules (2000). Pengantar Psikologi Agama. jakarta: Raja Grafindo Persada, h

203

Page 62: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

52

sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi mahluk yang memiliki rasa dan perilaku

keagamaan. Faktor eksternal yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan

kejiwaan keberagamaan.

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan

manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak, keluarga

merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian,

keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan.

b. Lingkungan Institusional

Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa

keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah maupun yang nonformal

seperti berbagi perkumpulan dan organisasi.

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam

membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgih D. Gunarsa,

pengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) kurikulum dan anak;

2) hubungan guru dan murid; dan 3) hubungan antar-anak.

c. Lingkungan masyarakat

Dapat dikatakan bahwa anak setelah menginjak usia sekolah, sebagian

besar waktu jaganya dihabiskan di sekolah dan masyarakat. Berbeda situasi di

sekolah dan rumah, umumnya pergaulan di masyarakat kurang menekankan pada

disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat.

Meskipun tampak longgar, kehidupan bermasyarakat dibatasi oleh

berbagai norma nilai-nilai yang didukung warganya. Oleh karena itu, dengan

Page 63: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

53

norma dan nilai-nilai yang ada. Dari sini dipahami bahwa kehidupan

bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama.

Page 64: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

54

BAB IV

ANALISIS INTER-KASUS DIMENSI RELIGUSITAS REMAJA MTs

ASSALAFIYAH SITANGGAL, KABUPATEN BREBES

A. Gambar Subjek Penelitian

Seluruh subjek penelitian berjumlah 7 orang dengan karakteristik yang

tertera dalam tabel berikut:

Tabel 4

Nama

Putra

Mawar

Ale

Anggi

Bunga

Lilo

Melati

Umur

13

13

13

13

13

13

13

Jenis

kelamin

Pria

Wanita

Pria

Wanita

Wanita

Pria

Wanita

Kelas

VIII

VIII

VIII

VIII

VIII

VIII

VIII

Pendidikan

sekarang

MTs

MTs

MTs

MTs

MTs

MTs

MTs

Agama

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Islam

Sumber Data: Wawancara siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII. 17 Oktober 2019

Page 65: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

55

B. Deskripsi Religiusitas pada Remaja

Dalam religiusitas remaja yang diangkat dalam penelitian ini, temuan

penulis bahwa perkembangan religiusitas sangat dipengaruh oleh lingkungan,

pergaulan dan faktor orang tua yang menjadi dominan. Berikut adalah deskripsi

temuan penulis di lapangan mengenai dimensi-dimensi apa saja yang dimiliki

individu.

1. Kasus Putra

Putra merupakan siswa laki-laki berusia 13 tahun yang sedang menempuh

pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII, dia memiliki kelurga dan

lingkungan keagamaan yang tidak begitu taat agama bisa dibilang bisa saja, dia

sangat menyukai pelajaran prakarya dan Pendidikan kewarganegaraan, Putra

tidak mengikuti ekstrakulikuler.1

a. Dimensi Ideologis

Mengenai dimensi keimanan kepada Allah, Malaikat, Putra tanpa ragu

menjawab “Saya sangat percaya adanya Allah dan Malaikat tanpa ragu”.2

Hal yang sama juga berlaku akan keyakinannya al-Qur’an, Rasul-Nya dan

hari akhir.

“Saya percaya bahwa al-Quran adalah pedoman hidup bagi manusia dan Rasul

adalah utusan Allah, begitupun hari akhir saya percaya akan ada hari akhir”.3

Dari jawaban Putra ia termasuk memiliki keimanan yang baik, keyakinan

kepada Allah dan percaya hal-hal yang belum terjadi seperti hari akhir.

1Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 08.20

WIB 2 Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

3Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 66: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

56

b. Dimensi Ritualistik

Ketika penulis menanyakan sehari berapa kali melakukan salat ia

menjawab tiga kali, yaitu ketiga salat magrib, salat isya, salat zuhur, Putra selalu

melalukan puasa Ramadhan dan membayar zakat yang diajarkan oleh orang tua

dan di sekolah.

Dalam keseharian Putra membaca al-Quran sebanyak satu kali.

“Saya biasanya membaca al-Quran sebelum pelajaran dimulai bareng teman-

teman kelas”.4

c. Dimensi Intelektual

Putra siswa yang cukup baik, dan paham tentang rukun iman dan rukun

Islam, ia menjelaskan sesuai yang ia paham.

Ketika penulis menanyakan tentang akherat ia mengatakan sesuai

pemahaman Putra. “Akherat adalah alam ketiga setelah dunia yang kita

tempati.5”

Lalu saat penulis menanyakan kembali tentang apa artinya pahala dan dosa

Putra menjawab tidak tahu.

d. Dimensi Eksperiential

Putra mengakui bahwa ketika melakukan sesuatu yang bersifat baik ia

merasa senang, dan ia mengatakan bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doanya,

tetapi ia terkadang tidak merasakan tenteram ketika salat, hal ini ketika penulis

mencoba menanyakan Putra tentang apa yang ia rasakan ketika menjalankan

perintah salat.

“Saya terkadang tidak tenteram dalam melakukan salat”.6

4Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal

5Wawancara Informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal

Page 67: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

57

Namun Putra selalu merasakan takut ketika berbuat dosa dan selalu merasa

diawasi oleh Allah.

e. Dimensi Konsekuensi

Pada dimensi ini bisa dilihat dengan pertemanan dengan teman kelasnya

dan pergaulan, Putra kurang baik dengan teman-teman sekelasnya bahkan ia

merasakan bisa saja ketika temanya terkena musibah, ketika penulis menanyakan

lagi apa yang ia lakukan ketika melihat temanya melakukan kejahatan dan apakah

anda akan menolong seseorang yang beda dengan agama kita.

“Saya akan menonton dan saya tidak akan menolong karena bukan satu

agama”.7

2. Kasus Mawar

Mawar merupakan siswi MTs Assalafiyah Sitanggal berusia 13 tahun, dia

sangat menyukai pelajaran B. Indonesia, IPA, IPS dan hafalan Tahfidz selain itu

dia mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Pramuka dan PMR, keluarga dan

lingkungan keagamaan bisa saja, tidak ada pengajian di lingkungan rumahnya.

Mawar juga mengaku tidak pernah ikut dalam pengajian.8

a. Dimensi Ideologi

Pada dimensi ini Mawar mempunyai keyakinan yang kuat mengenai

Allah, ia percaya Allah ada dengan buktinya adanya alam semesta. Mawar

percaya bahwa malaikat adalah mahluk yang paling taat, meyakini al-Qur’an

6Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

7Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

8Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, , 17 Oktober 2019,

08.20 WIB

Page 68: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

58

sebagai pedoman hidup, Nabi adalah utusan Allah, dan ia meyakini bahwa adanya

hari akhir. “Ya, saya sangat yakin akan adanya hari akhir.9”

b. Dimensi Ritualistik

Mawar mengakui bahwa ia hanya melakukan empat kali salat dalam

sehari, “saya terkadang merasa malas dalam mengerjakan salat dan terkadang

ketiduran”. 10

Pada bulan Ramadhan, Mawar selalu puasa dan selalu salat tarawih

berjamaah dan selalu membayar zakat fitrah yang selalu diajarkan oleh orang tua

dan gurunya, Mawar juga pernah mencoba berpuasa Senin kamis tetapi ia tidak

sampai selesai.

“Saya pernah mencoba puasa senin kamis tetapi batal”.11

c. Dimensi Intelektual

Mengenai dimensi intelektual, Mawar mendapatkan pelajaran begitu

banyak di MTs Assalafiyah Sitanggal, mengatakan bahwa dia lebih tau tentang

rukun imam, rukun Islam, Akidah Akhlak dan fikih. Tetapi Mawar tidak paham

akan tentang apa pahala dan dosa.

Ketika penulis menanyakan apa yang ia ketahui tentang akherat, Mawar

menjawab sesuai yang ia pahami, ia menjawab bahwa “Akherat adalah alam

akhir dan penanti”.12

d. Dimensi eksperiential

Pada dimensi eksperiential ini, Mawar merasakan kedamaian ketika

melakukan kebaikan sesama manusia, Mawar selalu merasakan bawa apa yang dia

9Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

10Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

11Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

12Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 69: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

59

doakan selalu didengar oleh Allah, begitu juga ketika ia akan melakukan

perbuatan dosa merasa tertekan dan gelisah, seperti melakukan dosa mencuri.

Tetapi ketika penulis mencoba menanyakan apakah merasakan khusyuk

ketika salat. “Terkadang saya tidak khusyuk dalam melakukan salat”.13

e. Dimensi Konsekuensi

Mawar adalah siswi yang baik di kelasnya memiliki pertemanan yang

baik, begitupun ketika temanya terkena musibah ia merasa kasihan dan dia akan

membantu, begitupun ketika ada temanya berbuat kejahatan dan melakukan hal

yang tidak terpuji ia akan menegornya agar tidak melakukan hal tersebut lagi.

Ketika penulis menanyakan kembali apakah ia akan menolong orang yang

tidak seiman dengan kepercayan yang ia yakini terkena musibah.

“Menolongnya, karena sesama manusia, kasihan dan tidak tega.14

3. Kasus Ale

Ale merupakan siswa MTs Assalafiyah Sitanggal berusia 13 Tahun, Ale

berasal dari keluarga dan lingkungan keagamaan biasa aja orang tuanya

melakukan salat lingkungan tidak pengajian, ia sangat menyukai mata pelajaran

hafalan Tahfidz, IPA, IPS selain itu juga Ale aktif dalam ekstrakulikuler di

sekolahan ia mengikuti ekstrakulikuler dewan penggalang dan PMR, diluar

sekolah Ale tidak pernah mengikuti pengajian.15

a. Dimensi Ideologi

Mengenai dimensi keyakinan tentang Allah Ale sangat percaya adanya

Allah, ia juga meyakini bahwa Malaikat merupakan mahluk Allah yang paling

13

Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 14

Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 15

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 09.30

WIB

Page 70: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

60

taat, dan al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia, Nabi adalah utusan Allah

paling benar untuk mengajarkan agama.

Ketika penulis menanyakan lebih spesifik tentang Allah itu ada dan

buktinya apa? “Allah itu ada, buktinya bahwa adanya mahluk”.16

Dilihat dari jawaban Ale, dia memiliki keimanan yang cukup baik walau dalam

kelurga dan lingkungan dalam keagamaan bisa saja.

b. Dimensi Ritualistik

Ale mengaku dalam sehari dia melakukan salat Lima kali, ia mengakui

selalu rajin dalam menjalankan ibadah salat, ia juga berpuasa di bulan Ramadhan

dan membayar zakat, biasa nya Ale selalu membayar zakat di Sekolah, dalam satu

hari Ale biasanya membaca al-Qur’an satu kali

Ale mengaku bahwa salat 5 waktu adalah harus selalu aku tunaikan.

“Dalam sehari saya menunaikan salat 5 kali, itu sudah menjadi kebiasaan

saya”.17

c. Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini pertanyaan mengenai rukun iman dan rukun

Islam Ale hanya tau apa itu rukun imam dan islam tanpa menjelaskan secara

terinci. Sedangkan pertanyaan selanjutnya Ale bisa menjawab menjelaskan

pertanyaan yang penulis tanyakan seperti, apa yang dia pahami tentang pahala dan

dosa sesuai pemahamannya.

“Menurut saya pahala merupakan sesuatu yang bisa mengantarkan saya

ke surga, sedangkan Dosa merupakan sesuatu yang bisa mengantarkan saya ke

neraka”.18

16

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 17

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 71: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

61

Sedangkan pertanyaan tentang akherat ia hanya, tau bahwa akherat itu ada

dan tidak menjelaskan secara ditail.

d. Dimensi eksperiential

Pada dimensi eksperiential ini, ketika Ale melakukan kebaikan kepada

teman-temanya dia merasakan senang, dan dia percaya bahwa doa-doa ia

panjatkan selalu didengar oleh Allah dimana pun dia berdoa.

Dalam melakukan salat Ale seperti Putra terkadang dia merasakan tenteram dan

terkadang tidak merasakan tenteram.

“Saya terkadang merasakan ketenangan ketika salat dan di lain waktu

saya tidak merasakan ketentraman dalam salat”.19

Ale merasa khawatir dalam melakukan perbuatan dosa seperti mencuri dan

berbohong.

Dalam dimensi eksperiential Ale merasa tidak aman dan khawatir ketika

melalukan perbuatan baik karena dia merasa selalu diawasi oleh Allah.

e. Dimensi Konsekuensi

Dalam pertemanan Ale berteman baik dengan teman kelasnya juga dengan

kelas lain, Ale juga merasa kasihan ketika melihat temanya terkena musibah, dan

ia akan menolongnya, penulis menanyakan kembali tentang apakah Ale akan

menolong orang yang beda berbeda dengan ia

“..Hmm tergantung orangnya kalo dia baik saya tolong kalo tidak baik

saya tidak menolong”.20

18

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 19

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 20

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 72: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

62

4. Kasus Anggi

Anggi merupakan siswi berusia 13 Tahun, menempuh pendidikan di MTs

Assalafiyah Sitanggal kelas VIII, Anggi berasal dari kelurga yang taat agama

ayahnya seorang ustazd, orang tuanya rajin ibadah dan sering mengunjungi

kegiatan pengajian, namun lingkungan Anggi dalam ke agamanya bisa dibilang

bisa saja, Anggi sangat menyukai pelajaran B. Indonesia, praktik ibadah,

prakarya, dan matematika, selain itu juga Anggi aktif mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja).21

a. Dimensi ideologi

Dalam dimensi ideologi Anggi sangat percaya adanya Allah, karena

menurut Anggi “Allah itu ada, buktinya adanya alam semesta yang Allah

ciptakan”.22

Selain itu juga Anggi sangat percaya bahwa Rasul-Nya datang ke

bumi utusan Allah untuk mengajarkan agama, al-Quran sebagai pedoman umat

manusia, dan dia meyakini adanya hari kiamat, bahwa hari itu akan datang.

b. Dimensi Ritualistik

Dalam kehidupan sehari-harinya Anggi sangat rajin menunaikan ibadah

salat fardu, 5 waktu dalam sehari, ia selalu menjalankan perintah Allah, selain itu

juga Anggi melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan baginya itu adalah

kewajiban, Anggi biasanya membayar zakat di bulan ramadhan walaupun satu

tahun sekali.

Dalam sehari Anggi membaca al-quran dua kali dan sering puasa senin kamis.

21

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 10.10

WIB 22

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 73: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

63

“Dalam sehari saya mengaji dua kali sehabis ashar dan setelah salat

Magrib”.23

Namun Anggi belum pernah mencoba untuk berpuasa puasa sunah, senin, kamis.

c. Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini Anggi hanya menjelaskan satu pertanyaan

tentang akherat menurutnya. “Akherat merupakan alam penentuan”.24

Sedangkan untuk rukun imam dan rukun Islam, dia hanya menjawab

“Saya Tau” tanpa menjelaskan, untuk mengetahui lebih penulis menanyakan

tentang dosa dan pahala, Anggi tidak menjawab.25

d. Dimensi eksperiential

Pada dimensi eksperiential Anggi merasakan bahagia ketika melakukan

kebaikan kepada teman-teman atau orang sekitar, Anggi juga merasa bahwa doa-

doa nya selalu didengar oleh Allah, dan ketika Anggi melakukan salat dia

merasakan ketentraman dalam menjalankan ibadah salat.

“Saya merasakan ketenangan dan ketentraman dalam menjalankan

salat”.26

Anggi merasa takut bila melakukan sesuatu perbuatan kejahatan seperti mencuri,

ketika penulis menanyakan apakah ia merasakan diawasi oleh Allah.

“Saya merasa di awai Allah”.

Dilihat dari dimensi eksperiential Anggi akan merasakan takut ketika melakukan

kejahatan.

23

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 24

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 25

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 26

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal

Page 74: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

64

e. Dimensi Konsekuensi

Anggi merupakan siswi yang berteman baik dengan teman-teman di

kelasnya, selain baik Anggi juga merasakan kesediaan ketika melihat temanya

terkena musibah, dan ketika melihat temanya melakukan kejahatan Anggi akan

menegor agar tidak melakukan kejahatan.

Dan ketika penulis menanyakan tentang apakan dia akan menolong

seseorang yang terkena musibah tetapi beda agama.

“Saya akan menolongnya, karena kita sesama manusia”.27

5. Kasus Bunga

Bunga adalah siswi 13 tahun di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII,

Bunga sangat menyukai pelajaran B. Arab, prakarya, B. indonesia, dan IPA selain

itu Bunga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya ia mengikuti

ekstrakulikuler OSIS dan PMR. Bunga berasal dari kelurga yang keagamaan

seperti pada umumnya orang tuanya sibuk kerja dan terkadang melalaikan salat.28

a. Dimensi ideologis

Pada dimensi ideologis ini, Bunga mempunyai kesamaan dengan empat

teman sebelumnya yaitu Putra, Mawar, Ale, dan Anggi bahwa keimanan cukup

diyakini dan percaya adanya Allah dan tidak perlu diperdebatkan lagi.

“Ya, saya percaya dan yakin kepada Allah, Malaikat dan al-Qur’an yang

diturunkan-Nya dan juga tentang akan adanya hari akhir atau kiamat”.29

Keimanan Bunga kepada Allah dan kepada Rasul, tidak bisa diragukan

lagi, dia yakin akan adanya Allah karena dari semenjak MI sampai MTs kelas

27

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 28

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 11.00

WIB 29

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 75: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

65

VIII selalu diajarkan tentang keyakinan kepada Allah dan percaya akan adanya

hari kiamat yang merupakan hari akhir dari dunia ini.

b. Dimensi Ritualistik

Bunga termasuk siswi yang rajin menjalankan salat fardu 5 waktu. Baginya

salat lima waktu tidak boleh ditinggalkan karena itu sudah menjadi kewajiban

bagi seorang Muslim.

Selain itu juga Bunga selalu melaksanakan puasa di bulan Ramadhan ia

selalu menjalankan puasa ramadhan semenjak kelas empat MI, selain puasa di

bulan Ramadhan Bunga menunaikan zakat, zakat fitrah biasanya Bunga selalu

memberikan zakat fitrah di sekolahan bersama teman-temanya.

Untuk puasa sunah Bunga belum pernah melakukan puasa senin kamis,

ketika penulis menanyakan apakah pernah puasa senin kamis?

“Saya belum pernah puasa sunah senin kamis”.30

c. Dimensi Intelektual

Pada dimensi intelektual ini, Bunga mendapatkan pelajaran begitu banyak

mengenai agama di MTs Assalafiyah Sitanggal. Karena dalam beberapa mata

pelajaran di MTs Assalafiyah Sitanggal banyak pelajaran agama seperti Akidah

Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih dan lain-lain, tentang rukun iman dan

Islam Bunga ia mengetahui tanpa menjelaskan

Sedangkan ketika penulis meminta Bunga untuk menjelaskan tentang

akherat, Bunga dapat menjelaskan dengan pemahaman dia. “Akherat merupakan

alam akhir dan penentu surga dan neraka”.31

30

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 31

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 76: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

66

Tetapi ketika penulis menanyakan kembali dan menyuruh menjelaskan

tentang dosa dan pahala yang dia pahami, Bunga hanya mengetahui, tetapi tidak

bisa menjelaskan.

d. Dimensi Eksperiential

Pada dimensi ini, Bunga merasakan kebahagiaan sendiri ketika melakukan

kebaikan kepada teman-temanya, guru dan orang tua, selain itu juga Bunga merasa

prihatin melihat temanya terkena musibah.

Bunga selalu merasa tenteram ketika melakukan salat dia merasakan

kedamaian dalam dirinya, ketika penulis menanyakan bagai mana perasaan ia

ketika menunaikan ibadah salat.

“Saya merasakan tenteram dan tenang dalam diri saya”.32

Dan ketika Bunga melakukan perbuatan dosa Bunga merasa risau dan tidak

tenang, bahwa menurutnya Allah selalu mengawasinya dalam setiap perbuatan.

e. Dimensi Konsekuensi

Bunga berhubungan baik dengan teman-teman kelasnya, hubungan Bunga

dengan temanya dilandaskan karena sering berinteraksi. Dan ketika penulis

menanyakan tentang seseorang yang terkena musibah tetapi beda keyakinan

dengan kita apa yang akan anda lakukan. “Saya tetap membantu asalkan bukan

teroris”.33

Menurut Bunga saling menolong adalah kewajiban sesama manusia tetapi

tidak dengan teroris.

32

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 33

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 77: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

67

6. Kasus Lilo

Lilo merupakan siswa berusia 13 tahun, yang sedang menempuh

pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII. Dalam religiusitas

keluarganya dia menjelaskan bahwa lingkungan kelurga dan lingkungan

rumahnya keagamaan nya baik, orang tuanya sibuk dengan pekerjaan tetapi tidak

lupa dengan kewajiban solat. Lilo sangat aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler

Voli, salah satu kegiatan favorit, selain itu juga Lilo sangat menyukai mata

pelajaran PJOK dan prakarya. Lilo juga sering mengikuti pengajian di luar

sekolah34

.

a. Dimensi Ideologi

Mengenai keimanan kepada Allah, Malaikat dan al-Qur’an, Lilo

cenderung meyakini tanpa harus mempertimbangkan atau memikirkan hal

tersebut selama hal itu benar.

“Saya sangat percaya akan adanya Allah, buktinya adanya Mahluk

hidup, dan malaikat adalah mahluk Allah yang paling taat begitu dengan al-

Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia”.35

Hal yang sama juga berlaku

terhadap keimanan kepada Rasul-Nya dan hari akhir.

“Saya percaya Rasul adalah utusan Allah yang mengajarkan Agama, dan

saya yakin akan adanya hari akhir walaupun itu belum terjadi”.36

b. Dimensi ritualistik

Lilo menyatakan kepada penulis bahwa ia melakukan salat tiga kali dalam

sehari, menurutnya dia selalu kesiangan ketika mau melaksanakan salat subuh. Ia

34

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 11.30

WIB 35

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 36

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 78: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

68

selalu melakukan salat berjamaah ketika magrib, Lilo juga melakukan puasa di

bulan ramadhan dia mengakui bahwa ia satu bulan full puasa ramadhan, selain

berpuasa di bulan ramahan ia juga melaksanakan salat tarawih berjamaah di

musolah dekat rumahnya. Selain itu jua Lilo selalu membayar zakat fitrah

biasanya Lilo memberikan zakat fitrah ke sekolah untuk dibagikan kepada orang

yang membutuhkan.37

Lilo mengaku selain membaca al-Quran di sekolahan dia

juga membaca al-Quran di rumah, ketika penulis menanyakan mengenai apakah

pernah puasa senin kamis. “Saya belum pernah menjalankan puasa senin kamis,

tetapi akan ada saatnya saya melakukan puasa senin kamis”.38

c. Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini Lilo cukup baik menanggapi pertanyaan

penulis, dalam dimensi intelektual Lilo termasuk tipe orang yang aktif berbicara,

menurutnya ia mendapatkan materi agama yang banyak di MTs Assalafiyah

Sitanggal yang tidak dapat waktu ia menempuh pendidikan di Sekolah Dasar, Lilo

juga paham tentang rukun islam dan rukun imam. Namun tidak menjelaskan

secara terinci mengenai rukun Islam dan rukun iman.

Selain itu Lilo mengetahui beberapa hal tentang istilah-istilah dalam

agama Islam, ketika penulis menanyakan apa yang anda pahami akan pahala dan

dosa, dengan pemahaman ia menjelaskan bahwa:

“Pahala merupakan hadiah yang diberikan oleh Allah ketika berbuat baik

dan sesuai aturan Islam, sedangkan dosa merupakan sesuatu yang melakukan

perbuatan kejahatan”.39

37

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 38

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 39

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal

Page 79: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

69

Ketika penulis menanyakan kembali tentang apa itu akherat Lilo yang dia

jelaskan bahwa Allah lah yang tau. Dia tidak dapat menjelaskan menurutnya

hanya Allah saja yang tau.40

d. Dimensi eksperiential

Lilo merasa sesuatu yang berbeda ketika melakukan hal-hal kebaikan

seperti menolong ia merasakan kesenangan, dan ketika melakukan sesuatu

kejahatan ia merasa tertekan, ia merasa bahwa allah selalu mengawasi dan selalu

mendengar doa-doa nya. “Ya, saya merasa doa-doa saya didengar oleh Allah”.41

e. Dimensi konsekuensi

Pada dimensi ini Lilo tidak begitu baik dalam berteman, umumnya teman-

teman di MTs Assalafiyah Sitanggal cukup baik. Tetapi beda dengan Lilo ia

mengaku bahwa pertemanan nya kurang baik. Tetapi yang mendasari pertemanan

nya bukan berdasarkan pertimbangan ajaran agama tetapi ego sendiri yang masih

tahap mencari jati diri. Tetapi ketika penulis menanyakan apa yang akan anda

lakukan ketika melihat teman anda terkena musibah dan bukan satu agama.

“Ya, saya akan membantunya, kita sesama manusia harus saling tolong

menolong, begitupun ketika teman saya melakukan sesuatu kejahatan akan saya

tegur”.42

7. Kasus Melati

Melati merupakan siswi berusia 13 tahun yang sedang menempuh

pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, Melati berasal dari kelurga yang taat

dengan agamanya orang tuanya rajin ibadah dan sering melakukan pengajian,

tetapi di lingkungan Melati dalam keagamaan biasa saja tidak terlalu taat. Dalam

40

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal 41

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 42

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 80: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

70

mata pelajaran Melati sangat menyukai pelajaran Fikih dan Akidah akhlak Melati

termasuk siswa yang tidak aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler, tetapi diluar

sekolah Melati sering mengikuti pengajian.43

a. Dimensi Ideologi

Mengenai dimensi keimanan kepada Allah, malaikat dan Rasul-Nya

Melati tanpa ragu menjawab.

“Saya sangat meyakini akan adanya allah dan malaikat merupakan

mahluk yang paling taat dan Rasul merupakan utusan Allah”.44

Hal yang sama juga berlaku kepercayaan Melati terhadap hari akhir atau

kiamat dan al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia

“Saya meyakini akan adanya hari akhir, dan al-Qur’an merupakan

pedoman hidup bagi manusia”.45

Dari jawaban Melati bisa di jelaskan bahwa Melati memiliki keimanan

cukup baik, keyakinan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya.

b. Dimensi Ritualistik

Dalam dimensi ritualistik ini, Melati masih banyak rasa malas untuk

menjalankan ibadah salat, Melati mengaku ia hanya melakukan ibadah salat tiga

kali dalam sehari yang sebenarnya dalam agama Islam salat Fardu terdiri dari 5

magrib, isya, subuh, zuhur dan asar.

Melati selalu menjalankan puasa Ramadhan dan melakukan salat tarawih

berjamaah, selain itu juga Melati dalam sehari-hari ia membaca al-Qur’an dua kali

43

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 12.10

WIB 44

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 45

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 81: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

71

dalam sehari “Saya biasa membaca al-Qur’an dalam sehari 2 kali”.46

Melati juga

selalu membayar zakat fitrah walau masih dalam tanggungan orang tuanya,

biasnya DW memberikan zakat fitrah ke sekolah untuk dibagikan kepada orang-

orang kurang mampu.

c. Dimensi Intelektual

DW merupakan siswi yang cukup aktif, Melati juga paham akan rukun

islam dan rukun iman. Ketiak penulis menanyakan tentang akherat menurut

Melati “Akherat ada karena ada kehidupan”.47

Sedangkan ketika penulis menanyakan tentang dosa dan pahala Melati tidak bisa

menjawabnya dia hanya bilang tidak tau.

d. Dimensi eksperential

Melati mengakui bahwa ketika ia melakukan kebaikan kepada teman-

temanya dan lingkungan sekitar Melati merasan kesenangan, begitu pula etika

melihat temanya terkena musibah Melati akan menjenguknya. Tetapi ketika

penulis menanyakan apakah ia merasa tenteram melakukan salat.

“Saya tidak merasakan ketentraman dalam melakukan salat”.48

Hal ini

menjelaskan bahwa Melati melalukan kebaikan bukan atas dasar pengetahuan

agamanya tetapi bagaimana dia hidup dalam pertemanan dan rasa kasihan. Tetapi

Melati merasakan bahwa Allah selalu mengawasinya

e. Dimensi konsekuensi

Sebagaimana Lilo, Melati pun berteman baik dengan teman-teman

kelasnya, karena menurut ia dalam lingkungan kelas nya selalu bersama-sama,

46

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 47

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 48

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 82: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

72

Melati merasa prihatin dan menolong ketika temanya terkena musibah. Dan akan

menegor ketika temanya melakukan kejahatan.

Ketika penulis menanyakan apa yang akan ia lakukan ketika seseorang

terkena musibah tetapi tidak seiman dengan anda.

“Ya, tidak usah ditolong karena tidak satu agama”.49

C. Analisis Inter-kasus

Dari seluruh remaja awal yang penulis wawancara, hampir semuanya

memiliki kemiripan dan kekhasan masing-masing. Dimensi ideologi yang banyak

memiliki kemiripan oleh ketujuh informan penelitian.

Berikut adalah analisis inter kasus dimensi religiusitas remaja awal50

.

1. Dimensi ideologi

Lingkungan sekolah yang berbasis agama dan mengembangkan keyakinan

peserta didiknya sangat memberikan keyakinan yang cukup baik kepada peserta

didiknya. Pada kasus tujuh informan Putra, Mawar, Ale, Anggi, Bunga, Lilo, dan

Melati yaitu keimanan cukup diyakini apa yang mereka ketahui dan dari ajaran

orang tua mereka. Dengan keyakinan sebagai Muslim, mereka cukup percaya

bahwa Allah sebagai Tuhan yang harus diyakini, Nabi Muhammad sebagai

utusan-Nya, dan kitab al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia..

2. Dimensi ritualistik

Setiap agama memiliki ritual ibadah, ibadah merupakan ritual yang

dilakukan setiap umat yang beragama, dan praktik agama merupakan dimensi

yang nyata bagi ketujuh subjek penelitian untuk mengukur keberagamaan mereka,

dibandingkan dengan dimensi ideologis yang sulit dilihat, dimensi ritualistis ini

49

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal 50

Hasil wawancara siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal

Page 83: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

73

mudah dilihat karena dapat dilakukan. Pada dimensi ritualistik ini tidak semua

informan melakukan salat lima waktu dalam sehari ada empat informan yaitu

Mawar, Putra, Lilo, dan Melati yang sering melalaikan salat lima waktu

sedangkan tiga informan Ale, Anggi, Bunga siswa-siswi yang selalu menunaikan

salat lima.

Anggi dan Melati berasal dari kelurga yang taat agama tetapi memiliki

perbedaan dalam dimensi ritualistik untuk kasus Anggi ia sangat rajin dalam

menjalankan salat lima waktu bahkan tidak pernah ditinggalkan, sedangkan kasus

Melati walau sama-sama berasal dari kelurga yang taat agama tetapi Melati tidak

pernah lengkap dalam menunaikan ibadah salat fardu tetapi ia selalu membaca al-

Qur’an dua kali sehari begitu juga Anggi, Anggi rajin dalam mengikuti pengajian

di lingkungan rumah.

Kasus Ale, Bunga, Mawar, Putra dan Lilo, walau berasal dari kelurga

yang tidak begitu taat dalam agama tetapi memiliki perbedaan dalam ritual

keagamaan, dilihat dari kasus Ale dan Bunga ia merupakan siswa yang rajin

ibadah dan selalu salat lima waktu.

Lingkungan dan ajaran yang mereka dapat dari sekolahan, informan belum

mengetahui lebih dalam tentang agama yang mereka anut. Meskipun lingkungan

sekolah sangat mendukung untuk meningkatkan religiusitas mereka tetapi menuju

kesana tidak terlalu besar karena beberapa faktor yang mengakibatkan keimanan

informan masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan juga tidak menjamin

sekolah berbasis agama memiliki keagamaan yang taat.51

51

Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 oktober 2019

Page 84: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

74

3. Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini untuk ketujuh informan sangat baik dalam

menanggapi pertanyaan penulis, tidak memiliki kesulitan dalam menjawab dan

sangat antusias ketika penulis mengajak untuk wawancara tentang religiusitas

remaja, walau ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab.

Untuk semua informan tahu tentang rukun Islam dan rukun imam namun

tidak menjelaskan secara rinci. Pada kasus Mawar, Anggi, Bunga, dam Melati,

mereka paham akan dosa dan pahala sesuai dengan pemahaman mereka, namun

informan tidak dapat menjelaskan, sedangkan untuk informan Ale, Putra, dan

Lilo, dapat menjawab pertanyaan dari penulis dengan baik. Setiap informan

memiliki tingkat intelektual yang berbeda-beda, dengan kategori pemahaman

yang cukup baik.

4. Dimensi Eksprential

Pada dimensi ekspriential ini semua informan hampir menjawab sama

dalam pertanyaan penulis, semua informan sangat senang ketika melalukan

kebaikan, dan semua informan menjawab bahwa Allah selalu mendengarkan doa-

doa nya dan mengawasi setiap tindakannya. Baik Putra, Mawar, Ale, Anggi,

Bunga, Lilo, dan Melati selalu merasa tidak tenang ketika melalukan sesuatu

kejahatan seperti mencuri, dan perbuatan keji lainnya.

5. Dimensi konsekuensi

Mawar, Ale, Anggi, Bunga, dan Lilo, mengakui bahwa mereka berteman

dan bergaul dengan yang lain bukan berdasarkan pertimbangan agama. Namun

setelah mendapatkan pelajaran yang berbasis agama informan dalam bergaul

Page 85: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

75

berdasarkan moral agama berteman baik dengan teman kelasnya, dan saling

menolong satu sama lain.

Adapun dalam kasus Putra dan Lilo, kurang baik dengan teman kelasnya,

walau pelajaran agama yang sudah ia dapatkan dalam sekolah namun tidak

memberikan pengaruh yang cukup besar dalam dirinya, pada kasus informan

Putra Melati, dan Ale bahwa dalam menolong seseorang harus berdasarkan sesuai

agama yang mereka yakini. Mereka belum melibatkan nilai-nilai agama dalam

kehidupan mereka. Perlunya pembinaan lebih tentang toleransi sejak remaja.

Page 86: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara umum terhadap religiusitas remaja

siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, berada kriteria yang tingkat religiusitas

yang berbeda-beda, dengan kriteria Sedang. Hal ini dilihat dari hasil wawancara

dengan metode kualitatif menggunakan dimensi religiusitas. Dilihat sebagian

informan memiliki tingkat religius yang rendah, dengan perbedaan yang menonjol

pada dimensi ritualistik, intelektual dan dimensi konsekuensi.

Kesimpulan data yang diperoleh mengenai bagaimana peran MTs Assalafiyah

Sitanggal dalam kontribusi meningkatkan religiusitas siswa-siswi baik dari segi

pembinaan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yaitu sangat berperan dibuktikan

oleh beberapa program. Adanya penambahan kurikulum lokal guna untuk

menunjang kurikulum umum di bidang keagamaan, yang berhubungan dengan

dimensi keagamaan, dengan memberi materi pelajaran lokal BTA atau Tahfidz

dan keNUan, dan juga Mata pelajaran agama; Qur’an Hadis, Akidah Akhlak,

Fiqih dan Sejarah kebudayaan Islam. Selain kurikulum yang diterapkan di MTs

Assalafiyah Sitanggal juga memiliki ciri khas yang lain, membaca al-Qur’an

sebelum pelajaran dimulai, melakukan salat duha setiap hari bergilir setiap kelas,

dan melakukan istighosah satu bulan sekali tepatnya pada hari jumat kliwon

Ekstrakurikuler yang mendukung meningkatkan religiusitas siswa-siswi, seperti

Rohis, seni-seni Islam seperti Rebana, Tilawatil Qur’an.

Page 87: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

78

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua

Hendaknya menciptakan komunikasi yang baik kepada anak guna

menciptakan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua, karena

keluarga adalah kunci utama dalam meningkatkan religiusitas anak-anaknya.

2. Bagi Sekolah

Bagai sekolah yang memiliki tingkat religiusitas rendah diharapkan dapat

menyusun, menciptakan program dan kegiatan yang menarik untuk

meningkatkan religiusitas dan kepedulian akan sesama kepada siswa-siswi.

Program yang disusun hendaknya tidak dijadikan formalitas saja tetapi juga

diamalkan dari program tersebut.

3. Untuk Guru

Hendaknya Perlu perhatian khusus untuk guru lebih memperhatikan dan

pembinaan tentang religiusitas siswa-siswanya.

4. Kepada lembaga pendidik hendaknya memberikan wawasan pemahaman

tentang toleransi sesama umat beragama pada siswa-siswinya agar memiliki

jiwa yang baik, untuk umat Muslim ataupun untuk umat non-muslim.

5. Bagi siswa

Diharapkan meningkatkan religiusitas untuk kebaikan diri sendiri, dengan

meningkatkan frekuensi ibadah, meningkatkan penghayatan terhadap agama

dan selalu bersikap sesuai yang diajarkan agama.

Page 88: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad (2004), Psikologi Remaja (cet. I; Jakarta: PT. Bumi

Aksara).

Crapps, Robet W (1994), Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan

(Yogyakarta: konsius)

Daradjat, Zakiah (1982), Pembinaan Remaja (cet. IV; Jakarta: Bulan

Bintang)

Daradjat, Zakiah,( 1991), Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

Diana, Rachmy dan Fuad Nashori. (2002). Mengembangkan Kreativitas

Dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus.

Dzilfikri, Fahmi. (2015). Religiositas Kaum Difabel. Skripsi Fakultas

Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dodson, Fitzhugh (2006), Mendissiplinkan Anak dengan Kasih Sayang,

Jakarta: Gunung Mulia.

H. Amirullah Syarbini, M. Ag, Heri Gunawan, M. Ag (2014). Mencetak

Anak Hebat, Jakarta: Kelompok Gramedia,

Hardjana, Agus M. (2005). Religiusitas, Agama dan Spiritualitas,

Yogyakarta: Kanisius

Herdiansyah, Haris (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Jakarta: Penerbit Salembah.

Horlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Jalaluddin (2005), Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada)

Page 89: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Lila, Rofiqoh, Piaget Dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif.

Kompasiana.com, 17 juni 2015. 07.43

Lutfiyah, Muh. Fitrah. Metodelogi Penelitian Kualitatif, tindakan kelas

dan studi kasus. Sukabumi, Jawa Barat. 2017.

Palupi, Atika Oktaviani (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap

Krnakalan Remaja Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal.

Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan Psikologi. Universitas Negeri Semarang.

Ramayulis ( 2011), Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX.

Ramayulis, dan Nizar, S. (2009). Filsafat pendidikan islam: telaah sistem

pendidikan dan pemikiran para tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.

Rakhmat, Jalaluddin (2003), Psikologi Agama, Bandung: PT Mizan

Pestaka, cetakan I.

Reza, Iredho Fani (2013). Hubungan Antara Religiusitas dengan

Moralitas pada Madrasah Aliyah, Humanitas, Vol. X No.

Rijal, Fakhrul (2016), Perkembangan Jiwa Agama Pada Remaja. Dosen

STIS Al-Azisiyah Sabang. Jurnal Pendidikan

Saifuddin, Ahmad, (2019), Psikologi Agama Implementasi untuk

Memahami Perilaku Beragama. Rawamangun-Jakarta Utara: Kecana.

Stiawan, Johan & Albi Anggito, (2018), Metode Penelitian Kualitatif,

Sukabumi: CV Jejak.

Subandi (1995). Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi.

Tahun III, Nomer I, Agustus.

Page 90: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta:

Erlangga.

Thalib, Syamsul Bachri. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisi

Empiris Aplikatif. Jakarta: kencana.

Thoules, Robet H (2000). Pengantar Psikologi Agama. jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Yahya, Ilyas Sudikno, Zaenal Abidin (2018), Hubungan Antara

Religiusitas Dengan Intensi Prososial Pada Siswa-Siswi Madrasah Aliyah

Muhammadiyah Kudus. Jurnal Empati, Oktober, Volume 7 (Nomor 4).

Sumber wawancara:

Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak sekolah MTs Assalafiyah

Sitanggal pada tanggal 12 oktober 2019.

Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah

Sitanggal), 25 Oktober 2019, 07.30 WIB.

Wawancara Hasan Bisri (Guru Akidah Akhlak) 21 oktober 2019.

Wawancara siswa-siswi kelas VIII MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2017.

Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2019, 08.20 WIB.

Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17

Oktober 2019, 08.50 WIB.

Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2019, 09.30 WIB.

Page 91: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2019, 10.10 WIB.

Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2019, 11.00 WIB.

Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2019, 11.30 WIB.

Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober

2019, 12. 10 WIB.

Page 92: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN I

SURAT IZIN PENELITIAN

Page 93: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN II

SURAT BUKTI PENELITIAN

Page 94: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN III

SURAT PERYATAAN WAWANCARA

Page 95: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk
Page 96: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN IV

PEDOMAN WAWAN CARA UNTUK KEPALA SEKOLAH MTS

ASSALAFIYAH SITANGGAL

Data Singkat Informan

Nama :

Umur :

Jabatan :

Agama :

Tanggal wawancara :

Tempat wawancara :

1. Berapa lama menjabat sebagai kepala sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal?

2. Program apa saja yang dimiliki madrasah MTS Assalafiyah Sitanggal?

3. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mendirikan MTs

Assalafiyah Sitanggal?

4. Tujuan dan perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal?

Program MTs Assalafiyah Sitanggal

1. Apa saja kegiatan keagamaan di MTs Assalafiyah Sitanggal?

2. Apa yang dilakukan untuk memenuhi keperluan MTs Assalafiyah Sitanggal

baik dalam dana maupun tenaga?

Pengaruh Program MTs Assalafiyah Sitanggal

1. Materi agama apa yang dominan di sini, bagaimana menurut Bapak/Ibu

pengaruh mata pelajaran tersebut terhadap religiusitas remaja?

Page 97: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

2. Seberapa penting peran MTs Assalafiyah Sitanggal dalam membangun

religiusitas remaja?

3. Apakah peran MTs Assalafiyah Sitanggal dalam membangun religiusitas

sudah memadai atau belum?

4. Apa tanggapan Bapak/Ibu tentang religiusitas remaja di era digital ini?

Page 98: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN V

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU MTS ASSALAFIYAH

SITANGGAL

Data Singkat Informan

Nama :

Umur :

Jabatan :

Agama :

Tanggal wawancara :

Tempat wawancara :

1. Apa saja materi yang dipelajari dalam mata pelajaran agama?

2. Apakah kelas siswa/I sangat antusias dalam pelajaran agama ini?

3. Apakah ada kegiatan lain selain mata pelajaran yang diajarkan di sekolah?

4. Bagaimana dengan ritual keagamaan mereka?

5. Apa hambatan Bapak/Ibu memberikan pemahaman kepada siswa/I di sini?

6. Metode apa yang dipakai pada sistem pembelajaran di MTs Assalafiyah

Sitanggal?

7. Bagaimana cara menanamkan pendidikan agama terhadap siswa-siswi?

Page 99: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN VI

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA/I MTS ASSALAFIYAH

SITANGGAL

Hari/tanggal :

Waktu :

Lokasi :

Data Singkat Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat/ tanggal lahir :

Status :

Agama :

Latar Belakang Kehidupan Siswa/I MTS Assalafiyah Sitanggal

1. Apakah keluarga anda berasal dari penganut agama yang taat?

2. Bagaimana lingkungan anda dalam kehidupan keagamaan?

Bentuk Kegiatan Siswa/I MTS Assalafiyah Sitanggal

1. Apa yang anda pelajari di sekolahan ini?

2. Di sekolahan ini mengikuti kegiatan ekstrakulikuler apa saja?

3. Mata pelajaran apa yang anda sukai?

4. Apa anda sering mengikuti pengajian diluar sekolah?

1. Dimensi religiusitas

1. Apakah anda pernah dengar kata Allah

2. Percaya tidak kalo Allah itu ada? Buktinya apa?

3. Malaikat merupakan makhluk Allah yang paling taat, benar atau salah?

4. Al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia, percaya atau tidak?

5. Nabi adalah utusan Allah untuk mengajarkan agama, benar atau salah?

6. Apakah anda yakin dengan adanya hari akhir atau kiamat?

2. Dimensi Ritualistik

1. Sehari berapa kali anda melakukan solat?

2. Apa anda berpuasa saat bulan Ramadhan?

3. Apakah anda pernah membayar zakat?

Page 100: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

4. Seberapa sering anda membaca Al-Quran dalam sehari?

5. Apakah anda pernah melakukan puasa senin kamis?

3. Dimensi Intelektual

1. Apa anda tau rukun iman dan rukun islam?

2. Apa yang anda ketahui tentang akherat?

3. Apa anda tau pahala dan dosa?

4. Dimensi Eksperiential

1. Bagaimana perasaan anda ketika melakukan kebaikan?

2. Apa anda merasa bahwa Allah mendengarkan doa anda?

3. Apakah anda merasa tenteram ketika melakukan solat?

4. Apa perasaan anda ketika berbuat dosa, seperti mencuri, berbohong?

5. Apakah anda merasa diawasi Allah?

5. Dimensi Konsekuensi

1. Bagaimana hubungan anda dengan teman sekelas anda?

2. Bagaimana perasaan anda ketika ada teman anda terkena musibah?

3. Bila ada teman anda yang melakukan hal yang kurang terpuji/ berbuat

jahat apa yang anda lakukan?

4. Apa yang anda lakukan ketika ada orang yang meminta tolong tetapi tidak

seiman dengan anda?

Page 101: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN VII

HASIL WAWANCARA

HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH MTS ASSALAFIYAH

SITANGGAL

Data Singkat Informan

Nama : Muhammad Ihsan

Umur : 48

Jabatan : Kepala Sekolah

Agama : Islam

Tanggal wawancara : 25 Oktober 2019

Tempat wawancara : Ruang Kepala Sekolah

NO

PERTANYAAN JAWABAN

1 Berapa lama menjabat sebagai

kepala sekolah MTs Assalafiyah

Sitanggal?

Saya sudah menjabat dari tahun

2002 sampai sekarang 2019

sekitar 17 tahun saya menjabat

sebagai Kepala Sekolah MTs

Assalafiyah Sitanggal.

2 Program apa saja yang dimiliki Adapun program unggulan yang

Page 102: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

madrasah MTS Assalafiyah

Sitanggal?

dimiliki MTs Assalafiyah

Sitanggal seperti Tahfidz Qur’an,

komputer dan Bahasa, selain itu

ada program ekstrakulikuler,

OSIS, PMR, Pramuka, Calung,

Rabana, LPTQ, Drum Band,

Rohis, Karate, Silat, dan

Olahraga.

3 Faktor apa yang menjadi pendukung

dan penghambat dalam mendirikan

MTs Assalafiyah Sitanggal?

-Faktor pendukung seperti

pemerintah, dewan guru yang

senantiasa sinergis antara siswa

dan TU

-Faktor penghambat kurangnya

antusias masyarakat akan

pendidikan agama

4 Tujuan berdirinya MTs Assalafiyah

Sitanggal

Supaya masyarakat mendapatkan

pendidikan formal yang

bercirikan agama Islam.

5 Apa saja kegiatan keagamaan di

Madrasah MTS Assalafiyah

Sitanggal?

-istighosah dilakukan satu bulan

sekali tepatnya setiap hari jumat

kliwon -Membaca al-Qur’an

Page 103: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

sebelum pelajaran dimulai

-Solat duha bergilir tiap hari

6 Apa yang dilakukan untuk

memenuhi keperluan MTs

Assalafiyah Sitanggal baik dalam

dana maupun tenaga?

Biasanya sekolah berkerja sama

dengan pemerintah dan lembaga

daerah seperti puskesmas,

keperluan tenaga sekolah berkerja

sama dengan guru-guru.

7 Materi agama apa yang dominan di

sini, bagaimana menurut Bapak/Ibu

pengaruh mata pelajaran tersebut

terhadap religiositas remaja?

Akidah akhlak, Fikih, Qur’an

Hadis, SKI (Sejarah Kebudayaan

Islam), Tahfidz, pelajaran agama

ini sangat berpengaruh karena

memberikan nilai-nilai

keagamaan bagi siswa, sehingga

secara perlahan dapat

mempengaruhi religiusitas siswa

yang menempuh pendidikan di

MTs Assalafiyah Sitanggal.

8 Seberapa penting peran MTs -Pengaruhnya sangat berarti

Page 104: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Assalafiyah Sitanggal dalam

pembangunan agama?

karena lulusan bisa mengaji dan

lebih mengerti agama, dilihat dari

beberapa alumni.

-Sejauh ini peran MTs

Assalafiyah Sitanggal ingin

meningkatkan kualitas untuk

siswa-siswi agar dapat

berpengaruh dan berkontribusi

masyarakat, dengan menciptakan

lulusan lebih memahami agama.

-Lulusan MTs Assalafiyah

Sitanggal diwajibkan bisa praktik

tahlil bukan hanya sekadar teori.

9 Apakah peranan MTs Assalafiyah

Sitanggal dalam membangun

Religiositas sudah memadai atau

belum?

-Sudah, terlihat dari lulusan MTs

Assalafiyah Sitanggal menonjol

karena memiliki nilai lebih yang

dimiliki oleh siswa-siswi.

10 Apa tanggapan Bapak/ibu tentang

religiositas remaja di era digital ini?

-Di era digital ini sangat

berpengaruh dalam religiositas

Page 105: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

remaja, dalam segi positif dapat

diarahkan oleh guru untuk

menggunakan media sosial

dengan baik contohnya, melihat

ceramah dan tontonan yang

positif.

HASIL WAWANCARA GURU MTS ASSALAFIYAH SITANGGAL

Page 106: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Data Singkat Informan

Nama : Hasan Bisri

Umur : 55 Tahun

Jabatan : GURU (Akidah Akhlak)

Agama : Islam

Tanggal wawancara : 21 oktober 2019

Tempat wawancara : Ruang Guru

NO

Pertanyaan Jawaban

1 Apa saja materi yang dipelajari

dalam mata pelajaran ag ama?

Iman kepada kitab Allah

Akhlak mulia

-ikhtiar -Syukur

-Sabar -Kona ’ah

Sikap tercela

-Anani ‘ah -Tamak

-Putus Asa

-Khutub

Memuliakan orang tua dan guru

Page 107: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

-Pengertian Adab

-Pengertian adab kepada Orang

Tua

-Pengertian adab kepada Guru

Memahami kisah Nabi Yunus dan

Yakub.

2 Apakah kelas siswa/I sangat antusias

dalam pelajaran agama ini?

Cenderung kurang antusias karena

pengaruh pergaulan dan

Smartphone yang kurang

dikontrolnya orang tua

3 Apakah ada kegiatan lain selain mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah?

-Biasanya sekolah mengadakan

perayaan hari besar Islam, dengan

mengadakan pengajian yang diisi

oleh guru yang ada, agar siswa-

siswi selalu meningkatkan

keimanan dengan siraman-

siraman ceramah guna

meningkatkan religiusitas dan

Page 108: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

kedekatan guru dan siswa.

4 Bagaimana dengan ritual keagamaan

mereka?

Ritual keagamaan siswa-siswi

lebih banyak dipengaruhi oleh

orang tua, dan lingkungan.

5 Apa hambatan Bapak/Ibu memberikan

pemahaman kepada siswa/i di sini?

-Karana kurangnya kepedulian

siswa terhadap mata pelajaran

yang diberikan oleh guru tidak

begitu peduli dengan pelajaran

-Karna pengaruh pergaulan dan

teman bermai

-Pembawaan sejak MI dan SD

6 Metode apa yang dipakai pada sistem

pembelajaran di MTs Assalafiyah

Sitanggal?

Dengan metode ceramah dan

diskusi simulasi, metode ini

sangat pas dalam memberikan

materi pelajaran karena

berinteraksi langsung dengan

siswa-siswi.

7 Bagaimana cara menanamkan -Dengan kisah-kisah teladan dan

Page 109: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

pendidikan agama terhadap siswa?

praktik keagamaan

-Seperti mengadakan salat duha

berjamaah bergilir

- istighosah rutin setiap hari jumat

kliwon

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Page 110: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Informan : Anggi

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 10.10 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Informan adalah Anggi merupakan siswi MTs Assalafiyah Sitanggal,

berusia 13 dan beragama islam, Anggi memiliki keluarga yang taat beragama,

orang tuanya rajin ibadah dan melaksanakan perintah dalam ajaran agama, tetapi

tidak dengan lingkungannya keagamaan bersifat biasa saja sibuk dengan

pekerjaan, selain itu di sekolah Anggi sangat menyukai pelajaran B. Indonesia,

Prakarya, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), Matematika, dan Praktik Ibadah. Anggi

aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja), ia juga sering

mengikuti pengajian diluar sekolah. Untuk dimensi keyakinan Anggi sangat

percaya kepada Allah buktinya adanya alam semesta, begitupun juga dengan

Malaikat merupakan mahluk yang taat, mengakui al-Qur’an sebagai pedoman

hidup bagi manusia. Dan Nabi diutus untuk mengajarkan agama Allah, Anggi

meyakini akan adanya hari akhir, walau itu belum terjadi.

Anggi merupakan siswi yang rajin dalam mengerjakan salat fardu, ia

mengatakan selalu melaksanakan salat lima waktu, ia juga selalu puasa di bulan

Ramadhan dan melalukan salat tarawih berjamaah, dan Anggi selalu membayar

zakat fitrah, ia bisanya membayar zakat fitrah di sekolahan untuk dibagikan ke

orang-orang yang tidak mampu. Sehari Anggi membaca al-Qur’an dua kali, selain

itu juga Anggi pernah melakukan puasa senin kamis. Dimensi Intelektual

mengenai rukun iman dan Islam ia paham dan tau, sedangkan akherat menurutnya

Page 111: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

merupakan alam penentu, tetapi untuk dosa dan pahala Anggi tidak dapat

menjelaskan dan menjawab tidak tau.

Anggi sangat bahagia ketika membatu atau melakukan kebaikan baik ke

orang tua maupun teman-teman, Anggi merasa doa-doa nya selalu dengar oleh

Allah, dan ia selalu merasa tenteram ketika melakukan perintah Allah yaitu salat,

dan merasa takut ketika ia melakukan kejahatan, seperti mencuri, karena

menurutnya Allah selalu mengawasinya. Dalam pertemanan Anggi berteman baik

dengan siapa pun, begitupun ketika temanya terkena musibah ia merasa sedih, dan

ketika temanya melakukan kejahatan ia akan menegurnya, selain itu juga Anggi

akan menolong seseorang yang terkena musibah walau tidak satu keyakinan

menurutnya kita harus saling menolong sesama manusia.

Interpretasi:

Yang paling menonjol dalam religiusitas keagamaan Anggi adalah pada

dimensi ideologi, ritualistik, eksperiential dan dimensi konsekuensi, sedangkan

untuk dimensi intelektual Anggi kurang begitu terlihat.

Page 112: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Informan : Putra

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 08.20 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Deskripsi Data:

Informan adalah Putra berusia 13 tahun beragama Islam, duduk di kelas 8

dan sedang menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, ia berasal dari

keluarga yang memiliki keagamaan tidak terlalu baik maupun tidak terlalu buruk.

Putra sangat menyukai pelajaran prakarya, PJOK, pendidikan kewarganegaraan.

Putra termasuk siswa yang kurang aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler, ia tidak

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya.

Dalam keyakinan kepada tuhan Putra tanpa ragu sangat percaya akan

adanya Allah dan percaya bahwa al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia,

begitu halnya tentang kepercayaan pada Rasul adalah utusan Allah dan Putra

mengatakan benar bahwa hari akhir itu ada dan akan terjadi. Dalam sehari Putra

mengerjakan solat 3 kali dalam sehari, selain itu ia selalu pusa Ramadhan dan

selalu menunaikan zakat fitrah. Untuk puasa sunah seperti puasa senin kamis

Putra belum pernah melakukannya.

Dalam intelektual Putra ia mengartikan bahwa akherat adalah alam yang

ketiga sedangkan untuk dosa dan pahala Putra tidak menjawab tidak pernah lihat.

Putra sangat senang ketika ia melakukan kebaikan ke teman-temanya dan ia

merasa bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doanya, tetapi dalam melakukan

Page 113: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

solat Putra terkadang merasakan tenteram, dan ketika berbuat dosa Putra merasa

takut karena merasa diawasi oleh Allah.

Dalam segi pertemanan Putra menyatakan ia tidak terlalu baik dengan

teman-temanya dan ketika melihat temanya terkena musibah ia merasa biasa saja

begitupun ketika temanya berbuat kejahatan ia hanya akan melihatnya. Dan ketika

seseorang terkena musibah dan bukan seiman Putra tidak mau menolong.

Interpretasi:

Dimensi religiositas yang tampak pada Putra adalah dimensi ideologi.

Namun untuk Dimensi ritualistik, intelektual, eksperensial, konsekuensi belum

terlalu tampak dalam kehidupan religiositas agamanya.

Page 114: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Informan : Lilo

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 11.30 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Deskripsi data:

Lilo merupakan informan berusia 13 tahun, beragama Islam dan sedang

menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, Lilo berasal dari kelurga

dan lingkungan yang baik. Lilo sangat menyukai pelajaran PJOK dan prakarya,

Lilo juga mengikuti kegiatan ekstrakulikuler olahraga voli, Lilo juga pernah

mengikuti pengajian di luar sekolah, dalam dimensi ideologi siswa siswi MTs

Assalafiyah Sitanggal sangat yakin tentang adanya Allah, menurutnya Allah ada

karena adanya mahluk hidup. Selain itu juga Lilo sangat percaya malaikat

merupakan mahluk yang paling taat dan al-Qur’an merupakan pedoman hidup

bagi manusia itu benar, Nabi Allah utusan yang mengajarkan agama, Lilo

meyakini bahwa hari akhir itu ada dan akan terjadi.

Lilo mengaku bahwa ia belum sempurna dalam menjalani solat fardu, ia

sehari melakukan solat fardu tiga kali dalam sehari, Lilo selalu puasa di bulan

Ramadhan dan menunaikan zakat fitrah ia juga salat tarawih berjamaah, dalam

sehari Lilo membaca al-Qur’an satu kali, namun Lilo belum pernah mencoba

berpuasa senin kamis. dimensi intelektual Lilo seperti responden sebelumnya ia

tahu akan rukun iman dan rukun islam, tetapi untuk akherat ia menjawab

ALLAHUAKLAM menurutnya hanya allah yang tahu, sedangkan untuk pahala

Page 115: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

dan dosa menurutnya pahala merupakan apa yang diberi oleh Allah, sedangkan

dosa sesuatu yang diberikan Allah ketika melakukan kejahatan.

Lilo merasa senang ketika melakukan kebaikan kepada orang tua atau

teman sebaya, ia menyatakan bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doa yang ia

panjatkan, untuk masalah salat ia merasa tenang ketika menjalankan salat, namun

Lilo merasa tertekan ketika melakukan kejahatan seperti, mencuri dan berbohong,

karena ia merasa diawasi oleh Allah, begitu juga ketika melihat orang terkena

musibah ia akan menolong nya walau tidak satu iman dengannya.

Dalam pertemanan ia mengaku kurang baik namun ketika temanya terkena

musibah ia akan membantunya begitu pula ketika temanya berbuat kejahatan ia

akan menegur, Lilo dalam membantu seseorang tidak melihat apakah dia muslim

atau non-muslim bagi Lilo kalo melihat orang terkena musibah ia akan menolong.

Interpretasi:

Paparan diatas dimensi yang tampak dari Lilo merupakan dimensi

ideologi, eksperensial dan konsekuensi, untuk dimensi ritualistik, dan intelektual

perlu adanya pemahaman dan bimbingan lagi

Page 116: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Informan : Melati

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 12.10 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Deskripsi data:

Informan merupakan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, berusia 13

tahun, agama Islam, Melati memiliki keluarga yang taat dalam agama dan selalu

menjalankan perintah Allah salat lima waktu, sedangkan lingkungan Melati dalam

keagamaan baik, di sekolah Melati sangat menyukai pelajaran prakarya, PJOK, B.

Indonesia, Melati tidak aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan oleh

sekolah. Namun Melati sering melakukan pengajian diluar sekolah. Keyakinan

terhadap allah, malaikat dan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, Melati sangat

yakin kepada Allah, Malaikat dan al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia,

selain itu juga Melati sangat yakin akan hari akhir atau kiamat, bahwa hari itu

akan terjadi.

Melati mengaku dalam sehari ia hanya melakukan salat tiga kali. Seperti

responden yang lain Melati juga melakukan puasa di bulan Ramadhan dan

membayar zakat, Melati mengaku dalam sehari ia membaca al-Qur’an sebanyak

dua kali, sedangkan Melati belum pernah mencoba dalam puasa senin kamis, ia

tau rukun islam dan rukun iman namun seperti responden yang lain hanya tau

tanpa menjelaskan, sedangkan akherat menurutnya karena adanya kehidupan,

sedangkan untuk pahala dan dosa Melati menjawab tidak tahu.

Page 117: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Dalam melakukan kebaikan Melati merasa senang, begitu pula ketika

temanya terkena musibah ia akan menolong tau menjenguk, tetapi Melati belum

merasakan ketentraman dalam melakukan salat, ia mengaku belum merasakan

ketentraman, tetapi ketika ia melakukan kejahatan merasa takut dan merasa bahwa

Allah selau mengawasinya. Dalam dimensi konsekuensi Melati berteman baik

denga teman kelasnya, ketika temanya berbuat jahat Melati akan menegurnya,

namun berbeda lagi ketika ada seseorang yang terkena musibah namun tidak satu

keyakinan, Melati mengatakan tidak usah ditolong.

Interpretasi:

Dimensi religiusitas yang tampak pada Melati, yaitu dimensi ideologi,

namun untuk dimensi eksperiential, ritualistik, intelektual dan konsekuensi masih

butuh bimbingan dan arahan lagi untuk mencapai empat dimensi yang masih

belum begitu tampak.

Page 118: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Informan : Ale

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 09.30 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Deskripsi data:

Informan adalah Ale berusia 13 tahun, kelas VIII sedang menempuh

pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, latar belakang keagamaan keluarga dan

lingkungan Ale baik, Ale sangat menyukai pelajaran Agama, Akidah akhlak, dan

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Dalam dimensi ideologi Ale ia sangat yakin akan

keberadaan Allah dengan menganalogikan adanya mahluk hidup, selain itu Ale

mengakui bahwa malaikat merupakan mahluk yang paling taat, dan al-Qur’an

merupakan pedoman hidup bagi manusia, Ale percaya bahwa Nabi adalah utusan

Allah untuk mengajarkan agama, dan Ale meyakini bahwa akan adanya hari akhir

atau kiamat.

Dalam sehari Ale melakukan salat lima waktu, ia juga selalu puasa di

bulan Ramadhan dan menunaikan zakat fitrah, Ale membaca al-Qur’an dalam

sehari satu kali, Ale belum sanggup dalam menjalankan puasa senin kamis. Dari

dimensi intelektual Ale siswa yang sangat tanggap ia paham akan rukun iman dan

islam. Akherat menurutnya, suatu kehidupan setelah alam dunia, sedangkan untuk

pahala dan dosa Ale menjelaskan, pahala merupakan sesuatu yang bisa

mengantarkan ke surga dan dosa merupakan sesuatu yang mengantarkan kita ke

neraka. Ale sangat senang ketika bisa membatu dan melakukan kebaikan untuk

Page 119: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

teman-temanya, karena Ale percaya bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doa

yang ia panjatkan, tetapi dalam melakukan ibadah salat seperti dua temanya Putra

dan Mawar yaitu belum merasakan sepenuhnya ketentraman dalam menjalankan

ibadah salat, ia terkadang tenteram melalukan salat dan terkadang tidak, tetapi ia

merasakan bahwa allah selalu mengawasinya.

Ale sangat baik hubungan dengan teman-teman sebayanya, ia pun akan

membantu ketika temanya terkena musibah dan ketika temanya melakukan hal

yang tidak baik ia akan menegur, tetapi ketika ada seseorang yang terkena

musibah tidak seiman dengannya, ia akan membantu namun apakah dia baik atau

tidak, jika baik akan saya tolong.

Interpretasi:

Dimensi religiositas yang tampak Ale adalah dimensi ideologi, ritualistik,

sedangkan untuk dimensi intelektual dimensi eksperiential, dimensi konsekuensi

belum setengah belum tapak sepenuhnya.

Page 120: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Informan : Bunga

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 11.00 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Deskripsi Data:

Bunga merupakan informan berusia 13 Tahun, beragama Islam ia sedang

menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, Bunga berasal dari kelurga

dan lingkungan keagamaan baik. Selain itu Bunga sangat suka pelajaran B.

Indonesia, Prakarya, B. Arab dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), Bunga sangat

aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler seperti OSIS dan PMR. Bunga tidak aktif

pengajian diluar sekolah. Dalam menyangkut soal keyakinan Bunga sangat yakin

adanya Allah dan percaya Malaikat merupakan mahluk yang paling taat , Al-

Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dan juga Bunga percaya bahwa Nabi

merupakan utusan Allah untuk menyebarkan ajaran Agama, selain itu Bunga

meyakini adanya hari akhir atau kiamat bahwa hari akhir itu ada dan akan terjadi.

Dalam keseharian Bunga sangat rajin dalam melakukan salat fardu, Bunga

mengakui selalu melaksanakan salat fardu Lima waktu dalam sehari, selain itu

Bunga selalu berpuasa di bulan Ramadhan dan ia juga membayar zakat fitrah,

dalam keseharian Bunga membaca al-Qur’an satu kali, Bunga belum pernah

mencoba melakukan puasa senin kamis. Dalam dimensi intelektual Bunga

mengaku paham tentang rukun Islam dan rukun iman karena di dapat dari

pelajaran sekolah sedangkan menurut Bunga akherat merupakan alam penentu

surga dan neraka sedangkan dalam segi dosa dan pahala Bunga tidak menjawab.

Page 121: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Bunga merasa senang ketika melakukan kebaikan seperti menolong,

membantu orang tua, dan ketika temanya terkena musibah Bunga merasa

perhatian, Bunga merasakan ketentraman dalam melakukan salat, menurut ia saya

merasakan tenteram banget ketika melakukan salat, Bunga merasa risau ketika

melakukan kejahatan dan merasa bahwa Allah selalu mengawasi. Dalam

pertemanan Bunga sangat berteman baik dengan teman-temanya, begitu juga

ketika temanya melakukan hal yang tidak terpuji Bunga akan menegornya dan

menasihati. Menurut Bunga ia akan menolong sama siapa pun baik muslim

maupun yang tidak satu keyakinan asalkan bukan teroris.

Interpretasi:

Dimensi religiusitas Bunga yang paling tampak merupakan, dimensi

ideologi, ritualistik, eksperensial, dan konsisten, sedangkan dalam dimensi

intelektual Bunga cukup baik.

Page 122: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI

Informan : Mawar

Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019

Waktu : Pukul 08.50 WIB

Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling

Deskripsi Data:

Informan Mawar merupakan siswi perempuan beragama Islam, umur 13

tahun sedang menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII.

Mawar dari keluarga yang keagamaan baik begitu juga dengan lingkungannya,

Mawar sangat menyukai pelajaran B.Indonesia, IPA, IPS, Hafalan Hadis dan

Prakarya, selain itu Mawar merupakan siswi yang rajin dalam kegiatan

ekstrakulikuler di sekolahan ia mengikuti Pramuka dan PMR. Dalam kegiatan di

rumah Mawar tidak aktif dalam pengajian.

Untuk keyakinan kepada tuhan Mawar sangat percaya akan adanya Allah,

Mawar memberikan analogi sederhana, bahwa adanya Allah adalah adanya alam

semesta. Begitu juga dalam keyakinan kepada Malaikat Mawar menyatakan benar

bahwa malaikat merupakan mahluk Allah yang paling taat, dan al-Quran

merupakan pedoman hidup manusia. Mawar juga meyakini bahwa adanya hari

akhir atau kiamat. Ritualistik Mawar mengakui bahwa dalam sehari ia melakukan

salat Lima kali dalam sehari, ketika bulan Ramadan Mawar selalu melalukan

puasa Ramadhan dan membayar zakat fitrah untuk orang yang membutuhkannya.

Dalam sehari Mawar mengaji satu kali, Mawar pernah mencoba berpuasa senin

kamis tetapi tidak sanggup akhirnya batal.

Page 123: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Dimensi intelektual Mawar ia paham akan rukun Islam dan rukun iman

namun ia hanya paham dan tau saja, tentang akherat merupakan alam akhir dan

penanti, tetapi penjelasan mengenai dosa dan pahala Mawar menjawab tidak tahu.

Mawar merasa senang ketika melalukan kebaikan bahwa Allah selalu

mendengarkan doa-doanya, tetapi dalam melakukan salat Mawar seperti Putra

yaitu terkadang merasakan ketentraman dan terkadang tidak, namun ketika Mawar

melakukan kejahatan seperti mencuri ia merasakan tertekan menurutnya ia merasa

diawasi oleh Allah.

Dimensi konsekuensi Mawar berhubungan baik dengan teman kelasnya,

ketika temanya terkena musibah ia akan menolongnya, dan begitu juga ketika

temanya melakukan kejahatan ia akan menegor, begitu juga ketika seseorang

terkena musibah dan tidak seiman ia akan menolongnya menurutnya sesama

manusia harus tolong menolong.

Interpretasi:

Dari uraian di atas dimensi religiusitas yang tampak, merupakan dimensi ideologi,

dan dimensi konsekuensi. Dimensi ritual, intelektual dan eksperiential belum

terlalu tampak.

Page 124: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

LAMPIRAN VIII

FOTO HASIL PENELITIAN

Gambar 1 Bangunan Tampak depan MTs Assalafiyah Sitanggal

Gambar 2 Tampak bagian dalam MTs Assalafiyah Sitanggal.

Page 125: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Gambar 3 Wawancara siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.

Gambar 4 siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal

Page 126: RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Erik Erikson telah menekankan sifat kritis . pergulatan orang muda untuk

Gambar 5 Musolah MTs Assalafiyah Sitanggal Bagian Luar

Gambar 6 Musola MTs Assalafiyah Bagian Dalam