RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah...
Transcript of RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus MTs Assalafiyah...
RELIGIUSITAS REMAJA
(Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal, Kecamatan Larangan,
Kabupaten Brebes)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S.Ag)
Disusun oleh:
Animatun Fatimah
11150321000011
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
iv
ABSTRAK
ANIMATUN FATIMAH
Judul Skripsi: “Religiusitas Remaja (Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal,
Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes).
Skripsi ini ditulis berawal dari ketertarikan mengenai religiusitas remaja yang
berada di sekolah formal yang berbasis agama, dimana masalah-masalah yang terjadi
tidak sesuai dengan visi misi dan tujuan itu sendiri dimana terdapat kenakalan remaja
yang mengakibatkan tidak sesuai dengan ajaran agama, kasus terkini mengenai siswa
MTs meninggal akibat dianiaya oleh teman kelasnya. MTs merupakan lembaga
formal yang bergerak dibedakan pendidikan yang lebih fokus terhadap nilai-nilai
agama.
Salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja yaitu adanya masa
transisi yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Untuk itu dibutuhkan
keyakinan dan pengamalan yang kuat terhadap keagamaan remaja guna mengurangi
perilaku-perilaku yang menyimpang dalam ajaran agama. Tujuan dari penelitian ini
adalah guna untuk mengetahui, 1) efektivitas religiusitas remaja di MTs Assalafiyah
Sitanggal, 2) seberapa kontribusi MTs Assalafiyah Sitanggal dalam meningkatkan
religiusitas siswa-siswinya.
MTs Assalafiyah Sitanggal salah satu lembaga formal yang bergerak di
bidang umum dan keagamaan, yakni menanamkan nilai-nilai keagamaan lebih dan
ilmu-ilmu umum kepada siswa-siswi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
dangan menggunakan pendekatan psikologi agama. Selain mendapatkan data dari
perpustakaan penulis juga melakukan wawancara dan observasi langsung kelapangan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas VIII MTs Assalafiyah Sitanggal, Kabupaten Brebes, penelitian ini dilakukan
untuk memperlihatkan sejauh mana religiusitas remaja yang berada di MTs
Assalafiyah Sitanggal.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa religiusitas remaja di MTs Assalafiyah
Sitanggal, memiliki tingkatan yang berbeda-beda, perbedaan yang menonjol pada
dimensi ritualistik intelektual, dan dimensi konsekuenstial. Selain itu peran MTs
Assalafiyah Sitanggal dalam meningkatkan religiusitas berperan baik terhadap siswa-
siswinya, namun ada yang dilupakan mengenai psikologi agama remaja bahwa tidak
semua siswa-siswinya bisa menerima semua peraturan yang dibuat sekolah.
Kata kunci: Religiusitas, Remaja, MTs Assalafiyah Sitanggal.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat, serta hidayah-Nya, yang memberikan kenikmatan iman, islam, dan ihsan,
serta kesehatan yang tidak terhingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi
dengan judul “Religiusitas Remaja (Studi Kasus MTs Assalafiyah Sitanggal,
kecamatan, Larangan, Kabupaten Brebes)” shalawat serta salam tidak lupa di
haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
zaman kegelapan sampai zaman terang benerang seperti ini, kelak semoga
mendapatkan syafaat darinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, layaknya perjalanan, ada
kebah agiaan ada kesedihan yang mengiringi, rekan serta teman yang mendampingi,
Oleh karena itu penghargaan abadi berupa ucapan terima kasih dalam lembar skripsi
ini kepada:
1. Kepada Ibu Dra. Marjuqoh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan ilmunya, meluangkan waktu dan tenaganya, yang tidak pernah bosan
membimbing dan selalu memberikan semangatnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Teruntuk kedua orang tuaku tercinta bapak (Suratmo) dan Ibunda (Marsiti) untuk
doa yang tidak pernah putus selalu mendoakan anak perempuanmu, cinta, kasih
vi
sayang dan pengorbanannya yang tidak pernah berhenti diberikan. Penulis
persembahkan karya sederhana ini untuk kalian.
3. Untuk kedua abang ku mas Andri dan mas Ari sudah menemani perjalanan hidup
penulis sampai sekarang, dan sudah menjadi abang terbaik di bumi ini.
4. Kepada Bapak Syaiful Azmi, S.Ag, M.A. selaku ketua jurusan yang telah
memberikan saran, dan keramahannya dalam membantu birokrasi dan
memberikan penjelasan atas kebutuhan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Kepada Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, M.A. selaku sekretaris Jurusan Studi Agama-
Agama yang telah banyak memberikan bantuan terkait prosedur perlengkapan
pengajuan skripsi.
6. Kepada seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan
Universitas yang telah menyediakan fasilitas sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada Bapak Muhammad Ihsan selaku kepala sekolah MTs Assalafiyah
Sitanggal, Kabupaten Brebes, yang telah mengizinkan penulis penelitian di MTs
Assalafiyah guna menyelesaikan skripsi ini, dan Bapak Hasan Bisri selaku Guru
MTs Assalafiyah Sitanggal yang telah meluangkan waktu untuk penulis
wawancara.
8. Kepada staf Tata Usaha MTs Assalafiyah Sitanggal, yang telah membantu banyak
dan memberikan data-data yang penulis butuhkan sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, dan juga untuk para informan yang telah bersedia penulis
wawancara.
vii
9. Kepada sahabatku tersayang Ima Salamah yang sudah memberikan pengalaman
yang begitu banyak, Shandy Kartika Putri yang selalu support penulis di kondisi
apapun, Nihayatul Khaeriyah sahabatku dari semester satu yang menemani
senang dan sedih ketika di tempat rantau, Riza Adi Putra yang telah memberikan
kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini, Imammuddin Akbar, Furqon Haqi,
Shakel, Intan yang selalu baik. Untuk semuanya yang telah menemani dan
memberikan dukungan yang begitu banyak untuk menyelesaikan skripsi ini.
Untuk kalian semua dimana pun kalian berada semoga kebahagiaan selalu
menemani.
10. Kepada HMJ 2016-2018 Studi Agama-agama yang sudah memberikan
pengalaman dan kenangan kepada penulis.
11. Kepada lembaga Bakti Pemuda sudah memberikan pengalaman dan kepercayaan
yang begitu banyak untuk menjadi Fundraiser, untuk teman-teman seperjuangan
Fundraiser yang telah memberikan cerita-cerita dalam kehidupan penulis.
12. Kepada Keluarga Zona Petualang Situgintung yang sudah memberikan
pengalaman, teman baru, untuk semua personil sarjana outbound Situgintung,
semoga selalu dilimpahkan rezeki.
13. Kepada Almamater ku
14. Teman-teman Studi Agama-agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2015 yang sudah memberikan cerita baru dalam perjalanan penulis.
15. Kepada teman-teman KKN 112 RAKERKAB yang telah memberikan warna baru
dalam kehidupan penulis.
viii
Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih jauh dari kata sempurna penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Ciputat, 22 Januari 2020
Animatun Fatimah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 7
C. Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian .......................................... 7
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 8
E. Metode Penelitian......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 13
BAB II GAMBARAN UMUM MTS ASSALAFIYAH SITANGGAL ................ 15
A. Gambaran Umum MTS Assalafiyah Sitanggal ............................ 15
B. Tujuan dan Perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal .............. 16
C. Visi dan Misi MTs Assalafiyah Sitanggal .................................. 19
D. Program dan Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal ... 19
E. Data Siswa-siswi, Guru, dan Karyawan ....................................... 23
F. Gambaran Umum Religiusitas siswa MTs Assalafiyah .............. 26
BAB III MEMAHAMI RELIGIUSITAS DAN KARAKTER REMAJA AWAL
A. Pengertian Religiusitas Remaja.................................................... 31
1. Pengertian Religiusitas .......................................................... 31
2. Pengertian Remaja ................................................................. 34
ix
B. Ciri- ciri dan Karakteristik Remaja .............................................. 36
C. Dimensi-dimensi Religiositas ..................................................... 40
1. Dimensi Ideologi .................................................................... 41
2. Dimensi Ritualistik................................................................. 41
3. Dimensi Intelektual ................................................................ 42
4. Dimensi Eksperential ............................................................. 42
5. Dimensi Konsekuensi............................................................. 42
D. Perkembangan Religiusitas .......................................................... 43
E. Karakteristik Religiusitas ........................................................... 47
F. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas .................................... 49
BAB IV ANALISIS INTER-KASUS DIMENSI RELIGIUSITAS REMAJA…54
A. Gambaran Subjek Penelitian ............................................................ 54
B. Deskripsi Dimensi Religiositas pada Remaja ................................... 55
1. Kasus Putra .................................................................................. 55
2. Kasus Mawar ............................................................................... 57
3. Kasus Ale .................................................................................... 59
4. Kasus Anggi ................................................................................ 62
5. Kasus Bunga ................................................................................ 64
6. Kasus Lilo ................................................................................... 67
7. Kasus Melati ................................................................................ 70
C. Analisis Inter-Kasus .......................................................................... 73
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 77
A. Simpulan ...................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................. 78
BAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................................
DOKUMENTASI .....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MTs merupakan lembaga forman yang bergerak di bidang keagamaan dan
umum yang menekankan lebih banyak pendidikan keagamaan, terhadap siswa-
siswinya, sesuai tujuan visi misi meningkatkan lulusan yang berkarakter
keislaman dan berakhlak baik, namun beberapa kasus melihatkan ketidak
kesesuaian antara visi dan misi MTs itu sendiri, melihat dari berita 3 bulan
terakhir mengenai kenakalan remaja MTs yaitu pada kasus Muhammad Zaki (13)
pelajar kelas dua MTs di jepara tewas akibat dianiaya teman sekelasnya berinisial
EYB.1
Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari
kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah
perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa, dimana secara
perkembangan fisik maupun psikis berubah dari masa kanak-kanak menuju
remaja yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosi, di tingkat
seperti ini remaja mengalami kenaikan berfikir, mencari tau jati diri dan
mengalami tingkat penasaran yang sangat tinggi.
Perkembangan jiwa keagamaan di usia remaja sangat dipengaruhi oleh
perkembangan jasmani dan rohaninya,2 maksudnya penghayatan para remaja
terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak
berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut. Perkembangan agama pada
remaja
1Dani Dahwildani, Detik Pelajar MTs Tewas Dianiaya Teman Sekolah di Jepara.
iNewsJateng.id. dipublis Selasa 24 September 2019. 17:04 WIB 2Jalaluddin (2005), Psikiologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 74
2
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: perkembangan rohani dan jasmani,
seperti; pertumbuhan pikiran dan mental, perkembangan perasaan, pertimbangan
sosial, perkembangan moral dan sebagainya. Di samping itu juga faktor luar dari
diri mereka seperti; lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Remaja yang juga disebut adolescence, yang artinya tumbuh untuk
mencapai kematangan.3 “Remaja adalah tingkat umur dimana tidak lagi dikatakan
anak-anak dan juga tidak dipandang atau juga golongan orang dewasa akan tetapi
remaja berada diantara dua golongan tersebut atau disebut masa transisi”.4
Kondisi psikologis remaja ternyata mempunyai pengaruh yang cukup
besar dalam kehidupan beragama mereka. Perkembangan kognitif remaja yang
sudah mencapai taraf formal operational menurut teori Piaget, memungkinkan
remaja untuk berpikir abstrak, teoritik dan kritis. Sikap kritis remaja juga tampak
dalam kehidupan beragama. Mereka tidak lagi menerima begitu saja ajaran-ajaran
agama yang diberikan oleh orang tuanya. Bahkan pelajaran-pelajaran agama yang
pernah mereka dapatkan pada waktu masih kanak-kanak mulai dipertanyakan,
sehingga tidak jarang menimbulkan keraguan beragama. Bahwa keragu-raguan
beragama (religious doubt) memang merupakan karakteristik kehidupan beragama
pada masa remaja yang sangat menonjol.5
Perkembangan Kognitif (cognitive Delevomen). Oleh Piaget proses belajar
seseorang akan mengikuti pola dan tahapan-tahapan sesuai dengan umurnya:
Tahapan operasional formal (umur 11 atau 12-18) ciri pokok pada perkembangan
ini adalah anak sudah mampu berfikir abstrak dengan menggunakan pola pikir
3Mohammad Ali (2004), Psikologi Remaja (cet. I, Jakarta: PT. Bumi Aksara.), h. 9.
4Zakiah Daraja (1982), Pembinaan Remaja (cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang.), h. 89.
5Subandi (1995). Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi. Tahun III,
Nomer I, Agustus, h 13
3
“kemungkinan”. Pada tahap ini kondisi berfikir anak sudah dapat bekerja secara
efektif dan secara sistematis, berfikir secara profesional.6 Identitas (Identity). Hal
kedua dalam perkembangan psikososial remaja yang mempumyai relevansi
khusus bagi agama adalah identitas. Erik Erikson telah menekankan sifat kritis
pergulatan orang muda untuk menemukan indentitas dan mengutarakan kebutuhan
untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan me ndapatkan rasa cukup atas harga
diri, peran untuk berhubungan dengan orang lain dan ideologi. Pencapaian
identitas itu terjadi ditengah-tengah krisis yang hebat. Beberapa factor bersatu
menciptakan bagi orang muda rasa cabut yang dalam dan kadang-kadang
kebingungan. Kemampuam abstrak baru saja tumbuh dan kaum muda merasa
belum enak dengannya; mereka belum berhasil menciptaka pandangan tentang
dunia yeng menyeluruh untuk menggantikan dunia aman masa kanak-kanak.7
Keraguan-keraguan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua
bagian: Pertama, keraguan disebabkan adanya keguncangan dalam jiwanya,
karena terjadinya proses perubahan dalam diri pribadinya, maka keraguan seperti
ini dianggap sebagai suatu kewajaran. Kedua, keraguan yang disebabkan adanya
kontradiksi antara kenyataan-kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang
diyakininya, dan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Keraguan tersebut
antara nilai-nilai moral dengan kelakuan manusia dalam realitas kehidupan, antara
nilai-nilai agama dengan perilaku tokoh-tokoh agama seperti; guru, ulama,
pemimpin, orang tua dan sebagainya.8 Bahwa kebimbangan kepada remaja itu
6Rofiqoh Lila, Piaget Dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif.
Kompasiana.com, 17 juni 2015. 07.43 7Robet W. Crapps (1994), Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan ( Yogyakarta:
konsius), h 23
8Ramayulis ( 2011), Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX,.h 68
4
disebabkan dua faktor penting, yaitu: Pertama, terjadinya kebimbangan
disebabkan keadaan jiwa remaja yang bersangkutan, dan keadaan sosial budaya
yang melingkupi remaja tersebut. Kedua, mungkin saja kebimbangan dan
keingkaran kepada Tuhan itu merupakan pantulan dari keadaan masyarakat yang
dipenuhi oleh penderitaan, kemerosotan moral, kekacauan, dan kebimbangan.9
Perkembangan remaja selalu dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan
psikis nya, dengan kata lain penghayatan remaja terhadap ajaran dan amalan-
amalan keagamaan nya banyak berhubungan dengan perkembangan dirinya.
Berakhirnya masa remaja ditandai dengan keberhasilan remaja mencapai sense of
responsibility (perasaan bertanggung jawab) dan secara sadar menerima suatu
falsafah hidup secara efektif, karena masa remaja menduduki tahap progresif
dalam hidupnya yang menimbulkan gejolak jiwa, keraguan-raguan dan
kebimbangan dalam bersikap dan berbuat.10
Agama merupakan unsur terpenting dalam diri seseorang. Apabila
keyakinan beragama telah menjadi bagian integral dalam kepribadian seseorang,
maka keyakinan itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan
perasaan.
Menurut Desmita, dibandingkan dengan masa kanak-kanak keyakinan
agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Pada masa
remaja mereka mungkin, mereka mencari sebuah konsep yang lebih mendalam
tentang tuhan dan eksistensinya.11
9Zakiah Daradjat,( 1991), Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII, h 100.
10Syaiful Hamali, Karakteristik Keberagamaan Remaja Dalam Perspektif Psikologi.,
Al-AdYaN/Vol.XI, No.1/Januari-Juni/2016 11
Desmita (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h 208
5
Dari penjelasan diatas penulis tertarik mengenai religiusitas siswa yang
berada di MTs di mana MTs yang penulis observasi adalah MTs Assalafiyah
Sitanggal. MTs Assalafiyah Sitanggal salah satu lembaga yang bergerak di bidang
umum dan keagamaan yakni memberikan nilai-nilai keagamaan lebih dan nilai-
nilai umum terhadap siswa-siswinya.
Memang sulit untuk mengungkapkan secara tepat mengenai seberapa jauh
pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan terhadap
perkembangan jiwa keagamaan anak. Barangkali pendidikan agama yang
diberikan oleh lembaga pendidikan ikut berpengaruh dalam pembentukan jiwa
keagamaan anak. Kenyataan sejarah menunjukkan kebenaran itu.
Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimana pun akan
memberikan pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun
demikian besar kecilnya pengaruh dimaksud sangat tergantung berbagai faktor
yang memotivasi untuk memahami nilai-nilai agama. Fungsi sekolah dalam
kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan antara lain sebagai pelanjut
pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada
anak baik yang menerima pendidikan maupun yang tidak menerima pendidikan
agama dalam keluarga.
Dari latar belakang diatas lembaga pendidikan termasuk berpengaruh
terhadap religiusitas remaja baik pendidikan formal, non-formal maupun
pendidikan berbasis agama, selain itu, orang tua dan lingkungan yang
berpengaruh dalam religiusitas. Berbicara tentang remaja tidak lepas dari
kenakalan- kenakalan yang masih mencari jati dirinya, dan masih mencari yang
menurut dia benar, begitu juga ketika perbincangan tentang remaja lainnya. Oleh
6
karena itu penulis ingin pengkaji sejauh mana religiusitas remaja yang menempuh
pendidikan di lembaga berbasis agama, yang mencangkup dimensi religiusitas,
ritualistik, intelektual, ekspereintial, dan dimensi konsekuensi. Untuk mengetahui
Faktor utama yang dominan dalam pengaruh religiusitas remaja, di era kemajuan
teknologi saat ini yang memudahkan mendapatkan informasi dalam hal baik
sekaligus informasi yang bisa merusak pergaulannya. Dengan sifat remaja yang
masih dalam mencari jati diri.
Berawal dari inilah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang,
RELIGIUSITAS REMAJA (Studi Kasus di Sekolah MTs Assalafiyah
Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes). Sejauh pengamatan
penulis belum ada Judul yang mirip membahas dalam Studi Agama-agama.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu luas dalam
penelitian, penulis berfokus pada ruang lingkup siswa-siswi kelas VIII MTs
Assalafiyah Sitanggal, Kabupaten Brebes, untuk menjadi objek penelitian,
juga kepala sekolah dan guru yang mengajar.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana efektivitas religiusitas remaja pada siswa-siswi MTs
Assalafiyah Sitanggal?
b) Bagaimana kontribusi MTs Assalafiyah Sitanggal dalam meningkatkan
Religiusitas remaja?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui efektivitas religiusitas siswa-siswi MTs Assalafiyah
Sitanggal, Kabupaten Brebes.
b. Untuk mengetahui gambaran religiusitas siswa-siswi MTs Assalafiyah
Sitanggal, Kabupaten Brebes.
2. Manfaat penelitian
Penelitian tentang Religiusitas Remaja pada siswa-siswi MTs
Assalafiyah Sitanggal diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
psikologi agama, psikologi remaja, terkait dengan religiusitas remaja.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dan bermanfaat bagi
semua pembaca.
c. Menjadi referensi bagi sekolah untuk meningkatkan religiusitas siswa-
siswi.
D. Tinjauan Pustaka
Dari pengamatan dan berbagai pencarian judul skripsi tentang Religiusitas
Remaja (Studi kasus MTs Assalafiyah Sitanggal, Kabupaten Brebes), belum
ada judul yang secara utuh yang sama, tetapi, penulis menemukan beberapa
skripsi dan karya yang berkaitan dengan penulis.
Skripsi Fahmi Dzilfikri, Religiositas Kaum Difabel, Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Perbandingan Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015,
8
membahas tentang religiositas kaum difabel. Menjadi rujukan penulis mengenai
teori dimensi religiusitas.
Syaiful Hamali, Karakteristik Keberagamaan Remaja, Al-AdYaN/Vol.XI,
No.1/Januari-Juni/2016: tentang Kehidupan Keagamaan Pada Masa Remaja
Perkembangan remaja selalu dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan psikis nya,
dengan kata lain penghayatan remaja terhadap ajaran dan amalan-amalan
keagamaan nya banyak berhubungan dengan perkembangan dirinya. Menjadi
rujukan penulis dalam membantu menambahkan materi perkembangan remaja.
Artikel Subandi Perkembangan Kehidupan Beragama, Buletin Psikologi,
Tahun III, Nomer I, Agustus 1995 berisi tentang Konflik dan keraguan beragama
yang terjadi pada masa remaja sering dianggap ,oleh para ahli agama sebagai
sesuatu yang membahayakan bagi perkembangan kehidupan beragama seseorang
di masa yang akan datang. Tetapi menurut para ahli Psikologi Agama konflik dan
keraguan merupakan suatu hal yang wajar dari proses perkembangan kehidupan
beragama seseorang (Clark, 1958). Menjadi rujukan penulis dalam memberikan
materi mengenai remaja.
Jurnal Afiatin Tina, Religiositas Remaja (Studi Tentang Kehidupan
Beragama di Daerah Istimewah Yogyakarta), Universitas Gajah Mada., 1998 NO.
1. Menjadi rujukan penulis mengenai perkembangan religiusitas remaja.
Adapun beberapa buku yang penulis cantumkan Buku Ramayulis,
Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX, 2011, Zakiah Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII, 1991.
9
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bermaksud untuk
mencari data guna untuk mendapatkan maksimal mengenai MTs Assalafiyah
Sitanggal.
2. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas sumber
primer dan sekunder:
A. Sumber Primer
1) Objek Penelitian
a) Informan Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal Bapak
Muhammad Ihsan, M.Pd
b) Informan Guru Akidah Akhlak MTs Assalafiyah Sitanggal Bapak
Hasan Bisri,S.SPdI
c) Informan dari siswa MTs Assalafiyah Sitanggal Putra
d) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Mawar
e) Informan dari siswa MTs Assalafiyah Sitanggal Ale
f) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Anggi
g) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Bunga
h) Informan dari siswa MTs Assalafiyah Sitanggal Lilo
i) Informan dari siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Melati
2) Buku/Jurnal/Skripsi yang berkaitan dengan Peneliti
a) Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX, 2011.
10
b) Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII,
1991
c) Skripsi Waslan Abdul Cholik, Moderniasi dan Keberagamaan
Remaja, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016
d) Syaiful Hamali, Karakteristik Keberagamaan Remaja, Al-
AdYaN/Vol.XI, No.1/Januari-Juni/2016
B. Sumber Sekunder: Buku/Jurnal yang tidak terkait langsung dengan penelitian
tetapi masih relevan dengan pembahasan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian lapangan penulis menggunakan pengumpulan
data yang terbagi atas.
a) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara
bab sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi
langsung.12
b) Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang
berupa catatan, transkrip, buku13
. Foto, video yang bersangkutan dengan
sesuatu yang diteliti.
12
Muri Yusuf, (2017). Metode penelitian Kualitatif dan penelitian gabungan.
Rawamangun-Jakarta, kencana, h 372 13
Muh. Fitrah, Lutfiyah (2017). Metodelogi Penelitian Kualitatif, tindakan kelas dan studi
kasus. Sukabumi, Jawa Barat. h 74
11
c) Observasi
Penelitian ini menggunakan metode observasi ini dilakukan
pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena dan fakta-fakta
yang diselidiki yang ditemui di lapangan.14
Observasi lapangan adalah
mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban,
mencari bukti terhadap fenomena religiusitas remaja yang berada di MTs
Assalafiyah Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes.
4. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, menurut Denzin dan
Lincold menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Erickson
menyatakan bahwa penelitian kualitatif berusaha untuk menemukan dan
mengambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan
yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.15
Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi agama,
yaitu pendekatan yang tidak asing dalam Studi Agama-agama. Psikologi agama
merupakan pengetahuan ilmiah, maka dari itu, psikologi agama menggunakan
pendekatan dan metode penelitian yang ilmiah untuk pengkaji fenomena-
fenomena yang terkait dengannya. Dister menuliskan bahwa seseorang peneliti,
dalam hal ini psikologis, secara metodologi harus dapat melepaskan dirinya dari
keyakinan iman atau ateisme nya ketika melakukan penelitian terkait psikologi
14
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 143 15
Albi Anggito & Johan Stiawan, (2018), Metode Penelitian Kualitatif, Sukabumi: CV
Jejak, h 7
12
agama. Karena, jika tidak demikian, penyelidikan dan penelitiannya menyimpang
dari arah psikologis.16
5. Analisis Data
Analisis yang dilakukan ini adalah penganalisisan terhadap data-data yang
telah terkumpul melalui ke perpustakaan dengan jalan mengklarifikasikan antara
satu data dengan data lainnya secara menyeluruh dianalisis, dan interprestasikan.
Kemudian data lain akan diperoleh dari studi lapangan dengan teknik wawancara
yang dipergunakan untuk mencari makna bagi religiusitas remaja.
G. Sistematika penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan sebuah gambaran yang
runtun agar mudah dipahami oleh pihak pembaca, adapun sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I: Bab ini berisi tentang pemaparan pokok permasalahan yang terdiri
dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sumber dan metode
pengumpulan data, dan sistematika penelitian.
BAB II: Pada bab ini memahami religiusitas dan karakteristik remaja
sekolah MTS Assalafiyah Sitanggal yang meliputi pengertian religiusitas,
pengertian remaja, karakteristik remaja, dimensi religiusitas meliputi dimensi
ideologi, ritualistik, intelektual, eksperiential, dan konsekuensi, perkembangan
religiusitas, dan faktor yang mempengaruhi religiusitas.
BAB III: Pada Bab ini berisi tentang gambaran umum madrasah MTS
Assalafiyah Sitanggal yang meliputi sejarah berdirinya MTS Assalafiyah
16
Ahmad Saifuddin, (2019), Psikologi Agama Implementasi untuk Memahami Perilaku
Beragama. Rawamangun-Jakarta Utara: Kecana, h 18
13
Sitanggal, visi dan misi MTs Assalafiyah, program dan fasilitas, data siswa-siswi,
guru, karyawan, dan gambaran umum religiusitas siswa MTs Assalafiyah
Sitanggal.
BAB IV: Pada Bab ini berisi tentang, gambaran subjek penelitian,
deskripsi dimensi religiusitas pada remaja.
BAB V: Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan berisi ringkasan uraian penulis
dari apa yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya serta dilengkapi
dengan saran sebagai tindakan lanjut yang seharusnya dilakukan sehingga penulis
ini dapat bermanfaat semestinya.
15
BAB II
MTS ASSALAFIYAH SITANGGAL DALAM PERKEMBANGAN
RELIGIUSITAS REMAJA
A. Gambaran Umum MTs Assalafiyah Sitanggal Kabupaten Brebes.
MTs Assalafiyah Sitanggal ini pertama kali berdiri dirintis oleh
KH.A.Syathori Marlan (Alm) dan K.Akyas Suhari (Pengurus MWC NU ) beserta
masyarakat sekitar pada bulan Nopember tahun 1968 dengan menempati gedung
MI Sitanggal dengan jumlah siswa 48 anak dengan kepala madrasahnya
K.A.Syathori Marlan (Alm) dengan jumlah guru sebanyak 9 orang. Tidak lama
kemudian MTs Assalafiyah Sitanggal memiliki bangunan/ gedung di atas tanah
wakaf H. Zaenudin Dk.Lamaran mertua KH. A. Syathori Marlan (alm) dengan
peletakan batu pertama pada tanggal 9 September 1969 dengan luas 3200 m2 dan
sekarang lokasi bertambah luas menjadi 8200 m2 dengan bangunan bertingkat.
Sejak berdiri hingga sekarang ( kurun waktu 43 tahun ) kepemimpinan
MTs Assalafiyah Sitanggal sudah mengalami pergantian selama 10 (sepuluh)
periode. Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala Madrasah
pada MTs Assalafiyah Sitanggal antar lain:
1. KH.A.Syathori (Alm) 6. Sutrimo (Alm)
2. Umar Affandi,BA (Alm) 7. Drs.Miftahussalam (Alm)
3. Muidin HS. 8. Taukhid
4. Miftahussalam,BA (Alm) 9. HM.Fachruri
5. Munkharis HN 10. H.Muhammad Ihsan,M.Pd
16
Seiring dengan perkembangan zaman, MTs Assalafiyah Sitanggal selama
kurun waktu 43 tahun mengalami kemajuan yang begitu pesat baik dalam sarana
prasarananya, kualitas lulusannya hingga 100% tiap tahunnya, dan banyak prestasi
yang pernah diraihnya baik prestasi akademik maupun non akademik bahkan
jumlah siswanya pun mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sekedar
untuk diketahui bahwa dari 10 MTs dan 6 SLTP yang ada di wilayah kecamatan
Larangan Kabupaten Brebes pada tahun pelajaran 2012-2013 jumlah siswa MTs
Assalafiyah Sitanggal mencapai lebih dari 750 anak dengan jumlah guru 42 orang
dan Staf TU/Karyawan 11 orang dengan latar belakang pendidikan S1, S2 dari
PTN, PTS, Pondok Pesantren dan sebagian besar sudah menyandang gelar guru
profesional. Hal ini patut disyukuri karena masyarakat masih memberikan
kepercayaan yang tinggi untuk menyekolahkan putra-putrinya di MTs
Assalafiyah Sitanggal.1
B. Tujuan dan Perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal
TUJUAN :
1. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan ajaran Islam Ahlussunnah wal
Jama’ah
2. Menciptakan pendidikan yang unggul dan menjadi idola masyarakat.
3. Terbentuknya sikap atau karakter siswa yang imani, islami dan ihsani.
4. Meningkatkan kegiatan keagamaan di lingkungan madrasah, seperti: Tadarus
dan atau hafalan juz ‘amma, salat duha, salat berjamaah, dan kepedulian
sosial.
5. Mempunyai tim kesenian dan olah raga handal.
1Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal
pada tanggal 12 oktober 2019
17
6. Terpenuhinya tamatan atau lulusan madrasah yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Dalam perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal untuk terus
meningkatkan kualitas sehingga memberikan motivasi yang tinggi pula kepada
para penyelenggara pendidikan khususnya di MTs Assalafiyah Sitanggal untuk
selalu meningkatkan pelayanan yang maksimal guna mencapai kualitas lulusan/
tamatan yang lebih baik lagi, perlu diketahui bahwa MTs Assalafiyah Sitanggal
mempunyai program unggulan berupa kelas Tahfidz Juz ’Amma dengan harapan
setelah lulus siswa tersebut dapat hafal Al Qur’an juz 30 dan dilatih untuk dapat
memimpin kegiatan Tahlil di masyarakat. MTs Assalafiyah Sitanggal juga tidak
ketinggalan tekhnologi komunikasi dan informasi dengan dilengkapi Hotspot
Area untuk pembelajaran internet, Laboratorium Bahasa, Lab.Komputer dan Lab
IPA. Juga dengan kegiatan ekstrakurikuler atau Pengembangan diri berupa
Pramuka, PMR,PKS,Marching Band, Calung, Khitobah, Pengembangan Tilawatil
Qur’an, Karate, Pencak Silat, dan Qosidah/ Rebana Modern sebagai wadah para
siswa untuk menyalurkan bakatnya.2 Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan MTs
Assalafiyah Sitanggal saat ini sekolah berkerja sama dengan pemerintah, lembaga
kemasyarakatan dan pukesmas untuk memenuhi kebutuhan dan kelancaran
pembelajaran di MTs Assalafiyah Sitanggal.3
Prestasi yang pernah dirahih MTs Assalafiyah Sitanggal
1. Juara 2 MTQ Pelajar Putri Kab. Brebes
2. Juara 1 Lomba DAI Tk Kecamatan
2 Wawancara Muhammad Ihsan ( Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 25
Oktober 2019, 07.30 WIB 3Wawancara Muhammad Ihsan ( Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 25
Oktober 2019, 07.34 WIB
18
3. Juara 1 Catur putri tingkat kabupaten
4. Juara 3 Pidato Bahasa Arab tingkat kabupaten
5. Juara 3 Lompat Jauh Popda Kabupaten
6. Juara 1 Pidato Bahasa Arab Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
7. Juara 1 Pidato Bahasa Arab Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten
8. Juara 1 Pidato Bahasa Inggris Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
9. Juara 1 Pidato Bahasa Inggris Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten
10. Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten
11. Juara 1 Lari 5 Km Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
12. Juara 1 Bulu Tangkis Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
13. Juara 1 Lomba Matematika Porsema Ma’arif NU Kabupaten
14. Juara 2 Tenis Meja Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
15. Juara 3 Tenis Meja Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
16. Juara 3 Kaligrafi Putra Porsema Ma’arif NU Kabupaten
17. Juara 3 MTQ Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten
18. Juara 3 Baca Puisi Putri Porsema Ma’arif NU Kabupaten
19. Juara 1 Bulu Tangkis Putra Porseni MTs/Expo Jawa Tengah
20. Juara Harapan 1 Bulu Tangkis Ganda Putra Porseni Expo Nasional
21. Juara 3 Pidato Bahasa Indonesia Putri Porsema Ma’arif NU Jateng
22. Juara 2 Bulu Tangkis Putra Porsema Ma’arif NU Jateng
19
C. Visi dan Misi MTs Assalafiyah Sitanggal
a. VISI :
Terwujudnya Lulusan Madrasah yang Unggul dan Berkarakter
b. MISI :
1. Mengembangkan kemampuan dasar peserta didik menjadi Muslim
dan muslimat yang taat beribadah.
2. Mengembangkan kemampuan peserta didik yang kritis dan
sistematis.
3. Mengembangkan bakat peserta didik yang kreatif dan inovatif.
4. Menumbuh kembangkan sikap kepedulian sosial yang tinggi
Visi misi diatas merupakan hal-hal yang ingin dicapai MTs Assalafiyah
Sitanggal pada siswa-siswanya. Secara garis besar menginginkan generasi
alumni yang memiliki keagamaan yang baik dan berkarakter yang mampu
bersaing dengan baik.4
MTs Assalafiyah Sitanggal sangat mendukung berkembangnya keagamaan
siswa-siswa dengan beberapa program unggulan Tahfidz Qur’an, komputer dan
bahasa, selain itu melaksanakan Istighosah setiap hari jumat, membaca al-Qur’an
sebelum belajar, dan melakukan solat duha bergilir, yang diterapkan oleh MTs
Assalafiyah ini oleh karena itu misi dalam menjadikan yang taat beribadah.5
D. Program dan Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal
Program yang MTs Assalafiyah Sitanggal untuk meningkatkan kualitas
siswa-siswi dengan pendidikan agama yang memadai dan begitu juga dengan
4Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal
pada tanggal 12 oktober 2019 5 Wawancara Muhammad Ihsan ( Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 25
Oktober 2019, 07.45 WIB
20
pelajaran umum, selain pendidikan agama dan pendidikan umum MTs
Assalafiyah Sitanggal memiliki program ekstrakulikuler baik umum dan agama:
a. Mata pelajaran umun
1. Pendidikan Pancasila dan Kewargaan 5. Komputer
2. Bahasa Indonesia 6. IPS Terpadu
3. Bahasa Inggris 7. Seni Budaya
4. Pendidikan Jasmani dan kesehatan 8. Matematika
5. IPA Terpadu 9. Prakarya
b. Mata Pelajaran Agama
1. Qur’an Hadis
2. Akidah Akhlak
3. Fikih
4. Sejarah Kebudayaan Islam
c. Mata Pelajaran Lokal
1. BTA/Tahfidz
2. keNUan
3. Bahasa Jawa
Ekstrakulikuler
1. Pramuka 6. Rohis
2. Drum Band/ Calung 7. PMR ( Palang Merah Remaja)
3. KSM/OSN 8. Karate/ Silat
4. LPTQ/ Rebana 9. Tilawatil Qur’an
5. Paskibra 10. Seni-seni Islam (Rebana)
21
Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal
Beberapa fasilitas pendukung yang berada di MTs Assalafiyah Sitanggal,
untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar siswa-siswi dan guru yang ada di
MTs Assalafiyah Sitanggal.
Tabel 1
Data Fasilitas Pendukung MTs Assalafiyah Sitanggal
NO Fasilitas Pendukung Jumlah
1 Ruang Kelas 14
2 Laboratorium IPA 1
3 Laboratorium Bahasa 1
4 Laboratorium komputer 1
5 Perpustakaan 1
6 Keterampilan 1
7 Serbaguna 1
8 UKS 1
9 Koperasi 1
10 Ruang BP/BK 1
22
11 Kepala Sekolah 1
12 Guru 1
13 Tata Usaha 1
14 OSIS 1
15 KM/WC Guru Perempuan 1
16 KM/WC Guru Laki-laki 1
17 KM/WC Siswa Laki-laki 8
18 KM/WC Siswi Perempuan 8
19 Ruang Ibadah 1
20 Gudang 8
Sumber Data: Tata Usaha MTs Assalafiyah Sitanggal, diambil 20 oktober 2019
E. Data Siswa-siswi, Guru dan Karyawan
1. Data Siswa-siswi
Data terbaru pada tahun 2019-2020 jumlah keseluruhan dari siswa-siswi
MTs Assalafiyah Sitanggal 486.
23
Tabel 2
Data siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal Kabupaten Brebes
NO NO.
KLS KLS PARALEL
LAKI
–
LAKI
EREMPUAN JUMLAH
1 1 7 A 10 22 32
2 2
B 9 23 32
3 3
C 18 16 34
4 4
D 20 14 34
5 5
E 16 19 35
6 6
F 14 18 32
JUMLAH 87 112 199
7 1 8 A 9 26 35
8 2
B 24 14 38
9 3
C 25 13 38
10 4
D 26 12 38
JUMLAH 84 65 149
11 1 9 A 9 23 32
12 2
B 17 18 35
13 3
C 8 17 35
14 4
D 17 19 36
JUMLAH 61 77 138
JUMLAH TOTAL 232 254 486
486
Sumber Data: Tata Usaha MTs Assalafiyah Sitanggal, diambil 20 oktober 2019
Dari data siswa-siswi diatas, dapat diketahui siswa kelas 7 sampai dengan
kelas 9 berjumlah 486 siswa, yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 232, dan
siswi perempuan 254, dengan total keseluruhan 486 siswa-siswi MTs Assalafiyah
Sitanggal, Kabupaten Brebes.
24
2. Data Guru dan Staf Karyawan
Tabel 3
Data Guru dan Staf Karyawan MTs Assalafiyah Sitanggal
NO Guru
Lk
Guru
Pr
BK Staf
TU
Perpustakaan
dan Koperasi
Karyawan JUMLAH
TOTAL
1 22 16 3 3 3 2 47
MTs Assalafiyah Sitanggal pada tahun ajaran 2019-2020 memiliki 38
guru, 11 karyawan , dengan rincian 22 guru laki-laki, 16 guru perempuan, 3 BK, 3
staf TU, 1 staf perpustakaan, 2 staf koperasi, 1 tukang kebun, dan 1 satpam
dengan kualitas yang memadai dan tidak kekurangan guru sehingga hal ini dapat
meningkatkan kualitas siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
25
Struktur Organisasi
Berdasarkan struktur organisasi diatas ketua yayasan MTs Assalafiyah
Sitanggal sebagai pengelola MTs Assalafiyah Sitanggal mengawasi kinerja dan
memantau perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal. Seperti sekolah umumnya
MTs Assalafiyah Sitanggal diketuai oleh Kepala Sekolah dan dibantu oleh wakil
Kepala Sekolah yang terdiri lima bidang Wakaur Kurikulum, Wakaur Sarpas,
Wakaur Kesiswaan, Waka Humas dan Bendahara Komite.
KEPALA MADRASAH
H.MUHAMMAD IHSAN,M.Pd
KETUA YAYASAN
Drs. H.ATHOILLAH,SE,MSi
WAKUR KURIKULUM
A.SYAFAAT,S.PdI
WAKUR KESISWAAN
A. JAHID, AMA
WAKUR SARPAS
DRS.H.AINUR ROKHMAT
WAKUR HUMAS
DRA. NUR LAILA
OPERATOR EMIS
ABDUL HADI
OPERATOR SIMPATIK
KHAERUDIN,S.PdI
KOMITE
FATKHURROHMAN,S.PdI
FA
PERPUSTAKAAN
CIPTOROSO, SE
PENILAIAN
A. MIMBAR, S.PdI
PEMBINA/GURU BP/BK
KOORDINATOR BK: SEHUDIN,M.MPd
KLS: VII : IKA LESTIANA. Y, S.Pd
KLS: VIII : MOH. AKROM,SHI
KLS: IX : SEHUDIN,M.MPd
WALI KELAS
KELAS 7 KELAS 8
1. TADKIROH,M.Pd 1.DYAHMILASARI,S.Pd
2. SUCIATI,S.PdI 2. KHAERUDIN, S.KOM
3. NURHAYATI, SPdI 3.AGUNG.P ,S.Pd
4. A.BUSTONUL ARIFIN, S.PdI 4.USROTUN.M, S.Pd
5. YULI ISMIATI, S.PdI
KELAS 9
1. USWATUN HASANAH, S.P 2. A.MIMBAR,S.PdI
3. HESTI WIDYAWATI,S.Pd
4. MUSLIMAH,S.Ag
PEMBINA OSIS, ROHIS
1. HASANBISRI,S.PdI
2. SEHUDIN,M.MPd
PEMBINA PRAMUKA, LPTQ
1. KHAERIYAH
2. SELAMET
MAULIDIN
LAB KOMPUTER
AMIN SHOFIYUDIN,
S.Ag
KETUA GUDEP
NI’AMUSOMAD,SE
,M.Si
Siswa-siswi
26
Dilihat struktur organisasi MTs Assalafiyah Sitanggal sangat menekankan
kualitas siswa-siswi dengan adanya pembina organisasi untuk siswa-siswi agar
bisa menyalurkan bakat.
F. Gambaran Umum Religiusitas Remaja MTs Assalafiyah Sitanggal
Pada sub Bab ini akan deskripsikan keagamaan remaja yang berada di
MTs Assalafiyah Sitanggal secara umum sebagai dengan menggunakan teori lima
dimensi religiusitas.
a. Dimensi Ideologi
Hasil temuan penulis di lapangan bahwa dimensi ideologi cukup baik
dilihat dari kurikulum dan ekstrakulikuler yang menerapkan nilai-nilai agama-
agama terhadap siswa-siswinya, begitu pula dengan temuan penulis dari hasil
wawancara ke tujuh responden yang semuanya memiliki tingkat religiusitas rata-
rata baik.
Dilihat juga dari kegiatan MTs Assalafiyah Sitanggal, diambil dari
wawancara guru akidah akhlak Hasan Basri menyatakan bahwa selalu
mengadakan perayaan hari besar Islam, dengan mengadakan pengajian yang diisi
oleh guru yang ada, hal ini agar siswa-siswi selalu meningkatkan keimanan
dengan siraman-siraman ceramah keislaman, dan juga untuk kedekatan guru dan
siswa.6
b. Dimensi Ritualistik
Dimensi ritualistik ini tampak ketika mereka melakukan solat duha
berjamaah secara bergilir istighosah setiap hari jumat dan membaca al-Qur’an
sebelum pelajaran. Menurut Muhammad Ihsan, pembiasaan solat duha berjamaah
6Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019.
27
dan melalukan baca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai agar setelah menjadi
alumni MTs Assalafiyah Sitanggal bisa mengaji dan bisa memimpin tahlil.7
Sedangkan wawancara dengan Hasan Basri mengenai tentang ritual keagamaan,
siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal dilihat dari sejauh ini banyak pengaruh
dari orang tua yang dan lingkungan yang mengakibatkan tidak sama rata nya
ritual ibadah setiap siswa.8
Dilihat dari hasil wawancara dengan ke tujuh responden mengenai
ritualistik melihatkan tidak semuanya memiliki ritual keagamaan yang baik,
sebagian responden meninggalkan salat tidak sesuai dengan ajaran agama Islam
bahwa salat lima waktu, namun ada yang hanya melakukan tiga kali dan empat
kali.
Sedangkan faktor yang banyak mempengaruhi retualistik tidak lepas dari
lingkungan sekitar siswa-siswi yaitu banyaknya pengaruh dari lingkungan kelurga
orang tua yang pertama.9
c. Dimensi Intelektual
MTs Assalafiyah Sitanggal dalam menerapkan pembelajaran
menggunakan metode ceramah dan diskusi simulasi dengan berinteraksi langsung
dengan siswa-siswi, metode ini merupakan metode yang pas digunakan dalam
menyampaikan materi pelajaran untuk siswa-siswi.10
Dalam menanamkan materi pembelajaran wawancara dengan guru akidah
Akhlak Hasan Basri menjelaskan bahwa menanamkan pendidikan agama dengan
kisah-kisah teladan para Nabi dan praktik keagamaan seperti salat duha berjamaah
7Wawancara muhammad Ihsan (Kepala Sekolah) 25 oktober 2019
8Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019
9Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019
10Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019.
28
bergilir setiap kelas dilakukan setiap hari, dan melakukan istiqoasah satu bulan
sekali yang dilakukan setiap hari jumat keliwon.11
Sedangkan kurangnya antusias siswa-siswi, hasil dari wawancara dengan
guru akidah akhlak sejauh pembelajaran ini kurangnya antusias dalam pelajaran,
banyak faktor yang mengakibatkan kurangnya antusias pembelajaran beberapa
faktor pengaruh pertemanan, pergaulan dan smartphone yang kurangnya
pengawasan orang tua mengakibatkan siswa lebih fokus terhadap smartphone
dibandingkan dengan mata pelajaran.12
Adapun hambatan dalam pembelajaran, yang pertama kurangnya
kepedulian siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru, kedua karena
pengaruh pergaulan teman bermain, ketiga pembawaan sifat sejak MI/SD yang
terbawa sampai MTs.13
d. Dimensi Eksperiential
Pada dimensi eksperiential, siswa-siswi di MTs Assalafiyah Sitanggal
tidak terlalu tampak. Mereka pada umumnya baru melakukan ritual ibadah
sebagai aktivitas sehari-hari yang biasakan di rumah maupun di sekolahan. Ada
beberapa siswa yang sudah merasakan pengalaman yang bersifat religius seperti
ketika mereka melakukan solat merasa tenteram dan damai dengan diri sendiri,
ada juga ketika mereka melalukan solat tidak merasakan apa-apa. Hal ini perlu
dibimbing dan diperhatikan khusus supaya ibadah sebagai kewajiban melainkan
sebagai kebutuhan.14
11
Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019 12
Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019 13
Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 Oktober 2019 14
Wawancara siswa-siswi kelas VIII MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2017
29
e. Dimensi Konsekuensi
Adapun dimensi konsekuensi, siswa-siswi hampir semuanya berakhlak
baik, kenakalan mereka masih di tahap wajar, tanggapan religiusitas remaja di era
digital Muhammad Ihsan menjelaskan dari segi positif bahwa dengan
menggunakan media sosial untuk memanfaatkan hal-hal yang baik, seperti lihat
pengajian di YouTube mempermudah siswa belajar, dalam hal ini kepala sekolah
memberikan pemahaman kepada guru untuk menasihati akan penggunaan
smartphone agar digunakan dengan sesuai dengan kebutuhan dan pembelajaran.15
Dengan kegiatan yang positif akan mendorong siswa-siswi untuk berperilaku
positif, begitupun dengan pemahaman-pemahaman yang diterapkan oleh MTs
Assalafiyah Sitanggal.
Materi-materi yang agama yang dominan dalam mempengaruhi
religiusitas siswa-siswi yaitu Akidah Akhlak, Fikih, Qur’an Hadis, SKI dan
Tahfidz, mata pelajaran ini sangat berpengaruh akan religiusitas siswa dimana
memberikan nilai-nilai dasar keagamaan dan berakhlak baik bagi siswa sehingga
secara perlahan dapat mempengaruhi religiusitas keagamaan siswa yang
menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal.16
Peran MTs Assalafiyah Sitanggal memberikan nilai-nilai keagamaan bagi
siswa guna agar siswa bisa membaca al-Qur’an dan lebih mengerti agama dilihat
dari beberapa alumni, bisa mempengaruhi dalam beragama di masyarakat, sejauh
ini peran MTs Assalafiyah Sitanggal berfokus untuk meningkatkan kualitas
keagamaan untuk siswa agar dapat berpengaruh dan berkontribusi terhadap
masyarakat, dengan menciptakan lulusan menguasai agama dengan semestinya,
15
Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal), 23 oktober
2019, 07.30 WIB 16
Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal)
30
dan bisa membaca al-Qur’an. Dan juga menekankan alumni MTs Assalafiyah
Sitanggal setidaknya bisa memimpin tahlil di masyarakat di perakitan bukan
hanya sekadar teori.17
17
Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal)
31
BAB III
RELIGIUSITAS DAN KARAKTERISTIK REMAJA
A. Religiusitas dan Remaja
1. Definisi Religiusitas
Kata religius berasal dari kata Latin Ligiosus yang merupakan kata sifat
dari kata benda religio. Asal-usul kata religiosus dan religio itu sulit dilacak.
Orang menghubung-hubungkan kata itu dengan kata kerja re-eligere yang berarti
memilih kembali atau religare yang berarti mengikat kembali. Atau, kata re-ligare
yang berarti terus menerus berpaling kepada sesuatu. Akan tetapi, pencarian dan
pemilihan asal kata itu lebih merupakan usaha untuk memberikan pembenaran
pada arti kata religio daripada pengungkapan arti yang sebenarnya. Dalam kata
religio terkandung tiga unsur. Pertama, unsur memilih kembali ke sesuatu yang
sebetulnya sudah ada tetapi dengan berjalannya waktu menjadi melupakan.
Kedua, unsur mengikat diri kembali pada sesuatu yang dapat dipercaya dan
diandalkan, yang sebelumnya sudah ada tetapi telah putus atau tidak disadari.
Ketiga, sesudah memilih kembali dan mengikatkan diri, manusia terus-menerus
berpaling pada sesuatu itu1.
Religiusitas adalah jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayaran atas agama yang
dianut.2
1Agus M. Hardjana.( 2005). Religiusitas, Agama dan Spiritualitas, Yogyakarta: Kanisius,
h 28 2Fuad Nashori dan Rachmy Diana. (2002). Mengembangkan Kreativitas Dalam
Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus.
32
Wulf menjelaskan tentang religi, bahwa yang dimaksud religi adalah suatu
yang dirasakan sangat dalam, yang bersentuhan dengan keinginan seseorang,
membutuhkan ketaatan dan memberikan imbalan atau mengikat seseorang dalam
suatu masyarakat. Argyle dan Beit-Hallahmi menegaskan agama sebagai
kepercayaan, praktik, dan ritual keberagamaan. Spiro menekankan agama sebagai
lembaga dan interaksi3. Dengan demikian pengalaman religius adalah pengetahuan
manusia akan “sesuatu” yang ada di luar dirinya, melebihi mengatasi dirinya. Yang
Transenden, yang Ilahi, yang diperoleh secara langsung melalui hubungan sadar antara
dirinya dan “sesuatu” yang melebihi dirinya itu. “Sesuatu” yang lain, yang Transenden,
Yang Ilahi itu dalam bahasa agama disebut Allah.4
Makna religiusitas muncul tidak lepas dari konsep religion (agama) itu
sendiri. Makna terdalam agama adalah itu “ketundukan” atau “ikatan”
sebagaimana asal katanya dari reli, maksudnya “ketundukan/keterikatan” pada
yang absolute.5 Mengikuti Paul Tillich, agama diartikan sebagai sikap-sikap dan
tindakan manusia yang bersangkutan dengan keprihatinan yang paling dasar
(Ultimate concern). Keprihatinan paling dasar ini berkaitan dengan apa yang kita
sebut sebagai Tuhan. Sederhananya agama merupakan sebuah pengalaman dan
keyakinan (mengenai Tuhan).6
Ancok dan Nashori mengungkapkan religiusitas memiliki lima dimensi,
pertama akidah, yaitu tingkat keyakinan seorang muslim berdasarkan ajaran-
ajaran agama Islam. Kedua syariah, yaitu tingkat kepatuhan Muslimah dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagai mana dianjurkan dalam agama
3Jalaluddin Rakhmat (2003), Psikologi Agama, h 27
4Agus M. Hardjana. Religiositas, Agama dan Spiritualitas, Yogyakarta 2005, h 30
5Fahmi Dzilfikri.( 2015). Religiositas Kaum Difabel,. Skripsi Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Perbandingan Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal 21 6Fahmi Dzilfikri.( 2015). Religiositas Kaum Difabel.
33
Islam. Ketiga akhlak, yaitu tingkat perilaku seorang Muslim berdasarkan ajaran-
ajaran agama Islam, sebagaimana terealisasi dengan dunia beserta isinya.
Keempat pengetahuan agama, yaitu tingkat pemahaman Muslim terhadap ajaran-
ajaran agama Islam, sebagaimana termuat dalam al-Qur’an. Kelima penghayatan,
yaitu mengalami perasaan-perasaan dalam menjalankan aktivitas beragama dalam
agama Islam.7
Religiusitas menurut Glock dan Stark adalah sistem simbol, sistem
keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya
itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi
atau yang paling dihargai dan berarti bagi seseorang. Nashori dan Mucharam, juga
mengungkapkan bahwa religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, keyakinan,
pelaksanaan ibadah, serta penghayatan atas agama yang dianut. Ramayulis
mengatakan bahwa religiusitas memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan
batin. Religi atau agama mengandung sebuah arti ikatan dengan Tuhan yang harus
dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Religi merupakan sistem dari beberapa
aspek, yang dikenal dengan adanya kesadaran beragama dan pengalaman
beragama.8
Religiusitas memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan batin. Religi
atau agama mengandung sebuah arti ikatan dengan Tuhan yang harus dipegang
dan dipatuhi oleh manusia.9
7Iredho Fani Reza. Hubungan Antara Religiusitas dengan Moralitas pada Madrasah
Aliyah, Humanitas, Vol. X No.2 Agustus 2013. Hal 49 8Ilyas Sudikno Yahya, Zaenal Abidin., Hubungan Antara Religiusitas Dengan Intensi
Prososial Pada Siswa-Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus. Jurnal al Empati, Oktober
2018, Volume 7 (Nomor 4), h 340 9Ramayulis, & Nizar, S. (2009). Filsafat pendidikan islam: telaah sistem pendidikan dan
pemikiran para tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia
34
Istilah agama dalam penelitian psikologi agama tidak digunakan secara
langsung karena menggunakan term agama akan berhubungan langsung dengan
eksistensi agama itu sendiri. Keunggulan psikologi agama adalah sebagai alat
sebagai pemahaman agama yang selama ini minim oleh sains. Istilah yang paling
sering digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut adalah religiusitas.10
2. Definisi Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescence, diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif dan sosial emosional. Masa remaja dimulai sekitar kira-kira usia
10 sampai 13 dan berakhir antara usia 18 dan 22 tahun. Perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi
seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian.11
Masa remaja merupakan salah satu masa perkembangan yang dialami
manusia dalam hidupnya dan masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak
ke masa dewasa. Beberapa ahli mempunyai beberapa pendapat yang berbeda
mengenai masa remaja itu berlangsung, karena memang perkembangan manusia
itu bersifat individual, ada perkembangan yang cepat, dan ada pula yang lambat.
Dengan demikian, batasan umur bersifat fleksibel, artinya dapat maju ataupun
mundur sesuai dengan kecepatan perkembangan masing-masing individu. Suatu
contoh batasan umur remaja menurut beberapa ahli (Nuryoto) adalah (a). umur
10
Fahmi Dzilfikri.( 2015). Religiusitas Kaum Difabel, h 25 11
John W. Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Hal
26
35
13-18 tahun (Hurlock), (b) umur 12-21 tahun (Jersild), umur 13-21 tahun (cole),
dan (d) umur 13-21 tahun (Haditono).12
Masa remaja adalah masa yang seolah-olah tidak memiliki tempat yang
jelas, ia tidak termasuk golongan anak juga tidak termasuk golongan dewasa.
Karena remaja belum mampu menguasai fungsi fisik maupun psikis nya, oleh
karena itu masa remaja biasa kita dengar sebagai masa transisi atau masa
peralihan.13
Masa remaja awal (early adolenscence) kira-kira sama dengan masa
menengah pertama dan mencakup perubahan pubertas. Bahwa perkembangan
didefinisikan sebagai proses sepanjang hidup. Masa remaja adalah bagian dari
perjalanan hidup dan karena ini bukan merupakan masa perkembangan yang
terisolasi.14
Fenomena masa remaja tidak memiliki batas waktu yang tegas dan pasti.
Meskipun demikian, secara kasar kita dapat mendefinisikan masa remaja sebagai
tahap perkembangan yang terjadi antara pubertas dan pencapaian kedewasaan.
Pada masa remaja awal meliputi usia 13, 14, dan 15 tahun. Masa remaja awal
maupun masa remaja akhir mempunyai tugas perkembangan yang sama:
membentuk identitas dari yang berbeda dari identitas orang tuanya. Dalam masa
remaja awal si anak mencoba menjawab pertanyaan “Siapakah Saya?” dia banyak
melakukan ini dalam lingkungan keluarganya.15
12
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif. Jakarta : kencana, h 41 13
Fakhrul Rijal (2016), Perkembangan Jiwa Agama Pada Remaja. Dosen STIS Al-
Azisiyah Sabang. Jurnal Pendidikan. 14
John W. Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga, h 26
15
Dr. Fitzhugh Dodson (2006), Mendisiplinkan Anak dengan Kasih Sayang, Jakarta:
Gunung Mulia, h 371
36
B. Ciri- ciri Masa Remaja
Ciri-ciri remaja Hurlock.16
Hurlock merupakan seorang ahli psikologi
perkembangan dalam bukunya “Develipment Psychology”. Hurlock menjelaskan
ciri-ciri remaja sebagai berikut17
:
1. Masa remaja sebagai periode yang paling penting
Ada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang
tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan
psikologis yang kedua-duanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa
remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental yang cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian
dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan
Dimana pada masa ini status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan
dan peran yang harus dilakukan. Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis
anak remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya
dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak.
Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi
tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali
penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi
seorang anak dan bukan orang dewasa.
16
Elizabeth B. Horlock (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga, h 207-209 17
H. Amirullah Syarbini, M. Ag, Heri Gunawan, M. Ag (2014). Mencetak Anak Hebat,
Jakarta: Kelompok Gramedia, h 118
37
3. Periode perubahan masa remaja
Dimana pada masa ini remaja mengalami perubahan yang sejalan dengan
tingkat perubahan, emosi, fisik, perubahan nilai-nilai, bersifat ambivalen18
terhadap perubahan dimana mereka menuntut kebebasan, tetapi sering takut
bertanggung jawab akan akibatnya, dan meragukan kemampuannya untuk
mengatasi tanggung jawabnya itu.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Walaupun setiap periode memiliki masalah, akan tetapi pada masa remaja
biasanya sering memiliki masalah yang sulit diatasi.
5. Masa remaja yang mencari identitas atau jati diri
Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-temannya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Pada masa remaja biasanya terjadi pertentangan antara anak dan orang tua,
atau sebaliknya menjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan
orang tua.
7. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik
Ia melihat kehidupan bukan sebagaimana adanya, akan tetapi sebagaimana
yang ia inginkan, terlebih dalam masalah cita-cita.
Mengacu pada usia perkembangan, pada umumya remaja masih berada di
bangku SMP, SMA, dan sebagainya, proses perkembangan manusia tidak lepas
18
Ambivalensi dirasakan secara psikologis oleh seseorang dengan perasaan yang tidak
menyenangkan ketika aspek-aspek positif dan negatif hadir di dalam pikiran seseorang di waktu
yang samaan.
38
dari pengaruh lingkungan sehingga perkembangan remaja yang duduk di bangku
SMP akan berbeda dengan remaja yang duduk di bangku SMA, ataupun di
perguruan tinggi, walaupun sebenarnya kehidupan manusia pasti tidak akan lepas
dari masa sebelumnya dan masa yang akan datang. Remaja yang duduk di bangku
SMP, SMA berumur sekitar 13-19, mencakup kategori remaja awal, pertengahan
dan mendekati masa remaja akhir.19
Karakteristik yang dialami mencakup aspek fisik, psikis, sosial dan
terakhir aspek perkembangan tersebut akan mencapai kematangan pada masa
remaja.
a. Perkembangan fisik
Perubahan fisik sudah dimulai pada masa pra remaja dan terjadi secara
cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja awal
yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole
berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan perkembangan dari aspek lain
yang mencakup perkembangan psikis dan sosial.20
b. Perkembangan kognitif
Piaget menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal yang terjadi sekitar
11-15 tahun, seorang anak mengalami perkembangan penalaran yang dihadapinya
berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai kematangan
pada tahap ini, potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning and thinking)
berkembang secara maksimum. Setelah perkembangan maksimum ini terjadi,
19
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif. Hal 41 20
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif. Hal 45
39
seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas penalaran
pada tahap perkembangan selanjutnya.21
c. Perkembangan emosi
Menurut Piaget perkembangan afek selama tahap operasi formal sama
halnya dengan perkembangan kognitif dan struktur intelektual. Selama masa
remaja ditandai dengan dua faktor utama, yaitu (a) perkembangan idealisme, dan
(b) perkembangan kepribadian. Perkembangan operasi formal memfasilitasi
kemampuan berfikir verbal sehingga remaja tidak hanya mampu memikirkan hal-
hal konkret, tetapi ia juga mampu berfikir hipotesis berdasar situasi riil22
.
d. Perkembangan moral
Hasil penelitian Piaget mengungkapkan bahwa pada tahap operasional
konkret (8-12 Tahun), anak sudah memahami dan menghargai aturan-aturan.
Mereka sudah membedakan antara perbuatan yang jelek, serta akibat-akibatnya.23
Selanjutnya Elkin menegaskan bahwa seiring dengan perkembangan kognitif,
remaja mulai mengenal sifat egosentrisme24
yang merupakan titik awal
mendamaikan struktur kognitif dan dinamika kepribadian.
C. Dimensi-Dimensi Religiusitas
Dimensi religiusitas pada dasarnya dapat dilihat dari beberapa aspek
karena tidak lepas dari bagaimana para peneliti psikologi agama membutuhkan
teori tersebut untuk meneliti religiusitas pada manusia, oleh karena itu dimensi
21
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif, h 50 22
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif, h 51 23
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis
Empiris Aplikatif, h 51 24
Egosentrisme merupakan mengacu pada karakteristik universal yang memusat pada
pandangan individu, dan ketidakmampuan untuk memahami pandangan orang lain.
40
religiusitas terikat satu dengan yang lain dalam penelitian yang ingin penulis kaji.
Mengingat penelitian ini dilakukan dalam konteks Islam, maka penelitian ini yang
digunakan juga sesuaikan dengan konteks keislaman.25
Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas
keberagaman bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah khusus) saja tetapi juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainnya.
Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang dapat dilihat mata, tetapi juga
aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati sanubari seseorang. Dengan
demikian religiusitas meliputi berbagai sisi atau dimensi. Karena tulisan ini
bersifat keagamaan maka nilai-nilai dari dimensi religiusitas tidak lepas dari
agama dan ajaran keislaman yang berlaku.
Teori dimensi religiusitas ini memetakan keberagamaan remaja di MTs
Assalafiyah dalam beberapa dimensi, sehingga akan didapat kejelasan dimensi
mana saja yang dimiliki dan dimensi mana yang tidak dimiliki. Aplikasi dari
dimensi-dimensi religiusitas yang sering digunakan para peneliti psikologi agama
adalah teori Glock dan Stark yang dikenal dengan lima dimensi religiusitas.
1. Dimensi ideologi
Dimensi Ideologi merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan
dengan apa yang harus dipercayai termasuk dalam dimensi ideologi. Kepercayaan
atau doktrin agama adalah dimensi yang paling dasar.26
Dimensi ideologi atau dimensi keyakinan ini dapat dipastikan dimiliki
oleh semua orang yang beragama, sesuai agama yang dianut nya, walaupun
terkadang mereka tidak menjalankan perintah-perintah agama dan bahkan hidup
25
Fahmi Dzilfikri (2015). Religiositas Kaum Difabel, Skripsi Fakultas Usuluddin, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. h 35 26
Jalaluddin Rakhmat. (2003), Psikologi Agama. Bandung: Mizan. Hal 44
41
tidak berdasarkan agama. Namun demikian, dimensi ideologis tertanam kuat
dalam diri masing-masing yang beragama.
2. Dimensi ritualistik
Dimensi keberagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilaku disebut
dimensi ritualistuk. Yang dimaksud perilaku di sini bukanlah perilaku umum yang
dipengaruhi keimanan seseorang, melainkan mengacu kepada perilaku khusus
yang ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan
dosa, berpuasa, atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.27
Dimensi ritualistik ini secara empiris menjadi alat untuk mengidentifikasi
penganut agama tertentu, walaupun belum tentu dimensi ini secara otomatis
berpengaruh pada kejiwaan dan pelakunya. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus
dimensi ritualistik tidak selalu sejalan dengan semangat diri ritual sendiri.
3. Dimensi intelektual
Setiap agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui
oleh para pengikutnya. Ilmu fikih di dalam Islam menghimpun informasi tentang
fatwa ulama berkenaan dengan pelaksanaan ritus-ritus keagamaan. Perjanjian
Baru di dalam agama Kristen memuat tentang pengetahuan kristus dan para rasul-
nya. Sikap orang dalam menerima dan menilai ajaran agamanya berkait erat
dengan perkaitan dengan agamanya itu.28
Dimensi intelektual menjadi aspek tersendiri dalam menilai religiusitas
seseorang. Karena dimensi ini hanya perseorangan yang bisa mengetahui sejauh
mana dia memahami keyakinan diri sendiri.
27
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 45 28
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 47
42
4. Dimensi eksperential
Dimensi eksperential (pengalaman) berkaitan dengan perasaan yang
dialami oleh penganut keagamaan. Psikologi menyebutkan dengan religius
exsperienci. Pengalaman keagamaan ini bisa saja terjadi sangat moderat, seperti
kekhusyuhan di dalam salat atau sangat intend seperti yang dialami oleh Sufi29
.
Dimensi eksperential yaitu perasaan atau pengalaman keagamaan yang
pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa dekat dengan Tuhan, merasa takut
berbuat dosa atau merasa bahwa doa-doanya dikabulkan Tuhan.
5. Dimensi konsekuensi
Dimensi konsekuensi menunjukkan akibat ajaran agama dalam perilaku
umum, yang tidak secara langsung dan secara khusus ditetapkan agama (seperti
dalam dimensi ritualistik). Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam
kehidupannya sehari-hari. Efek agama ini boleh jadi positif atau negatif
tergantung pada tingkat personal dan sosial30
.
Dimensi konsekuensi ini sering disebut juga dimensi sosial (sosial
dimension), dimana merupakan efek dari empat dimensi sebelumnya. Efek ini
dapat positif dan juga negatif, sebagaimana Jalaluddin Rakhmat memberikan
contoh Jim Jones mendorong hampir seribu pengikutnya untuk bunuh diri massal
dengan cara meminum racun.31
Dinamika perkembangan religiusitas remaja dipengaruhi beberapa faktor.
Thouless mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi perkembangan
religiusitas remaja yaitu (1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai
tekanan sosial, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan
29
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 46 30
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 47 31
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama. Hal 47
43
lingkungan sosial yang disepakati oleh lingkungan itu; (2) Berbagai pengalaman
yang membentuk sikap keagamaan, terutama pengalaman-pengalaman mengenai
keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia ini, konflik moral dan pengalaman
emosi beragama; (3) Kebutuhan yang belum terpenuhi terutama kebutuhan
keamanan, cinta kasih, harga diri serta adanya ancaman kematian; (4) Berbagai
proses pemikiran verbal atau faktor intelektual.32
D. Perkembangan Religiusitas Pada Remaja
Dua ciri yang secara jelas yang mempengaruhi perkembangan religius
remaja:
1. Perkembangan kognitif (gocnitive Development).
Perkembangan kognitif Oleh Piaget pertumbuhan kognitif pada masa
remaja digambarkan berbagai gerak peralihan dari cara berfikir konkret ke cara
berfikir proporsional. Ronald Goldman telah menerapkan pemikiran Piaget dalam
pemikiran agama. Dalam bukunya Religious Thinking From Childhood to
Adolescence, Goldman menguraikan kemampuan yang makin berkembang pada
anak dari umur 6 sampai 16 tahun dalam membentuk konsep-konsep religius.
Salah satu kemampuan yang muncul dalam unsur-unsur itu, adalah kemudahan
untuk berfikir secara abstrak mulai nampak berfungsi. Perkembangan kognitif
memberikan kemungkinan terjadi perpindahan atau transisi dari “agama lahiriah
ke agama batiniah”.33
32
Afiatin Tina (1998), Religiusitas Remaja, Universitas Gajah Mada. Jurnal Psikologi,
NO. 1, 58-64 33
Robet W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan ( Yogyakarta: konsius,
1994), hal 23
44
2. Identitas (Identity).
Hal kedua dalam perkembangan psikosial remaja yang mempuyai
relevansi khusus bagi agama adalah identitas. Erik Erikson telah menekankan sifat
kritis pergulatan remaja untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan
untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan mendapatkan rasa cukup atas harga
diri, peran untuk berhubungan dengan orang lain dan ideologi untuk
dipeluksetiani. Krisis identitas tercipta oleh runtuhnya dunia kanak-kanak, dan
pemecahannya tergantung pada perkembangan rasa kesamaan dan keberlanjutan
di mana masa kanak-kanak di masa lampau, masa muda di masa kini dan masa
dewasa di masa depan berkaitan satu sama lain secara erat dan terpadu.34
Merupakan suatu yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
kehidupan remaja. Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa
faktor perkembangan rohani dan jamannya. Perkembangan itu antara lain menurut
W. Starbuck adalah.35
a. Pertumbuhan pikiran dan mental
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-
kanaknya sudah begitu tidak menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap agama
mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah
kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya.
b. Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,
etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri kehidupan yang terbiasa
dalam lingkungannya. Kehidupan religius cenderung akan mendorong dirinya
34
Robet W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan ( Yogyakarta: konsius,
1994), hal 25 35
Jalaluddin. Psikologi Agama. Hal 72-74
45
lebih dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang
mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual.
c. Pertimbangan sosial
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,
etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan yang terbiasa
dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya
lebih dekat ke arah hidup yang religius pula.36
Corak keagamaan para remaja juga
ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka
timbul konflik antara pertimbangan moral dan material.
d. Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan
usaha mencari proteksi. Tipe moral juga terlihat para remaja juga meliputi
1. Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan
pertimbangan pribadi.
2. Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3. Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral.
4. Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral’
5. Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral
masyarakat.
36
Atika Oktaviani Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja
Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan
Psikologi. Universitas Negeri Semarang, h 18
46
e. Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan
sangat kecil dan hal ini tergantung kebebasan masa kecil serta lingkungan agama
yang mempengaruhi mereka.
Dalam hal ini Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa kebimbangan itu
disebabkan dua faktor penting, yaitu: Pertama, terjadinya kebimbangan
disebabkan keadaan jiwa remaja yang bersangkutan, dan keadaan sosial budaya
yang melingkupi remaja tersebut. Kedua, mungkin saja kebimbangan dan
keingkaran kepada Tuhan itu merupakan pantulan dari keadaan masyarakat yang
dipenuhi oleh penderitaan, kemerosotan moral, kekacauan, dan kebimbangan.37
E. Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas
Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas Individu yang memiliki
religiusitas tinggi akan tercermin dalam perilakunya. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi religiusitas, Ancok dan Suroso
menjelaskan karakteristik individu yang memiliki religiusitas berdasarkan
dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark yang memiliki
kesesuaian dengan islam38
yaitu:
1. Memiliki ciri utama berupa keyakinan (akidah) yang kuat. Akidah ini
mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (Iman kepada
Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan Qada dan Qadar).
Seorang muslim yang religius akan merasa yakin atau percaya terhadap
adanya Allah, melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna
37
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XIII, 1991. h 100. 38
Atika Oktaviani Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja
Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan
Psikologi. Universitas Negeri Semarang, h 37
47
mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, mencintai dan
melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi larangan-Nya, meyakini adanya
hal-hal yang dianggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah san
sebagainya.
2. Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh
agamanya. Seorang Muslim yang beribadah dengan baik menggunakan jam-
jam yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dengan salat, banyak
berzikir, berdoa, rajin berpuasa dan zakat serta ibadah-ibadah lainnya.
3. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan dimotivasi oleh ajaran
agamanya seperti suka menolong, bekerja sama, berderma, menegakkan
keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan
hidup, menjaga amanat, memaafkan, mematuhi norma-norma islam dalam
perilaku seksual dan sebagainya.
4. Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar
keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap ajaran agamanya,
seperti mengetahui tentang isi al-Quran, pokok-pokok ajaran yang harus di
imani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam,
Sejarah Islam dan sebagainya. Dengan mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan agama yang dianut, seseorang akan lebih paham tentang ajaran agama
yang dipeluknya.
5. Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan
keajaiban yang datang dari Allah, seperti merasakan bahwa doanya
dikabulkan Allah, merasakan ketentraman karena menuhankan Allah,
tersentuh atau bergetar ketika menderang asma-asma Allah (seperti suara azan
48
dan alunan ayat-ayat suci al-Quran) dan perasaan syukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah.
Hawari menyebutkan ciri seseorang yang memiliki religiusitas tinggi
yaitu39
:
1. Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang
diperintahkan Allah atau melakukan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Ia akan
merasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak seorang pun
melihatnya. Selain itu Ia juga selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang
dan aman karena merasa dilindungi oleh zat yang maha perkasa lagi
Bijaksana.
2. Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang mengontrol.
Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap.
3. Melakukan pengamalan agama seperti yang dirontokkan oleh para Nabi,
karena hal tersebut dapat memberikan rasa tenang dan terlindungi bagi
pemeluknya.
4. Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan mana yang baik dan
buruk bagi dirinya.
5. Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupannya, walaupun
aktivitas tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan
dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang baik sehingga
timbul kesadaran bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapatkan
balasan dari Allah.
39
Atika Oktaviani Palupi (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap Krnakalan Remaja
Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal. Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan
Psikologi. Universitas Negeri Semarang, h 38
49
6. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin
dicapainya.
F. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Sikap keagamaan adalah suatu kondisi diri seseorang yang dapat
mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
agama, beranjak dari kenyataan yang ada, sikap keagamaan seseorang terbentuk
oleh dua faktor internal dan faktor eksternal.
Dengan demikian, jiwa keagamaan tak luput dari berbagai gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangannya. Pengaruh tersebut bersumber dari dalam
diri seseorang maupun bersumber dari faktor luar.40
1. Faktor internal
Perkembangan jiwa keagamaan, selain ditentukan oleh faktor eksternal,
juga ditentukan oleh faktor internal seseorang. Seperti halnya aspek kejiwaan
lainnya, para ahli psikologi agama mengemukakan berbagai teori berdasarkan
masing-masing.
a. Faktor Hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor bawaan
yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari berbagai unsur
kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, efektif, dan konatif. Akan tetapi
penelitian terhadap janin terungkap bahwa makanan dan perasaan ibu terpengaruh
terhadap kondisi janin yang dikandungnya. Demikian pula, Margareth Mead
menemukan dalam penelitiannya terhadap suku Mudugumor dan Arapesh bahwa
terdapat hubungan antara cara menyusui dengan sikap bayi. Bayi yang disusui
40
Drs. Bambang Samsul Arifin, M.Si, Psikologi agama. Cet. 1. Bandung, Pusta Stia.
2008. Hal 76-85
50
secara tergesa-gesa (Arapesh) menampilkan sosok yang agresif dan yang disusui
secara wajar dan tenang (Mundugumor) akan menampilkan sikap yang toleran di
masa remajanya.
Meskipun belum dilakukan penelitian mengenai hubungan antara sifat-
sifat kejiwaan anak dengan orang tuanya, tapaknya berpengaruh tersebut dapat
dilihat dari hubungan emosional. Rasul SAW. Menyatakan bahwa daging tang
bersumber dari makanan haram, neraka lah yang lebih berhak baginya. Pernyataan
ini senggak nya menujukan bahwa ada hubungan antara status hukum makanan
haram (halal dan haram) dengan sikap.
b. Tingkat Usia
Dalam The Delevlopment of Religious on Children, Ernest Harms
mengungkapkan bahwa perkembangan agama pada anak-anak ditentukan oleh
tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh perkembangan
berbagai aspek kejiwaan termasuk perkembangan berfikir. Ternyata anak yang
menginjak usia berfikir kritis lebih kritis pula dalam memahami ajaran agama.
Selanjutnya, pada usia remaja, saat mereka menginjak usia kematangan seksual,
pengaruh itu pun menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. Bahkan
menurut penelitian Dr. Kinsey sekitar tahun 1950-an, 90% remaja amerika telah
melakukan masturbasi, homoseksual, dan onani.41
Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja
menimbulkan konflik kejiwaan, yang cenderung mempengaruhi terjadinya
41
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Agama, h 215
51
konversi agama. Bahkan, menurut Starbuck pada usia adolesens sebagai rentang
umur tipikal terjadi konversi agama.42
c. Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua unsur, yaitu
unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara unsur hereditas dan
lingkungan inilah yang membentuk kepribadian. Adanya dua unsur yang
membentuk kepribadian itu menyebabkan munculnya konsep tipologi dan
karakter.
Tipologi lebih ditekankan kepada unsur bawaan, sedangkan karakter lebih
ditekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.
d. Kondisi kejiwaan
Kondisi kejiwaan terkait dengan kepribadian sebagai faktor internal. Ada
berbagai model pendekatan yang mengungkapkan hubungan ini. Model
psikodinamik yang dikemukakan Sigmund Freud menunjukkan bahwa gangguan
kejiwaan ditimbulkan oleh konflik yang tertekan di alam ketidaksadaran manusia.
Konflik akan menjadi sumber gejala kejiwaan yang abnormal. Selanjutnya,
menurut pendekatan biomedis, fungsi tubuh yang dominan mempengaruhi kondisi
jiwa seseorang.
2. Faktor Eksternal
Manusia sering disebut dengan homo religius (mahluk beragama).
Pernyataan ini menggambarkan bahwa manusia memiliki potensi dasar yang dapat
dikembangkan sebagai mahluk yang beragama. Dengan demikian, manusia lahir
dilengkapi dengan potensi berupa kesiapan untuk menerima pengaruh luar
42
Robet H Thoules (2000). Pengantar Psikologi Agama. jakarta: Raja Grafindo Persada, h
203
52
sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi mahluk yang memiliki rasa dan perilaku
keagamaan. Faktor eksternal yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan
kejiwaan keberagamaan.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan
manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak, keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian,
keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan.
b. Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa
keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah maupun yang nonformal
seperti berbagi perkumpulan dan organisasi.
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam
membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgih D. Gunarsa,
pengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) kurikulum dan anak;
2) hubungan guru dan murid; dan 3) hubungan antar-anak.
c. Lingkungan masyarakat
Dapat dikatakan bahwa anak setelah menginjak usia sekolah, sebagian
besar waktu jaganya dihabiskan di sekolah dan masyarakat. Berbeda situasi di
sekolah dan rumah, umumnya pergaulan di masyarakat kurang menekankan pada
disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat.
Meskipun tampak longgar, kehidupan bermasyarakat dibatasi oleh
berbagai norma nilai-nilai yang didukung warganya. Oleh karena itu, dengan
53
norma dan nilai-nilai yang ada. Dari sini dipahami bahwa kehidupan
bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama.
54
BAB IV
ANALISIS INTER-KASUS DIMENSI RELIGUSITAS REMAJA MTs
ASSALAFIYAH SITANGGAL, KABUPATEN BREBES
A. Gambar Subjek Penelitian
Seluruh subjek penelitian berjumlah 7 orang dengan karakteristik yang
tertera dalam tabel berikut:
Tabel 4
Nama
Putra
Mawar
Ale
Anggi
Bunga
Lilo
Melati
Umur
13
13
13
13
13
13
13
Jenis
kelamin
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Wanita
Pria
Wanita
Kelas
VIII
VIII
VIII
VIII
VIII
VIII
VIII
Pendidikan
sekarang
MTs
MTs
MTs
MTs
MTs
MTs
MTs
Agama
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Sumber Data: Wawancara siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII. 17 Oktober 2019
55
B. Deskripsi Religiusitas pada Remaja
Dalam religiusitas remaja yang diangkat dalam penelitian ini, temuan
penulis bahwa perkembangan religiusitas sangat dipengaruh oleh lingkungan,
pergaulan dan faktor orang tua yang menjadi dominan. Berikut adalah deskripsi
temuan penulis di lapangan mengenai dimensi-dimensi apa saja yang dimiliki
individu.
1. Kasus Putra
Putra merupakan siswa laki-laki berusia 13 tahun yang sedang menempuh
pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII, dia memiliki kelurga dan
lingkungan keagamaan yang tidak begitu taat agama bisa dibilang bisa saja, dia
sangat menyukai pelajaran prakarya dan Pendidikan kewarganegaraan, Putra
tidak mengikuti ekstrakulikuler.1
a. Dimensi Ideologis
Mengenai dimensi keimanan kepada Allah, Malaikat, Putra tanpa ragu
menjawab “Saya sangat percaya adanya Allah dan Malaikat tanpa ragu”.2
Hal yang sama juga berlaku akan keyakinannya al-Qur’an, Rasul-Nya dan
hari akhir.
“Saya percaya bahwa al-Quran adalah pedoman hidup bagi manusia dan Rasul
adalah utusan Allah, begitupun hari akhir saya percaya akan ada hari akhir”.3
Dari jawaban Putra ia termasuk memiliki keimanan yang baik, keyakinan
kepada Allah dan percaya hal-hal yang belum terjadi seperti hari akhir.
1Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 08.20
WIB 2 Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
3Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
56
b. Dimensi Ritualistik
Ketika penulis menanyakan sehari berapa kali melakukan salat ia
menjawab tiga kali, yaitu ketiga salat magrib, salat isya, salat zuhur, Putra selalu
melalukan puasa Ramadhan dan membayar zakat yang diajarkan oleh orang tua
dan di sekolah.
Dalam keseharian Putra membaca al-Quran sebanyak satu kali.
“Saya biasanya membaca al-Quran sebelum pelajaran dimulai bareng teman-
teman kelas”.4
c. Dimensi Intelektual
Putra siswa yang cukup baik, dan paham tentang rukun iman dan rukun
Islam, ia menjelaskan sesuai yang ia paham.
Ketika penulis menanyakan tentang akherat ia mengatakan sesuai
pemahaman Putra. “Akherat adalah alam ketiga setelah dunia yang kita
tempati.5”
Lalu saat penulis menanyakan kembali tentang apa artinya pahala dan dosa
Putra menjawab tidak tahu.
d. Dimensi Eksperiential
Putra mengakui bahwa ketika melakukan sesuatu yang bersifat baik ia
merasa senang, dan ia mengatakan bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doanya,
tetapi ia terkadang tidak merasakan tenteram ketika salat, hal ini ketika penulis
mencoba menanyakan Putra tentang apa yang ia rasakan ketika menjalankan
perintah salat.
“Saya terkadang tidak tenteram dalam melakukan salat”.6
4Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal
5Wawancara Informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal
57
Namun Putra selalu merasakan takut ketika berbuat dosa dan selalu merasa
diawasi oleh Allah.
e. Dimensi Konsekuensi
Pada dimensi ini bisa dilihat dengan pertemanan dengan teman kelasnya
dan pergaulan, Putra kurang baik dengan teman-teman sekelasnya bahkan ia
merasakan bisa saja ketika temanya terkena musibah, ketika penulis menanyakan
lagi apa yang ia lakukan ketika melihat temanya melakukan kejahatan dan apakah
anda akan menolong seseorang yang beda dengan agama kita.
“Saya akan menonton dan saya tidak akan menolong karena bukan satu
agama”.7
2. Kasus Mawar
Mawar merupakan siswi MTs Assalafiyah Sitanggal berusia 13 tahun, dia
sangat menyukai pelajaran B. Indonesia, IPA, IPS dan hafalan Tahfidz selain itu
dia mengikuti kegiatan ekstrakulikuler Pramuka dan PMR, keluarga dan
lingkungan keagamaan bisa saja, tidak ada pengajian di lingkungan rumahnya.
Mawar juga mengaku tidak pernah ikut dalam pengajian.8
a. Dimensi Ideologi
Pada dimensi ini Mawar mempunyai keyakinan yang kuat mengenai
Allah, ia percaya Allah ada dengan buktinya adanya alam semesta. Mawar
percaya bahwa malaikat adalah mahluk yang paling taat, meyakini al-Qur’an
6Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
7Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
8Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, , 17 Oktober 2019,
08.20 WIB
58
sebagai pedoman hidup, Nabi adalah utusan Allah, dan ia meyakini bahwa adanya
hari akhir. “Ya, saya sangat yakin akan adanya hari akhir.9”
b. Dimensi Ritualistik
Mawar mengakui bahwa ia hanya melakukan empat kali salat dalam
sehari, “saya terkadang merasa malas dalam mengerjakan salat dan terkadang
ketiduran”. 10
Pada bulan Ramadhan, Mawar selalu puasa dan selalu salat tarawih
berjamaah dan selalu membayar zakat fitrah yang selalu diajarkan oleh orang tua
dan gurunya, Mawar juga pernah mencoba berpuasa Senin kamis tetapi ia tidak
sampai selesai.
“Saya pernah mencoba puasa senin kamis tetapi batal”.11
c. Dimensi Intelektual
Mengenai dimensi intelektual, Mawar mendapatkan pelajaran begitu
banyak di MTs Assalafiyah Sitanggal, mengatakan bahwa dia lebih tau tentang
rukun imam, rukun Islam, Akidah Akhlak dan fikih. Tetapi Mawar tidak paham
akan tentang apa pahala dan dosa.
Ketika penulis menanyakan apa yang ia ketahui tentang akherat, Mawar
menjawab sesuai yang ia pahami, ia menjawab bahwa “Akherat adalah alam
akhir dan penanti”.12
d. Dimensi eksperiential
Pada dimensi eksperiential ini, Mawar merasakan kedamaian ketika
melakukan kebaikan sesama manusia, Mawar selalu merasakan bawa apa yang dia
9Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
10Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
11Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
12Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
59
doakan selalu didengar oleh Allah, begitu juga ketika ia akan melakukan
perbuatan dosa merasa tertekan dan gelisah, seperti melakukan dosa mencuri.
Tetapi ketika penulis mencoba menanyakan apakah merasakan khusyuk
ketika salat. “Terkadang saya tidak khusyuk dalam melakukan salat”.13
e. Dimensi Konsekuensi
Mawar adalah siswi yang baik di kelasnya memiliki pertemanan yang
baik, begitupun ketika temanya terkena musibah ia merasa kasihan dan dia akan
membantu, begitupun ketika ada temanya berbuat kejahatan dan melakukan hal
yang tidak terpuji ia akan menegornya agar tidak melakukan hal tersebut lagi.
Ketika penulis menanyakan kembali apakah ia akan menolong orang yang
tidak seiman dengan kepercayan yang ia yakini terkena musibah.
“Menolongnya, karena sesama manusia, kasihan dan tidak tega.14
3. Kasus Ale
Ale merupakan siswa MTs Assalafiyah Sitanggal berusia 13 Tahun, Ale
berasal dari keluarga dan lingkungan keagamaan biasa aja orang tuanya
melakukan salat lingkungan tidak pengajian, ia sangat menyukai mata pelajaran
hafalan Tahfidz, IPA, IPS selain itu juga Ale aktif dalam ekstrakulikuler di
sekolahan ia mengikuti ekstrakulikuler dewan penggalang dan PMR, diluar
sekolah Ale tidak pernah mengikuti pengajian.15
a. Dimensi Ideologi
Mengenai dimensi keyakinan tentang Allah Ale sangat percaya adanya
Allah, ia juga meyakini bahwa Malaikat merupakan mahluk Allah yang paling
13
Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 14
Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 15
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 09.30
WIB
60
taat, dan al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia, Nabi adalah utusan Allah
paling benar untuk mengajarkan agama.
Ketika penulis menanyakan lebih spesifik tentang Allah itu ada dan
buktinya apa? “Allah itu ada, buktinya bahwa adanya mahluk”.16
Dilihat dari jawaban Ale, dia memiliki keimanan yang cukup baik walau dalam
kelurga dan lingkungan dalam keagamaan bisa saja.
b. Dimensi Ritualistik
Ale mengaku dalam sehari dia melakukan salat Lima kali, ia mengakui
selalu rajin dalam menjalankan ibadah salat, ia juga berpuasa di bulan Ramadhan
dan membayar zakat, biasa nya Ale selalu membayar zakat di Sekolah, dalam satu
hari Ale biasanya membaca al-Qur’an satu kali
Ale mengaku bahwa salat 5 waktu adalah harus selalu aku tunaikan.
“Dalam sehari saya menunaikan salat 5 kali, itu sudah menjadi kebiasaan
saya”.17
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini pertanyaan mengenai rukun iman dan rukun
Islam Ale hanya tau apa itu rukun imam dan islam tanpa menjelaskan secara
terinci. Sedangkan pertanyaan selanjutnya Ale bisa menjawab menjelaskan
pertanyaan yang penulis tanyakan seperti, apa yang dia pahami tentang pahala dan
dosa sesuai pemahamannya.
“Menurut saya pahala merupakan sesuatu yang bisa mengantarkan saya
ke surga, sedangkan Dosa merupakan sesuatu yang bisa mengantarkan saya ke
neraka”.18
16
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 17
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
61
Sedangkan pertanyaan tentang akherat ia hanya, tau bahwa akherat itu ada
dan tidak menjelaskan secara ditail.
d. Dimensi eksperiential
Pada dimensi eksperiential ini, ketika Ale melakukan kebaikan kepada
teman-temanya dia merasakan senang, dan dia percaya bahwa doa-doa ia
panjatkan selalu didengar oleh Allah dimana pun dia berdoa.
Dalam melakukan salat Ale seperti Putra terkadang dia merasakan tenteram dan
terkadang tidak merasakan tenteram.
“Saya terkadang merasakan ketenangan ketika salat dan di lain waktu
saya tidak merasakan ketentraman dalam salat”.19
Ale merasa khawatir dalam melakukan perbuatan dosa seperti mencuri dan
berbohong.
Dalam dimensi eksperiential Ale merasa tidak aman dan khawatir ketika
melalukan perbuatan baik karena dia merasa selalu diawasi oleh Allah.
e. Dimensi Konsekuensi
Dalam pertemanan Ale berteman baik dengan teman kelasnya juga dengan
kelas lain, Ale juga merasa kasihan ketika melihat temanya terkena musibah, dan
ia akan menolongnya, penulis menanyakan kembali tentang apakah Ale akan
menolong orang yang beda berbeda dengan ia
“..Hmm tergantung orangnya kalo dia baik saya tolong kalo tidak baik
saya tidak menolong”.20
18
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 19
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal. 20
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal.
62
4. Kasus Anggi
Anggi merupakan siswi berusia 13 Tahun, menempuh pendidikan di MTs
Assalafiyah Sitanggal kelas VIII, Anggi berasal dari kelurga yang taat agama
ayahnya seorang ustazd, orang tuanya rajin ibadah dan sering mengunjungi
kegiatan pengajian, namun lingkungan Anggi dalam ke agamanya bisa dibilang
bisa saja, Anggi sangat menyukai pelajaran B. Indonesia, praktik ibadah,
prakarya, dan matematika, selain itu juga Anggi aktif mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja).21
a. Dimensi ideologi
Dalam dimensi ideologi Anggi sangat percaya adanya Allah, karena
menurut Anggi “Allah itu ada, buktinya adanya alam semesta yang Allah
ciptakan”.22
Selain itu juga Anggi sangat percaya bahwa Rasul-Nya datang ke
bumi utusan Allah untuk mengajarkan agama, al-Quran sebagai pedoman umat
manusia, dan dia meyakini adanya hari kiamat, bahwa hari itu akan datang.
b. Dimensi Ritualistik
Dalam kehidupan sehari-harinya Anggi sangat rajin menunaikan ibadah
salat fardu, 5 waktu dalam sehari, ia selalu menjalankan perintah Allah, selain itu
juga Anggi melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan baginya itu adalah
kewajiban, Anggi biasanya membayar zakat di bulan ramadhan walaupun satu
tahun sekali.
Dalam sehari Anggi membaca al-quran dua kali dan sering puasa senin kamis.
21
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 10.10
WIB 22
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
63
“Dalam sehari saya mengaji dua kali sehabis ashar dan setelah salat
Magrib”.23
Namun Anggi belum pernah mencoba untuk berpuasa puasa sunah, senin, kamis.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini Anggi hanya menjelaskan satu pertanyaan
tentang akherat menurutnya. “Akherat merupakan alam penentuan”.24
Sedangkan untuk rukun imam dan rukun Islam, dia hanya menjawab
“Saya Tau” tanpa menjelaskan, untuk mengetahui lebih penulis menanyakan
tentang dosa dan pahala, Anggi tidak menjawab.25
d. Dimensi eksperiential
Pada dimensi eksperiential Anggi merasakan bahagia ketika melakukan
kebaikan kepada teman-teman atau orang sekitar, Anggi juga merasa bahwa doa-
doa nya selalu didengar oleh Allah, dan ketika Anggi melakukan salat dia
merasakan ketentraman dalam menjalankan ibadah salat.
“Saya merasakan ketenangan dan ketentraman dalam menjalankan
salat”.26
Anggi merasa takut bila melakukan sesuatu perbuatan kejahatan seperti mencuri,
ketika penulis menanyakan apakah ia merasakan diawasi oleh Allah.
“Saya merasa di awai Allah”.
Dilihat dari dimensi eksperiential Anggi akan merasakan takut ketika melakukan
kejahatan.
23
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 24
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 25
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 26
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal
64
e. Dimensi Konsekuensi
Anggi merupakan siswi yang berteman baik dengan teman-teman di
kelasnya, selain baik Anggi juga merasakan kesediaan ketika melihat temanya
terkena musibah, dan ketika melihat temanya melakukan kejahatan Anggi akan
menegor agar tidak melakukan kejahatan.
Dan ketika penulis menanyakan tentang apakan dia akan menolong
seseorang yang terkena musibah tetapi beda agama.
“Saya akan menolongnya, karena kita sesama manusia”.27
5. Kasus Bunga
Bunga adalah siswi 13 tahun di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII,
Bunga sangat menyukai pelajaran B. Arab, prakarya, B. indonesia, dan IPA selain
itu Bunga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya ia mengikuti
ekstrakulikuler OSIS dan PMR. Bunga berasal dari kelurga yang keagamaan
seperti pada umumnya orang tuanya sibuk kerja dan terkadang melalaikan salat.28
a. Dimensi ideologis
Pada dimensi ideologis ini, Bunga mempunyai kesamaan dengan empat
teman sebelumnya yaitu Putra, Mawar, Ale, dan Anggi bahwa keimanan cukup
diyakini dan percaya adanya Allah dan tidak perlu diperdebatkan lagi.
“Ya, saya percaya dan yakin kepada Allah, Malaikat dan al-Qur’an yang
diturunkan-Nya dan juga tentang akan adanya hari akhir atau kiamat”.29
Keimanan Bunga kepada Allah dan kepada Rasul, tidak bisa diragukan
lagi, dia yakin akan adanya Allah karena dari semenjak MI sampai MTs kelas
27
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 28
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 11.00
WIB 29
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
65
VIII selalu diajarkan tentang keyakinan kepada Allah dan percaya akan adanya
hari kiamat yang merupakan hari akhir dari dunia ini.
b. Dimensi Ritualistik
Bunga termasuk siswi yang rajin menjalankan salat fardu 5 waktu. Baginya
salat lima waktu tidak boleh ditinggalkan karena itu sudah menjadi kewajiban
bagi seorang Muslim.
Selain itu juga Bunga selalu melaksanakan puasa di bulan Ramadhan ia
selalu menjalankan puasa ramadhan semenjak kelas empat MI, selain puasa di
bulan Ramadhan Bunga menunaikan zakat, zakat fitrah biasanya Bunga selalu
memberikan zakat fitrah di sekolahan bersama teman-temanya.
Untuk puasa sunah Bunga belum pernah melakukan puasa senin kamis,
ketika penulis menanyakan apakah pernah puasa senin kamis?
“Saya belum pernah puasa sunah senin kamis”.30
c. Dimensi Intelektual
Pada dimensi intelektual ini, Bunga mendapatkan pelajaran begitu banyak
mengenai agama di MTs Assalafiyah Sitanggal. Karena dalam beberapa mata
pelajaran di MTs Assalafiyah Sitanggal banyak pelajaran agama seperti Akidah
Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih dan lain-lain, tentang rukun iman dan
Islam Bunga ia mengetahui tanpa menjelaskan
Sedangkan ketika penulis meminta Bunga untuk menjelaskan tentang
akherat, Bunga dapat menjelaskan dengan pemahaman dia. “Akherat merupakan
alam akhir dan penentu surga dan neraka”.31
30
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 31
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
66
Tetapi ketika penulis menanyakan kembali dan menyuruh menjelaskan
tentang dosa dan pahala yang dia pahami, Bunga hanya mengetahui, tetapi tidak
bisa menjelaskan.
d. Dimensi Eksperiential
Pada dimensi ini, Bunga merasakan kebahagiaan sendiri ketika melakukan
kebaikan kepada teman-temanya, guru dan orang tua, selain itu juga Bunga merasa
prihatin melihat temanya terkena musibah.
Bunga selalu merasa tenteram ketika melakukan salat dia merasakan
kedamaian dalam dirinya, ketika penulis menanyakan bagai mana perasaan ia
ketika menunaikan ibadah salat.
“Saya merasakan tenteram dan tenang dalam diri saya”.32
Dan ketika Bunga melakukan perbuatan dosa Bunga merasa risau dan tidak
tenang, bahwa menurutnya Allah selalu mengawasinya dalam setiap perbuatan.
e. Dimensi Konsekuensi
Bunga berhubungan baik dengan teman-teman kelasnya, hubungan Bunga
dengan temanya dilandaskan karena sering berinteraksi. Dan ketika penulis
menanyakan tentang seseorang yang terkena musibah tetapi beda keyakinan
dengan kita apa yang akan anda lakukan. “Saya tetap membantu asalkan bukan
teroris”.33
Menurut Bunga saling menolong adalah kewajiban sesama manusia tetapi
tidak dengan teroris.
32
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 33
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
67
6. Kasus Lilo
Lilo merupakan siswa berusia 13 tahun, yang sedang menempuh
pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII. Dalam religiusitas
keluarganya dia menjelaskan bahwa lingkungan kelurga dan lingkungan
rumahnya keagamaan nya baik, orang tuanya sibuk dengan pekerjaan tetapi tidak
lupa dengan kewajiban solat. Lilo sangat aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler
Voli, salah satu kegiatan favorit, selain itu juga Lilo sangat menyukai mata
pelajaran PJOK dan prakarya. Lilo juga sering mengikuti pengajian di luar
sekolah34
.
a. Dimensi Ideologi
Mengenai keimanan kepada Allah, Malaikat dan al-Qur’an, Lilo
cenderung meyakini tanpa harus mempertimbangkan atau memikirkan hal
tersebut selama hal itu benar.
“Saya sangat percaya akan adanya Allah, buktinya adanya Mahluk
hidup, dan malaikat adalah mahluk Allah yang paling taat begitu dengan al-
Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia”.35
Hal yang sama juga berlaku
terhadap keimanan kepada Rasul-Nya dan hari akhir.
“Saya percaya Rasul adalah utusan Allah yang mengajarkan Agama, dan
saya yakin akan adanya hari akhir walaupun itu belum terjadi”.36
b. Dimensi ritualistik
Lilo menyatakan kepada penulis bahwa ia melakukan salat tiga kali dalam
sehari, menurutnya dia selalu kesiangan ketika mau melaksanakan salat subuh. Ia
34
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 11.30
WIB 35
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 36
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
68
selalu melakukan salat berjamaah ketika magrib, Lilo juga melakukan puasa di
bulan ramadhan dia mengakui bahwa ia satu bulan full puasa ramadhan, selain
berpuasa di bulan ramahan ia juga melaksanakan salat tarawih berjamaah di
musolah dekat rumahnya. Selain itu jua Lilo selalu membayar zakat fitrah
biasanya Lilo memberikan zakat fitrah ke sekolah untuk dibagikan kepada orang
yang membutuhkan.37
Lilo mengaku selain membaca al-Quran di sekolahan dia
juga membaca al-Quran di rumah, ketika penulis menanyakan mengenai apakah
pernah puasa senin kamis. “Saya belum pernah menjalankan puasa senin kamis,
tetapi akan ada saatnya saya melakukan puasa senin kamis”.38
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini Lilo cukup baik menanggapi pertanyaan
penulis, dalam dimensi intelektual Lilo termasuk tipe orang yang aktif berbicara,
menurutnya ia mendapatkan materi agama yang banyak di MTs Assalafiyah
Sitanggal yang tidak dapat waktu ia menempuh pendidikan di Sekolah Dasar, Lilo
juga paham tentang rukun islam dan rukun imam. Namun tidak menjelaskan
secara terinci mengenai rukun Islam dan rukun iman.
Selain itu Lilo mengetahui beberapa hal tentang istilah-istilah dalam
agama Islam, ketika penulis menanyakan apa yang anda pahami akan pahala dan
dosa, dengan pemahaman ia menjelaskan bahwa:
“Pahala merupakan hadiah yang diberikan oleh Allah ketika berbuat baik
dan sesuai aturan Islam, sedangkan dosa merupakan sesuatu yang melakukan
perbuatan kejahatan”.39
37
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 38
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 39
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal
69
Ketika penulis menanyakan kembali tentang apa itu akherat Lilo yang dia
jelaskan bahwa Allah lah yang tau. Dia tidak dapat menjelaskan menurutnya
hanya Allah saja yang tau.40
d. Dimensi eksperiential
Lilo merasa sesuatu yang berbeda ketika melakukan hal-hal kebaikan
seperti menolong ia merasakan kesenangan, dan ketika melakukan sesuatu
kejahatan ia merasa tertekan, ia merasa bahwa allah selalu mengawasi dan selalu
mendengar doa-doa nya. “Ya, saya merasa doa-doa saya didengar oleh Allah”.41
e. Dimensi konsekuensi
Pada dimensi ini Lilo tidak begitu baik dalam berteman, umumnya teman-
teman di MTs Assalafiyah Sitanggal cukup baik. Tetapi beda dengan Lilo ia
mengaku bahwa pertemanan nya kurang baik. Tetapi yang mendasari pertemanan
nya bukan berdasarkan pertimbangan ajaran agama tetapi ego sendiri yang masih
tahap mencari jati diri. Tetapi ketika penulis menanyakan apa yang akan anda
lakukan ketika melihat teman anda terkena musibah dan bukan satu agama.
“Ya, saya akan membantunya, kita sesama manusia harus saling tolong
menolong, begitupun ketika teman saya melakukan sesuatu kejahatan akan saya
tegur”.42
7. Kasus Melati
Melati merupakan siswi berusia 13 tahun yang sedang menempuh
pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, Melati berasal dari kelurga yang taat
dengan agamanya orang tuanya rajin ibadah dan sering melakukan pengajian,
tetapi di lingkungan Melati dalam keagamaan biasa saja tidak terlalu taat. Dalam
40
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal 41
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 42
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
70
mata pelajaran Melati sangat menyukai pelajaran Fikih dan Akidah akhlak Melati
termasuk siswa yang tidak aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler, tetapi diluar
sekolah Melati sering mengikuti pengajian.43
a. Dimensi Ideologi
Mengenai dimensi keimanan kepada Allah, malaikat dan Rasul-Nya
Melati tanpa ragu menjawab.
“Saya sangat meyakini akan adanya allah dan malaikat merupakan
mahluk yang paling taat dan Rasul merupakan utusan Allah”.44
Hal yang sama juga berlaku kepercayaan Melati terhadap hari akhir atau
kiamat dan al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia
“Saya meyakini akan adanya hari akhir, dan al-Qur’an merupakan
pedoman hidup bagi manusia”.45
Dari jawaban Melati bisa di jelaskan bahwa Melati memiliki keimanan
cukup baik, keyakinan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya.
b. Dimensi Ritualistik
Dalam dimensi ritualistik ini, Melati masih banyak rasa malas untuk
menjalankan ibadah salat, Melati mengaku ia hanya melakukan ibadah salat tiga
kali dalam sehari yang sebenarnya dalam agama Islam salat Fardu terdiri dari 5
magrib, isya, subuh, zuhur dan asar.
Melati selalu menjalankan puasa Ramadhan dan melakukan salat tarawih
berjamaah, selain itu juga Melati dalam sehari-hari ia membaca al-Qur’an dua kali
43
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober 2019, 12.10
WIB 44
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 45
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
71
dalam sehari “Saya biasa membaca al-Qur’an dalam sehari 2 kali”.46
Melati juga
selalu membayar zakat fitrah walau masih dalam tanggungan orang tuanya,
biasnya DW memberikan zakat fitrah ke sekolah untuk dibagikan kepada orang-
orang kurang mampu.
c. Dimensi Intelektual
DW merupakan siswi yang cukup aktif, Melati juga paham akan rukun
islam dan rukun iman. Ketiak penulis menanyakan tentang akherat menurut
Melati “Akherat ada karena ada kehidupan”.47
Sedangkan ketika penulis menanyakan tentang dosa dan pahala Melati tidak bisa
menjawabnya dia hanya bilang tidak tau.
d. Dimensi eksperential
Melati mengakui bahwa ketika ia melakukan kebaikan kepada teman-
temanya dan lingkungan sekitar Melati merasan kesenangan, begitu pula etika
melihat temanya terkena musibah Melati akan menjenguknya. Tetapi ketika
penulis menanyakan apakah ia merasa tenteram melakukan salat.
“Saya tidak merasakan ketentraman dalam melakukan salat”.48
Hal ini
menjelaskan bahwa Melati melalukan kebaikan bukan atas dasar pengetahuan
agamanya tetapi bagaimana dia hidup dalam pertemanan dan rasa kasihan. Tetapi
Melati merasakan bahwa Allah selalu mengawasinya
e. Dimensi konsekuensi
Sebagaimana Lilo, Melati pun berteman baik dengan teman-teman
kelasnya, karena menurut ia dalam lingkungan kelas nya selalu bersama-sama,
46
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 47
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal. 48
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
72
Melati merasa prihatin dan menolong ketika temanya terkena musibah. Dan akan
menegor ketika temanya melakukan kejahatan.
Ketika penulis menanyakan apa yang akan ia lakukan ketika seseorang
terkena musibah tetapi tidak seiman dengan anda.
“Ya, tidak usah ditolong karena tidak satu agama”.49
C. Analisis Inter-kasus
Dari seluruh remaja awal yang penulis wawancara, hampir semuanya
memiliki kemiripan dan kekhasan masing-masing. Dimensi ideologi yang banyak
memiliki kemiripan oleh ketujuh informan penelitian.
Berikut adalah analisis inter kasus dimensi religiusitas remaja awal50
.
1. Dimensi ideologi
Lingkungan sekolah yang berbasis agama dan mengembangkan keyakinan
peserta didiknya sangat memberikan keyakinan yang cukup baik kepada peserta
didiknya. Pada kasus tujuh informan Putra, Mawar, Ale, Anggi, Bunga, Lilo, dan
Melati yaitu keimanan cukup diyakini apa yang mereka ketahui dan dari ajaran
orang tua mereka. Dengan keyakinan sebagai Muslim, mereka cukup percaya
bahwa Allah sebagai Tuhan yang harus diyakini, Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya, dan kitab al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia..
2. Dimensi ritualistik
Setiap agama memiliki ritual ibadah, ibadah merupakan ritual yang
dilakukan setiap umat yang beragama, dan praktik agama merupakan dimensi
yang nyata bagi ketujuh subjek penelitian untuk mengukur keberagamaan mereka,
dibandingkan dengan dimensi ideologis yang sulit dilihat, dimensi ritualistis ini
49
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal 50
Hasil wawancara siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal
73
mudah dilihat karena dapat dilakukan. Pada dimensi ritualistik ini tidak semua
informan melakukan salat lima waktu dalam sehari ada empat informan yaitu
Mawar, Putra, Lilo, dan Melati yang sering melalaikan salat lima waktu
sedangkan tiga informan Ale, Anggi, Bunga siswa-siswi yang selalu menunaikan
salat lima.
Anggi dan Melati berasal dari kelurga yang taat agama tetapi memiliki
perbedaan dalam dimensi ritualistik untuk kasus Anggi ia sangat rajin dalam
menjalankan salat lima waktu bahkan tidak pernah ditinggalkan, sedangkan kasus
Melati walau sama-sama berasal dari kelurga yang taat agama tetapi Melati tidak
pernah lengkap dalam menunaikan ibadah salat fardu tetapi ia selalu membaca al-
Qur’an dua kali sehari begitu juga Anggi, Anggi rajin dalam mengikuti pengajian
di lingkungan rumah.
Kasus Ale, Bunga, Mawar, Putra dan Lilo, walau berasal dari kelurga
yang tidak begitu taat dalam agama tetapi memiliki perbedaan dalam ritual
keagamaan, dilihat dari kasus Ale dan Bunga ia merupakan siswa yang rajin
ibadah dan selalu salat lima waktu.
Lingkungan dan ajaran yang mereka dapat dari sekolahan, informan belum
mengetahui lebih dalam tentang agama yang mereka anut. Meskipun lingkungan
sekolah sangat mendukung untuk meningkatkan religiusitas mereka tetapi menuju
kesana tidak terlalu besar karena beberapa faktor yang mengakibatkan keimanan
informan masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan juga tidak menjamin
sekolah berbasis agama memiliki keagamaan yang taat.51
51
Wawancara Hasan Basri (Guru Akidah Akhlak) 21 oktober 2019
74
3. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini untuk ketujuh informan sangat baik dalam
menanggapi pertanyaan penulis, tidak memiliki kesulitan dalam menjawab dan
sangat antusias ketika penulis mengajak untuk wawancara tentang religiusitas
remaja, walau ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab.
Untuk semua informan tahu tentang rukun Islam dan rukun imam namun
tidak menjelaskan secara rinci. Pada kasus Mawar, Anggi, Bunga, dam Melati,
mereka paham akan dosa dan pahala sesuai dengan pemahaman mereka, namun
informan tidak dapat menjelaskan, sedangkan untuk informan Ale, Putra, dan
Lilo, dapat menjawab pertanyaan dari penulis dengan baik. Setiap informan
memiliki tingkat intelektual yang berbeda-beda, dengan kategori pemahaman
yang cukup baik.
4. Dimensi Eksprential
Pada dimensi ekspriential ini semua informan hampir menjawab sama
dalam pertanyaan penulis, semua informan sangat senang ketika melalukan
kebaikan, dan semua informan menjawab bahwa Allah selalu mendengarkan doa-
doa nya dan mengawasi setiap tindakannya. Baik Putra, Mawar, Ale, Anggi,
Bunga, Lilo, dan Melati selalu merasa tidak tenang ketika melalukan sesuatu
kejahatan seperti mencuri, dan perbuatan keji lainnya.
5. Dimensi konsekuensi
Mawar, Ale, Anggi, Bunga, dan Lilo, mengakui bahwa mereka berteman
dan bergaul dengan yang lain bukan berdasarkan pertimbangan agama. Namun
setelah mendapatkan pelajaran yang berbasis agama informan dalam bergaul
75
berdasarkan moral agama berteman baik dengan teman kelasnya, dan saling
menolong satu sama lain.
Adapun dalam kasus Putra dan Lilo, kurang baik dengan teman kelasnya,
walau pelajaran agama yang sudah ia dapatkan dalam sekolah namun tidak
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam dirinya, pada kasus informan
Putra Melati, dan Ale bahwa dalam menolong seseorang harus berdasarkan sesuai
agama yang mereka yakini. Mereka belum melibatkan nilai-nilai agama dalam
kehidupan mereka. Perlunya pembinaan lebih tentang toleransi sejak remaja.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara umum terhadap religiusitas remaja
siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, berada kriteria yang tingkat religiusitas
yang berbeda-beda, dengan kriteria Sedang. Hal ini dilihat dari hasil wawancara
dengan metode kualitatif menggunakan dimensi religiusitas. Dilihat sebagian
informan memiliki tingkat religius yang rendah, dengan perbedaan yang menonjol
pada dimensi ritualistik, intelektual dan dimensi konsekuensi.
Kesimpulan data yang diperoleh mengenai bagaimana peran MTs Assalafiyah
Sitanggal dalam kontribusi meningkatkan religiusitas siswa-siswi baik dari segi
pembinaan kurikuler maupun ekstrakurikuler, yaitu sangat berperan dibuktikan
oleh beberapa program. Adanya penambahan kurikulum lokal guna untuk
menunjang kurikulum umum di bidang keagamaan, yang berhubungan dengan
dimensi keagamaan, dengan memberi materi pelajaran lokal BTA atau Tahfidz
dan keNUan, dan juga Mata pelajaran agama; Qur’an Hadis, Akidah Akhlak,
Fiqih dan Sejarah kebudayaan Islam. Selain kurikulum yang diterapkan di MTs
Assalafiyah Sitanggal juga memiliki ciri khas yang lain, membaca al-Qur’an
sebelum pelajaran dimulai, melakukan salat duha setiap hari bergilir setiap kelas,
dan melakukan istighosah satu bulan sekali tepatnya pada hari jumat kliwon
Ekstrakurikuler yang mendukung meningkatkan religiusitas siswa-siswi, seperti
Rohis, seni-seni Islam seperti Rebana, Tilawatil Qur’an.
78
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua
Hendaknya menciptakan komunikasi yang baik kepada anak guna
menciptakan hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua, karena
keluarga adalah kunci utama dalam meningkatkan religiusitas anak-anaknya.
2. Bagi Sekolah
Bagai sekolah yang memiliki tingkat religiusitas rendah diharapkan dapat
menyusun, menciptakan program dan kegiatan yang menarik untuk
meningkatkan religiusitas dan kepedulian akan sesama kepada siswa-siswi.
Program yang disusun hendaknya tidak dijadikan formalitas saja tetapi juga
diamalkan dari program tersebut.
3. Untuk Guru
Hendaknya Perlu perhatian khusus untuk guru lebih memperhatikan dan
pembinaan tentang religiusitas siswa-siswanya.
4. Kepada lembaga pendidik hendaknya memberikan wawasan pemahaman
tentang toleransi sesama umat beragama pada siswa-siswinya agar memiliki
jiwa yang baik, untuk umat Muslim ataupun untuk umat non-muslim.
5. Bagi siswa
Diharapkan meningkatkan religiusitas untuk kebaikan diri sendiri, dengan
meningkatkan frekuensi ibadah, meningkatkan penghayatan terhadap agama
dan selalu bersikap sesuai yang diajarkan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad (2004), Psikologi Remaja (cet. I; Jakarta: PT. Bumi
Aksara).
Crapps, Robet W (1994), Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan
(Yogyakarta: konsius)
Daradjat, Zakiah (1982), Pembinaan Remaja (cet. IV; Jakarta: Bulan
Bintang)
Daradjat, Zakiah,( 1991), Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
Diana, Rachmy dan Fuad Nashori. (2002). Mengembangkan Kreativitas
Dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara Kudus.
Dzilfikri, Fahmi. (2015). Religiositas Kaum Difabel. Skripsi Fakultas
Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dodson, Fitzhugh (2006), Mendissiplinkan Anak dengan Kasih Sayang,
Jakarta: Gunung Mulia.
H. Amirullah Syarbini, M. Ag, Heri Gunawan, M. Ag (2014). Mencetak
Anak Hebat, Jakarta: Kelompok Gramedia,
Hardjana, Agus M. (2005). Religiusitas, Agama dan Spiritualitas,
Yogyakarta: Kanisius
Herdiansyah, Haris (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Untuk Ilmu-
ilmu Sosial, Jakarta: Penerbit Salembah.
Horlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Jalaluddin (2005), Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada)
Lila, Rofiqoh, Piaget Dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif.
Kompasiana.com, 17 juni 2015. 07.43
Lutfiyah, Muh. Fitrah. Metodelogi Penelitian Kualitatif, tindakan kelas
dan studi kasus. Sukabumi, Jawa Barat. 2017.
Palupi, Atika Oktaviani (2013). Pengaruh Religiusitas Terhadap
Krnakalan Remaja Pada Krelas VII SMP Negeri 02 Selawi Kabupaten Tegal.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurusan Psikologi. Universitas Negeri Semarang.
Ramayulis ( 2011), Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. IX.
Ramayulis, dan Nizar, S. (2009). Filsafat pendidikan islam: telaah sistem
pendidikan dan pemikiran para tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.
Rakhmat, Jalaluddin (2003), Psikologi Agama, Bandung: PT Mizan
Pestaka, cetakan I.
Reza, Iredho Fani (2013). Hubungan Antara Religiusitas dengan
Moralitas pada Madrasah Aliyah, Humanitas, Vol. X No.
Rijal, Fakhrul (2016), Perkembangan Jiwa Agama Pada Remaja. Dosen
STIS Al-Azisiyah Sabang. Jurnal Pendidikan
Saifuddin, Ahmad, (2019), Psikologi Agama Implementasi untuk
Memahami Perilaku Beragama. Rawamangun-Jakarta Utara: Kecana.
Stiawan, Johan & Albi Anggito, (2018), Metode Penelitian Kualitatif,
Sukabumi: CV Jejak.
Subandi (1995). Perkembangan Kehidupan Beragama. Buletin Psikologi.
Tahun III, Nomer I, Agustus.
Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta:
Erlangga.
Thalib, Syamsul Bachri. (2010), Psikologi Pendidikan Berbasis Analisi
Empiris Aplikatif. Jakarta: kencana.
Thoules, Robet H (2000). Pengantar Psikologi Agama. jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yahya, Ilyas Sudikno, Zaenal Abidin (2018), Hubungan Antara
Religiusitas Dengan Intensi Prososial Pada Siswa-Siswi Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Kudus. Jurnal Empati, Oktober, Volume 7 (Nomor 4).
Sumber wawancara:
Data diambil dari file yang diberikan oleh pihak sekolah MTs Assalafiyah
Sitanggal pada tanggal 12 oktober 2019.
Wawancara Muhammad Ihsan (Kepala Sekolah MTs Assalafiyah
Sitanggal), 25 Oktober 2019, 07.30 WIB.
Wawancara Hasan Bisri (Guru Akidah Akhlak) 21 oktober 2019.
Wawancara siswa-siswi kelas VIII MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2017.
Wawancara informan Putra siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2019, 08.20 WIB.
Wawancara informan Mawar siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17
Oktober 2019, 08.50 WIB.
Wawancara informan Ale siswa MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2019, 09.30 WIB.
Wawancara informan Anggi siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2019, 10.10 WIB.
Wawancara informan Bunga siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2019, 11.00 WIB.
Wawancara informan Lilo siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2019, 11.30 WIB.
Wawancara informan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, 17 Oktober
2019, 12. 10 WIB.
LAMPIRAN I
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN II
SURAT BUKTI PENELITIAN
LAMPIRAN III
SURAT PERYATAAN WAWANCARA
LAMPIRAN IV
PEDOMAN WAWAN CARA UNTUK KEPALA SEKOLAH MTS
ASSALAFIYAH SITANGGAL
Data Singkat Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
Agama :
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
1. Berapa lama menjabat sebagai kepala sekolah MTs Assalafiyah Sitanggal?
2. Program apa saja yang dimiliki madrasah MTS Assalafiyah Sitanggal?
3. Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mendirikan MTs
Assalafiyah Sitanggal?
4. Tujuan dan perkembangan MTs Assalafiyah Sitanggal?
Program MTs Assalafiyah Sitanggal
1. Apa saja kegiatan keagamaan di MTs Assalafiyah Sitanggal?
2. Apa yang dilakukan untuk memenuhi keperluan MTs Assalafiyah Sitanggal
baik dalam dana maupun tenaga?
Pengaruh Program MTs Assalafiyah Sitanggal
1. Materi agama apa yang dominan di sini, bagaimana menurut Bapak/Ibu
pengaruh mata pelajaran tersebut terhadap religiusitas remaja?
2. Seberapa penting peran MTs Assalafiyah Sitanggal dalam membangun
religiusitas remaja?
3. Apakah peran MTs Assalafiyah Sitanggal dalam membangun religiusitas
sudah memadai atau belum?
4. Apa tanggapan Bapak/Ibu tentang religiusitas remaja di era digital ini?
LAMPIRAN V
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU MTS ASSALAFIYAH
SITANGGAL
Data Singkat Informan
Nama :
Umur :
Jabatan :
Agama :
Tanggal wawancara :
Tempat wawancara :
1. Apa saja materi yang dipelajari dalam mata pelajaran agama?
2. Apakah kelas siswa/I sangat antusias dalam pelajaran agama ini?
3. Apakah ada kegiatan lain selain mata pelajaran yang diajarkan di sekolah?
4. Bagaimana dengan ritual keagamaan mereka?
5. Apa hambatan Bapak/Ibu memberikan pemahaman kepada siswa/I di sini?
6. Metode apa yang dipakai pada sistem pembelajaran di MTs Assalafiyah
Sitanggal?
7. Bagaimana cara menanamkan pendidikan agama terhadap siswa-siswi?
LAMPIRAN VI
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA/I MTS ASSALAFIYAH
SITANGGAL
Hari/tanggal :
Waktu :
Lokasi :
Data Singkat Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat/ tanggal lahir :
Status :
Agama :
Latar Belakang Kehidupan Siswa/I MTS Assalafiyah Sitanggal
1. Apakah keluarga anda berasal dari penganut agama yang taat?
2. Bagaimana lingkungan anda dalam kehidupan keagamaan?
Bentuk Kegiatan Siswa/I MTS Assalafiyah Sitanggal
1. Apa yang anda pelajari di sekolahan ini?
2. Di sekolahan ini mengikuti kegiatan ekstrakulikuler apa saja?
3. Mata pelajaran apa yang anda sukai?
4. Apa anda sering mengikuti pengajian diluar sekolah?
1. Dimensi religiusitas
1. Apakah anda pernah dengar kata Allah
2. Percaya tidak kalo Allah itu ada? Buktinya apa?
3. Malaikat merupakan makhluk Allah yang paling taat, benar atau salah?
4. Al-Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia, percaya atau tidak?
5. Nabi adalah utusan Allah untuk mengajarkan agama, benar atau salah?
6. Apakah anda yakin dengan adanya hari akhir atau kiamat?
2. Dimensi Ritualistik
1. Sehari berapa kali anda melakukan solat?
2. Apa anda berpuasa saat bulan Ramadhan?
3. Apakah anda pernah membayar zakat?
4. Seberapa sering anda membaca Al-Quran dalam sehari?
5. Apakah anda pernah melakukan puasa senin kamis?
3. Dimensi Intelektual
1. Apa anda tau rukun iman dan rukun islam?
2. Apa yang anda ketahui tentang akherat?
3. Apa anda tau pahala dan dosa?
4. Dimensi Eksperiential
1. Bagaimana perasaan anda ketika melakukan kebaikan?
2. Apa anda merasa bahwa Allah mendengarkan doa anda?
3. Apakah anda merasa tenteram ketika melakukan solat?
4. Apa perasaan anda ketika berbuat dosa, seperti mencuri, berbohong?
5. Apakah anda merasa diawasi Allah?
5. Dimensi Konsekuensi
1. Bagaimana hubungan anda dengan teman sekelas anda?
2. Bagaimana perasaan anda ketika ada teman anda terkena musibah?
3. Bila ada teman anda yang melakukan hal yang kurang terpuji/ berbuat
jahat apa yang anda lakukan?
4. Apa yang anda lakukan ketika ada orang yang meminta tolong tetapi tidak
seiman dengan anda?
LAMPIRAN VII
HASIL WAWANCARA
HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH MTS ASSALAFIYAH
SITANGGAL
Data Singkat Informan
Nama : Muhammad Ihsan
Umur : 48
Jabatan : Kepala Sekolah
Agama : Islam
Tanggal wawancara : 25 Oktober 2019
Tempat wawancara : Ruang Kepala Sekolah
NO
PERTANYAAN JAWABAN
1 Berapa lama menjabat sebagai
kepala sekolah MTs Assalafiyah
Sitanggal?
Saya sudah menjabat dari tahun
2002 sampai sekarang 2019
sekitar 17 tahun saya menjabat
sebagai Kepala Sekolah MTs
Assalafiyah Sitanggal.
2 Program apa saja yang dimiliki Adapun program unggulan yang
madrasah MTS Assalafiyah
Sitanggal?
dimiliki MTs Assalafiyah
Sitanggal seperti Tahfidz Qur’an,
komputer dan Bahasa, selain itu
ada program ekstrakulikuler,
OSIS, PMR, Pramuka, Calung,
Rabana, LPTQ, Drum Band,
Rohis, Karate, Silat, dan
Olahraga.
3 Faktor apa yang menjadi pendukung
dan penghambat dalam mendirikan
MTs Assalafiyah Sitanggal?
-Faktor pendukung seperti
pemerintah, dewan guru yang
senantiasa sinergis antara siswa
dan TU
-Faktor penghambat kurangnya
antusias masyarakat akan
pendidikan agama
4 Tujuan berdirinya MTs Assalafiyah
Sitanggal
Supaya masyarakat mendapatkan
pendidikan formal yang
bercirikan agama Islam.
5 Apa saja kegiatan keagamaan di
Madrasah MTS Assalafiyah
Sitanggal?
-istighosah dilakukan satu bulan
sekali tepatnya setiap hari jumat
kliwon -Membaca al-Qur’an
sebelum pelajaran dimulai
-Solat duha bergilir tiap hari
6 Apa yang dilakukan untuk
memenuhi keperluan MTs
Assalafiyah Sitanggal baik dalam
dana maupun tenaga?
Biasanya sekolah berkerja sama
dengan pemerintah dan lembaga
daerah seperti puskesmas,
keperluan tenaga sekolah berkerja
sama dengan guru-guru.
7 Materi agama apa yang dominan di
sini, bagaimana menurut Bapak/Ibu
pengaruh mata pelajaran tersebut
terhadap religiositas remaja?
Akidah akhlak, Fikih, Qur’an
Hadis, SKI (Sejarah Kebudayaan
Islam), Tahfidz, pelajaran agama
ini sangat berpengaruh karena
memberikan nilai-nilai
keagamaan bagi siswa, sehingga
secara perlahan dapat
mempengaruhi religiusitas siswa
yang menempuh pendidikan di
MTs Assalafiyah Sitanggal.
8 Seberapa penting peran MTs -Pengaruhnya sangat berarti
Assalafiyah Sitanggal dalam
pembangunan agama?
karena lulusan bisa mengaji dan
lebih mengerti agama, dilihat dari
beberapa alumni.
-Sejauh ini peran MTs
Assalafiyah Sitanggal ingin
meningkatkan kualitas untuk
siswa-siswi agar dapat
berpengaruh dan berkontribusi
masyarakat, dengan menciptakan
lulusan lebih memahami agama.
-Lulusan MTs Assalafiyah
Sitanggal diwajibkan bisa praktik
tahlil bukan hanya sekadar teori.
9 Apakah peranan MTs Assalafiyah
Sitanggal dalam membangun
Religiositas sudah memadai atau
belum?
-Sudah, terlihat dari lulusan MTs
Assalafiyah Sitanggal menonjol
karena memiliki nilai lebih yang
dimiliki oleh siswa-siswi.
10 Apa tanggapan Bapak/ibu tentang
religiositas remaja di era digital ini?
-Di era digital ini sangat
berpengaruh dalam religiositas
remaja, dalam segi positif dapat
diarahkan oleh guru untuk
menggunakan media sosial
dengan baik contohnya, melihat
ceramah dan tontonan yang
positif.
HASIL WAWANCARA GURU MTS ASSALAFIYAH SITANGGAL
Data Singkat Informan
Nama : Hasan Bisri
Umur : 55 Tahun
Jabatan : GURU (Akidah Akhlak)
Agama : Islam
Tanggal wawancara : 21 oktober 2019
Tempat wawancara : Ruang Guru
NO
Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja materi yang dipelajari
dalam mata pelajaran ag ama?
Iman kepada kitab Allah
Akhlak mulia
-ikhtiar -Syukur
-Sabar -Kona ’ah
Sikap tercela
-Anani ‘ah -Tamak
-Putus Asa
-Khutub
Memuliakan orang tua dan guru
-Pengertian Adab
-Pengertian adab kepada Orang
Tua
-Pengertian adab kepada Guru
Memahami kisah Nabi Yunus dan
Yakub.
2 Apakah kelas siswa/I sangat antusias
dalam pelajaran agama ini?
Cenderung kurang antusias karena
pengaruh pergaulan dan
Smartphone yang kurang
dikontrolnya orang tua
3 Apakah ada kegiatan lain selain mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah?
-Biasanya sekolah mengadakan
perayaan hari besar Islam, dengan
mengadakan pengajian yang diisi
oleh guru yang ada, agar siswa-
siswi selalu meningkatkan
keimanan dengan siraman-
siraman ceramah guna
meningkatkan religiusitas dan
kedekatan guru dan siswa.
4 Bagaimana dengan ritual keagamaan
mereka?
Ritual keagamaan siswa-siswi
lebih banyak dipengaruhi oleh
orang tua, dan lingkungan.
5 Apa hambatan Bapak/Ibu memberikan
pemahaman kepada siswa/i di sini?
-Karana kurangnya kepedulian
siswa terhadap mata pelajaran
yang diberikan oleh guru tidak
begitu peduli dengan pelajaran
-Karna pengaruh pergaulan dan
teman bermai
-Pembawaan sejak MI dan SD
6 Metode apa yang dipakai pada sistem
pembelajaran di MTs Assalafiyah
Sitanggal?
Dengan metode ceramah dan
diskusi simulasi, metode ini
sangat pas dalam memberikan
materi pelajaran karena
berinteraksi langsung dengan
siswa-siswi.
7 Bagaimana cara menanamkan -Dengan kisah-kisah teladan dan
pendidikan agama terhadap siswa?
praktik keagamaan
-Seperti mengadakan salat duha
berjamaah bergilir
- istighosah rutin setiap hari jumat
kliwon
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Anggi
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 10.10 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Informan adalah Anggi merupakan siswi MTs Assalafiyah Sitanggal,
berusia 13 dan beragama islam, Anggi memiliki keluarga yang taat beragama,
orang tuanya rajin ibadah dan melaksanakan perintah dalam ajaran agama, tetapi
tidak dengan lingkungannya keagamaan bersifat biasa saja sibuk dengan
pekerjaan, selain itu di sekolah Anggi sangat menyukai pelajaran B. Indonesia,
Prakarya, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), Matematika, dan Praktik Ibadah. Anggi
aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja), ia juga sering
mengikuti pengajian diluar sekolah. Untuk dimensi keyakinan Anggi sangat
percaya kepada Allah buktinya adanya alam semesta, begitupun juga dengan
Malaikat merupakan mahluk yang taat, mengakui al-Qur’an sebagai pedoman
hidup bagi manusia. Dan Nabi diutus untuk mengajarkan agama Allah, Anggi
meyakini akan adanya hari akhir, walau itu belum terjadi.
Anggi merupakan siswi yang rajin dalam mengerjakan salat fardu, ia
mengatakan selalu melaksanakan salat lima waktu, ia juga selalu puasa di bulan
Ramadhan dan melalukan salat tarawih berjamaah, dan Anggi selalu membayar
zakat fitrah, ia bisanya membayar zakat fitrah di sekolahan untuk dibagikan ke
orang-orang yang tidak mampu. Sehari Anggi membaca al-Qur’an dua kali, selain
itu juga Anggi pernah melakukan puasa senin kamis. Dimensi Intelektual
mengenai rukun iman dan Islam ia paham dan tau, sedangkan akherat menurutnya
merupakan alam penentu, tetapi untuk dosa dan pahala Anggi tidak dapat
menjelaskan dan menjawab tidak tau.
Anggi sangat bahagia ketika membatu atau melakukan kebaikan baik ke
orang tua maupun teman-teman, Anggi merasa doa-doa nya selalu dengar oleh
Allah, dan ia selalu merasa tenteram ketika melakukan perintah Allah yaitu salat,
dan merasa takut ketika ia melakukan kejahatan, seperti mencuri, karena
menurutnya Allah selalu mengawasinya. Dalam pertemanan Anggi berteman baik
dengan siapa pun, begitupun ketika temanya terkena musibah ia merasa sedih, dan
ketika temanya melakukan kejahatan ia akan menegurnya, selain itu juga Anggi
akan menolong seseorang yang terkena musibah walau tidak satu keyakinan
menurutnya kita harus saling menolong sesama manusia.
Interpretasi:
Yang paling menonjol dalam religiusitas keagamaan Anggi adalah pada
dimensi ideologi, ritualistik, eksperiential dan dimensi konsekuensi, sedangkan
untuk dimensi intelektual Anggi kurang begitu terlihat.
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Putra
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 08.20 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Deskripsi Data:
Informan adalah Putra berusia 13 tahun beragama Islam, duduk di kelas 8
dan sedang menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, ia berasal dari
keluarga yang memiliki keagamaan tidak terlalu baik maupun tidak terlalu buruk.
Putra sangat menyukai pelajaran prakarya, PJOK, pendidikan kewarganegaraan.
Putra termasuk siswa yang kurang aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler, ia tidak
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya.
Dalam keyakinan kepada tuhan Putra tanpa ragu sangat percaya akan
adanya Allah dan percaya bahwa al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia,
begitu halnya tentang kepercayaan pada Rasul adalah utusan Allah dan Putra
mengatakan benar bahwa hari akhir itu ada dan akan terjadi. Dalam sehari Putra
mengerjakan solat 3 kali dalam sehari, selain itu ia selalu pusa Ramadhan dan
selalu menunaikan zakat fitrah. Untuk puasa sunah seperti puasa senin kamis
Putra belum pernah melakukannya.
Dalam intelektual Putra ia mengartikan bahwa akherat adalah alam yang
ketiga sedangkan untuk dosa dan pahala Putra tidak menjawab tidak pernah lihat.
Putra sangat senang ketika ia melakukan kebaikan ke teman-temanya dan ia
merasa bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doanya, tetapi dalam melakukan
solat Putra terkadang merasakan tenteram, dan ketika berbuat dosa Putra merasa
takut karena merasa diawasi oleh Allah.
Dalam segi pertemanan Putra menyatakan ia tidak terlalu baik dengan
teman-temanya dan ketika melihat temanya terkena musibah ia merasa biasa saja
begitupun ketika temanya berbuat kejahatan ia hanya akan melihatnya. Dan ketika
seseorang terkena musibah dan bukan seiman Putra tidak mau menolong.
Interpretasi:
Dimensi religiositas yang tampak pada Putra adalah dimensi ideologi.
Namun untuk Dimensi ritualistik, intelektual, eksperensial, konsekuensi belum
terlalu tampak dalam kehidupan religiositas agamanya.
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Lilo
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 11.30 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Deskripsi data:
Lilo merupakan informan berusia 13 tahun, beragama Islam dan sedang
menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, Lilo berasal dari kelurga
dan lingkungan yang baik. Lilo sangat menyukai pelajaran PJOK dan prakarya,
Lilo juga mengikuti kegiatan ekstrakulikuler olahraga voli, Lilo juga pernah
mengikuti pengajian di luar sekolah, dalam dimensi ideologi siswa siswi MTs
Assalafiyah Sitanggal sangat yakin tentang adanya Allah, menurutnya Allah ada
karena adanya mahluk hidup. Selain itu juga Lilo sangat percaya malaikat
merupakan mahluk yang paling taat dan al-Qur’an merupakan pedoman hidup
bagi manusia itu benar, Nabi Allah utusan yang mengajarkan agama, Lilo
meyakini bahwa hari akhir itu ada dan akan terjadi.
Lilo mengaku bahwa ia belum sempurna dalam menjalani solat fardu, ia
sehari melakukan solat fardu tiga kali dalam sehari, Lilo selalu puasa di bulan
Ramadhan dan menunaikan zakat fitrah ia juga salat tarawih berjamaah, dalam
sehari Lilo membaca al-Qur’an satu kali, namun Lilo belum pernah mencoba
berpuasa senin kamis. dimensi intelektual Lilo seperti responden sebelumnya ia
tahu akan rukun iman dan rukun islam, tetapi untuk akherat ia menjawab
ALLAHUAKLAM menurutnya hanya allah yang tahu, sedangkan untuk pahala
dan dosa menurutnya pahala merupakan apa yang diberi oleh Allah, sedangkan
dosa sesuatu yang diberikan Allah ketika melakukan kejahatan.
Lilo merasa senang ketika melakukan kebaikan kepada orang tua atau
teman sebaya, ia menyatakan bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doa yang ia
panjatkan, untuk masalah salat ia merasa tenang ketika menjalankan salat, namun
Lilo merasa tertekan ketika melakukan kejahatan seperti, mencuri dan berbohong,
karena ia merasa diawasi oleh Allah, begitu juga ketika melihat orang terkena
musibah ia akan menolong nya walau tidak satu iman dengannya.
Dalam pertemanan ia mengaku kurang baik namun ketika temanya terkena
musibah ia akan membantunya begitu pula ketika temanya berbuat kejahatan ia
akan menegur, Lilo dalam membantu seseorang tidak melihat apakah dia muslim
atau non-muslim bagi Lilo kalo melihat orang terkena musibah ia akan menolong.
Interpretasi:
Paparan diatas dimensi yang tampak dari Lilo merupakan dimensi
ideologi, eksperensial dan konsekuensi, untuk dimensi ritualistik, dan intelektual
perlu adanya pemahaman dan bimbingan lagi
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Melati
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 12.10 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Deskripsi data:
Informan merupakan Melati siswi MTs Assalafiyah Sitanggal, berusia 13
tahun, agama Islam, Melati memiliki keluarga yang taat dalam agama dan selalu
menjalankan perintah Allah salat lima waktu, sedangkan lingkungan Melati dalam
keagamaan baik, di sekolah Melati sangat menyukai pelajaran prakarya, PJOK, B.
Indonesia, Melati tidak aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler yang disediakan oleh
sekolah. Namun Melati sering melakukan pengajian diluar sekolah. Keyakinan
terhadap allah, malaikat dan al-Qur’an sebagai pedoman hidup, Melati sangat
yakin kepada Allah, Malaikat dan al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia,
selain itu juga Melati sangat yakin akan hari akhir atau kiamat, bahwa hari itu
akan terjadi.
Melati mengaku dalam sehari ia hanya melakukan salat tiga kali. Seperti
responden yang lain Melati juga melakukan puasa di bulan Ramadhan dan
membayar zakat, Melati mengaku dalam sehari ia membaca al-Qur’an sebanyak
dua kali, sedangkan Melati belum pernah mencoba dalam puasa senin kamis, ia
tau rukun islam dan rukun iman namun seperti responden yang lain hanya tau
tanpa menjelaskan, sedangkan akherat menurutnya karena adanya kehidupan,
sedangkan untuk pahala dan dosa Melati menjawab tidak tahu.
Dalam melakukan kebaikan Melati merasa senang, begitu pula ketika
temanya terkena musibah ia akan menolong tau menjenguk, tetapi Melati belum
merasakan ketentraman dalam melakukan salat, ia mengaku belum merasakan
ketentraman, tetapi ketika ia melakukan kejahatan merasa takut dan merasa bahwa
Allah selau mengawasinya. Dalam dimensi konsekuensi Melati berteman baik
denga teman kelasnya, ketika temanya berbuat jahat Melati akan menegurnya,
namun berbeda lagi ketika ada seseorang yang terkena musibah namun tidak satu
keyakinan, Melati mengatakan tidak usah ditolong.
Interpretasi:
Dimensi religiusitas yang tampak pada Melati, yaitu dimensi ideologi,
namun untuk dimensi eksperiential, ritualistik, intelektual dan konsekuensi masih
butuh bimbingan dan arahan lagi untuk mencapai empat dimensi yang masih
belum begitu tampak.
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Ale
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 09.30 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Deskripsi data:
Informan adalah Ale berusia 13 tahun, kelas VIII sedang menempuh
pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, latar belakang keagamaan keluarga dan
lingkungan Ale baik, Ale sangat menyukai pelajaran Agama, Akidah akhlak, dan
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Dalam dimensi ideologi Ale ia sangat yakin akan
keberadaan Allah dengan menganalogikan adanya mahluk hidup, selain itu Ale
mengakui bahwa malaikat merupakan mahluk yang paling taat, dan al-Qur’an
merupakan pedoman hidup bagi manusia, Ale percaya bahwa Nabi adalah utusan
Allah untuk mengajarkan agama, dan Ale meyakini bahwa akan adanya hari akhir
atau kiamat.
Dalam sehari Ale melakukan salat lima waktu, ia juga selalu puasa di
bulan Ramadhan dan menunaikan zakat fitrah, Ale membaca al-Qur’an dalam
sehari satu kali, Ale belum sanggup dalam menjalankan puasa senin kamis. Dari
dimensi intelektual Ale siswa yang sangat tanggap ia paham akan rukun iman dan
islam. Akherat menurutnya, suatu kehidupan setelah alam dunia, sedangkan untuk
pahala dan dosa Ale menjelaskan, pahala merupakan sesuatu yang bisa
mengantarkan ke surga dan dosa merupakan sesuatu yang mengantarkan kita ke
neraka. Ale sangat senang ketika bisa membatu dan melakukan kebaikan untuk
teman-temanya, karena Ale percaya bahwa Allah selalu mendengarkan doa-doa
yang ia panjatkan, tetapi dalam melakukan ibadah salat seperti dua temanya Putra
dan Mawar yaitu belum merasakan sepenuhnya ketentraman dalam menjalankan
ibadah salat, ia terkadang tenteram melalukan salat dan terkadang tidak, tetapi ia
merasakan bahwa allah selalu mengawasinya.
Ale sangat baik hubungan dengan teman-teman sebayanya, ia pun akan
membantu ketika temanya terkena musibah dan ketika temanya melakukan hal
yang tidak baik ia akan menegur, tetapi ketika ada seseorang yang terkena
musibah tidak seiman dengannya, ia akan membantu namun apakah dia baik atau
tidak, jika baik akan saya tolong.
Interpretasi:
Dimensi religiositas yang tampak Ale adalah dimensi ideologi, ritualistik,
sedangkan untuk dimensi intelektual dimensi eksperiential, dimensi konsekuensi
belum setengah belum tapak sepenuhnya.
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Bunga
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 11.00 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Deskripsi Data:
Bunga merupakan informan berusia 13 Tahun, beragama Islam ia sedang
menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal, Bunga berasal dari kelurga
dan lingkungan keagamaan baik. Selain itu Bunga sangat suka pelajaran B.
Indonesia, Prakarya, B. Arab dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), Bunga sangat
aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler seperti OSIS dan PMR. Bunga tidak aktif
pengajian diluar sekolah. Dalam menyangkut soal keyakinan Bunga sangat yakin
adanya Allah dan percaya Malaikat merupakan mahluk yang paling taat , Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup manusia dan juga Bunga percaya bahwa Nabi
merupakan utusan Allah untuk menyebarkan ajaran Agama, selain itu Bunga
meyakini adanya hari akhir atau kiamat bahwa hari akhir itu ada dan akan terjadi.
Dalam keseharian Bunga sangat rajin dalam melakukan salat fardu, Bunga
mengakui selalu melaksanakan salat fardu Lima waktu dalam sehari, selain itu
Bunga selalu berpuasa di bulan Ramadhan dan ia juga membayar zakat fitrah,
dalam keseharian Bunga membaca al-Qur’an satu kali, Bunga belum pernah
mencoba melakukan puasa senin kamis. Dalam dimensi intelektual Bunga
mengaku paham tentang rukun Islam dan rukun iman karena di dapat dari
pelajaran sekolah sedangkan menurut Bunga akherat merupakan alam penentu
surga dan neraka sedangkan dalam segi dosa dan pahala Bunga tidak menjawab.
Bunga merasa senang ketika melakukan kebaikan seperti menolong,
membantu orang tua, dan ketika temanya terkena musibah Bunga merasa
perhatian, Bunga merasakan ketentraman dalam melakukan salat, menurut ia saya
merasakan tenteram banget ketika melakukan salat, Bunga merasa risau ketika
melakukan kejahatan dan merasa bahwa Allah selalu mengawasi. Dalam
pertemanan Bunga sangat berteman baik dengan teman-temanya, begitu juga
ketika temanya melakukan hal yang tidak terpuji Bunga akan menegornya dan
menasihati. Menurut Bunga ia akan menolong sama siapa pun baik muslim
maupun yang tidak satu keyakinan asalkan bukan teroris.
Interpretasi:
Dimensi religiusitas Bunga yang paling tampak merupakan, dimensi
ideologi, ritualistik, eksperensial, dan konsisten, sedangkan dalam dimensi
intelektual Bunga cukup baik.
HASIL WAWANCARA SISWA-SISWI
Informan : Mawar
Hari/tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Waktu : Pukul 08.50 WIB
Lokasi : Ruang Bimbingan dan Konseling
Deskripsi Data:
Informan Mawar merupakan siswi perempuan beragama Islam, umur 13
tahun sedang menempuh pendidikan di MTs Assalafiyah Sitanggal kelas VIII.
Mawar dari keluarga yang keagamaan baik begitu juga dengan lingkungannya,
Mawar sangat menyukai pelajaran B.Indonesia, IPA, IPS, Hafalan Hadis dan
Prakarya, selain itu Mawar merupakan siswi yang rajin dalam kegiatan
ekstrakulikuler di sekolahan ia mengikuti Pramuka dan PMR. Dalam kegiatan di
rumah Mawar tidak aktif dalam pengajian.
Untuk keyakinan kepada tuhan Mawar sangat percaya akan adanya Allah,
Mawar memberikan analogi sederhana, bahwa adanya Allah adalah adanya alam
semesta. Begitu juga dalam keyakinan kepada Malaikat Mawar menyatakan benar
bahwa malaikat merupakan mahluk Allah yang paling taat, dan al-Quran
merupakan pedoman hidup manusia. Mawar juga meyakini bahwa adanya hari
akhir atau kiamat. Ritualistik Mawar mengakui bahwa dalam sehari ia melakukan
salat Lima kali dalam sehari, ketika bulan Ramadan Mawar selalu melalukan
puasa Ramadhan dan membayar zakat fitrah untuk orang yang membutuhkannya.
Dalam sehari Mawar mengaji satu kali, Mawar pernah mencoba berpuasa senin
kamis tetapi tidak sanggup akhirnya batal.
Dimensi intelektual Mawar ia paham akan rukun Islam dan rukun iman
namun ia hanya paham dan tau saja, tentang akherat merupakan alam akhir dan
penanti, tetapi penjelasan mengenai dosa dan pahala Mawar menjawab tidak tahu.
Mawar merasa senang ketika melalukan kebaikan bahwa Allah selalu
mendengarkan doa-doanya, tetapi dalam melakukan salat Mawar seperti Putra
yaitu terkadang merasakan ketentraman dan terkadang tidak, namun ketika Mawar
melakukan kejahatan seperti mencuri ia merasakan tertekan menurutnya ia merasa
diawasi oleh Allah.
Dimensi konsekuensi Mawar berhubungan baik dengan teman kelasnya,
ketika temanya terkena musibah ia akan menolongnya, dan begitu juga ketika
temanya melakukan kejahatan ia akan menegor, begitu juga ketika seseorang
terkena musibah dan tidak seiman ia akan menolongnya menurutnya sesama
manusia harus tolong menolong.
Interpretasi:
Dari uraian di atas dimensi religiusitas yang tampak, merupakan dimensi ideologi,
dan dimensi konsekuensi. Dimensi ritual, intelektual dan eksperiential belum
terlalu tampak.
LAMPIRAN VIII
FOTO HASIL PENELITIAN
Gambar 1 Bangunan Tampak depan MTs Assalafiyah Sitanggal
Gambar 2 Tampak bagian dalam MTs Assalafiyah Sitanggal.
Gambar 3 Wawancara siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal.
Gambar 4 siswa-siswi MTs Assalafiyah Sitanggal
Gambar 5 Musolah MTs Assalafiyah Sitanggal Bagian Luar
Gambar 6 Musola MTs Assalafiyah Bagian Dalam