Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan...

115
Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis Psikososial Tahap Kedelapan (Ego integrity vs Despair) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Devamethia G 149114109 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan...

Page 1: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis

Psikososial Tahap Kedelapan (Ego integrity vs Despair)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Devamethia G

149114109

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis Psikososial

Tahap Kedelapan (Ego-integrity vs Despair)

Disusun Oleh:

Devamethia G

149114109

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing:

Prof. A. Supratiknya, Ph.D. Tanggal,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PENGALAMAN LANSIA TERLANTAR DALAM MENGHADAPI KRISIS

PSIKOSOSIAL TAHAP KEDELAPAN (Ego-integrity vs despair)

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Devamethia G

149114109

Telah dipertanggungjawabkan di depan panitia penguji

pada tanggal 25 Januari 2019

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Penguji 1 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D.

2. Penguji 2 : Drs. H. Wahyudi, M.Si

3. Penguji 3 : Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

(Dr. Titik Kristiyani, M. Psi )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

iv

HALAMAN MOTTO

“Tat Tvam Asi”

Aku adalah kamu, kamu adalah aku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Ida Sang Hyang Widhi dan para leluhur yang maha kasih.

Untuk Bapak, Ibu, Adik dan seluruh keluarga serta teman-teman

yang selalu mendukung lewat doa, kasih sayang, dan canda

Untuk para kakek dan nenek yang memberitahu ku banyak rasa dari kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya oranglain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar acuan, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Januari 2019

Penulis

Devamethia G.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

vii

PENGALAMAN LANSIA TERLANTAR DALAM MENGHADAPI KRISIS

PSIKOSOSIAL TAHAP KEDELAPAN (Ego-integrity vs Despair)

Devamethia G

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bertujuan untuk mengeksplorasi

bagaimana pengalaman lansia terlantar dalam menghadapi krisis psikososial tahap 8, apakah lebih

didominasi oleh ego-integrity atau despair. Partisipan dalam penelitian ini adalah 4 orang lansia

terlantar (usia 65-80 tahun) yang tinggal di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi

Dharma Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara. Analisis data

dilakukan dengan metode analisis isi kualitatif (AIK). Hasilnya menunjukkan bahwa lansia yang

memiliki masa lalu positif (kondisi ekonomi yang baik, pekerjaan yang membanggakan dan

hubungan keluarga yang hangat), kondisi kesehatan yang baik di masa kini, dan kepastian bahwa

akan ada yang merawat saat mati cenderung menunjuukkan ego-integrity, sedangkan yang

mengalami kondisi sebaliknya cenderung menunjukkan tanda-tanda despair.

Kata kunci: Lansia, krisis psikososial, terlantar, ego-integrity, despair

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

viii

EXPERIENCE OF NEGLECTED ELDERS IN DEALING WITH THE

EIGHTH -STAGE OF PSYCHOSOCIAL CRISIS (Ego-integrity vs Despair)

Devamethia G

ABSTRACT

The study is a qualitative research and aims to explore the experience of neglected elders

in dealing with the eighth-stage of psychosocial crisis whether it is dominated by ego-integrity or

despair. Participants in this study were four neglected elders (aged 65-80 years) who live in Budhi

Dharma Social Services for Neglected Elders in Yogyakarta. The data collecting was conducted

from interview. Further, it was analyzed by using qualitative content analysis method. The results

show that the elderly who have a positive pasts (good economic conditions, proud work and warm

family relationships), good health conditions in the present, and certainty that there will be carers

when they passed away tend to show ego-integrity, while those who experiencing the opposite

condition tends to show signs of despair.

Keywords: Elderly, psychosocial crisis, neglected, ego-integrity, despair

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Devamethia G

Nomor Mahasisa : 149114109

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis Psikososial Tahap

kedelapan (Ego-integrity vs Despair)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 30 Januari 2019

Yang menyatakan

(Devamethia G.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

x

KATA PENGANTAR

Om swastyastu. Puji syukur kepada Ida Shang Hyang Widhi, atas berkat dan

kasih karunia-Nya saya bisa menyelesaikan karya yang berjudul Pengalaman

Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis (Ego-Integrity vs Despair) dengan

baik. Banyak pelajaran yang didapat dalam proses penulisan karya tersebut.

Terimakasi juga untuk semua pihak yang membantu saya untuk menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, dengan setulusnya saya ucapkan terimakasih kepada

mereka yang saya tuliskan di bawah ini:

1. Ida Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terimakasi atas kasih dan kekuatan

yang selalu diberikan, khususnya dalam pengerjaan karya ini.

2. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

bersemangat untuk membimbing dan mendidik penulis menyusun skripsi dari

tahap ke tahap dengan sabar.

3. Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi., selaku dekan fakultas psikologi dan seluruh

jajaran dekansi.

4. Dr. M. Laksmi Anantasari, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan saran dosen pembimbing skripsi yang sesuai dengan topik

penelitian.

5. Drs. H. Wahyudi, M.Si dan Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si selaku dosen

penguji. Terimakasi atas diskusi dan masukan yang diberikan untuk

menjadikan skripsi ini lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xi

6. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak hanya

membimbing saya secara akademis tapi juga menuntun saya menjadi pribadi

yang lebih baik.

7. Bapak I Nyoman Gunadi, Ibu Ni Ketut Srinadi, adik Aditya Hartawan, dan

seluruh keluarga yang selalu menyertai dan mendukung saya. Terimakasi atas

dukungan yang tiada henti, kalian selalu bisa menjadi tempat untuk saya

pulang dan berkeluh kesah.

8. Kakak asuh terbaik, Mank Indah. Terimakasih atas dukungan yang selalu ada

untuk proses pengerjaan skripsi ini. Khususnya motivasi untuk

membangkitkan peneliti mengerjakan revisi secepat-cepatnya.

9. Seluruh staff dan penghuni Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar

Budhi Dharma Yogyakarta atas bantuan dan dukungannya selama proses

penelitian.

10. Teman-teman PBB, Dewa, Gantih, Indri, Mank, Okta, dan Pande.

Terimakasih untuk ruang cerita yang nyaman selama menjalani perkuliahan di

perantauan selama 9 semester khususnya keluh kesah selama semester-

semester kritis menjalani penulisan karya ini. Semangat untuk yang masih

berjuang.

11. Desiderius Dimas Maharani Parwanto alias Kuncung sebagai jelmaan dari

Prof. Supratiknya yang membantu proses berpikir dan penyuntingan tulisan di

penelitian ini.

12. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi “Anak-anak profesor” yang

memberikan masukan serta bantuan untuk peneliti selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xii

13. Teman-teman Psikologi angkatan 2014 khususnya kelas A, terimakasih untuk

segala dinamika selama proses perkuliahan dan dukungannya selama proses

pembuatan skripsi ini baik secara langsung ataupun tidak langsung.

14. Teman-teman kepanitiaan di Psikologi, AKSI 2016 & 2018 serta

PSYCHOFEST 2017 yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk

membangun dinamika bersama orang lain dan mengembangkan potensi saya

serta doa dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini.

15. Adik-adik Psikologi, Anting, Alma, dan Brian yang telah bersedia untuk saya

repotkan demi kelancaran proses pembuatan skripi ini. Terimakasi juga untuk

semangat yang luar biasa yang kalian berikan selama ini.

16. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih, matur suksme.

Kendati segala ucapan terima kasih ini saya berikan kepada segala pihak,

hanya sayalah yang bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan yang

mungkin terjadi dalam skripsi ini.Saya ingin mempersembahkan skripsi ini

terutama kepada orangtua saya sebab mereka telah mengajarkan saya menjadi

seorang yang mandiri dan pekerja keras. Om santi, santi, santi

Yogyakarta, 30 Januari 2019

Penulis

Devamethia G.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 10

2. Manfaat Praktis .................................................................................... 10

3. Manfaat Kebijakan ............................................................................... 11

BAB II ................................................................................................................... 12

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 12

A. Tahap Perkembangan Psikososial Erikson................................................. 12

B. Krisis Psikososial Pada Lansia ................................................................... 13

1. Adapting to thriumps and disappointments ......................................... 15

2. Spirituality ............................................................................................ 16

3. Accept the past as meaningfull ............................................................. 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xiv

4. Tolerance and acceptance of others .................................................... 18

5. A sense of being part of larger history that includes previous

generation ............................................................................................ 19

6. Absence of death-anxiety...................................................................... 20

7. Freedom from the feeling that time is running out .............................. 21

8. Emotional integration .......................................................................... 22

9. Life satisfaction .................................................................................... 23

C. Dukungan Sosial Keluarga Bagi Lansia dan Kaitannya Dengan Proses

Menghadapi Krisis Psikososial Pada Lansia .............................................. 24

D. Lansia Terlantar Penghuni Rumah Pelayanan Sosial................................. 26

E. Kerangka Konseptual ................................................................................. 28

BAB III .................................................................................................................. 30

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 30

A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 30

B. Fokus Penelitian ......................................................................................... 31

C. Partisipan .................................................................................................... 32

D. Peran Peneliti ............................................................................................. 35

E. Metode Pengambilan Data ......................................................................... 37

F. Analisis dan Interpretasi Data ................................................................... 40

G. Penegakan Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian ............................. 43

BAB IV .................................................................................................................. 46

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 46

A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 46

B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara .................. 46

C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 57

1. Adapting to thriumps and disappointments ......................................... 57

2. Spirituality ........................................................................................... 61

3. Accept the past as meaningfull ............................................................. 64

4. Tolerance and acceptance of others .................................................... 67

5. A sense of being part of larger history

that includes previous generation ........................................................ 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xv

6. Absence of death-anxiety...................................................................... 72

7. Freedom from the feeling that time is running out .............................. 73

8. Emotional integration .......................................................................... 75

9. Life satisfaction .................................................................................... 78

D. Pembahasan ............................................................................................... 80

1. Masa lalu .............................................................................................. 80

a. Kondisi ekonomi ............................................................................ 81

b. Pekerjaan ........................................................................................ 81

c. Hubungan dekat dengan keluarga atau teman ................................ 82

2. Kondisi fisik kini .................................................................................. 83

3. Kepastian masa depan menghadapi kematian ..................................... 85

BAB V .................................................................................................................... 86

PENUTUP .............................................................................................................. 86

A. Kesimpulan ................................................................................................ 86

B. Keterbatasan penelitian .............................................................................. 86

C. Saran .......................................................................................................... 87

1. Bagi peneliti selanjutnya ...................................................................... 87

2. Bagi perawat dan pengelola rumah pelayanan sosial .......................... 88

3. Bagi pemerintahan ............................................................................... 89

4. Bagi keluarga ...................................................................................... 89

DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 90

LAMPIRAN ........................................................................................................... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Diri Partisipan ........................................................................... 35

Tabel 2. Pertanyaan Pendahuluan .................................................................. 38

Tabel 3. Pertanyaan Utama pada Masing-Masing Wilayah ........................... 38

Tabel 4. Kerangka Analisis ............................................................................ 42

Tabel 5. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Wawancara ..................................... 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Partisipan ........................................ 96

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian...................................................................... 97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8

tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut usia (Erikson, 1989).

Teori Erikson tentang tahap perkembangan manusia ini dikenal dengan teori

perkembangan psiko-sosial. Setiap tahap perkembangan manusia ditandai oleh

tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tugas perkembangan dalam setiap tahap

adalah menghadapi suatu krisis yang Erikson sebut sebagai krisis psikososial

(Erikson, 1989). Menurut Erikson (1989), setiap krisis memiliki aspek positif dan

negatif, namun suatu perkembangan yang ideal akan lebih baik jika didominasi

oleh aspek positif dibandingkan dengan aspek negatif. Menurutnya pula, lansia

(usia 65 tahun sampai akhir kehidupan) masuk pada tahap ke 8 dalam

perkembangan psikososial yang diuraikannya. Krisis psikososial yang harus

dihadapi seseorang dalam tahap lanjut usia ini adalah ego- integrity vs despair,

yang berarti ego-integrity sebagai aspek positif dan despair sebagai aspek

negatifnya (Feist & Feist, 2010).

Erikson menjelaskan seseorang yang mencapai ego-integrity akan

menemukan kedamaian dalam hidupnya, sebab mereka telah menerima hal-hal

yang telah terjadi dalam hidup sebagai suatu sejarah yang tidak dapat diubah

(Parker, 2013). Ego-integrity sebagai penerimaan diri terhadap siklus hidup

individu menyebabkan suatu kegembiraan dan toleransi yang baik dalam diri

lansia (Erikson, 1989).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

2

Erikson menguraikan ego-integrity ke dalam 9 wilayah, meliputi: (1)

adapting to triumphs and disappointments (mampu beradaptasi dengan

keberhasilan dan kegagalan dalam proses mencapai tujuan), (2) spirituality

(hubungan individual dengan perasaan akan keberadaan Tuhan atau eksistensi

Tuhan), (3) accept the past as meaningful (menerima masa lalu sebagai sesuatu

yang berarti; mereka tidak mengalami penyesalan, rasa bersalah, atau

ketidakpuasan dengan kehidupan yang dijalani secara umum), (4) tolerance or

acceptance of others (mentoleransi dan menerima kehadiran orang lain tanpa

melihat perbedaan yang ada), (5) a sense of being part of a larger history that

includes previous generations (perasaan telah menjadi bagian yang berharga

dalam sejarah termasuk generasi sebelumnya), (6) absence of death-anxiety

(ketiadaan kecemasan atau rasa takut akan kematian), (7) freedom from the

feeling that time is running out (bebas dari perasaan akan kehilangan banyak hal

dalam hidup karena waktu yang dimiliki di dunia telah sedikit), (8) emotional

integration (integrasi emosional), (9) satisfaction with life (kepuasan hidup)

(Santor & Zuroff, 1994).

Jika yang terjadi adalah lawan dari 9 hal diatas, maka lansia akan

terperosok ke dalam keputusasaan atau despair. Despair adalah kesulitan untuk

mengintegrasikan masa lalu, saat ini, dan masa depan menjadi sebuah arti yang

utuh (Erikson, 1989). Erikson (1989) mendeskripsikan seseorang yang mengalami

despair adalah mereka yang tidak dapat menerima (menyetujui) kehidupannya

yang konkret. Mereka cenderung menyesali hal-hal yang tidak sesuai dengan

keinginannya dan mudah merasa putus asa. Mereka juga cenderung mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

3

depresi berat tentang kekecewaan, kegagalan, dan kehilangan kesempatan

berharga dalam hidup (Hearn, Saulnier, Strayer, Glenham, Koopman, & Marcia,

2012).

Pencapaian ego-integrity atau despair pada lansia merupakan hasil

akumulasi seluruh pengalaman selama hidup. Pengalaman-pengalaman tersebut

dapat terkait dengan pekerjaan, kesehatan, hubungan dengan lingkungan,

dukungan sosial dan lain-lain. Apabila pengalaman-pengalaman tersebut dapat

dirasakan secara positif di hari tua, hal ini mampu manjadi faktor yang dapat

membantu lansia dalam pencapaian ego-integrity.

Teori krisis psikososial Erikson lebih mengutamakan aspek sosial yang

mempengaruhi berhasil atau gagalnya seseorang mencapai kondisi ego-integrity

(Erikson, 1989). Hal tersebut menjadi alasan peneliti menggunakan teori krisis

psikososial Erikson karena dirasa sesuai dengan konteks penelantaran pada lansia

mengingat dukungan sosial keluarga menjadi salah satu aspek sosial yang penting

untuk menghadapi krisis psikososial di hari tua.

Hadirnya dukungan sosial keluarga diduga mampu membantu lansia untuk

lebih mudah beradaptasi dalam menghadapi kemunduran fisik dan psikis yang

dialaminya. Oleh karena itu, beberapa hal yang diperlukan lansia untuk

menghadapi kondisi tersebut adalah keteraturan untuk dikunjungi dan perhatian

yang berkelanjutan dari keluarga besar maupun kecil yang masih ada sebagai

ungkapan dukungan sosial (Shanas, 1979).

Faktanya, banyak lansia yang tidak mendapatkan dukungan sosial yang

cukup dari keluarga kecil maupun besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

4

seperti ketiadaan keluarga inti karena sudah meninggal. Di sisi lain, ada pula

penyebab yang sangat memprihatinkan tatkala lansia sengaja ditelantarkan karena

keluarga mengganggap lansia hanya menjadi beban keluarga. Hal ini diperkuat

dengan temuan Maryam, Rosidawati, Riasmini, & Suryati (2012) yang

mengungkapkan bahwa sebanyak 52,2% keluarga merasa mengalami beban yang

tinggi dalam merawat lansia. Kondisi-kondisi tersebutlah yang membuat lansia

bisa sampai pada rumah pelayanan sosial milik pemerintah yang bersifat gratis.

Menurut pekerja sosial di beberapa Panti Wredha, lansia yang ditelantarkan

biasanya ditemukan di jalanan, ditinggalkan di rumah sakit atau dibiarkan

menghuni rumah sendiri. Selain itu, terdapat pula keluarga yang secara langsung

menitipkan lansia di yayasan sosial dan tidak pernah menghubungi mereka lagi.

Penelantaran atau neglect pada lansia adalah penolakan atau kegagalan

untuk memenuhi kewajiban dalam bidang pengasuhan kepada lansia baik secara

fisik maupun psikologis atau keduanya (Anthony, Lehning, Austin, & Peck,

2009). Neglect bisa bersifat aktif atau disengaja dan pasif atau tidak disengaja.

Passive neglect didefinisikan sebagai situasi lansia yang dibiarkan sendiri,

terisolasi, atau terlupakan. Active neglect didefinisikan sebagai pengurangan hal-

hal yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti makanan, obat-obatan,

dukungan sosial, dan perawatan tubuh (Hickey & Douglass, 1891).

Kementerian Sosial menyatakan bahwa dari 20,5 juta lansia terdapat 2,1

juta yang ditelantarkan dan 1,8 juta lansia berpotensi terlantar (Islam, 2017). Salah

satu hunian yang menjadi rumah bagi lansia yang ditelantarkan adalah panti

wredha milik pemerintah yang bersifat gratis. Berdasarkan hasil pengamatan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

5

informasi sementara yang peneliti dapatkan, lansia yang tinggal di salah satu panti

wredha milik pemerintah hampir 95% tidak mendapat kunjungan dari keluarga

sejak awal mereka tinggal di panti.

Penelantaran lansia mencerminkan minimnya dukungan sosial yang

diberikan oleh anggota keluarga. Dukungan sosial yang seharusnya diterima

lansia dari keluarganya berupa: dukungan emosional, informasi, instrumental, dan

penghargaan (Friedman, 2014). Astuti (2010) menjelaskan jika lansia tidak

mendapatkan dukungan sosial dari keluarga, mereka akan mengalami episode

mayor dari depresi yang mengakibatkan perasaan tidak berdaya, rendah diri,

melankolis, dan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan Dong, Simon, Odwazny, & Gorbien (2008) yang mengemukakan

bahwa abuse and neglect memiliki korelasi yang signifikan pada depresi. Depresi

tersebut bisa saja berdampak pada tugas perkembangan yang dihadapi lansia.

Hearn et al. (2012) mengungkapkan bahwa depresi memiliki korelasi yang

signifikan dan positif dengan despair.

Mengingat hadirnya dukungan sosial keluarga diduga mampu membantu

lansia tetap meraih ego-integrity ditengah deraan kemunduran fisik dan psikis,

serta semakin meningkatnya penelantaran lansia oleh keluarga di Indonesia, maka

penelitian ini ingin melihat secara lebih mendalam dengan mengeksplorasi dan

mendeskripsikan pengalaman lansia terlantar dalam menghadapi krisis psikososial

menurut bingkai teori Erikson. Pengalaman yang dimaksud adalah untuk melihat

bagaimana perasaan, pikiran, dan tindakan lansia terlantar di masa lalu, masa kini,

dan harapan di masa mendatang dalam menghadapi krisis psikososial. Apa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

6

lebih mewarnai pengalaman lansia terlantar, ego-integrity atau despair? Untuk

melihat hal tersebut peneliti berpatokan pada sembilan wilayah ego- integrity

yang dipaparkan oleh Erikson. Penelitian ini dianggap penting karena diharapkan

mampu menggambarkan bagaimana lansia terlantar menghadapi tahap

perkembangannya. Jika lansia didominasi oleh aspek positif, lansia tersebut akan

memiliki kepuasan hidup yang tinggi dan tingkat kecemasan yang rendah

(Nehrke, Bellucci, & Gabriel, 1978). Sebaliknya, jika lansia didominasi oleh

aspek negatif, lansia akan cenderung mengalami depresi berat tentang

kekecewaan, kegagalan, dan kehilangan kesempatan berharga dalam hidup (Hearn

et al., 2012).

Penelitian sebelumnya terkait dengan teori krisis psikososial Erikson pada

tahap kedelapan cenderung berfokus untuk mengetahui keterkaitan antara krisis

psikososial dengan aspek psikologis yang cukup familiar. Misalnya penelitian

yang dilakukan oleh Nehrke et al. (1978) yang ingin melihat hubungan antara

krisis psikososial Erikson pada tahap kedelapan (ego-integrity vs despair) dengan

kecemasan, locus of control, dan kepuasan hidup. Selain penelitian tersebut,

terdapat pula penelitian serupa yang dikaitkan dengan aspek psikologis yang lain

seperti kepribadian dan kesehatan mental (Westerhof, Bohlmeijer, & McAdams,

2015) serta keterbukaan, persepsi terhadap kesehatan, status identitas ego, dan

depresi (Hearn et al., 2012).

Tedapat pula penelitian yang mencoba untuk melihat bahwa keberhasilan

dalam menghadapi krisis psikososial Erikson pada tahap kedelapan tergantung

pada kesuksesan strategi koping yang dilakukan oleh lansia (Wiesmann &

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

7

Hannich, 2011). Berbeda dengan penelitian lainnya, penelitian yang dilakukan

oleh Darnley (1975) dan Smith & Nicolson (2011) justru memiliki ketertarikan

untuk menggali lebih dalam suatu fenomena yang terjadi pada lansia seperti masa

pensiun dan kehidupan lansia tunawisma. Lalu, terdapat pula penelitian tentang

bagaimana penerapan teori wisdom mampu membantu lansia untuk menghadapi

krisis psikososial Erikson tahap kedelapan (Clayton, 1975).

Dilihat dari segi desain, kebanyakan penelitian di atas menggunakan

metode kualitatif dengan instrumen studi literatur (Darnley, 1975; Clayton, 1975;

Peachey, 1992; Haber, 2006;). Hanya sebagian kecil penelitian yang

menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode wawancara (Smith &

Nicolson, 2011; Perry, Ruggiano, Shtompel, & Hassevoort, 2015). Lainnya,

menggunakan desain penelitian kuantitatif (Nehrke et al., 1978; Wiesmann &

Hannich, 2011; Hearn et al., 2012; Westerhof et al., 2015) yang secara umum

ingin melihat hubungan antara ego-integrity vs despair dengan aspek psikologis

terkait.

Berkaitan dengan subjek penelitian, keseluruhan pustaka menggunakan

lansia berusia lebih dari 60 tahun dengan proporsi jenis kelamin yang seimbang

antara laki-laki dan perempuan, (Darnley, 1975; Clayton, 1975; Peachey, 1992;

Haber, 2006; Smith & Nicolson, 2011; Perry et al., 2015; Nehrke et al., 1978;

Wiesmann & Hannich, 2011; Hearn et al., 2012; Westerhof et al., 2015). Rata-rata

lansia yang digunakan sebagai subjek berusia lebih dari 60 tahun dan diperoleh

dari pencarian melalui media atau keluarga dari mahasiswa daerah setempat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

8

berminat (Wiesmann & Hannich, 2011; Hearn et al., 2012; Westerhof et al.,

2015).

Ditinjau dari segi lokasi, lebih banyak penelitian mengenai krisis

psikososial tahap kedelapan dilakukan di luar negeri, seperti Amerika Serikat

(Clayton, 1975; Darnley; Perry et al., 1975; Nehrke et al., 1978; Haber, 2006),

Skotlandia (Smith & Nicolson, 2011), Jerman (Wiesmann & Hannich, 2011),

Kanada (Hearn et al., 2012), dan Belanda (Westerhof et al., 2015). Peneliti belum

menemukan penelitian dengan topik sejenis di Indonesia. Beberapa penelitian

mengenai lansia di Indonesia lebih banyak meneliti perbedaan kondisi lansia yang

tinggal di rumah dengan panti sosial seperti penelitian yang dilakukan oleh

Saputri dan Indrawati (2011) dan Yuliati, Baroya, dan Ririanty (2014).

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, penulis menemukan

beberapa defisiensi. Pertama, penelitian untuk mengeksplorasi dan

mendeskripsikan pengalaman lansia terlantar dalam menghadapi krisis psikososial

tahap kedelapan belum pernah dilakukan di Indonesia. Kedua, memang sudah

cukup banyak penelitian dengan topik sejenis dilakukan di luar negeri, namun

belum ada penelitian yang menggunakan lansia terlantar sebagai fokusnya.

Ketiga, dari segi desain penelitian terdahulu lebih banyak menggunakan desain

penelitian kualitatif dengan metode studi literatur sehingga kurang dapat

memaparkan fenomena yang ingin diteliti.

Berdasarkan defisiensi tersebut, maka penelitian ini akan mengeksplorasi

dan mendeskripsikan pengalaman lansia terlantar menghadapi krisis psikososial.

Lansia terlantar yang dimaksud dalam penelitian ini adalam mereka yang tinggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

9

di di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma Yogyakarta.

Maka, untuk meneliti hal tersebut peneliti menggunakan desain penelitian

kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara semi terstruktur. Setelah

itu, data tersebut akan dianalisis menggunakan analisis isi kualitatif (AIK),

menggunakan pendekatan deduktif, yaitu analisis terarah dengan cara

mengumpulkan data wawancara menjadi satu untuk kemudian ditafsirkan dengan

memberikan koding yang telah ditetapkan di awal berdasarkan kriteria koding

yang dikembangkan dari teori krisis psikososial tahap ke 8 Erikson (ego-integrity

vs despair).

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman lansia yang ditelantarkan oleh keluarga dalam

menghadapi krisis psikososial? Apakah lebih diwarnai oleh ego-integrity yang

meliputi: aadaptasi dengan keberhasilan dan kegagalan,

bspiritualitas,

cpenerimaan

masa lalu, dmentoleransi dan menerima orang lain,

epenghargaan diri dalam

sejarah hidupnya, fketiadaan kecemasan akan kematian,

gkebebasan dari

kekhawatiran akan kehabisan waktu dalam hidup, hintegrasi emosi,

ikepuasan

hidup atau lawan dari hal tersebut yang akan menuntun lansia pada kondisi

despair?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengeksplorasi dan mendeskripsikan pengalaman lansia terlantar menghadapi

krisis psikososial. Melalui wawancara individual, para partisipan yang berusia

65 tahun atau lebih diharapkan dapat mengungkapkan pengalaman-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

10

pengalaman mereka dalam menghadapi krisis psikososial tahap kedelapan

(ego-integrity vs despair).

2. Mengeksplorasi dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menentukan berhasil

atau gagalnya lansia dalam menghadapi krisis psikososial tahap kedelapan

(ego-integrity vs despair).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi

baru dalam bidang psikogerontologi, berupa kajian mengenai pengalaman

lansia terlantar dalam menghadapi krisis psikososial tahap kedelapan (ego-

integrity vs despair).

2. Manfaat Praktis

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

kepada masyarakat bahwa keberhasilan lansia di hari tua adalah akumulasi

dari seluruh pengalaman hidup dan kepastian di masa depan. Harapannya,

ketika masyarakat memahami hal tersebut, mereka dapat menentukan sikap

yang mampu membuat lansia merasa berharga akan dirinya ditengah

kemunduran yang dialami, sehingga lansia memiliki pandangan masa depan

yang baik dan mampu meraih penuaan yang sukses. Beberapa sikap positif

yang disarankan seperti, keteraturan lansia untuk dikunjungi dan melakukan

aktivitas bersama seperti bercerita, bermain, berkebun, menonton, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

11

memasak. Beberapa aktivitas tersebut menjadikan lansia memiliki perasaan

berharga akan dirinya di masa tua.

3. Manfaat Kebijakan

Bagi dinas sosial, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi

dan saran agar lebih mengenali lansia yang ditelantarkan dalam menghadapi

tugas perkembangan (ego- integrity vs despair) sehingga dapat meningkatkan

pelayanan bagi mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, pertama-tama penulis akan menjelaskan mengenai konsep

tahap perkembangan psikososial Erikson secara umum. Kemudian, penulis akan

menerangkan tahap perkembangan psikososial pada lansia secara lebih spesifik.

Penulis juga akan menjelaskan mengenai dukungan sosial keluarga bagi lansia

terlantar dan kaitannya dengan proses menghadapi krisis psikososial pada lansia.

Lalu dilanjutkan dengan penjelasan mengenai lansia terlantar, khususnya

sebagaimana dimaksud dalam penelitian ini dan bagaimana karakteristiknya. Pada

bagian akhir, peneliti akan menyajikan kerangka konseptual penelitian.

A. Tahap Perkembangan Psikososial Erikson

Teori dari Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan istilah

perkembangan psikososial yang melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial

(Erikson, 1989). Dalam teori perkembangan psikososial ini, Erikson memberi

perhatian lebih kepada ego dari pada id dan superego. Erikson mengembangkan

ide-ide khususnya terhadap perkembangan dan peran sosial terhadap

pembentukan ego.

Erikson membagi perkembangan psikososial dalam kehidupan manusia ke

dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut usia

(Erikson, 1989). Dalam setiap tahap perkembangan manusia ditandai oleh tugas

perkembangan yang berbeda-beda. Tugas perkembangan dalam setiap tahap

adalah menghadapi suatu krisis yang akrab disebut sebagai krisis psikososial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

13

Krisis merupakan suatu konflik yang berlawanan antara aspek positif dan negatif

yang ditandaskan Erikson dengan istilah versus misalnya industry vs inveriority

(Erikson, 1989). Konflik psikososial di setiap tahap hasilnya akan mempengaruhi

perkembangan ego. Apakah akan didominasi oleh kemenangan aspek positif yang

akan memberi ego sifat baik (basic strength), atau sebaliknya dimana

perkembangan ego lebih dikuasai oleh aspek negatif. Kedua konflik ini tidak

boleh dipahami sebagai dua hal yang bertentangan. Meskipun demikian, suatu

perkembangan yang ideal akan lebih baik jika didominasi oleh aspek positif

dibandingkan dengan aspek negatif (Erikson, 1989). Jika aspek positif lebih

mendominasi, maka seseorang dikatakan berhasil dalam menghadapi krisis

psikososial dalam tahap tertentu. Dasar dari teori ini adalah sebuah konsep yang

mempunyai tahapan bertingkat dan berjalan sesuai prinsip epigenetik. Prinsip

Epigenetik menjelaskan bahwa suatu bagian komponen muncul dari bagian

komponen sebelumnya dan memiliki waktunya sendiri untuk muncul, namun

tidak sepenuhnya menghilangkan komponen-komponen sebelumnya (Erikson,

1989).

B. Krisis Psikososial Pada Lansia

Lansia (usia 60 tahun sampai akhir kehidupan) masuk pada tahap ke 8

dalam perkembangan psikososial Erikson. Krisis psikososial yang harus dihadapi

lansia dalam tahap lanjut usia ini adalah ego-integrity vs despair, yaitu ego-

integrity sebagai aspek positif dan despair sebagai aspek negatif. Erikson

mendeskripsikan ego- integrity sebagai penerimaan akan siklus hidup yang harus

terjadi sehingga lansia yang mampu mencapai ego-integrity ini akan merasakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

14

perasaan “enduring wholenes” atau keutuhan abadi (1963, dalam Parker, 2013;

Westerhof, Bohlmeijer, & McAdams, 2015). Sebaliknya, despair adalah kesulitan

untuk mengintegrasikan masa lalu, saat ini, dan masa depan menjadi sebuah arti

yang utuh (Erikson, 1968). Erikson (1989) mendeskripsikan seseorang yang

mengalami despair adalah mereka yang tidak dapat menyetujui dan menerima

kehidupannya yang konkret. Mereka cenderung menyesali setiap hal yang terjadi

dan merasa putus asa.

Terhindar dari kondisi despair akan menuntun lansia pada pencapaian ego-

integrity sehingga membawa lansia pada kedamaian hidup yang bermakna.

Artinya, bagi mereka kenangan dan pengalaman masa lalu adalah suatu sejarah

yang tidak dapat diubah. Lansia yang mencapai ego-integrity jarang mengalami

depresi, mampu menerima kesedihan, duka cita, dan kehilangan. Selain itu,

mereka juga memiliki relasi sosial yang baik serta sering terlibat dalam kegiatan

sosial (Hearn et al., 2012).

Konsep ego-integrity sangatlah kompleks dan usaha untuk

mengkonseptualisasikan istilah luas ini secara utuh menjadi sebuah konstruk yang

terukur mungkin akan sulit. Disebabkan oleh kesamaan deskriptif antara

pencapaian integritas dan kesejahteraan psikologis, beberapa penelitian telah

mencoba mengukur integritas ego dengan menggunakan pengukuran

kesejahteraan psikologis sebagai wakil atau penggantinya (Wagner, Lorion,

Shipley, 1983, dalam Parker, 2013). Menurut pendapat peneliti, hal tersebut

kurang memadai sebab pengukuran kesejahteraan psikologis tidak sepenuhnya

mampu menggambarkan apakah kondisi lansia lebih diwarnai oleh ego-integrity

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

15

atau sebaliknya (despair). Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba

untuk memparafrasekan dasar-dasar wilayah ego-integrity yang dipaparkan oleh

Erikson (Santor & Zuroff, 1994) sehingga mampu memberikan gambaran

mengenai dasar-dasar dari wilayah tersebut. Berikut ini adalah definisi dari 9

wilayah tersebut yang dikutip dari buku dan jurnal yang membahas tentang teori

psikososial Erikson.

1. Adapting to thriumps and disappointments atau kemampuan untuk

beradaptasi dengan keberhasilan dan kegagalan

Erikson membedakan pengertian adaptasi ke dalam dua hal, yaitu adaptasi

aktif dan adjustment sebagai adaptasi pasif (Hoare, 2002). Adaptasi aktif adalah

kondisi individu bergerak untuk merubah lingkungan agar sesuai dengan

kebutuhan individu atau masyarakat. Atas dasar ini, Erikson mengagumi tokoh

Mahatma Gandhi. Gandhi berperan besar dalam memimpin gerakan relawan

untuk membentuk kesatuan medis dan supir ambulans yang beranggotakan warga

turunan India. Kontribusi Gandhi dan para relawan berhasil mencuri hati

pemerintah Inggris terhadap warga keturunan India. Peristiwa bersejarah ini

mencerminkan definisi adaptasi aktif menurut Erikson. Gandhi berhasil

menggerakkan lingkungan untuk mengangkat derajat keturunan India di mata

pemerintah Inggris. Selain itu, ia juga berhasil membebaskan India dari

penjajahan Inggris dengan melakukan perlawanan tanpa kekerasan (Hoare, 2002).

Salah satu contoh adaptasi aktif dalam kehidupan sehari-hari misalnya individu

yang mencoba untuk memperbaiki situasi lingkungan yang kumuh menjadi asri

dengan mengajak masyarakat sekitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

16

Kemudian, adaptasi pasif (adjustment) adalah bagaimana individu

menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan saat itu (Hoare, 2002). Misalnya,

seseorang yang menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan kerja yang baru.

Individu yang memiliki kecenderungan mampu untuk beradaptasi dengan

lingkungan akan mengarah pada kondisi ego-integrity (Hoare, 2002). Namun

sebaliknya, tatkala orang tersebut tidak mampu untuk melakukan adaptasi baik itu

secara aktif maupun pasif maka ia akan terjerumus dalam kondisi despair.

2. Spirituality atau spiritualitas

Spirituality atau spiritualitas adalah perasaan akan keberadaan Tuhan

dalam diri masing-masing individu. Erikson menyatakan bahwa individu yang

sehat adalah mereka yang memiliki kecenderungan spiritualitas (Hoare, 2002).

Dalam pemikiran Erikson, orang yang dewasa secara spiritual merasakan Tuhan

dalam beberapa cara. Misalnya, bagi seseorang, Tuhan bukan hanya roh yang

berada di luar keterbatasan ruang dan waktu di dunia, tapi merupakan sebuah

cahaya inti dalam dirinya. Roh ini adalah kekuatan yang menggerakkan mereka.

Di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa roh adalah kehadiran yang nyata

dalam diri mereka, dalam diri orang lain, dan di dalam dinamika pertemuan

seseorang dengan orang lain. Hal lainnya lagi, dapat dicontohkan dari kehidupan

Erikson di masa paruh baya, ia melihat tangan Tuhan melalui kehidupannya

sendiri. Dalam bukunya, Erikson (Hoare, 2002) menulis (hope is an “attitude”

that represents the revelation of creation in one life now nearly complete, a simple

sense that the created life “is good,” as in “and he saw that it was good”).

Artinya (harapan adalah “sifat” yang merepresentasikan wahyu penciptaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

17

dalam satu kehidupan yang hampir selesai, perasaan sederhana bahwa

kehidupan yang diciptakan “baik” seperti dalam “dia melihat bahwa itu baik”).

Peneliti menyimpulkan makna yang terkandung dalam kutipan tersebut

mencerminkan bahwa spiritualitas menurut Erikson adalah bagaimana individu

dapat memaknai kehidupannya secara positif dalam konteks kerohanian atau

keyakinan akan keterlibatan Tuhan dalam setiap prosesnya. Singkatnya, segala

yang terjadi adalah campur tangan Tuhan yang menggiring kita pada sesuatu yang

baik dalam kehidupan.

Seseorang dengan kecenderungan spiritualitas tinggi mampu

menyelesaikan persoalan yang terjadi secara positif. Mereka mengembangkan arti

penderitaan sebagai suatu hikmah positif dari kejadian yang dialami. Spiritualitas

menuntun individu pada rasa keberhargaan diri, kehidupan terarah yang terlihat

melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang

positif dan menciptakan rasa syukur kepada Tuhan (Hamid, 2008). Kondisi ini

akan menuntun seseorang pada ego-integrity.

Sebaliknya, jika individu memaknai suatu penderitaan sebagai hal negatif

serta tidak mampu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan, mereka akan

terjerumus pada kondisi despair. Mereka cenderung tidak mampu menghargai

kehidupan yang diberikan oleh Tuhan sebagai sesuatu yang “baik” adanya.

3. Accept the past as meaningful atau menerima masa lalu sebagai sesuatu

yang berarti

Penerimaan masa lalu adalah suatu representasi atau yang mewakili

kondisi seseorang untuk menerima pengalaman masa lalunya. Individu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

18

mampu menerima masa lalunya memiliki perasaan positif tentang masa lalu tanpa

memiliki perasaan negatif atau mengecewakan yang berlebihan. Hal ini bukan

berarti tidak punya pengalaman negatif, mereka sangat mungkin mengalami

kekecewaan, tetapi secara keseluruhan mereka dapat menerimanya. Bagi mereka,

pengalaman negatif tidak lagi mengkhawatirkan atau mengganggu kehidupan

mereka saat ini. Dihipotesiskan bahwa menerima masa lalu mewakili satu sumber

atau penentu tercapainya ego-integrity (Santor & Zuroff, 1994).

Sebaliknya, individu yang tidak dapat menerima masa lalu lebih fokus

pada satu atau lebih peristiwa yang menjelaskan mengapa mereka tidak dapat

menerima masa lalu. Bagi mereka, masa lalu membawa lebih banyak rasa sakit

daripada kesenangan. Ada hal-hal di masa lalu yang harus diperbaiki untuk benar-

benar memperoleh kebahagiaan. Selain itu, bagi mereka, ada beberapa

kekecewaan dalam masa lalu yang tidak akan pernah bisa diterima. Individu yang

tidak menerima masa lalu sebagai sebagai satu hal yang memuaskan cenderung

mengalami gejala depresif yang lebih kuat yang dapat menjerumuskan mereka

pada kondisi despair (Santor & Zuroff, 1994).

4. Tolerance and acceptance of others atau mentoleransi dan menerima

kehadiran orang lain tanpa melihat pebedaan yang ada

Istilah toleransi adalah istilah modern yang berasal dari bahasa Latin, yaitu

tolerantia, yang artinya kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran.

Dari sini dapat dipahami bahwa toleransi merupakan sikap untuk memberikan hak

sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan pendapatnya, sekalipun

pendapatnya salah dan berbeda. Hal ini sepaham dengan pendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

19

Poerwadarminta yang mengungkapkan bahwa toleransi menurut istilah berarti

menghargai, membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pandangan,

kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang

bertentangan dengan pendirinya sendiri, misalnya agama, ideologi, ras

(Poerwadarminta, 1984).

Selanjutnya, menurut Rogers (1979, dalam Pancawati, 2013) penerimaan

merupakan sikap seseorang yang menerima orang lain apa adanya secara

keseluruhan, tanpa adanya suatu persyaratan ataupun penilaian. Seseorang yang

mampu menerima orang lain cenderung memiliki anggapan bahwa orang lain

adalah sesuatu yang berhaga.

Seseorang dapat mentolerir (tolerance) sesuatu tanpa harus menerimanya

(acceptance), tetapi seseorang tidak dapat menerima (acceptance) sesuatu tanpa

menolerirnya (tolerance). Misalnya, ketika seorang anak memberi tahu orang tua

tentang pilihan karier pasangan perkawinan, atau identitas seksual yang tidak

diinginkan, dia menginginkan informasi itu tidak hanya ditoleransi, tetapi untuk

diterima (Fish, 2014). Individu yang cenderung mampu untuk memberikan

toleransi dan menerima orang lain sepenuhnya akan menggiringnya pada kondisi

ego-integrity. Sebaliknya, ketika mereka tidak mampu untuk melakukannya, maka

akan terjerumus pada kondisi despair.

5. A sense of being part of a larger history that includes previous generations

atau perasaan menjadi bagian berharga di masa lalu

Salah satu hal yang menuntun seseorang mampu mencapai ego-integrity di

masa tuanya adalah perasaan berharga, khususnya merasa pernah menjadi suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

20

bagian yang sangat berguna di masa-masa sebelumnya bagi orang-orang di

sekitarnya. Hal ini membantu lansia menyadari bahwa walaupun sekarang mereka

sudah tidak bisa melakukan banyak hal karena keterbatasan kondisi fisik, ia tetap

memiliki perasaan bahwa dulu ia telah melakukan sesuatu yang berharga bagi

dirinya dan sekarang waktunya untuk beristirahat. Peneliti mencoba untuk

menggambarkan kondisi tesebut seperti:“Dulu saya sudah berusaha sekuat

tenaga membangun usaha yang saya rintis, dan saat ini saya bangga bisa

mewariskan usaha tersebut kepada anak saya”.

Di sisi lain, ada lansia yang selalu menganggap dirinya tidak berguna dan

hanya bisa merepotkan sanak keluarga. Mereka memilih untuk mengasingkan diri

karena enggan meminta pertolongan. Kondisi ini membuat lansia kesepian karena

ia menarik diri dari lingkungan sebab tidak mau merepotkan lingkungan tersebut.

Ketika hal ini terus berlanjut, maka lansia akan terjerumus dalam kondisi despair

(Santor & Zuroff, 1994).

6. Absence of death-anxiety atau bebas dari perasaan takut akan kematian

Templer (1970) mendefinisikan death anxitety sebagai "keadaan individu

mengalami kecemasan terkait dengan kematian. Kecemasan merupakan suatu

pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak

tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari

oleh seseorang (Hurlock, 1996). Kecemasan ini membawa inividu pada perasaan

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh persepsi nyata atau khayalan bahwa

kematian adalah hal yang menakutkan (Moorhead et al., 2008, dalam Lehto &

Stein, 2009). Secara lebih spesifik, seseorang yang mengalami kecemasan akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

21

kematian akan didominasi oleh rasa takut dan kecemasan yang tinggi ketika

membicarakan soal kematian atau kondisi sakit yang berpotensi mengalami

kematian (Templer, 1970; Cai, Tang, Wu, & Li, 2017).

Sebagai contoh, seseorang yang mengalami kecemasan akan kematian

memiliki rasa takut saat memikirkan harus menjalani operasi karena khawatir

operasi tersebut akan berujung pada kematian (Templar, 1970). Templar (1970)

juga menyatakan takut dan kekhawatiran juga cenderung akan muncul ketika

mendengar pembicaraan yang berhubungan dengan kematian atau menyaksikan

pemandangan mayat pada acara kedukaan. Selain itu, mereka cenderung sering

merasa tertekan oleh waktu yang berlalu dengan sangat cepat. Rasa takut akan

kematian merupakan salah satu komponen dari keputusasaan atau despair (Santor

& Zuroff, 1994). Sebaliknya, kebebasan seorang individu dari kondisi kecemasan

akan kematian akan merujuk pada kecenderungan tercapainya kondisi ego-

integrity. Seseorang yang berada dalam kondisi ego-integrity cenderung tidak

memiliki ketakutan dalam menghadapi kematian. Bagi mereka, masa depan

bukanlah suatu hal yang harus ditakutkan, termasuk kematian. Bagi mereka,

memikirkan kematian bukanlah sesuatu yang mengganggu bahkan mereka sangat

jarang memikirkannya.

7. Freedom from the feeling that time is running out atau bebas dari

perasaan bahwa waktu yang dimiliki untuk hidup hampir habis

Seseorang yang cenderung berhasil dalam mencapai wilayah ini diduga

merasa telah mempergunakan waktu yang dimiliki dengan baik di masa hidupnya.

Mereka cenderung telah merasa puas di hari tuanya karena sudah berusaha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

22

berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Perasaan puas di hari tua

menggambarkan bahwa secara keseluruhan seseorang telah mampu mencapai

harapan-harapan yang diinginkan. Perasaan puas di masa tua membebaskan lansia

dari perasaan kehabisan waktu dalam hidupnya dan akan menggiring mereka pada

kondisi ego-integrity.

Sebaliknya, lansia yang terperosok dalam kondisi despair dalam wilayah

ini cenderung merasakan bahwa sisa waktu yang dimiliki sudah hampir habis dan

berjalan cepat. Perasaan ini muncul diduga disebabkan oleh keinginan seseorang

untuk melakukan sesuatu yang belum tercapai selama hidunya. Lansia yang masih

cenderung diselimuti oleh harapan yang belum tercapai diduga akan menimbulkan

dilema sebab penurunan kondisi fisik yang dialami (Santor & Zuroff, 1994).

8. Emotional Integration atau integrasi emosi

Erikson menekankan Emotional Integration atau integrasi emosional

sebagai kunci penting untuk keberhasilan aging (1963, dalam Sternberg & Jordan,

2005). Integrasi emosional adalah suatu proses dimana seseorang dapat

sepenuhnya merasakan, memahami, dan merespon emosi secara tepat. Definisi ini

selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Weiss (2018), dalam artikelnya. Ia

menulis, “If we are emotionally mature adults we are able to feel our emotions,

acknowledge them, and take responsibility for their appropriate expression in a

way that still leaves us feeling whole”. Artinya, “jika kita dewasa secara

emosional, kita mampu merasakan emosi kita, mengakuinya, dan merespon

secara tepat dengan ekspresi yang sesuai sehingga membuat diri kita tetap

merasa merasa utuh”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

23

Paul Ekman mengklasifikasikan emosi dasar manusia ke dalam enam

jenis: senang, sedih, terkejut, marah, takut, dan jijik (Ekman, 1992). Ketika

individu mampu merasakan perbedaan emosi tersebut dan meresponnya secara

tepat maka ia dikatakan mampu mengintegrasikan emosinya, sehingga mereka

akan mengarah pada kondisi ego-integrity. Sebaliknya, ketika individu cenderung

tidak mampu mengeluarkan atau tidak mengakui emosi yang dirasakan maka

mereka tidak mampu merespon emosi tersebut secara tepat, sehingga berujung

pada rasa tidak puas yang akan menuntun seseorang pada kondisi despair.

9. Life Satisfaction atau kepuasan hidup

Kepuasan hidup adalah sejauh mana seseorang secara positif mengevaluasi

kualitas hidupnya. Dengan kata lain, seberapa banyak orang menyukai kehidupan

yang ia jalani (Saris, Veenhoven, Scherpenzeel, & Bunting,1996). Kepuasan

hidup melambangkan kriteria menyeluruh atau hasil akhir dari pengalaman

manusia. Kepuasan hidup adalah penilaian menyeluruh dari perasaan dan sikap

seseorang tentang kehidupan (Andrew, 1974, dalam Prasoon & Chaturvedi,

2016). Neugarten, Havighurst, & Tobin (1965) menyebut Life Satisfaction sebagai

“definisi operasional dari penuaan yang berhasil”. Semakin positif lansia menilai

kualitas hidupnya secara keseluruhan, maka ia akan berhasil mencapai ego-

integrity. Ungkapan-ungkapan yang biasanya muncul pada individu yang

memiliki Life Satisfaction tinggi seperti, saya merasa apa yang terjadi dalam

hidup secara keseluruhan dekat/mirip dengan cita-cita saya, kondisi hidup saya

sangat baik, saya puas dengan hidup saya, sejauh ini saya telah mendapatkan

hal-hal penting yang saya inginkan di dunia, dan dalam menjalani hidup ini, tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

24

ada yang ingin saya ubah (Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985). Sebaliknya,

jika seseorang memiliki kecenderungan negatif dalam memaknai kehidupan

secara menyeluruh, maka hal ini akan menjerumuskan seseorang dalam kondisi

despair (Liang, 1984; Woods & Witte, 1981).

Baik kondisi ego-integrity yang mendominasi atau sebaliknya (despair),

semua kondisi tersebut merupakan hasil akumulasi dari seluruh pengalaman fase

hidup saat lansia tua dan fase hidup sebelumnya. Menurut Erikson, setiap tahap

krisis psikososial secara sistematis dihubungkan dengan tahapan pada krisis

psikososial sebelumnya. Artinya, ketika integrity dan despair berada di tahap ke

8, maka integrity dan despair akan dipengaruhi pula oleh tahap sebelumnya (tahap

1-7). Dapat ditarik kesimpulan, kondisi integrity dan despair merupakan

akumulasi dari pengalaman yang berada di tahap 1-7 ditambah dengan

pengalamannya berada di tahap ke 8. Dengan kata lain, kondisi integrity dan

despair merupakan kondisi dari akumulasi seluruh pengalaman semasa orang

tersebut menjalani kehidupannya.

C. Dukungan Sosial Keluarga Bagi Lansia dan Kaitannya Dengan Proses

Menghadapi Krisis Psikososial Pada Lansia

Menjadi tua bukanlah suatu pilihan melainkan sesuatu yang pasti akan

dialami oleh setiap individu. Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga sangat rentan terhadap

penyakit (Santoso, 2009). Proses ini adalah proses alami yang ditandai dengan

adanya penurunan pada kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

25

berinteraksi satu sama lain (Salamah, 2005; Hurlok dalam Hutapea, 2011;

Asmaningrum, Wijaya, & Permana, 2014). Perubahan kondisi fisik, sosial, dan

psikologis ini akan menentukan apakah lanjut usia akan melakukan penyesuaian

sosial yang baik atau buruk. Menurut Hurlock, lanjut usia memiliki

kecenderungan penyesuaian diri yang buruk dari pada yang baik dan pada

kesengsaraan daripada kebahagiaan (Hutapea, 2011).

Hadirnya dukungan sosial keluarga mampu membantu lansia tetap meraih

ego-integrity di tengah deraan kemunduran fisik dan psikis yang dialaminya.

Dukungan sosial terdekat yang dapat membantu lansia dalam mengatasi

permasalahan tersebut adalah bersumber dari keluarga (Prabasari, Juwita, &

Maryuti, 2015). Keluarga dari lansia meliputi keluarga dekat, yaitu suami, istri,

dan anak, lalu keluarga besar, seperti saudara kandung dan kerabat. Keluarga

dekat memiliki fungsi sebagai dukungan sosial utama untuk lansia di saat mereka

berada dalam kondisi membutuhkan pertolongan (Shanas, 1979). Sementara itu,

keluarga besar berfungsi sebagai penghubung utama lansia ke masyarakat

(Shanas, 1979). Shanas (1979) juga menjelaskan lebih lanjut bahwa hal terpenting

yang diperlukan oleh lansia adalah keteraturan untuk dikunjungi dan perhatian

yang berkelanjutan dari keluarga besar maupun kecil yang masih ada sebagai

ungkapan dukungan sosial.

Gottlieb menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat berupa informasi

verbal maupun nonverbal, saran, bantuan, atau tingkah laku yang diberikan oleh

orang-orang terdekat berupa kehadiran serta hal-hal yang dapat memberi

keuntungan emosional kepada penerimanya (1983, dalam Mundiharno, 2010,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

26

dalam Jafar, Wiarsih, & Permatasari, 2011). Lansia memerlukan dukungan sosial

untuk meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri untuk menghadapi penurunan

dan perubahan yang terjadi (Suryono, 2013).

D. Lansia Terlantar Penghuni Rumah Pelayanan Sosial

Banyak keluarga besar maupun kecil yang tidak mampu memberikan

dukungan sosial yang baik pada lansia antara lain karena menganggap kehadiran

lansia hanyalah menambah beban keluarga. Hal ini diperkuat dengan temuan

Maryam et al. (2012) yang mengungkapkan bahwa sebanyak 52,2% keluarga

merasa mengalami beban yang tinggi dalam merawat lansia. Oleh karena itu,

masyarakat cenderung memilih membawa lansia ke panti jompo daripada

mengurus di rumah sendiri. Namun, karena biaya menitipkan lansia di panti

jompo terbilang mahal, maka tidak sedikit lansia ditelantarkan begitu saja oleh

orang terdekat mereka.

Neglect atau penelantaran pada lansia didefinisikan sebagai penolakan

atau kegagalan untuk memenuhi kewajiban dalam bidang pengasuhan kepada

lansia secara fisik maupun psikologis, ataupun keduanya (Anthony et al., 2009).

Neglect dapat bersifat aktif atau disengaja, dan pasif atau tidak disengaja. Passive

neglect adalah situasi dimana lansia dibiarkan hidup sendiri, terisolasi, atau

terlupakan. Di sisi lain, Active neglect merupakan pengurangan hal-hal yang

diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, seperti makanan, obat-obatan, dukungan

sosial, dan perawatan tubuh (Hickey & Douglass, 1891).

Penelantaran tersebut mencerminkan minimnya dukungan sosial keluarga

yang diberikan untuk menghadapi perubahan dan penurunan kondisi fisik, sosial,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

27

dan psikologis pada lansia. Minimnya dukungan sosial pada lansia akan

membawa lansia pada penyesuaian diri yang negatif untuk menghadapi

permasalahan tersebut. Sebagai contoh, penurunan kondisi fisik seperti: postur

tubuh lansia mulai berubah bungkuk, kondisi kulit mulai kering dan keriput, daya

ingat mulai menurun, kondisi pendengaran dan penglihatan terganggu yang

terkadang membuat lansia tidak percaya diri jika harus berinteraksi dengan orang

lain sehingga mereka menarik diri dari lingkungan sosial (Santrock, 2002).

Penarikan diri dari lingkungan sosial akan menggiring lansia pada kesepian

(loneliness) yang akan berujung pada depresi. Kondisi ini diduga mampu

menghambat proses lansia menghadapi krisis psikososialnya, yaitu untuk

mencapai ego-integrity (Hearn et al., 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lansia terlantar sebagai

partisipan. Lansia terlantar yang dimaksud peneliti adalah mereka yang berusia

65 tahun ke atas dan tinggal di Rumah Pelayanan Sosial Lansia Terlantar Budi

Dharma Yogyakarta yang bersifat gratis. Lansia penghuni panti tersebut adalah

mereka yang terlantar karena beberapa hal, di antaranya: (1) terlantar karena tidak

memiliki keluarga kecil lagi (meninggal), dan di sisi lain keluarga besar merasa

terbebani untuk merawatnya, (2) terlantar karena anak tidak mampu merawat dan

merasa terbebani yang disebabkan oleh kesulitan ekonomi, serta (3) terlantar

karena keluarganya tidak diketahui keberadaannya (ditemukan di jalanan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

28

E. Kerangka Konseptual

Menurut Erikson, setiap tahap perkembangan manusia ditandai oleh tugas

perkembangan yang berbeda-beda. Tugas perkembangan dalam setiap tahap

adalah menghadapi suatu krisis yang Erikson sebut sebagai krisis psikososial

(Erikson, 1989). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengeksplorasi dan

mendeskripsikan pengalaman lansia terlantar menghadapi krisis psikososial.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa lansia yang tinggal

di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma Yogyakarta

dengan rentang usia 65 tahun ke atas. Penelantaran atau neglect pada lansia adalah

penolakan atau kegagalan untuk memenuhi kewajiban dalam bidang pengasuhan

kepada lansia baik secara fisik maupun psikologis atau keduanya (Anthony et al.,

2009).

Krisis pada satu tahap yang dihadapi oleh lansia terlantar merupakan hasil

akumulasi pengalaman dari tahap-tahap sebelumnya. Lansia usia 65 tahun ke atas

berada dalam tahap ke 8 perkembangan psikososial Erikson. Krisis psikososial

tahap ke 8 adalah (kendati) merupakan hasil akumulasi pengalaman sebelumnya,

diduga kondisi terlantar tetap berpengaruh pada cara lansia menghadapi krisis

psikososial. Krisis psikososial yang harus dihadapi oleh lansia adalah ego-

integrity vs despair, dimana ego-integrity sebagai aspek positif dan despair

sebagai aspek negatifnya (Feist & Feist, 2010). Erikson mendeskripsikan

seseorang yang mencapai integrity adalah mereka yang sepenuhnya menjalani

komitmen dan meyakini hidupnya sebagai sesuatu yang berharga. Sebaliknya,

seseorang yang despair adalah mereka yang tidak dapat menyetujui dan menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

29

kehidupannya yang konkret. Mereka cenderung menyesali setiap hal yang terjadi

dan merasa putus asa (Erikson, 1989). Kondisi ego-integrity ataupun despair yang

terjadi pada lansia merupakan akumulasi pengalaman hidup dari tujuh tahap

sebelumnya.

Untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman lansia menghadapi krisis

psikososial tahap kedelapan, peneliti menggunakan kriteria ego-integrity menurut

Erikson, meliputi: 1) Adapting to thriumps and disappointments, 2) Spirituality,

3) Accept the past as meaningful, 4) Tolerance and acceptance of others, 5) A

sense of being part of a larger history, 6) Absence of death-anxiety, 7) Freedom

from the feeling that time is running out, 8) Emotional Integration 9) Life

Satisfaction. Jika pengalaman didominasi oleh lawan dari 9 hal di atas, maka

lansia akan terperosok pada despair. Agar dapat memudahkan melihat kerangka

berpikir peneliti, berikut adalah gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini.

Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian

Krisis Psikososial

Pada lansia terlantar

Ego-Integrity (+)

Despair (-) Negasi dari 9 wilayah Ego-integrity

1. Adapting to thriumps and

disappointments

2. Spirituality

3. Accept the past as meaningful

4. Tolerance and acceptance of others

5. A sense of being part of a larger

history

6. Absence of death-anxiety

7. Freedom from the feeling that time is

running out

8. Emotional Integration

9. Life Satisfaction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ialah

penelitian yang mencoba mendeskripsikan dan menafsirkan aneka pengalaman

orang atau kelompok orang sebagaimana orang-orang itu sendiri menghadapi,

menggeluti, dan menghayati aneka situasi kehidupan (Supratiknya, 2018). Desain

penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan pendekatan

deduktif terarah, yaitu metode penelitian untuk menafsirkan data berupa teks

secara subjektif melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau

pengkodean dan pengidentifikasian aneka tema dan pola (Hsieh & Shannon, 2005,

dalam Supratiknya, 2015). Peneliti memilih pendekatan deduktif terarah karena

pendekatan ini cocok diterapkan ketika sudah ada teori maupun hasil-hasil

penelitian sebelumnya mengenai suatu fenomena (Supratiknya, 2015). Dalam

penelitian ini, peneliti mencoba untuk memahami dunia responden berdasarkan

pemaknaan idiosinkratik sebagai „personal life world‟ atau pengalaman pribadi

tentang bagaimana para lansia terlantar menghadapi krisis psikososial tahap

kedelapan, dengan menggunakan teori Erikson sebagai kerangka analisis. Apakah

didominasi oleh Ego-integrity atau sebaliknya, yaitu despair.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan

pengalaman lansia terlantar baik yang merasa ditelantarkan atau tidak dalam

menghadapi krisis psikososial tahap kedelapan (integrity vs despair) berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

31

sudut pandang mereka. Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah

wawancara semi terstruktur, dengan satu pertanyaan wawancara utama di setiap

wilayah-wilayah Ego-Integrity diikuti beberapa kemungkinan pertanyaan

tambahan dalam rangka probing jika diperlukan. Analisis data diawali dengan

mentranskripkan data lisan atau rekaman elektronik menjadi teks tertulis atau

dokumen. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi yang padat dan kaya

tentang fenomena yang diteliti (Supratiknya, 2015).

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah pengalaman lansia terlantar dalam

menghadapi krisis psikososial. Penelantaran adalah penolakan atau kegagalan

keluarga kecil ataupun besar untuk memenuhi kewajiban dalam bidang

pengasuhan kepada lansia baik secara fisik maupun psikologis atau keduanya

(Anthony et al., 2009).

Krisis psikososial yang harus dihadapi lansia dalam tahap lanjut usia ini

adalah ego-integrity vs despair, yakni ego-integrity sebagai aspek positif dan

despair sebagai aspek negatif. Erikson mendeskripsikan ego-integrity sebagai

penerimaan akan siklus hidup yang harus terjadi sehingga lansia yang mampu

mencapai ego-integrity ini akan merasakan perasaan “enduring wholenes” atau

abadi (1963, dalam Parker, 2013; Westerhof, Bohlmeijer, & McAdams, 2015).

Sebaliknya, despair adalah kesulitan untuk mengintegrasikan masa lalu, saat ini,

dan masa depan menjadi sebuah arti yang utuh (Erikson, 1968).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

32

Pengalaman-pengalaman tersebut akan diungkap menggunakan kriteria

Ego-integrity menurut Erikson yang meliputi: (1) Adapting to triumphs and

disappointments (mampu beradaptasi dengan keberhasilan dan kegagalan dalam

proses mencapai tujuan), (2) Spirituality (hubungan individu dengan perasaan

akan keberadaan Tuhan atau eksistensi Tuhan), (3) Accept the past as meaningful

(menerima masa lalu sebagai sesuatu yang berarti; mereka tidak mengalami

penyesalan, rasa bersalah, atau ketidakpuasan dengan kehidupan yang dijalani

secara umum), (4) Tolerance or acceptance of others (menerima dan

mentoleransi kehadiran orang lain), (5) A sense of being part of a larger history

that includes previous generations (perasaan telah menjadi bagian yang berharga

dalam sejarah termasuk generasi sebelumnya), (6) Absence of death-anxiety

(ketiadaan kecemasan atau rasa takut akan kematian), (7) Freedom from the

feeling that time is running out (bebas dari perasaan akan kehilangan banyak hal

dalam hidup karena waktu yang dimiliki di dunia telah sedikit), (8) Emotional

integration (integrasi emosional), (9) Satisfaction with life (kepuasan hidup)

(Santor & Zuroff, 1994). Jika yang terjadi adalah lawan dari 9 hal di atas, maka

lansia akan terperosok ke dalam keputusasaan atau despair.

C. Partisipan

Peneliti memilih Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi

Dharma sebagai lokasi penelitian yang beralamatkan di jalan Ponggalaan, UH

VII/203, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. Mulanya peneliti mengetahui

rumah pelayanan sosial ini karena sebelumnya, peneliti telah melakukan

kunjungan untuk keperluan mata kuliah Gerontologi. Rumah pelayanan sosial ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

33

bersifat gratis dan berada di bawah naungan Dinas Sosial Pemerintah Kota

Yogyakarta. Infrastruktur yang dimiliki Rumah pelayanan sosial ini terbilang

cukup baik. Didalamnya terdapat 5 wisma yang setiap wisma dihuni oleh 5-6

lansia dan setiap lansia mendapatkan kamar dengan fasilitas seperti tepat tidur,

lemari pakaian, dan ruang TV bersama. Rumah pelayanan ini memiliki waktu

besuk di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Meskipun demikian, petugas rumah

pelayanan tersebut mengatakan bahwa intensitas pengunjung yang ingin melihat

kondisi orang tuanya sangat jarang. Bahkan hampir 95% lansia yang tinggal di

tempat ini belum pernah dikunjungi oleh sanak saudara mereka.

Kapasitas rumah pelayanan ini adalah 60 orang sedangkan lansia yang di

lokasi saat ini sebanyak 58 orang. Sebanyak 28 lansia yang tinggal di rumah

pelayanan sosial ini sudah tidak mampu untuk melakukan aktivitas secara mandiri

sehingga membutuhkan dampingan perawat sepenuhnya. Lansia yang berada

dalam kondisi ini tinggal di ruang isolasi. Tiga puluh (30) orang lainnya adalah

lansia yang masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

misalnya makan sendiri, membersihkan kamar dan mencuci pakaian.

Keseluruhan lansia yang tinggal di rumah pelayanan sosial ini dirawat oleh

6 orang perawat. Menurut pandangan peneliti, jumlah perawat yang ada kurang

memenuhi karena tidak sebanding dengan jumlah lansia yang ada. Akibatnya,

kondisi kebersihan kamar lansia yang berada di ruang isolasi terbilang kurang

memadai. Selain itu, kebersihan tubuh pada lansia yang tinggal di ruang isolasi

juga kurang memadai. Hal ini mampu tergambarkan berdasarkan observasi

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

34

Lansia penghuni rumah pelayanan sosial tersebut terlantar karena beberapa

hal seperti, tidak memiliki keluarga kecil (meninggal), ketidakmampuan keluarga

untuk merawat karena kesulitan ekonomi, dan tidak mengetahui keberadaan

keluarganya. Berdasarkan gambaran umum tersebut, peneliti mendapati seluruh

lansia penghuni panti yang berjumlah 58 orang masuk dalam kriteria umum

partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam keterlibatan penelitian ini, pihak panti menyarankan peneliti untuk

menggunakan lansia yang tergolong masih mampu melakukan aktivitas untuk

menjadi partisipan penelitian ini. Dari 30 lansia tersebut peneliti menggunakan 4

orang lansia sebagai partisipan penelitian dengan kriteria khusus yang telah

ditetapkan. Pemilihan sampel ini dilakukan secara criterion-based atau

berdasarkan kriteria tertentu (Morrow, 2005; dalam Supratiknya, 2018). Kriteria

yang dimaksud adalah memiliki kemampuan komunikatif dan pendengaran yang

baik serta lafal pengucapan yang cukup jelas. Hal ini dilakukan untuk

menghindari kemungkinan-kemungkinan ucapan yang tidak dipahami oleh

peneliti dan partisipan. Proses ini dilakukan dengan melakukan pra-wawancara

(wawancara pendahuluan) pada lansia yang tinggal di panti secara acak.

Dalam proses pengambilan data peneliti menemukan titik redundansi

berhenti pada partisipan keempat. Artinya, peneliti merasa tidak akan

mendapatkan informasi baru lagi dengan menambah data pada partisipan

berikutnya karena data dari keempat partisipan sudah beragam (Patton, 1990,

dalam Marrow, 2005, dalam Supratiknya, 2018).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

35

Tabel 1

Data Diri Partisipan

Inisial MG MS MT MZ

Jenis

Kelamin

Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan

Usia

(tahun)

78 80 67 65

Status Duda Duda Janda Tidak menikah

Riwayat

Pekerjaan

Guru,

pelawak

TU,

Serabutan

Guru, Perawat Pegawai

restoran

Agama Islam Islam Katolik Islam

Asal

Daerah

Temanggung Yogyakarta Surabaya Yogyakarta

Pendidikan Pendidikan

Guru

SMA Perawat SMP

D. Peran Peneliti

Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Artinya, peneliti

memainkan peran penting dalam pengambilan data. Selain itu, peneliti juga

berperan untuk menangkap suara partisipan dan mengolahnya. Peneliti terjun

secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data dengan

mewawancarai partisipan dengan sebuah protokol yaitu instrumen pengumpulan

data berupa pedoman wawancara atau pedoman observasi, namun tetap peneliti

sendiri yang benar-benar mengumpulkan data (Supratiknya, 2015). Lalu, peneliti

juga bertugas menjadi sejenis cermin yang merefleksikan secara akurat apa yang

berlangsung di dunia luar sana atau di dalam benak para partisipan penelitian;

peneliti harus mampu menyajikan secara tepat atau benar (truthfully) dunia

subjektif para partisipan dan terlepas dari subjektivitas peneliti sendiri

(Supratiknya, 2018).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

36

Peneliti tidak memiliki kaitan apapun dengan partisipan maupun dengan

lokasi penelitian. Peneliti memilih Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlatar

Budhi Dharma Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena peneliti merasa

kriteria subjek yang diperlukan sesuai. Sebelum memutuskan hal tersebut, peneliti

melakukan wawancara singkat dengan petugas sosial di panti tersebut. Setelah

wawancara itu dilakukan, petugas sosial menyatakan bahwa kriteria subjek yang

peneliti maksud sesuai dengan para lansia yang dirawat di situ. Peneliti memilih

panti sebagai lokasi penelitian karena peneliti merasa bahwa panti merupakan

tempat yang terkait dengan topik penelitian dan merupakan lokasi sehari-hari bagi

partisipan menjalani hari tuanya. Maka dari itu, partisipan dapat lebih nyaman

untuk menceritakan pengalamannya.

Potensi yang paling buruk yang bisa terjadi dari penelitian ini adalah

munculnya perasaan sedih atau perasaan-perasaan lain yang dapat menimbulkan

ketidakyamanan dalam diri partisipan ketika mengingat pengalaman yang kurang

menyenangkan dalam hidupnya. Untuk memastikan bahwa partisipan terbebas

dari rasa tidak nyaman, peneliti menempuh prosedur informed consent, yaitu

dengan cara mempersilahkan partisipan untuk mengetahui tema penelitian,

prosedur pengambilan data, dan potensi paling buruk yang mungkin terjadi dalam

penelitian. Selain itu, setelah wawancara selesai dilakukan peneliti tetap

mengunjungi partisipan selama 2- 3 hari untuk melakukan aktivitas bersama

seperti mengisi TTS (teka-teki silang), bertanam, atau sekedar menceritakan

pengalaman menyenangkan seperti hobi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

37

perasaan sedih akan ingatan masa lalu yang suram selama proses wawancara

berlangsung.

Isu sensitif yang mungkin muncul terkait etika adalah terbongkarnya

identitas partisipan. Untuk menanggulangi hal itu, semua data mengenai identitas

partisipan akan diminimalisir, peneliti akan menggunakan inisial P1, P2, dan

seterusnya.

E. Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, metode utama yang digunakan dalam pengambilan

data adalah wawancara semi terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan

wawancara. Pertanyaan yang diajukan ialah pertanyaan terbuka. Pertanyaan

terbuka digunakan supaya partisipan dapat lebih bebas mengutarakan pengalaman

mereka tanpa dibatasi oleh bias peneliti atau temuan penelitian sebelumnya

(Cresswel, 2012, dalam Supratiknya, 2015). Di dalam penelitian kualitatif,

wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Meolong, 2015, dalam Supratiknya, 2015).

Kemudian, peneliti akan merekam jawaban yang diberikan oleh partisipan lalu

mentranskripsi dan menganalisis data yang diperoleh tersebut.

Metode ini dipilih karena peneliti dapat secara langsung bertatap muka

secara personal dengan partisipan sehingga menghindari timbulnya rasa enggan

atau malu dari partisipan ketika mengungkapkan pengalaman pribadinya.

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti menyiapkan prosedur perekaman

data berupa protokol wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

38

pada partisipan yang didasarkan pada rumusan pertanyaan penelitian dan teori

ego-integrity yang digunakan peneliti. Berikut adalah daftar pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini:

Pertanyaan pendahuluan

Tabel 2

Pertanyaan Pendahuluan

No. Pertanyaan No. Pertanyaan

1 Keluarga mbah tinggal di mana? 6 Mbah merindukan mereka tidak?

2 Apakah mbah memiliki

suami/istri? Di mana sekarang? 7 Mbah dulu kerjaannya apa?

3 Apakah mbah memiliki anak? Di

mana mereka? 8 Sudah berapa lama disini mbah?

4 Siapa saja keluarga mbah yang

masih tersisa? 9

Mbah senang tidak tinggal di

sini?

5 Mbah pernah dijenguk tidak? 10 Apakah mbah merasa

ditelantarkan oleh keluarga?

Pertanyaan Utama

Mbah, coba mbah ceritakan pengalaman mbah selama mbah hidup sampai saat

ini? Cerita apa saja mbah!

Tabel 3

Pertanyaan Utama pada Masing-Masing Wilayah

No. Wilayah Ego-Integrity Pertanyaan Utama

1 Adapting to triumphs and

disappointments (mampu

beradaptasi dengan keberhasilan

Mbah pernah

mempelopori/menggerakkan suatu

kegiatan gak?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

39

No. Wilayah Ego-Integrity Pertanyaan Utama

dan kegagalan dalam proses

mencapai tujuan)

Bagaimana cara mbah

menyesuaikan dengan lingkungan

baru? Coba mbah ceritakan!

- Adakah pengalaman menarik tentang

hal itu?

2 Spirituality (hubungan individual

dengan perasaan akan keberadaan

Tuhan atau eksistensi Tuhan)

Menurut mbah Tuhan itu apa?

- Coba ceritakan sejauh mana mbah

dekat dengan Tuhan?

- Gimana biasanya mbah menyadari

akan kehadiran Tuhan dalam hidup

mbah?

3 Accept the past as meaningful

(menerima masa lalu sebagai

sesuatu yang berarti; mereka

tidak mengalami penyesalan, rasa

bersalah, atau ketidakpuasan

dengan kehidupan yang dijalani

secara umum)

Coba ceritakan pengalaman apa

saja yang sudah mbah lalui semasa

hidup?

- Coba ceritakan, pengalaman yang

paling mbah ingat boleh cerita

senang, ceita sedih, cerita

kemarahan?

4 Tolerance or acceptance of

others (mentoleransi dan

menerima kehadiran orang lain

Coba ceritakan bagaimana relasi

mbah dengan orang lain?

Pengalaman tentang pertemanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

40

No. Wilayah Ego-Integrity Pertanyaan Utama

tanpa melihat perbedaan yang

ada)

mbah gimana? Boleh cerita

pertemanan yang Bahagia, sedih,

atau marah?

5 A sense of being part of a larger

history that includes previous

generations (perasaan telah

menjadi bagian yang berharga

dalam sejarah termasuk generasi

sebelumnya)

Coba ceritakan, menurut mbah

apakah mbah adalah seseorang

yang berguna di masa lalu?

- Jika iya, pengalaman apa yang

membuat mbah menjadi seseorang

yang berharga?

- Kalau dulu kan mbah bisa

melakukan sesuatu yang berharga

itu (pengalaman berharga yang

diceritakan) sekarang mbah kan

udah sakit (kakinya, misal) mbah

menyesal tidak?

6 Absence of death-anxiety

(ketiadaan kecemasan atau rasa

takut akan kematian)

Mbah takut gak kalo dipanggil

Gusti?

7 Freedom from the feeling that

time is running out (bebas dari

perasaan akan kehilangan banyak

hal dalam hidup karena waktu

Mbah punya keinginan yang belum

tercapai tidak?

- Mbah pernakah berpikir kok saya

udah tua ya, padahal saya masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

41

No. Wilayah Ego-Integrity Pertanyaan Utama

yang dimiliki di dunia telah

sedikit)

ingin melakukan sesuatu

8 Emotional integration (integrasi

emosional)

Mbah, apakah mbah pernah merasa

jengkel/marah/benci sama

seseorang?

- Mbah sampai mukul gak? (Kalo

engga) gimana cara mbah

mengontrol emosi negatif mbah itu?

9 Satisfaction with life (kepuasan

hidup)

Mbah, secara umum, mbah puas

tidak dengan hidup mbah?

= pertanyaan utama

- = probing

Pertanyaan penutup

Apakah ada pengalaman yang ingin mbah ceritakan lagi?

F. Analisis dan Interpretasi Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK),

yakni sebuah metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi, baik tertulis,

lisan maupun visual (Supratiknya, 2015). Dalam AIK, dilakukan klasifikasi atau

penyaringan terhadap teks atau kata-kata ke dalam sejumlah kategori yang

mewakili aneka isi tertentu. Tujuan akhir AIK adalah memperoleh pengetahuan

dan pemahaman berupa konsep atau kategori tentang fenomena yang sedang

diteliti (Hsieh & Shannon, 2005; Elo & Kygas, 2008, dalam Supratiknya, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

42

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif, yakni analisis

isi terarah. Penelitian ini menghasilkan data berupa transkripsi dari hasil

wawancara. Kemudian, data berupa transkripsi tersebut dianalisis melalui

langkah-langkah sebagai berikut: (1) membaca secara berulang-ulang corpus data

berupa transkripsi verbatim ungkapan responden yang dikumpulkan melalui

wawancara semi terstruktur; (2) melakukan initial coding atau menemukan kode-

kode berupa konsep-konsep tertentu dalam transkripsi verbatim secara induktif

baris demi baris (inductive, line-by-line approach); (3) mengelompokkan kode-

kode ke dalam tema-tema, yaitu sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang

lebih luas dibandingkan kode, dengan tujuan menemukan sejenis narasi analitik

yang koheren dari keseluruhan corpus data; dan (4) memperhalus atau

mempertajam analisis dengan cara menempatkan tema-tema dalam susunan

hirarkis tertentu menjadi tema-tema dan sub-sub tema di bawah masing-masing

tema; tema-tema dan sub-subtema tersebut selanjutnya diberi label atau nama,

masing-masing subtema dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari

transkripsi verbatim sebagai bukti atau pendukung; sehingga diperoleh narasi

yang utuh tentang fenomen yang diteliti.

Tabel 4

Kerangka Analisis Pengalaman Lansia Terlantar dalam Menghadapi Krisis

Psikososial Tahap Kedelapan (Ego-Integrity vs Despair)

Wilayah Integrity Despair

Adapting to

thriumps and

disappointments

- Aktif: individu bergerak

untuk merubah

lingkungan agar sesuai

dengan kebutuhannya

- Aktif: kecenderungan

untuk diam dan

mengikuti arus

- Pasif: cenderung sulit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

43

Wilayah Integrity Despair

atau masyarakat

- Pasif: individu

menyesuaikan diri

dengan lingkungan

menyesuaikan diri

dengan lingkungan

Spirituality

- Yakin akan keberadaan

Tuhan

- Yakin akan keterlibatan

Tuhan secara positif

dalam setiap proses

kehidupan

- Memaknai kehidupan

secara positif dalam

konteks kerohanian

- Memaknai penderitaan

sebagai suatu hikmah

positif dari kejadian

yang dialami

- Tidak percaya

keberadaan Tuhan

- Menyesali takdir

Tuhan

Accept the past as

meaningful

- Mampu menerima

pengalaman masa lalu

secara keseluruhan

- Memiliki perasaan

positif tentang masa lalu

- Dapat menerima

pengalaman negatif

yang dialami

- Cenderung tidak

menerima masa lalu

secara keseluruhan

- Tidak mampu

menerima pengalaman

negatif yang terjadi di

masa lalu

Tolerance and

acceptance of

others

- Menerima orang lain

apa adanya secara

keseluruhan, tanpa

adanya suatu

- Memiliki batasan

untuk menerima orang

lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

44

Wilayah Integrity Despair

persyaratan ataupun

penilaian.

A sense of being

part of a larger

history that

includes previous

generations

- Perasaan berharga atas

pencapaian yang

diperoleh di masa lalu

- Merasa merepotkan

- Perasaan tidak berguna

Absence of death-

anxiety

- Terbebas dari rasa

ketidaknyamanan akan

kematian

- Memiliki kecemasan

akan kematian

Freedom from the

feeling that time is

running out

- Tidak ada keinginan

yang disesali karena

belum tercapai

- Kualitas hidup secara

positif

- Waktu terasa berjalan

cepat

- Ada harapan yang

belum tercapai

Emotional

Integration

- Merasakan, memahami,

dan merespon emosi

secara tepat

- Merasakan,

memahami, dan

merespon emosi

dengan cara yang

kurang tepat

Life Satisfaction

- Mengevaluasi

keseluruhan kualitas

hidup secara positif

- Tidak memiliki

kepuasan akan hidup

yang dijalani

G. Penegakan kredibilitas dan dependabilitas penelitian

Peneliti menggunakan beberapa cara untuk memastikan data yang

diperoleh dapat dipercaya atau kredibel. Pertama, peneliti melakukan member

checking atau pengecekan bersama partisipan setelah data dirumuskan ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

45

tema-tema. Peneliti membawa kembali kepada partisipan untuk mengetahui

apakah tema-tema yang telah dirumuskan tersebut sudah akurat atau sesuai

dengan diri partisipan. Kedua, peneliti menggunakan thick description, yaitu

deskripsi mendalam dengan memaparkan secara rinci setting mulai dari latar

belakang partisipan hingga kondisi lokasi penelitian dan dinamika ketika

melakukan wawancara. Dengan cara itu, hasil-hasil penelitian menjadi lebih

realistik dan dapat dipercaya (Supratiknya, 2015). Selain itu, dalam penelitian ini

peneliti terlibat dan mengenal partisipan dalam waktu cukup lama (prolonged

engagement). Peneliti juga menggunakan bantuan peer debriefer, yaitu review

oleh teman sejawat untuk proses akurasi laporan penelitian.

Penelitian ini menggunakan dua strategi untuk menguji konsistensi hasil

penelitian. Strategi yang pertama adalah memeriksa dengan seksama transkrip-

transkrip rekaman wawancara sehingga tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang

bisa terjadi selama proses transkripsi. Kedua, dalam proses pengkodean, peneliti

juga membandingkan data dengan kode-kode yang telah dirumuskan. Hal ini

bertujuan untuk menghindari pergeseran makna kode-kode yang mungkin terjadi

selama transkripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Juni sampai awal bulan

Oktober 2018. Pengambilan data menggunakan metode wawancara semi

terstruktur dengan responden empat orang lansia terlantar yang tinggal di Rumah

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma Yogyakarta. Durasi

wawancara bervariasi antara 1 jam sampai paling lama 2,5 jam. Rangkuman

waktu dan tempat diadakan wawancara disajikan di tabel berikut ini.

Tabel 5

Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Wawancara

B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara tatap muka langsung

dengan partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti memaparkan secara garis

besar mengenai penelitian dan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

partisipan. Tiap partisipan juga telah menyetujui untuk berpartisipasi dalam

No. Lansia

Terlantar

Waktu

Wawancara

Lokasi Wawancara

1 P1 22 Juni 2018

23 September 2018

Teras wisma laki-laki

Ruang tamu wisma laki-laki

2 P2 28 Juni 2018

23 September 2018

Ruang tamu wisma laki-laki

Ruang tamu wisma laki-laki

3 P3 27 September 2018

13 Oktober 2018

Ruang tamu wisma perempuan

Ruang tamu wisma perempuan

4 P4 14 Oktober 2018

28 Oktober 2018

Ruang tamu wisma perempuan

Kamar tidur partisipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

47

penelitian ini yang dibuktikan dengan surat pernyataan persetujuan (informed

consent) yang diberikan oleh peneliti. Informend consent tersebut mencakup

pemberian informasi lengkap tentang penelitian termasuk resiko-resiko dan

pemberian kesediaan-kesediaan untuk partisipasi sesudah tahu seluk-beluk dan

resikonya.

Partisipan pertama atau P1. P1 adalah laki-laki berumur 78 tahun

yang berasal dari Temanggung. P1 terlahir di keluarga yang sangat taat beribadah

terutama sang ayah. P1 saat ini menyandang status duda karena istrinya telah

meninggal baik pada pernikahan pertama ataupun kedua. Pada pernikahan

pertama, beliau dikaruniai dua orang anak namun mereka berdua telah meninggal.

Anak pertama meninggal karena demam berdarah dan anak kedua meninggal

sesaat setelah dilahirkan. Pada pernikahan kedua, beliau tidak dikaruniai anak

namun beliau memiliki anak tiri dari istri kedua tersebut. Beliau tidak mau tinggal

bersama anak tirinya karena lebih memilih untuk hidup mandiri dan berpindah-

pindah mengikuti grup ketoprak yang ditekuninya. Menurut beliau, dengan cara

seperti itu bisa mengenal banyak orang baru sambil memperlihatkan

kemampuannya untuk bermain ketoprak. Selain itu, beliau juga bisa membantu

dan menghibur banyak orang.

P1 pada masa lalunya memiliki riwayat pekerjaan sebagai guru dan

pelawak srimulat. Beliau memilih keluar dari guru dan menekuni srimulat karena

pendapatan menjadi pelawak jauh lebih besar dibandingkan gaji guru jika

dikalkulasikan setiap bulannya. Selain itu, beliau juga mengakui bahwa ia sangat

mencintai dunia hiburan. Kecintaan ini terlihat dari banyaknya pancapaian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

48

telah beliau raih, seperti membintangi beberapa film layar lebar, menjadi pemain

terbaik, hingga dinobatkan untuk memimpin salah satu grup srimulat Solo pada

tahun 1982. Melalui kegiatan tersebut, beliau telah menjelajahi beberapa kota

besar di Indonesia seperti Jakarta, Denpasar, dan Surabaya untuk menampilkan

pertunjukan.

Selain di dunia hiburan, beliau juga aktif dalam kegiatan sosial. Beliau

pernah menggerakkan mahasiswa untuk membuat drama teater kecil untuk

membantu korban tsunami Aceh pada tahun 2004. Para mahasiswa inilah yang

menyarankan beliau untuk tinggal di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Terlantar Budhi Dharma, karena kota Yogyakarta lebih cocok untuk tempat

tinggal beliau. Menurut mahasiswa tersebut, panti di daerah Purworejo yang

menjadi tempat tinggal beliau sebelumnya kurang ramai sehingga beliau tidak

bisa menunjukkan keahliannya pada banyak orang. Alasan inilah yang membuat

beliau bisa sampai di Yogyakarta tepatnya di Rumah Yayasan Sosial Lansia

Terlantar Budhi Dharma. Beliau menceritakan bahwa tujuannya untuk tinggal di

rumah pelayanan sosial ini adalah membuat pengunjung senang datang ke lokasi.

Beliau sudah tinggal di rumah pelayanan sosial di Yogyakarta ini selama 12

tahun. Menurut pengakuan beliau, beliau belum pernah mendapatkan kunjungan

dari keluarga selama tinggal di rumah pelayanan.

Wawancara dengan partisipan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada

tanggal 22 Juni dan 23 September. Pada wawancara yang pertama, partisipan

menggunakan kaus singlet berwarna putih dan celana (kain) pendek berwarna

hitam. Wawancara dilaksanakan selama satu jam empat menit di teras wisma laki-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

49

laki. Kondisi di tempat wawancara cukup kondusif karena tidak ada kegiatan yang

sedang berlangsung di rumah pelayanan sosial tersebut. Pada saat wawancara

berlangsung, salah seorang teman di rumah pelayanan sosial memanggil beliau

untuk mengambil belanjaan yang dititipkan pada beliau. Beliau mengatakan

bahwa teman-teman di rumah pelayanan sosial sering meminta tolong untuk

membelikan sesuatu di pasar karena kondisi mereka sudah tidak memungkinkan.

Selama proses wawancara, beberapa kali suara partisipan terdengar kurang jelas

sehingga peneliti menanyakan kembali apa yang beliau ucapkan dan mendekati

arah suara. Sesaat sebelum wawancara selesai, partisipan meminta ijin untuk

menunaikan sholat terlebih dahulu kemudian peneliti juga turut menutup proses

wawancara hari pertama tersebut.

Pada wawancara kedua, wawancara dilakukan di ruang tamu wisma

laki-laki dan berlangsung selama satu jam. Partisipan menggunakan kaus berkerah

berwarna abu-abu dan celana (kain) panjang berwarna hitam. Di wawancara yang

kedua ini, partisipan mendominasi untuk menceritakan pengalaman hidupnya

sama seperti yang diceritakan pada wawancara pertama sehingga wawancara

berlangsung cukup lama. Ketika peneliti datang, partisipan tidak mengingat

bahwa beliau sudah pernah melangsungkan wawancara bersama peneliti

sebelumnya. Situasi saat wawancara terbilang tidak terlalu kondusif karena

sedang dilangsungkan kegiatan bakti sosial oleh salah satu komunitas di

Yogyakarta. Sama seperti proses wawancara sebelumnya, suara partisipan

terdengar kurang jelas karena penurunan kondisi fisik yang dialami beliau.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

50

Partisipan kedua atau P2 adalah laki-laki berumur 80 tahun yang

berasal dari Klaten. Pendidikan terakhir P2 adalah SMP, beliau tidak melanjutkan

sekolah karena keterbatasan kondisi ekonomi keluarga. P2 melanjutkan untuk

kerja serabutan setelah ia putus sekolah. Beberapa pekerjaan yang pernah beliau

tekuni sebelum tinggal di rumah pelayanan sosial adalah berjualan lampu minyak,

pecel lele, dan bubur bayi. Beliau mengakui selain untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, hasil dari berjualan digunakan untuk menjalani pengobatan sang istri.

Saat ini, beliau menyandang status duda, istrinya telah meninggal karena diabetes.

Dari hasil pernikahan tersebut, beliau dikaruniai seorang anak laki-laki. Beliau

mengakui bahwa anak laki-lakinya nakal, sering melakukan balapan motor.

Setelah anak satu-satunya tersebut menikah, beliau tinggal sendiri di rumah

kontrakannya. Beliau hanya dijamin 5000 rupiah setiap hari oleh anaknya. Oleh

karena itu, beliau sering mencari makan sendiri lewat belas kasihan tetangga.

Sebab kondisi ini, salah seorang tetangga menyarankan beliau untuk tinggal di

rumah pelayanan sosial. Beliau telah tinggal di rumah pelayanan sosial selama 8

bulan. Dalam rentang waktu tersebut, beliau hanya dikunjungi satu kali oleh

anaknya. Beliau mengaku lebih sering mengunjungi rumah menantunya untuk

dapat bertemu dengan cucunya. Beliau enggan untuk tinggal di rumah

menantunya karena takut merepotkan. Kondisi ini didukung oleh keadaan

ekonomi keluarga anaknya yang terbilang belum tercukupi pada saat itu.

Keseharian P2 di rumah pelayanan sosial cenderung lebih sering duduk sendiri

karena menurut beliau jika sering berkunjung ke wisma lain akan menimbulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

51

cek-cok. Setiap peneliti berkunjung ke lokasi, beliau selalu duduk sendiri di sofa

ruang tamu wisma yang ditinggalinya.

Wawancara dengan partisipan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada

tanggal 28 Juni dan 23 September. Pada wawancara pertama, partisipan

menggunakan kemeja hitam bergaris dan celana (kain) panjang berwarna abu-abu.

Ketika peneliti berjabat tangan dan memperkenalkan diri, tampak air mata

memenuhi kelopak mata partisipan namun tak sampai menetes. Peneliti

merasakan genggaman erat tangan partisipan saat bersalaman dengan peneliti.

Wawancara pertama berlangsung selama 2 jam 30 menit dengan situasi cukup

kondusif. Selama proses wawancara, beberapa kali peneliti tidak mendengar jelas

apa yang diucapkan oleh partisipan sehingga peneliti lebih mendekatkan posisi

duduk dengan partisipan. Partisipan cenderung lama menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti sehingga peneliti mengulangi kembali

pertanyaan yang telah diberikan untuk memancing jawaban dari partisipan.

Kelopak mata partisipan kembali dipenuhi air mata ketika peneliti berpamitan

sehingga peneliti mengurungkan niat untuk pulang dan mengajak partisipan

bercerita ringan.

Wawancara kedua dilakukan di ruang tamu wisma laki-laki dan

berlangsung selama 23 menit. Pada wawancara kedua ini, partisipan

menggunakan baju batik dan celana kain berwarna hitam. Situasi ruangan tidak

begitu kondusif karena noise dari sound system yang digunakan untuk acara di

aula yang terletak berdekatan dengan wisma partisipan. Di sela-sela wawancara

berlangsung, partisipan meminta izin untuk mengganti pakaian terlebih dahulu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

52

karena acara di aula akan segera dimulai. Partisipan tidak mengetahui secara pasti

kegiatan yang akan dilaksanakan di aula, beliau mengatakan hanya diminta untuk

berkumpul di aula saja.

Partisipan ketiga atau P3 adalah seorang janda berusia 67 tahun yang

berasal dari Surabaya. P3 lahir dari keluarga pekerja keras. Sejak SD, P3 telah

memiliki tugas untuk membantu ibunya seperti menggoreng kacang dan

membungkus kue sepulang sekolah. Pekerjaan-pekerjaan ini sering membuat

partisipan tidak memiliki waktu bermain bersama teman-teman seusianya. Setelah

menginjak dewasa, P3 menjadi seorang guru di salah satu PAUD daerah

rumahnya. Ia mengaku sangat senang bisa mengajar anak anak. Selain itu, ia juga

membuka jasa les di sore hari setelah pulang dari mengajar PAUD. Berdasarkan

pengakuan partisipan, kesenangan ini tak berlangsung lama karena sang ibu

memintanya untuk melanjutkan pendidikan dalam bidang keperawatan. Oleh

karena tidak mau menjadi anak yang durhaka, partisipan melaksanakan

permintaan ibunya meski ia harus merelakan kebahagiaannya.

Partisipan memiliki pengalaman pernikahan yang buruk dengan suami

pertamanya. Ia mengungkapkan bahwa hanya harta yang bisa diberikan oleh

suaminya tersebut dan tanpa adanya kasih sayang. Hal ini yang menyebabkan

partisipan memilih untuk bercerai dengan suami pertamanya. Partisipan

dipertemukan dengan seorang laki-laki yang tulus mencintainya hingga mereka

dikaruniai dua orang anak. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Saat ini P3

menyandang status janda karena suami dan kedua anaknya meninggal dalam suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

53

kecelakaan mobil. Dari kejadian tersebut, partisipan memilih untuk tinggal di

rumah ibunya dan merawat hingga sang ibu meninggal.

Partisipan memiliki penyesalan ketika belum bisa membuat ibunya

bahagia namun ibunya sudah harus berpulang ke rumah Tuhan. Partisipan

memilih untuk tinggal di rumah pelayanan sosial atas kehendaknya sendiri dengan

alasan tidak mau merepotkan adik-adiknya. Beliau telah tinggal di rumah

pelayanan sosial ini selama kurang lebih tiga tahun. Selama tinggal panti, beliau

dikunjungi keluarga sebanyak 3 kali dan kunjungan terakhir pada Juni 2017 lalu.

Tinggal di rumah pelayanan sosial ini tidak setenang yang beliau bayangkan.

Beliau merasa banyak keributan yang sering dialami disini. Menurut beliau, adu

mulut adalah hal yang lumrah. P3 adalah sosok yang mudah berbaur. Hal ini

terlihat dari keseharian beliau yang cenderung sering bercengkrama dengan lansia

di wisma lain. Ia juga dipercaya untuk menjadi koordinator agama Katolik di

rumah pelayanan sosial tersebut. Bertanam adalah salah satu kegiatan yang

digemari P3. Ia memiliki banyak tanaman yang di rawat setiap harinya, seperti

bunga mawar, bunga anggrek, pohon jambu dan anggur.

Wawancara dengan partisipan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada

tanggal 27 Juni dan 23 September. Wawancara pertama dilakukan di ruang tamu

wisma putri rumah pelayanan sosial selama 1 jam 13 menit. Pada wawancara

pertama ini, partisipan menggunakan daster bercorak warna-warni. Setelah

peneliti selesai memperkenalkan diri, P3 menceritakan bahwa ia sedang sakit

dengan mata yang temaram. P3 merasa sedih karena ia sakit di saat memiliki

tanggungjawab yang harus diselesaikan, yakni sebagai koordinator gereja. Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

54

mencoba memberikan P3 semangat untuk menjaga pola hidup sehat agar cepat

sembuh dan segera bisa menyelesaikan tugasnya. Secara keseluruhan suara

partisipan terdengar jelas dan cukup keras sehingga peneliti mampu memahami

apa yang dikatakan dengan baik. Hal ini juga didukung oleh situasi ruangan yang

kondusif dan ketepatan partisipan dalam merespon jawaban atas pertanyaan

wawancara yang diberikan.

Wawancara kedua dilaksanakan selama 15 menit di ruang tamu wisma

putri. Pada wawancara kali ini, P3 menggunakan blues dengan motif bunga dan

celana kain berwarna hitam. Sebelum masuk ke pertanyaan wawancara, partisipan

menceritakan beberapa hal mengenai keponakannya hingga membuat beliau

menangis selama kurang lebih 5 menit. Percakapan ini berlangsung haru karena

P3 terlihat sangat sedih sehingga suara yang dikeluarkan kecil dan lafalnya kurang

jelas. Setelah P3 selesai bercerita dan tidak menangis lagi, peneliti memulai untuk

memberikan pertanyaan kepada partisipan.

Partisipan keempat atau P4 adalah perempuan berumur 65 tahun yang

berasal dari daerah Kemetiran, Yogyakarta. P4 memilih untuk tidak menjalin

hubungan pernikahan karena laki-laki yang ia senangi ternyata memiliki perilaku

yang angkuh dan sampai saat ini beliau belum menikah. Partisipan mengakui

bahwa ia banyak memiliki teman laki-laki ketika masih muda. Menurut beliau, tak

jarang hal ini menjadi perbincangan warga sekitar rumah beliau karena beliau

kerap diantar oleh teman laki-laki yang berbeda. Beliau mengungkapkan bahwa ia

memang sering berganti pasangan namun hanya sebatas berhubungan sewajarnya

seperti berciuman, berpelukan, dan bergandengan layaknya orang pacaran. Beliau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

55

mengakui bahwa ada beberapa laki-laki yang mengajak beliau untuk berhubungan

seksual, namun beliau menolak hal tersebut. Menurut beliau hubungan seksual

hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri yang telah sah. P4 berasal dari

keluarga yang kurang harmonis karena hubungan ayah dan ibu tidak terlalu baik.

Hal ini disebabkan oleh perilaku ayah yang senang berjudi dan tidak mau

mengurus anggota keluarganya. P4 mengaku bahwa ia sering menegur ayahnya

namun tidak mendapatkan respon apapun. Sang ayah hanya diam dan

meninggalkannya pergi. Oleh karena hal ini, P4 mengaku bahwa ia tidak terlalu

sedih ketika ayahnya meninggal. Beliau tinggal bersama ibu dan adiknya ketika

sang ayah telah meninggal. Adik dan ibu beliau sakit sehingga P4 bekerja untuk

memenuhi kebutuhan mereka. P4 mengaku ia melakukan pekerjaan apapun untuk

memenuhi kebutuhan adik dan ibunya. Salah satu pekerjaan yang beliau tekuni

adalah menjadi seorang pelayan di restoran. P4 merawat ibu dan adiknya sampai

mereka meninggal. Walaupun berat, ia tetap menjalaninya karena bagi beliau itu

adalah tanggungjawabnya.

Kemudian P4 memilih untuk tinggal bersama keponakannya di

Muntilan. Beliau membantu ponakannya untuk membuat roti dan menjualnya di

pasar atau warung. Namun hal ini tidak berjalan lama, P4 mengidap penyakit

diabetes yang membuat kakinya terluka. Oleh karena itu, partisipan memilih

untuk tinggal di rumah pelayanan sosial karena merasa merepotkan jika tinggal di

rumah adiknya. Hal ini diperkuat oleh keadaan P4 yang tidak bisa membantu

adiknya lagi untuk berjualan karena penyakit yang dideritanya. P4 sudah tinggal

di rumah pelayanan sosial kurang lebih selama 5 tahun. P4 merasa kurang nyaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

56

tinggal di wismanya saat ini karena perilaku beberapa lansia yang mengganggu,

seperti cerewet dan mendengar radio keras-keras. P4 lebih senang untuk duduk di

ruang isolasi karena kondisinya lebih tenang.

Wawancara dengan P4 dilakukan dua kali yaitu pada tanggal 14

Oktober 2018 dan 24 Oktober 2018. Wawancara pertama berlangsung selama 1

jam 20 menit dan wawancara ke dua selama 50 menit. Pada saat wawancara

pertama, partisipan mengenakan kaus bekereah warna hijau lumut dan celana kain

abu-abu. Situasi wawancara pada saat itu kurang kondusif karena ada salah

seorang penghuni yang turut dalam wawancara dan sesekali ikut berbicara. P3

memiliki lafal ucapan yang kurang jelas sehingga peneliti berusaha untuk

menyimak dengan sungguh-sungguh dan menanyakan kembali kata yang tidak

mampu peneliti pahami. Dalam proses wawancara pertama ini, P4 terlihat kurang

terbuka dengan jawaban-jawaban yang beliau berikan. Hal ini terlihat dari gerak-

gerik beliau seperti mengalihkan pandangan mata dan tertawa kecil. Selain itu,

jawaban yang diutarakan cenderung singkat atas pertanyan yang diberikan oleh

peneliti.

Untuk menggali lebih jauh, peneliti melakukan wawancara kedua.

Wawancara kedua dilaksanakan di kamar P4 yang berlangsung selama 50 menit.

Wawancara berjalan kondusif karena di ruangan tersebut hanya ada peneliti dan

partisipan. Pada wawancara kali ini, partisipan terlihat lebih leluasa untuk

menceritakan pengalamannya. Hal ini terlihat dari gerak gerik beliau yang santai

sambil sesekali melontarkan senyuman. Selain itu, volume suara partisipan dalam

wawancara ke dua ini terdengar lebih keras. Walaupun demikian, lafal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

57

diucapkan partisipan masih terdengar kurang jelas sehingga beberapa kali peneliti

meminta beliau untuk mengulangi jawaban yang telah diberikan. Di akhir sesi

wawancara, partisipan meminta tolong pada peneliti untuk menelepon

keponakannya. Percakapan mereka berlangsung kurang dari satu menit.

Keponakan dari partisipan terlihat menjawab dengan tergesa-gesa. Percakapan

tersebut terpotong karena keponakan partisipan telah menutup teleponnya

sebelum partisipan selesai berbicara.

C. Hasil Penelitian

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti akan

mengeksplorasi dan mendeskripsikan bagaimana pengalaman lansia terlantar

dalam menjalani krisis psikososial. Peneliti akan memaparkan pengalaman yang

tergolong pada ego-integrity atau despair berdasarkan wilayah yang telah

ditetapkan. Selanjutnya, untuk memperkuat hasil, peneliti juga akan mengutip

kutipan wawancara dari partisipan yang mendukung paparan hasil. Di bagian

akhir peneliti juga akan memperlihatkan tabel persebaran wilayah ego-integrity

dan despair pada lansia terlantar.

1. Adapting to thriumps and disappointments atau beradaptasi dengan

keberhasilan dan kekecewaan

a. Ego-Integrity

Lansia yang berhasil mencapai Ego-integrity pada wilayah ini cenderung

mampu untuk beradaptasi secara aktif (menggerakkan lingkungan) ataupun

pasif (mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan). Dalam penelitian ini

ditemukan pengalaman yang tergolong dalam kondisi ego-integrity, di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

58

antaranya pernah mempelopori kegiatan sosial (P1 dan P3) dan kerohanian

(P3). Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam rangka

menggerakan lingkungan untuk mencapai suatu tujuan yang merupakan kriteria

dari adaptasi aktif. Hal ini dibuktikan dari kutipan berikut:

Mempelopori kegiatan sosial

P1

2005 itu anu anu saya membuat ee saya ya anu apa itu ikut meramaikan

disitu. 2005 itu anu anu saya membuat ee apaa itu pentas membuat pentas

nganu apa itu ya pentas lain ya macam- macam, ada apa itu. Film ada

tari-tarian, ada lawak, ada lain-lain, yang tujuannya saya itu anu mencari

dana untuk tsunami Aceh, tsunami Aceh tahun berapa? 2004 Terus saya

ya nganu eee apa itu mahasiswa-mahasiswa itu saya gerakkan, pemuka

agama, masyarakat. Nah setelah sukses lalu uangnya saya serahkan ke

dompet kedaulatan rakyat cabang

Mempelopori ajaran rohani

P3

P3: Aaa kebetulan ni yang di ini sama sekali belum pernah mengenal

agama… nanya kamu ikut apa, jawabnya ndak tauu lah bunda, lo jangan

ndak tau, kita harus ikut, harus punya pegangan.

Peneliti: Kalo boleh tau mbah, apa sih yang membangkitkan semangat

mbah untuk melakukan hal itu kepada teman-teman mbah?

P3: (uhukk) itu dari saya sendiri, kalo seperti saya kan dari nenek kakek

saya memang di gereja ya, terus kan dididik agama itu dari kecil, a kedua

keduanya kita juga mendengarkan khotbah dari pastur dari suster, dari

kenyataan duniawi ya, bagaimana orang yang tidak punya pegangan

seperti itu, kadang mau dimakamkan saja bingung.

Selain itu, terdapat juga temuan lain yang tergolong dalam kondisi ego-

integrity yaitu mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (P1 dan P3).

Kemampuan untuk menyesuaikan diri ini menggambarkan bagaimana lansia

mampu untuk berbaur di lingkungan yang menjadi tempat tinggal mereka

sebagai cerminan dari adaptasi pasif. Hal ini dibuktikan dari kutipan berikut:

Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

P1

Saya itu sering main mbak ke wisma yang lain, berbaur yaa semua kenal

saya kadang ngobrol ya cerita yaa mudah ya menyesuaikan dengan sini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

59

dulu saya juga pindah-pindah ketemu orang yang ganti ganti, bisa-bisa

mbak dulu kan saya dulu juga manggung pindah—pindah

Dapat disimpulkan, pada wilayah Adapting to thriumphs and

disappointments partisipan P1 dan P3 cenderung mampu mencapai ego-

integrity, berupa kemampuan untuk menggerakkan lingkungan dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini diduga sesuai dengan latar

belakang kedua partisipan yang memiliki pekerjaan yang membanggakan bagi

diri mereka di masa lalu. Dalam menjalani pekerjaan ini, mereka terbiasa untuk

bekerjasama dengan orang lain. P1 adalah pemimpin srimulat yang sering

melakukan pementasan di lokasi yang berbeda sehingga banyak bertemu

dengan orang-orang baru. Selain itu, P1 juga sering dilibatkan dalam kegiatan

yang diadakan di rumah pelayanan seperti memberikan sambutan. Selanjutnya,

P3 adalah seorang mantan guru TK dan perawat. Pekerjaannya tersebut

membuat beliau mengenal banyak orang sehingga mampu mendukung

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang baru. Selain itu, di

rumah pelayanan P3 masih memiliki inisiatif untuk menggerakkan kegiatan

kreativitas para lansia lainnya.

b. Despair

Kondisi despair pada wilayah ini cenderung mengantarkan lansia pada

perasaan rendah diri yang mengakibatkan mereka enggan untuk berpartisipasi

dan cenderung memiliki kesulitan untuk beradaptasi. Pada wilayah ini,

penelitian menemukan pengalaman yang tergolong dalam kondisi despair yaitu

keengganan untuk berpartisipasi (P2 dan P4) yang dipicu oleh rasa takut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

60

ketika orang lain tidak mau melaksanakannya. Hal ini dapat terlihat dari

kutipan berikut.

Keengganan untuk berpartisipasi

P2

Saya nggak mau ikut-ikut seperti itu gak mau. Saya takutnya begini, misal

saya itu menggerakkan ya satu orang dua orang, mungkin mau yang

lainnya kan engga. Kayak misal yang saya khawatirkan disitu. Saya

sendiri hanya nunut yaa hanya mondok gitu kan, nanti kalo ada apa-apa

saya terus di gursah gitu kan susah sendiri saya.

Selain itu, pengalaman lain yang tergolong dalam kondisi despair adalah

sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan (P2 dan P4). Kondisi ini

membuat lansia lebih memilih untuk sendirian atau mengasingkan diri dari

lingkungan yang disebabkan oleh rasa takut pada perselisihan ketika berbaur

dengan orang lain seperti apa yang dilakukan oleh P2 dan P4 di lingkungan

panti. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut.

Kesulitan menyesuaikan diri

P4

Peneliti: Kalo sama orang-orang satu wisma sini mbah aman mbah?

P4: Saya gak tahan mbak, omong-omongannya ganas-ganas, tapi tak

nengke wae. Kalo gitu saya tak tinggal pergi, main di belakang bengok-

bengok ogah, kan lebih bagus. Daripada bengok kan masalah bengok,

kalo pergi kan gapapa

Peneliti: Kalo yang paling nyaman siapa mbah? P4: Ya Gak ada mbak, semua biasa aja, kalo mau sama saya ya iya, kalo

engga yasudah, nengke wae.

Peneliti: Berarti mbah secara keseluruhan belum merasa nyaman ya

mbah disini?

P4: Menyesal, tapi ya bagaimana lagi ya mbak ya, wong hari itu masih

panjang.

Dapat disimpulkan, pada wilayah Adapting to thriumphs and

disappointments partisipan P2 dan P4 cenderung terperosok pada kondisi

despair. P2 dan P4 cenderung tidak memiliki inisiatif untuk berperan dalam

kegiatan masyarakat. Hal ini diduga terkait dengan latar belakang tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

61

tinggal partisipan dulu yang cenderung memiliki masa lalu yang suram. P2

tinggal bersama ibu tiri yang cenderung galak dan di masa tuanya beliau

dibiarkan tinggal sendiri di rumah kontrakan sehingga kehidupan beliau

mengandalkan belas kasihan tetangga sekitar. P4 tumbuh di lingkungan

keluarga yang kurang harmonis karena sosok ayah yang pemabuk. Sang ayah

sering tidak mendengarkan nasihat dari P4 dan cenderung mengabaikanya.

Selain itu, P4 cenderung sering dibicarakan oleh tetangga sekitar karena

pekerjaan yang dijalani cenderung sering berinteraksi dengan banyak laki-laki.

2. Spirituality atau spiritualitas

a. Ego-integrity

Dalam wilayah Spiritualitas, kondisi ego-integrity mencerminkan

bagaimana lansia cenderung memaknai kehidupan secara positif karena

keterlibatan Tuhan di dalamnya. Pada penelitian ini, ditemukan beberapa

pengalaman yang mencerminkan kepercayaan seseorang terhadap kehadiran

Tuhan yang mereka aplikasikan lewat kekuatan doa (P1, dan P3).

Pengalaman ini terdiri dari dua konteks yang berbeda seperti, berdoa untuk

meminta sesuatu dan berdoa untuk pengampunan dosa.

Berdoa untuk meminta sesuatu kepada Tuhan agar orang lain merasa

senang ketika berkunjung ke panti, misalnya pada kutipan berikut:

Berdoa agar tamu senang

P1 Oh saya itu yang namanya dengan Tuhan dekat sekali, sebab saya itu

tidak mengurangi sholat itu. Nuwun sewu bagi usia saya kalo mau bangun

jam 12 itu sangat berat. Tapi saya usahakna jam 12 tahajud.. agar

tamunya nanti seneng disini, sebab kalo begitu itu kebanggan bagi saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

62

Selain itu, pengalaman lainnya yang muncul adalah berdoa untuk

pengampunan dosa (P3) yang pernah diperbuat selama masa hidupnya

misalnya pada kutipan berikut:

Berdoa tobat akan dosa

P3

Malam itu betul-betul aku gunakan untuk berdoa terus, ya yang pertama

jelasnya mohon ampun ya, doa tobat. Dosa aku kan udah banyak sekali

dari 0 sampe ke sekian tua, supaya besok tu ndak terlalu berat, banyak

dosaku itu, ndak bisa dihitung

Terdapat pula pengalaman bersyukur (P1 dan P3) atas apa yang

dikehendaki Tuhan dan menjalani hal tersebut apa adanya. Hal ini dapat

terlihat dari kutipan berikut.

Bersyukur atas kehendak tuhan

P1 Penyesalan dulu anu, apa itu saya kok dilahirkan di tempat di tempat

orang yang seneng berjudi seneng tawuran, itu dulu, dulu. La tetapi kan

itu kemauan Tuhan yang demikian itu saya syukuri, lah sebab saya

manusia itu kan seperti wayang saja, wayang lulang itu toh. Nah itu kan

manut kepada dalangnya, nah seperti orang di dunia ini lak manut dengan

Tuhan, ya hanya manusia di lalu di bayar usaha. Tapi yang menentukan tu

sana yaa. Yaa akan masuk neraka masuk surga ya sana.

Dari pemaparan di atas, P1 dan P3 cenderung mampu untuk mencapai

kondisi ego-integrity dalam wilayah Spirituality. Mereka memiliki kepercayaan

akan keberadaan Tuhan dalam kehidupannya dan memaknai hal tersebut

sebagai hal positif. Kemampuan untuk merefleksikan hal ini diduga didukung

oleh latar belakang keluarga yang sering memberikan nasihat keagamaan.

Keluarga mendampingi mereka untuk percaya akan keberadaan Tuhan yang

selalu mengantarkan umatnya pada kebaikan sehingga mereka cenderung

mensyukurinya dan menjalaninya dengan ikhlas. Hal ini dicerminkan oleh

perilaku yang cenderung rajin berdoa dan bersyukur atas karunia Tuhan. Di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

63

masa tuanya P1 dan P3 mengaku bahwa mereka meluangkan waktu lebih

banyak untuk berdoa dan bersyukur atas apa yang telah terjadi dalam

kehidupan mereka.

b. Despair

Lansia yang terperosok pada kondisi despair dalam wilayah spirituality

cenderung menyesali kehendak Tuhan yang terjadi dalam hidupnya sehingga

mereka enggan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.

Dalam penelitian ini ditemukan dua partisipan yang memiliki kecenderungan

despair, mereka memiliki penyesalan akan takdir Tuhan yang mereka

jalani saat ini (P2). Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut:

Menyesali takdir Tuhan

P2

Kok Tuhan kok memberi saya begini gitu lah, haa itu sa anu sa anu

gandeng sa anu apa itu cep sa gandengken sama pepesen. Pepesaen itu,

nasibnya. Nasibnya dari sana saya harus begini. Jadi saya hanya

menjalankan apa yang dikehendakinya, yaa sering-sering tu kesel kok

saya begini aa tu sering-sering begitu kan. Kok saya tidak seperti itu, itu

gitu

Berkaitan dengan hasil sebelumnya, peneliti juga menemukan bahwa

lansia yang terperosok pada kondisi despair dalam wilayah ini memiliki

keengganan untuk melaksanakan ibadah (P4). Hal ini dilakukan karena

partisipan merasa beribadah dalam keadaan kesal terhadap orang lain tidak

akan ada gunanya. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut:

Berhenti sholat lima waktu

P4

Partisipan: Kalo mbah masih rutin sholatnya 5 waktu?

P4: Saya ini, mandek. Besok kalo kalo nek (misalnya) sholat tur (tapi)

jengkel kan percuma to mbak?…banyak yang gak suka sama saya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

64

banyak, tapi saya diamkan saja. Biasa saya gitu, saya kesel mbak. Saya

gak terima mbak umpama,

Berdasarkan pemaparan di atas, P2 dan P4 cenderung terperosok pada

kondisi despair. Dalam hal ini, mereka menyesali takdir yang diberikan Tuhan

pada kehidupannya. Kondisi ini menjadi salah satu alasan perilaku enggan

beribadah sebagai salah satu bentuk penyesalan kepada Tuhan akan kehidupan

yang selalu diselimuti oleh kesulitan. Penyesalan terhadap Tuhan ini diduga

sesuai dengan keadaan himpitan ekonomi yang selalu menyelimuti kehidupan

P2 dan P4 di masa lalunya. Mulai dari kehidupan keluarga yang tidak

berkecukupan sehingga mereka harus putus sekolah dan memutuskan untuk

bekerja serabutan.

3. Accept the past as meaningful atau menerima masa lalu sebagai sesuatu yg

berarti

a. Ego-integrity

Lansia yang didominasi oleh kondisi Ego-integrity pada wilayah ini

memiliki kecenderungan untuk menerima pengalaman masa lalu secara positif.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa P1 dan P3 cenderung mampu untuk

menerima pengalaman negatif dalam hidupnya seperti kegagalan. Beliau

menerima kegagalan dengan cara menjadikan hal tersebut sebagai motivasi

untuk dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Hal ini dapat terlihat

dari kutipan berikut.

Kegagalan sebagai motivasi

P1 Mirik I enggo marmoyo olo ben di nganu di kuyuh kuyuh penonton

(mengejek marmoyo saya jelek, saya di permalukan penonton). Gitu iya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

65

iya. Ini sebetulnya demikan ya yang namanya gagal, gagal ya situ jangan

sampai takut gagal. Takut gagal jangan sampai sebab gagal itu bukan

suatu kehancuran, justru gagal itu awal dari kesuksesan… Lah itu saya

lak belum tau nah… saya pagi-pagi minta anu pamit dengan anu saya

akan mencari anu apa itu e bahan apa itu bahan ngapak dan dari

ceritanya dan lain-lain saya bisa akhirnya…jadi kalo gak saya gak rame

waktu itu.

P1 dan P3 cenderung mampu untuk mencapai kondisi Ego-integrity dalam

wilayah ini. Hal yang memotivasi P1 untuk menerima pengalaman negatif yang

terjadi dalam hidupnya adalah dengan memaknai pengalaman tersebut sebagai

sesuatu yang perlu diperbaiki untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam konteks ini, P1 menjadikan pengalaman kegagalan yang terjadi di masa

lalu sebagai motivasi untuk terus belajar mengembangkan kemampuan

lawakannya sehingga dapat terus menghibur orang banyak. Motivasi ini juga

didukung oleh teman-teman seperjuangan P1 dalam grup lawak yang sama,

yaitu Giyok grup.

b. Despair

Seseorang yang terperosok dalam kondisi despair pada wilayah ini

cenderung tidak menerima pengalaman masa lalunya. Mereka menyesali apa

yang telah terjadi di masa lalu. Dalam penelitian ini, penyesalan masa lalu

utama yang ditemukan bersumber dari keluarga. Penyesalan ini muncul karena

perilaku keluarga (P2 dan P4) yang tidak sesuai dengan keinginan responden,

seperti kenakalan pada anak dan perilaku menyimpang pada ayah. Hal ini dapat

dilihat dari kutipan berikut:

Menyesali perilaku anak

P2 Tapi anak saya itu nakal sekali, pertama ya waktu saya masih bisa ya dia

itu minta motor, motor ninja itu lo. Untuk balapan itu, tiap malam itu dia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

66

itu di kalasan, SGM untuk balapan liar. Ya hura-hura. Masuk SMA Piri aa

katanya masuk sekolah tapi nyatanya engga padahal sekolahan Piri sama

tempat saya itu hanya deket…Hari raya yang kemarin dulu itu saya

nyesel, artinya itu ada dari anak saya itu di beri roti sama apa minuman

itu yaa. Tapi yang kemarin itu engga, yang kemarin lagi engga lagi

yasudah.

Menyesali perilaku ayah

P4

Yaa dulu saya kan di rumah itu di kemetiran, bapak saya itu ya gitu mbak

seneng judi tu lo bapak saya.mangkel e mbak, gk tanggung jawab to itu,

nyiksa anak barang to mbak, lali mbak keluarga nek udah judi mbak.

Pengalaman masa lalu lainnya yang masih belum diterima sepenuhnya

adalah kehidupan masa lalu yang cenderung berkekurangan dalam hal

ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut:

Hidup tidak berkecukupan

P2

saya disitu mungkin dipandang orang-orang yang apa sekitar tempat saya

itu rekoso gitu, rekasa. Rekasa itu, sengsara gitu lah… untuk makan

susah…soalnya misalnya kadang cari sendiri, ya betul kalo saya itu diberi

jaminan (oleh anak), tapi jaminan kan gak cukup soalnya hanya sehari

dijamin 5000.

P2 dan P4 cenderung diselimuti oleh kondisi despair. Hal ini terlihat dari

perasaan menyesal akan masa lalu yang belum bisa diterima oleh partisipan.

Penyesalan ini diduga muncul karena perilaku keluarga yang tidak sesuai

dengan apa yang responden inginkan ditambah lagi dengan kondisi ekonomi

yang terbilang jauh dari cukup. Faktanya, P2 dan P4 sama-sama hidup di antara

keluarga yang tidak memperdulikan mereka. P2 memiliki anak yang nakal dan

di masa tuanya beliau dibiarkan menghuni rumah kontrakan sendiri oleh

anaknya sehingga mengandalkan belas kasihan dari warga sekitar. P4 hidup di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

67

tengah sosok ayah yang hobi berjudi dan tidak menghiraukan kehidupan istri

dan anak-anaknya.

4. Tolerance and acceptance of others atau mentoleransi dan menerima

kehadiran orang lain

a. Ego-integrity

Dalam wilayah Tolerance and acceptance of others, kondisi ego-integrity

mencerminkan bagaimana lansia secara keseluruhan mampu menerima

perbedaan yang ada pada setiap individu tanpa adanya persyaratan ataupun

penilaian. Dalam penelitian ini ditemukan pengalaman yang cenderung

mengarah pada kondisi tersebut, yaitu menerima perbedaan orang lain

dengan cara menyesuaikan diri dengan karakteristik individu yang berbeda-

beda. Hal ini terlihat dari kutipan beikut:

Menerima perbedaan

P1

Sekarang saja ya kalo di panti ini, di panti ini kan orangnya itu dulu

profesinya itu lak lain-lain. Nah jadi wataknya itu kesemuanya jadi saya

itu menghadapi orang-orang disini, nah ada skitar 60 hati saya saya bagi

60 demikian jadi, sebab saya yang lebih dituakan disini, nah yayasudah.

Pokoknya anu ngapa itu, sana kok orangnya seneng ini ya, yo beri ini lo

ini ok seneng e gulo yo, gulo, ini kok uyah begini..Jadi kita dapat melayani

yaitu yang namanya bahagia disini letaknya, tidak lalu mempunyai

gedung yang mewah, ndah-ndak.

Dari pemaparan di atas, P1 cenderung mampu mencapai kondisi ego-

integrity dalam wilayah ini. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku P1 yang

cenderung menerima karakteristik pribadi yang berbeda-beda. Beliau mencoba

untuk menerima mereka dengan cara menyesuaikan diri dengan karakter orang

lain yang ditemuinya. Kemampuan ini dilatarbelakangi oleh kegiatan P1 yang

sering melakukan pementasan lawak di daerah yang berbeda sehingga bertemu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

68

banyak orang dengan karakter yang berbeda pula. Dari hal inilah, beliau belajar

melihat perbedaan orang lain dan menerimanya.

b. Despair

Kondisi despair pada wilayah ini mencerminkan bagaimana seseorang

belum mampu untuk menerima orang lain sepenuhnya. Mereka memiliki syarat

bagi orang lain untuk bisa diterima. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

partisipan cenderung memiliki penilaian negatif terhadap orang lain (P2, P3,

dan P4) karena mereka memiliki kriteria untuk dapat menerima orang lain

seutuhnya. Ketika kriteria tersebut tidak terpenuhi, mereka cenderung memiliki

pandangan negatif kepada orang lain. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut:

Belum bisa menerima perilaku seseorang

P3 Kita kalo gak melihat dari asal usul dia ya udahlah sama-sama gila,

bagaimana engga, dia dari 8 tahun loh hidup dijalanan, sampai usia 60,

nah kan sifatnya sudah lain to, banyak liarnya, banyak rusaknya, apalagi

setelah dewasa, ngamen kesana kemari sama anak laki-laki terus

kumpulannya preman-preman bagaimana kita mau lawan, aku mikirnya

kesitu….Kalo karakternya memang sudah gak karu-karuan ya, banyak

disini yang udah jadi korbannya itu, yang lain wisma maksudku ya, yang

dimusuhi dia banyak…aku itu, kalo saat ini memang belum bisa

menerima….untuk saat ini belum, aku sebelum lihat dia jadi orang baik-

baik kayak yang lain aku gak bisa aku, kecuali dia sudah bertobat.

Dapat disimpulkan, terhadap wilayah Tolerance and acceptance of others

tiga partisipan (P2, P3, dan P4) lebih didominasi oleh kondisi despair. Kondisi

despair ini muncul dalam bentuk penilaian negatif tentang para penghuni

lansia lainnya yang dipicu oleh perbedaan norma setiap individu. Lansia yang

terperosok dalam kondisi despair pada wilayah ini cenderung tidak memiliki

kemampuan untuk menerima perbedaan dan memahami norma individu lain

yang berbeda dengan dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

69

partisipan sebelumnya dimana mereka cenderung menerima penilaian negatif

dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh, P4 sering menerima kritikan negatif

dari tetangga sekitar karena pekerjaan yang dilakoni. P4 adalah seorang

pelayan di sebuah restaurant yang pengunjungnya didominasi oleh laki-laki

dan P4 bertugas untuk melayani pesanan dari pengunjung tersebut. Tidak

jarang P4 diantar pulang oleh pengunjung yang telah ia layani. Peristiwa inilah

yang memicu gosip di kalangan masyarakat tentang P4.

5. A sense of being part of a larger history that includes previous generations

atau perasaan menjadi bagian berharga di masa lalu.

a. Ego-integrity

Dalam wilayah A sense of being part of a larger history that includes

previous generations, kondisi ego-integrity mencerminkan bagaimana

partisipan cenderung memiliki kebanggaan atas apa yang mereka lakukan di

masa lalu. Pada penelitian ini, ditemukan beberapa pengalaman yang

mencerminkan kebanggaan atas apa yang telah mereka lakukan semasa

hidupnya. Hal yang dominan muncul dan membuat lansia merasa bangga

berkaitan dengan pekerjaan (P1, P3, dan P4) yang mereka lakukan di masa

lalu. Pekerjaan ini membuat mereka bangga karena mampu memenuhi

kebutuhan keluarga pada saat itu. Hal ini terlihat dari kutipan berikut:

Bekerja untuk membantu

P4 Mesti kerja terus, kerja di restoran barang…Kerja apa aja jual roti jalan

solo, pasar demangan jual pelastik, ketandan yo pernah saya, buntelin

permen di kemetiran itu, apa apa saya kerjain mbak, tukang saya

ngewangi itu. Seneng mbak, anak kecil kan gak bisa apa-apa to mbak.

Kan adik saya punya anak kecil, semua saya lakoni..Yaa walaupun saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

70

ndak bisa apa-apa mbak, tapi saya ming bisa membantu, merawat dia

sampai dia meninggal ibu saya sama adik saya itu. Saya juga merawat 3

anaknya, sekarang udah kerja…bangga saya mbak, merawat bapak e

barang. Kerja rekoso tapi kan dikit-dikit. Gk ketang makan apa tapi kan

makan….

Di sisi lain, pekerjaan merupakan sesuatu yang membuat seseorang

bangga karena melalui pekerjaan mereka mampu menuai banyak pujian dan

apresiasi.

Bangga dengan pekerjaan

P1

Jawab: Penonton senang dengan saya. Lalu, pindah pindah pindah dan

tiap saya berkata dengan jawa kromo selalu saya selingi dengan lafal

arab. Lah itu sampai Jawa Tengah kalo marmoyo bukan saya gak anu

dulu. Gak rame anu di Magelang dulu pasar malem, nek marmoyo jikok

pak Giyo pak Gio ae, mesti (mengajungkan jempol) kae (kalau mau ada

pertunjukan lawak undang pak giyo aja pasti sip itu) nah gitu itu.

Tanya: Oh, di request gitu yaa.

Jawab: Iyaa iya, dimana-mana saya... Lalu saya suruh pulang lalu nganu

ngapa itu menduduki disitu apa itu anu membina kebudayaan di

kabupaten Temanggung

Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa P1, P3, dan P4 cenderung

mampu mencapai kondisi ego-integrity dalam wilayah ini. Salah satu hal

utama yang membuat mereka merasa berharga berkaitan dengan pekerjaan

yang pernah mereka laukan di masa lalu. P1 bangga atas pekerjaannya sebagai

seorang pelawak yang mampu menyebarkan nasihat melalui lawakannya dan

menghibur banyak orang. P3 adalah seorang guru yang kemudian memutuskan

untuk menjadi seorang perawat. Penghasilan dari pekerjaannya ini mampu

membantu kehidupan keluarga kecilnya serta adik kandungnya untuk

melanjutkan sekolah. P4 pernah menjadi seorang pelayan restoran, pembuat

roti, dan tukang pijat. Semua pekerjaan ini mampu membuat beliau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

71

menggantikan peran ayahnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarganya.

b. Despair

Lansia yang terperosok pada kondisi despair dalam wilayah ini

cenderung merasa tidak berguna karena tidak memiliki pencapaian yang berarti

semasa hidupnya. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa P2

cenderung merasa tidak berguna karena semasa hidupnya ia belum mampu

memberikan penghidupan yang layak bagi keluarga kecilnya. P2 terbilang

sering mendapatkan bantuan dari keluarganya yang lain untuk memenui

kehidupan sehari-harinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Sering menerima bantuan

P2

P2: Saya disitu mungkin dipandang orang-orang yang apa sekitar tempat

saya itu rekoso gitu, rekasa

Peneliti: Apa itu mbah indonesianya mbah? P2: Rekasa itu, sengsara gitu lah…mbok bereknya itu, mbok berek itu

yang jualan ayam goreng, itu melihat keadaan saya terus saya itu setiap

siang disuruh minta makan situ, pokoknya tiap jam 12… saya dapat

bantuan dari mbak ina itu sehari. Pokoknya 10 kg itu 5 hari 10 kg. Oh 5

hari 10 kg. Itu tiap minggu

Berdasarkan kutipan di atas, P2 cenderung didominasi oleh kondisi

despair. P2 lebih cenderung merepotkan orang lain karena ia tidak mampu

memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya di

masa lalu. Kondisi ini disebabkan oleh pekerjaan yang tidak menetap sehingga

penghasilan yang diperoleh juga tidak dapat diandalkan. Hal itu membuat P2

teperosok ke dalam perasaan tidak berharga. Pada saat peneliti menanyakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

72

seputar kehidupan masa lalunya, P1 tampak berderai air mata saat

menceritakan kehidupannya yang tidak berkecukupan.

6. Absence of death-anxiety atau bebas dari perasaan takut akan kematian

a. Ego-integrity

Absence of death-anxiety adalah suatu kondisi lansia yang cenderung tidak

memiliki ketakutan akan kematian. Seseorang yang memiliki kecenderungan

ego-integrity dalam wilayah ini menganggap kematian bukanlah sesuatu yang

mengganggu dan mereka sangat jarang memikirkannya. Peneliti menemukan

bahwa seluruh partisipan tidak memiliki ketakutan dalam menghadapi

kematian karena mereka mengaggap hal tersebut adalah kehendak Tuhan yang

harus dijalani. Hal ini terlihat dari kutipan sebagai berikut.

Tidak takut mati

P1

Ohh enggak-enggak. Itu saya hanya terserah sana kok, saya terserah.

P2

Kalo mati tu ndak takut, kan sudah itu sudah apa sudah harus dijalani.

P3

Endak.. engga mbah aku malah kalo dalam doa mintanya jangan sampai

aku itu di tarok di isolasi ya, kalo memang Tuhan mau ambil

P4

Enggak, tidak takut. Terserah sana mbak, ya saya yaa sudah siap mbak

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipan cenderung

tidak memiliki ketakutan akan kematian (P1, P2, P3, dan P4). Mereka

menganggap kematian adalah sesuatu yang pasti dan berjalan sesuai kehendak

Tuhan sehingga mereka berpasrah sepenuhnya kepada yang kuasa. Selain

alasan tersebut, ditemukan pula alasan yang mendukung partisipan cenderung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

73

tidak takut akan kematian, yaitu biaya pemakaman gratis. Pihak Rumah

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma Yogyakarta

memberikan pelayanan gratis bagi pemakaman seluruh lansia. Aturan ini

diterapkan sebab rata-rata lansia yang tinggal di rumah pelayanan ini sudah

tidak memiliki kontak dengan keluarganya. Menurut pihak rumah pelayanan,

keluarga yang dihubungi atas berita kedukaan lebih sering menyerahkan

sepenuhnya kepada pihak panti. Terkait kematian, terbukti tidak satupun para

responden menunjukkan gejala despair.

7. Freedom from the feeling that time is running out atau bebas dari perasaan

bahwa waktu yang dimiliki untuk hidup hampir habis

a. Ego-integrity

Lansia yang berhasil mencapai ego-integrity dalam wilayah ini cenderung

tidak memiliki keinginan yang belum tercapai. Ia cenderung sudah

menyelesaikan tujuan yang diinginkan semasa hidupnya. Dalam penelitian ini,

P1 adalah partisipan yang cenderung mampu mencapai ego-integrity. P1

mengungkapkan bahwa sudah tidak ada lagi keinginan yang belum tercapai.

Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

Tidak ada keinginan yang belum tercapai

P1

Peneliti: Kalo dari apa cerita mbah tadi, mbah punya gak sih keinginan

yang dari dulu belum tercapai sampai sekarang?

P1: Ohh ndak-ndak.

Peneliti: Ndak ada mbah? Berarti sudah ya istilahnya sudah tercapai ya

lah mbah ya.

P1: Iya, saya sudah apa itu semuanya ya sudah saya rasakan ya

Berdasarkan pemaparan di atas, P1 cenderung mampu untuk mencapai

kondisi ego-integrity. Hal ini didukung oleh latar belakang partisipan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

74

diuangkapkan beliau lewat cerita-ceritanya. Cerita hidup beliau didominasi

oleh pengalaman-pengalaman yang memuaskan, seperti menjadi pelawak

terkenal, mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, menjadi

narasumber aktif di rumah pelayanan sosial, serta penuh dengan tutur kata

bijak. Melalui hasil observasi, beliau terlihat menikmati sisa hidupnya di rumah

pelayanan. Beliau sering melakukan hal-hal yang ia senangi, contohnya dengan

bernyanyi, jalan-jalan ke pasar, dan membersihkan koleksi batu akik yang

dimilikinya.

b. Despair

Lansia yang terperosok dalam kondisi despair pada wilayah ini

menghantarkan mereka pada pikiran bahwa waktu berjalan sangat cepat dan

hampir habis. Pikiran ini muncul karena mereka masih memiliki keinginan

yang belum tercapai, seperti harapan untuk sehat, harapan untuk dapat

melihat kesuksesan anak atau cucu, dan harapan untuk dapat hidup

mandiri. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

Berharap sehat

P3

Aku bilang ya cepet ya, cepat. Kenapa mbah menurut mbah, kenapa

waktu berjalan cepat? Cepatnya gini ya, sekarang taro aja, umpama ini

hari minggu ya, kondisi ku kemarin aja lo, ini yang fakta lo ya, kondisi ku

seminggu lalu aja masih seger, waktu disana masih sehat to, aa terus

masuk sini, sakit, kurang sehat, nah ditambah hari ditambah usia tabah

kesehatan menurun

Berharap dapat kesuksesan cucu

P2

Yang kurang ya itu seperti yang saya omongkan tadi, belum mengetahui

hidup cucu saya, misalnya gitu to. Aaa kalau seandainya saya sudah tau

itu yaa hanya senang. Belum puas kalo belum lihat cucu saya itu rasanya.

Masa saya masih mampu 6 tahun lagi kan ya belum tentu, 6 tahun tu lama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

75

e. Nanti kan SMA kelas 3, 3 tahun mahasiswanya berapa, setelah kelas 3

SMA masih kuliah lagi kan.

Berharap mempunyai pekerjaan dan rumah

P4

Saya kepinginnya anu kok mbak, mandiri umpama disuruh jualan pa gitu

mau umpama jual apa, jual makan-makanan saya seneng, mandiri…

punya nggon punya rumah, seneng mandiri saya mbak, tapi gak punya

rumah.

Berdasarkan pemaparan di atas, P2, P3, dan P4 cenderung didominasi oleh

kondisi despair pada wilayah ini. Harapan berupa memiliki pekerjaan dan

rumah, menyaksikan kesuksesan cucu sebelum meninggal, serta memiliki

kesehatan yang lebih prima belum mampu mereka rasakan karena kondisi dan

situasi yang tidak memungkinkan. Seperti halnya P2 yang dirundung desakan

ekonomi sehingga harus tinggal berpisah dengan cucunya. Dalam harapannya,

beliau ingin tinggal bersama cucunya dan melihat tumbuh kembangnya. P3

yang didera oleh penurunan fisik yang tiba-tiba sehingga tidak bisa

menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang koordinator agama Katolik dan

hal tersebut membuat beliau sedih. Ketika peneliti menanyakan hal ini, beliau

meneteskan air mata, meratapi kondisi fisiknya yang sudah tidak seperti dulu

lagi. P4 yang memiliki keinginan untuk bisa hidup mandiri, memiliki rumah,

dan berjualan, terpaksa harus tinggal di rumah pelayanan karena desakan

ekonomi dan penyakit diabetes yang dideritanya.

8. Emotional Integration atau integrasi emosi

a. Ego-integrity

Lansia yang berhasil mencapai ego-integrity pada wilayah ini cenderung

mampu untuk merasakan emosi yang dialami, memahami emosi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

76

dirasakan, dan mengungkapkannya dengan cara yang tepat. Dalam penelitian,

ditemukan bahwa P1 dan P3 cenderung mampu mencapai integrasi emosi

karena mereka cenderung mampu mengintegrasikan emosi sedih dan kecewa

kepada orang lain.

Mengintegrasikan emosi kecewa

P1

Peneliti: Emm emmm. mbah pernah gk marah-marah sama orang

panti? Orang panti yang sama tinggal di anti atau pengurusnya.

P1: Wohh anu ada, apa itu nakal nakal nguji saya. Satu contoh ada tamu

kemarin. Peneliti: He em.

P1: Ada tamu, tamunya itu bilang sama saya mbah ini nanti nganu untuk

mbah-mbah 100, toh hanya diberikan 50. Lalu saya melangkah ke kantor

menanyakan sebetulnya bagaimana. Nah ini kok yang memberi

sedemikian. Apa perlu ini saya masukan dalam surat kabar. Lah paginya

di tambahin seket-seket.

Mengintegrasikan emosi sedih

P3

Suatu saat aku tu bilang, kak cobalah jangan buat ke billiard terus, kalo

kalah gini kan sayang uangnya sampe abis gitu, kan bisa buat nambah

beli kendaraan lagi apa apa, marah. Ini kan dia mau berangkat dinas ya,

meja makan itu di gitu (memperagakan) jadi pecah semua, ancur

berantakan, tapi aku gak ini aku cuma nangis tok, ya kecewa, ya sedih.

Terus aku bilang, kan bapak mertuaku….Jadi aku ngebel,…Aku bilang,

abah abah kerumah sebentar, kenapa? Itu kak Yeninya marah lagi

kenapa? Udah nanti abah tau, udah dia datang baru aku cerita gini gini

gini.

Dapat disimpulkan, pada wilayah Emotional Integration P1 dan P3

cenderung mampu mencapai ego-integrity berupa kemampuan untuk

mengintegrasikan emosi negatif seperti emosi sedih dan kecewa. Hal ini diduga

sesuai dengan latar belakang kedua partisipan yang memiliki hubungan dekat

dengan teman-teman atau keluarga di masa lalu. Kedekatan ini mendukung

partisipan untuk menceritakan pengalaman negatif yang dirasakan dan mencari

jalan keluar yang tepat. P1 memiliki banyak teman di masa lalu dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

77

pertemanannya berjalan dengan baik sehingga mereka sering untuk bercerita

bersama. P3 memiliki kedekatan dengan kakek, nenek, maupun kedua

orangtuanya di masa yang lalu.

b. Despair

Kondisi despair dalam wilayah ini mencerminkan bagaimana seseorang

cenderung tidak mampu untuk mengintegrasikan emosinya pada suatu

peristiwa. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa partisipan cenderung untuk

tidak mengungkapkan emosi marah pada orang lain (P2 dan P4). Mereka

memendamnya hingga menimbulkan perasaan tidak nyaman seperti sedih atau

marah.

Menekan emoni negatif marah

P4

Yaa engga, semua itu banyak yang gak suka sama saya, banyak, tapi saya

diamkan saja, saya gak minta makan sana, saya dibiayai pemerintah gitu

aja. Kok mbah bisa tau kalo mereka gak suka sama mbah? Tau to, saya

tu wong tau, oh itu sifatnya begini, oh itu begini, yasudah. Gimana

rasanya mbah denger kalo mereka gak suka sama mbah? Yaa wong itu

biasa to, iri dengki. Apa yang membuat mereka iri? Yaa gak tau, wong

saya tak diamkan saja mbak, Atos tu lo mbak, sama-sama orang tua kok

begitu, ya gak mau kalo digitukan. Contohnya gimana mbah? Kalo gitu

saya tak tinggal pergi, main di belakang bengok-bengok ogah, kan lebih

bagus. Kenapa lebih bagus? Daripada bengok kan masalah bengok, kalo

pergi kan gapapa

Dapat disimpulkan, terhadap wilayah Emotional Integration pada P2 dan

P4 cenderung didominasi oleh kondisi despair. Hal ini diduga dipicu oleh

kondisi masa lalu partisipan yang cenderung tidak memiliki ruang untuk

mengungkapkan emosi yang mereka rasakan karena kondisi keluarga yang

tidak harmonis. Kondisi ini diduga berkaitan ungkapan partisipan yang secara

umum tidak memiliki kedekatan yang intens dengan siapapun selama tinggal di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

78

rumah pelayanan. Hubungan pertemanan yang mereka jalani hanya teman

biasa, tidak ada momen bagi mereka untuk dapat menceritakan hal-hal yang

lebih bersifat pribadi. Oleh karena itu, keterbukaan yang terjalin antar lansia

ataupun petugas panti terbilang rendah.

9. Life satisfaction atau kepuasan hidup

Kepuasan hidup adalah sejauh mana penilaian menyeluruh dari perasaan

dan sikap seseorang tentang kehidupan yang dijalani. Semakin mampu

seseorang menilai positif kualitas hidupnya secara keseluruhan, maka ia akan

berhasil mencapai ego-integrity.

a. Ego-integrity

Kondisi ini mencerminkan bagaimana seseorang secara keseluruhan

mampu menilai kehidupan yang dijalani secara positif meskipun ada beberapa

hal yang belum tercapai. Dalam penelitian ini, dua partisipan (P1 dan P3)

mengaku bahwa mereka cenderung puas akan kehidupan yang telah dijalani.

Mereka mengungkapkan bahwa penilaian positif akan kehidupan lebih besar

dibandingkan dengan hal-hal negatif. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:

Cenderung puas dengan hidup

P3

Peneliti: Seberapa kepuasan hidup mbah menurut mbah pribadi?

P3: Kalo untuk saya itu sebetulnya aku bilang 80% gini ya, selama saya

di dunia tadi udah cerita to dari kecil aku udah udah di atas delapan

delapan puluh persenan. Karena merasakan hidup enak ya, remajanya

ndak begitu, nah sekarang ni kan tinggal masa tua ya, harus dijalani

seperti ini.

Dari pemaparan di atas, P1 dan P3 cenderung puas dengan kehidupannya

secara keseluruhan. Mereka menyadari bahwa memang ada beberapa hal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

79

belum tercapai, namun hal tersebut mereka terima sebagai sesuatu yang harus

terjadi. P3 meyakini bahwa ini adalah jalan yang sudah disediakan Tuhan dan

kewajiban yang harus beliau lakukan adalah bersyukur. Salah satu hal yang

membantu P3 untuk mampu menerima kehidupannya secara positif adalah

kedekatan beliau dengan Tuhan. Beliau meluangkan banyak waktu untuk

mengucap syukur dan berdoa di masa tuanya.

b. Despair

Kondisi despair pada wilayah ini cenderung menghantarkan lansia pada

perasaan cenderung tidak puas akan kehidupan (P2, dan P4) yang mereka

jalani. Ungkapan-ungkapan kekecewaan lebih mendominasi ketika wawancara

dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut:

Tidak puas akan kehidupan

P2

P2: Hehe, sbetulnya hidup itu rasa puasnya itu ndak ada sebetulnya,

hanya mengatakan puas itu hanya diluar saja, sebetulnya dalam hati itu

ndak ada kepuasan.

Perasaan ini diduga muncul karena kehidupan yang lansia jalani di masa

lalu didominasi oleh keadaan yang sulit seperti desakan ekonomi, sakit,

keluarga yang tidak harmonis, dan kesepian yang terjadi di masa lalu.

Berdasarkan pemaparan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa dua

partisipan (P1 dan P3) cenderung didominasi oleh pengalaman positif dalam

menghadapi krisis psikososial tahap delapan. Oleh karena itu, P1 dan P3 secara

keseluruhan dikatakan berhasil dalam menghadapi krisis psikososial tahap

delapan karena lebih didominasi oleh pengalaman ego-integrity dibandingkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

80

dengan despair. Sebaliknya, P2 dan P4 lebih didominasi oleh pengalaman

negatif di masa tuanya yang menuntun mereka pada kondisi despair.

D. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti akan memaparkan penemuan yang

berkaitan dengan pengalaman lansia terlantar menghadapi krisis psikososial tahap

kedelapan. Keberhasilan dalam menghadapi krisis ini akan menuntun partisipan

pada kondisi yang didominasi oleh ego-integrity. Sebaliknya, ketika partisipan

gagal dalam menghadapinya, maka mereka akan terperosok ke dalam kondisi

despair. Dalam penelitian ini, ditemukan 3 faktor yang diduga menentukan

berhasil atau tidaknya partisipan dalam menghadapi krisis psikososial tahap

kedelapan. Faktor-faktor tersebut adalah masa lalu, kondisi fisik masa kini, dan

masa depan menghadapi kematian, berikut pemaparannya.

1. Masa lalu

Masa lalu diduga menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau

tidaknya partisipan dalam menghadapi krisis psikososial di masa tua mereka.

Partisipan yang didominasi oleh pengalaman positif di masa lalu cenderung

mampu mencapai kondisi ego-integrity di masa tuanya. Akan tetapi, partisipan

yang didominasi oleh pengalaman negatif di masa lalu cenderung terperosok pada

kondisi despair. Masa lalu dalam penelitian ini berupa pengalaman yang berkaitan

dengan (1) kondisi ekonomi, (2) pekerjaan, dan (3) hubungan dekat dengan

keluarga di masa lalu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

81

a. Kondisi ekonomi

Partisipan yang terlahir di keluarga dengan kondisi ekonomi menengah

cenderung tercukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan,

pakaian, dan obat-obatan. Selain itu, partisipan juga terpenuhi dalam bidang

pendidikan sehingga mereka memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu ke

jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini mendukung partisipan terbebas dari

perasaan akan kehabisan waktu di masa tua karena keinginan yang mereka

inginkan cenderung sudah dapat terpenuhi di masa lalu. Sebaliknya, kondisi

ekonomi yang tidak baik di masa lalu mengakibatkan partisipan harus ikut

mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lebih daripada itu, kondisi

ini juga diduga membuat partisipan tidak mampu mewujudkan keinginannya di

masa lalu, salah satunya adalah keinginan untuk menuntut pendidikan yang lebih

tinggi. Keinginan yang belum tercapai di masa lalu diduga membuat lansia

cenderung tidak mampu menerima keadaan masa lalu secara utuh di masa tuanya

sehingga menuntun mereka pada kondisi despair.

b. Pekerjaan

Pekerjaan yang digeluti di masa lalu juga menjadi salah satu hal yang

diduga membantu partisipan mencapai ego-integrity. Pekerjaan yang

menghasilkan mampu membantu orang-orang yang ada di sekitar partisipan dan

kalangan yang membutuhkan uluran tangan mereka. Memberi bantuan kepada

orang lain menjadi kebanggaan bagi partisipan saat ini karena perannya di masa

lalu yang bermanfaat. Selain itu, melalui pekerjaan para partisipan mampu

membangun relasi yang luas di masa lalu. Kepandaian partisipan menjalin relasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

82

di dunia kerja diduga mampu mendukung kemampuan untuk beradaptasi di masa

tuanya. Partisipan yang telah terbiasa memiliki peran dalam bidang pekerjaan di

masa lalu akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di masa tua.

Terlihat dalam penemuan dari penelitian ini, yakni partisipan yang memiliki

pengalaman positif dalam kegiatan berelasi cenderung memiliki inisiatif yang

cukup tinggi untuk melakukan perubahan demi mencapai sebuah tujuan atau yang

sering dikenal sebagai adaptasi aktif.

Selain uraian di atas, kemampuan ini juga mendukung partisipan untuk

lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Namun, pekerjaan yang

kurang menjanjikan di masa lalu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan

sehari-hari karena hasil yang diperoleh tidak menentu. Hal ini cenderung memicu

perasaan gagal di masa lalu karena tidak mampu menghasilkan pundi-pundi uang

yang lebih di usia produktif mereka. Kegagalan di masa lalu menjadikan

partisipan cenderung memaknai dirinya sebagai seseorang yang tidak berguna di

masa tuanya. Partisipan dalam kondisi ini cenderung diselimuti oleh perasaan

kecewa terhadap kehendak Tuhan yang terjadi pada dirinya di masa lalu sehingga

memicu kerenggangan hubungan spiritual dengan sang Pencipta di masa tuanya.

c. Hubungan dekat dengan keluarga atau teman

Hubungan dekat/hangat dengan keluarga diduga menjadi salah satu faktor

yang membantu partisipan berhasil mencapai kondisi ego-integrity di masa

tuanya. Salah satu peran keluarga atau teman-teman di masa lalu adalah

membantu seseorang untuk bangkit dari kegagalan yang dialami kala itu sehingga

tidak ada lagi penyesalan yang terbawa hingga hari tua. Partisipan yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

83

kedekatan dengan keluarga atau teman di masa lalu cenderung mampu untuk

mengungkapkan perasaan negatif yang dialami. Mereka mengungkapkan hal ini

kepada orang-orang terdekatnya untuk mendapatkan masukan sehingga memicu

perasaan lega atas peristiwa negatif yang dialami. Sebaliknya, kondisi keluarga

yang kurang harmonis di masa lalu seperti cenderung meninggalkan dan

memarahi membuat partisipan tidak memiliki ruang untuk berkeluh kesah tentang

peristiwa yang dialami. Peristiwa ini membuat partisipan cenderung menyimpan

perasaan yang dirasakan sehingga di masa tua mereka kesulitan untuk melakukan

integrasi emosi. Kegagalan partisipan untuk mengintegrasikan emosi di masa tua

diduga mendukung mereka untuk terperosok dalam kondisi despair.

Pemaparan di atas kiranya sesuai dengan teori epigenetik yang

diungkapkan Erikson yang menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam

menghadapi krisis psikososial ditentukan juga oleh keberhasilan seseorang

menjalani tahap-tahap sebelumnya di masa lalu (Erikson, 1989).

2. Kondisi fisik kini

Kondisi fisik partisipan di masa tua berkaitan dengan berhasil atau

tidaknya mereka dalam menghadapi krisis psikososial tahap delapan. Partisipan

yang didominasi oleh kondisi fisik yang sehat di masa tuanya cenderung lebih

diselimuti oleh kondisi ego-integrity. Kondisi fisik yang cenderung sehat

memberikan kesempatan bagi partisipan untuk dapat melakukan kegiatan yang

berperan bagi lingkungan sehingga menimbulkan perasaan berharga bagi diri

sendiri. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa partisipan yang cenderung

memiliki kondisi fisik yang sehat masih terbilang aktif dalam kegiatan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

84

lingkungan tempat tinggal mereka, seperti menjadi koordinator agama atau

kegiatan lainnya bagi teman-teman. Kondisi fisik yang cenderung sehat di masa

tua juga memudahkan partisipan untuk melakukan hal-hal yang dia inginkan

untuk menikmati masa-masa tuanya, seperti berjalan-jalan, bertanam, dan

mengoleksi benda-benda unik.

Sebaliknya, partisipan yang didominasi oleh kondisi fisik yang tidak sehat

di masa tuanya cenderung lebih diselimuti oleh kondisi despair. Kondisi fisik

yang kurang sehat di masa tua menghambat partisipan untuk melakukan hal-hal

yang ingin mereka lakukan. Mereka didominasi oleh perasaan mengeluh di masa

tuanya karena kondisi fisik yang kurang sehat. Keluhan yang mereka ungkapkan

ialah penurunan kondisi tubuh yang tiba-tiba sehingga menghambat kegiatan yang

ingin mereka lakukan. Selain itu, kondisi fisik juga menghalangi partisipan untuk

mewujudkan keinginan yang belum tercapai di masa-masa sebelumnya. Beberapa

hambatan tersebut berujung pada perasaan tidak berdaya di masa tua karena tidak

mampu memenuhi keinginan diri sendiri dan tidak mampu berperan bagi

lingkungan sekitar. Partisipan cenderung akan menarik diri dari lingkungan sosial

karena ia merasa tidak berguna. Penarikan diri dari lingkungan sosial akan

menggiring lansia pada kondisi kesepian (loneliness) yang akan berujung pada

depresi (Singh & Misra, 2009). Menurut penelitian sebelumnya, kondisi ini

diduga mampu menghambat proses lansia menghadapi krisis psikososialnya yaitu

untuk mencapai ego-integrity (Hearn et al., 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

85

3. Kepastian masa depan menghadapi kematian

Masa lansia adalah masa seseorang mulai mempersiapkan diri untuk

menghadapi kematian. Dalam penelitian ini, semua partisipan mengaku tidak

memiliki kecemasan akan kematian yang akan dihadapi. Ketiadaan kecemasan ini

diduga karena kepastian yang telah diperoleh partisipan berkaitan dengan siapa

yang akan merawat jenazah, pemuka agama yang akan mendoakan, dan biaya

pemakaman secara keseluruhan sebab semua kebutuhan tersebut telah disiapkan

oleh pihak rumah pelayanan. Ketiadaan akan kecemasan ini menuntun partisipan

untuk terhindar dari kondisi despair dalam menghadapi kematian kelak.

Meskipun cenderung tidak memiliki kecemasan akan kematian, partisipan

yang didominasi oleh kondisi despair di sebagian besar wilayah lainnya memiliki

harapan sebelum mereka menghadapi kematian. Harapan-harapan tersebut

meliputi harapan untuk sehat, melihat anak dan cucu sukses serta hidup mandiri.

Adanya harapan yang belum terwujud memicu munculnya perasaan belum puas

akan kehidupannya sehingga diduga akan menggiring partisipan pada perasaan

belum ikhlas untuk menghadapi kematian. Pengalaman berupa harapan yang

masih mengganjal tersebut diduga mampu menggiring partisipan pada kondisi

despair di masa tua (Soleimani, Lehto, Negarandeh, Bahrami, & Nia, 2015;

Tahreen & Shahed, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan

mengenai pengalaman lansia terlantar dalam menghadapi krisis psikososial, yaitu:

1. Secara umum, dua partisipan cenderung diwarnai oleh pengalaman ego-

integrity dan dua partisipan lainnya cenderung diwarnai oleh pengalaman

despair.

2. Pengalaman masa lalu meliputi kondisi ekonomi, pekerjaan/karir, serta

hubungan keluarga dan teman diduga turut berperan dalam keberhasilan atau

kegagalan lansia menghadapi krisis psikososial. Partisipan dengan masa lalu

positif cenderung berhasil menghadapi krisis psikososial tahap kedelapan

sehingga lebih diwarnai oleh kondisi ego-integrity di masa tuanya.

Sebaliknya, partisipan yang didominasi oleh pengalaman yang suram di masa

lalu cenderung mengalami kegagalan untuk meraih kesuksesan menghadapi

krisis psikososial di masa tua sehingga terjerumus pada kondisi despair.

3. Kondisi fisik diduga turut mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

partisipan menghadapi krisis psikososial. Partisipan yang memiliki kondisi

fisik baik (cenderung sehat) lebih didominasi oleh pengalaman-pengalaman

positif di masa tuanya yang akan menuntun mereka pada kondidi ego-

integrity. Sebaliknya, partisipan yang memiliki kondisi fisik lemah (mudah

sakit) cenderung didominasi oleh perasan tidak berguna di masa tuanya yang

akan menjerumuskan mereka pada kondisi despair.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

87

4. Kepastian masa depan sesudah meninggal dunia diduga mendukung partisipan

untuk terhindar dari kondisi despair terhadap kecemasan akan kematian (death

anxiety) dan cenderung lebih mudah untuk mencapai ego-integrity.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan:

1. Peneliti kurang membangun rapport yang baik pada P4 karena peneliti

kelelahan setelah melakukan wawancara kedua dengan P1 dan P2. Oleh

karena itu, P4 cenderung menjawab pertanyaan secara singkat dan kurang

terbuka.

2. Pemilihan lokasi wawancara dengan dua responden yang kurang tepat

sehingga dalam rekaman terdengar cukup banyak noise, yang sesekali

menutup suara partisipan.

3. Ketika melakukan pentranskripan rekaman wawancara, terdapat beberapa

ucapan yang tidak dapat peneliti pahami sehingga peneliti perlu melakukan

wawancara tambahan untuk memastikan ucapan yang tidak terdengar jelas.

C. Saran

Bertolak dari kesimpulan dan keterbatasan di atas, peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu membangun rapport dengan baik

kepada seluruh partisipan. Peneliti menyarankan untuk mengunjungi lansia

beberapa kali dalam kurun waktu yang jaraknya tidak terlalu jauh untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

88

membantu lansia mengingat perjumpaan-perjumpaan bersama peneliti

sebelumnya.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan memilih lokasi yang tidak terlalu ramai

dengan penghuni lansia lain agar rekaman terdengar jelas dan partisipan

menjadi lebih terbuka terhadap jawaban yang diberikan.

c. Peneliti selanjutnya perlu melakukan pentranskripan data secara langsung

setelah wawancara usai. Hal ini untuk meminimalisir keambiguan ucapan

yang diutarakan saat wawancara.

2. Bagi perawat dan pengelola rumah pelayanan sosial

a. Meningkatkan sikap positif seperti memberikan motivasi, semangat, dan

membangkitkan rasa percaya diri pada lansia agar mereka merasa nyaman

dalam menghabiskan hari tuanya di rumah pelayanan sosial.

b. Meningkatkan aktivitas produktif sesuai dengan kegemaran lansia, seperti

bertanam, menyulam, bernyanyi, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan pemaknaan diri ataupun sesuatu yang bermanfaat bagi

individu.

c. Meningkatkan layanan kesehatan serta kebersihan lingkungan bagi lansia

terlantar sehingga mendukung kondisi yang sehat secara jasmani.

d. Meningkatkan kegiatan spiritual secara personal pada lansia terlantar

sebagai persiapan menghadapi kematian.

e. Meningkatkan jumlah perawat yang bertugas di rumah pelayanan sosial

agar lansia terlantar yang tinggal mendapatkan pendampingan penuh

secara fisik ataupun psikis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

89

f. Meningkatkan kualitas perawat dalam hal memahani tugas perkembangan

yang sedang dihadapi lansia guna mendukung pendampingan yang efektif.

3. Bagi pemerintah

a. Membangun lebih banyak rumah pelayanan sosial yang bersifat gratis bagi

lansia terlantar sehingga mereka memiliki hunian untuk menjalani masa

tua yang lebih baik.

b. Bagi dinas sosial, diharapkan dapat lebih meningkatkan anggaran guna

memenuhi seluruh fasilitas di setiap rumah pelayanan sosial bagi lansia

terlantar sehingga mereka mendapatkan kehidupan yang baik di masa

tuanya.

4. Bagi keluarga

Keluarga diharapkan meningkatkan perannya bagi lansia, seperti

meluangkan waktu sejenak untuk mengunjungi lansia yang mereka titipkan di

rumah pelayanan sosial atau panti jompo. Hal ini dilakukan mengingat pentingnya

dukungan keluarga sebagai social support demi keberhasilan menghadapi krisis

psikososial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

90

DAFTAR ACUAN

Anthony, E. K., Lenning, A. J., Austin, M. J., & Peck, M. D. (2009). Assessing

elder mistreatment: Instrument development and implication for adult

protective service. Journal of Gerontological Social Work, 52(8), 815-836.

Asmaningrum, N., Wijaya, D., & Permana, C. (2014). Dukungan sosial keluarga

sebagai upaya pencegahan stress pada lansia dengan andropause di

Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. 10(1), 78-87.

Astuti, V. W. (2010). Hubungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di

posyandu sejahtera GBI setia bakti Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis

Kediri, 3(2), 78-83.

Cai, W., Tang, Y., Wu, S., & Li, H. (2017). Scale of death anxiety (SDA):

Development and validation. Frontiers in Psychology, 8(858), 1-11.

Clayton, V. (1975). Erikson’s theory of human development as it applies to the

aged: Wisdom as contradictive cognition. Human Development, 18, 119-

128.

Darnley, F. (1975). Adjustment to retirement: Integrity or despair. The Family

Coordinator, 24(2), 217-266.

Diener, ED., Emmons, R., Griffen, S. (1985). The satisfaction with life scale.

Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75

Dong, X., Simon, M. A., Odwazny, R., & Gorbien, M. (2008). Depression and

elder abuse and neglect among a community-dwelling Chinese elderly

population. Journal of Elder Abuse and Neglect, 20(1), 25-41.

Ekman, P. (1992). Facial expressions of emotion: New findings, new questions.

Journal Of Psychological Science, 3(1), 34-38.

Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and crisis. New York: Norton.

Erikson, E. H. (1989). Identitas dan siklus hidup manusia. Edisi Bunga Rampai 1.

Diterjemahkan oleh: Agus Cremers. Jakarta: PT Gramedia.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian. Edisi ke 7. Diterjemahkan oleh:

Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

91

Fish, J. (2014). Tolerance, acceptance, and understanding differ in everyday life

and in research. Diunduh 12 Maret, 2018, dari

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/looking-in-the-cultural-

mirror/201402/tolerance acceptance-understanding.

Friedman, M., Bowden, V., & Jones, G. (2014). Buku ajar keperawatan keluarga,

Edisi 5, Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid dkk, Jakarta: EGC.

Haber, D. (2006). Life review: Implementation, theory, research, and therapy.

Journal Aging and Human Development, 63(2), 153-171.

Hamid, Y. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

EGC.

Hearn, S., Saulnier, G., Strayer, J., Glenham, M., Koopman, R., & Marcia, J.

(2012). Between integrity and despair: Toward construck validation of

Erickson’s eight stage. Journal Adult Development, 19, 1-20.

Hickey, T., & Douglass, R. L. (1891). Mistreatment of the elderly in the domestic

setting: An exploratory study. American Journal of Public Health, 71(5),

500-507.

Hoare, C. (2002). Erikson on development in adulthood: New insight from

unpublished papers. New York: Oxford University Press.

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hutapea, B. (2011). Emotional intelligence and Psychological well-being pada

manusia lanjut usia anggota organisasi berbasis keagamaan di Jakarta.

Jurnal Psikologi Universitas Persada Indonesia Y.A.I, 13(2), 64-73.

Islam, S. (2017, Agustus). Data kemensos, 2,1 juta lansia di Indonesia terlantar

dan 1,8 juta lainnya berpotensi serupa. Dipungut 9 November, 2017, dari

https://news.okezone.com/read/2017/08/05/337/1750328/data-kemensos-

2-1-jutalansia-di- indonesia-terlantar-dan-1-8-juta-lainnya-berpotensi-

serupa.

Jafar, N., Wiarsih, W., & Permatasari, H. (2011). Pengalaman lanjut usia

mendapatkan dukungan keluarga. Jurnal Keperawatan Indonesia, 14(3),

157-164.

Lehto, R ., & Stein, K. (2009). Death anxiety: An analysis of an evolving concept.

Research and Theory for Nursing Practice: An International Journal,

23(1), 23-41.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

92

Liang, J. (1984). Dimensions of the Life Satisfaction Index A: A structural

formulation. Journal of Gerontology, 39, 613–622.

Maryam, R. S., Rosidawati., Riasmini, N. M., & Suryati, E. (2012). Beban

keluarga merawat lansia dapat memicu tindakan kekerasan dan

penelantaran terhadap lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 143-

150.

Nehrke, M. F., Bellucci, G., & Gabriel, S. J. (1978). Death anxiety, locus of

control and life satisfaction in the elderly: Toward a definition of ego-

integrity. Omega, 8(4), 359-368.

Neugarten, B., Havighurst, R., & Tobin, S. (1965). The measurement of life

satisfaction. Committee on Human Development; University of Chicago,)

134-143.

Parker, Daniel W. (2013). The relationship between ego-integrity and death

attitudes in older adults. American Journal OF Applied Psychology, 2(1),

7-15.

Peachey, N. H. (1992). Helping the elderly person resolve integrity versus despair.

Perspectives in Psychiatric Care, 28(2), 29-30.

Perry, T. E., Ruggiano, N., Shtompel, N., & Hassevoort, L. (2015). Applying

Erikson’s wisdom to self-management practices of older adults: Findings

from two field studies. Research on Aging, 37(3), 253-274.

Poerwadarminta. (1984). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prabasari, N., Juwita, L., & Maryuti, A. (2015). Pengalaman keluarga dalam

merawat lansia di rumah. Jurnal Ners LENTERA, 5(1), 56-68.

Prasoon, R., & Chaturvedi, K. (2016). Life satisfaction: A literature review.

International Journal of Management Humanities and Social Sciences, 1

(2), 25-32.

Pancawati, R. (2013). Penerimaan diri dan dukungan orangtua terhadap anak

autis. eJournal Psikologi, 1(1), 38-47.

Salamah. (2005). Kondisi psikis dan alternatif penanganan masalah kesejahteraan

sosial lansia di panti wredha. Jurnal PKS, 4(11), 55-61.

Santor, Daroy A & Zuroff, David C. (1994). Depressive symtoms: Effects of

negative affectivity and failing to accept the past. Journal of Personality

Assessment, 63(2), 294-312.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

93

Santoso, H. dan Ismail, A. (2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta: Gunung

Mulia.

Santrock. J. W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup. Edisi

kelima, Jakarta: Erlangga.

Saputri, M., & Indrawati, E. (2011). Hubungan antara dukungan sosial dengan

depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti wredha wening wardoyo

jawa tengah. Jurnal Psikologi Undip, 9(1), 65-72.

Saris, W., Veenhoven, R., Scherpenzeel, A., & Bunting, B. 1996. A comparative

study of satisfaction with life. Europe: Eotvos University Press.

Shanas, E. (1979). The family as a social support system in old age. Gerontologist

Oxford Journals, 19(2), 169-174.

Singh, A., & Misra, N. (2009). Loneliness, depression and sociability in old age.

Industrial Psychiatry Journal,18, 51-5.

Smith, G., & Nicolson, P. (2011). Despair? Older homeless men’s accounts of

their emotional trajectories. Oral History Society, 39(1), 30-42.

Soleimani, M., Lehto, R., Negarandeh, R., Bahrami, N., & Nia, H. (2016).

Relationship between death anxiety and quality of life in iranian patients

with cancer. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing, 3(2), 183-191.

Sternberg, R., & Jordan, J. (2005). A handbook of wisdom. New York: Cambridge

University Press.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam

psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2018). Diktat metodologi penelitian. Yogyakarta: Fakultas

Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Suryono. (2013). Studi kasus depresi pada lansia. Jurnal AKP, 4(2), 20-24.

Tahreen, S., & Shahed, S. (2014). Relationship between ego-integrity, despair,

social support and health quality of life. Pakistan Jurnal of Social and

Clinical Psychology. 12(1), 26-33

Templer, D. (1970). The construction and validation of a death anxiety scale.

Journal of General Psychology, 82,165-177.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

94

Westerhof, G. J., Bohlmeijer, E. T., & McAdams, D. (2015). The relation of ego-

integrity and despair to personality traits and mental health. Journal of

Gerontology: Psychological Sciences, 00(00), 1-9.

Weiss, P. (2018). Emotional Integration. Diunduh 12 Maret, 2018, dari

http://thewholehealthcenter.org/emotional-integration/

Wiesmann, U., & Hannich, Hans Joachim. (2011). Absalutogenic analysis of

developmental tasks and ego-integrity vs. despair. Journal Aging and

Human Development, 73(4), 351-369.

Woods, N., & Witte, K. (1981). Life satisfaction, fear of death, and ego identity in

elderly adults. Bulletin of the Psychonomic Society, 18(4), 165-168.

Yuliawati, A., Baroya, N., & Ririanty, M. (2014). Perbedaan kualitas hidup lansia

yang tinggal di komunitas dengan di pelayanan sosial lanjut usia. Jurnal

Pustaka Kesehatan, 2(1), 87-94.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

95

Lampiran 1

Informed Consent

Kesepakatan Partisipasi Penelitian

Saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian

yang dilakukan oleh Devamethia G bersama tim dari Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma. Saya paham bahwa penelitian ini bertujuan

memperoleh informasi tentang pengalaman saya menghadapi krisis psikososial

tahap 8 dalam kondisi terlantar. Saya adalah salah satu dari lima orang yang akan

dilibatkan sebagai subjek dalam penelitian ini.

1 Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saya paham bahwa

sebagai subjek saya tidak akan memperoleh imbalan materi. Saya bisa

membatalkan dan tidak melanjutkan partisipasi saya sebagai subjek tanpa

sanksi apa pun. Jika saya memutuskan membatalkan dan tidak melanjutkan

partisipasi saya sebagai subjek, tidak seorang pun akan tahu selain (para)

peneliti.

2 Saya paham bahwa apa yang akan saya lakukan dalam penelitian ini penting

dan mungkin menarik. Namun bila ternyata saya merasa tidak nyaman

melakukannya maka saya berhak menolak memberikan jawaban atau

melakukan tugas yang diminta.

3 Saya paham bahwa partisipasi yang dibutuhkan dari saya adalah menjalani

wawancara dan observasi yang diselenggarakan oleh para peneliti dari Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu

selama 1,5 jam. Para peneliti mungkin akan membuat catatan-catatan,

membuat rekaman audio-video saat kegiatan berlangsung dan melakukan

tanya-jawab pada akhir kegiatan.

4 Saya paham bahwa para peneliti tidak akan menyebutkan nama saya dalam

laporan yang disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini,

dan bahwa kerahasiaan saya sebagai subjek dalam penelitian ini dijamin

sepenuhnya. Data dan informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini hanya

akan digunakan untuk kepentingan ilmiah yang menjamin kerahasiaan individu

dan institusi yang menjadi sumbernya.

5 Saya paham bahwa dosen atau pihak lain di kampus tidak akan pernah

mengetahui jawaban atau hasil pengerjaan tugas saya dalam penelitian ini.

Dengan demikian saya tidak akan pernah mengalami akibat negatif apa pun

dari apa yang saya katakan atau lakukan dalam penelitian ini.

6 Saya paham bahwa penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Dewan

Penilai Kelayakan Penelitian di kampus. Jika ada masalah atau pertanyaan

terkait subjek dalam penelitian ini, saya bisa menghubungi Dekan Fakultas

Psikologi di 08121562470.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

96

7 Saya telah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan kepada saya.

Saya telah memperoleh jawaban yang memuaskan terhadap semua pertanyaan

saya, dan secara suka rela saya menyatakan sepakat berpartisipasi sebagai

subjek dalam penelitian ini.

8 Saya telah memperoleh salinan Kesepakatan Partisipasi Penelitian ini.

Mengetahui, Yogyakarta, … …………. …..

Devamethia G … ……………………

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: Pengalaman Lansia Terlantar Dalam Menghadapi Krisis ... · Erik Erikson membagi perkembangan kehidupan manusia ke dalam 8 tahap (stage) yang dimulai sejak individu lahir hingga lanjut

97

Lampiran 2

Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI