REKONSILIASI FISKAL UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG DIKENAKAN.ppt

18
REKONSILIASI FISKAL UNTUK W AJIB PAJAK BADAN YANG DIKENAKAN BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 KELOMPOK 4: Ratna Havisa 7314 23487 Qonita Ghina T 7314 23488 Destoni Mugiharto 7314 23489 Puji Lestari 7314 23490

Transcript of REKONSILIASI FISKAL UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG DIKENAKAN.ppt

  • REKONSILIASI FISKAL UNTUK WAJIB PAJAK BADAN YANG DIKENAKAN BERDASARKANPP 46 TAHUN 2013KELOMPOK 4:Ratna Havisa7314 23487Qonita Ghina T7314 23488Destoni Mugiharto7314 23489Puji Lestari7314 23490

  • Latar BelakangPajak Penghasilan Pasal 4 (2) (PPh Pasal 4 ayat 2)Pemotongan pajak final dikenakan kepada wajib pajak, atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan, seperti kepentingan deposito, hadiah berupa lotere / undian, transaksi saham, dan lain-lain. Tarif berbeda untuk satu jenis penghasilan yang lain.

    Pengertian Pemotongan Pajak Final Indonesia (Pasal 4 ayat 2)Istilah 'final' berarti bahwa, jenis pajak ini harus diselesaikan / lunas dalam masa pajak yang sama seperti mereka diterima, dan tidak perlu dilaporkan lagi pada akhir tahun pajak.

  • Dalam menghitungPPh Badanterutang dapat dihitung dengan 2 cara yaitu menggunakan norma serta dengan pembukuan. Perhitungan dengan norma relatif sederhana tetapi hanya usaha berskala kecil saja yang diperbolehkan menggunakannya.

    Dalam menghitungPPh Badanterutang, perusahaan tetap mendasarkan diri dari laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan secara komersial. Dari laporan keuangan komersial tersebut selanjutnya dilakukan Rekonsiliasi Fiskalyaitu suatu mekanisme penyesuaian pelaporan penghasilan WP secara komersial menurut ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan akhirnya dihasilkan laba/rugi fiskal.

  • Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

  • Tujuan Kebijakan Pajak Penghasilan Atas Wajib PajakYang Memiliki Peredaran Bruto TertentuMaksud PP No 46 /2013Tujuan PP No 46 /2013Hasil yang diharapkanKemudahan danpenyederhanaanaturan perpajakan;Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;Mengedukasi masyarakat untuk transparansi;Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negaraKemudahan bagimasyarakat dalammelaksanakankewajibanperpajakanMeningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakatTerciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan

    Penerimaan pajak meningkat sehingga kesempatan untuk mensejahterakan masyarakat meningkat

  • Dasar HukumPasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :Dengan menggunakan Peraturan Pemerintah (PP) dapat ditetapkan cara menghitung Pajak Penghasilan yang lebih sederhana dibandingkan dengan mengunakan UU PPh secara umum.

  • OBJEK PAJAK PP 46Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 Milyar dalam 1 tahun pajak.Peredaran Bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/konter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto/omzetTidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang.

  • NON OBJEK PAJAK PP 46BADANPenghasilan dari usaha dagang dan jasa yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan PemerintahORANG PRIBADIPenghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas, seperti misalnya, Dokter, Advokat, Akuntan, Notaris, PPAT, Arsitek, Pemain Musik, Pembawa acara, dan sebagaimana dalam penjelasan Pasal 2 ayat (2) PP 46 Tahun 2013

  • SUBJEK PAJAK PP 46

    ORANG PRIBADI

    BADANBadan yang tidak termasuk BUT (Badan Usaha Tetap), yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun pajak.

  • NON SUBJEK PP 46BadanBadan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4,8 miliar.

    Orang Pribadiyang melakukan kegiatan Usaha Perdagangan dan/atau Jasa yang dalam usahanya:1. Menggunakan sarana dan prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan 2. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan. Contohnya : Pedagang Kaki Lima Keliling, Warung Tenda di Trotoar, dan sejenisnya,

  • ANGSURAN MASA Setoran bulanan merupakan PPh Pasal 4 ayat(2), bukan PPh Pasal 25.

    Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak wajib PPh Pasal 25.

  • TarifAtaspenghasilandariusaha yangditerimaatautidakdiperolehWajibPajakdenganperedaranbrutomelebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh finaldengantarifsebesar 1%(satupersen)darijumlahperedaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usahaPajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usahaPPh Terutang = 1% x PeredaranBruto- SetiapBu- - -l----a-----n- - -------------

  • Saat Berlakunya PPPeraturan Pemerintah ini mulaiBerlakunya pada tanggal 1 Juli 2013

  • Dasar Penentuan Dikenakan PPh FinalPengenaan PPhdidasarkan pada peredaranbrutodariusahaTahundalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelumPajak yang bersangkutan yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar.201220142013dikenai PPh Umums.d. saat berlaku PP46 Tahun 2013PPh final 1% Juli s.d. Des 2013 meskipun totalomzet tahun berjalan misalnya Rp5 miliarJika omzet 2013Rp5 miliar maka tahun 2014 dikenai dengan Tarif UmumKetentuan UU PPhOmzetperdagangan Rp4 miliarDalam hal pada tahun berjalan, penghasilan bruto sudah melebihi Rp4,8miliar, tetap dikenai PPh final sampai dengan akhir Tahun Pajak dan tahunberikutnya dikenai ketentuan PPh umum.

  • Dasar Penentuan Untuk Dikenakan PPh Final (2)Dasar penghasilan bruto Rp4,8 miliar untuk dapatdikenai PPh final :penghasilanbrutotahunterakhir (setahunataudisetahunkan, dalamdari 12 bulan).Dalam hal WP baruhal tahun terakhir meliputi kurangterdaftar pada TahunPajak yangPeredarandari bulansama sebelumPPiniberlaku dasarBruto adalah: akumulasi peredaran brutoberdiris.d.bulan sebelumPPiniberlaku,yangdisetahunkan.Dalam hal WP baru terdaftar setelah PP ini berlaku dasar peredaranbrutoadalah:penghasilanbrutobulan pertama disetahunkan.

  • Penyetoran dan PelaporanPenyetoran paling lama tanggal 15 bulan berikutnyaSSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2). Jika SSP sudah validasi NTPN tidak perlu lapor SPT Masa PPh Pasal4 ayat (2).PenghasilanyangdibayarberdasarkanPPNo.46 Tahun2013dilaporkandalam SPT TahunanPPhpadakelompokpenghasilanyang dikenai pajak final dan/atau bersifat final

  • Kompensasi Rugi

    WP yang menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan kompensasi kerugian dengan penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.Ketentuan kompensasi rugi adalah :berturut-turut sampai dengan 5 tahun. Tahun dikenai PPh final 1% tetap menjadi bagian dari periode 5 tahun tsb.kerugian pada tahun dikenai PPh final 1% tidak dapat dikompensasikan pada tahun berikutnya.

  • CONTOH KASUS