REKONSILIASI FISKAL DAN KOMPENSASI KERUGIAN

38
REKONSILIASI FISKAL DAN KOMPENSASI KERUGIAN BY SUHARTINI

description

REKONSILIASI FISKAL DAN KOMPENSASI KERUGIAN. BY SUHARTINI. Tujuan Pembelajaran:. Memahami perbedaan laba komersial ( akuntansi ) dengan laba fiskal Menjelaskan pengertian perbedaan permanen dan perbedaan temporer Menjelaskan perhitungan pajak terhutang Menjelaskan pengertian kredit pajak - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of REKONSILIASI FISKAL DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Page 1: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

REKONSILIASI FISKAL DAN

KOMPENSASI KERUGIAN

BY SUHARTINI

Page 2: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Tujuan Pembelajaran:

1.Memahami perbedaan laba komersial (akuntansi) dengan laba fiskal

2.Menjelaskan pengertian perbedaan permanen dan perbedaan temporer

3.Menjelaskan perhitungan pajak terhutang

4.Menjelaskan pengertian kredit pajak5.Memahami pajak akhir tahun (PPh 28

dan PPh 29)

Page 3: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

PENDAHULUAN

REKONSILIASI FISKAL

Laporan Keuangan Komersial

- Neraca- Laporan Laba Rugi- Laporan Perubahan Modal- Laporan Arus Kas- dll

Laba/Penghasilan Neto

Menentukan Besarnya Pajak Penghasilan

Perlakuan2 akuntasi yang berbeda dg ketentuan perpajakan, seperti:

- Ketentuan Perpajakan : tidak semua biaya dapat dijadikan pengurang

- Terdapat penghasilan yang bukan Objek Pajak,

- dll

Disesuaikan dg Aturan Perpajakan (Fiskal) dengan melakukan

Rekonsiliasi Fiskal

Page 4: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

4

Contoh Rekonsiliasi Fiskal --->Penghasilan REKONSILIASI FISKAL

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal Fiskal Phs usaha 100 - 100Deviden dari subs. 40 (40) - Keuntungan Penj Kend. 60 - 60 Restitusi PBB 10 - 10 Restitusi PPh 30 (30) - Total 240 170

Kutipan Lap Keuangan PT. SelalukomplainPenghasilan dari usaha 100 juta Deviden dari anak perusahaan (>25%) 40 juta Keuntungan penjualan kendaraan 60 jutaRestitusi PBB 10 jutaRestitusi PPh 30 juta

Page 5: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Rekonsiliasi Fiskal

Adalah:Proses membuat penyesuaian-penyesuaian terhadap

laporan keuagan komersial dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan perpajakan sehingga diperoleh yang namanya laba fiskal

Tujuan:Agar laporan keuangan komersial sebelum datanya

dimasukan dalam SPT tahunan PPh terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku

Page 6: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

6

HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN DIPERHATIKAN DALAM REKONSILIASI FISKAL

P E N G H A S I L A N

PENGHASILAN BUKAN OBJEK PPh

OBJEK PPh TIDAK BERSIFAT FINAL

OBJEK PPh DIPOTONG FINAL1.

BIAYA

NON DEDUCTIBLE EXPENSE :TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

DEDUCTIBLE EXPENSE :DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO2.

Page 7: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Skema Rekonsiliasi Fiskal

Dokumen Sumber Jurnal Buku Besar

Laba Rugi Komersial

Rekonsiliasi Fiskal

Laba Rugi Fiskal

Koreksi Positif Koreksi Fiskal Koreksi

Negatif

Beda Waktu PSAK 46 Beda waktu

Beda Tetap Beda Tetap

Page 8: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

8

ISTILAH DALAM REKONSILIASI FISKAL

BEDA FISKAL BEDA SEMENTARA (TEMPORARY

DIFFERENCE)

BEDA TETAP (PERMANENT DIFFERENCE)

PENYESUAIAN FISKAL

NEGATIF

POSITIF

Page 9: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Koreksi Fiskal

Keperluan Perpajakan

Keperluan Penerapan

PSAK 46

Koreksi Positif

Koreksi Negatif

Beda Waktu

Beda Permanen

Page 10: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

10

KOREKSI FISKAL

Jenis Koreksi FiskalLap.

Komersial VS Lap. Fiskal

Koreksi Positif Penghasilan < Penghasilan

Biaya > Biaya

Koreksi Negatif Penghasilan > Penghasilan

Biaya < Biaya

Page 11: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Koreksi Fiskal PositifMenyebabkan Bertambahnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:a. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang

yang menjadi tanggungannyab. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh WPc. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatand. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang

mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukane. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbanganf. Pajak penghasilang. Gaji yang dibayarkan kepada pemilikh. Sanksi administrasi i. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskalj. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak

Page 12: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Koreksi Fiskal Negatif

Menyebabkan Berkurangnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan

yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk dalam peredaran usaha

b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial dibawah penyusutan atau amortisasi fiskal

Page 13: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Beda Tetap dan Beda SementaraBEDA TETAP (Permanent Different) : Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan

kena pajak yang disebabkan ketentuan perpajakan dan tidak akan menimbulkan permasalahan akuntansi serta tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban perpajakan masa mendatang.

- Penghasilan yang telah dipotong PPh final- Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak- Pengeluaran yang termasuk dalan non deductible expense

(pasal 9 ayat 1 UU PPh) dan tidak termasuk dalam deductible expense (pasal 6 ayat 1 UU PPh)

Page 14: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

14

PENYESUAIAN FISKAL – BEDA TETAP

REKONSILIASI FISKAL

1. Komersial = Penghasilan v.s Fiskal = Bukan Penghasilan

– Misal: dividen yg diterima oleh PT sbg WP DN dg penyertaan modal >= 25% yg didirikan dan berkedudukan di Indonesia.

2. Komersial = Penghasilan v.s. Fiskal = PPh yang bersifat final

– Misal: Penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya yg tlh dipotong PPh Final oleh Bank sebesar 20%.

Page 15: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

15

PENYESUAIAN FISKAL – BEDA TETAPREKONSILIASI FISKAL

3. Komersial = Beban (biaya) v.s.

Fiskal = Non Deductible ExpenseMisal: Biaya-biaya utk memperoleh penghasilan yg bukan obyek

pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final. Penggantian/imbalan sehubungan dalam bentuk natura atau

kenikmatan. Sanksi perpajakan spt bunga, denda, dan kenaikan. Biaya-biaya yg menurut Fiskal tidak dapat dibebankan

karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu• Seperti : daftar nominatif biaya entertainment, daftar

nominatif atas penghapusan piutang

Page 16: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

BEDA SEMENTARA (Temporary Different)Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak yang disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan memberikan pengaruh di masa mendatang dalam jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasilan kena pajak akhirnya menjadi sama.

- Penyisihan / Akrual dan Realisasi- Penyusutan- Amortisasi- Kompensasi rugi - Rugi – Laba selisih kurs

Page 17: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

PERBEDAAN TEMPORER YANG BOLEH DIKURANGKAN

Contoh: a) Beban piutang tak tertagih

Secara komersial: metode pencadanganSecara fiskal: PMK No. 105/PMK.03/2009 tanggal 10 Juni 2009

b) Beban pesangonSecara komersial: metode pencadanganSecara fiskal: pada saat pembayaran pesangon

c) Beban penyusutan: Perbedaan timbul mungkin karena beda penggunaan metode penyusutan atau umur manfaat ekonomis. Penyusutan fiskal harus mengacu ke PMK No. 96/PMK.03/2009 tanggal 15 Mei 2009.

d) Lainnya: pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense) kecuali: yang sesuai dengan PMK No. 81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009.

Page 18: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

PERBEDAAN TEMPORER YANG BOLEH DIKURANGKAN

No Uraian Akuntansi Perpajakan

1. Penentuan masa manfaat Tergantung pada justifikasi manajemen

Sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan secara kaku

2. Besaran nilai perolehan Mengenal prinsip materialitas, bila tidak material bisa dibebankan sekaligus sebagai biaya

Tidak mengenal prinsip materialitas. Bila memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan melalui penyusutan sesuai Keputusan Menteri Keuangan

3. Metode penyusutan Metode garis lurusMetode saldo menurunMetode satuan produksiMetode identifikasi khusus

Kelompok bangunan harus menggunakan metode garis lurus,Kelompok selain bangunan boleh memilih antara metode garis lurus atau saldo menurun

4. Aset yang boleh disusutkan Semua aset tetap yang dimiliki badan usaha, kecuali tanah.

Hanya aset yang dimiliki dan digunakan untuk memelihara (3M) penghasilan yang merupakan obyek pajak tidak final

5. Penghitungan jumlah bulan sejak saat dimulainya penyusutan

Jumlah bulan dapat dibulatkan ke atas atau ke bawah. Misalnya pembelian di atas tanggal 15 dibulatkan ke bawah dan belum diakui penyusutannya

Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas, walaupun dibeli di atas tanggal 15 setiap bulannya.

Page 19: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

19

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

I. Peredaran Usaha

1.1 Potongan Penjualan RealisasiPenyisihan

Realisasi-

NoTemporer

1.2 Retur Penjualan RealisasiPenyisihan

Realisasi-

NoTemporer

1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Pendapatan PPh Final(2%, 3%, 4% atau 6%)

Tetap

1.4 Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN

Pendapatan PPh Final(1,2%*peredaran)

Tetap

1.5 Penghasilan Perusahaan Pelayaran/Penerbangan LN

Pendapatan PPh Final(2,64%*peredaran)

Tetap

1.6 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing

Pendapatan PPh Final(0,44*ekspor)

Tetap

1.7 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Asing

Pendapatan PPh Final(0,44*ekspor)

Tetap

Page 20: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

20

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

1.8 Penghasilan atas distributor produk Pertamina dan Premix

Pendapatan PPh Final(0,25% / 0,3%)

Tetap

1.9 Penghasilan atas penyalur gula pasir dan tepung terigu Bulog

Pendapatan PPh Final Tetap

1.10 Penghasilan sebagai Distributor Kertas

Pendapatan PPh Final(0,10% * H Jual)

Tetap

1.11 Penghasilan atas Distributor Industri Rokok DN

Pendapatan PPh Final(0,15%*H Bandrol)

Tetap

II. Harga Pokok Penjualan

2.1 Penilaian Persediaan Harga PerolehanCOMWILProsentase Laba BrutoHarga Eceran

Harga Perolehan---

NoTemporerTemporerTemporer

2.2 Metode FIFORata-rataLIFO

FIFORata-rata-

NoNoTemporer

Page 21: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

21

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

III. Penghasilan Di Luar Usaha

3.1 Deviden dari Penyertaan DN (minimal 25% dan ada usaha lain)

Pendapatan(Equity Method)

Bukan Obyek Pajak Tetap

3.2 Bunga Deposito dan Tabungan (termasuk Jasa Giro dan SBI)

Pendapatan PPh Final(20%)

Tetap

3.3 Keuntungan Penjualan Saham di Bursa Efek Indonesia

Pendapatan PPh Final(0,1% x H Jual

Tetap

3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan bangunan: - oleh orang pribadi dan yayasan - oleh badan (bukan usaha pokok) - oleh badan (usaha pokok)

PendapatanPendapatanPendapatan

PPh Final (5%)PPh 25 (5%)PPh 23

TetapNoNo

3.5 Penghasilan Sewa - Badan - Orang Pribadi

PendapatanPendapatan

PPh Final (10%)PPh Final (10%)

TetapTetap

3.6 Penghasilan dari Hadiah atas Undian Pendapatan PPh Final (25%) Tetap

Page 22: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

22

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek

Pendapatan PPh Final(15% * bunga)

Tetap

IV. Beban Usaha4.1 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang meru- pakan Obyek Pajak

RealisasiPenyisihan

Realisasi-

NoTemporer

4.2 Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Obyek Pajak

Biaya Undeductible Tetap

4.3 PPh pasal 21 (karyawan)

Tunjangan PPh 21Ditanggung Perush

DeductibleUndeductible

NoTetap

4.4 Pemberian kenikmatan dalam bentuk natura

- Umum- Makan minum di tempat kerja- Berkaitan dg pekerjaan- Daerah terpencil

-Undeductible-Deductible

-Deductible

-Deductible

TetapNo

No

No

Page 23: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

23

JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL

PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA

4.5 Sumbangan Biaya Undeductible Tetap

4.6 Entertainment Daftar NominatifTdk Daftar Nominatif

DeductibleUndeductible

NoTetap

4.7 Penyusutan - Beda Metode - Beda umur ekonomis

-Sesuai pajak-Beda Metode-Beda umur eko.

DeductibleDeductibleDeductible

NoTemporerTemporer

4.8 Kendaraan dibawa pulang Biaya 50% Undeductible50% Deductible

Tetap

4.9 Sewa rumah karyawan Tidak diberi tunjanganDiberi tunjangan

UndeductibleDeductible

TetapNo

4.10 Biaya pengobatan PenggantianTunj. PengobatanCuma-Cuma

DeductibleDeductibleUndeductible

NoNoTetap

4.11 SGU dengan hak opsi Penyusutan aktiva SGU Bunga SGU Jumlah Pembayaran

BiayaBiayaNon Biaya

UndeductibleUndeductibleDeductible

TemporerTemporerTemporer

4.12 Biaya lain-lain Tidak dirinciDirinci

UndeductibleDeductible

TetapNo

Page 24: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

24

KOMPENSASI KERUGIAN

Pasal 6 ayat (2) dan PP 34 Tahun 1994

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUTNYA

BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN, DI DAERAH

TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN PALING LAMA 10 TAHUN

PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA PERKEBUNAN TANAMAN KERAS DAN PERTAMBANGAN DI LUAR DAERAH TERPENCIL, KOMPENSASI KERUGIAN DIBERIKAN PALING

LAMA 8 TAHUN

Kerugian yang diakibatkan karena penghasilan yang telah dikenakan pajak final, tidak dapat dikompensasikan ke tahun pajak berikutnya

Page 25: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

25

KOMPENSASI KERUGIAN

KOMPENSASI KERUGIAN 5 (LIMA) TAHUN

CONTOH

PT.A TAHUN 2009 MENDERITA KERUGIAN FISKAL SEBESAR Rp 1.200.000.000.- DALAM 5 TAHUN BERIKUTNYA RUGI-

LABA FISKAL PT A. MENGGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:

2010 : LABA FISKAL Rp 200.000.000.-2011 : RUGI FISKAL Rp 300.000.000.-2012 : LABA FISKAL N I H I L

2013 : LABA FISKAL Rp 100.000.000.-2014 : LABA FISKAL RP 800.000.000.-

Page 26: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

26

KOMPENSASI KERUGIAN DILAKUKAN Sbb:

RUGI FISKAL TAHUN 2009 (Rp 1.200.000.000.)LABA FISKAL TAHUN 2010 Rp 200.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.) RUGI FISKAL TAHUN 2011 (Rp 300.000.000.)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)LABA FISKAL TAHUN 2012 Rp N I H I L (+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 1.000.000.000.)LABA FISKAL TAHUN 2013 Rp 100.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 900.000.000)LABA FISKAL TAHUN 2014 Rp 800.000.000.(+)

SISA RUGI FISKAL TH 2009 (Rp 100.000.000.)

Page 27: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

27

- SISA RUGI FISKAL TAHUN 2009 Rp 100.000.000. YANG MASIH TERSISA PADA AKHIR TH 2014, TIDAK BOLEH DIKOMPENSASIKAN DGN LABA FISKAL TAHUN 2015. SEDANGKAN :

- RUGI FISKAL TAHUN 2011 Rp 300.000.000.- HANYA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL TAHUN 2015 DAN TAHUN 2016, KARENA JANGKA WAKTU LIMA TAHUN DIMULAI SEJAK TAHUN 2012 DAN BERAKHIR TH 2016.

PASAL 6 Ayat (2)

Page 28: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

KREDIT PAJAKDAN

TARIF PPh BADAN

Page 29: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

KREDIT PAJAKKredit Pajak adalah:

Pengurang PPh terutang yang merupakan rincian kredit PPh yang dipotong/dipungut pihak lain tidak termasuk bersifat final dan dikenakan pajak tersendiri serta rincian penghasilan neto dari luar negeri yang diterima WP sendiri, isteri dan anak-anak angkat yang belum dewasa dalam Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali istri yang telah hidup berpisah atau yang mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Dasar:- UU PPh Pasal 24- UU PPh pasal 28- PP Nomor 42 tahun 1995 jo. PP Nomor 25 tahun 2001

Page 30: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Terdiri dari:

1. PPh yang ditanggung pemerintah2. PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak lain dalam

negeri meliputi PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh pasal 23

3. PPh Pasal 24 sebagai kredit pajak luar negeri

Page 31: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

PENJELASAN

1. PPh yang ditanggung pemerintahPembahasan PPh yang ditanggung pemerintah adalah jumlah PPh yang ditanggung pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan No.43/PMK.03/2009

2. PPh Pasal 21Kredit PPh asal 21 adalah jumlah PPh yang telah dipotong oleh pemotong pajak PPh Pasal 21 dalam tahun pajak yang bersangkutan, baik terhadap WP sendiri maupun terhadap istri WP yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/ anak angkat yang belum dewasa

Dalam hal WP Orang Pribadi luar negeri berubah status menjadi WP dalam negeri, PPh Pasal 26 yang telah dipotong disamakan dengan kredit pajak PPh Pasal 21

Page 32: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

3. PPh Pasal 22Kredit Pajak PPh Pasalm 22 adalah jumlah PPh yang telah dipungut dalam tahun Pajak yang bersangkutan oleh:

a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea Cukai, atas impor barang;b. Direktorat jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik tingkat pusat

maupun daerah, BUMD dan BUMN, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang dari belanja negra atu belanja daerah;

c. Badan Usaha yang bergerak di bidang industri semen,industri kertas, industri baja dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya dalam negeri;

d. Pertamina atas penjualan hasil produksi berupa premium, solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli yang bukan sebagai penyalur/agen/dealer

e. Bulog atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu kepada pembeli yang bukan penyalur/grosir.

Page 33: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

4. PPh Pasal 23Kredit Pajak PPh Pasal 23 adalah jumlah PPh yang telah dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen, royalti, hadiah dan penghargaan, sewa, imbalan atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditentukan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali PPh yang bersifat final.

5. PPh Pasal 24Kredit Pajak PPh Pasal 24 adalah jumlah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri tetapi tidak bolah melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU PPh.

Page 34: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

Contoh perhitungan:

Pajak yang telah dilunasi dalam tahun berjalan, baik yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ataupun yang dipotong serta dipungut oleh pihak lain, dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang pada akhir tahunyang bersangkutan.

Pajak penghasilan yang terutang Rp 80.000.000,00Kredit pajak:Pemotong pajak dari pekerjaan (Pasal 21) Rp 5.000.000,00Pemungut pajak oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000,00Pemotong pajak dari modal (Pasal 23) Rp 5.000.000,00Kredit pajak luar negeri (Pasal 24) Rp 15.000.000,00Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25) Rp 10.000.000,00 (+)Jumlah pajak penghasilan yang dapat dikreditkan Rp 45.000.000,00 (-)

Pajak penghasilan yang masih harus dibayar Rp 35.000.000,00

Page 35: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

PPh Pasal 28A (Lebih Bayar)

Apabila pajak yang terutang untuk satu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak, maka setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungan dengan utang pajak berikut sanksi-sanksinya.

PPh Pasal 29 (Kurang bayar)

Apabila pajak yang terutang untuk satu tahun pajak ternyata lebih besar dari kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuna Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan

Page 36: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

BAGAN PAJAK PENGHASILAN (PPH BADAN)

UU PPh Pasal

Pasal 24

WAJIB PAJAKBADAN

Laporan Laba / RugiPenghasilan xxxBiaya (xxx)Laba xxxKoreksi Fiskal xxxPenghasilan Kena Pajak xxxPajak Terutang xxxPajak dibayar dimuka (xxx)Pajak yang harus dibayar xxx

Pasal 23

Pasal 6

Pasal 22, 23, 24, 25

Pasal 26

Pasal 23

Pasal 4

Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri

Luar Negeri

Indonesia

Pasal 9

Pasal 17

Pasal 29

Page 37: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

PERHITUNGAN PPH SECARA UMUM

UU PPh Pasal

Komersial FiskalPenghasilan xxx xxxBiaya ( dan bukan biaya) (xxx)(xxx)Laba/Penghasilan netto xxx xxxKompensasi rugi tahun sebelumnya (xxx) Penghasilan kena pajak (PKP) xxxPPh terhutang (PKP x Tarif) xxx Kredit Pajak : - PPh 22/23/24/25 (xxx) Kurang (lebih) bayar xxx

Penyesuaian Dilakukan dengan Rekonsiliasi Fiskal

Page 38: REKONSILIASI FISKAL  DAN KOMPENSASI KERUGIAN

TARIF PPH BADAN

UU PPh Pasal

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

> 0 juta – 50 juta 10%

> Rp 50 juta – Rp 100 juta

15%

> Rp 100 juta 30%

LAMA

BARU

Tarif Tunggal

Tahun 2009 : 28%Tahun 2010 & Setelahnya

: 25%