BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK...

38
57 BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur kinerja, perusahaan akan disebut berkinerja baik apabila perusahaan masih mendapatkan hasil positif dari perhitungan penjualan bersih dikurangkan dengan biaya-biaya atau disebut juga dengan laba, sebaliknya perusahaan akan disebut berkinerja buruk apabila hasil penjualan bersih dikurangkan dengan biaya adalah negatif, atau biasanya disebut rugi Selain menjadi tolak ukur kinerja, laba juga menjadi dasar dalam menghitung jumlah pajak terutang, dan kerugian akan menjadi dasar untuk menentukan fasilitas kompensasi kerugian yang bisa dinikmati oleh wajib pajak Agar layak dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan pajak, maka dalam menghitung keuntungan dan kerugian ini harus berdasarkan pada peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku, namun sayangnya pada saat menyusun laporan keuangan PT. KIA tidak menggunakan peraturan perpajakan yang berlaku, tetapi berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga tidak bisa begitu saja keuntungan atau kerugian tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menentukan pajak terutang atau kompensasi kerugian Dalam menyusun laporan keuangan secara komersial, PT. Keramika Indonesia Assosiasi. Tbk telah melakukan pembukuan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum dan telah melakukan audit terhadap laporan keuangan tersebut, oleh sebab itu disimpulkan laporan keuangan tersebut telah bebas dari salah saji

Transcript of BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK...

Page 1: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

57

BAB IV

REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK

TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

IV.1 Laba Rugi Secara Komersial

Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur kinerja,

perusahaan akan disebut berkinerja baik apabila perusahaan masih mendapatkan hasil

positif dari perhitungan penjualan bersih dikurangkan dengan biaya-biaya atau disebut

juga dengan laba, sebaliknya perusahaan akan disebut berkinerja buruk apabila hasil

penjualan bersih dikurangkan dengan biaya adalah negatif, atau biasanya disebut rugi

Selain menjadi tolak ukur kinerja, laba juga menjadi dasar dalam menghitung

jumlah pajak terutang, dan kerugian akan menjadi dasar untuk menentukan fasilitas

kompensasi kerugian yang bisa dinikmati oleh wajib pajak

Agar layak dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan pajak, maka dalam

menghitung keuntungan dan kerugian ini harus berdasarkan pada peraturan-peraturan

perpajakan yang berlaku, namun sayangnya pada saat menyusun laporan keuangan PT.

KIA tidak menggunakan peraturan perpajakan yang berlaku, tetapi berdasarkan pada

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga tidak bisa begitu saja

keuntungan atau kerugian tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menentukan pajak

terutang atau kompensasi kerugian

Dalam menyusun laporan keuangan secara komersial, PT. Keramika Indonesia

Assosiasi. Tbk telah melakukan pembukuan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku secara umum dan telah melakukan audit terhadap laporan keuangan tersebut,

oleh sebab itu disimpulkan laporan keuangan tersebut telah bebas dari salah saji

Page 2: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

58

Keuntungan maupun kerugian usaha dapat ditemukan di dalam laporan laba

rugi PT. Keramika Indonesia Assosiasi. Tbk, berikut ini adalah perhitungan laba rugi

yang dimiliki oleh PT. Keramika Indonesia Assosiasi. Tbk selama tahun 2005, 2006,

dan 2007:

Pada periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2005 PT. Keramika Indonesia

Assosiasi. Tbk mengalami kerugian usaha sebesar Rp 115,475,954,978, dengan rincian

sebagai berikut:

Penjualan Bersih Rp189,568,730,290

Beban Pokok Penjualan (Rp163,673,167,393)

Laba Kotor Rp25,895,562,897

Beban Usaha (Rp27,501,509,778)

Pendapatan (Beban) Lain-Lain (Rp113,870,008,097)

Rugi Sebelum Pajak (Rp115,475,954,978)

Untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 PT. Keramika

Indonesia Assosiasi. Tbk mengalami keuntungan sebesar Rp 152,192,300,337 dengan

rincian sebagai berikut:

Penjualan Bersih Rp160,364,371,890

Beban Pokok Penjualan (Rp130,802,697,175)

Laba Kotor Rp29,561,674,715

Beban Usaha (Rp31,341,943,872)

Page 3: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

59

Pendapatan (Beban) Lain-lain Rp153,972,569,494

Laba Bersih Sebelum Pajak Rp152,192,300,337

Pada periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 PT. Keramika

Indonesia Assosiasi. Tbk kembali mengalami kerugian yaitu sebesar Rp77,521,897,077

dengan rincian sebagai berikut:

Penjualan Bersih Rp257,615,282,302

Beban Pokok Penjualan (Rp209,018,024,243)

Laba Kotor Rp48,597,258,059

Beban Usaha (Rp25,380,756,532)

Pendapatan (Beban) Lain-Lain (Rp100,738,398,604)

Rugi Sebelum Pajak (Rp77,521,897,077)

IV.2 Laba Rugi Secara Fiskal

Perhitungan Laba atau Rugi secara fiskal memiliki sedikit perbedaan apabila

dibandingkan dengan komersial, hal ini disebabkan karena pada fiskal ada beberapa

biaya yang tidak boleh dikurangkan kepada penjualan bersih dan ada penghasilan yang

tidak boleh diakui

Karena PT. Keramika Indonesia Assosiasi. Tbk tidak melakukan pembukuan

ganda maka untuk mencari keuntungan atau kerugian fiskal perlu dilakukan rekonsiliasi

Page 4: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

60

fiskal, yaitu suatu proses untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial menjadi

laporan keuangan fiskal

Menyusun laporan keuangan fiskal sendiri memberikan banyak keuntungan bagi

wajib pajak, antara lain;

1. Mempermudah wajib pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)-

nya.

2. Mempermudah perhitungan besarnya penghasilan kena pajak.

3. Penyajian informasi tentang posisi finansial dan hasil usaha untuk bahan analisis

maupun pengambilan keputusan ekonomis perusahaan;

Seperti yang diatur dalam SE-50/PJ.71/1989

IV.2.1 Rekonsiliasi Fiskal

Untuk bisa melakukan rekonsiliasi fiskal terlebih dahulu harus dipahami

mengenai Undang-Undang perpajakan yang mengatur prinsip-prinsip mengenai

penyusunan laporan laba rugi fiskal, sehingga dengan memahami dan

mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut, laporan keuangan komersial kemudian

dapat disesuaikan menjadi laporan keuangan fiskal

Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan

komersial dan dengan kebijaksanaan perpajakan akan menghasilkan jumlah angka laba

atau rugi yang berbeda. Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan seperangkat

standar akuntansi yang memberikan toleransi fleksibilitas aplikasi dengan

mengutamakan pendekatan kewajaran penyajian, sedangkan laporan keuangan fiskal

sering diwarnai dengan pertimbangan sosial, politis, dan ekonomi baik nasional, regional

Page 5: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

61

bahkan internasional, pertimbangan tersebut misalnya pemerataan beban pajak, azas

keadilan, stimulasi, relokasi investasi.

Beberapa penyebab perbedaan antara laporan keuangan fiskal dan komersial itu

antara lain sebagai berikut ini:

1. Perbedaan apa yang dianggap penghasilan atau biaya menurut ketentuan

perpajakan dan praktek akuntansi, misalnya natura, pembebasan utang, dll.

2. Ketidaksamaan pendekatan dalam penghitungan penghasilan atau biaya,

misalnya metode depresiasi, penerapan norma perhitungan, dll.

3. Pemberian keringanan yang lain, misalnya penyusutan dipercepat,

kompensasi kerugian, dll.

4. Perbedaan perlakuan kerugian misalnya kerugian mancanegara, atau harta

yang tidak dipakai dalam usaha

Perbedaan-perbedaan itu kemudian akan menyebabkan perbedaan angka antara

laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, untuk dapat menyesuaikan

antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka perlu dilakukan

koreksi. Terdapat dua macam koreksi fiskal yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal

negatif. Fiskal positif terjadi apabila biaya yang diakui secara komersial lebih kecil atau

tidak diakui secara fiskal sehingga akan menyebabkan jumlah pajak yang terutang akan

bertambah karena terjadi pengurangan biaya, sebaliknya fiskal negatif terjadi apabila

biaya yang diakui komersial lebih besar dari pada biaya secara fiskal, sehingga akan

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar menjadi lebih kecil karena terjadi

penambahan biaya

Page 6: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

62

Perbedaan-perbedaan yang ada antara laporan keuangan komersial dan fiskal

juga akan menyebabkan terjadinya perbedaan angka yang bersifat permanen dan

temporer.

Perbedaan permanen terjadi karena administrasi pajak menghitung penghasilan

atau biaya fiskal berbeda dengan penghasilan atau biaya pada pembukuan (standar

akuntansi) yang disebabkan karena perbedaan prinsip-prinsip yang dianut, tanpa ada

koreksi di kemudian hari. Perbedaan permanen positif terjadi apabila laba komersial

lebih besar dari laba fiskal. Sedangkan perbedaan permanen negatif terjadi apabila

penghasilan komersial lebih rendah daripada penghasilan fiskal

Perbedaan temporer adalah perbedaan yang bersifat sementara, terjadi karena

adanya ketidaksamaan saat pengakuan penghasilan atau biaya oleh fiskal dan komersial.

Perbedaan waktu positif terjadi karena apabila pengakuan beban untuk tujuan

perpajakan lebih cepat dari pengakuan beban komersial.

Berikut ini adalah rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh PT. KIA

Rekonsiliasi fiskal untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2005

Rugi sebelum pajak menurut laporan (Rp115,475,954,978)

laba rugi

Dikurangi rugi anak perusahaan Rp76,366,039,913

Rugi sebelum pajak perusahaan (Rp39,109,915,065)

Perbedaan Temporer

Penyusutan aktiva tetap Rp25,845,562,358

Beban imbalan paska kerja Rp945,875,172

Beban sewa guna usaha Rp76,622,536

Page 7: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

63

Jumlah Rp26,868,060,066

Perbedaan Permanen

Penyesuaian penurunan nilai mesin Rp1,021,861,766

dan bahan baku

Jamuan, sumbangan dan representasi Rp212,049,303

Kesejahteraan karyawan Rp1,185,318,669

Penghasilan bunga deposito berjangka (Rp88,354,986)

dan jasa giro

Jumlah Rp2,330,874,752

Laba (rugi) fiskal tahun berjalan (Rp9,910,980,247)

Rekonsiliasi fiskal untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006

Laba (rugi) sebelum pajak menurut laporan

laba rugi konsolidasi Rp152,192,300,337

Ditambah atau dikurangi laba (rugi) sebelum

pajak anak perusahaan (Rp98,657,308,362)

Laba (rugi) sebelum pajak anak perusahaan Rp53,534,991,975

Perbedaan Temporer

Penyusutan aktiva tetap (Rp15,842,215,308)

Imbalan paska kerja - bersih Rp133,102,028

Pengurangan piutang ragu-ragu (Rp1,049,285,204)

Page 8: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

64

Penyisihan penurunan nilai aktiva yang

tidak digunakan dalam operasi perusahaan (Rp428,568,714)

Jumlah (Rp17,186.967,198)

Perbedaan Permanen

Jamuan, sumbangan, dan representasi Rp625,301,192

Kesejahteraan karyawan Rp1,361,801,108

Penghasilan bunga (Rp70,709,376)

Pendapatan (beban) lain-lain -

Beban produksi ditangguhkan (Rp17,757,566,488)

Jumlah (Rp15,841,173,564)

Laba (rugi) Fiskal Tahun berjalan Rp20,506,851,213

Rekonsiliasi fiskal untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2006

Laba (rugi) sebelum pajak menurut akuntansi (Rp77,521,897,077)

Dikurangi rugi sebelum pajak - Anak perusahaan (Rp67,181,376,781)

Laba (rugi) sebelum pajak anak perusahaan (Rp10,340,520,296)

Perbedaan Temporer

Penyusutan aktiva tetap (Rp12,276,282,468)

Imbalan pasca kerja - bersih Rp1,776,054,631

Pengurangan piutang ragu-ragu Rp15,365,000

Page 9: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

65

Amortisasi beban ditangguhkan Rp4,126,438,298

Penyisihan penurunan nilai aktiva tetap yang

tidak digunakan dalam operasi Rp428,568,298

Jumlah (Rp5,929,855,825)

Perbedaan Permanen

Jamuan, sumbangan, dan representasi Rp403,798,867

Kesejahteraan karyawan Rp1,011,279,091

Penghasilan bunga (Rp51,095,581)

Beban pokok produksi ditangguhkan -

Jumlah Rp1,363,982,377

Laba (rugi) fiskal tahun berjalan (Rp14,906,393,744)

IV.2.2 Perbedaan Temporer

Berikut ini adalah koreksi fiskal yang disebabkan karena adanya perbedaan

temporer yang ditemukan pada laporan laba/rugi PT. KIA:

1. Imbalan Pasca Kerja

Yang dimaksudkan dengan imbalan pasca kerja adalah program-program

seperti program pensiun, asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca

kerja, yang mana sejumlah uang akan dibayarkan setelah karyawan telah

berhenti bekerja, PT. KIA setiap tahun menyisihkan sejumlah dana untuk

membiayai program-program ini, namun pada pasal 9 ayat (1) Undang-

Page 10: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

66

undang pajak penghasilan tidak memperbolehkan adanya pembentukan dana

cadangan, sehingga menyebabkan akun ini harus dikoreksi.

Koreksi yang dilakukan pada tahun 2005 adalah sebesar

Rp945,875,172 karena biaya imbalan pasca kerja yang dicadangkan oleh

wajib pajak adalah sebesar Rp1,081,436,669, tapi imbalan pasca kerja yang

aktual di tahun 2005 hanya sebesar Rp135,561,497.

Biaya Imbalan Pasca Kerja di tahun 2006 dikoreksi positif sebesar

Rp1,331,020,281, dari sebelumnya secara komersial Rp2,382,253,715, hal

ini terjadi karena pada tahun 2006 imbalan pasca kerja aktual yang

dibayarkan kepada karyawan yang berhenti bekerja adalah sebesar

Rp1,051,233,434

Sedangkan biaya imbalan pasca kerja pada tahun 2007 dikoreksi

sebesar Rp1,776,054,631 dari total Rp1,776,054,631, hal ini disebabkan

karena pada tahun 2007 tidak ada pemutusan hubungan kerja dengan

karyawan, maka seluruh angka pada akun imbalan pasca kerja adalah

pemupukan dana cadangan yang harus dikoreksi

2. Penyusutan Aktiva Tetap

Peraturan yang mengatur mengenai penyusutan terdapat pada pasal 11 dan

pasal 11 A Undang-undang pajak penghasilan, yang menjelaskan secara rinci

mengenai metode, dan kelompok-kelompok harta berwujud, yang

menyebabkan terjadinya koreksi terhadap akun ini adalah karena PT. KIA

menggunakan masa manfaat yang berbeda dengan masa manfaat yang

Page 11: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

67

ditentukan oleh Undang-undang pajak penghasilan, maka akun ini akan

dilakukan koreksi.

Masa manfaat yang digunakan oleh perusahaan adalah

AKTIVA TETAP MASA

MANFAAT

Tanah Tidak disusutkan Bangunan dan Prasarana 10 - 30 Mesin dan Peralatan 5 - 15 Kendaran Bermotor 5 Peralatan Kantor 5 Perabotan 5

Metode Penyusutan yang digunakan oleh wajib pajak adalah metode

penyusutan garis lurus, yang diperboleh menurut peraturan perpajakan

Biaya Penyusutan pada wajib pajak termasuk dalam dua akun, yaitu pada

akun harga pokok penjualan dan akun penyusutan pada kelompok biaya

umum dan administrasi

Penyusutan pada tahun 2005 berdasarkan komersial adalah sebesar

Rp28,857,439,960 yang terbagi ke dalam harga pokok perolehan sebesar

Rp27,786,169,769, sekitar 96,29% dan biaya umum dan administrasi

Rp1,071,270,191, sekitar 3,71%. Sedangkan penyusutan secara fiskal adalah

sebesar Rp6,589,938,374. Selisihnya yaitu Rp22,267,501,586 yang terdiri

dari Rp21,440,868,638 pada harga pokok penjualan dan Rp826,632,948

pada biaya umum dan administrasi akan dikoreksi positif.

Page 12: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

68

Sedangkan pada tahun 2006 Penyusutan yang diakui oleh komersial

adalah sebesar Rp12,783,500,672 yang terbagi ke dalam harga pokok

perolehan sebesar Rp11,590,410,150, sekitar 90,67% dan biaya umum dan

administrasi Rp1,193,090,522, sekitar 9,33%. Jika dihitung dengan

menggunakan secara fiskal didapatkan penyusutan sebesar

Rp32,827,337,616. Selisihnya yaitu Rp20,043,836,944 akan dikoreksi

negatif, yaitu Rp18,173,135,600 dikoreksi dari harga pokok penjualan dan

Rp1,870,701,344 dikoreksi dari biaya umum dan administrasi

Penyusutan secara fiskal tahun 2007 didapatkan sebesar

Rp13,236,101,697 dan penyusutan berdasarkan komersial didapatkan

sebesar Rp959,819,229, maka untuk mengharmonisasikan penyusutan

dilakukan koreksi negatif sebesar Rp12,276,282,468 yang terbagi atas

penyusutan Rp11,350,610,812 dikoreksi dari harga pokok penjualan dan

Rp925,671,655 dikoreksi dari biaya umum dan administrasi

Pada tahun 2005 dan 2006 perhitungan penyusutan yang dilakukan

oleh PT. KIA memiliki beberapa kesalahan yang disebabkan karena

kesalahan pengelompokan kelompok aktiva. PT. KIA memasukan AC,

mobil, dan mesin-mesin produksi sederhana ke dalam kelompok 1 yang akan

disusutkan selama 4 tahun. Seharusnya aktiva-aktiva tersebut harus

dimasukan ke dalam kelompok 2 sesuai dengan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor:138/KMK.03/2002. Penyusutan tahun

2007 telah sesuai dengan peraturan perpajakan.

3. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu

Page 13: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

69

Berdasarkan pada penjelasan dalam pasal 9 ayat (1) Undang-undang Pajak

Penghasilan, pemupukan atau pembentukan dana cadangan kecuali piutang

tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan

untuk usaha asuransi, dan cadang1an biaya reklamasi untuk usaha

pertambangan tidak diperbolehkan, PT. KIA adalah perusahaan yang

bergerak di bidang produksi dengan bahan dasar keramik, maka akun piutang

ragu-ragu ini akan dilakukan koreksi sebab tidak termasuk dalam bidang

usaha yang diperbolehkan untuk membentuk dana cadangan

Piutang ragu-ragu yang ada pada tahun 2005 adalah sebesar

Rp76,622,536, pada tahun 2007 adalah Rp15,365,000, terhadap penyisihan

piutang ragu-ragu ini akan dikoreksi positif

4. Penyisihan Penurunan Nilai Aktiva yang Tidak Digunakan dalam Operasi

Akan dilakukan koreksi terhadap biaya ini karena aktiva yang tidak

digunakan dalam operasi tidak seharusnya dijadikan sebagai pengurang

penghasilan, karena biaya ini tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara pendapatan, dan juga adalah salah satu bentuk pemupukan

dana cadangan yang tidak diijinkan didalam peraturan pajak. Di tahun 2006

dan 2007 masing –masing adalah sebesar Rp428,568,714 , angka ini perlu

dikoreksi positif seluruhnya.

PT. KIA melakukan kesalahan koreksi terhadap akun ini pada tahun 2006

dimana akun ini dikoreksi negatif.

5. Pengurangan Piutang Ragu-ragu

Page 14: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

70

Akun ini adalah akun pembebanan piutang yang benar-benar tidak dapat

ditagih, wajib pajak telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan oleh

peraturan perpajakan (Pasal 6 ayat (1) ). Karena sebelumnya piutang ragu-

ragu dikoreksi, maka ketika piutang ragu-ragu tersebut benar-benar tidak

dapat ditagih, maka akan dilakukan koreksi negatif yaitu sebesar

Rp1,049,285,204 pada tahun 2006

6. Amortisasi beban produksi ditangguhkan

Amortisasi secara komersial diakui sebesar Rp4,126,438,298, namun secara

fiskal amortisasi biaya tangguhan telah dibebankan seluruhnya pada tahun

2006 maka amortisasi secara fiskal terhitung sebesar Rp 0. Selisihnya akan

dikoreksi positif

IV.2.3 Perbedaan Permanen

Sedangkan koreksi fiskal yang disebabkan karena adanya perbedaan permanen

yang sering ditemukan pada laporan laba/rugi PT. KIA adalah:

1. Jamuan, Sumbangan dan Representasi

Akun ini adalah merupakan gray area, yang artinya akun ini bisa dikreditkan

apabila sesuai dengan peraturan perpajakan yaitu terdapat dalam Surat

Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-27/PJ.22/1986, sayangnya PT.

KIA masih harus melakukan koreksi atas akun ini sebab, pada akun jamuan

PT. KIA tidak membuat daftar nominatif dan sumbangan tersebut diberikan

kepada yayasan sosial dan masyarakat disekitar tempat perusahaan berada.

Page 15: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

71

Biaya jamuan yang diberikan kepada mitra-mitra bisnis yang penting, oleh

wajib pajak biaya tersebut dimasukan ke dalam harga pokok penjualan

Pada tahun 2005 akun ini berjumlah Rp212,049,303 yang terdiri dari

Rp204,842,283 di biaya umum dan administrasi dan Rp7,207,020 di harga

pokok penjualan.

Pada tahun 2006 terdapat jamuan, sumbangan dan representasi sebesar

Rp625,301,192 yang terdiri dari Rp618,080,010 di biaya umum dan

administrasi dan Rp7,221,182 terdapat dalam harga pokok penjualan

Terakhir pada tahun 2007 jamuan, sumbangan dan representasi sebesar

Rp403,798,867 yang terdiri dari Rp362,951,972 pada biaya umum dan

administrasi dan Rp40,846,895 pada harga pokok penjualan.

Atas semua biaya jamuan, sumbangan, dan representasi ini akan

dilakukan koreksi positif

2. Keuntungan/Kerugian Anak Perusahaan

Kerugian atau keuntungan dari anak perusahaan apabila ditinjau secara fiskal

maka tidak seharusnya diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi milik PT.

KIA karena keuntungan maupun kerugian anak perusahaan akan dikenakan

pajak secara terpisah sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku, maka perlu

dilakukan koreksi terhadap akun keuntungan/kerugian anak perusahaan di

perusahaan induk.

Tahun 2005 didapatkan kerugian anak perusahaan adalah sebesar

Rp76,366,039,913, Tahun 2006 anak perusahaan mendapatkan keuntungan

Page 16: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

72

sebesar Rp98,657,308,363, terakhir tahun 2007 anak perusahaan mengalami

kerugian kembali sebesar Rp70,779,620,483

Terjadi kesalahan penggunaan nilai nominal dalam koreksi fiskal yang

dilakukan oleh PT. KIA karena angka yang digunakan adalah

Rp67,181,376,78, yang seharusnya sebesar Rp70,779,620,483 seperti yang

tercatat dalam laporan keuangan

3. Kesejahteraan Karyawan

Kesejahteraan karyawan (Natura) yang dimiliki wajib pajak termasuk

penyediaan makanan dan minuman, penyediaan seragam, transportasi bagi

karyawan, dan biaya pengobatan bagi karyawan. Sesuai dengan Keputusan

Mentri Keuangan dan Keputusan Direktur Jendral Pajak yang diatur dalam

nomor 466/KMK.04/2000 dan nomor Kep.231/PJ./2001 maka atas akun ini

akan dilakukan koreksi

Pada tahun 2005 akun ini berjumlah Rp1,185,318,669, Rp

1,361,801,108 pada tahun 2006, serta Rp1,011,279,091 pada tahun 2007,

kesejahteraan karyawan akan dikoreksi positif.

4. Pos dan Telekomunikasi

Di dalam akun Pos dan Telekomunikasi ditemukan sejumlah biaya yang

digunakan oleh perusahaan untuk voucher pulsa handphone yang diberikan

kepada karyawan untuk keperluan perkerjaan. Berdasarkan pada Keputusan

Dirjen Pajak KEP-220/PJ./2002 tanggal 18 April 2002 Pasal 1 ayat (2); biaya

Page 17: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

73

berlangganan atau pengisian pulsa dapat dibebankan sebagai biaya

perusahaan sebesar 50%

Pada tahun 2005 ditemukan sebesar Rp12,800,000 adalah merupakan

biaya pembelian voucher, yang kemudian akan dikoreksi positif sebesar 50%

nya yaitu Rp6,400,000

Di tahun 2006 Rp13,900,000 adalah biaya yang digunakan untuk

pembelian voucher pulsa, yang akan dikoreksi positif sebesar 50%nya yaitu

Rp6,950,000.

Terakhir tahun 2007 ditemukan Rp14,600,000 adalah biaya yang

dikeluarkan untuk pembelian voucher pulsa, akan dikoreksi positif 50%nya

yaitu Rp7,300,000.

PT. KIA tidak melakukan koreksi fiskal sebesar 50% terhadap akun

pos dan telekomunikasi ini. Hal ini mungkin disebabkan karena PT. KIA

tidak melakukan update peraturan perpajakan.

5. Penyesuaian Penurunan Nilai Mesin dan Bahan Baku

Alasan dilakukan koreksi terhadap akun penyesuaian penurunan nilai mesin

dan bahan baku adalah karena adalah beban yang dikeluarkan wajib pajak

tidak untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Sehingga

pada tahun 2005 Rp777,479,733 akan dikoreksi

6. Penghasilan Bunga

Harus dilakukan koreksi terhadap akun ini, karena sesuai dengan Undang-

Undang pajak penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang diperjelas dengan

Page 18: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

74

PPNo.31/2000 penghasilan bunga termasuk sebagai penghasilan final dengan

tarif sebesar 20%

Pada tahun 2005 penghasilan bunga tercatat sebesar Rp883,543,986,

Rp70,709,376 pada tahun 2006, dan Rp51,095,581 di tahun 2007

7. Beban Produksi yang Ditangguhkan

Pada tahun 2006 terdapat beban-beban produksi yang ditangguhkan oleh PT.

KIA, beban pokok produksi yang ditangguhkan ini terdiri dari :

i. Biaya bahan baku

ii. Tenaga kerja langsung

iii. Tenaga kerja tidak langsung

iv. Gas

v. PLN

vi. Beban-beban pabrikasi lainnya

Yaitu sebesar Rp17,757,566,488 yang terdiri dari beban produksi

ditangguhkan yang berasal dari Jakarta sebesar Rp8,705,008,516 dan dari

Karawang sebesar Rp9,052,567,148.

Alasan munculnya beban produksi yang ditangguhkan adalah karena pabrik

tidak berjalan penuh.

Selain akun-akun diatas PT. KIA juga memiliki akun-akun yang tidak perlu

untuk dilakukan koreksi, antara lain:

1. Penjualan Bersih

Page 19: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

75

Penjualan bersih PT. KIA berasal dari penjualan dari dalam negeri, luar

negeri dan penjualan kepada pihak hubungan istimewa. Akun penjualan

bersih ini tidak perlu dikoreksi karena sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU

No.17 Tahun 2000 yang menyebutkan bahwa penghasilan dari kegiatan

usaha adalah objek Pajak Penghasilan.

2. Biaya-biaya yang tidak perlu dilakukan koreksi, antara lain sbb:

• Beban Pokok Penjualan

Beban pokok penjualan PT. KIA terdiri dari;

i. Biaya Bahan Baku

ii. Tenaga Kerja Langsung

iii. Biaya Pabrikasi

• Beban Penjualan

Yang terdiri dari:

i. Pengangkutan Penjualan Lokal

ii. Pengangkutan Penjualan Ekspor

iii. Pemasaran dan Promosi

iv. Perjalanan dan Transportasi

• Beban Umum dan Administrasi

Yang terdiri dari:

i. Gaji dan Upah

Page 20: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

76

ii. Listrik

iii. PAM

iv. Perbaikan dan Pemeliharaan

v. Beban Sewa

vi. Alat-alat Tulis dan Keperluan Kantor

vii. Jasa Profesional

viii. Lain-lain

• Pendapatan/(Beban) Lain-lain

i. Beban bunga dan keuangan

ii. Rugi Penurunan Nilai Aktiva

iii. Keuntungan penjualan aktiva tetap

iv. Keuntungan/kerugian selisih kurs

Tidak perlu dilakukan koreksi untuk biaya-biaya di atas dikarenakan biaya-biaya

tersebut adalah biaya yang lazim atau biaya yang dikeluarkan sehari-hari untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta memiliki hubungan langsung

dengan kegiatan usaha, seperti yang dijelaskan dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang

pajak penghasilan.

Page 21: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

77

IV.3 Rekonsiliasi Laporan Laba/Rugi Komersial Menjadi Laporan Laba/Rugi

Fiskal

Setelah mempelajari laporan laba rugi PT. KIA dan melakukan analisis atas

biaya-biaya dan penghasilan yang terdapat dalam laporan laba rugi PT. KIA, maka dapat

diketahui koreksi fiskal pada PT. KIA, sehingga dapat dihitung laba kena pajak

Untuk mencari laba kena pajak, bisa dilakukan dengan membuat laporan

rekonsiliasi perhitungan laba/rugi fiskal. Sampai saat ini belum ada ketentuan fiskal

yang mengharus wajib pajak untuk membuat laporan rekonsiliasi perhitungan laba/rugi

fiskal dengan format tertentu maka penulis akan membuat rekonsiliasi dengan format

yang umum dilakukan, yaitu dengan cara menulis laporan laba/rugi komersial dan

kemudian dibuat kolom koreksi fiskal disebelahnya, pada kolom fiskal ini, koreksi-

koreksi yang ada akan dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu koreksi fiskal akibat

perbedaan temporer dan koreksi fiskal akibat perbedaan tetap, kemudian angka dari

laporan keuangan komersial akan dibandingkan dengan angka pada kolom koreksi dan

dipindahkan ke kolom terakhir, yaitu kolom perhitungan laba/rugi fiskal

Berikut ini adalah rekonsiliasi laporan laba/rugi fiskal yang menunjukan koreksi-

koreksi perbedaan temporer dan perbedaan permanen PT. KIA :

Page 22: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

78

TABEL IV.I PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. TBK

REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA/RUGI FISKAL UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2005

(dalam Rupiah) Koreksi Fiskal Positif (Negatif)

Uraian Perhitungan Laba/Rugi

Komersial Perbedaan Temporer

Perbedaan Permanen

Perhitungan Laba/Rugi Fiskal

Peredaran Usaha 189,568,730,290 189,568,730,290 Harga Pokok Penjualan: Bahan Baku 96,123,682,310 96,123,682,310 Tenaga Kerja Langsung 11,617,031,548 11,617,031,548 Biaya Pabrikasi 92,313,400,527 92,313,400,527 Persediaan Barang WIP Persediaan Awal 4,201,552,117 4,201,552,117 Persediaan Akhir (4,041,308,699) (4,041,308,699)Persediaan Barang Jadi Persediaan Awal 16,328,301,743 16,328,301,743 Persediaan Akhir (52,869,492,153) (52,869,492,153)JUMLAH HPP 163,673,167,393 21,440,868,638 7,207,020 142,225,091,135 LABA KOTOR 25,895,562,897 47,343,638,555 Beban Usaha Pengangkutan Penjualan Lokal 10,204,666,843 10,204,666,843 Pengangkutan Penjualan Ekspor 1,741,261,054 1,741,261,054 Perjalanan dan Transportasi 108,933,990 108,933,990 Jumlah Beban Usaha 12,054,861,887 12,054,861,887

Page 23: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

79

Beban Umum dan Administrasi Gaji dan upah 9,364,456,724 9,364,456,724 Kesejahteraan Karyawan 1,185,318,669 1,185,318,669 -Beban Imbalan pasca kerja 1,081,436,669 945,875,172 135,561,497 Jamuan, Sumbangan, dan Representasi 204,842,283 204,842,283 -Penyusutan 1,071,648,227 826,632,948 245,015,279 Pos dan Telekomunikasi 42,716,858 6,400,000 36,316,858 Listrik 126,116,438 126,116,438 PAM 34,580,315 34,580,315 Perbaikan dan pemeliharaan 327,040,076 327,040,076 Asuransi 393,496,741 393,496,741 Beban Sewa 447,381,102 447,381,102 Alat-alat tulis dan keperluan kantor 28,590,055 28,590,055 Penyisihan piutang ragu-ragu 76,622,536 76,622,536 -Jasa profesional 286,669,441 286,669,441 Lain-lain (dibawah 100 juta) 775,701,757 775,701,757 Jumlah Beban Administrasi 15,446,617,891 12,200,926,283 Beban Lain-lain Kerugian Selisih Kurs 37,382,365,117 37,382,365,117 Laba Rugi Anak Perusahaan 76,366,039,913 76,366,039,913 -Beban Bunga dan Keuangan 14,740,500 14,740,500 Penyesuaian Penurunan Nilai Mesin dan Bahan Baku

777,479,733

777,479,733 -

Rugi Penurunan Nilai Aktiva 244,382,033 244,382,033 Jumlah Beban Lain-lain 114,785,007,296 37,641,487,650

Page 24: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

80

Pendapatan Lain-lain Penghasilan Bunga 883,543,986 (883,543,986) -Penghasilan lain-lain bersih 31,455,213 31,455,213 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 914,999,199 31,455,213 Jumlah Koreksi 23,289,999,294 77,663,743,632 Laba (Rugi) Usaha Sebelum Pajak (115,475,924,978) (14,522,182,052)Sumber : Penulis

Page 25: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

81

TABEL IV.II PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. TBK

REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA/RUGI FISKAL UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006

(dalam Rupiah)

Koreksi Fiskal Positif (Negatif) Uraian

Perhitungan Laba/Rugi Komersial

Perbedaan Temporer

Perbedaan Permanen

Perhitungan Laba/Rugi Fiskal

Peredaran Usaha 160,364,371,890 160,364,371,890 Harga Pokok Penjualan: Bahan Baku 53,746,344,644 53,746,344,644 Tenaga Kerja Langsung 8,952,287,819 8,952,287,819 Biaya Pabrikasi 62,845,842,026 62,845,842,026 Persediaan Barang WIP Persediaan Awal 4,041,308,699 4,041,308,699 Persediaan Akhir (2,814,588,262) (2,814,588,262)Persediaan Barang Jadi Persediaan Awal 52,869,492,153 52,869,492,153 Persediaan Akhir (48,837,989,904) (48,837,989,904)JUMLAH HPP 130,802,697,175 (18,173,135,600) (17,750,345,306) 166,726,178,081 LABA KOTOR 29,561,674,715 (6,361,806,191) Beban Usaha Pengangkutan Penjualan Lokal 8,699,220,517 8,699,220,517 Pengangkutan Penjualan Ekspor 1,744,896,800 1,744,896,800 Pemasaran dan Promosi 2,590,029,530 2,590,029,530 Perjalanan dan Transportasi 765,057 765,057

Page 26: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

82

Jumlah Beban Usaha 13,034,911,904 13,034,911,904 Beban Umum dan Administrasi Gaji dan upah 9,345,568,347 9,345,568,347 Kesejahteraan Karyawan 1,361,801,108 1,361,801,108 0 Beban Imbalan pasca kerja 2,382,253,715 1,331,020,281 1,051,233,434 Jamuan, Sumbangan, dan Representasi 618,080,010 618,080,010 0 Penyusutan 1,193,090,522 (1,870,701,344) 3,063,791,866 Pos dan Telekomunikasi 46,358,182 6,950,000 39,408,182 Listrik 135,504,159 135,504,159 PAM 27,174,833 27,174,833 Perbaikan dan pemeliharaan 408,779,049 408,779,049 Asuransi 590,556,356 590,556,356 Beban Sewa 746,703,497 746,703,497 Alat-alat tulis dan keperluan kantor 108,057,489 108,057,489 Piutang Ragu-Ragu - (1,049,285,204) 1,049,285,204 Jasa profesional 639,449,223 639,449,223 Lain-lain (dibawah 100 juta) 703,655,478 703,655,478 Jumlah Beban Administrasi 18,307,031,968 17,909,167,117 Beban Lain-lain Beban Bunga dan Keuangan 46,083,567 46,083,567 Penyisihan Penurunan Nilai Aktiva yang tidak digunakan dalam operasi

428,568,714 428,568,714

-

Jumlah Beban Lain-lain 474,652,281 46,083,567 Pendapatan Lain-lain

Page 27: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

83

Keuntungan Anak Perusahaan 98,657,308,363 (98,657,308,363) -Keuntungan Selisih Kurs 55,254,023,435 55,254,023,435 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 321,693,964 321,693,964 Penghasilan Bunga 70,709,376 (70,709,376) -Lain-Lain Bersih 143,486,637 143,486,637 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 154,447,221,775 55,719,204,036 Jumlah Koreksi (19,333,533,153) (114,498,481,927) Laba (Rugi) Usaha Sebelum Pajak 152,192,300,337 18,367,235,257 Sumber : Penulis

Page 28: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

84

TABEL IV.III PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. TBK

REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA/RUGI FISKAL UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007

(dalam Rupiah)

Koreksi Fiskal Positif (Negatif) Uraian

Perhitungan Laba/Rugi Komersial Perbedaan

Temporer Perbedaan Permanen

Perhitungan Laba/Rugi Fiskal

Peredaran Usaha 257,615,282,302 257,615,282,302 Harga Pokok Penjualan: Bahan Baku 83,247,770,061 83,247,770,061 Tenaga Kerja Langsung 13,548,409,201 13,548,409,201 Biaya Pabrikasi 91,608,915,932 91,608,915,932 Pembelian dari KSM 1,614,223,085 1,614,223,085 Persediaan Barang WIP Persediaan Awal 2,814,588,262 2,814,588,262 Persediaan Akhir (3,179,774,508) (3,179,774,508)Persediaan Barang Jadi Persediaan Awal 48,837,989,904 48,837,989,904 Persediaan Akhir (29,474,097,694) (29,474,097,694)JUMLAH HPP 209,018,024,243 (11,350,610,812) 40,846,895 220,327,788,160 Laba Kotor 48,597,258,059 37,287,494,142 Beban Usaha Pengangkutan Penjualan Lokal 523,438,215 523,438,215

Page 29: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

85

Pengangkutan Penjualan Ekspor 2,126,749,092 2,126,749,092 Pemasaran dan Promosi 2,227,415,535 2,227,415,535 Perjalanan dan Transportasi 70,834 70,834 Jumlah Beban Usaha 4,877,673,676 4,877,673,676 Beban Umum dan Administrasi Gaji, upah, 9,671,093,291 9,671,093,291 Kesejahteraan Karyawan 1,011,279,091 1,011,279,091 0 Amortisasi Biaya Tangguhan 4,126,438,298 4,126,438,298 0 Beban Imbalan pasca kerja 1,776,054,631 1,776,054,631 0 Jamuan, Sumbangan, dan Representasi 362,951,972 362,951,972 0 Penyusutan 959,819,229 (925,671,655) 1,885,490,884 Pos dan Telekomunikasi 48,654,251 7,300,000 41,354,251 Listrik 98,321,524 98,321,524 PAM 25,247,098 25,247,098 Perbaikan dan pemeliharaan 317,239,252 317,239,252 Asuransi 495,766,668 495,766,668 Beban Sewa 729,696,089 729,696,089 Alat-alat tulis dan keperluan kantor 105,537,694 105,537,694 Penyisihan Piutang Ragu-Ragu 15,365,000 15,365,000 0 Jasa profesional 376,923,333 376,923,333 Lain-lain (dibawah 100 juta) 382.695.435 382,695,435 Jumlah Beban Administrasi 20,503,082,856 14,129,365,519 0 Beban Lain-lain 0

Page 30: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

86

Kerugian Selisih Kurs 29,354,860,038 29,354,860,038 Laba (Rugi) Anak Perusahaan 70,779,620,483 70,779,620,483 0 Beban Bunga dan Keuangan 187,680,447 187,680,447 Penyisihan Penurunan Nilai Aktiva yang tidak digunakan dalam operasi

428,568,714 428,568,714

0

Lain-Lain Bersih 38,764,503 38,764,503 Jumlah Beban Lain-lain 100,789,494,185 29,581,304,988 Pendapatan Lain-lain 0 Penghasilan Bunga 51,095,581 (51,095,581) 0 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 51,095,581 0 Jumlah Koreksi (5,929,855,824) 72,150,902,860 Laba (Rugi) Usaha Sebelum Pajak (77,521,897,077) (11,300,850,041)Sumber: Penulis

Page 31: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

87

IV.4 Perhitungan Pajak Lebih Bayar atau Kurang Bayar

Proses menentukan kewajiban pajak pada suatu tahun pajak adalah lebih

bayar atau kurang bayar adalah dengan mengurangkan kewajiban pajak dengan kredit

pajak. Jika didapatkan angka negatif maka pada tahun pajak tersebut terjadi pajak lebih

bayar, sebaliknya apabila angka positif berarti ada kekurangan bayar, berikut ini adalah

perhitungan pajak lebih bayar atau kurang bayar untuk tahun 2005, 2006, 2007

IV.4.1 Perhitungan Pajak Lebih Bayar atau Kurang Bayar tahun 2005

PT. KIA mengalami kerugian sebesar Rp14,522,182,052 pada tahun 2005,

karena mengalami kerugian maka PT. KIA tidak memiliki utang pajak, namun selain

pajak penghasilan Pasal 21, PT. KIA pada tahun yang sama juga memiliki beberapa

kegiatan usaha yang dikenakan pajak, misalnya PPh Pasal 22

Kegiatan-kegiatan usaha PT. KIA yang dikenakan PPh Pasal 22 antara lain

adalah kegiatan impor pembelian bahan baku dari luar negeri yang pajaknya dipungut

oleh Ditjen Bea dan Cukai serta pembelian migas dari Pertamina yang totalnya sebesar

Rp849,507,694. PPh Pasal 22 ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak yang artinya dapat

digunakan untuk mengurangkan pajak PPh 21 Badan, karena pada tahun 2005 PT. KIA

tidak memiliki utang pajak, dengan kredit pajak sebesar Rp849,507,694. maka

menghasilkan pajak yang lebih bayar sebesar Rp849,507,694

Kerugian PT. KIA pada tahun berjalan inipun bisa dijadikan sebagai

kompensasi kerugian untuk lima tahun mendatang.

IV.4.2.Perhitungan Pajak Lebih Bayar atau Kurang Bayar tahun 2006

Page 32: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

88

Dari hasil rekonsiliasi ditemukan laba bersih fiskal adalah sebesar

Rp18,367,235,257, maka untuk mencari jumlah pajak yang terutang cukup dikalikan

tarif dengan laba bersih tersebut :

10% x Rp50,000,000 = Rp5,000,000

15% x Rp50,000,000 = Rp7,500,000

30% x Rp18,267,235,000 = Rp5,480,170,500

Rp5,492,670,500

Jumlah Pajak Terutang adalah sebesar Rp5,492,670,500, namun karena

disebabkan wajib pajak memiliki kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya

maka menyebabkan pajak yang harus dibayar wajib pajak menjadi berkurang

Data kompensasi kerugian yang dimiliki oleh wajib pajak sesuai dengan hasil

observasi penulis adalah sebagai berikut ini:

• Tahun 2001 Wajib Pajak memiliki sisa kompensasi kerugian sebesar

Rp23,396,188,299

• Tahun 2004 Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian sebesar Rp8,023,764,397

• Tahun 2005 Wajib Pajak memiliki kompensasi kerugian sebesar Rp14,522,182,052

Untuk mengkompensasikan pajak penghasilan tahun 2006, maka digunakan

kompensasi tahun 2001 yaitu sebesar Rp23,396,188,299, kompensasi tersebut sudah

cukup untuk menutup seluruh laba bersih yang dimiliki oleh wajib pajak pada tahun

2006 ini yaitu sebesar Rp18,367,235,257, maka pada tahun 2006 ini wajib pajak tidak

perlu membayar pajak penghasilan.

Page 33: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

89

Kredit pajak dalam negeri yang dimiliki oleh wajib pajak adalah sebesar

Rp706,789,526 yang terdiri dari kegiatan impor dan pembelian migas dari pertamina

serta memiliki Rp38,000,000 kredit fiskal luar negeri. Maka untuk tahun 2006 ini PPh

lebih dibayar PT. KIA adalah sebesar Rp744,789,526.

IV.4.3 Perhitungan Pajak Lebih Bayar atau Kurang Bayar tahun 2007

Karena wajib pajak menderita kerugian sebesar Rp11,300,850,041, maka

untuk tahun 2007 ini tidak ada kewajiban pajak penghasilan yang perlu dilunasi

Kredit pajak dalam negeri yang dimiliki oleh wajib pajak adalah sebesar

Rp546,063,484 yang seluruhnya terdiri dari pemungutan dari kegiatan import oleh

Ditjen Bea dan Cukai, kemudian di tahun 2007 ini tidak ada catatan mengenai fiskal luar

negeri yang ditanggung oleh perusahaan maka untuk tahun 2007 ini jumlah pajak lebih

dibayar oleh wajib pajak adalah sebesar Rp546,063,484

Kerugian Rp11,300,850,041 ini dapat digunakan sebagai kompensasi

kerugian untuk lima tahun mendatang.

IV.5 Penyampaian SPT Tahunan oleh PT. Keramika Indonesia Assosiasi. Tbk

Indonesia menganut sistem pemungutan pajak self assesment yang berarti

wajib pajak berkewajiban mengurus sendiri kewajiban pajaknya, kewajiban pajak

termasuk menyampaikan SPT Tahunan

Surat Pemberitahuan atau SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP)

digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 34: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

90

SPT berfungsi sebagai sarana wajib pajak untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan

untuk melaporkan tentang:

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

atau melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain dalam 1 (satu)

Tahun Pajak atau bagian tahun pajak

2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak

3. Harta Kewajiban

4. Penyetoran dari pemotong atau pemungut pajak orang pribadi atau

badan lain dalam 1 (satu) masa pajak

Batas waktu paling lambat untuk menyampaikan SPT Tahunan adalah

selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun pajak. Jika terlambat menyampaikan

SPT Tahunan maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp100,000 (Pasal 7 UU

KUP)

Wajib Pajak sering terlambat dalam menyampaikan SPT Tahunan, terlihat

dari untuk SPT Tahunan 2005 disampaikan oleh wajib pajak pada tanggal 7 Juni 2006,

dan SPT Tahunan 2007 disampaikan pada tanggal 30 Juni 2008, tetapi untuk SPT

Tahunan tahun 2006 disampaikan tepat waktu yaitu pada tanggal 30 Maret 2007, Atas

keterlambatan ini wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda.

IV.6 Pajak Tangguhan

Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan pada periode

mendatang sebagai akibat adanya

1. Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan

Page 35: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

91

2. Sisa kompensasi kerugian

Apabila pajak tangguhan timbul karena beda waktu yang menyebabkan

terjadinya koreksi positif, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada

beban pajak menurut aturan perpajakan, maka akan disebut dengan asset pajak

tangguhan, sebaliknya apabila beda waktu menyebabkan terjadinya koreksi negative

sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut

peraturan perpajakan, maka akan disebut dengan kewajiban pajak tangguhan.

Pengakuan asset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap rugi

fiskal yang masih dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan keuangan

komersial dan laporan keuangan fiskal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif

pajak yang berlaku, tarif maksimum PPh 30%

Jurnal yang digunakan untuk mencatat timbulnya asset pajak tangguhan

adalah:

Asset Pajak Tangguhan xxxx

Pendapatan pajak tangguhan xxxx

Sedangkan jurnal yang digunakan untuk mencatat timbulnya kewajiban

pajak tangguhan adalah :

Beban Pajak Tangguhan xxxx

Kewajiban pajak tangguhan xxxx

Berikut ini adalah perhitungan pajak tangguhan yang dialami oleh PT. KIA

selama 3 periode yaitu periode 2005, 2006 dan 2007:

Page 36: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

92

Pajak Tangguhan pada tahun 2005 adalah sebagai berikut ini:

Rugi menurut Laporan Laba Rugi (115,475,954,978)

Dikeluarkan kerugian Anak Perusahaan 76,366,039,913

Laba Sebelum Pajak Perusahaan (39,109,915,065)

Pajak dengan Tarif 30% (11,732,974,520)

Pengaruh pajak atas perbedaan permanen

Jamuan, Sumbangan dan Representasi 63,614,791

Kesejahteraan Karyawan 355,595,601

Penghasilan Bunga (265,063,196)

Pos dan Telekomunikasi 1,920,000

Penyesuaian penurunan nilai mesin dan bahan baku 306,558,530

Jumlah 462,625,726

Rugi Fiskal Tahun Berjalan 4,356,654,616

Pajak Tangguhan (6,913,694,178)

Ayat Jurnal untuk mencatat Pajak Tangguhan tahun 2005 adalah :

Aset Pajak Tangguhan Rp. 6,913,694,178

Pendapatan Penghasilan Tangguhan Rp. 6,913,694,178

Pajak tangguhan tahun 2006 adalah sebagai berikut ini :

Laba menurut Laporan Laba Rugi 152,192,300,337

Page 37: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

93

Dikeluarkan keuntungan anak perusahaan (98,657,308,362)

Laba Sebelum Pajak Perusahaan 53,534,991,975

Pajak dengan Tarif 30% 16,060,497,593

Pengaruh pajak atas perbedaan permanen

Jamuan, Sumbangan dan Representasi 187,590,358

Kesejahteraan Karyawan 408,540,332

Pos dan Telekomunikasi 2,085,000

Penghasilan Bunga (21,212,813)

Beban produksi ditangguhkan (5,327,269,946)

Jumlah (4,750,267,069)

Laba Fiskal Tahun Berjalan (5,510,170,577)

Pajak Tangguhan 5,800,059,947

Ayat jurnal untuk mencatat pajak tangguhan tahun 2006 adalah

Beban Pajak Tangguhan Rp 5,800,059,947

Kewajiban Pajak Tangguhan Rp. 5,800,059,947

Pajak Tangguhan tahun 2007 adalah sebagai berikut ini:

Rugi menurut Laporan Laba Rugi (77,521,897,077)

Dikeluarkan kerugian anak perusahaan (70,779,620,483)

Page 38: BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2009-2-00042-AK Bab 4.pdf · REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA

94

Laba Sebelum Pajak Perusahaan (6,742,276,594)

Pajak dengan Tarif 30% (2,022,682,978)

Pengaruh pajak atas perbedaan permanen

Jamuan, Sumbangan dan Representasi 121,139,660

Kesejahteraan Karyawan 303,383,727

Pos dan Telekomunikasi 2,190,000

Penghasilan Bunga (15,328,727)

Jumlah 411,384,660

Rugi Fiskal Tahun Berjalan 3,390,255,012

Pajak Tangguhan 1,367,572,034

Ayat Jurnal untuk mencatat pajak tangguhan tahun 2007 adalah:

Beban Pajak Tangguhan Rp 1,367,572,034

Kewajiban Pajak Tangguhan Rp1,367,572,034