Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

12
  KAMAL MAHMUD ASH SHAWAF SENIN, 30 MEI 2011 modernisasi pertanian  Pada sebagian besar Negara Sedang Berkembang, teknologi baru di bidang pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan- kegiatan pertanian meruapakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Ada 3 tahap perkembangan modernisasi pertanian yakni, tahap pertama adalah pertanian tradisonal yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada  yang dijual ke sektor komersial , tetapi pemaka ian modal dan te knologi masih r endah. Taha p yang ketiga ada lah tahap yang menggambarka n pertanian modern yang produktivi tasnya sangat tinggi. Modernisasi pertanian dari tahap tradisional (subsisten) menuju peranian moderen membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali struktur ekonomi pertanian atau penerapan teknologi pertanian yang baru. Untuk lebih jelasnya, saya akan membahas 3 tahapan tersebut satu persatu dengan lebih terperinci. I. Pertanian Tradisional (Subsisten) Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. Pada tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya tanah, tindakan pemerasan oleh oara rentenir merupakan hal yang sangat ditakuti para petani. Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertanianya sangat sempit dan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang  buruk, para pe tani dan kel uarganya akan meghadapi b ahaya kelparan yan g sangat menc ekam. Dengan melihat keadaan diatas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resikio dan serta tidak ada kepastian seperti itu, para petani merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun dipahaminya ke sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan mengalami kegagalan waktu panen (mempertahankan hidup) daripada usaha untuk memaksimalkan produk pertanianya.

Transcript of Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

Page 1: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 1/12

 

K A M A L M A H M U D A S H S H A W A F

S E N I N , 3 0 M E I 2 0 1 1

modernisasi pertanian

Pada sebagian besar Negara Sedang Berkembang, teknologi baru di bidang pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-

kegiatan pertanian meruapakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Ada 3 tahap

perkembangan modernisasi pertanian yakni, tahap pertama adalah pertanian tradisonal yang produktivitasnya rendah.

Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada

 yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang

menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi. Modernisasi pertanian dari tahap tradisional

(subsisten) menuju peranian moderen membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali struktur ekonomi

pertanian atau penerapan teknologi pertanian yang baru.

Untuk lebih jelasnya, saya akan membahas 3 tahapan tersebut satu persatu dengan lebih terperinci.

I. Pertanian Tradisional (Subsisten)

Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman

saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena

hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal

hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.

Pada tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang

pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya tanah,

tindakan pemerasan oleh oara rentenir merupakan hal yang sangat ditakuti para petani.

Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah

hidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertanianya sangat sempit dan penanaman hanya tergantung pada

curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang

 buruk, para petani dan keluarganya akan meghadapi bahaya kelparan yang sangat mencekam.

Dengan melihat keadaan diatas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resikio dan serta tidak ada kepastian seperti itu,

para petani merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun

dipahaminya ke sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan

mengalami kegagalan waktu panen (mempertahankan hidup) daripada usaha untuk memaksimalkan produk pertanianya.

Page 2: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 2/12

II. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Moderen

Mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistik jika mentransformasikan secara cepat suatu sistem peranian

tradisional ke dalam sistem pertanian yang moderen. Upaya unttuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam pertanian

tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk meningkatkan tingkat kehidupanya. Menggantungkan diri pada

tanaman perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko daripada pertanian subsisten murni karena risiko

fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak menentu.

Oleh karena itu penganekaragaman pertanian( diversified farming) merupakan suatu langkah pertama yang cukup logis

dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsiten) ke pertanian moderen (komersial). Pada tahap ini, tanaman-

tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti; buah-

 buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha pertenakan yang sederhana.

Kegiatan-kegiatan baru tersebut meningkatkan produktivitas pertanian yang sebelumnya sering terjadi pengangguran tak 

kentara. Usaha-usaha ini terutama sekali sangat diperlukan di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga, dimana angkatan

kerja di pedesaan berlimpah agar bisa dimanfaantkan lebih baik dan efisien.

Sebagai contoh, andaikan tanaman pokok menggunakan tanah hanya sebagian waktu dalam setahun, maka tanaman-

tanaman perdagangan bisa ditanam pada waktu-waktu yang senggang dan bukan hanya tanah yang menganggur tetapi juga

memanfaatkan tenaga kerja yang ada dalam keluarga.

Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha atau mentransformasikan pertanian tradisional tidak hanya tergantung pada

ketrampilan dan kemampuan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-

kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.

Pertanian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa 

Gambaran klasik pertanian di Indonesia

Page 3: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 3/12

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau

sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa

difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation ) serta pembesaran hewan ternak (raising ), meskipun

cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, 

atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. 

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4%

dari PDBdunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor -

sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah

Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun

hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. 

Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, 

danstatistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming ) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang

dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani

ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock ) secara khusus disebut sebagai peternak .

Daftar isi

[sembunyikan] 

1 Cakupan pertanian 

2 Sejarah singkat pertanian dunia 

3 Lihat pula 

4 Referensi 

5 Catatan Kaki 

6 Pranala luar 

[sunting]Cakupan pertanian

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, 

dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk

membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.

Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan

diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya

semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua

non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.

Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam  juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.

Page 4: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 4/12

Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan

tempat usaha, pemilihan benih / bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. 

Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia

melakukan pertanian intensif (intensive farming ). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan

yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi . Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian

intensif, keduanya sering kali disamakan.

Sisi yang berseberangan dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture ). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga

dengan variasinya seperti pertanian organik ataupermakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan

pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih

rendah daripada pertanian industrial.

Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain

keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif(pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan

berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.

Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang

relatif tinggi. Dua ci ri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk

kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat

mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

[sunting]Sejarah singkat pertanian dunia

Lihat pula artikel utama tentang  Sejarah pertanian .

Daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti awal pertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.

Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan

kegiatan peternakan yang pertama kali.

Page 5: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 5/12

Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total

bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari

kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufratterus memanjang ke barat

hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, 

terutama gandum kuna seperti emmer ) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di

era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat

yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu danmegalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan

terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan. 

Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur

(hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya  jewawut (millet ) dan padi sejak 6000 tahun sebelum

Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang sertaKorea sejak 1000

tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.

Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing / domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan

domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih

kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah

Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.

Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun

SM) telah mengenal baik budidaya anggur danzaitun.

Pertanian Subsisten 

Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman

saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena

hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi  yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal

hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.

Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olahhidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertaniannya sangat sempit dan penanamannya hanya tergantung

pada curah hujan yang tidak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-

tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan menghadapi bahaya kelaparan yang sangat mencekam. Dalam keadaan

 yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam keadaan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan,

tetapi berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya.

Dengan keadaan diatas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resiko dan serta tidak ada kepastian seperti itu, para petani

merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun dipahaminya ke

sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan mengalami kegagalan

Page 6: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 6/12

 waktu panen. Jadi bagi para petani, usaha yang lebih penting adalah menghindarkan kegagalan panen (mempertahankan

hidup), dari pada usaha untuk memaksimalkan produk pertaniannya.

Refleksi Ubinan Padi di Daerah Subsisten

Oleh : Miyan Andi I 

Bagi yang sudah terbiasa berkecimpung di kegiatan pertanian (khususnya dalam

perhitungan produktifitas pertanian tanaman bahan makanan), tentunya sudah tidak asing lagi

dengan istilah ubinan. Ubinan merupakan kegiatan pengukuran hasil panen tanaman

pertanian dalam suatu lokasi/luasan tertentu. Ubinan dilakukan untuk menghitung

produktivitas tanaman pertanian (padi dan palawija). Biasanya, ubinan dilaksanakan oleh

departemen pertanian bekerjasama dengan BPS. Salah satu komoditas pertanian yang menjadi

objek ubinan adalah padi. Dari sudut pandang akademis, kegiatan ubinan masuk dalam ranah

kegiatan penelitian yang melibatkan disiplin ilmu statistik. Sehingga hasil yang diperoleh dari

kegiatan tersebut, nantinya diharapkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Metodologi yang diterapkan dalam ubinan adalah three stage sampling (sampling tigatahap), dengan tahap pertama adalah pemilihan blok sensus terpilih dengan berdasarkan

 frame sensus pertanian terakhir (ST 2003), tahap selanjutnya adalah menentukan

rumahtangga petani terpilih yang akan panen dalam blok sensus terpilih di tahap pertama.

Tahap kedua, diawali dengan kegiatan listing/mendaftar rumah tangga petani pada satu bulan

sebelum subround berjalan. Hasil listing tersebut selanjutnya dijadikan sebagai kerangka

sampel untuk menentukan rumah tangga petani terpilih yang akan panen pada subround

berjalan. Selanjutnya tahap ketiga, dari rumahtangga tani terpilih, kemudian dipilih petak yang

akan menjadi sampel ubinannya. Setelah sampel (rumah tangga petani yang akan panen)

terpilih, maka petugas pencacah/surveyor akan hadir di sawah dimana petani terpilih tadi

melangsungkan panen padinya. Sebelum melakukan ubinan, maka petak yang akan diubin

sudah dipilih terlebih dahulu dengan acak (berdasarkan angka random). Begitu petak sampel

sudah terpilih, maka surveyor dapat melakukan ubinan dengan memasang peralatan

mengubinnya.

Angka produktivitas hasil ubinan pada gilirannya akan dimanfaatkan guna berbagai

kepentingan konsumen data. Diantaranya adalah untuk perhitungan produksi padi/ palawija,

memperkirakan neraca bahan makanan dan sebagainya. Di tingkat nasional, hasil ubinan juga

digunakan sebagai salah satu pertimbangan akan dilakukan tidaknya kebijakan impor pangan

(padi/palawija).

Mengingat begitu pentingnya peranan data hasil ubinan tersebut, maka terjaminnya

kualitas proses pelaksanaannya akan menjadi garansi terhadap validitas data ubinan. Mulai

dari pelaksanaan sensus pertanian hingga tahapan pelaksanaan listing memerlukan tingkat

ketelitian yang tinggi (meminimalisir nonsampling error). Meskipun rangkaian kegiatan

pengumpulan data ubinan sudah didesain sedemikian rapinya, akan tetapi kadangkala sampel

rumah tangga tani yang akan panen tidak tercakup dalam listing ubinan, padahal dari kerangka

sample ST2003, blok sensus tersebut teridentifikasi sebagai blok sensus yang memuat rumah

tangga tani. Apakah hal ini murni sebagai konsekuensi dari tehnik sampling yang dipakai?

Page 7: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 7/12

Ataukah ada faktor lain yang turut berpengaruh terhadap tidak tertangkapnya rumahtangga

petani (sample) dalam listing? Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang akan

Penulis ulas dalam tulisan singkat berikut, khususnya yang terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu. 

Fenomena petani padi subsisten di Kabupaten Tanah Bumbu, kaitannya dengan target

sampel ubinan. 

Corak perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan struktur

ekonomi daerah lain di Kalimantan Selatan. Sebagian besar perekonomian di daerah-daerah tersebut

masih digerakan oleh sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan). Khusus Kabupaten Tanah

Bumbu, andil sektor pertanian berada di bawah sektor pertambangan yang menjadi lokomotif 

perekonomian daerah. Pangsa sektor pertanian kabupaten Tanah Bumbu sekitar 16%. Dari sudut

pandang tenaga kerja, dapat kita ketahui bahwa mayoritas penduduk Tanah Bumbu banyak yang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (43%). Di Tanah Bumbu terdapat lahan sawah seluas

3,19% dari luas daerah. sekitar 34% dari total produksi padi Tanah Bumbu dihasilkan oleh Kecamatan

Kusan Hilir, kemudian disusul oleh kecamatan Kusan Hulu sebesar 30%, kecamatan Batulicin 15%,

sedangkan sisanya yang dihasilkan oleh kecamatan lainnya, itupun masing-masing tidak lebih dari 10%. 

Page 8: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 8/12

 

Sketsa pertanian Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada gambar 1. Dari gambar tersebut, terlihat

ada empat kuadran. Kuadran pertama, penulis anggap sebagai daerah yang kompetitif, karena dengan

persentase petani rendah (< 10%) tapi dapat menghasilkan produksi padi lebih dari 10% dari total

produksi padi Tanah Bumbu. Kuadran pertama hanya ditempati oleh Kecamatan Batulicin.

Kompetitifnya pertanian padi di Kecamatan Batulicin tidak lepas dari penggunaan metode tanam yang

lebih baik dibandingkan di kecamatan lain. Indikator tersebut terlihat dari efektifitas penggunaan

tehnologi pertanian seperti mesin traktor. Dari gambar 1b dan table 1, terlihat kecamatan yang paling

efektif penggunaan traktornya adalah Batulicin. Di kecamatan Batulicin, satu traktor rata-rata

digunakan untuk membajak lahan sawah sekitar 45 ha. Hal ini pada akhirnya akan mempercepat proses

pengolahan lahan, sehingga akan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya kuadran dua Penulis anggap

sebagai daerah yang punya keunggulan komparatif, karena dari sisi sumber daya (baik persentase

petani maupun luas lahan) memiliki jumlah yang lebih besar (masing-masing lebih dari 10%). Kuadran

dua ini ditempati oleh kecamatan Kusan Hilir dan Kusan Hulu. Tidak heran, apabila dua kecamatan

tersebut menjadi lumbung padi Tanah Bumbu . Kuadran tiga, Penulis sebut sebagai daerah yang tidak

memiliki keunggulan komparatif. Daerah ini dicirikan minimnya sumberdaya (baik persentase petani

maupun luas lahan). Kuadran tiga ditempati oleh kecamatan Kuranji, Karang bintang, Simpang empat,

Sungai Loban, Angasana. Kuadran terakhir (kuadran empat), penulis anggap sebagai daerah yang

Page 9: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 9/12

kurang kompetitif. Hal ini dicirikan dengan banyaknya persentase petani yang menghasilkan produksi

yang rendah (berproduktivitas rendah). Kuadran keempat ini ditempati oleh Kecamatan Satui dan

Mantewe. Tidak kompetitifnya daerah di kuadran empat, kemungkinan disebabkan oleh minimnya

penggunaan pupuk, kurang tepatnya penggunaan bibit unggul, minimnya penggunaan tehnologi, dan

sistem pengairan yang tidak teratur. 

Peta pertanian padi kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu tersebut, sebenarnya tidak berdiri sendiri.

Apabila kita runut melalui prosesnya dari tahapan input sampai panen, ada beberapa hal yang turut

mempengaruhinya, baik itu faktor yang mempengaruhi langsung terhadap produktivitas padi, maupun

faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap produktivitas padi. Dalam tulisan ini, penulis

hanya membahas dua faktor determinan yang penulis anggap sebagai faktor yang paling berpengaruh

untuk mencakup sampel ubinan. 

Page 10: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 10/12

 

Page 11: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 11/12

 

Pertama, faktor budaya (subsisten). Sudah menjadi karakter sebagian besar petani padi, baik di

Tanah Bumbu maupun di Indonesia, bahwa orientasi awal bercocok tanam padi adalah untuk 

survive (bertahan hidup). Hal inilah yang kemudian mendarah daging dalam diri para petani

padi sehingga pertanian terlanjur dikenal sebagai usaha untuk menguatkan akar budaya (lebih

popular dikenal dengan istilah agriculture). Sistem agriculture tersebut bukan hanya sekedar

aktivitas ekonomi, akan tetapi telah menjadi cara hidup/  way of live (Mubyarto). Pada

gilirannya, paradigma tersebut turut menjadi faktor penghambat pengembangan agribisnis yangdiyakini sebagai strategi untuk mengembangkan pertanian dan meningkatkan multiplier  

efeknya (modernisasi pertanian) . Dalam istilah yang lebih popular, model pertanian tersebut

dikenal sebagai �petani tradisonal subsisten�. Ketergantungan terhadap kondisi alam,

kebiasaan hidup yang lamban, kurangnya inovasi, kepercayaan pada hal yang irasional, gaya

berpikir praktis/instan dan kebersahajaan hidup yang selalu�nerimo� itulah yang melahirkan

pola pertanian tradisional yang subsisten. Pertanian subsisten yang dimaksudkan di sini adalah

Page 12: Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten

5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 12/12

usaha pertanian yang hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja, serta tidak 

ditujukan untuk mencari keuntungan (opportunity cost). Sehingga, masyarakat desa cenderung

menerima atau merasa cukup dengan apa yang bisa mereka peroleh dari alam, tanpa merasa

perlu menambah upaya untuk meningkatkan penghasilannya. Gaya pertanian seperti itu, pada

giliranya akan menyebabkan sistem/jadwal tanam menjadi tidak teratur, karena musim tanam

bergantung pada jumlah stok padi/ beras yang dikuasai oleh petani subsisten. Apabila stok 

padi/beras yang dimilikinya diperkirakan masih mencukupi untuk jangka waktu yang relatif 

panjang, maka pada umumnya petani subsisten akan menunda tanam padinya. Fenomena ini

yang akan mengakibatkan listing ubinan yang dilakukan berpotensi tidak memuat rumah tangga

petani. Meskipun pada saat sensus pertanian dulu teridentifikasi sebagai daerah yang memuat

petani padi.

Kedua, faktor musim tanam yang tidak teratur. Banyak petani padi di Tanah Bumbu yang

lahan sawahnya masih menggantungkan pada kondisi alam (sawah tadah hujan, pasang surut),

baik itu petani subsisten maupun komersial. Ketergantungan terhadap alam ini pada gilirannya

akan mempengaruhi pencapaian produksi padi Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian,

maka sangat sulit untuk mendongkrak produksi padi menjadi lebih besar lagi apabila

ketergantungan pada alam ini tidak diantisipasi. Apalagi sekarang ancaman perubahan iklim

global menjadikan musim makin tidak teratur. Salah satu strategi fital yang mampu menangani

hal ini adalah pembangunan infrastruktur pertanian yang berupa pembangunan sarana

irigasi/membuat sumur. Terkait dengan hal ini, pekerjaan rumah pemerintah kabupaten Tanah

Bumbu masih berat, karena dari sepuluh kecamatan yang ada di Tanah Bumbu, luas lahan

sawah yang berpengairan irigasi teknis hanya di kecamatan karang bintang. Selebihnya hanya

mengandalkan alam (sawah tadah hujan dan pasang surut, lihat gambar 3).

Dengan mempercepat pembangunan sarana irigasi, minimal ada dua keuntungan yang kita

peroleh, yaitu akan meningkatkan produktivitas pertanian dan akan meningkatkan kualitas data

ubinan. Dengan adanya system pengairan yang baik, tentunya system tanam akan menjadi lebih

teratur. Sehingga sampel ubinan terpilih tidak akan banyak yang lepas.

footnote: 

[1] Persentase petani padi dihitung dari jumlah petani kecamatan dibagi dengan total petani di Kabupaten Tanah

Bumbu. 

[2] Persentase produksi padi dihitung dari jumlah produksi padi kecamatan dibagi dengan total

produksi padi di Kabupaten Tanah Bumbu.