Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten
Transcript of Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 1/12
K A M A L M A H M U D A S H S H A W A F
S E N I N , 3 0 M E I 2 0 1 1
modernisasi pertanian
Pada sebagian besar Negara Sedang Berkembang, teknologi baru di bidang pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-
kegiatan pertanian meruapakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Ada 3 tahap
perkembangan modernisasi pertanian yakni, tahap pertama adalah pertanian tradisonal yang produktivitasnya rendah.
Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada
yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang
menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi. Modernisasi pertanian dari tahap tradisional
(subsisten) menuju peranian moderen membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali struktur ekonomi
pertanian atau penerapan teknologi pertanian yang baru.
Untuk lebih jelasnya, saya akan membahas 3 tahapan tersebut satu persatu dengan lebih terperinci.
I. Pertanian Tradisional (Subsisten)
Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman
saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena
hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal
hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Pada tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang
pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya tanah,
tindakan pemerasan oleh oara rentenir merupakan hal yang sangat ditakuti para petani.
Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah
hidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertanianya sangat sempit dan penanaman hanya tergantung pada
curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang
buruk, para petani dan keluarganya akan meghadapi bahaya kelparan yang sangat mencekam.
Dengan melihat keadaan diatas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resikio dan serta tidak ada kepastian seperti itu,
para petani merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun
dipahaminya ke sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan
mengalami kegagalan waktu panen (mempertahankan hidup) daripada usaha untuk memaksimalkan produk pertanianya.
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 2/12
II. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Moderen
Mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistik jika mentransformasikan secara cepat suatu sistem peranian
tradisional ke dalam sistem pertanian yang moderen. Upaya unttuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam pertanian
tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk meningkatkan tingkat kehidupanya. Menggantungkan diri pada
tanaman perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko daripada pertanian subsisten murni karena risiko
fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak menentu.
Oleh karena itu penganekaragaman pertanian( diversified farming) merupakan suatu langkah pertama yang cukup logis
dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsiten) ke pertanian moderen (komersial). Pada tahap ini, tanaman-
tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti; buah-
buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha pertenakan yang sederhana.
Kegiatan-kegiatan baru tersebut meningkatkan produktivitas pertanian yang sebelumnya sering terjadi pengangguran tak
kentara. Usaha-usaha ini terutama sekali sangat diperlukan di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga, dimana angkatan
kerja di pedesaan berlimpah agar bisa dimanfaantkan lebih baik dan efisien.
Sebagai contoh, andaikan tanaman pokok menggunakan tanah hanya sebagian waktu dalam setahun, maka tanaman-
tanaman perdagangan bisa ditanam pada waktu-waktu yang senggang dan bukan hanya tanah yang menganggur tetapi juga
memanfaatkan tenaga kerja yang ada dalam keluarga.
Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha atau mentransformasikan pertanian tradisional tidak hanya tergantung pada
ketrampilan dan kemampuan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-
kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.
Pertanian
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Gambaran klasik pertanian di Indonesia
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 3/12
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation ) serta pembesaran hewan ternak (raising ), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe,
atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4%
dari PDBdunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor -
sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah
Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun
hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi.
Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia,
danstatistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming ) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani
ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock ) secara khusus disebut sebagai peternak .
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Cakupan pertanian
2 Sejarah singkat pertanian dunia
3 Lihat pula
4 Referensi
5 Catatan Kaki
6 Pranala luar
[sunting]Cakupan pertanian
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan,
dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan
diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya
semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua
non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 4/12
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan
tempat usaha, pemilihan benih / bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran.
Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia
melakukan pertanian intensif (intensive farming ). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi . Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi yang berseberangan dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture ). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga
dengan variasinya seperti pertanian organik ataupermakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan
pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih
rendah daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain
keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif(pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan
berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang
relatif tinggi. Dua ci ri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk
kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat
mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
[sunting]Sejarah singkat pertanian dunia
Lihat pula artikel utama tentang Sejarah pertanian .
Daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempat ini ditemukan bukti-bukti awal pertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya.
Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan
kegiatan peternakan yang pertama kali.
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 5/12
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total
bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari
kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufratterus memanjang ke barat
hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia,
terutama gandum kuna seperti emmer ) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di
era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat
yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu danmegalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan
terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur
(hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet ) dan padi sejak 6000 tahun sebelum
Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang sertaKorea sejak 1000
tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal sama sekali berbeda.
Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing / domba (7000 tahun SM) serta babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan
domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih
kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah
Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun
SM) telah mengenal baik budidaya anggur danzaitun.
Pertanian Subsisten
Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman
saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena
hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal
hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olahhidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertaniannya sangat sempit dan penanamannya hanya tergantung
pada curah hujan yang tidak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-
tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan menghadapi bahaya kelaparan yang sangat mencekam. Dalam keadaan
yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam keadaan para petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan,
tetapi berusaha untuk bisa mempertahankan kehidupan keluarganya.
Dengan keadaan diatas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resiko dan serta tidak ada kepastian seperti itu, para petani
merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun dipahaminya ke
sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan mengalami kegagalan
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 6/12
waktu panen. Jadi bagi para petani, usaha yang lebih penting adalah menghindarkan kegagalan panen (mempertahankan
hidup), dari pada usaha untuk memaksimalkan produk pertaniannya.
Refleksi Ubinan Padi di Daerah Subsisten
Oleh : Miyan Andi I
Bagi yang sudah terbiasa berkecimpung di kegiatan pertanian (khususnya dalam
perhitungan produktifitas pertanian tanaman bahan makanan), tentunya sudah tidak asing lagi
dengan istilah ubinan. Ubinan merupakan kegiatan pengukuran hasil panen tanaman
pertanian dalam suatu lokasi/luasan tertentu. Ubinan dilakukan untuk menghitung
produktivitas tanaman pertanian (padi dan palawija). Biasanya, ubinan dilaksanakan oleh
departemen pertanian bekerjasama dengan BPS. Salah satu komoditas pertanian yang menjadi
objek ubinan adalah padi. Dari sudut pandang akademis, kegiatan ubinan masuk dalam ranah
kegiatan penelitian yang melibatkan disiplin ilmu statistik. Sehingga hasil yang diperoleh dari
kegiatan tersebut, nantinya diharapkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metodologi yang diterapkan dalam ubinan adalah three stage sampling (sampling tigatahap), dengan tahap pertama adalah pemilihan blok sensus terpilih dengan berdasarkan
frame sensus pertanian terakhir (ST 2003), tahap selanjutnya adalah menentukan
rumahtangga petani terpilih yang akan panen dalam blok sensus terpilih di tahap pertama.
Tahap kedua, diawali dengan kegiatan listing/mendaftar rumah tangga petani pada satu bulan
sebelum subround berjalan. Hasil listing tersebut selanjutnya dijadikan sebagai kerangka
sampel untuk menentukan rumah tangga petani terpilih yang akan panen pada subround
berjalan. Selanjutnya tahap ketiga, dari rumahtangga tani terpilih, kemudian dipilih petak yang
akan menjadi sampel ubinannya. Setelah sampel (rumah tangga petani yang akan panen)
terpilih, maka petugas pencacah/surveyor akan hadir di sawah dimana petani terpilih tadi
melangsungkan panen padinya. Sebelum melakukan ubinan, maka petak yang akan diubin
sudah dipilih terlebih dahulu dengan acak (berdasarkan angka random). Begitu petak sampel
sudah terpilih, maka surveyor dapat melakukan ubinan dengan memasang peralatan
mengubinnya.
Angka produktivitas hasil ubinan pada gilirannya akan dimanfaatkan guna berbagai
kepentingan konsumen data. Diantaranya adalah untuk perhitungan produksi padi/ palawija,
memperkirakan neraca bahan makanan dan sebagainya. Di tingkat nasional, hasil ubinan juga
digunakan sebagai salah satu pertimbangan akan dilakukan tidaknya kebijakan impor pangan
(padi/palawija).
Mengingat begitu pentingnya peranan data hasil ubinan tersebut, maka terjaminnya
kualitas proses pelaksanaannya akan menjadi garansi terhadap validitas data ubinan. Mulai
dari pelaksanaan sensus pertanian hingga tahapan pelaksanaan listing memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi (meminimalisir nonsampling error). Meskipun rangkaian kegiatan
pengumpulan data ubinan sudah didesain sedemikian rapinya, akan tetapi kadangkala sampel
rumah tangga tani yang akan panen tidak tercakup dalam listing ubinan, padahal dari kerangka
sample ST2003, blok sensus tersebut teridentifikasi sebagai blok sensus yang memuat rumah
tangga tani. Apakah hal ini murni sebagai konsekuensi dari tehnik sampling yang dipakai?
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 7/12
Ataukah ada faktor lain yang turut berpengaruh terhadap tidak tertangkapnya rumahtangga
petani (sample) dalam listing? Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang akan
Penulis ulas dalam tulisan singkat berikut, khususnya yang terjadi di Kabupaten Tanah Bumbu.
Fenomena petani padi subsisten di Kabupaten Tanah Bumbu, kaitannya dengan target
sampel ubinan.
Corak perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan struktur
ekonomi daerah lain di Kalimantan Selatan. Sebagian besar perekonomian di daerah-daerah tersebut
masih digerakan oleh sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan). Khusus Kabupaten Tanah
Bumbu, andil sektor pertanian berada di bawah sektor pertambangan yang menjadi lokomotif
perekonomian daerah. Pangsa sektor pertanian kabupaten Tanah Bumbu sekitar 16%. Dari sudut
pandang tenaga kerja, dapat kita ketahui bahwa mayoritas penduduk Tanah Bumbu banyak yang
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (43%). Di Tanah Bumbu terdapat lahan sawah seluas
3,19% dari luas daerah. sekitar 34% dari total produksi padi Tanah Bumbu dihasilkan oleh Kecamatan
Kusan Hilir, kemudian disusul oleh kecamatan Kusan Hulu sebesar 30%, kecamatan Batulicin 15%,
sedangkan sisanya yang dihasilkan oleh kecamatan lainnya, itupun masing-masing tidak lebih dari 10%.
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 8/12
Sketsa pertanian Kabupaten Tanah Bumbu dapat dilihat pada gambar 1. Dari gambar tersebut, terlihat
ada empat kuadran. Kuadran pertama, penulis anggap sebagai daerah yang kompetitif, karena dengan
persentase petani rendah (< 10%) tapi dapat menghasilkan produksi padi lebih dari 10% dari total
produksi padi Tanah Bumbu. Kuadran pertama hanya ditempati oleh Kecamatan Batulicin.
Kompetitifnya pertanian padi di Kecamatan Batulicin tidak lepas dari penggunaan metode tanam yang
lebih baik dibandingkan di kecamatan lain. Indikator tersebut terlihat dari efektifitas penggunaan
tehnologi pertanian seperti mesin traktor. Dari gambar 1b dan table 1, terlihat kecamatan yang paling
efektif penggunaan traktornya adalah Batulicin. Di kecamatan Batulicin, satu traktor rata-rata
digunakan untuk membajak lahan sawah sekitar 45 ha. Hal ini pada akhirnya akan mempercepat proses
pengolahan lahan, sehingga akan meningkatkan produktivitas. Selanjutnya kuadran dua Penulis anggap
sebagai daerah yang punya keunggulan komparatif, karena dari sisi sumber daya (baik persentase
petani maupun luas lahan) memiliki jumlah yang lebih besar (masing-masing lebih dari 10%). Kuadran
dua ini ditempati oleh kecamatan Kusan Hilir dan Kusan Hulu. Tidak heran, apabila dua kecamatan
tersebut menjadi lumbung padi Tanah Bumbu . Kuadran tiga, Penulis sebut sebagai daerah yang tidak
memiliki keunggulan komparatif. Daerah ini dicirikan minimnya sumberdaya (baik persentase petani
maupun luas lahan). Kuadran tiga ditempati oleh kecamatan Kuranji, Karang bintang, Simpang empat,
Sungai Loban, Angasana. Kuadran terakhir (kuadran empat), penulis anggap sebagai daerah yang
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 9/12
kurang kompetitif. Hal ini dicirikan dengan banyaknya persentase petani yang menghasilkan produksi
yang rendah (berproduktivitas rendah). Kuadran keempat ini ditempati oleh Kecamatan Satui dan
Mantewe. Tidak kompetitifnya daerah di kuadran empat, kemungkinan disebabkan oleh minimnya
penggunaan pupuk, kurang tepatnya penggunaan bibit unggul, minimnya penggunaan tehnologi, dan
sistem pengairan yang tidak teratur.
Peta pertanian padi kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu tersebut, sebenarnya tidak berdiri sendiri.
Apabila kita runut melalui prosesnya dari tahapan input sampai panen, ada beberapa hal yang turut
mempengaruhinya, baik itu faktor yang mempengaruhi langsung terhadap produktivitas padi, maupun
faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung terhadap produktivitas padi. Dalam tulisan ini, penulis
hanya membahas dua faktor determinan yang penulis anggap sebagai faktor yang paling berpengaruh
untuk mencakup sampel ubinan.
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 10/12
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 11/12
Pertama, faktor budaya (subsisten). Sudah menjadi karakter sebagian besar petani padi, baik di
Tanah Bumbu maupun di Indonesia, bahwa orientasi awal bercocok tanam padi adalah untuk
survive (bertahan hidup). Hal inilah yang kemudian mendarah daging dalam diri para petani
padi sehingga pertanian terlanjur dikenal sebagai usaha untuk menguatkan akar budaya (lebih
popular dikenal dengan istilah agriculture). Sistem agriculture tersebut bukan hanya sekedar
aktivitas ekonomi, akan tetapi telah menjadi cara hidup/ way of live (Mubyarto). Pada
gilirannya, paradigma tersebut turut menjadi faktor penghambat pengembangan agribisnis yangdiyakini sebagai strategi untuk mengembangkan pertanian dan meningkatkan multiplier
efeknya (modernisasi pertanian) . Dalam istilah yang lebih popular, model pertanian tersebut
dikenal sebagai �petani tradisonal subsisten�. Ketergantungan terhadap kondisi alam,
kebiasaan hidup yang lamban, kurangnya inovasi, kepercayaan pada hal yang irasional, gaya
berpikir praktis/instan dan kebersahajaan hidup yang selalu�nerimo� itulah yang melahirkan
pola pertanian tradisional yang subsisten. Pertanian subsisten yang dimaksudkan di sini adalah
5/10/2018 Refleksi Ubinan Padi Di Daerah Subsisten - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-ubinan-padi-di-daerah-subsisten 12/12
usaha pertanian yang hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja, serta tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan (opportunity cost). Sehingga, masyarakat desa cenderung
menerima atau merasa cukup dengan apa yang bisa mereka peroleh dari alam, tanpa merasa
perlu menambah upaya untuk meningkatkan penghasilannya. Gaya pertanian seperti itu, pada
giliranya akan menyebabkan sistem/jadwal tanam menjadi tidak teratur, karena musim tanam
bergantung pada jumlah stok padi/ beras yang dikuasai oleh petani subsisten. Apabila stok
padi/beras yang dimilikinya diperkirakan masih mencukupi untuk jangka waktu yang relatif
panjang, maka pada umumnya petani subsisten akan menunda tanam padinya. Fenomena ini
yang akan mengakibatkan listing ubinan yang dilakukan berpotensi tidak memuat rumah tangga
petani. Meskipun pada saat sensus pertanian dulu teridentifikasi sebagai daerah yang memuat
petani padi.
Kedua, faktor musim tanam yang tidak teratur. Banyak petani padi di Tanah Bumbu yang
lahan sawahnya masih menggantungkan pada kondisi alam (sawah tadah hujan, pasang surut),
baik itu petani subsisten maupun komersial. Ketergantungan terhadap alam ini pada gilirannya
akan mempengaruhi pencapaian produksi padi Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian,
maka sangat sulit untuk mendongkrak produksi padi menjadi lebih besar lagi apabila
ketergantungan pada alam ini tidak diantisipasi. Apalagi sekarang ancaman perubahan iklim
global menjadikan musim makin tidak teratur. Salah satu strategi fital yang mampu menangani
hal ini adalah pembangunan infrastruktur pertanian yang berupa pembangunan sarana
irigasi/membuat sumur. Terkait dengan hal ini, pekerjaan rumah pemerintah kabupaten Tanah
Bumbu masih berat, karena dari sepuluh kecamatan yang ada di Tanah Bumbu, luas lahan
sawah yang berpengairan irigasi teknis hanya di kecamatan karang bintang. Selebihnya hanya
mengandalkan alam (sawah tadah hujan dan pasang surut, lihat gambar 3).
Dengan mempercepat pembangunan sarana irigasi, minimal ada dua keuntungan yang kita
peroleh, yaitu akan meningkatkan produktivitas pertanian dan akan meningkatkan kualitas data
ubinan. Dengan adanya system pengairan yang baik, tentunya system tanam akan menjadi lebih
teratur. Sehingga sampel ubinan terpilih tidak akan banyak yang lepas.
footnote:
[1] Persentase petani padi dihitung dari jumlah petani kecamatan dibagi dengan total petani di Kabupaten Tanah
Bumbu.
[2] Persentase produksi padi dihitung dari jumlah produksi padi kecamatan dibagi dengan total
produksi padi di Kabupaten Tanah Bumbu.