REFLEKSI KASUS - neurorsaugm.files.wordpress.com€¦ · REFLEKSI KASUS HEMIANOPSIA HOMONIM...

16
REFLEKSI KASUS HEMIANOPSIA HOMONIM Pembimbing: dr. Farida Niken Astari N.H., M. Sc, Sp. S Disusun oleh: I Made Dolly Oktayana 15/380886/KU/17767 Klp 19210 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2020

Transcript of REFLEKSI KASUS - neurorsaugm.files.wordpress.com€¦ · REFLEKSI KASUS HEMIANOPSIA HOMONIM...

  • REFLEKSI KASUS

    HEMIANOPSIA HOMONIM

    Pembimbing:

    dr. Farida Niken Astari N.H., M. Sc, Sp. S

    Disusun oleh:

    I Made Dolly Oktayana

    15/380886/KU/17767

    Klp 19210

    KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

    RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

    FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN

    KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2020

  • A. IDENTITAS PASIEN

    Nomor RM : 10-09-XX

    Nama : Tn. A

    Umur : 48 thn

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Alamat : Ponorogo

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Sales

    Tanggal Masuk : 11 September 2020

    Bangsal / Ruangan : Poli Saraf

    B. SUBJEKTIF/ANAMNESA

    a) Keluhan Utama

    Hilang lapang pandang kiri

    b) Riwayat Penyakit Sekarang

    2 hari SMRS pasien mengeluhkan sering menabrak pinggiran jalan saat

    menyetir dan menyatakan seperti objek muncul tiba-tiba dari arah kirinya.

    2 jam SMRS pasien datang ke spesialis mata dan dilakukan pemeriksaan lapang

    pandang dan dinyatakan hilangnya lapang pandang temporal mata kiri dan nasal

    mata kanan. Pasien dirujuk ke RSA dengan hemianopsia homonym dan stroke

    oksipital lobus dextra.

    SMRS pasien masih mengeluhkan keluhan yang sama tanpa ada perbaikan dan

    perburukan. Riwayat stroke sebelumnya (-), HT (-), DM II (-).

    c) Riwayat Penyakit Dahulu

    1. Riwayat keluhan serupa : disangkal

    2. Riwayat stroke : disangkal

    3. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

    4. Riwayat penyakit jantung : disangkal

    5. Riwayat penyakit DM : disangkal

    6. Riwayat cedera / trauma kepala : disangkal

    7. Riwayat alergi : disangkal

  • d) Riwayat Penyakit Keluarga

    1. Riwayat keluhan serupa pada keluarga : disangkal

    2. Riwayat hipertensi : disangkal

    3. Riwayat DM : disangkal

    4. Riwayat jantung : disangkal

    5. Riwayat stroke : disangkal

    e) Anamnesis Sistem

    Sistem cerebrospinal : hemianopsia homonim sinistra

    Sistem kardiovascular : normal tidak ada keluhan

    Sistem respiratorius : normal tidak ada keluhan

    Sistem gastrointestinal : normal tidak ada keluhan

    Sistem neuromuskuler : normal tidak ada keluhan

    Sistem urogenital : normal tidak ada keluhan

    Sistem integumen : normal tidak ada keluhan

    f) Resume Anamnesis

    Pasien laki-laki, 48 tahun, datang dengan keluhan hilangnya lapang pandang kiri 2

    hari SMRS, keluhan lainnya disangkal. Riwayat penyakit komorbid disangkal.

    C. DIAGNOSIS SEMENTARA

    Diagnosis Klinis : acute hemianopsia homonym sinistra

    Diagnosis Topis : hemisfer cerebri dextra lobus oksipital

    Diagnosis Etiologi : vaskular: stroke non hemoragik dd stroke hemoragik.

    D. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos Mentis (GCS = E4M6V5= 15)

    TD : 130/90 mmHg

    Nadi : 75 x/menit

    Pernapasan : 18 x/menit

  • Suhu : 36,6oC

    Pemeriksaan kepala dan leher

    Kepala : Normosefali

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

    OS : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+), Ptosis (-), Eksoftalmus (-)

    OD : pupil bulat, ø 3mm, refleks cahaya langsung (+), Ptosis (-), Eksoftalmus (-)

    THT : Rhinorea (-), otorhea (-), perdarahan (-)

    Mulut : bibir kering (-) pucat (-) erosi (-)

    Leher : pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar, trachea ditengah

    Thoraks :

    1) Cor

    Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : ictus cordis teraba

    Perkusi : tidak ada tanda pembesaran batas jantung

    Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-), cardiomegali (-)

    2) Pulmo

    Inspeksi : simetris, dinding dada sejajar perut, ruam (-)

    Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil dbn, pengembangan dada simetris

    Perkusi : sonor +/+

    Auskultasi : SDV +/+. Rhonki -/-, wheezing -/-, RBB -/-, RBK -/-

    Abdomen :

    Inspeksi: dinding perut normal, venektasi (-), spider nevi (-), caput medusa (-)

    Auskultasi: bruit aorta (-), bising usus (+)

    Perkusi: timpani 13 titik, organomegali (-)

    Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien sulit teraba, ren sulit diraba

    Ekstremitas : akral pucat (-/-), akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-), pulsasi

    kuat (+/+)

    Status Psikiatri

    a. Cara berpikir : Wajar, sesuai umur

  • b. Tingkah laku : Dalam batas normal

    c. Ingatan : Baik, amnesia (-)

    d. Kecerdasan : Baik, sesuai tingkat pendidikan

    Status Neurologis

    a. Sikap tubuh : Simetris,

    b. Gerakan abnormal : (-)

    c. Cara berjalan : gait dalam batas normal

    d. Kognitif : Dalam batas normal

    Pemeriksaan Saraf Kranial

    Nervus Pemeriksaan Kanan Kanan

    N. I. Olfaktorius Daya penghidu Tdn Tdn

    N. II. Optikus

    Daya penglihatan 6/6 6/6

    Pengenalan warna N N

    Lapang pandang ↓ ↓

    N. III. Okulomotor

    Ptosis - -

    Gerakan mata ke medial + +

    Gerakan mata ke atas + +

    Gerakan mata ke bawah + +

    Ukuran pupil 3 mm 3 mm

    Bentuk pupil Bulat Bulat

    Refleks cahaya langsung + +

    N. IV. Troklearis

    Strabismus divergen - -

    Gerakan mata ke lat-bwh + +

    Strabismus konvergen - -

    N. V. Trigeminus

    Menggigit N N

    Membuka mulut N N

    Sensibilitas muka N N

    Refleks kornea + +

  • N. VI Abducens Gerakan mata ke lateral N N

    Strabismus konvergen - -

    N. VII. Fasialis

    Kedipan mata + +

    Lipatan nasolabial N N

    Sudut mulut N N

    Mengerutkan dahi N N

    Menutup mata + +

    Menggembungkan pipi N N

    N. VIII.

    Vestibulokoklearis Mendengar suara bisik Dbn Dbn

    N.IX. Glossofaringeus

    Arkus Faring Normal, simetris

    N. X. Vagus

    Arkus faring Normal, simetris

    Bersuara Normal

    Menelan Normal

    N. XI. Aksesorius

    Memalingkan Kepala +

    Sikap Bahu Normal

    Mengangkat Bahu +

    Trofi Otot Bahu Eutrofi

    N. XII. Hipoglosus

    Sikap lidah Normal

    Artikulasi Normal

    Tremor lidah Tidak ada tremor

    Menjulurkan lidah Normal

    Kekuatan lidah Normal

    Trofi otot lidah Eutrofi

    Fasikulasi lidah Normal

  • Ekstremitas :

    Sensibilitas : dalam batas normal

    Vegetasi : dalam batas normal

    RESUME PEMERIKSAAN FISIK

    Nervus cranialis : Parese N.II hilang lapang pandang temporal OS, nasal OD

    (hemianopsia homonym sinistra).

    DIAGNOSIS AKHIR

    Diagnosis Klinis : acute hemianopsia homonym sinistra

    Diagnosis Topis : hemisfer cerebri dextra lobus oksipital

    Diagnosis Etiologi : vaskular: stroke non hemoragik dd stroke hemoragik.

    TATA LAKSANA

    Non farmakologis :

    o Tata laksana emergency ABC support

    o Monitor tanda vital, glukosa dan EKG 12 lead

    GERA

    K

    AN

    KEKUATAN REFLEK

    S

    FISIOL

    O

    GIS

    REFLEK

    S

    PATOL

    O

    GIS

    KLONUS TROFI TONUS

    B B 5/5/5 5/5/

    5

    +2 +2 (-) (-) (-) (-) Eu Eu N N

    B B 5/5/5 5/5/

    5

    +2 +2 (-) (-) Eu Eu N N

  • o Pelacakan onset pasti serangan dan penilaian skor NIHSS

    o Aktivasi tim stroke dan konsultasi dengan spesialis saraf

    o Perencanaan CT-scan emergency

    Farmakologis :

    o rtPA alteplase 0.6-0.9mg/KgBB tidak diindikasi melewati golden period >6jam

    o Tablet amlodipine 5 mg 1x sehari 1 tablet

    o Tablet aspirin 80mg 1x sehari 4 tablet

    PLANNING

    Edukasi terkait prognosis disabilitas permanen visual field loss.

    PROGNOSIS

    Death : Dubia ad bonam

    Disease : Dubia ad bonam

    Disability : Dubia ad malam

    Discomfort : Dubia ad malam

    Disatisfaction : Dubia ad malam

  • DISKUSI

    DEFINISI

    Stroke: Stroke merupakan penyakit kegawatdaruratan neurologi yang bersifat akut berupa

    kumpulan gejala akibat gangguan fungsi otak baik fokal maupun global yang disebabkan

    oleh berkurangnya aliran darah ke jaringan Sistema saraf pusat. Sedangkan stroke iskemik

    adalah stroke yang disebabkan penyumbatan pada pembuluh darah di otak.

    Hemianopsia homonym: hilangnya lapang pandang pada satu sisi yang sama (kanan atau

    kiri) pada kedua mata. Kelainan ini disebabkanoleh lesi yang berada disekitar posterior dari

    kiasma optikum hingga ke kortex serebri oksipitalis.

    EPIDEMIOLOGI

    Berdasarkan RISKESDAS, terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3%

    pada tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan usia

    dan puncaknya pada usia > atau sama dengan 75 tahun. Tidak ada perbedaan angka kejadian yang

    signifikan antara pasien laki-laki dan perempuan. Presentasi stroke iskemik lebih tinggi

    dibandingkan dengan stroke hemorrhagik (67%).

    PATOFISIOLOGI

    Stroke

    Stroke dipengaruhi secara garis besar dipengaruhi oleh dua jenis faktor risiko, yaitu yang

    dapat dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain

    hipertensi, DM, merokok, obesitas, asam urat, dan hiperkolesterol. Sedangkan faktor-faktor risiko

    yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, dan etnis.

    Stroke iskemik pada dasarnya diawali dengan sumbatan pembulu darah oleh thrombus atau

    emboli yang mengakibatkan sel otak mengalami gangguan metabolisme dan tidak mendapat

    oksigen, nutrisi, dan energy. Bila gangguan metabolisme ini terus berlanjut, akan terjadi iskemia

    jaringan otak yang bersifat sementara atau menjadi permanen yang disebut infark. Daerah disekitar

    jaringan yang mengalami infark dan hanya mengalami gangguan perfusi yang bersifat sementara

    disebut sebagai daerah penumbra. Daerah penumbra masih dapat diselamatkan jika dilakukan

  • reperfusi segera, namun jika terlambat akan berkembang menjadi daerah infark. Selain diakibatkan

    sumbatan, stroke iskemik juga dapat disebabkan oleh proses inflamasi, gangguan BBB, zat

    neurotoksik, dan lain lain.

    Pada daerah yang mengalami iskemia, terjadi penurunan kadar ATP sehingga terjadi

    kegagalan pompa Na K serta peningkatan kadar laktat intraselular. Kegagalan pompa Na K

    menyebabkan depolarisasi dan peningkatan neurotransmitter glutamate, yang kemudian berikatan

    dengan NMDA. Ikatan glutamate dan NMDA menyebabkan masuknya kalsium intraseluler. Oleh

    karena itu pada kasus iskemia, terjadi peningkatan kalsium intraseluler yang nantinya memicu

    pembentukan radikal bebas, NO, protease, kaspase, dan lain lain yang berkontribusi terhadap

    kematian sel.

    Hemianopsia Homonim

    Hemianopsi homonim adalah hilangnya separuh lapang pandang secara total atau sebagian

    pada masing-masing mata. Hemianopsia homonim kanan ditandai dengan hilangnya lapang

    pandang di bagian nasal mata kiri dan bagian temporal mata kanan, sedangkan hemianopsia

    homonim kiri ditandai dengan hilangnya lapang pandang di bagian temporal mata kiri dan bagian

    nasal mata kanan.

    Setiap proses yang menyebabkan cedera otak dapat menyebabkan hemianopsia homonim.

    Penyebab tersering adalah stroke, baik itu karena perdarahan, emboli, trombosis, vaskulitis, atau

    diseksi. Pada pasien dengan stroke yang melibatkan a. serebri posterior bisa datang tanpa gejala

    apapun selain gangguan penglihatan. Pada kondisi ini, dapat terjadi salah diagnosis oleh dokter

    spesialis mata yang mengabaikan pemeriksaan lapang pandang. Terkadang, pasien melaporkan

    episode serangan seperti vertigo akut, rasa tebal, atau diplopia, yang kemungkinan menandakan

    emboli yang menyumbat a. serebri posterior setelah berjalan mengikuti a. basilaris.

    Jalur visual dimulai dari retina dan berakhir pada area korteks. Pada dasarnya ada tujuh

    level yang dilalui oleh impuls visual, yaitu: retina, nervus optikus, kiasma optika, traktus optikus,

    korpus genikulatum lateral, radiasio optika, dan area korteks lobus oksipital.

  • Lobus oksipital dibatasi di medial oleh sulkus parietooksipital, batas lateral, dan basal yang

    memisahkannya dari lobus parietal dan temporal tidak dapat dijelaskan dengan tepat. Korteks

    visual primer (korteks striata, area Brodmann 17) terletak pada kutub oksipital dan ditepi dari

    fisura kalkarina dan dari sana terproyeksi ke korteks asosiasi visual unimodal (korteks

    parastriata/area Brodmann 18 dan 19). Dari sini serabut eferen menuju ke girus angularis lobus

    temporal, korteks frontalmotor dan sistem limbik lalu menyeberang melalui korpus kalosum ke

    hemisfer sisi sebelahnya.

    Korteks visual satu sisi menerima informasi dari separuh retina temporal sisi ipsilateral dan

    separuh retina nasal kontralateral, demikian sebaliknya. Informasi visual dari makula lutea menuju

  • bagian posterior area 17, yaitu disekitar kutub oksipital. Lesi unilateral area 17 menyebabkan

    hemianopsia kontralateral, sedangkan lesi parsial menyebabkan kuadrantanopsia pada lapang

    pandang yang terkait dengan lokasi lesi. Padangan sentral tidak terganggu selama lesi tidak terjadi

    pada bagian ujung posterior fisura kalkarina pada kutub oksipital.

    Bila seluruh traktus optikus atau korteks kalkarina pada satu sisi itu rusak, yang terjadi

    adalah hemianopsia homonim komplit. Namun seringkali area makula tidak terganggu, yaitu

    lapang pandang 5–10 derajat di sentral (macular sparing). Pada infark lobus oksipital akibat oklusi

    a.serebri posterior, ditemukan hemianopsia homonim kontralateral yang cenderung kongruen

    dengan area makular di bagian posterior korteks striata mungkin tidak terganggu karena adanya

    kolateral dari pembuluh darah a.serebri media. Lesi traktus optikus dan radiasio optika inkomplit

    biasanya tidak terganggu pandangan sentralnya.

    Stroke terjadi akibat gangguan peredaran darah di otak, sehingga penting diketahui suplai

    darah ke area yang dicurigai terkena stroke. Suplai darah ke korteks visual adalah sebagai berikut:

    arteri serebri posterior memperdarahi korteks visual terutama melalui a. Kalkarina. Cabang

    terminal a. Serebri media memperdarahi bagian ujung anterior sulkus kalkarina dan bagian kutub

    lateral oksipital. Di kutub posterior, ada anastomosis yang kaya pembuluh darah antara a. Serebri

    posterior dan media.

    Pemeriksaan lapang pandang sangat penting dilakukan, sayangnya seringkali terlewatkan

    dalam pemeriksaan klinis neurologis rutin. Lapang pandang adalah batas dari penglihatan perifer,

    yaitu area ketika sebuah obyek masih dapat terlihat dengan mata yang terfiksasi ke satu titik.

    Penglihatan makular (sentral) tajam, penglihatan perifer biasanya lebih kurang jelas, kecuali saat

    obyek bergerak. Lapang pandang normal yaitu sejauh 90- 100 derajat di temporal, 60 derajat di

    nasal, 50-60 derajat area superior, dan 60-75 derajat area inferior. Ada variasi lapang pandang pada

    tiap individu, tergantung pada bentuk wajah, bentuk orbita, posisi mata dalam rongga orbita, celah

    mata, panjang bulu mata atau ukuran hidung. Dengan pandangan binokular, lapang pandang kedua

    mata saling tumpang tindih, kecuali area dari 60 sampai 90 derajat horisontal di temporal, yang

    hanya terlihat oleh satu mata saja.

    Hasil pemeriksaan fisik lapang pandang lebih akurat pada pasien sadar dan kooperatif

    untuk tetap memfiksasi pandangan sesuai perintah pemeriksa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah

  • uji konfrontasi. Untuk memeriksa lapang pandang sentral, pasien diminta menatap wajah

    pemeriksa dan diminta melaporkan bila ada defek. Selain itu dapat pula digunakan amsler grid,

    dengan meminta pasien memfiksasi pandangan pada satu titik sentral, dapat menentukan adanya

    skotoma.

    TANDA DAN GEJALA

    Gejala yang timbul tergantung pada daerah otak yang terkena. Defisit neurologis yang

    timbul dapat bersifat fokal atau global, yaitu (baca neurologi ui).

    Pemeriksaan sederhana untuk mengenali tanda dan gejala stroke dapat menggunakan

    metode FAST yaitu F untuk facial droop, A untuk arm weakness, S untuk speech difficulties, T

    untuk time to seek medical help. Selain itu pemeriksaan fisik neurologi juga dapat mengkonfirmasi

    tanda dan gejala stroke yaitu dengan pemeriksaan GCS, kelumpuhan saraf kranialis, kelemahan

    motoric, gangguan fungsi kognitif, dan lain lain.

    CN II (N. Opticus)

    Pemeriksaan N. II secara sederhana terdiri dari pemeriksaan virus, lapang pandang, buta

    warna, dan funduskopi. Sebelum melakukan pemeriksaan, pemeriksa dapat menanyakan keluhan

    gangguan penglihatan kepada pasien, misalnya pandangan buram saat melihat objek jarak dekat

    atau jauh, adakah bagian pandangan yang hilang, atau kesulitan dalam membedakan warna.

    Keluhan-keluhan tersebut dapat dialami pada salah satu mata atau keduanya. Dengan demikian,

    pemeriksaan N.II dilakukan satu persatu pada salah satu mata secara bergantian.

    Pemeriksa perlu mengingat bahwa gangguan penglihatan tidak hanya disebabkan oleh lesi

    di sepanjang retina dan otak, tetapi bisa juga karena gangguan gerakan otot ekstraokular atau lesi

    pada media refraksi. Jika pasien mengeluhkan pandangan ganda pada saat melihat objek dengan

    jarak jauh/dekat, atau pada saat menuruni anak tangga, maka hal ini mengarah kepada gangguan

    pada persarafan otot ekstraokular. Lesi pada media refraksi diakibatkan kelainan pada kornea,

    aqueus humor, lensa, atau vitreushumor. Oleh sebab itu, pemeriksaan N. II diawali dengan inspeksi

    bob mata secara keseluruhan, termasuk struktur yang terletak anterior terhadap retina.

  • Pemeriksaan visus

    Pemeriksaan buta warna

    Pemeriksaan funduskopi

    Pemeriksaan lapang pandang

    Pemeriksaan lapang pandang paling sering menggunakan teknik konfrontasi. Pemeriksa

    berhadapan dengan pasien pada jarak 50cm dengan ketinggian mata yang sama. Mata pasien

    diminta untuk fokus ke mata pemeriksa, mata kanan pasien melihat mata kiri pemeriksa, dan begitu

    pula sebaliknya. Pemeriksaan dilakukan pada salah satu mata secara bergantian. Mata yang tidak

    diperiksa harus ditutup. Sebagai contoh, jika mata kanan pasien yang ingin diperiksa, maka pasien

    menutup mata kirinya dan pemeriksa menutup mata kanannya. Selanjutnya, pemeriksa meletakkan

    jari telunjuknya sejauh mungkin dari lapang pandangnya pada empat arah mata angin, yaitu timur

    laut (45°), barat laut (135°), barat daya (225°), dan tenggara (315°).

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    CT Scan + CT Angiografi /MRI + MRA Otak

    EKG • Doppler Carotis

    Transcranial Doppler

    TCD Bubble Contrast & VMR

  • Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated

    Partial Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2 jam

    PP, HbA1C, profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas

    indikasi seperti: enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit, analisis hepatik dan

    pemeriksaan elektrolit.

    Thorax foto

    Urinalisa

    Echocardiografi (TTE/TEE)

    Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)

    DSA Serebral

    TATALAKSANA

    Tatalaksana Umum :

    Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan

    Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)

    Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)

    Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)

    Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan

    Gastroprotektor, jika diperlukan

    Manajemen nutrisi

    Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH

    Tatalaksana Spesifik : infark

    Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada stroke iskemik onset

  • Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin, clopidogrel, cilostazol atau

    antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban)

    Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033)

    Perawatan di Unit Stroke • Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

    Tatalaksana Spesifik : hemoragik

    Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta

    blocker, Diuretik)

    Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)

    Pencegahan perdarahan ulang (Vit. K, antifibrinolitik)

    Pencegahan vasospasme (Nimodipin)

    Neuroproektor

    Perawatan di Unit Stroke

    Neurorestorasi

    RESUME PEMERIKSAAN FISIKDIAGNOSIS AKHIRTATA LAKSANAPLANNINGPROGNOSIS