Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

74
ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIM) DALAM AL-QUR’AN TERJEMAHAN H.B JASSIN Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Sastra (S.sI) Disusun oleh : Yatmi (106024000953) JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

Page 1: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIM) DALAM AL-QUR’AN

TERJEMAHAN H.B JASSIN

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana

Sastra (S.sI)

Disusun oleh :

Yatmi

(106024000953)

JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

Page 2: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. jika dikemudian hati terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 September 2010

ii

Page 3: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

Analisis Musytarak (Homonim) dalam Al-Quran Terjemahan H.B. Jassin

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Yatmi

NIM:106024000953

Pembimbing

Drs. H. D. Sirojuddin AR, M.Ag

NIP : 19570715 198803 1001

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATUALLAH

JAKARTA

1431H/2010

iii

Page 4: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIM) DALAM AL-QUR’AN

TERJEMAHAN H. B. JASSIN BACAAN MULIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 01 Desember

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.)

pada program studi Tarjamah.

Jakarta,o1 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Ikhwan Azizi, MA. Akhmad Saekhuddin, M.Ag.

NIP: 150 268 589 NIP: 150 303 001

Anggota

Penguji Pembimbing

Dr. Abdullah, M. Ag Drs. H. D. Sirojuddin, AR. M. Ag

NIP:19961082 519930 31002 NIP: 19570715 198803 1001

iv

Page 5: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

Pedoman Transliterasi

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts te dan es ث

J je ج

H ح h dengan garis bawah

Kh ka dan ha خ

D de د

Dz de da zet ذ

R er ر

Z zet ز

S es س

Sy es dan ye ش

S ص es dengan garis di bawah

D ض de dengan garis di bawah

T ط te dengan garis di bawah

Z ظ zet dengan garis di bawah

koma terbalik di atas hadap kanan ، ع

Gh ge dan ha غ

F ef ف

v

Page 6: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

Q ki ق

K ka ك

L el ل

M em م

N en ن

W we و

H ha هـ

apostrof ` ء

Y ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_______َ_____ A fathah

----------------ِ---- I kasrah

_______ُ_____ U dammah

Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي__َ__ Ai a dan i

و__َ___ Au a dan u

vi

Page 7: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا___ Â a dengan topi di atas

ي__ Î i dengan topi di atas

و_ Û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang dalam yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf yaitu ال dialih aksarakan menjadi /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydidi yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( _ّ ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan mengadakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh hururf-huruf syamsyiah. Misalnya, kata ُالضَّرُوْرَة tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah.

Ta Marbûtah

Jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata siifat (na’t) (lihat contoh 2 ). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ ( lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islamîyyah الجامعة الإسلاميّة 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

vii

Page 8: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

Huruf Kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia, untuk proper name ( nama diri, nama tempat dan sebagainya), seperti al-kindi bukan Al-kindi ( untuk huruf “al” a tidak boleh kapital).

viii

Page 9: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

ABSTRAK

YATMI

“Analiisis Musytarak (Homonim) dalam Al-Quran Terjemahan H.B. Jassin Bacaan Mulia (studi kasus pada surah Al-Baqarah)”

Dibimbing oleh : Drs. H. D. Sirojuddin AR, MAg.

Di jaman sekarang ini banyak sekali buku-buku hasil terjemahan,yang diterjemahkan dengan metode yang berbeda-beda sesuai dengan penerjemahnya. Menerjemahkan merupakan pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik dilihat dari segi arti maupun konteks. Al-Qur’an terjemahan H.B. Jassin Bacaan Mulia, yang penulis gunakan untuk penelitian ini merupakan al-Qur’an hasil terjemahan yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan terjemahannya yang menggunakan sentuhan puitis.

Penelitian ini juga, ingin mengetahui bagaimana penerjemahan ayat-ayat yang bermakna musytarak (homonimi) yaitu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Yang digunakan oleh penulis dalam menerjemahkan al-Qur’an H.B. Jassin Bacaan Mulia. Apakah terjemahan tersebut pesan yang diinginkan oleh penulis tersampaikan kepada pembaca lewat hasil terjemahan tersebut.

Secara umum H.B. Jassin ini lebih cenderung pada metode terjemahan harfiyah maknawiyah, meskipun ada juga sebagian ayat yang diterjemahkan secara harfiyah, dengan demikian secara keseluruhan jenisterjemahan yang dianjurkan oleh H.B. Jassin cenderung kepada penerjemahan maknawiyah dan sebagian yang lain diterjemahkan secara harfiyah.

ix

Page 10: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Penulis, sehingga karya ini bisa

selesai.salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, kanjeng

Nabi Muhammad saw beserta Keluarganya, para Sahabatnya dan kita sebagai umatnya semoga

mendapatkan curaham syafaatnya di hari akhir nanti.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Civitas academica UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Prof.Dr. Komaridin Hidayat, MA. Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, MA.Dekan fakultas Adab dan

Humaniora, Drs. Ikhwan Azizi, MA. Ketua jurusan Tarjamah dan sekertaris jurusan Tarjamah

Akhmad Saekhuddin M,Ag.

Terima kasih yang tak terhingga pula kepada Bapak Drs. H. D. Sirajuddin, AR. M.Ag yang

telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, memberikan serta memotivasi Penulis

dalam proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan

Bapak.

Kepada jajaran jurusan tarjamah: bapak Drs. Ismakun Ilyas, M.A, bapak Syarif Hidayatullah,

M.Hum, bapak Dr.Syukron Kamil, M.A, bapak Irfan Abubakar, M.A, bapak Drs. A. Syatibi,

M,Ag, dan lainnya.terima kasih yang tak terhingga. Semoga ilmu yang penulis dapatkan menjadi

manfaat dan berkah dikemudian hari. Amin.

Penghormatan serta ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada kedua orang tua Penulis.

Ayahanda terhebat Saman Kiin dan ibunda terkasih Arsiah, yang senantiasa berkerja keras untuk

membiayai Penulis hingga selesai, serta senantiasa memberikan do’anya yang tiada hentinya

x

Page 11: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer. Kakak Penulis, Hasanuddin,

Ulfa, Basit, dan adik-adik Penulis, Chikal dan Tami tersayang, serta keponakan Penulis, Rizal

and Aa Adit yang selalu memberikan senyumnya dan selalu mengganggu Penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga kepada mas Susardjanadi, ST dan Mr. Suhaemi, Lc.

yang senantiasa mendoakan dan menemani serta membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Mereka semua yang menjadi motivasi Penulis dalam menggapai semua mimpi.

Terima kasih kepada sepupu tersayang t’Ida, Ela, Ri2, and Rozinah yang selalu cerewet

nanya kapan wisuda, begitu juga kepada teman-teman home yaitu Devi, Naya, Alvi, Sari, Mulhe,

Evi, Walis and Do2l yang senantiasa memotivasi dan menemani Penulis dalam suka dan duka

Terima kasih kepda bapak Supardi M.A yang telah berbaik hati meminjamkan buku-bukunya

kepada Penulis. Kepada kepala dan karyawan Perpustakaan fakultas Adab dan Humaniora,

Perpustakaan umum Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

UI dan Perpustakaan Atmajaya yang telah memberikan kesempatan Penulis untuk mengakses

berbagai referensi kepada Penulis.

Kepada sahabat terbaik dan tersayang Penulis, Ade, Silvy dan Musyarofah terima kasih

untuk semua kebaikannya dan kebersamaannya hingga detik ini masih ada.

Penulis mengucapkan kepada kawan seperjuangan di Tarjamah Angkatan 2006, kepada

Nur’aini yang telah bersedia menemani Penulis baik suka dan duka dalam menyelesaikan skripsi

ini dan mengisi kebersamaan dengan Penulis selama di kampus ini semoga kebersamaan ini tetap

ada dan membawa kesan yang baik. Kemudian kepada Rina, melly Amalia, Yuli Handayani,

Yuyun, Iyum, Leni, Fuad, Komeri, Nubzah, Suti, Anis, Novita, Mida, Elida, Ruston, Kholis dan

Daus yang senantiasa menjadi teman yang menyenangkan dan memberikan kontribusi berarti

xi

Page 12: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

xii

bagi Penulis yang berguna untuk masa depan Penulis. Serta teman-teman BEM-J Tarjamah dan

juga kepada seluruh kakak kelas dan adik kelas sehingga Penulis bangga menjadi salah satu

mahasiswi Tarjamah.

Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

Jakarta, 22 September 2010

Penulis

Page 13: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... ...... i

PERNYATAAN...................................................................................... ...... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... ...... iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ...... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................. ...... v

ABSTRAK .............................................................................................. ...... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................ ...... x

DAFTAR ISI........................................................................................... ...... xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

D. Tinjauan Pustaka..................................................................... . 6

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 7

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 9

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Teori Musytarak....................................................................... 11

1. Pengertian Musytarak......................................................... 11

2. Macam-macam Musytarak................................................. 13

a. Musytarak Lafdzi............................................................ 13

b. Musytarak Makna............................................................14

B. Teori Penerjemahan................................................................. 14

1. Pengertian Penerjemahan ................................................... 14

xiii

Page 14: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

xiv

2. Metode Penerjemahan........................................................ 18

a. Penerjemahan Kata Demi Kata........................................19

b. Penerjemahan Harfiah................................................... . 19

c. Penerjemahan Setia ........................................................ 20

d. Penerjemahan Semantik ................................................. 20

e. Penerjemahan Adaptasi/Saduran.................................... 21

f. Penerjemahan Bebas ....................................................... 21

g. Penerjemahan Idiomatik................................................. 21

h. Penerjemahan Komunikatif............................................ 21

BAB III : BIOGRAFI H.B. JASSIN

A. Riwayat hidup H.B. Jassin. ...................................................... 22

B. Hasil Karya H.B. Jassin ........................................................... 27

1. Karangan Asli H.B. Jassin ................................................... 27

2. Buku-Buku yang Dieditori H.B.Jassin................................. 30

3. Terjemahan H.B.Jassin......................................................... 31

4. Kontroversi Penyusunan Terjemahan Al-Quran H.B.Jassin..33

C. Contoh kata-kata yang mengandung makna Homonim

Musytarak................................................................................. 35

BAB IV : ANALISIS MUSYTARAK DALAM AL-QURAN

TERJEMAHAN H.B. JASSIN

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 50

B. Saran dan Rekomendasi ........................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52

Page 15: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Musytarak dalam bahasa Arab sama dengan definisi polisemi dalam

bahasa Indonesia, yaitu kata atau frase yang memiliki makna lebih dari satu, atau

memiliki makna yang berbeda-beda. Permasalahan dalam musytarak di sini

adalah karena banyak buku yang memaknai musytarak itu berbeda-beda, maka di

sinilah letak permasalahannya. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya musytarak adalah perbedaan dialek-dialek Arab klasik, bergesernya

beberapa kata dari makna yang asli pada makna kiasan, dan adanya dua kata yang

hampir sama dan sighatnya juga sama, dari situlah muncul beraneka ragam

makna.

Relasi makna dalam bahasa Indonesia di antaranya adalah homonim dan

polisemi. Polisemi dan homonim sangat berkaitan dengan kata atau frasa. Kata

atau frasa banyak ditemukan di dalam teks-teks berbahasa Arab ataupun teks-teks

klasik.

Dalam menerjemahkan kata-kata yang bermakna homonim dan polisemi,

seorang penerjemah harus pandai dalam memilih makna suatu kata atau frasa,

karena penerjemahan merupakan pengalihan pesan dari bahasa sumber (Bsu) ke

bahasa sasaran (Bsa) dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh

pembaca dengan cara memahami karakteristik setiap bahasa. Namun dapat

dikatakan pula bahwa penerjemahan adalah tindakan komunikasi yang mana

kegiatan tersebut tidak lepas dari bahasa. Karena penerjemahan merupakan

1

Page 16: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

2

kegiatan yang menyertakan bahasa, maka dalam pembahasannya tidak akan lepas

dari pemahaman tentang konsep-konsep kebahasaan itu sendiri.

Sesuai dengan pemaparan di atas, penerjemahan juga merupakan kegiatan

yang menjelaskan tentang adanya peranan yang kuat antara bahasa dengan

kehidupan sosial. Melalui penerjemahan, seorang penerjemah menyampaikan

kembali isi sebuah teks dalam bahasa lain. Kegiatan ini bukanlah hal yang mudah

karena dalam menerjemahkan sebuah teks bukan hanya sekedar proses

penggantian tapi lebih dari itu, saat melakukannya seorang penerjemah secara

tidak langsung dia melakukan komunikasi baru dengan sebuah teks yang juga

melibatkan aspek-aspek sosial ketika teks akan dipahami dan diterjemahkan.

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting, maka tidak

salah apabila ada beberapa ulama yang berkomentar dalam memandang

ketidakmampuan manusia dalam menyaingi al-Quran dari segi aspek bahasa atau

balaghah. Pendapat pertama (Al-Suyuthi dan Baqillani) mengatakan bahwa

ketidakmampuan manusia disebabkan oleh ketinggian dan keindahan susunan

bahasa atau balaghah al-Quran. Pendapat kedua mengatakan bahwa

ketidakmampuan manusia menandingi al-Quran karena sharfiah, yakni Allah

memalingkan manusia untuk tidak dapat menandingi al-Quran atau untuk

menghilangkan kemampuan yang dimiliki manusia, sehingga pada saat muncul

ide dalam pikiran untuk membuat semacam al-Quran, ide itu menjadi hilang

ketika akan diwujudkannya1. Oleh karena itu, Penulis ingin mengangkat kata

1 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits,( Jakarta : Raja Grasindo Persada, 1998), cet.ke-6

Page 17: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

3

musytarak lewat skripsi ini dengan menganalisis makna musytarak itu sendiri

dalam al-Quran.

Musytarak itu sendiri dalam bahasa Arab mempunyai arti satu kata yang

memiliki banyak makna. Sedangkan menurut Suyuthi musytarak adalah bagian

dari ’ijazul Quran (satu kata yang memiliki dua makna atau lebih yang sebanding

dengan makna lainnya). Lafazh musytarak juga terkadang berupa isim, fi’il seperti

sighat perintah untuk pewajiban dan untuk menganjurkan ijab dan nadb atau

berupa huruf, misalnya wawu untuk ‘athaf (kata sambung) dan untuk (menyatakan

keadaan).

Apabila dalam nash lafazh musytarak, maka jika ia adalah musytarak

antara makna kebahasaan dan makna terminologis secara syar’i, maka lafazh itu

wajib dibawa kepada makna syar’inya, Dan jika ia adalah musytarak antara dua

makna atau lebih dari makna kebahasaan, maka ia wajib dibawakan kepada salah

satu maknanya dengan suatu dalil yang menentukannya, Dan tidaklah sah lafazh

musytarak itu sendiri dimaksudkan terhadap dua maknanya atau lebih secara

sekaligus.2 Misalnya, pada lafazh Wa dalam firman Allah SWT :

Artinya : ”Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak

disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang

semacam itu adalah suatu kefasikan.”(Qs. Al-An’am : 121)

2 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Semarang : Toha Putra Group, 1994), cet.1

Page 18: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

4

Kata Wa di atas mengandung makna musytarak. Kata Wa itu sendiri sering

dipergunakan untuk ’athaf (kata sambung) dan dipergunakan untuk menunjukkan

keadaan. Jika yang dikehendaki di sini adalah keadaan (Hal), maka larangan itu

berlaku pada suatu yang tidak disebut nama selain Allah ketika menyembelihnya,

padahal semacam itu adalah suatu kefasikan. Artinya menyebut nama selain Allah

ketika menyembelih binatang tersebut dan apabila yang dimaksudkan sebagai

’athaf, maka larangan itu berlaku pada semua binatang yang tidak disebut nama

selain Allah ataupun tidak.

Sedangkan pada kata Yad (tangan) dalam firman Allah SWT :

………..

Artinya : ”Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya………” (Qs. Al-Maidah : 38)

Kata tersebut adalah musytarak antara dzira’ (dari ujung jari hingga bahu),

antara telapak tangan dan lengan (dari ujung jari sampai dengan siku), dan telapak

tangan (dari ujung jari sampai pergelangan tangan) dan antara tangan kiri dengan

kanan. Jumhur ulama beristidlal dengan sunah amaliyah untuk menentukan yang

dimaksud dengan tangan pada ayat di atas, yaitu sepakat dengan makna yang

terakhir, yakni dari ujung jari sampai dengan dua pergelangan tangan kanan.

Para ulama dalam menentukan maksudnya dalam ayat di atas terbagi

kepada dua pendapat, dan masing-masing mempunyai orientasi. Oleh karena kata

musytarak di atas mempunyai banyak perbedaan dalam menentukan makna yang

Page 19: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

5

sebenarnya, maka Penulis ingin sekali mengangkat judul tersebut, untuk

membedakan makna homonim dalam bahasa Indonesia dan makna homonim

dalam bahasa Arab berbeda, dalam memahami suatu kata, homonim dalam bahasa

Indonesia dalam memahami kata dapat dilihat dari lafal, dan tulisannya yang

berbeda-beda, sedangkan homonim dalam bahasa Arab (Musytarak) dapat dilihat

dari makna kata, sebab terjadinya, sebab suara, dan sebab keluarnya.

Adapun sebagai data Penulis akan memilih kata yang bermakna musytarak

karena menurut Penulis musytarak cukup unik untuk dikaji. Sebab bila kita

merujuk pada buku Ilmu Dilalah, musytarak itu sendiri bisa bermakna homonim

dan polisemi, tetapi dalam al-Quran penggunaan maknanya bisa melebar dan sulit

dimengerti bagi orang awam yang membacanya. Oleh karena itu, Penulis akan

menganalisis makna musytarak yang terdapat dalam al-Quran dengan melakukan

penelitian skripsi dengan judul “ ANALISIS MUSYTARAK (HOMONIMI) DALAM

AL-QURAN TERJEMAHAN H.B. JASSIN BACAAN MULIA” dengan asumsi

teoritis bahwa kajian musytarak ini untuk memberikan inspirasi atau acuan kepada

Penulis dalam memahami dan menerjemahkan kata-kata al-Quran yang memiliki

banyak makna.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana cara menerjemahkan kata yang bermakna musytarak dalam al-

Quran terjemahan H.B. Jassin ?

Page 20: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

6

2. Bagaimana cara menganalisis kata yang bermakna musytarak dalam

terjemahan H.B. Jassin ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran mengenai cara menerjemahkan kata yang

bermakna musytarak dengan benar dan tepat.

2. Mengetahui cara menganalisis yang tepat pada kata yang bermakna

musytarak dalam al-Quran.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang akan Penulis lakukan saat ini, sebenarnya sudah

ada yang meneliti, akan tetapi Penulis akan mencoba mengangkat penelitian ini

kembali dengan cara yang berbeda baik dari segi contoh maupun cara

menganalisisnya. Memang kalau kita lihat dari segi judul penelitian menggunakan

judul yang sama, yaitu dengan judul :

’’Analisis Musytarak (homonim) dalam Al-Qur’an Terjemahan H.B.

Jassin (studi kasus al-Qur’an surah Al-Baqarah)”

Adapun sumber-sumber data yang Penulis peroleh untuk melakukan

penelitian ini yaitu mencari buku-buku yang berhubungan dengan relasi makna

(dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Arab) yaitu yang didalamnya berisi

tentang homonim dan polisemi, kemudian mencocokkannya dengan makna

kamus-kamus seperti Arab-Indonesia, kamus linguistik, kamus Arab-Arab, kamus

Arab-Inggris, buku-buku yang membahas musytarak, dan Disertasi, setelah

Page 21: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

7

mengumpulkan data-data tersebut Penulis mencatat teori-teori tentang relasi

makna seperti homonim dan polisemi, kemudian mencari ayat-ayat yang

mengandung makna musytarak (homonim), kemudian menganalisis ayat-ayat

tersebut dengan cara mencari kata-kata yang ada di dalam ayat yang mengandung

makna musytarak (homonim), yang terdapat dalam al-Quran terjemahan H.B.

Jassin, dan melihat bagaimana al-Quran Bacaan Mulia terjemahan H.B. Jassin

dalam memilih dan menerjemahkan makna suatu kata, sehingga Penulis mudah

menemukan kata atau frase, yang memiliki makna musytarak (homonim).

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini memusatkan perhatian pada penelitian kepustakaan (library

research). Studi kepustakaan adalah identifikasi hal-hal yang terkait dengan judul

dan masalah yang diajukan, hal-hal tersebut dapat berupa teori-teori atau

pengembangan teori dari masalah yang sedang dibahas.3 Bagian studi

kepustakaan ini dilakukan secara tertulis setelah merumuskan masalah,

identifikasi masalah, dan kegunaan penelitian.

Studi pustaka memuat esensi-esensi hasil penelitian literatur berupa teori-

teori. Uraian teori yang disusun dapat berupa rumusan dari Penulis atau peneliti

itu sendiri secara bebas tanpa mengurangi makna dari teori tersebut. Dalam

metodelogi penelitian ini ada dua bentuk kutipan antara lain:

3 Hamka Hasan, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 73

Page 22: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

8

1. Kutipan langsung (direct quotation) yaitu salinan teori tanpa mengubah

baik perubahan berupa tambahan atau pengurangan dari teori aslinya,

bahkan titik komanya pun harus sesuai dengan kutipan aslinnya.

2. Kutipan tidak langsung (indirect quotation) yaitu salinan teori dengan

mengubah baik perubahan berupa tambahan atau pengurangan dari teori

aslinya, bahkan titik komanya pun tidak harus sesuai dengan kutipan

aslinya.

Tata cara penulisan kutipan langsung dan kutipan tidak langsung berikut

bagaimana memberikan penghargaan kepada penulis yang tulisannya dikutip

berupa footnote dapat ditelaah dalam buku-buku yang menjelaskan tentang

metodologi penulisan karya ilmiah.

Pada dasarnya studi kepustakaan memiliki dua tujuan,4 yaitu:

1. Peneliti atau penulis dapat memposisikan penelitian atau tulisannya

diantara sekian penelitian atau tulisan yang telah ada sebelumnya.

Maksudnya sebuah hasil penelitian ataupun tulisan memiliki beberapa

kemungkinan-kemungkinan bila dibandingkan dengan penelitian-

penelitian atau tulisan-tulisan sebelumnya. Kemungkinan yang lain adalah

penelitian atau tulisan tersebut berupa kelanjutan dan pengembangan dari

penelitian atau tulisan sebelumnya. Oleh karena itu, pemaparan kajian

kepustakaan perlu dilakukan untuk menerangkan kepada pembaca urgensi

sebuah penelitian yang dilakukan.

4 Hamka Hasan, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 73

Page 23: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

9

2. Sebuah penelitian tidak mungkin dilakukan secara independent tanpa

keterlibatan teori-teori sebelumnya. Meskipun sebuah teori mengalami

perkembangan secara dinamis namun tidak berarti bahwa teori-teori

tersebut tidak penting dan diabaikan. Maksudnya, sebuah teori pada

awalnya dianggap benar namun pada beberapa tahun kemudian setelah

dilakukan pengujian-pengujian ulang ternyata teori tersebut dianggap

keliru dan penelitian selanjutnya menghasilkan teori baru.

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku-buku yang ada dalam

Perpustakaan, al-Quran terjemahan H.B. Jassin, buku Pedoman Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi yang disusun oleh tim penulis Hamid Nasution,dkk, atas kerja

sama dengan CeQDA UIN Jakarta, 2007.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab satu, berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan

diteruskan dengan sistematika penulisan yang merujuk pada buku-buku

perpustakaan dan pedoman penulisan karya ilmiah yang disusun oleh tim penulis

Hamid Nasution, dkk, atas kerja sama dengan CeQDA UIN Jakarta, 2007.

Bab dua membahas tentang musytarak yang mencakup pengertian

musytarak, macam-macam musytarak, dan ragam-ragam penerjemahan.

Page 24: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

10

Bab tiga memuat tentang bibiografi penulis al-Quran terjemahan yang

Penulis gunakan untuk menganalisis, karya-karyanya, dan musytarak dalam

terjemahan H.B. Jassin.

Bab empat yang merupakan inti dari penelitian ini, yaitu menganalisis kata

yang bermakna musytarak dengan mencari faktor penyebabnya sehingga tampak

perbedaan pada kata-kata yang bermusytarak.

Setelah melakukan penelitian pada bab sebelumnya, agar di dapat

kesimpulan akhir dari penelitian, maka bab lima ini memuat kesimpulan dan

rekomendasi dari penelitian ini. Serta diakhiri dengan memberikan daftar pustaka.

Page 25: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

11

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Teori Musytarak 1. Pengertian Musytarak Pengertian musytarak (homonim) dalam bahasa Arab sama dengan definisi

polisemi dalam bahasa Indonesia, yaitu kata atau frasa yang memiliki makna lebih

dari satu, atau memiliki makna yang bebeda-beda.1

Pengertian homonim (musytarak) di dalam buku ‘Inda al-Arab di bagi

menjadi dua bagian yaitu polisemi dan homonim, sedangkan dalam buku Ilmu Ad-

Dilalah, musytarak banyak dipelajari dalam ilmu al-Quran, hadits nabi, dan teks-

teks bahasa Arab yang pernah kita pelajari. Menurut salah satu ahli bahasa ushul,

musytarak adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu, pengertian ini

sama dengan definisi polisemi dalam bahasa Indonesia.2

Berbeda pengertian musytarak di dalam kitab Mudjakar al-Lughah al-

Arabiyah bahwa homonim adalah lawan kata dari sinonim, homonim adalah

setiap kata yang memiliki beberapa makna, homonim juga dapat dikatakan setiap

kata yang memiliki beberapa makna, baik makna yang sebenarnya atau makna

kiasan. Para ahli bahasa, bebeda pendapat tentang definisi homonim (musytarak)

tersebut ada yang menolaknya dan ada juga yang mengakui keberadaannya,

dengan menunjukkan berbagai fakta yang ada dan tidak dapat diragukan lagi.

Pada dasarnya bahasa dunia, dan yang pasti juga terjadi pada bahasa Arab.

1. Abdul Karim Mujahid, Ad-Dilalah al-Lughawiyah ‘Inda al-Arab. h. 113

2. Ahmad Mukhtar ‘Umar, Ilmu Dilalah (Kuwait: Jamiatul Kuwait, 1982) cet. 1. h. 147

11

Page 26: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

12

Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya homonim

(musyatarak) di antaranya :

1. Perbedaan dialek-dialek Arab klasik, maka adanya homonim menampakkan

implikasi dari perbedaan penggunaan kata oleh berbagai suku.

2. Bergesernya beberapa kata dari makna yang asli pada makna kiasan, dengan

adanya hubungan tertentu, seringnya kata-kata itu digunakan, sehingga kata

kiasan menjadi sekuat kata yang sebenarnya.

3. Adanya dua kata yang hampir sama dan sighatnya juga sama. Dari situ

muncullah aneka ragam makna.

4. Perbedaan kabilah dalam mempergunakan lafazh untuk menunjukkan

kepada beberapa makna.

Adapun di dalam penentuan bentuk yang homonimi atau polisemi

memang terdapat dua sikap ekstrim: pertama, yang terlalu jauh mencari-cari

hubungan makna ini, sehingga kata ‘pohon’ yang berarti tumbuhan dan ‘pohon’

(memohon) yang berarti ‘meminta’, ‘mengharap’, dianggap sebagai sebuah

bentuk yang polisemi karena katanya dulu orang memohon (kepada dewa) di

bawah pohon. Contoh lain ‘pacar’ yang berarti kekasih dan ‘pacar’ yang berarti

inai juga dianggap polisemi, bukan homonimi karena pacar itu biasa memakai

pacar (kekasih itu tentunya wanita, biasa memakai inai). Kedua, sebaliknya ada

pihak yang terlalu sederhana dalam menentukan homonimi, sehingga kata

”cangkul” misalnya disebut sebagai bentuk yang homonimi, sebab ada ”cangkul”

yang berupa kata benda, dan ada cangkul yang lain yang berupa kata kerja, hanya

berdasarkan pada bahwa kata cangkul bisa digunakan dalam kalimat perintah

Page 27: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

13

(sebagai kata kerja) dan kalimat berita (sebagai kata benda). Di antara kedua sikap

ekstrim itu, mana yang patut kita ikuti, tentunya tergantung pada persepsi kita

terhadap konsep homonimi dan polisemi.

Apabila dalam nas terdapat lafaz musytarak, maka jika ia adalah

musytarak antara makna kebahasaan dan makna terminologi secara syar’i, maka

lafazh itu wajib dibawa kepada makna syar’inya. Jika ia adalah musytarak antara

dua makna atau lebih dari makna kebahasaan, maka ia wajib dibawakan kepada

salah satu maknanya dengan suatu dalil yang menentukannya.

Jadi lafaz musyatarak adalah lafaz yang diletakkan untuk dua makna atau

lebih dengan peletakkan yang bermacam-macam, dimana lafaz itu menunjukkan

makna yang ditetapkan secara bergantian, artinya lafaz itu menunjukkan makna

ini atau makna itu. Apa pun yang menjadi sebab-sebab persekutuan makna dalam

lafazh menurut bahasa, maka sesungguhnya lafaz yang musytarak antara dua

makna atau lebih tidaklah sedikit di dalam bahasa, dan terdapat dalam nash-nash

al-Quran maupun hadits nabi.3

2. Macam-macam Musytarak

Berikut ini adalah macam-macam musytarak (homonim) dalam bahasa

Arab :

a. Musytarak lafdzi

Musytarak lafdzi adalah tulisan dan pengucapannya sama, akan tetapi

maknanya berbeda. Sedangkan musytarak lafdzi dalam bahasa Indonesia sama

dengan makna homonimi.

3. Abdul Wahhab Khallaf, 3 Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang: Toha Putra Group, 1994),

cet. 1

Page 28: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

14

Contoh : Apel dan Apel

Maksud dari contoh di atas adalah bahwa kata Apel termasuk dalam

musytarak dalam bahasa Indonesia dan Apel di atas mempunyai dua makna yaitu

bahwa Apel yang pertama bermakna nama buah, sedangkan Apel yang kedua

mempunyai makna upacara.

b. Musytarak makna

Musytarak makna adalah kata atau frasa yang tulisan dan pengucapannya

berbeda, akan tetapi maknanya sama. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sama

dengan makna polisemi.

Contoh : Wanita dan Perempuan

Maksud dari contoh di atas adalah kalau di lihat dari makna biologis

bahwa kata Wanita dan Perempuan memiliki kesamaan yaitu memiliki cirri-ciri

yang sama, akan tetapi di lihat secara bentuk sosial Wanita itu mempunyai makna

negative dan Perempuan mempunyai makna positif.

B. Teori Penerjemahan

1. Pengertian Penerjemahan

Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari bahasa Arab,

tarjamah. Bahasa Arab itu sendiri mengambil istilah tersebut dari bahasa

Armenia, turjuman (Didawi, 1992: 37). Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman

dan tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke

bahasa lain (Manzhur, t.t: 66). Definisi terjemah secara luas adalah semua

Page 29: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

15

kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan baik verbal maupun

nonverbal, dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya.4

Bagi orang-orang awam, hal yang paling penting dan yang paling

diperdebatkan dalam soal penerjemahan ialah kesamaan yang setepat-tepatnya

antara kedua bahasa. Secara lebih sederhana, menerjemahkan dapat didefinisikan

sebagai memindahkan suatu pesan dari bahasa sumber ke dalam penerima

(sasaran) dengan mengungkapkan makna dan gaya bahasanya.

Rabin, seorang professor bahasa Ibrani di Yerussalem, berpendapat bahwa

“penerjemahan merupakan suatu proses pengungkapan baik lisan maupun tulisan

yang terjadi dalam bahasa penerima dengan maksud dan diperkirakan

menyampaikan pesan yang sama seperti yang terdapat bahasa aslinya”.

Secara harfiah, terjemahan al-Quran berarti menyalin atau memindahkan

sesuatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain, sedangkan

penerjemahan adalah suatu proses, perbuatan; cara menerjemahkan; menyalin

bahasakan.5

Az-Zarqani (t.t II:107-111) mengemukakan bahwa secara etimologis

istilah terjemah memiliki empat makna: (a) menyampaikan tuturan kepada orang

yang tidak menerima tuturan itu. (b) menjelaskan tuturan dengan bahasa yang

sama, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa

Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. Sekaitan dengan terjemah

yang berarti menjelaskan, Ibnu Abbas diberi gelar “ Tarjamah al-Quran” yang

4. Suhendra Yusuf,Teori Penerjemah: Pengantar ke arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik,(Bandung: tpa, 1994), cet. 1, h. 8. 5. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 938.

Page 30: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

16

berarti penerjemahan al-Quran. (c) menafsirkan tuturan dengan bahasa yang

berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia atau

sebaliknya. (d) memindahkan tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain seperti

mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, karena itu penerjemahan disebut

pula pengalihan pesan.6

Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar

belakang teori dan pendekatan yang berbeda.

Penerjemahan adalah upaya mengalihkan pesan dari satu bahasa ke

bahasa yang lain. Oleh karena itu, kita dapat melihat penerjemahan sebagai

sekedar upaya menggantikan teks dalam satu bahasa ke dalam teks bahasa lain.

Nida dan Taber (1974: 12) dalam buku mereka The Theory and Practice of

Translation, mereka menyatakan secara jelas proses penerjemahannya, seperti

yang dikutif oleh Suryawinata tentang definisi penerjemahan yaitu “ Translating

consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of

the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of

style”. Jadi, intinya penerjemahan adalah suatu upaya untuk mengungkapkan

kembali pesan dan suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain.7

Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian yang

dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa, antara lain:

Menurut J.C. Cartford, sebagaimana dikutip oleh Frans Sayogie dalam

bukunya “ A Linguistic Theory of Translation” mendefinisikan terjemahan

6. Shihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek, (Bandung: Humaniora, 2005), cet. 1. h. 8. 7 7. Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Bogor: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7.

Page 31: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

17

sebagai berikut: “ the replacement of textual material on one language by

equivalent textual material another language (penggantian naskah berbahasa

sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara sepadan).”8

Di sini terlihat jelas betapa Cartford menekankan bahwa naskah

penggantinya hendaknya sepadan, karena kesepadanan (equivalency) merupakan

hal yang amat penting dalam penerjemahan, maka pesan yang terkandung dalam

naskah pengganti akan seragam dengan pesan yang terkandung pada naskah

aslinya. Sebaliknya bila tak sepadan, berarti pengganti naskah itu bukanlah

merupakan suatu penerjemahan.

Newmark:

Newmark juga memberikan definisi penerjemahan yang serupa dengan

Cartford walaupun diungkapkan dengan kalimat yang berbeda, sebagai berikut; “

Translating in on exercise which consist in another language (terjemahan

merupakan latihan dalam upaya menggantikan pesan tertulis dari bahasa satu

dengan pesan yang sama pada bahasa lainnya).”

Dari definisi Newmark ini terdapat dua hal yang bisa dikaji oleh seorang

penerjemah, yaitu latihan dan pesan tertulis, karena menerjemahkan merupakan

ajang latihan, seorang penerjemah dituntut untuk aktif melatih diri, sehingga

pekerjaan itu nanti bisa diandalkan sebagai suatu profesi. Latihan secara continyu

sangat diperlukan agar bisa menyelami peliknya penerjemahan itu.

Adapun pesan tertulis merupakan ciri khas dari suatu terjemahan, artinya

terjemahan itu berbentuk bahasa tulisan bukan lisan, dan apakah tulisan itu akan

8 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Bogor:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 7.

Page 32: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

18

sama persis dengan naskah aslinya atau merupakan singkatan yang

disederhanakan, itu tergantung dari kehendak penerjemah sesuai dengan isi

naskah tersebut setelah mempertimbangkan pembacanya.

Menurut J. Levy, sebagaimana dikutip oleh Frans Sayogie yaitu : “

Translating is an creative process which always leaves is the translator of

freedom of choice between several approximately equivalent possibilities of

realizing situasional meaning, (terjemahan merupakan proses kreatif yang

memberikan kebebasan bagi penerjemahan untuk memilih kemungkinan padanan

yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya).”

Juliana House memberikan definisi lain juga mengenai penerjemahan,

yaitu sebagai berikut: “ Translation is the replacement of the text in the target

language (terjemahan merupakan penggantian kembali naskah berbahasa sumber

dengan yang berbahasa sasaran secara semantik dan pragmatik sepadan).”

Pada hakikatnya sesuai terjemahan itu terletak pada makna dari bahasa

yang berbeda. Oleh karena itu, House pun menjelaskan makna beraspek semantik

erat kaitannya dengan makna denotatif, yaitu makna yang terdapat dalam kamus

(makna leksikal) dan makna beraspek pragmatik bertautan dengan makna

denoattif, yaitu makna yang berarti kiasan.

2. Metode Penerjemahan

Newmark mengajukan dua kelompok metode penerjemahan. Pertama,

metode penerjemahan yang memberi penekanan pada bahasa sumber dan kedua,

metode yang memberi penekanan pada bahasa sasaran. Dalam metode yang

Page 33: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

19

pertama penerjemahan berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya

makna kontekstual teks bahasa sunber, walaupun terdapat hambatan semantis dan

sintaksis pada teks bahasa sasaran. Dalam metode penerjemahan kedua,

penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relative sama dengan yang

diharapkan oleh penulis teks bahasa sumber terhadap pembaca teks bahasa

sasaran. Perbedaan dasar pada kedua kelompok metode hanya terletak pada

penekanannya saja.

Menurut Newmark ada dua bentuk orientasi dalam metode penerjemahan.

Pertama, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa sumber dan

kedua, metode yang memberi penekanan pada bahasa sasaran. Berkut ini adalah

metode penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa sumber:

a. Penerjemahan kata demi kata (word for-word translation) penerjemahan ini

dianggap sebagai penerjemahan yang paling dekat dengan bahasa sumber.

أقلام ثلاثة عندى و

Artinya : dan di sisiku tiga pulpen-pulpen

b. Penerjemahan harfiah (literal translation) dalam penerjemahan harfiah

kontruksi gramatikal bahwa sumber dikonversikan ke dalam padanannya

dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks.

Sama seperti terjemahan kata demi kata, terjemahan harfiah sebagai proses

penerjemahan awal dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi.

الزلزال ضحايا لمساعدة يوغياآرتا الى والانسان البر رجال من رجل جاء

Page 34: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

20

Artinya : datang laki-laki dari para pemuda dan manusia yang baik ke

Yogyakarta untuk menolong.

c. Penerjemahan setia (faithful translation). Penerjemahan setia mencoba

menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh

struktur gramatikal bahasa sumber. Kata-kata yang bermuatan budaya

diterjemahkan tetapi menyimpang dari struktur gramatikal bahasa sasaran.

Penerjemahan jenis ini berpegang teguh pada tujuan dan maksud bahasa

sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan yang kaku. Terjemahan jenis ini

bermanfaat sebagai proses awal tahap pengalihan.

الرماد آثير هو

Artinya : dia banyak debu atau pasir

d. Penerjemahan semantik (semantic translation). Penerjemahan semantis

berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih memperhitungkan

unsur estetika (antara lain kehidupan bunyi) teks bahasa sumber dengan

mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Perbedaan

antara penerjemahan setia dengan penerjemahan semantis adalah bahwa

penerjemahan semantis lebih fleksibel.

الوجهين ذا رأيت الفصل أمام

Artinya : saya lihat si muka dua di depan kelas

Kedua, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa sasaran

adalah :

e. Adaptasi/saduran (adaptation). Penerjemahan adaptasi adalah bentuk

penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke bahasa sasaran.

Page 35: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

21

Penerjemahan jenis ini terutama untuk drama dan puisi. Tema, karakter, dan

alurnya biasanya bisa dipertahankan.

النهر بأعلى بيع الينا عند قدم تخطو لا حيث يعيدا عاشت

Artinya : dia hidup jauh dari jangkauan di atas gemercik air

sungai yang terdengar jernih.

f. Penerjemahan bebas (free translation). Penerjemahan bebas adalah penulisan

kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya merupakan parafrase yang

dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya.

أصل المال أن قى الفساد أجمعين الناس لحياة أصول من عظيم

Artinya : harta sumber malapetaka

g. Penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dalam penerjemahan jenis ini

pesan bahasa sumber disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa

makna karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak ada

dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.

مضت التى الايام ترجع لن

Artinya : nasi sudah menjadi bubur

h. Penerjemahan komunikatif (communicative translation).penerjemahan

komunikatif berusaha menyampaikan makna kontekstual dari bahasa sumber

sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami

oleh dunia pembaca sasaran.

مضغة من ثم علقة من ثم نطفة من نتطور

Page 36: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

22

Artinya : kita tumbuh dari mani, lalu segumpal darah, dan

kemudian segumpal daging (awam).

Page 37: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

22

BAB III

BIBIOGRAFI H.B JASSIN

A. Riwayat Hidup

Hans Bague Jassin atau sering disingkat H.B. Jassin dilahirkan tanggal 3

Juli 1917 di Gorontalo, Sulawesi Utara, berasal dari keluarga Islam yang taat.1

Anak kedua dari enam bersaudara ini berayahkan Bague Mantu Jassin, seorang

pegawai Bataafsche Petroulem Maatschappij (BPM), dan pernah bertugas di

Balikpapan sehingga kota itu memiliki kenangan yang manis baginya, ibunya

bernama Habiba Jau. Jassin mulai gemar membaca tidak lama setelah duduk di

bangku Gouverments HIS Gorontalo pada tahun 1932, Jassin melanjutkan

pelajaran ke HBS-B 5 tahun di Medan, dan tamat akhir 1938.

Bulan Januari 1939, Jassin kembali ke Gorontalo antara bulan Agustus dan

Desember 1939, Jassin bekerja sebagai Volontair di kantor Asisten Residen

Gorontalo. Akhir Januari 1940, Jassin menuju Jakarta, untuk melanjutkan

sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu kuliah di Universitas Indonesia

Fakultas Sastra, pada tahun 1957 dengan mendapatkan gelar Sarjana (S1),

kemudian melanjutkan S2 di Universitas Yale, yaitu salah satu Universitas di

Amerika Serikat. Selain bahasa Indonesia, Jassin juga menguasai bahasa Asing

lainnya seperti bahasa Inggris, Belanda, Prancis, dan Jerman. Mulai Februari 1940

hingga 21 Juli 1947 bekerja di Balai Pustaka. Mula-mula dalam sidang pengarang

1 Pamusuk Enesta, H.B. Jassin; Paus Sastra Indonesia,(Jakarta: Djambatan, 1987), h.76

22

Page 38: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

23

redaksi buku (1940-1942), kemudian menjadi redaktur Panji Pustaka (1942-

1945), dan wakil pemimpin redaksi Panca Raya (1945-21 Juli 1947).

Setelah Panca Raya tidak terbit lagi, secara berturut-turut Jassin menjadi

redaktur majalah berikut : Mimbar Indonesia (1947-1966), Zenith (1951-1954),

Bahasa dan Budayan (1952-1963), Kisah (1953-1956), Seni (1955), Sastra (1961-

1964 dan 1967-1969), Horison (1966), dan Bahasa dan Sastra (1975).

Mulai Agustus 1953, Jassin menjadi dosen luar biasa untuk mata kuliah

kesusastraan Indonesia Modern pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Di

samping mengajar, Jassin juga mengikuti kuliah di fakultas yang sama. Ada kisah

unik pada saat beliau menempuh pendidikan di UI. Saat itu, Jassin merangkap

sebagai mahasiswa dan maha guru sekaligus. Ketika kuliah Sastra-lama

khususnya mata kuliah Jawa-Kuno, Sanskerta, H.B. Jassin menjadi mahasiswa

yang tekun, duduk bersama mahasiswa lainnya dan penuh perhatian pada mata

kuliahnya. Tetapi setelah berganti mata kuliah Sastra Modern, masa kekinian,

H.B. Jassin berdiri maju kedepan, berdiri di podium lalu memberikan kuliah,

karena memang beliau menjabat sebagai dosen yang mempunyai gelar Doktor

Sastra Modern. Jadi, dalam satu hari pada dua mata kuliah, ia sekaligus bisa

menjadi mahasiswa dan bisa menjadi dosen. Tanggal 15 Agustus 1957, Jassin

meraih gelar kesarjanaannya di fakultas Sastra UI, dan kemudian memperdalam

pengetahuan mengenai ilmu perbandingan sastra di Universitas Yale, Amerika

Serikat (1958-1959).

Page 39: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

24

Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, Jassin pernah berencana untuk

menulis disertasi mengenai Pujangga Baru timbulnya, pertumbuhannya, bubarnya,

lengkap dan latar belakangnya. Promotornya pun sudah ada, yakni Prof. Dr.

Priyono.2 Akan tetapi sepulang dari Amerika Serikat, Jassin tidak pernah lagi

berbicara mengenai rencana itu. Bukan hanya itu, bahkan Jassin tidak mau lagi

mengajar karena ia lebih tertarik dalam dunia penulisan daripada berdiri di depan

kelas.3

Sejak Januari 1961, Jassin kembali menjadi dosen luar biasa pada Fakultas

Sastra UI. Akan tetapi, tidak lagi berdiri di depan kelas melainkan hanya

membimbing para mahasiswa yang membuat skripsi. Antara lain, Jassin

membimbing penulisan skripsi Boen S. Oemarjati, M. Saleh Saad, M.S.

Hutagalung, J.U. Nasution, Bahrum Rangkuti, dan lain-lain.

Jassin adalah salah seorang tokoh Manifes Kebudayaan, sebuah manifes

yang dibuat tanggal 17 Agustus 1963 guna menentang pihak Lembaga

Kebudayaan Rakyat (Lekra). Akibatnya sejak dilarangnya Manifes Kebudayaan

oleh Bung Karno (8 Mei 1964), Jassin pun dipecat dari Fakultas Sastra UI, dan

pemecatan ini berlangsung hingga G-30-S/PKI meletus, setelah itu, Jassin

kembali lagi ke Fakultas Sastra UI, dan sejak April 1973 menjadi Lektor tetap di

fakultas tersebut untuk mata kuliah Sejarah Kesusastraan Indonesia Modern dan

Ilmu Perbandingan Kesusastraan.

2 H.B Jassin, Surat-surat 1943-1983, (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 136-138 dan 140 3 H.B. Jassin, Surat-surat 1943-1983,(Jakarta: Gramedia, 1984), h. 155

Page 40: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

25

Di samping mengajar dan mengikuti kuliah, sejak Juli 1954 hingga Maret

1973, Jassin adalah pegawai Lembaga Bahasa dan Budaya, yang sekarang kita

kenal dengan nama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Untuk jasa-jasanya di bidang kebudayaan pada umumnya, Jassin

menerima Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintahan Republik Indonesia pada

tanggal 20 Mei 1969. Tanggal 24 Agustus 1970, Gubernur DKI (saat itu : Ali

Sadikin) mengangkat Jassin sebagai anggota Akademi Jakarta (yang diketuai S.

Takdir Alisjahbana), keanggotaan ini berlaku untuk seumur hidup.

Karena pemuatan cerpen Kipanjikusmin “Langit Makin Mendung” di

majalah Sastra (Agustus 1968) yang dipimpinnya, Jassin diajukan ke pengadilan.

Tanggal 28 Oktober 1970, ia dijatuhi hukuman bersyarat satu tahun penjara

dengan masa percobaan dua tahun. Dan hingga sekarang hanya Jassin-lah yang

tahu, siapa yang bersembunyi di belakang nama Kipanjikusmin itu.

Bulan April-Juni 1972, Jassin mendapat Cultural Visit Award dari

pemerintah Australia. Selama delapan minggu, Jassin mengunjungi pusat-pusat

pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia/Malaysia di Australia, tanggal 26 Januari

1973, Jassin menerima Hadiah Martinus Nijhoff dari Prins Benhard Fonds di Den

Haag, Belanda. Hadiah ini diberikan untuk jasa Jassin menerjemahkan karya

Multatuli, Max Havelaar (Jakarta: Djambatan, 1972).

Untuk menghormati jasanya di bidang Sastra Indonesia, tanggal 4 Juni

1975 Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa kepada

Page 41: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

26

Jassin “dalam kenyataan,” kata Prof.Dr. Harsja W. Bachtiar, dekan Fakultas

Sastra UI pada tahun 1975, “Pengetahuan orang tentang Sastra Indonesia

didasarkan pada pengetahuan yang dikembangkan oleh H.B. Jassin”.4

Sejak 28 Juni 1976, Jassin menjadi ketua Yayasan Dokumentasi Sastra

H.B. Jassin, yayasan ini mengelola Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang

terletak Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Dokumentasi

Sastra itu adalah yang paling lengkap terdapat di Indonesia maupun di luar negeri.

Kemudian ia juga pernah menjadi anggota pengurus Himpunan Penerjemah

Indonesia pada bulan November 1973 dan lalu menjadi penasehat Yayasan Mas

Agung pada tahun 1988 sampai akhir hayatnya, dan masih banyak lagi

pengabdiannya pada masyrakat dan Negara yang belum disebutkan.5

Jasa-jasanya di bidang Kesenian dan Kesusasteraan, Jassin menerima

Hadiah Seni dari Pemerintahan Republik Indonesia pada tahun 1983. Pada bulan

Agustus-September 1984, Jassin menunaikan ibadah haji.

Selain kegiatan yang disebutkan di atas, masih ada kegiatan Jassin yang

lain. Sejak tahun 1949, Jassin adalah penasihat berbagai penerbit di Indonesia, di

antaranya adalah : Balai Pustaka (1949-1952), Gapura (1949-1951), Gunung

Agung (1953-1970), Nusantara (1963-1967), Pembangunan (1964-1967),

Pustaka Jaya (1971-1972), dan lain-lain.

4 Alfons Taryadi, Seandainya Tak Ada H.B. Jassin…,(Kompas, 10 Juni 1975), h. 4 5 H.B. Jassin, Majalah Harmoni,(Jakarta, 1994)

Page 42: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

27

Jassin juga pernah diangkat menjadi pemeriksa luar beberapa universitas

di luar negeri, diantaranya : Universitas Malaya (Malaysia), Universitas Monash

(Australia), Universitas Sidney (Australia), dan lain-lain.

B. Karya-karya H.B. Jassin

Berikut ini disajikan daftar karya H.B. Jassin hingga saat ini. Akan tetapi,

hanya terbatas pada karya yang sudah berbentuk buku, yang tebagi atas tiga

kelompok : (1) Karangan asli Jassin, (2) Buku-buku yang dieditori Jassin, dan (3)

Terjemahan Jassin.

1. Karangan Asli Jassin

Karya Tulis :Tifa Penyair dan Daerahnya (1952),

Kesusastraan Indonesia Modern Dalam Kritik dan Esei I-IV (1954),

Heboh Sastra 1968 (1970),

Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (1983),

Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983),

Surat-Surat 1943-1983 (1984),

Sastra Indonesia dan Perjuangan Bangsa (1993),

Koran dan Sastra Indonesia (1994),

Darah Laut : Kumpulan Cerpen dan Puisi (1997),

Omong-Omong HB. Jassin (1997)6

6 http://bataviase.wordpress.com/2008/03/19/pusat-Dokumentasi-Sastra-hb-Jassin/

Page 43: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

28

a. Angkatan 45, Jakarta : Yayasan Dharma, 1951. Seperti tercermin pada

judulnya, buku ini berisi pembicaraan mengenai “Angkatan 45” dalam Sastra

Indonesia. Buku ini hanya dicetak satu kali karena selanjutnya isi buku

dimasukkan ke dalam Kesusastraan Indonesia dalam Kritik dan Esei (Jakarta

: Gunung Agung, 1954, hal. 189-202) dan Kesusastraan Indonesia Modern

dalam Kritik dan Esei II (Jakarta : Gunung Agung, 1967, hal. 9-23).

b. Tifa Penyair dan Daerahnya, (Jakarta: Gunung Agung, 1952), berisi teori

kesusastraan. Tahun 1985 buku ini mengalami cetakan ke-7.

c. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei, (Jakarta : Gunung

Agung, 1954). Mula-mula terbit satu jilid (1954), kemudian terpecah menjadi

dua jilid (1962), dan terakhir membengkak menjadi empat jilid (1967). Sejak

tahun 1985, keempat jilid buku ini diterbitkan oleh PT. Gramedia, Jakarta.

Serial buku ini berisi esei dan kritik mengenai karya Sastrawan Indonesia tahun

20-an hingga tahun 60-an, serta sejumlah karangan berkenaan dengan Sastra.

d. Kesusastraan Dunia dalam Terjemahan Indonesia, (Jakarta : Yayasan

Kerjasama Kebudayaan, 1966). Seperti nampak pada judulnya, buku ini berisi

paparan mengenai terjemahan Sastra dunia dalam bahasa Indonesia. Buku ini

hanya dicetak satu kali karena selanjutnya isi buku dimasukkan ke dalam

Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei IV (Jakarta : Gunung

Agung, 1967, hal. 162-170).

e. Heboh Sastra, Suatu Pertanggungjawaban, (Jakarta : Gunung Agung, 1970).

Seperti terlihat pada judulnya, buku ini berisi pertanggungjawaban pengarang

Page 44: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

29

atas cerpen Kipanjikusmin “Langit Makin Mendung”, yang menimbulkan heboh

pada tahun 1968 dan menyebabkan Jassin diajukan ke pengadilan dengan kata

lain, buku ini adalah pembelaan terhadap cerpen tadi di pengadilan. Secara

lengkap, pembelaan Jassin kemudian dimuat dalam Sastra Indonesia sebagai

Warga Sastra Dunia (lihat nomor 7 di bawah).

f. Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia, (Jakarta : Yayasan Idayu, 1981).

Buku ini, berisi pidato Jassin pada penerimaan gelar Doktor Honoris Causa dari

Universitas Indonesia, 14 Juni 1975. Karangan ini juga dimuat kembali dalam

buku nomor 7 di bawah ini.

g. Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia, (Jakarta : Gramedia, 1983).

Berisi karangan-karangan Jassin antara tahun 1966 dan 1977, termasuk

didalamnya isi buku nomor 5 dan 6 di atas.

h. Pengarang Indonesia dan Dunianya, (Jakarta : Gramedia, 1983). Berisi tulisan-

tulisan Jassin mengenai karya sejumlah pengarang Indonesia yang belum

dibicarakan dalam buku nomor 3 di atas oleh Jassin, mulanya tulisan-tulisan ini

direncanakan untuk menjadi “Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan

Esei V dan VI”.

i. Surat-surat 1943-1983, (Jakarta : Gramedia, 1984). Seperti bunyi judulnya,

buku ini berisi surat-surat yang di tulis Jassin pada tahun 1943-1983, yang

ditujukan kepada berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar negeri.

Page 45: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

30

2. Buku-buku yang Dieditori Jassin

a. Pancaran Cita; Kumpulan Cerita Pendek dan Lukisan, (Jakarta : Balai

Pustaka, 1946). Berisi cerpen Asmara Bangun, Usmar Ismail, Rosihan Anwar,

Karim Halim, H.B. Jassin, dan lain-lain.

b. Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang, (Jakarta : Balai Pustaka, 1948).

Bunga rampai ini memuat hasil karya para pengarang Indonesia pada zaman

pendudukan Jepang. Tahun 1985, buku ini mengalami cetakan ke-5.

c. Gema Tanah Air; Prosa dan Puisi, (Jakarta : Balai Pustaka, 1948). Mula-mula

terbit satu jilid (1948), tetapi sejak cetakan ke-5 (1969) pecah menjadi dua

jilid. Tahun 1982, buku ini mengalami cetakan ke-7. Bunga rampai ini

memuat hasil karya para pengarang Indonesia antara tahun 1942 dan 1948.

d. Kisah 13 Cerita Pendek, (Jakarta : Kolff, 1955) seperti terlihat pada judulnya,

bunga rampai ini berisi tiga belas buah cerita pendek yang pernah dimuat di

majalah Kisah.

e. Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45, (Jakarta : Gunung Agung, 1956). Berisi

sejumlah prosa dan puisi Chairil Anwar Deru Campur Debu dan Kerikil

Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus, didahului dengan sebuah studi

Jassin berkenaan dengan jiplakan Chairil Anwar. Tahun 1985, buku ini

mengalami cetakan ke-7.

Page 46: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

31

f. Analisa; Sorotan atas Cerita Pendek, (Jakarta : Gunung Agung, 1961). Berisi

sejumlah cer[pen pengarang Indonesia, disertai sorotan Jassin terhadap setiap

cerpen.

g. Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru, (Jakarta : Gunung Agung, 1962).

Berisi prosa dan puisi Amir Hamzah yang belum masuk ke dalam Buah Rindu

dan Nyanyi Sunyi.

h. Pujangga Baru; Prosa dan Puisi, (Jakarta : Gunung Agung, 1963). Memuat

hasil karya para pengarang Indonesia yang tergolong pada Angkatan Pujangga

Baru.

i. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dalam Polemik, (editor bersama Junus

Amir Hamzah), (Jakarta : Mega Bookstore, 1963). Memuat sejumlah karangan

seputar novel Hamka, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, yang pernah

dihebohkan sebagai jiplakan.

j. Angkatan 66; Prosa dan Puisi, (Jakarta : Gunung Agung, 1968). Mula-mula

terbit satu jilid, kemudian pecah menjadi dua jilid. Tahun 1985, buku ini

mengalami cetakan ke-6. Bunga rampai ini memuat hasil karya para

pengarang Indonesia yang tergolong pada Angkatan 66.

3. Terjemahan Jassin

a. Sepoeloeh Tahoen Koperasi, oleh R.M. Margono Djojohadikoesoemo, Bp

1941, judul asli : Tien Jaren Cooperatie.

Page 47: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

32

b. Chushingura, oleh Sakae Shioya, Bp 1945, diterjemahkan bersama Karim

Halim dari bahasa Inggris.

c. Renungan Indonesia, oleh Sjahrazad, Pustaka Rakyat, 1947, judul asli;

Indonesische Over Peinzingen.

d. Terbang Malam, oleh A. De St. Exupery, Bp 1949, judul asli: Vol De Nuit.

e. Kisah-kisah dari Rumania, bersama Taslim Ali dan Carla Rampen, Bp 1964,

judul asli: Nouvelles Roumaines.

f. Api Islam,oleh Syed Amir Ali, pembangunan, 1966, 2 jilid, judul asli: The

Spirit of Islam.

g. Tjerita Pandji dalam Perbandingan, oleh Prof.Dr.R.M.Ng. Poerbatjaraka,

diterjemahkan bersama Zuber Usman, judul asli: Pandji Verhalen Onderling

Vergelakan.

h. Max Harvelaar, oleh Multatuli, djambatan, 1972.

i. Kian Kemari Indonesia dan Belanda dalam Sastra, Djambatan, 1973.

j. The Complete Poems of Chairil Anwar, University Education Press Singapore,

1974, terjemahan bersama Liaw Yock Fang.

k. Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia, mulai diterjemahkan 7 Oktober 1972,

selesai 8 Desember 1974.

Page 48: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

33

l. Sejarah dan Adinda Max Havelaar, cerita Multatuli scenario film PT. Mondial

Motion Picture & Fons Rademakers Productie, di tulis oleh G. Soetaman dan

Hiswara Darmaputra, 1975.

Demikianlah karya-karya H.B. Jassin yang dapat penulis ketahui, mungkin

masih banyak karya-karyanya yang belum tertulis seperti tulisan H.B. Jassin

dalam artikel-artikel, dan bahan makalah-makalah seminar atau diskusi yang

dihadirinya, dan lain sebagainya yang belim penulis ketahui.

4. Kontroversi Penyusunan Terjemahan Al-Quran H.B. Jassin

Pada saat H.B. Jassin mengumumkan penerbitan al-Quran Karim Bacaan

Mulia, umat islam Indonesia geger, terutama dari kalangan ulama dan para ahli

terjemahan. Konon pada tahun 1987, ada yang membakar karya puitisasi dari

terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin ini, pasalnya bagaimana orang yang tidak bisa

bahasa Arab menerjemahkan al-Quran.

H.B. Jassin sendiri memang mengakui sepenuhnya bahwa beliau tidak

pernah mendapatkan pelajaran khusus membaca al-Quran, baru sesaat menjadi

mahasiswa di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, ia sempat mempelajari

bahasa Arab, di sana Jassin juga mempelajari terjemahan-terjemahan al-Quran,

naskah-naskah lama dari Ar-Ranari dan Hamzah Fansuri, yang berupa tulisan

Arab melayu beserta kutipan-kutipan bahasa Arabnya dan mempelajari cara

menerjemahkan lewat kamus.

Persoalan yang dihadapi Jassin, harus diakui bahwa umat Islam

sepenuhnya belum mempercayai kredibilitas dan komitmen keislamannya. Umat

Page 49: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

34

masih sangsi bagaimana orang tidak bisa bahasa Arab, tidak dikenal dan

mengenal dunia pesantren, dan mengakui pernah merasa tidak senang mendengar

khutbah-khutbah (istilah Jassin pada waktu itu “teriak-teriak”) di masjid bisa

menerjemahkan al-Quran, sedangkan tradisi Islam (hadits) mengajarkan “jika

suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, kehancuranlah akibatnya”.

H. Oemar Bakry yang dikenal sebagai sahabat karib H.B. Jassin dengan

gencar menyampaikan kritikannya dengan mengemukakan apa yang disebutnya

sebagai “syarat-syarat mutlak” dalam menerjemahkan al-Quran, seperti

penerjemahan harus menguasai bahasa Arab sedalam-dalamnya dengan

memahami Nahwu, Shorof, Balaghah, Ma’ani, dan sebagainya. Ia juga harus

berpengetahuan luas dalam masalah keislaman, bahkan disebutnya pula seolah-

olah seseorang yang ingin menerjemahkan al-Quran harus berprestasi dalam

buku-buku keagamaan, artinya seseorang harus memiliki latar belakang

kedudukan sebagai ulama bila ia mau memasuki dunia penerjemahan al-Quran.

Islam tidak pernah melimpahkan hak monopoli kepada golongan ulama sebagai

satu-satunya kata dalam mengupas isi kitab suci al-Quran atau sumber-sumber

ilmu keislaman lainnya. Tardisi pelimpahan hak-hak istmewa (privilage) kepada

golongan ulama itu bila ditelusuri tidak akan tersua jejaknya pada sumber-sumber

tradisi Islam, maka dari itu mesti harus seorang ulama untuk sekedar

menerjemahkan al-Quran.

Lemparan kritikan yang lebih berat disampaikan oleh Dewan Da’wah

Islamiyah Indonesia (DDII) dan Ikatan Masjid Indonesia (IKMI) mengusulkan

penyetopan terjemah al-Quran ini, dengan alasan seorang penerjemah harus

Page 50: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

35

menguasai bahasa Arab (tabahhur) yang menjadi bahasa resmi al-Quran dan

haruslah mendalami ilmu-ilmu agama (ta’ammuq) supaya dalam menerjemahkan

itu terhindar dari hal-hal yang bertentengan dengan salah satu hukum Islam.

C. Contoh Kata-kata yang Mengandung Makna Homonim

(Musytarak)

Setelah Penulis telaah dalam al-Quran terjemahan H.B. Jassin, penulis

menemukan 8 kata yang termasuk dalam makna musytarak, oleh karena itu

penulis ingin memperlihatkan beberapa kata saja. Berikut ini adalah kata-kata

yang mempunyai makna musytarak.

Pada kata shalat mengandung makna “Do’a dan Ibadah”, Quru’

mengandung makna “haid atau suci”, sedangkan pada kata Talaq “ikatan atau

diletakkan untuk melepas ikatan perkawinan”. Kata Yadun berarti mengandung

makna “dzira (dari ujung jari hingga bahu), antara telapak tangan dan lengan (dari

ujung jari sampai dengan siku), dan telapak tangan (dari ujung jari sampai

pergelangan tangan), dan antara tangan kiri dan kanan. Kata ‘Ainun berarti “mata

penglihatan, mata air, uang logam dari emas atau perak, awal mula sesuatu, dan

mata hati” (ini disebut juga dengan homonym). Kata Sanksi dengan sangsi

mengandung makna kalau sanksi berarti “akibat, konsekuensi”, sedangkan pada

kata sangsi berarti “ragu” (ini disebut dengan homograf) karena sama lafal, beda

tulisan dan maknanya.

Page 51: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

36

BAB IV

ANALISIS MUSYTARAK DALAM TERJEMAHAN H.B. JASSIN

Seperti yang telah Penulis kemukakan pada bab sebelumnya bahwa objek

penelitian ini adalah Penulis akan menganalisis al-Quran terjemahan H.B. Jassin

yang mengandung makna musytarak (homonim), yang di tulis serta diterjemahkan

oleh H.B. Jassin. Penelitian ini juga menggunakan analisis semantik yang

mengacu kepada makna setiap kata. Penulis juga membatasi analisis ini hanya

pada surah al-Baqarah, yaitu dengan menganalisis ayat-ayat yang mengandung

makna musytarak yang terdapat dalam al-Quran terjemahan H.B. Jassin dengan

cara melihat kata-kata yang mengandung makna lebih dari satu serta berbeda-beda

namun satu tujuan makna, kemudian melihat makna tersebut dalam kamus Arab-

Arab, kamus Arab-Indonesia, kamus Hans Wehr, yaitu sebagai bahan untuk

menganalisis.

Penulis merujuk kepada tujuan awal penelitian yaitu al-Quran terjemahan

H.B. Jassin untuk melihat apakah terjemahan ini sudah tepat atau belum. Sekali

lagi Penulis tekankan bahwa yang menjadi pusat penelitian yaitu untuk

menganalisis hasil terjemahan dari makna kata yang terkandung di dalamnya,

melainkan bukan untuk mengkritik terjemahan al-Quran tersebut. Berikut ini

Penulis akan menganalisis kata-kata yang mengandung makna musytarak

(homonim).

36

Page 52: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

37

1. Musytarak pada kata Thalaq

Artinya : ”Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka

Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah

: 227).

Artinya :”Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru'.” (Qs.Al-Baqarah : 228).

.)229: Baqarah -Al. QS(” .ilitu dua kaTalak “: Artinya

Artinya : ”Apabila (seorang suami) menceraikan (istrinya) sesudah (talak

dua kalinya), tiadalah halal (istrinya) baginya, sebelum kawin dengan (laki-laki)

lain daripadanya.” (QS. Al-Baqarah : 230).

Page 53: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

38

Artinya : ”Dan apabila kamu menceraikan (istri-istrimu) dan mereka

sampai iddahnya.1” (QS. Al-Baqarah : 231).

Artinya :”Tiadalah dosanya bagimu, jika menceraikan istri-istrimu yang

belum kamu sentuh.” (QS. Al-Baqarah : 236).

Artinya :”Bagi perempuan-perempuan yang kena talak, (hendaklah

diberi) mut’ah (pemberi selain nafkah) menurut pantasnya. Suatu kewajiban atas

orang yang takwa.” (QS. Al-Baqarah : 241).

Dalam kamus al-munawwir kata ظلق memiliki makna memberikan, lepas dari

ikatan, dan berpisah (bercerai). Sedangkan dalam kamus munjid yaitu

1 Iddah yaitu masa menanti selama tiga kali haid

Page 54: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

39

بانت عن : ة من زوجها طلاقات المرأ_ طلق . 2, اعطاه: طلقا السئ فلانا : طلق

زوجهاوترآته

Kata thalaq di atas mengandung makna musytarak, karena pada kata

tersebut memiliki makna lebih dari satu. Maksudnya yaitu kata thalaq di atas

apabila diartikan secara bahasa berarti melepaskan suatu ikatan apa saja. Kata

thalaq di atas juga dalam al-quran terjemahan H.B. Jassin bahwa beliau

menerjemahkan kata thalaq dengan menceraikan, yang berarti lebih kepada

makna syar’inya, sedangkan thalaq menurut jumhur ulama yaitu diletakkan untuk

melepaskan suatu ikatan dalam sebuah perkawinan yang shahih (sah).

2. Musytarak pada kata Quru’

Artinya : ’’Dan wanita-wanita yang ditalak (hendaklah) menahan diri

(menunggu) tiga kali quru.” (QS. Al-Baqarah : 228).

Apabila Penulis perhatikan kata quru’ dalam kamus al-Munawwir

mempunyai makna haid, datang bulan; suci dari haid; akhir kata dalam bait.

Sedangkan dalam kamus Munjid bahwa kata قروء memiliki makna الوقت

Penulis melihat bahwa H.B. Jassin dalam menerjemahkan kata quru’ di

atas diterjemahkan dengan makna aslinya yaitu “quru’” atau dengan makna

bahasanya. Selanjutnya kata quru’ di atas juga mengandung makna musytarak

Page 55: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

40

yaitu antara makna suci dan haid, dan dalam pembicaraan tentang lafaz yang

musykil, jumhur ulama telah menerangkan bahwa dalil yang digunakan oleh

sebagian mujtahid bahwa yang dimaksud pada lafaz quru’ di atas bermakna suci,

sedangkan sebagian dalil yang dikemukakan oleh sebagian mujtahid yang lainnya,

menyatakan bahwa yang dimaksud pada lafaz quru’ di atas mempunyai makna

haidh.

3. Musytarak pada kata Kalalah

Artinya : “Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan

yang tidak meninggalkan ayah dan meninggalkan anak..........” (QS. An-Nisa :

12).

Kata آللة dalam kamus al-Munawwir memiliki makna keletihan,

kelelahan, kelesuan; orang yang tidak punya anak dan ayah; selain anak dan

ayah. Sedangkan dalam kamus Munjid yaitu :

صار آلاّ اي لا ولد له ولاوالد: ة و آللالا و آلولا وآلالة و آلولة آلاّ و آلّ- يكلّ-آلّ

Apabila kita lihat dari kalalah di atas H.B. Jassin menerjemahkan kata

tersebut dengan” laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan

meninggalkan anak”. Sedangkan kata kalalah di atas menurut bahasa ialah

dimaksudkan pada orang yang tidak meninggalkan anak dan tidak meninggalkan

orang tua, dan bukan orang-orang, dan orang-orang yang bukan anak dan bukan

orang tua dari orang yang ditinggalkan, serta pada kerabat bukan dari sisi anak

Page 56: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

41

dan orang tua. Sedangkan jumhur ulama beristidlal dengan meneliti ayat-ayat

warisan untuk menentukan makna yang dikehendaki dalam ayat tersebut adalah

pada makna yang pertama.

4. Musytarak pada kata Shalat

yang mendirikan ,orang yang beriman dengan yang gaib-rangO”:Artinya

”.ikandan menafkahkan sebagian dari rizki yang kepadanya kami ber, salat

(QS. Al-Baqarah : 3).

Artinya : “Dirikanlah shalat.” (QS. Al-Baqarah : 43).

Page 57: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

42

Artinya :”Mohonlah pertolongan dengan kepada (Allah) dengan

kesabaran2 dan dengan salat.” (QS. Al-Baqarah : 45).

Artinya : “Dirikanlah salat dan tunikan zakat.” (QS. Al-Baqarah : 83) .

dan , oleh tuhannyapujian dan rahmat Merekalah yang dilimpahi ”:Artinya

mereka itulah yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 157).

Maksud dari salat di atas adalah bahwa orang-orang yang melakukan salat

yang diiringi dengan do’a, maka akan mendapat pujian dan rahmat dari Allah

SWT. Oleh sebab itu, kata shalat termasuk dalam kata yang mengandung makna

musytarak, yang mempunyai dua makna yaitu do’a dan pujian.

2 Maksud dari kesabaran pada ayat tersebut adalah dengan berpuasa

Page 58: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

43

Artinya : “Mendirikan salat dan membayar zakat.” (QS. Al-Baqarah :

177).

Artinya :” Peliharahlah salat dan salat wustha3 (salat pertengahan), dan

berdirilah karena Allah sekhusyuk hati.” (QS. Al-Baqarah : 238).

Kata shalat di atas mengandung makna musytarak, kata salat sendiri

mempunyai arti (1. see below: lihat kebawah; 2. pray: do’a, sembahyang,

memohon; 3. worship: sembahyang, ibadah). Sedangkan dalam kamus lain kata

salat mempunyai arti do’a, memohon, dan suatu perbuatan yang diawali dengan

takbir dan diakhiri dengan salam. Adapun kata الصلاة dalam kamus Munjid

memiliki makna:

الصلاة جمن صلوات . بارك عليه واحسن عليه اثناء: عليه االله-و, دعاواقام الصلاة: صلاة

, الدعاء, ادتفاع العقل الى االله لكى نسجد له ونسكره نطلب معوونته: او الصلواة بالواو

الرحمة والثناء على عباد: االله من-و. التسبليح

Pada kata shalat di atas juga, menurut H.B. Jassin diterjemahkan dengan

shalat yang berarti suatu ibadah yang dilakukan oleh orang mu’min untuk

meminta pertolongan. Kemudian kata shalat di atas juga dimaksudkan kepada

3 Yang dimaksud dengan salat wustha adalah salat asar

Page 59: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

44

makna syar’inya yaitu ibadah tertentu, bukan pada makna kebahasaannya yang

berarti do’a. Akan tetapi, para ulama sudah menetapkan makna shalat secara

syar’i dan bahasa, yaitu ibadah dan do’a.

5. Musytarak pada kata Duriba

⌧ ☺

Artinya : “Dan ditimpahkan kepada mereka kenistaan dan kemiskinan

mereka mendapat kemurkaan dari Allah.” (QS. Al-Baqarah : 61).

Kata duriba di atas mengandung makna musytarak. Apabila dilihat dari

segi makna kamus atau makna kebahasaan kata duriba ini dalam kamus Hans

wehr mempunyai makna 1. beating: kekalahan, hukuman dera; 2. strike: cantik,

elok; and 3. hitting rapping: memukul; 4. shooting: mengetuk, melempar,

melepaskan. sedangkan dalam kamus lain diartikan memukul, meninju, dan

tamparan. Penulis juga melihat makna kata برض dalam kamus mu’jam al-wasith

yaitu:

Akan tetapi, dalam al-Quran terjemahan H.B. Jassin itu sendiri kata

duriba diartikan dengan ditimpahkan. Kata duriba diterjemahkan dengan

memberikan imbuhan di+kata kerja, karena menggunakan fiil majhul dan

diterjemahkan dengan cara difasifkan, jadi ayat yang diterjemahkan oleh H.B.

Page 60: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

45

Jassin dalam memaknai kata duriba itu sudah benar, sehingga pembaca dapat

memahami makna yang dimaksud.

Ayat di atas juga menceritakan tentang kisah nabi Musa AS yang bosan

terhadap nikmat yang telah ada padanya, dan mereka telah menghina Allah,

mereka tidak sabar karena hanya diberi satu jenis makanan, walaupun sebenarnya

mereka diberi banyak nikmat, hal ini menunjukkan bahwa mereka akan

ditimpahkan nista yang terlihat pada tubuh mereka dan kehinaan pada hati

mereka, sehingga diri mereka tidaklah mulia.

6. Musytarak pada kata ‘Adlun

Artinya :”Dan tiada diterima daripadanya syafaat maupun tebusan, dan

tiada mereka diberi pertolongan.” (QS. Al-Baqarah : 48).

Artinya : “Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat

mengganti (membela) orang lain sedikit pun, tiada diterima daripadanya

tebusan.” (QS. Al-Baqarah : 123).

Page 61: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

46

Kata ‘adlun di atas mengandung makna musytarak, apabila dilihat dari

segi makna kebahasan bahwa kata ‘adlun bermakna keadilan; kejujuran,

ketulusan hati; pembalasan; kewajiban; tebusan; dan yang adil. adapun dalam

kamus Hans Wehr bahwa kata ‘adlun mempunyai makna straightness,

straightforwardness; justice, impartiality; fairness, equitableness, honesty,

uprightness; equitable composition, just compromise. Sedangkan dalam kamus

Munjid kata لدع itu sendiri dimaknai :

وامرأة عدل وعدلة ورجال رجل عدل"يقال : العادل , والجورضد الظلم) مصدر(عدل

"عدل

Para ulama sudah menentukan makna ‘adlun di atas dan dalam al-Qur’an

sendiri kata ‘adlun bermakna “tebusan”, begitu juga dengan H.B. Jassin dalam

memaknai kata عدل itu sama dengan yang telah ditentukan oleh jumhur ulama

yaitu tebusan. Oleh sebab itu, makna yang digunakan untuk menentukan makna

kata ‘adlun para ulama telah sepakat yaitu dengan mengartikan “tebusan” atau

disesuaikan dengan konteks termaksud.

7. Musytarak pada kata Libas

Page 62: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

47

Artinya : “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan

para istrimu, mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi

mereka.” (QS. Al-Baqarah : 187).

Kata libas di atas mengandung makna musytarak yang diartikan pakaian,

apabila dilihat secara bahasa atau makna kamus bahwa kata libas memiliki makna

pakaian, perkumpulan, suami/istri, percampuran, kelopak bunga, dan iman/malu,

sedangkan menurut kamus Hans Wehr yaitu clothes, clothing; apparel; garment,

robe, and dress, sedangkan kata libas pada ayat di atas adalah bahwa seorang

menggunakan pakaian itu sendiri yaitu digunakan untuk menutupi tubuh manusia

dari sesuatu yang dilarang. Oleh sebab itu, para ulama sangat berhati-hati sekali

dalam menentukan makna tersebut agar mudah dipahami oleh pembaca.

8. Musytarak pada kata Kufr

a. kufr nikmat

⌧⌧

Artinya :” (Tuhan menjawab dan) berfirman, “ya, (bahkan) yang ingkar,

akan Kubiarkan menikmati kesenangan buat sementara.” (QS. Al-Baqarah :

126).

Page 63: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

48

Artinya :”Maka ingatlah akan Daku, Aku ‘akan ingat kepadamu.

Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al-

Baqarah : 152).

⌧⌧

Orang . Tidak ada persahabatan dan tidak ada perantaraan”:Artinya

).254: Baqarah -Al. QS (” .ang zalimmerekalah orang y, ingkaryang

Artinya :”Mereka tiada menguasai sesuatu pun dari apa yang telah mereka

-Al. QS (”.aringkDan Allah tiada membimbing orang yang . dapatkan

Baqarah : 264).

Page 64: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

49

Artinya :” Allah memusnahkan (keuntungan) riba, tapi sedekah ditambah-

Nya (dengan keuntungan). Allah tiada suka orang yang ingkar, yang banyak

dosa.” (QS. Al-Baqarah : 276).

Kata kufr di atas mengandung makna musytarak, akan tetapi maksud dari

kata kufr di atas adalah orang yang tidak bersyukur atas nikmat Allah, karena

syukur adalah lawan kata dari kufr, maksudnya bahwa kata kufr di atas adalah

penyalahgunaan nikmat yang diperoleh yaitu penempatannya bukan pada

tempatnya, dari penggunaannya bukan pada hal-hal yang dikehendakinya dan

bukan yang diridhoi oleh Sang Pemberi nikmat (Allah SWT).

b. kufr syirik

Artinya :” Percayalah kepada apa yang Kuturunkan, yang membenarkan

apa yang ada padamu. Dan janganlah kamu jadi orang yang pertama

Page 65: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

50

mengingkarinya. Janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah.

Bertakwalah kepada-Ku, kepada-Ku semata.” (QS. Al-Baqarah : 41).

Artinya :” Yang demikian itu, karena mereka mengingkari ayat-ayat

Allah, dan membunuh para Nabi dengan tiada semena-mena.” (QS. Al-Baqarah :

61).

Artinya :” Mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan mereka

dilaknati Allah karena keingkarannya. Sedikit saja mereka yang beriman.” (QS.

Al-Baqarah : 88).

Page 66: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

51

Artinya :” Setelah datang kepada mereka apa yang (seharusnya) mereka

ketahui, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah atas orang yang ingkar.”

(QS. Al-Baqarah : 89).

Artinya :” Dan diresapkan ke hati mereka (kecintaan menyembah) anak

sapi karena keingkarannya. Katakanlah, “Amatlah buruk apa yang diperintahkan

keimananmu kepadamu.” (QS. Al-Baqarah : 93).

⌧ ⌧

Artinya :” Barang siapa memusuhi Allah, Malaikat-malaikat, dan Rasul-

rasul-Nya, Jibril dan Mikail. Sungguh, Allah memusuhi orang yang ingkar.” (QS.

Al-Baqarah : 98).

Page 67: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

52

Artinya :” Sungguh, telah kami turunkan kepadamu ayat-ayat yang

terang, dan tiada yang mengingkarinya kecuali orang durjana.” (QS. Al-

Baqarah : 99).

⌧⌧

Artinya :”Sungguh, orang yang ingkar, sama saja baginya apakah kau beri

peringatan. Mereka tiada akan beriman.” (QS. Al-Baqarah : 6)

Artinya :”Padahal kamu dilarang mengusirnya. Apakah kamu percaya

sebagian Al-Kitab, dan mengingkari sebagian (yang lain).” (QS. Al-Baqarah :

85).

Page 68: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

53

Artinya :”Amatlah buruk perbuatan mereka menjual dirinya, bahwa

mereka ingkari apa yang Allah turunkan. Mereka membangkang karena Allah

menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Ia berkenan dari hamba-hamba-

Nya. Demikianlah mereka menarik kemurkaan demi kemurkaan atas dirinya, dan

bagi orang yang ingkar azab yang menghinakan.” (QS. Al-Baqarah : 90).

H.B. Jassin menerjemahkan kata kufr di atas yaitu mayoritas

diterjemahkan dengan “ingkar” atau diterjemahkan dengan makna bahasanya..

Kata kufr di atas juga, mengandung makna musytarak. Apabila kita lihat dari segi

makna bahwa kata kufr di sini berasal dari kata kafara atau kafir yang berarti

ingkar atau keluar dari agama Islam, sedangkan dalam pandangan ulama bahwa

kata kufr itu mempunyai banyak bagian atau posisi yaitu terbagi dalam lima

kategori di antaranya kufr nikmat, kufr syirik, kufr zina, dan lain-lain.

Adapun maksud dari kufr di atas diartikan sebagai kufr syirik, karena kufr

di atas dimaksudkan kepada bahwa syirik itu sendiri berarti menduakan atau

menyekutukan Allah atau sama juga dengan tidak akan pernah mempercayai

Page 69: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

54

semua yang Allah ciptakan di dunia ini. Mereka juga wajib diperangi dan

dibunuh, dan mereka akan mendapat balasan yang setimpal kelak.

9. Musytarak pada kata Yadun

Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya............” (QS. Al-Maidah : 38).

Artinya : “Berilah nafkah di jalan Allah, dan janganlah terjun dalam

kehancuran oleh tangan-tanganmu sendiri4 .” (QS. Al-Baqarah : 195).

H.B. Jassin dalam menerjemahkan kata Yadun di atas dengan

menggunakan makna bahasanya yaitu tangan. Kata yadun di atas juga,

mengandung makna musytarak. Yadun itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang

mempunyai arti tangan. Kata yadun di atas juga merupakan musytarak antara

dzira’ (dari ujung jari hingga bahu), antara telapak tangan dan lengan (dari ujung

4 Terjun dalam kehancuran oleh tangan-tangan sendiri yaitu mencelakakan diri sendiri karena enggan memberikan pengorbanan untuk perjuangan

Page 70: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

55

jari sampai dengan siku), dan telapak tangan (dari ujung jari sampai pergelangan

tangan) dan antara tangan kiri dan kanan. Akan tetapi, secara syar’i yang

dimaksud tangan (yadun) pada ayat di atas, yaitu dari ujung jari sampai dengan

dua pergelangan pada tangan kanan.

Page 71: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, Penulis dapat menggambarkan secara ringkas

penelitian yang dilakukan terhadap terjemahan H.B. Jassin yang dikarang oleh

beliau sendiri.

Berdasarkan analisis yang Penulis lakukan pada BAB IV, Ppenulis

menemukan ayat-ayat yang mengandung makna musytarak (homonim), yang

terdapat dalam surat al-Baqarah pada al-Quran terjemahan H.B. Jassin yang

diterjemahkan secara maknawiyah dan harfiyah. Apabila kita lihat dari gaya

terjemahannya bahwa H.B. Jassin lebih banyak menerjemahkan dengan sentuhan

puitis dan kadang disesuaikan dengan makna konteks agar para pembaca tidak

merasa kebingungan.

Bedasarkan analisis yang telah Penulis lakukan bahwa kualitas terjemahan

ayat-ayat yang mengandung makna musytarak (homonim) yang terdapat dalam

terjemahan H.B. Jassin itu belum sempurna, karena masih banyak yang

menggunakan makna secara bahasa atau harfiyah. Akan tetapi, ada juga kata-kata

atau terjemahan yang tidak sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh

penerjemah. Meskipun beliau mendapat penentangan keras dalam membuat

terjemahan baru bagi kalangan penerjemah, namun beliau tetap dapat melanjutkan

karyanya sampai selesai.

54

Page 72: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

55

B. Saran dan Rekomendasi

Penelitian yang Penulis saat ini lakukan, mungkin masih banyak

kekurangan baik dari segi metode maupun dari segi bahasa yang Penulis gunakan.

Penelitian ini juga masih perlu dilanjutkan kembali oleh para peminat atau peneliti

lain, terutama yang berkaitan dengan musytarak (homonim) atau kata yang

mempunyai makna lebih dari satu. Oleh karena itu, menurut peneliti, judul ini

sangat unik dan bagus untuk dikaji ulang.

Penelitian yang saat ini Penulis lakukan yaitu pada al-Quran terjemahan

H.B. Jassin, Bacaan Mulia jilid I. Penulis juga membatasi penelitian ini hanya

pada surah al-Baqarah saja, karena sebenarnya kalau Penulis kaji lebih dalam lagi

pembahasannya akan meluas ke surah lain. Hal ini semata hanya untuk

memudahkan teman-teman dalam melanjutkan penelitian tentang musytarak

(homonim) ini.

Page 73: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

57

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta, 1995.

Enesta, Pamususk. H.B. Jassin; Paus Sastra Indonesia. Jakarta : Djambatan, 1987.

Khallaf, Wahhab Abdul. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang : Toha Putra Group, 1994.

Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Hidayatullah, Syarif Muhammad. Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007

Jassin, H.B. Kontroversi al-Quran Berwajah Puisi. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1995.

Jassin, H.B. Majalah Harmoni. Jakarta : tpa, 1994.

Jassin, H.B. Surat-surat 1943-1983. Jakarta : Gramedia, 1984.

Mukhtar ‘Umar, Ahmad. Ilmu Dilalah. Kuwait : Jamiatul Kuwait, 1982.

Nata, Abuddin. Al-Quran dan Hadits. Jakarta : Raja Grasindo Persada, 1998.

Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta : Erlangga, 2004.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Bogor : Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Shihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia; Teori dan Praktik. Bandung : Humaniora,

2005.

56

Page 74: Analisis musytarak (homonim) terhadap al-qur’an terjemahan h

57

Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1989.

Taryadi, Alfons. Seandainya Tak Ada H.B. Jassin. Kompas, 10 Juni 1975.

Yusuf, Suhendra. Teori Semantik; Pendekatan ke Arah Pendekatan Linguistik dan

Sosiolinguistik. Bandung : tpa, 1994.

http://moestainmultiply.com/reviews/item/1

http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hbyassin.html

http://sepanjangbraga.blogspot.com/2008/05/pusat-dokumentasi-sastra-hb-Jassin.html

http://bataviase.wordpress.com/2008/03/19/pusat-dokumentasi-sastra-hb-Jassin/