REFLEKSI KASUS JIWA

7
REFLEKSI KASUS GANGGUAN CEMAS MENYELURUH Oleh : Andreafika Kusumaningtyas Harqiqi 20110310210 Pembimbing : dr. Warih Adnan,Sp.Kj DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 Refleksi Kasus 1. Identitas Pasien Nama : Ny. M

description

Re

Transcript of REFLEKSI KASUS JIWA

Page 1: REFLEKSI KASUS JIWA

REFLEKSI KASUS

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Oleh :

Andreafika Kusumaningtyas Harqiqi

20110310210

Pembimbing :

dr. Warih Adnan,Sp.Kj

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Refleksi Kasus

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 45 tahun

Alamat : Plemadu, Imogiri

Page 2: REFLEKSI KASUS JIWA

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Buruh tani

Agama : Islam

Tanggal periksa : 20 Desember 2015

2. Deskripsi KasusKeluhan utama : nyeri kepalaRiwayat penyakit sekarang :

Pasien datang kepuskesmas dengan nyeri kepala sejak 5 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan berpindah pindah area setiap harinya dan timbul terutama di sore hari sepulang kerja sekitar jam 16.00 WIB. Pasien merasa sejak 2 minggu terakhir ini sulit memulai tidur karena selalu gelisah, mudah lelah dan berkeringat dingin. Pasien mengaku akhir akhir ini suaminya tidak mau berbicara dengannya, ketika diajak komunikasi suaminya selalu bilang bahwa pasien adalah orang yang keras. Sejak saat itu pasien selalu merasa tegang ketika suaminya pulang dari kerja. Pasien berangkat kerja pukul tujuh pagi dan pulang pukul empat sore, satu jam lebih awal dari suaminya. Suaminya juga merupakan buruh tani tapi berbeda tempat kerja.

Pasien mengaku bahwa dirinya adalah sosok yang selalu menurut kepada suaminya dan juga rajin dalam bekerja. Tapi akhir akhir ini pasien merasa kinerjanya turun dan kurang semangat untuk berangkat kerja.

Pasien kemudian di diagnosis gangguan ansietas menyeluruh dan diberika obat ibuprofen 400 mg jika nyeri kepala dan diazepam 2 mg 0-0-1

Riwayat penyakit dahulu :Pasien belum pernah mengalami hal yang serupa. Pasien juga belum

pernah mondok dirumah sakit. Trauma kepala (-), merokok (-), alkohol (-), obat – obatan terlarang (-), Riwayat penyakit keluarga :

Riwayat keluhan yang sama disangkal, merokok (-), alkohol (-)Riwayat personal sosial :

Sejak kecil pasien adalah seorang yang pendiam dan tidak banyak bergaul dengan temannya karena merasa kurang percaya diri. Saat ini juga pasien jarang sekali mengobrol dengan tetangga sekitar rumah.

Sejak kecil pasien merupakan orang yang mudah gelisah dan tegang ketika menghadapi sesuatu. Sampai mengganggu aktivitas karena merasa malas untuk mengerjakan.

pemeriksaan fisik :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

Page 3: REFLEKSI KASUS JIWA

Suhu : afebris

Kepala : CA -/-, SI -/-, faring hiperemis (-), karies (-)

Leher : Lnn tak teraba, deviasi trakea (-)

Paru : SDV +/+, ST -/-

Jantung : s1>s2, BT -/-

Abdomen : dbn

Ekstrimitas : akral hangat

3. Perasaan Terhadap PengalamanKasus ini menarik untuk dibahas karena adanya gangguan cemas yang

dirasakan oleh pasien juga berpengaruh terhadap sistem otonom pasien.4. Evaluasi

Pengalaman baik : Pasien cukup sabar dan kooperatif saat dilakukan wawancara dan juga

pemeriksaan fisik. Pasien merasa lega ketika mampu menceritakan keluh kesah kepada pewawancara sambil berlinangan airmata.Pengalaman buruk :

Pasien tampak sakit karena kepalanya terasa nyeri dan terkadang merasa malu untuk mengungkapkan perasaannya.

5. Masalah Yang DikajiTepatkah pemberian diazepam pada pasien dan terapi non-farmakologi apa yang bisa dianjurkan pada pasien >

6. Analisis A. Diagnosis :

Berdasarkan hasil anamnesa dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini pada awalnya dapat didiagnosa sebagai F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh .Kriteria diagnosis :

- Penderita harus menunjukkan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang )

- Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi)b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetar, tidak dapat santai), danc. Overaktitivtas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar – debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering)

- Pada anak – anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta keluhan – keluhan somatik berulang yang menonjol.

Page 4: REFLEKSI KASUS JIWA

- Adanya gejala – gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan ansietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan ansietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan obsesif kompulsif (F42.-)

Aksis I : F41.1 Gangguan Ansietas Menyeluruh Aksis II : F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas Aksis III : tidak ada Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” Aksis V : GAF scale 80 – 71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

B. Farmako terapi : Benzodiazepin merupakan obat pilihan pertama, pemberian

benzodiazepin dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata – rata adalah 2- 6 minggu, dilanjutkan dengan masa tappering off selama 1 – 2 minggu. Spektrum klinis bensodiasepin meliputi efek anti-anxietas, anti-konvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan operatif. Dosis inisialnya 2-5 mg diberikan 2-4x/hari, dosis maintenensnya 2-10 mg diberikan 4x/hari.

C. Non Farmakoterapi Pendekatan kognitif-perilaku

Mengajak pasien secara langsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Pasien akan diminta mengungkapkan masalah emosi, gangguan fisik, dan rencana yang dibuat untuk menyelesaikannnya. Pendekatan koginitif perilaku focus pada manajemen stress, perubahan aktifitas, emotional awareness, komunikasi interpersonal.

MassagePemijatan ringan pada otot, terutama pada leher, bahu, dan punggung

7. Kesimpulan

Berdasarkan anamnesis pasien didiagnosis sebagai gangguan cemas menyeluruh. Selain diberikan obat pasien juga perlu di berikan terapi non farmakologis. Terapi yang diberkan pada gangguan ansietas berfungsi untuk jangka pendek yang menurunkan keparahan dan durasi keluhan ansietas dan memperbaiki semua fungsi organ yg terlibat dan juga sebagai jangka panjang untuk meremisi dengan meminimalkan atau menghilangkan keluhan ansietas.

Page 5: REFLEKSI KASUS JIWA

8. Referensi Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta A Randomized Controlled Trial of Cognitive-Behavioral Therapy [Journal] / auth.

Michelle G. Newman Louis G. Castonguay, Thomas D. Borkovec, Aaron J. Fisher, James F. Boswell, Lauren E. - Pennsylvania : National Institutes of Health, 2011.

Generalized Anxiety Disorder: Practical Assessment and Management [Journal] / auth. Kavan Michael G., Elsasser Gary N. and Barone Eugene J.. - Nebraska : American Family Physician, 2009.