Refleksi Kasus Interna
-
Upload
naura-nitti-kirana -
Category
Documents
-
view
33 -
download
11
description
Transcript of Refleksi Kasus Interna
![Page 1: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/1.jpg)
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
______________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Naura Nitti Kirana NIM: 08711048
Stase : Interna
Identitas Pasien
Nama / Inisial : Tn. M No RM : 537350
Umur : 45 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : Gastropati NSAID
Pengambilan kasus pada minggu ke: IX
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ).
Os datang ke IGD RSUD Purbalingga dengan keluhan BAB hitam, keluhan dirasakan sejak ± 2
hari yang lalu, disertai muntah 1x bercampur darah. OS juga mengeluh nyeri pada ulu
hati, mual (+), dan badan lemas (+). Pasien memiliki riwayat sering mengkonsumsi
obat-obatan ati nyeri dan jamu pegal linu.
Dari hasil pemeriksaan penunjang Laboratorium darah rutin didapatkan hasil :
- WBC : 6,4 (3,6-11 103/uL) (N)
- RBC : 3,2 (3,0-5,2 106/uL) (N)
- HGB : 6,1 (11,7-15,5 g/dl) (↓)
- HCT : 26 (35-42%) (N)
- PLT : 70 (150-450 103/ul) (N)
- MCV : 87 (80-100 fl) (↓)
- MCH : 28 (26-34 pg) (↓)
- MCHC : 33 (22-36g/dl) (N)
- Hitung jenis
Neutrofil : 65 (50-70 103/uL) (↑)
Page 1
![Page 2: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/2.jpg)
Lymphosit : 19 (25-40 103/uL) (N)
Monosit : 15 (2-6 103/uL) (↑)
Eosinofil : 1 (1-2 103/uL) (N)
Basofil : 0 (0-1 103/uL) (N)
2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus
Pada pasien tersebut karena mengalami perdarahan yakni muntah darah dan BAB darah,
maka OS memiliki nilai kadar Hb yang rendah, yakni 6,1 g/dl maka diperlukan transfusi darah
sebanyak ± 2 kolf agar dapat mencapai target Hb normal.
Penulis tertarik mengambil kasus ini karena ingin mengetahui bagaimana transfusi darah
ditinjau dari aspek medikolegal dan hukum islam.
3. Refleksi dari aspek etika moral / medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan evidence /
referensi yang sesuai *
*pilihan minimal satu
Secara historis, atas dasar kemanusiaan dan kedermawanan, sejak tahun 1950 PMI sudah
mulai melakukan kegiatan pengelolaan sumbangan darah. Namun baru tahun 1980 diterbitkan
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980 yang menugaskan PMI untuk menyelenggarakan
transfusi darah, termasuk hubungan kerja antara PMI dengan Departemen Kesehatan.
Pada tahun 1992, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1992
dimana Pelayanan Usaha Transfusi Darah telah diatur didalamnya. Inilah landasan hukum bagi
penyelenggaraan UKTD (Upaya Kesehatan Transfusi Darah).
Peraturan transfusi darah tercantum dalam PP No.18 tahun 1980 pada intinya
menjelaskan:
a. Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 : intinya menjelaskan tentang definisi transfusi darah, penyumbang darah dan pengertian
dari darah
b. Bab II Pengadaan Darah
Pasal 2 : menerangkan bahwa pengadaan darah dilakukan secara sukarela tanpa pemberian
penggantian berupa apapun.
c. Bab III Perbuatan Yang Dilarang
Pasal 3 : Dilarang memperjual belikan darah dengan dalih apapun.
Page 2
![Page 3: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/3.jpg)
Pasal 4 : Dilarang mengirim dan menerima darah dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 5 : Larangan tersebut dalam Pasal 4 tidak berlaku untuk: Keperluan penelitian ilmiah dan
atau dalam rangka kerjasama antara Perhimpunan Palang Merah Indonesia dengan Perhimpunan
Palang Merah lain atau badan-badan lain yang tidak bersifat komersial dengan terlebih dahulu
mendapat persetujuan Menteri.
d. Bab IV Pengelolaan Dan Biaya
Pasal 6 : Intinya menjelaskan pengelolaan dan pelaksanaan darah ditugaskan oleh PMI.
Pasal 7 : Pengelolaan darah harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 8 : Pengolahan darah harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang menurut
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 9 : Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) menjadi tanggungjawab Palang Merah Indonesia.
Pasal 10 : Biaya pengolahan dan pemberian darah kepada si penderita ditetapkan dengan
keputusan Menteri atas usul Palang Merah Indonesia dengan memperhitungkan biaya-biaya
untuk pengadaan, pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan tanpa memperhitungkan laba.
e. Bab V Bimbingan Dan Pengawasan
Pasal 11 : Bimbingan dan pengawasan penyelenggaraan usaha transfusi darah ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 12 : Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pengurus Besar
Palang Merah Indonesia bertanggungjawab kepada Menteri.
f. Bab VI Tanda Penghargaan
Pasal 13 : Palang Merah Indonesia dapat memberikan tanda penghargaan kepada penyumbang
darah.
g. Bab VII Ketentuan Pidana
Pasal 14 : Barangsiapa melanggar ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 8 diancam
dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 7.500,-
(tujuh ribu lima ratus rupiah).
h. Bab VIII Ketentuan Penutup
Pasal 15 : Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini akan diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
Pasal 16 : Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Selain tentang transfusi darah, pemerintah juga membuat peraturan tentang pelayanan
darah dalam PP No.7 tahun 2011 yang isinya :
a. Pasal 1 menjelaskan tentang pengertian dari pelayanan darah, pelayanan ransfusi darah,
penyediaan darah, fraksionasi plasma, pelayanan apheresis, pendonor darah, fasilitas pelayanan
Page 3
![Page 4: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/4.jpg)
kesehatan, Unit Transfusi Darah (UTD), Bank Darah Rumah Sakit (BDRS), pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah dan menteri.
b. Pasal 2 menjelaskan tentang tujuan pengaturan pelayanan darah, antara lain :
1) Memenuhi ketersediaan darah yang aman untuk kebutuhan pelayanan kesehatan
2) Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan darah
3) Memudahkan akses meperoleh darah untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan
4) Memudahkan akses memperoleh informasi tentang ketersediaan darah
Dalam Undang-Undang Kesehatan terbaru No. 36 tahun 2009 mengatur tentang pelayanan
darah pada Bab V tentang Sumber Daya di Bidang Kesehatan bagian kesebelas sebagai berikut:
Pasal 86
(1) Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia
sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
(2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari pendonor darah sukarela yang sehat
dan memenuhi kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.
(3) Darah yang diperoleh dari pendonor darah sukarela sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebelum
digunakan untuk pelayanan darah harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna mencegah
penularan penyakit.
Pasal 87
(1) Penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh Unit Transfusi Darah.
(2) Unit Transfusi Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang kepalangmerahan.
Pasal 88
(1) Pelayanan transfusi darah meliputi perencanaan, pengerahan pendonor darah, penyediaan,
pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
(2) Pelaksanaan pelayanan transfusi darah dilakukan dengan menjaga keselamatan dan kesehatan
penerima darah dan tenaga kesehatan dari penularan penyakit melalui transfusi darah.
Pasal 89
Menteri mengatur standar dan persyaratan pengelolaan darah untuk pelayanan transfusi darah.
Pasal 90
(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan darah yang aman, mudah diakses, dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
(2) Pemerintah menjamin pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan darah.
Page 4
![Page 5: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/5.jpg)
(3) Darah dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 91
(1) Komponen darah dapat digunakan untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
melalui proses pengolahan dan produksi.
(2) Hasil proses pengolahan dan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikendalikan oleh
Pemerintah.
Pasal 92
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan darah diaturdengan Peraturan Pemerintah.
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Manusia merupakan makhluk sosial yang notabenenya mengharuskan seseorang
manusia itu untuk menolong manusia yang lain, apalagi itu terkait dengan masalah nyawa Secara
sosiologis, masyarakat telah lazim melakukan donor darah untuk kepentingan pelaksanaan
transfusi, baik secara sukarela maupun dengan menjual kepada yang membutuhkannya. Keadaan
ini perlu ditentukan status hukumnya atas dasar kajian ilmiah. Masalah transfusi darah adalah
masalah baru dalam hukum Islam, karena tidak ditemukan hukumnya dalam fiqh pada masa-
masa pembentukan hukum Islam. Al-Qur’an dan Hadits pun sebagai sumber hukum Islam, tidak
menyebutkan hukumnya, sehingga pantaslah hal ini disebut sebagai masalah ijtihadi guna
menjawab permasalahan mengenai hubungan pendonor dengan resepien, hukum menjual
belikan darah dan hukum transfusi darah dengan orang beda agama, karena untuk mengetahui
hukumnya diperlukan metode-metode istinbath atau melalui penalaran terhadap prinsip-prinsip
umum agama Islam.
Adapun landasan hukum transfusi darah adalah sebagai berikut :
1. Al-quran
وال باغ غير اضطر فمن الله لغير به أهل وما الخنزير ولحم والدم الميتة عليكم حرم إنما
رحيم غفور الله إن عليه إثم فال عاد
Artinya:”Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(Q.S Al-Baqarah 173)
2. Al-hadist
اء- ف-ج- ق-ع-د2ت0 0م5 ث 5م2ت0 ل ف-س- 2ر0 الط5ي ه8م2 ء0وس8 ر0 ع-ل-ى 5م-ا -ن -أ ك -ه0 اب ص2ح-- و-أ 5م- ل و-س- 2ه8 -ي ع-ل 5ه0 الل ص-ل5ى 8ي5 5ب الن
-ض-ع2 ي -م2 ل و-ج-ل5 ع-ز5 5ه- الل 8ن5 ف-إ -د-او-و2ا ت ف-ق-ال- -د-او-ى -ت -ن أ 5ه8 الل س0ول- ر- -ا ي 0وا ف-ق-ال -ا ه0ن و-ه-ا -ا ه0ن ه-ا م8ن2 اب0 -ع2ر- األ2
Page 5
![Page 6: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/6.jpg)
م0 2ه-ر- ال Kو-اح8د Kد-اء 2ر- غ-ي Lد-و-اء -ه0 ل و-ض-ع- 8ال5 إ Lد-اء ( داوود ( ابي رواه
Artinya:” Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar An Namari telah menceritakan
kepada kami Syu'bah dari Ziyad bin 'Ilaqah dari Usamah bin Syarik ia berkata, "Aku pernah
mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya, dan seolah-olah di atas
kepala mereka terdapat burung. Aku kemudian mengucapkan salam dan duduk, lalu ada
seorang Arab badui datang dari arah ini dan ini, mereka lalu berkata, "Wahai Rasulullah,
apakah boleh kami berobat?" Beliau menjawab: "Berobatlah, sesungguhnya Allah 'azza wajalla
tidak menciptakan penyakit melainkan menciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu
pikun." (H.R Abu Dawud)
3. Pandangan Ulama’
Berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang berbunyi:
تحريمها على الدNليل يدل Nحتى االباحة الشياء فى المل
Artinya: Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada dali
yang mengaramkannya.
Perkataan tranfusi darah, adalah terjemahan dari bahasa inggris “Blood Transfusi“,
kemudian diterjemahkan oleh dokter Arab menjadi للعالج الدم memindahkan darah karena) نقل
kepentingan medis).
Lalu Dr.Ahmad Sofian mengartikan tranfusi darah dengan istilah “pindah-tuang darah”
sebagaimana rumusan definisinya yang berbunyi: ”pengertian pindah-tuang darah adalah
memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong”.
Tranfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya kemahraman antara pendonor
dan resipien.sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh
Islam sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 23:
Artinya:”Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan
saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-
saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui
kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Masalah transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari hukum menjual belikan darah
sebagaimana sering terjadi dalam parkteknya di lapangan. Mengingat semua jenis darah
Page 6
![Page 7: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/7.jpg)
termasuk darah manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Jabir,
kecuali barang najis yang ada manfaatnya bagi manusia, seperti kotoran hewan untuk keperluan
pupuk. Menurut madzhab Hanafi dan Dzahiri, Islam membolehkan jual beli barang najis yang
ada manfaatnya seperti kotoran hewan. Maka secara analogi (qiyas) madzhab ini membolehkan
jual beli darah manusia karena besar sekali manfaatnya untuk menolong jiwa sesama manusia,
yang memerlukan transfusi darah. Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa jual beli
darah manusia itu tidak etis disamping bukan termasuk barang yang dibolehkan untuk diperjual
belikan karena termasuk bagian manusia yang Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjual
belikan, karena bertentangan dengan tujuan dan misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan
semata, guna menyelamatkan jiwa sesama manusia. Rasulullah bersabda dalam hadist Ibnu
Abbas ra : “Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu
maka Allah akan haramkan harganya."
Persyaratan dibolehkannya tranfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis, bukan
masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi karena adanya kaidah-kaidah hukum Islam
sebagai berikut:
Artinya bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya kebutaanالضرريزال
harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.
بالضرر اليزال Artinya bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain الضرر
[lebih besar bahayanya] .misalnya seorang yang memerlukan tranfusi darah karena
kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh me-nerima darah orang yang menderita
AIDS, sebab bisa mendatang-kan bahaya yang lebih besar/berakibat fatal.
ضرار وال Artinya tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan الضرر
tidak pula membuat mudarat kepada orang lain, misalnya seorang pria yang impotent
atau terkena AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.
Apabila terdapat padanya maslahat dan tidak menimbulkan kemudharatan yang dapat
membahayakan dirinya, maka donor darah tidak terlarang. Bahkan padanya terdapat pahala dan
keutamaan, sebagaimana yang termaktub dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. QS 99:78,
“Barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kebaikan maka dia akan melihatnya, dan
barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kejelekan maka dia akan melihatnya”.
Hukum fikih sangat terkait dengan praktek/amal bukan dengan zat. Sedekah kepada
orang kafir diperbolehkan, berbuat kebajikan kepada orang kafir juga disyariatkan Nabi
Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata:" Pada setiap yang memiliki nyawa dan hati
terdapat ganjaran pahala (dalam hal berbuat kebajikan)”. Sebagaimana dalam sebuah hadis
seorang wanita pada masa bani Israel masuk surga karena memberi minum seekor anjing. Oleh
karena itu boleh saja hukumnya donor darah kepada orang-kafir, terlebih lagi jika ada hubungan
Page 7
![Page 8: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/8.jpg)
kerabat seperti terhadap orang tua ,mahramnya dan yang lainnya.dengan demikian hukum-
hukum syariat selalau terkait dengan af'al bukan dengan zawat. Didalam mendefenisiikan hukum
ulama mengungkapkan bahwa hukum adalah khitab/seruan allah yang berkaitan dengan
pebuatan al-mukhatabin (orang-orang yang diseru). Penerima sumbangan darah tidak
disyari’atkan harus sama dengan donor darahnya mengenai agama atau kepercayaan, suku
bangsa dan sebagainya. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah termasuk amal
kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh islam, sebab dapat
menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman Allah :
Artinya:“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia
memelihara kehidupan manusia semuanya” (Q.S. Al-Maidah : 32),
Firman Allah :
Artinya:"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah : 8).
Secara umum, ayat ini menerangkan begitu pentingnya toleransi. Jadi boleh saja
mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang kafir begitupun sebaliknya, demi menolong
dan saling menghargai harkat sesama umat manusia. Sebab, Allah sebagai Khaliq alam semesta
termasuk manusia berkenan memuliakan manusia.
Umpan balik dari pembimbing
…………………………….,
…………………...
TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda
----------------------------------- --------------------------------
Page 8
![Page 9: Refleksi Kasus Interna](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082609/55cf9bd8550346d033a79889/html5/thumbnails/9.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sofyan, Ilmu Urai Tubuh Manusia, (Jakarta: Teragung, 1962), hlm. 103
Al-Suyuti, Al-ASybah wa al-Nadzair fial-furu’, vol I, Mesir, Mathba’ah Mushtafa Muhammad,
1936, hal.3-4
http://mizan-poenya.blogspot.com/2010/08/makalah-donor-darah-dalam-perspektif.htm l
http://mizan-poenya.blogspot.com/2010/08/makalah-donor-darah-dalam-perspektif.html
Mahjuddin , Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini (Jakarta:
Kalam Mulia, 2005), hlm. 89
Palang Merah Indonesia, 2002. Serba Serbi Transfusi Darah. Jakarta: Palang Merah Indonesia.
http://www.palangmerah.org/pelayanan_transfusi.asp
Palang Merah Indonesia . 2007. Pengertian Transfusi Darah.
http://utddpmijateng.blogspot.com/2007/08/pengertiantransfusi-darah.html
Palang Merah Indonesia. 2009. Transfusi Darah.http://pmi.tarakankota.go.id/site/modules.php?
name=Transfusi_Darah_PMI_Tarakan&op=detil&mkode=1
Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1980
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2011
Peraturan Pemerintah RI No.32 Tahun 2009
Page 9