Refleksi Kasus Herpes Zoster

download Refleksi Kasus Herpes Zoster

of 22

Transcript of Refleksi Kasus Herpes Zoster

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    1/22

    i

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    2/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa

    nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom

    yang dipersarafi serabut spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus

    kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen

    yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus (1)

    Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi

    musiman. Terjadinya herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan

    tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak

    dengan orang lain dengan varisela atau herpes.Sebaliknya, kejadian herpes zoster

    ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan host-virus (2). Salah satu

    faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua (2,3,4). Ada peningkatan insidens dari

    zoster pada anakanak normal yang terkena chicken pox ketika berusia kurang dari

    2 tahun (5). Faktor resiko utama adalah disfungsi imun selular. Pasien imunosupresif

    memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih besar dari herpes zoster daripada individu

    imunokompeten pada usia yang sama(2). Immunosupresif kondisi yang berhubungan

    dengan risiko tinggi dari herpes zoster termasuk human immunodeficiency virus

    (HIV), transplantasi sumsum tulang, leukimia dan limfoma, penggunaan kemoterapi

    pada kanker, dan penggunaan kortikosteroid (2).

    Pasien dengan herpes zoster kurang menular dibandingkan pasien dengan

    varisela. Virus dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa

    komplikasi sampai 7 hari setelah munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih lama

    pada individu immunocompromised. Pasien dengan zoster tanpa komplikasi

    dermatomal muncul untuk menyebarkan infeksi melalui kontak langsung dengan lesi

    mereka.2 Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,

    menularkan infeksi pada aerosol, sehingga tindakan pencegahan udara, serta

    pencegahan kontak diperlukan untuk pasien tersebut (6).

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    3/22

    2

    Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat

    dan pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi kulit

    dari vesikel berkelompok pada dasar yang eritematosa.

    Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten

    atau terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom

    atau difus.1 Nyeri prodormal tidak lazim terjadi pada penderita imunokompeten

    kurang dari usia 30 tahun, tetapi muncul pada penderita mayoritas diatas usia 60

    tahun.4 Nyeri prodormal : lamanya kirakira 23 hari, namun dapat lebih lama (5).

    Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi.(7) Pengobatan

    zoster akut mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit, dan mengurangi resiko

    komplikasi (7). Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    4/22

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (VZV) yang

    menyerang kulit dan mukosa. Herpes zoster merupakan reaktivasi virus yang terjadi

    setelah infeksi primer.

    2.2 Epidemiologi dan Faktor Resiko

    Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini merupakan reaktivasi dari virus

    setelah infeksi primernya dalam bentuk varisela. Terkadang varisela terjadi secara

    subklinis. Sekitar 4% penderita herpes zoster mengalami episode berulang setelahnya.

    Herpes zoster yang berulang hampir khas terjadi pada penderita dengan sistem imun

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    5/22

    4

    yang rendah. Sekitar 25% penderita dengan HIV dan 7-9% penderita yang

    mendapatkan transplantasi ginjal atau jantung mengalami episdoe berulang.

    Faktor resiko herpes zoster biasanya pada orang tua diatas 60 tahun dan pada orang

    yang mengalami penurunan sistem imun seperti pada individu dengan HIV, sedang

    menajalani kemoterapi, mendapat transplantasi sumsum tulang, dengan menggunakan

    kortikosteroid, penderita kanker, dengan terapi imunosupresif, dengan infeksi primer

    VSV pada infant dimana respon imun normal masih rendah, penderita sindrom

    inflamasi rekonstitusi imun (IRIS), dan penderita leukimia limpositis akut dan

    individu dengan keganasan lain.

    2.3 Etiologi

    VZV merupakan virus dengan DNA berantai ganda berselimut yang termasuk dalam

    familyHerpesviridae. Pada manusia, infeksi primer terjadi saat virus kontak dengan

    mukosa saluran pernapasan atau konjungtiva. Dari tempat-tempat kontak tersebur

    virus lalu menyebar ke seluruh tubuh melalui serat saraf sensoris menuju sel akar

    ganglia dorsal dimana virus akan menjadi dorman.

    Reaktivasi VZV yang telah menjadi dorman, sering dalam puluhan tahun setelah

    infeksi primer dalam bentuk varisela, menjadi herpes zoster. Penyebab pasti

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    6/22

    5

    timbulnya reaktivasi tersebut masih belum diketahui, akan tetapi mungkin

    penyebabnya adalah salah satu atau kombinasi dari beberpa faktor seperti eksposur

    eksternal dengan VZV, proses penyakit akut atau kronis (Terutama infeksi dan

    keganasan), beberapa jenis pengobatan, dan stres emosional.

    Alasan mengapa hanya satu akar ganglion dorsal saja yang mengalami reaktivasi

    virus sementara tidak terjadi reaktivasi pada ganglia lain masih belum jelas.

    Menurunya imunitas seluler diperkirakan meningkatkan resiko aktivasi kembali,

    dimana keadaan tersebut meningkat sesuai dengan usia

    2.4 Transmisi

    Herpes zoster tidak dapat menular dari seseorang yang mengalami ke orang lain.

    Namun VZV dapat menular ke orang lain yang belum pernah mengalami varisela

    atau cacar air karena jika orang tersebut tertular VSV maka manifestasinya berupa

    varisela. VSV pada orang yang mengalami herpes zoster berada pada vesikel herpes,

    dan orang dapat tertular VSV jika menyentuh atau kontak dengan ruam maupun

    cairan pada vesikel yang melepuh, namun pada saat vesikel belum terbentuk atau saat

    telah mengering menjadi krusta merupakan saat dimana VSV tidak dapat menular

    lagi

    2.5 Patogenesis

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    7/22

    6

    Infeksi VZV menyebabkan 2 sindrom yang berbeda. Infeksi primer, varisela, adalah

    penyakitdemam yang menular biasanya ringan. Setelah infeksi primer selesai, partikel

    virus menetap di ganglia saraf perifer dimana virus menjadi dorman untuk beberapa

    tahun hingga puluhan tahun. Pada periode tersebut, mekanisme pertahanan tubuh

    induk menekan replikasi virus, akan tetapi VZV teraktivasi kembali saat mekanisme

    pertahanan tubuh induk gagal menekan replikasi virus. Kegagalan tersebut dapat

    disebabkan oleh banyak keadaan, mulai dari stress hingga imunosupresif berat,

    terkadang juga diikuti dengan trauma langsung. Virema VZV terjadi saat infeksi

    primer, namun dapat juga muncul pada fase reaktivasi dengan jumlah virus yang

    lebih sedikit. Setelah VZV teraktivasi kembali, terjadi respon inflamasi di akar

    ganglion dorsal yang dapat diikuti dengan nekrosis hemoragik dari sel saraf

    menyebabkan kehilangan neuronal atau fibrosis. Frekuensi efek pada kulit berkorelasi

    dengan distribusi sentripetal dari lesi varisela. Pola ini menunjukkan latensi mungkin

    terjadi akibat penyebaran penularan virus saat varisela dari kulit yang terinfeksi dari

    darah saat fase viremik dari varisela, dan frekuensi dermatom yang terkena efek

    herpes zoster mungkin merupakan ganglia yang paling sering terkena stimuli

    reaktivasi

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    8/22

    7

    2.6 Gejala Klinis

    Daerah yang paling sering terkena adalah daerah toraks. Gejala prodromal dapat

    berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik seperti demam atau pusing.

    Gejala lokal berupa gatal dan nyeri atau neuralgia pada daerah dermatom yang

    terkena.

    Nyeri yang terjadi merupakan salah satu ciri khas dari herpes yang dapat dibedakan

    menjadi preherpetic neuralgia dan post herpetic neuralgia karena nyeri dapat

    menetap setelah penyakit sembuh dapat berlangsung berbulan-bulan hingga menahun.

    Kemudian eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel herpetiformis dengan

    dasar eritematus dan edema terbatas pada kulit yang terinervasi saraf sensoris yang

    terasa nyeri. Vesikel tersebut berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh,

    dapat menjadi pustul dan krusta. Terkadang vesikel mengandung darah yang disebut

    sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula menimbulkan infeksi sekunder sehingga

    menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik. Perlu diingat bahwa

    herpes zoster dapat terjadi pada lebih dari satu dermatom dan mungkin saja bilateral

    (zoster multiplex). Frekuensi terjadinya zoster pada lebih dari satu dermatom

    meningkat pada populasi yang imunokompromis. Terkadang pasien mengeluh nyeri

    pada distribusi dermatom tanpa adanya lesi (zoster sine herpete).

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    9/22

    8

    2.7 Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis

    didapatkan keluhan berupa ruam atau vesikel berkelompok yang kemudian pecah

    disertai nyeri. Selain itu dapat pula kronologis ruam seperti gejala prodromal yang

    dirasakan. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami sedikit demam namun

    bisa berbeda pada tiap individu, kemudian dapat dilihat pada inspeksi kulit kelainan

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    10/22

    9

    berupa vesikel bergerombol diatas kulit eritema yang sebagian dapat mengalami

    eksoriasi dan tertutup krusta

    2.8 Diagnosis Banding

    Beberapa diagnosis banding dari herpes zoster adalah herpes simpleks dimana pada

    herpes simpleks terdapat perbedaan pada tempat predileksinya yaitu pada herpes

    simplek berulang di tempat yang sama terutama pada regio sacrum sedangkan herpes

    zoster tidak, angina pectoris bila dermatom yang terserang setinggi jantung sehingga

    menimbulkan nyeri pada daerah yang mirip dengan angina pektoris. Diagnosis

    banding lainnya adalah dermatitis kontak iritan dimana pada dermatitis kontak iritan

    tidak terdapat gejala prodormal, dan lesi tidak sesuai dengan dermatom, dermatitis

    kontak alergika, varisela, folikulitis, gigitan serangga, liken striatus, kontak

    stomatitis, infeksi cowpox, ektima, erisipelas, erisipeloid, dan sengatan ubur-ubur.

    1. Herpes Simpleks

    Gejala Efloresensi pada Herpes Zoster sama dengan Efloresensi pada

    Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol,

    di atas dasar kulit yang kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya

    didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar yang terlokalisasi, dan

    kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe 1

    dan 2. Namun, yang membedakannya dengan herpes simpleks yaitu Lesi

    yang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan pada bibir,

    rongga mulut, tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi penyakit yang

    disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2 umumnya adalah di bawah pusat,

    terutama di sekitar alat genitalia eksterna. Sedangkan Herpes Zoster bisadi semua tempat, paling sering pada Servikal IV dan Lumbal II (7).

    2. Varisela

    Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam

    berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    11/22

    10

    drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta.

    Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan ekstremitas (1,7).

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    12/22

    11

    2.9 Penatalaksanaan

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    13/22

    12

    Kejadian herpes zoster biasanya dapat sembuh tanpa intervensi, dan cendrung lebih

    jinak pada anak-anak ketimbang orang dewasa. Pengobatan herpes zoster dilakukan

    untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi resiko komplikasi.

    Penatalaksanaan herpes zoster ada dua yaitu penatalaksanaan tanpa obat dan dengan

    obat. Penatalaksanaan tanpa obat adalah dengan melakukan beberapa hal berikut

    yaitu menjaga agar lesi tetap bersih dengan membersihkan dengan air dan sabun

    untuk menghindari infeksi sekunder, lindungi lesi dengan memakai pakaian bersih

    dan tidak ketat.

    Penatalaksanaan dengan obat bersifat simtomatik, untuk mengobati nyeri diberikan

    analgetik sedangkan untuk infeksi sekunder diberikan antibiotik. Terapi dengan

    antiviral bertujuan untuk mempersingkat waktu penyakit serta menurunkan keparahan

    dari penyakit. Obat antiviral yang biasa digunakan adalah acyclovir, famciclovir, dan

    valacyclovir. Dosis acyclovir adalah 800mg yang diberikan 5 kali sehari dalam 7 hari.

    Sedangkan dosis famsciclovir diberikan 3x250 mg sehari dan valacyclovir diberikan

    3x1000mg sehari. Penatalaksanaan dengan obat topikal bergantung pada stadium.

    Jika masih stadium vesikel, vesikel dapat diberikan bedak dengan tujuan protektif

    untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Jika terdapat

    ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.

    2.10 Komplikasi

    Postherpetic neuralgia (PHN) merupakan komplikasi herpes zoster yang paling

    sering terjadi, ditemukan pada 50% penderita berusia 60 tahun keatas. PNH dapat

    terjadi akibat nyeri pada herpes zoster yang berkelanjutan, atau dapat terjadi setelah

    resolusi dari reaktivasi herpes zoster sebelumnya. Nyeri dapat berlangsung berbulan-

    bulan hingga menahun. Patofisiologi dari PNH mungkin melibatkan keruskan saraf

    perifer atau aktivitas virus yang berkelanjutan. Herpes zoster yang melibatkan CN V1

    (contohnya HZO) dapat menyebabkan konjungtivitis, keratitis, ulserasi kornea,

    iridosiklitis, glukoma, dan penurunan akuitas pengelihatan bahkan kebutaan. Dengan

    terlibatnya organ okuler, maka diperlukan pemberian anti-viral jangka panjang

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    14/22

    13

    2.11 Pencegahan

    Pada anak dengan imunokompeten yang pernah menderita varisela maka tidak

    diperlukan tindakan pencegahan. Pencegahan diberikan kepada mereka yang

    memiliki resiko tinggi menderita varisela yang fatal seperti pada neonatus, pubertas,

    dan dewasa dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala varisela. Biasanya

    pencegahan diberikan melalui vaksin

    2.12 Prognosis

    Lesi umumnya sembuh dalam 10-15 hari. Prognosis pada orang yang lebih muda dan

    lebih sehat sangat baik, sementara pada lansia memiliki resiko komplikasi yang lebih

    tinggi. Pada orang dengan imunokompeten pada umumnya baik dan sembuh tanpa

    komplikasi namun pada orang dengan imunokompromisangka mortalitas dan

    morbiditasnya signifikan. Herpes zoster jarang menimbulkan kematian pada pasien

    yang imunokompeten, namun dapat mengancam nyawa pada penderita dengan sistim

    imun yang sangat rendah. Herpes zoster pada pasien dengan sistim imun yang rendah

    dapat menyebabkan kematian karena ensepalitis, hepatitis, atau pneumoitis. Resiko

    kematian pada penderita dengan system imun yang sangat rendah berkisar antara 5-

    15%

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    15/22

    14

    BAB III

    REFLEKSI KASUS

    3.1 Identitas Pasien

    Nama : Sdr. MS

    Umur : 31 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Suku : Bali

    Bangsa : Indonesia

    Agama : Hindu

    Status perkawinan : Belum Menikah

    Tanggal pemeriksaan : 18 Juli 2014

    3.2 Anamnesis

    Nyeri dan perih disertai gelembung kemerahan pada pinggang kanan. Gatal, nyeri

    terus menerus semenjak 3 hari yang lalu. Awalnya demam lalu lesi mendadak

    muncul. Riwayat pengobatan tidak ada. Riwayat sebelumnya tidak ada,. Riwayat

    alergi ada yaitu, ikan laut dan telur. Riwayat keluarga tidak ada. Riwayat atopi

    tidak ada.

    3.3 Pemeriksaan Fisik

    Status present : dalam batas normal

    Status general :

    2.2.1

    Pemeriksaan Umum

    Keadaan Umum : cukup

    Kesadaran : compos mentis

    Vital Sign : TD : 110/70 mmHg

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    16/22

    15

    Nadi : 86 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Suhu : 38,2oC

    Pernapasan : sesak (-), batuk (-)

    Kulit : turgor kulit normal, sianosis (-), ikterik (-), dbn

    Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), dbn

    Otot : atrofi (-), dbn

    Tulang : deformitas (-), nyeri dan linu pada persendian

    Status gizi : BB : 59 kg

    TB : 167 cm

    IMT : 21,16

    2.2.2Pemeriksaan Khusus

    a)Kepala

    - Bentuk : bulat, simetris

    - Rambut : hitam, lurus

    - Mata : konjungtiva anemis : -/-

    sklera ikterus : -/-

    eksoftalmus : -/-

    refleks cahaya : +/+

    - Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    17/22

    16

    - Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)

    - Mulut : sianosis (-), bau (-)

    b)Leher

    - KGB : tidak ada pembesaran

    - Tiroid : tidak ada pembesaran

    - JVP : tidak meningkat

    c)

    Thorax

    Cor :

    - Inspeksi : ictus cordis tidak tampak di ICS V MCL S

    - Palpasi : ictus cordis tidak teraba di ICS V MCL S

    - Perkusi : Batas kanan : redup pada ICS IV PSL D

    Batas kiri : redup di ICS V MCL S

    - Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, ekstrasistol -, gallop -, murmur -

    Pulmo :

    ASPECTUS VENTRALIS ASPECTUS DORSALIS

    I

    Bentuk dada normal

    Simetris

    Retraksi (-)

    Gerak nafas tertinggal (-)

    Bentuk dada normal

    Simetris

    Retraksi (-)

    Gerak nafas tertinggal (-)

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    18/22

    17

    P

    Deviasi trakea (-)

    Nyeri tekan (-)

    Fremitus raba (N)

    Ventralis

    N N

    N N

    N N N N

    Deviasi trakea (-)

    Nyeri tekan (-)

    Fremitus raba (N)

    Dorsal

    N N

    N N

    N N N N

    P

    Ventralis

    S S

    S S

    S S

    S S R S

    S R

    Dorsalis

    S S

    S S

    S S

    S R S S

    R S

    A

    Vesikuler (+)

    Ronkhi (-)

    Wheezing (-)

    Vesikuler (+)

    Ronkhi (-)

    Wheezing (-)

    d)Abdomen

    - Inspeksi : cembung

    - Auskultasi : bising usus (+) 20x/menit

    - Perkusi : timpani

    - Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-) splenomegali (-)

    e)Ekstremitas

    - Superior : Akral hangat +/+, Oedema -/-

    - Inferior : Akral hangat +/+, Oedema -/-

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    19/22

    18

    Status dermatologi :

    Pada regio abdomen dextra memanjang hingga spinal terdapat sekelompok vesikel

    berbatas tegas, berbentuk herpetiformis, berukuran lentikuler, dengan penyebaran

    regional, unilateral, dengan dasar eritema, beberapa vesikel pucat, dan beberapa

    vesikel terdapat krusta berwarna hitam pada bagian puncaknya.

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    20/22

    19

    3.5 Resume

    Penderita laki-laki, berusia 31 tahun mengeluh nyeri dan perih disertai munculnya

    gelembung kemerahan pada pinggang kanan. Nyeri dirasakan terus menerus sejak

    3 hari yang lalu yaitu tanggal 13 Juli. Awalnya pasien mengeluh demam lalu lesi

    muncul mendadak. Keluhan tersebut sebelumnya belum diobati. Pasien belum

    pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya. Pasien memiliki riwayat alergi

    makanan yaitu ikan laut dan telur. Pada keluarga pasien tidak ada yang mengalami

    gejala serupa. Pasien tidak memiliki riwayat atopi.

    Pemeriksaan Fisik

    Status present : dalam batas normal

    Status general : dalam batas normal

    Status dermatologi :

    Pada regio abdomen dextra memanjang hingga spinal terdapat sekelompok

    vesikel berbatas tegas, berbentuk herpetiformis, berukuran lentikuler, dengan

    penyebaran regional, unilateral, dengan dasar eritema, beberapa vesikel pucat, dan

    beberapa vesikel terdapat krusta berwarna hitam pada bagian puncaknya.

    3.6 Diagnosis Kerja

    Herpes zoster lumbosacral

    3.4 Dagnosis Banding

    1. Herpes simpleks

    3.7 Penatalaksanaan

    Obat

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    21/22

    20

    KIE

    Jaga agar vesikel tidak pecah, hindari menyentuh ruam dan jangan digaruk.

    Gunakan lotion untuk melindungi vesikel dari gesekan dengan pakaian atau benda

    lainnya. Jika vesikel pecah dan terjadi erosi, jaga higenisitas dan hindari kontak

    agar tidak terjadi infeksi sekunder.

    3.8 Prognosis

    Dubia ad bonam

  • 8/10/2019 Refleksi Kasus Herpes Zoster

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    Handoko R.P.. Penyakit Virus. dalam Djuanda A., Kosasih A., Wiryadi B.E.,

    Nathasuda E.C., Sjamsoe-Daili E., Effendi E.H., dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan

    Kelamin. edisi ke 5. Jakarta: Penerbit FK UI;2010. Hal. 110-114.

    Janniger C.K.. Herpes Zoster. WebMD LLC; [diperbaharui pada 26 Februari 2013;

    dikutip pada 18 Juli 2013]. Dikutip dari:

    (http://emedicine.medscape.com/article/1132465-overview).

    Strauss, Stephen et al. Varicella and Herpes Zoster. In : Wolff K, Goldsmith L,

    editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine : 7th ed. New York :

    McGraw-Hill, 2008 : 1885-1898.