Refleksi Kasus

23
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Refleksi Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF oleh: BOBBY FAISYAL RAKHMAN NIM. 1010015045 Pembimbing dr. H. Jaya Mu’alimin, Sp.KJ, M.Kes Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa 1

description

jiwa

Transcript of Refleksi Kasus

Page 1: Refleksi Kasus

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Refleksi Kasus

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

oleh:

BOBBY FAISYAL RAKHMAN

NIM. 1010015045

Pembimbing

dr. H. Jaya Mu’alimin, Sp.KJ, M.Kes

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2015

1

Page 2: Refleksi Kasus

LAPORANKASUS

Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Madya Lab. Kesehatan Jiwa

Pemeriksaan dilakukan pada Hari Rabu, 4 November 2015 pukul 19.00 WITA di

IGD RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Autoanamnesis dan

Heteroanamnesis.

1. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Identitas Pasien

Nama : Sdr. NT

Umur : 24 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Gunung Empat RT. 25 No. 33 Kelurahan Margo Mulyo

Balikpapan Barat

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum menikah

Pendidikan : Lulus S1

Pekerjaan : Belum ada pekerjaan

Suku : Jawa

Identitas Keluarga

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 62 tahun

Status dengan pasien : Ayah

B. Keluhan Utama : Tidak Mau Makan

2

Page 3: Refleksi Kasus

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dibawa oleh keluarganya karena tidak mau makan. Pasien

sudah tidak ada makan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien

sering mengurung diri di dalam kamar. Pasien mulai sering mengurung diri sejak

3 bulan yang lalu, tetapi pasien masih mau makan jika diberikan makanan oleh

ibunya. Dua hari terakhir ini pasien juga semakin susah untuk diajak bicara dan

tidak pernah menjawab jika ditanya masalahnya. Awalnya pasien rutin minum

obat yang diberikan oleh dr. Sp. KJ di Balikpapan sejak tahun 2013 karena

keluhan yang sama, orang tua pasien lupa nama obat yang biasa diminum pasien,

orang tua pasien mengatakan kalau obat tersebut rutin didapatkan dari Puskesmas

di Balikpapan tiap bulan, tapi sejak 3 bulan yang lalu pasien merasa sudah

sembuh dan tidak mau minum obat lagi. Orang tua pasien sudah menghubungi dr.

Sp. KJ dan dr. Sp. KJ menyarankan untuk membawa pasien ke RSJD Atma

Husada Mahakam di Samarinda.

D. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lain

1. Gangguan mental dan emosi

Pasien pernah dibawa oleh orang tuanya ke dr. Sp. KJ di Balikpapan

karena sering mengurung diri di kamar pada tahun 2013. Pasien mulai

sering mengurung diri karena tinggal sendiri saat kuliah di Yogjakarta.

Pasien sebelumnya selalu tinggal bersama orang tuanya. Orang tua pasien

tidak mengetahui alasan mengapa pasien sering mengurung diri.

2. Gangguan psikosomatik

Tidak ditemukan riwayat psikosomatik sebelumnya.

3. Kondisi medis

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.

4. Gangguan neurologi

Tidak ditemukan riwayat gangguan neurologi sebelumnya.

E. Riwayat Keluarga

1. Riwayat keluarga

Nenek (dari ayah) pernah mengalami hal serupa dan Tante (dari

ayah) pernah melihat dan mendengar bisikan-bisikan hingga dibawa ke

3

Page 4: Refleksi Kasus

rumah sakit jiwa. Keluarga pasien merupakan keluarga yang harmonis,

saling menyayangi satu sama lainnya. Pasien adalah pribadi yang sangat

dimanja oleh orang tuanya, tetapi kakak-kakaknya tidak merasa cemburu,

bahkan juga ikut menyayangi pasien.

2. Pasien umur kurang 10 tahun

Nama L/P Hubungan Umur SifatSutrisno L Ayah 47 Baik, penyayang

Masniah P Ibu 44 Baik, penyayang, lembut

Dian L Kakak 20 Baik

Rengga L Kakak 17 Pendiam, baik

NT L Pasien 10 Pendiam, manjaPasien tinggal dengan kedua orang tua dan dua orang kakaknya.

Keluarganya hidup harmonis dan berkecukupan. Nenek (dari ayah) pasien

meninggal saat pasien berumur 4 tahun. Tetapi pasien tidak begitu dekat

dengan nenek karena berbeda kota.

3. Pasien umur sekarang

Nama L/P Hubungan Umur SifatSutrisno L Ayah 62 Baik, penyayang

Masniah P Ibu 59 Baik, penyayang, lembut

NT L Pasien 24 Pendiam, manja

Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya. Orang tua pasien selalu

menuruti apa yang diminta oleh pasien. Pasien sempat tinggal sendiri di

Yogjakarta selama 2 tahun dari tahun 2009 untuk menjalankan

perkuliahan. Pasien sangat sedih dan merasa kesulitan hidup sendiri,

hingga akhirnya ibu pasien kadang-kadang ikut tinggal bersama pasien

pada tahun 2011.

4. Genogram

4

Page 5: Refleksi Kasus

: Perempuan tanpa gangguan jiwa

: Perempuan yang memiliki gangguan jiwa

: Laki-laki tanpa gangguan jiwa

: Laki-laki yang memiliki gangguan jiwa

: Sudah meninggal

: Tinggal serumah

F. Riwayat Pribadi

1. Masa Anak-anak Awal (0-3 tahun)

i. Riwayat prenatal, kehamilan Ibu dan kelahiran

Kehamilan direncanakan oleh kedua orang tua pasien. Pasien lahir

secara normal di rumah sakit dan cukup bulan. Berat badan pasien saat

lahir adalah 3,3 Kg. Tidak terdapat gangguan selama kehamilan. Saat

persalinan ibu pasien sempat kelelahan hingga diberi cairan infus. Saat

melahirkan kakak pasien sebelumnya tidak pernah kelelahan seperti

ini.

ii. Kebiasaan makan dan minum

Pasien mengkonsumsi ASI sampai usia 2,5 tahun. Makanan

pendamping ASI (PASI) diberikan sejak usia 3 bulan tetapi tidak

setiap hari dan mulai sering diberikan PASI saat usia 6 bulan. PASI

yang diberikan pertama kali adalah pisang yang dihancurkan atas saran

dari nenek (dari ayah) saat usia 3 bulan, kemudian pasien mulai

diberikan bubur bayi saat usia 6 bulan. Tidak memiliki gangguan

dalam memberikan makanan dan minuman pada pasien saat bayi.

iii. Perkembangan awal

Pasien diasuh oleh ibunya. Tumbuh kembang pasien normal dan

imunisasi yang diberikan lengkap.

iv. Toilet training

Sejak usia 3 tahun, pasien sudah diajari untuk buang air di toilet.

v. Gejala-gejala dari masalah prilaku

Tidak ada gejala-gejala masalah perilaku.

vi. Kepribadian dan temperamen sebagai anak

5

Page 6: Refleksi Kasus

Pasien sejak kecil pendiam, kurang pandai bergaul, tetapi mudah akrab

dengan teman-teman sepermainannya.

vii. Mimpi-mimpi awal dan fantasi

Tidak ada.

2. Masa Anak-anak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien merupakan pribadi yang cukup rajin. Di sekolah pasien

termasuk golongan yang berprestasi dalam hal akademik. Pasien dikenal

sebagai sosok yang pendiam di kalangan teman sekitar rumahnya dan

hanya memiliki beberapa teman di sekolah. Pasien cukup taat kepada

orang tua dan agama. Pasien dari kecil selalu dekat dengan Ibu pasien dan

selalu dimanja oleh orang tua dan kakak-kakak pasien.

3. Masa Anak-anak Akhir (Pubertas sampai Remaja)

i. Hubungan dengan teman sebaya

Pasien dikenal pendiam, namun mudah untuk bergaul dengan

temannya.

ii. Riwayat sekolah

Pasien lulusan UPN Yogjakarta jurusan ekonomi. Pasien baru lulus 9

bulan yang lalu, dan menjalani masa kuliah selama 4,5 tahun.

iii. Perkembangan kognitif dan motorik

Pasien termasuk anak yang berprestasi dalam hal akademik dari SD

hingga kuliah. Pasien tidak pernah mengeluhkan kesulitan dalam

menghadapi pelajaran di sekolah. Tetapi pasien mulai kesulitan saat

kuliah karena lebih sibuk mengurus diri, karena pertama kalinya pasien

berpisah dengan orang tua dan kakak-kakaknya.

iv. Masalah fisik dan emosi remaja yang utama

Tidak ada masalah fisik dan emosi.

v. Riwayat psikoseksual

Pasien tidak pernah pacaran dan tidak memiliki teman dekat wanita.

vi. Latar belakang agama

Pasien taat dalam menjalankan sholat 5 waktu, bahkan kadang-kadang

memberikan nasihat kepada orang tua tentang agama.

4. Masa Dewasa

6

Page 7: Refleksi Kasus

i. Riwayat pekerjaan

Pasien sudah berkali-kali melamar pekerjaan, tetapi belum ada yang

menerima.

ii. Aktivitas sosial

Pasien adalah sosok yang pendiam. Pasien jarang bergaul dengan

teman sekolah maupun teman sekitar rumahnya. Pasien hanya

memiliki beberapa teman saja, itupun hanya teman belajar kelompok.

Pasien tidak pernah menggunakan NAPZA, dan sangat tidak suka

menghirup asap rokok.

iii. Seksualitas Dewasa

Pasien belum menikah dan tidak pernah pacaran. Pasien hanya

memiliki sedikit teman wanita.

iv. Riwayat Militer

Riwayat Militer tidak ada.

v. Sistem penghargaan/nilai

Pasien tidak merasa ada masalah dalam dirinya. Kemungkinan pasien

merasa perhatian orang tuanya berkurang saat pasien kuliah.

2. AUTOANAMNESA

T: Selamat sore mas, saya Dokter Muda Bobby, Nama mas nya siapa?

J: (Pasien diam)

T: Namanya siapa mas?

J: (Jeda ± 5 detik) Nouvri

T: Nama lengkapnya Nouvri siapa mas?

J: Nouvri Tridendi

T: Nouvri Tridendi ya?

J: (Mengangguk 1 kali)

T: Umurnya Mas Nouvri berapa?

J: 24

T: Umurnya 24 tahun ya mas Nouvri, tanggal lahirnya kapan mas?

J: 13 April 91 (memori dahulu baik)

T: Alamat rumahnya dimana mas Nouvri?

J: Balikpapan

7

Page 8: Refleksi Kasus

T: Sekarang hari apa tanggal berapa tau kah mas Nouvri?

J: Minggu 4 November (Orientasi waktu baik)

T: Mas Nouvri tau sekarang dimana?

J: Samarinda (orientasi tempat baik)

T: Iya, tempatnya sekarang lagi dimana mas Nouvri?

J: Rumah sakit (orientasi tempat baik)

T: Rumah sakit apa tau gak mas Nouvri?

J: (Pasien diam)

T: Kesini sama siapa tadi mas?

J: Bapak, ibu, kakak (Orientasi orang baik)

T: Naik apa kesininya mas?

J: Mobil (Memori sekarang baik)

T: Mobil siapa?

J: Bapak (Memori sekarang baik)

T: Mas Nouvri sekolahnya terakhir sampai mana?

J: S1 (Intelegensi baik)

T: Dimana mas Nouvri kuliahnya?

J: UPN Yogja

T: Ambil jurusan apa mas Nouvri?

J: Ekonomi

T: Berapa lama selesaikan kuliahnya mas Nouvri?

J: 4,5 tahun

T: Masih ingat gak mas Nouvri dulu SD dimana?

J: SD 011 (Memori dahulu baik)

T: SMP nya mas?

J: SMP 2 (Memori dahulu baik)

T: SMA nya?

J: SMA 5 (Memori dahulu baik)

T: Mas Nouvri kenapa dibawa kesini?

J: (Pasien diam)

T: Mas Nouvri ada masalah kah? sampaikan aja mas

J: Gak ada

8

Page 9: Refleksi Kasus

T: Mas Nouvri sering diam di dalam kamar kah mas?

J: Gak

T: Maaf mas Nouvri, ada rasa mau bunuh diri kah?

J: Gak ada (Ide bunuh diri tidak ada)

T: Maaf mas, sebelumnya ada pakai obat-obat terlarang atau minum alkohol kah

mas?

J: Gak ada

T: Mas Mouvri ada dengar bisikan-bisikan atau melihat banyangan-bayangan

halus gak?

J: gak ada (Halusinasi tidak ada)

T: Ada merasa dikerjar-kejar?

J: Gak ada (Waham tidak ada)

T: Mas Nouvri, jawab pertanyaan saya ya, 1+1 berapa?

J: 2 (Konsentrasi dan berhitung baik)

T: 10+25?

J: 35 (Konsentrasi dan berhitung baik)

T: 100-75?

J: 25 (Konsentrasi dan berhitung baik)

T: Iya, makasih ya mas Nouvri.

2. STATUS MENTAL

A. Penampilan

1. Gambaran Umum: Pasien datang bersama keluarganya. Pasien

tampak tidak rapi. Pasien tampak menolak untuk dibawa ke rumah

sakit, namun masih tenang dan kooperatif

B. Bicara: Pasien cenderung pasif, verbal menurun, visual menurun

C. Mood dan Afek

1. Mood: Depresif

2. Afek: Sesuai

D. Pikiran dan Persepsi

1. Bentuk pikiran

i. Proses pikir : Koheren

9

Page 10: Refleksi Kasus

ii. Kelancaran berfikir/ide: Lambat

iii. Gangguan bahasa: tidak ada

2. Isi pikiran

i. Waham tidak ada

ii. Ide bunuh diri tidak ada

3. Gangguan Persepsi

i. Halusinasi: Auditorik tidak ada, Visual tidak ada

ii. Depersonalisasi dan Derealisasi: tidak ada

4. Mimpi dan Fantasi tidak ditanya

E. Sensorik

1. Kesadaran: Composmentis

2. Orientasi

i. Waktu baik

ii. Orang baik

iii. Tempat baik

3. Konsentrasi dan Berhitung baik

4. Ingatan

i. Masa dahulu baik

ii. Masa kini baik

iii. Segera: tidak ditanya

5. Pengetahuan : cukup

6. Kemampuan berpikir abstrak tidak ditanya

7. Tilikan diri: Insight 5

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT

A. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital

Tekanan darah : 110/80mmHg

Frekuensi nadi : 84 x/menit

Frekuensi pernafasan : 20 x/menit

10

Page 11: Refleksi Kasus

Suhu : 36,4 0C

Keadaan Gizi : Baik

Kulit : Normal

Kepala : Alopesia (-) Trauma (-)

Mata : Anemis (-) Ikterik (-) Pupil isokor

Hidung : Deviasi septum (-) Rhinorrhea (-)

Telinga : Sekret (-) Pendengaran normal

Mulut Tenggorokan : Bibir tampak kering

Leher : Pembesaran KGB (-) Deviasi trakea (-)

Toraks : Simetris

Jantung : Cor dalam batas normal

Paru : Pulmo dalam batas normal

Abdomen : Distensi (-) Soefl

Hepar Lien : Pembesaran (-)

Ruang Traube : Timpani

Bising Usus : Normal, Metallic sound (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

B. Pemeriksaan Neurologi : Tidak dilakukan

C. Wawancara diagnostik psikiatrik tambahan

Skor HDRS 20 (Depresi Ringan)

No Aspek-aspek HDRS Nilai

1 Keadaan perasaan depresi 1

2 Perasaan bersalah 0

3 Bunuh diri 0

4 Insomnia (initial) 2

5 Insomnia (middle) 0

6 Insomnia (late) 1

7 Kerja dan kegiatannya 3

8 Kelambanan 3

9 Kegelisahan / agitasi 1

10 Ansietas somatic 1

11

Page 12: Refleksi Kasus

11 Ansietas psikis 1

12 Gejala somatik gastrointestinal 2

13 Gejala somatik umum 1

14 Genital 0

15 Hipokondriasis 1

16 Kehilangan berat badan (A+B) 2

17 Insight (pemahaman diri) 1

18 Variasi lain 0

19 Depersonalisasi dan derealisasi 0

20 Gejala-gejala paranoid 0

21 Gejala-gejala obsesi dan kompulsi 0

Total 20

4. RINGKASAN PENEMUAN

a. Pemeriksaan Fisik : dalam batas normal

b. Pemeriksaan Psikis

Status psikikus

Roman muka : sesuai dengan usia, cenderung murung

Kontak : visual kurang, verbal kurang

Orientasi : baik

Perhatian : baik

Persepsi : Halusinasi auditorik tidak ada, visual tidak ada

Memori : dahulu baik, kini baik

Intelegensia : Cukup

Pikiran : Lambat, koheren, waham tidak ada

Wawasan penyakit : insight 5

Emosi : depresi, afek sesuai

Tingkah laku/ bicara : normal, cenderung menurun

5. DIAGNOSIS

Axis I : Skizoafektif tipe depresif

dd: Skizofrenia, distimik, depresi berulang.

12

Page 13: Refleksi Kasus

Axis II : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

Axis III : Tidak ada diagnosis pada aksis ini

Axis IV : Putus obat

Axis V : GAF 70-61

6. RENCANA TERAPI MENYELURUH

Farmakoterapi : Haloperidol 2 x 5 mg, rentang dosis 5-20 mg/hari

Sertraline 1 x 25 mg, rentang dosis 25-5- mg/hari

Psikoterapi : Terapi keluarga dan konseling

7. PROGNOSIS

Prognosis skizoafektif lebih baik daripada skizofrenia tetapi lebih buruk

bila dibandingkan dengan gangguan mood. Perjalanan penyakitnya cenderung

tidak mengalami deteriorasi dan responsnya terhadap litium labih baik

daripada skizofrenia (PPPDSKJI, 2012).

8. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan pada pasien, didapatkan

beberapa gejala yang khas dan dapat menuntun pada penegakan diagnosis pasien

menurut kriteria diagnostik psikiatri. Pasien cenderung suka menyendiri, serta

pendiam. Pasien pasien tidak mau makan 2 hari. Diketahui pula pasien cenderung

menarik diri dari lingkungan sosial. Hal seperti ini pernah ia alami pada tahun

2013. Dari gejala-gejala yang ada, pasien dapat didiagnosis dengan Skizoafektif

tipe depresif dengan diagnosis bandingnya skizofrenia, depresi berulang, dan

distimik.

Definisi

Skizoafektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan dua gambaran yang

berulang yaitu gambaran gangguan skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia)

dan episode mood baik depresi mayor maupun bipolar (PPPDSKJI, 2012).

Pedoman Diagnostik

F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

13

Page 14: Refleksi Kasus

Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif

Afek Depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F32)

Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu dan sebaiknya ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan pedoman diagnostik skizofrenia F20.-, (a) sampai (d) (Maslim, 2003).

Dalam penentuan diagnosis depresi, terdapat beberapa kriteria yang dapat

digunakan. Menurut “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM-IV)”, dikatakan depresi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut (Kaplan,

Sadock, & Grebb, 2010):

A. Suatu gangguan mood yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Sekurangnya dua (tetapi kurang dari lima) gejala berikut telah

ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili

perubahan dari fungsi sebelumnya; sekurangnya satu dari gejala adalah

salah satu dari (a) mood terdepresi atau (b) hilangnya minat atau

kesenangan.

a. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti

yang ditunjukkan oleh laporan subjektif (misalnya merasa sedih

atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan orang lain

(misalnya, tampak sedih).

catatan: pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood yang

mudah tersinggung.

b. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua, atau

hampir semua, aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti

yang ditunjukkan oleh keterangan subjektif atau pengamatan yang

dilakukan orang lain).

c. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet

atau penambahan berat badan (misalnya, perubahan berat badan

lebih dari 5% dalam satu bulan), atau penurunan atau peningkatan

nafsu makan hampir setiap hari. Catatan: pada anak-anak,

14

Page 15: Refleksi Kasus

pertimbangkan kegagalan untuk mencapai pertambahan berat

badan yang diharapkan.

d. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

e. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat dilihat

oleh orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif adanya

kegelisahan atau menjadi lamban).

f. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.

g. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau

tidak tepat (mungkin bersifat waham) hampir setiap hari (tidak

semata-mata mencela diri sendiri atau menyalahkan karena sakit).

h. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian,

atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari (baik

oleh keterangan subjektif atau seperti yang dilihat oleh orang lain).

i. Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide

bunuh diri yang rekuren tanpa rncana spesifik, atau usaha bunuh

diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

2. Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lain.

3. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,

obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis

umum (misalnya, hipotiroidisme).

4. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, (yaitu, reaksi normal

terhadap kehilangan orang yang dicintai).

B. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode

hipomanik, dan tidak memenuhi criteria untuk gangguan siklotimik.

Catatan: Penyingkiran ini tidak berlaku jika semua episode mirip manik,

campuran, atau hipomanik adalah diakibatkan oleh zat atau terapi.

Terapi

1. Psikofarmaka

Injeksi

15

Page 16: Refleksi Kasus

Olanzapin, dosis 10 mg/mL injeksi IM, dapat diulang setiap 2 Jam, dosis

maksimum 30 mg/hari.

Aripriprazol, dosis 9,75 mg/mL injeksi IM, dapat diulang setiap 2 jam, dosis

maksimum 29,25 mg/hari.

Haloperidol, dosis 5 mg/mL injeksi IM, dosis maksimum 30 mg/hari.

Diazepam 10 mg/2 mL injeksi IV/IM, dosis maksimum 30 mg/hari.

Oral

Litium 2 x 400 mg/hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L

(biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada

fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis awal 3 x 250 mg/hari dan

dinaikkan setiap beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L

atau karbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dan dosis dapat

dinaikkan 200 mg setiap 2-4 hari hingga mencapai kadar plasma 4-12 µg/mL

sesuai dengan karbamazepin 800-1600 mg/hari atau lamotrigin dengan dosis

200-400 mg/hari.

Antidepresan, SSRi, misalnya fluoxetin 1 x 10-2- mg/hari atau sertraline 1 x

25-50 mg/hari.

Antipsikotika generasi kedua, olanzapin 1 x 10-30 mg/hari atau risperidon 2 x

1-3 mg/hari atau quetiapin hari I (200 mg), hari II (400 mg), hari III (600 mg)

dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10-3- mg/hari.

Haloperidol 5-20 mg/hari (Kaplan, Sadock, & Grebb, 2010) (Elvira &

Hadisukanto, 2010) (PPPDSKJI, 2012).

16

Page 17: Refleksi Kasus

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (2010). Sinopsis Psikiatri: Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Maslim, R. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan

dari PPDGJ III. Jakarta: FK Unika Atmajaya.

PP PDSKJI. (2012). Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

17