Referat Trombofilia
-
Upload
peter-prast -
Category
Documents
-
view
400 -
download
1
Transcript of Referat Trombofilia
Trombofilia
Trombofilia merupakan keadaan klinis yang digunakan untuk
menjelaskan kondisi dimana terjadi darah memiliki kecenderungan untuk terjadi
pembekuan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecenderungan ini.
Trombofilia dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu trombofilia
kongenital dan trombofilia didapat. Pada trombofilia didapat, kelainan pembekuan
biasanya berhubungan dengan sebab yang terjadi tiba-tiba, seperti bed rest yang
terlalu lama setelah operasi, trauma pada kaki, atau kanker. Orang yang menderita
penyakit trombofilia kongenital mengalami gangguan pembekuan karena kelainan
genetik yang didapat dari orang tuanya. Pasien dengan trombofilia herediter
mempunyai riwayat peyakit keluarga yang berhubungan dengan kelainan
pembekuan darah. Hal ini menjelaskan bahwa gen mempunyai peran penting
dalam pembekuan darah dan trombofilia herediter.
Pembekuan darah
Pembekuan darah merupakan mekanisme normal tubuh terhadap
perdarahan. Clot atau thrombus terjadi pada saat terjadi kerusakan pada pembulu
darah (arteri dan vena). Clot terbentuk melalui reaksi kimia antara platelet dengan
protein dalam darah (cloting factor).platelet dan protein ini akan bekerja bersama
untuk mengatur proses pembekuan darah. Jika proses ini tidak berjalan dengan
baik, maka clot akan terbentuk di dalam pembuluh darah dan menghambat aliran
darah ke jaringan. Clot ini disebut dengan trombosis.
Trombosis
Trombosis adalah proses patologis kerika trombosit dan fibrin
berinteraksi dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk sumbatan
hemostatik, sehingga menyebabkan obstruksi vaskuler. Trombosis dapat terjadi di
arteri, yang menyebabkan iskemia, atau di vena yang menyebabkan stasis.
Trombosis kemudian dapat dilisis oleh fibrinolisis, sebagai alternatif, trombus
dapat mengorganisasi, merekanalisasi, atau mengembolisasi. Trombsosis menjadi
dasar jantung iskemik, penyakit vaskuler dan penyakit cerebrovaskuler perifer;
oklusi vena dan emboli paru; dan mempunyai peran penting pada preeklamsia.
Trombosis arteri
Trombosis ini terjadi berhubungan dengan kerusakan endotel, misalnya
plak aterosklerotik. Kolagen yang dipajankan dan faktor jaringan yang dilepaskan
menyebabkan agregrasi trombosit dan pembentukan fibrin.
Trombosis vena
Faktor yang mepengaruhi aliran darah (misalnya: stasis, obesitas),
perubahan konstituen darah, dan kerusakan endotel vaskuler (misalnya; yang
disebabkan oleh sepsis, pembedahan, atau kateter indwelling) merupakan faktor
risiko penting. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pencitraan, misalnya venografi
atau ultrasonografi Doppler. Pemeriksaan darah, misalnya deteksi peningkatan
kadar d-dimer yang berasal dari fibrinogen, juga dapat membantu.
Trombofilia
Trombofilia merupakan predisposisi congenital atau didapat terhadap
trombosis. Keadaan ini harus dicurigai dan harus dilakukan skrining pada pasien
dengan trombosis yang berusia muda, memiliki riwaat trombosis dalam keluarga,
memiliki trombosis pada tempat yang tidak lazim, rekurensi spontan, dan abortus
rekuren pada perempuan.
Trombofilia herediter
Trombofilia herediter semakin dikenal luas akhir-akhir ini. Gejalanya
dapat timbul pada masa anak-anak atau dewasa, misalnya pada awal penggunaan
alat kotrasepsi oral atau selama kehamilan/ peurperium. Pewarisan bentuk varian
faktor V (faktor V Leiden) paling sering terjadi (sampai 5 % populasi). Faktor V
Leiden teraktivasi relatif resisten terhadap inaktivasi oleh protein C. Resiko
trombosis meningkat 5-10 kali lipat pada heterozigot, dan 50-100 kali lipat pada
homozigot. Penyebab yang lebih jarang meliputi defisiensi protein C, protein S
atau antitrombin atau kelainan fungsional. Fibriolisis defektif (misalnya defisiensi
TPAI) protrombin mutan, dan hiperhomosisteinemia. Kombinasi 2 kelainan sering
menjadi dasar kelainan yang berat.
Trombofilia didapat
Keadaan hiperkoagulasi dapat dicantumkan pada table…..
patogenesisnya misalnya pada kehamilan, penggunaan pil kotrasepsi oral, dan
keganasan, bersifat multifaktorial dan berkaitan dengan peningkatan kadar faktor
prokoagulan, penuunan kadar protein inhibitor, dan faktor fisik,(misalnya stasis,
pembedahan).
Trombofilia
Defisiensi protein S, protein C atau autoimun III adaalah yang tersering
di antara penyakit ini (lihat tabel 332). Keadaan prokoagulan lain di antaranya
adalah lupus antikoagulan (antibodi antikardiolipin) dan homosistiuria. Yang
sering terjadi adalah polimorfisme genetic pada gen yang mengkode protein
pembekuan, yamg meningkatkan resiko tromboemboli, seperti pada faktor V
Leiden.
Gangguan pembekuan darah yang jarang ditemukan, merupakan
predisposisi terhadap terjadinya tromboemboli, dan harus dipertimbangkan pada
pasien dengan :
1. Usia < 40 tahun tanpa faktor resiko lain
2. Anggota keluarga terdekat memiliki riwayat tromoemboli vena
3. Riwayat tromboemboli vena sebelumnya.
Terdapat dua jalur alami koagulan yang mencegah terbentuknya
thrombus yang berlebihan in vivo:
1. Antitrombin merupakan inhibitor protease serin atau serpi. Banyak protein
koagulasi merupakan protease serin dan antitrombin, dan memiliki efek
inhibisi yang besar terhadap protease tersebut-melalui pembentukan
kompleks stoikiometri. Efek antirombinnya adalah menetrlkan trobin,
walalupun juga memiliki efek inhibisi tgerhadap factor Xa.
2. Jalur protein C: protein C zimogen diaktivasi oleh thrombin den kofaktor sel
endotel, trombomedulin. Protein C yang teraktivasi adalah suatu protease
serin, yang bekerja sebagai koagulan alami dengan membelah kedua kofaktor
dalam jalur koagulasi, yaitu factor V dan VIII, dan untuk melakukannya,
protein C juga membutuhkan kofaktor yaitu protein S. keduanya merupakan
protein yang bergantung pada vitamin K.
Trombofilia turunan
Mutasi yang diturunkan yang meningkatkan resiko trombosis banyak
ditemukan, terjadi pada 5-7% populasi (table 169.1). bentuk trombofilia turunan
berkaitan hanya dengan trombosis vena dan tidak dengan penyakit arteri (pada
orag dewasa).
Defisiensi antitrombin, protein S, protein C menjadi predisposisi
trombosis. Bentuk heterozigot dari defisiensi dengan kadar dalam darah <50%
memiliki risiko, jadi kecenderungan trombosis diturunkan secara dominan
autosomal. Defisiensi antitrombin homozigot tidak ditemukan dan diperkirakan
fatal in utero, dimana keadaan homozigot pada defisiensi protein C dan protein S
homozigot mengakibatkan kondisi yang jarang ditemukan yaitu purpura fulminan
neonates. Sampai tahun 1993, bentuk trombofilia yang telah diketahui
karakteristiknya dengan baik adalah ketiga defisiensi ini.
Table 169.1
Defisiensi/ kelainan Prevalensi populasi
Antitrombin 1 dari 3000
Protein C 1 dari 300
Protein S 1 dari 500
Faktor V Leiden 1 dari 20
Protrombin G20210A 1 dari 50-100
Faktor V Leiden
Ditahun 1993, fenomena resistensi terhadap protein C, teraktivasi (APC)
ditemukan dan 1 tahun kemudian defeknya ditemukan sebagai suatu mutasi titik
faktor V (substitusi G oleh A pada posisi nukleotida 1691), menyebabkan arginin
pada posisi 506 digantikan oleh glutamine. Faktor yang abnormal ini dikenal
sebagai faktor V Leiden. Substitusi ini terjadi pada lokasi faktor V diinaktivasi
oleh pemisahan awal ikatan peptide di sisi karboksi dari arginin 506. Namun,
murasi ini menyebabkan faktor V resisten terhadap protein C teraktivasi. Faktor V
Leiden ditemukan pada 5% populasi-pada heterozigot risiko trombosis vena
meningkat tujih kali, dimana pada homozigot ( 1 dari 1600 pada populasi)
terdapat peningkatan risiko 50-100 kali.
Mutasi protrombin
Baru-baru ini telah teridentifikasi sebuah mutasi pada daerah 3’ yang
belum bertranslasi dari gen protrombin, terdapat pada 1-2% populasi dan
berikatan dengan peningkatan risiko tromboemboli vena sebanyak 4 kali.
Mekanismenya kemungkinan berupa peningkatan kadar protrombin pada individu
dengan mutasi tersebut.
Pemeriksaan penunjang pada trobofilia turunan
Tidak semua penyebab tromboemboli cena diperiksakan untuk
menemukan trombofilia genetik. Pemeriksaan tersebut hanya dilakukan pada
mereka yang kemungkinan mempunyai penyakit turunan. Risiko kelainan turunan
lebih tinggi pada mereka yang mengalami :
1. Tromboemboli pada umur ≤ 45 tahun atau mereka yang memiliki riwayat
tromboemboli pada keluarga.
2. Tromboemboli rekuren.
3. Trombosis pada lokasi yang tidak lazim.
4. Nekrosis kulit akibat warfarin.
Oelh karena itu, pasien dengan serangan troboemboli pada usia > 45
tahin tidak perlu diperiksa untuk mencari tromofilia turunan apabila tidak
memiliki riwayat keluarga. Selain mencari 5 penyebab trombofilia turunan yang
telah dibahas diatas, pasien juga harus diperika untuk menenmukan antibody
antifosfolipid yang merupakan daktor risiko didapat untuk penyakit vena dan
arteri.
Pencegahan
Pasien yang memilki lupus antikoagulan atau trombofilia, sangat penting
untuk menghindari obat kontrasepsi oral dan terapi penggantian hormone.
Antikoagulan profilaksis juga dapat dipertimbangkan ketika didapatkan faktor
resiko lain seperti trombosis vena seperti immobilisasi dan pasca operasi.
Prognosis
Trombofilia mempunyai prognosis yang buruk pada pasien dengan
defisiensi atitrombin III dan lupus antikoagulan dibandingkan dengan pasien yang
tidak memiliki faktor tersebut.