Referat TB

23
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. 1 Kuman TB biasanya menyerang paru namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 2 Penyakit TB merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Sepertiga populasi dunia terinfeksi TB. 3 Pada tahun 2012, kasus terjadi di Asia (58%), Afrika (27%), Mediterania (8%), Eropa (4%), dan Amerika (3%). Lima negara dengan insidensi terbanyak yaitu India (2 juta–2,4 juta), China (0,9 juta–1,1 juta), Afrika Selatan (0,4 juta–0,6 juta), Indonesia (0,4 juta–0,5 juta), dan Pakistan (0,3 juta–0,5 juta). 4 Gambaran TB di Manado pada tahun 2012 yaitu penemuan dan penanganan penyakit TB Paru BTA+ mencapai 1.758 penderita yang ditemukan dan semuanya ditangani (100 %) dari 5.398 sasaran penderita yang ada. 5 Proses penularan TB sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung BTA. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru dan membentuk sarang sarang primer. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). 6 Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala 1

description

tuberkulosis paru

Transcript of Referat TB

Page 1: Referat TB

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis.1 Kuman TB biasanya menyerang paru namun dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya.2

Penyakit TB merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. Sepertiga populasi

dunia terinfeksi TB.3 Pada tahun 2012, kasus terjadi di Asia (58%), Afrika (27%),

Mediterania (8%), Eropa (4%), dan Amerika (3%). Lima negara dengan insidensi terbanyak

yaitu India (2 juta–2,4 juta), China (0,9 juta–1,1 juta), Afrika Selatan (0,4 juta–0,6 juta),

Indonesia (0,4 juta–0,5 juta), dan Pakistan (0,3 juta–0,5 juta).4 Gambaran TB di Manado pada

tahun 2012 yaitu penemuan dan penanganan penyakit TB Paru BTA+ mencapai 1.758

penderita yang ditemukan dan semuanya ditangani (100 %) dari 5.398 sasaran penderita yang

ada.5

Proses penularan TB sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet

nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak

yang mengandung BTA. Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan

bersarang di jaringan paru dan membentuk sarang sarang primer. Dari sarang primer akan

kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan

tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional).6

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam

hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pemeriksaan penunjang untuk

penegakan diagnosis TB yaitu pemeriksaan dahak (pemeriksaan pasti) dan foto toraks.7

Dalam usaha pemberantasan penyakit TB paru, pencarian kasus merupakan unsur

yang penting untuk keberhasilan pelaksanaan program pengobatan. Hal ini ditunjang oleh

sarana diagnostik yang tepat. Diagnosis terhadap TB paru umumnya dilakukan dengan cara

melakukan pemeriksaan klinis (dari anamnesis terhdap keluhan penderita dan hasil

pemeriksaan fisik penderita), hasil pemeriksaan foto toraks, hasil pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan penunjang lainya.

Pemeriksaan radiologik toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting.

Kemajuan pesat selama dasawarsa terakhir dalam teknik pemeriksaan radiologik toraks dan

1

Page 2: Referat TB

pengetahuan untuk menilai hasil foto toraks menjadikan pemeriksaan toraks dengan sinar

roentgen ini menjadi suatu keharusan. Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini

dapat dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti

sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain itu, berbagai kelainan dini dalam paru juga

sudah dapat dilihat dengan jelas pada foto roentgen sebelum timbul gejala-gejala klinis.

2

Page 3: Referat TB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis

sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di

paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.6

B. EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia, dan sebagian

besar negara-negara di dunia. Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO)

pada tahun 2006, Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina

dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 per tahun.

Pada tahun 2012, lima negara dengan insidensi terbanyak yaitu India, China, Afrika Selatan,

Indonesia, dan Pakistan. TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama.

Walaupun sudah lebih dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh ilmuwan Jerman,

Robert Koch pada tahun 1882, TB belum dapat diberantas bahkan terus berkembang. Peningkatan jumlah

kasus TB di berbagai tempat pada saat ini diduga disebabkan oleh berbagai hal yaitu:

diagnosis yang tidak tepat, pengobatan yang tidak adekuat, program penanggulangan tidak

dilaksanakan dengan tepat, infeksi endemik human immuno-deficiencyvirus (HIV), migrasi

penduduk, mengobati sendiri (self treatment), meningkatnya kemiskinan, dan pelayanan

kesehatan yang kurang memadai.9

C. ETIOLOGI

Penyebab tuberculosis yaitu Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis,

sangat jarang disebabkan oleh Mycobacterium avium. Mycobacterium merupakan kuman

batang tahan asam, yang dapat hidup selama berminggu-minggu dalam keadaan kering, tapi

mati dengan suhu 60°C dalam cairan suspensi selama 15-20 menit. Mycobacterium memiliki

ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam

lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut

bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada keadaan kering maupun dingin,

karena kuman berada dalam keadaan dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit

kembali dan menjadi aktif kembali. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan

3

Page 4: Referat TB

bahwa kuman lebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini

tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian

apikal paru-paru merupakan tempat predileksi tuberkulosis.9

D. PENULARAN

Tuberkulosis ditularkan melalui udara oleh partikel kecil yang berisi kuman

tuberkulosis yang disebut “droplet”. Droplet nukleus yang berukuran 1-5 μm dapat sampai

ke alveoli. Droplet nukleus kecil yang berisi basil tunggal lebih berbahaya daripada sejumlah

besar basil di dalam partikel yang besar, sebab partikel besar akan cenderung menumpuk di

jalan napas daripada sampai ke alveoli sehingga akan dikeluarkan dari paru oleh sistem

mukosilier. Batuk merupakan mekanisme yang paling efektif untuk menghasilkan droplet

nukleus. Satu kali batuk yang cepat dan kuat akan menghasilkan partikel infeksius sama

banyaknya dengan berbicara keras selama lima menit. Penyebaran melalui udara juga dapat

disebabkan oleh manuver ekspirasi yang kuat seperti bersin, berteriak, dan bernyanyi. Satu

kali bersin dapat menghasilkan 20.000-40.000 droplet, tapi kebanyakan merupakan partikel

yang besar sehingga tidak infeksius. London dan Roberts meneliti bahwa pasien yang batuk

lebih dari 48 kali tiap malam akan berkesempatan menginfeksi 48% dari orang yang kontak

dengan pasien. Sementara pasien yang batuk kurang dari 12 kali tiap malam berkesempatan

menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien. Basil tuberkulosis juga dapat

memasuki tubuh melalui traktus gastrointestinal ketika minum susu yang mengandung

mikobakterium. Jalan lain masuknya kedalam tubuh manusia adalah melalui luka pada kulit

atau membran mukosa, tetapi penyebaran dengan cara ini sangat jarang. Jika fokus

tuberkulosis telah terbentuk pada satu bagian tubuh maka penyakit dapat menyebar ke bagian

tubuh yang lain melalui pembuluh darah, saluran limfatik, kontak langsung, saluran cerna

(sering dari intestinum kembali ke darah melalui duktus torasikus) dan terakhir yang paling

sering melalui jalan napas.10

E. PATOFISIOLOGI

Penyakit TB dapat berkembang pada seseorang melalui dua cara. Yang pertama dapat

terjadi pada seseorang yang telah beberapa tahun terinfeksi TB dan telah sembuh sempurna.

Ketika kesehatannya menurun karena penyakit lain seperti AIDS atau diabetes, atau karena

penyalahgunaan alkohol maupun kurangnya kepedulian terhadap kesehatan karena menjadi

tuna wisma, infeksi TB dapat menjadi penyakit TB. Pada cara ini, seseorang dapat menjadi

4

Page 5: Referat TB

sakit beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah mereka menghirup kuman TB. Cara

yang lain terjadi jauh lebih cepat. Terkadang ketika seseorang pertama kali menghirup kuman

TB, tubuhnya tidak mampu melindungi diri terhadap penyakit ini. Kuman tersebut kemudian

berkembang menjadi penyakit TB aktif dalam beberapa minggu. Seseorang dengan TB aktif

akan menjadi sangat infeksius dan dapat menyebarkan TB ke orang lain.11

Kuman TB dalam droplet nuklei yang terhirup dapat mencapai alveolus. Masuknya

kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non-spesifik. Makrofag

alveolus akan memfagosit kuman TB di mana sebagian besar kuman TB akan hancur. Akan

tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan

kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang

biak akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan kuman TB membentuk koloni di

tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer

Ghon. Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe

regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan

di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau

tengah, kelenjar limfe yang terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus

primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks

primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar

(limfadenitis), dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).9,11

Waktu yang diperlukan sejak kuman TB masuk sampai terbentuk kompleks primer

secara lengkap disebut masa inkubasi TB. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung antara 4-8

minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman

tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang

respons imunitas seluler. Pada minggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan

logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap

tuberkulin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer

ini, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya

hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respon positif terhadap uji

tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer

terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu

dengan sistem imun yang berfungsi baik, ketika sistem imun seluler berkembang, proliferasi

kuman TB terhenti. Namun sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma.

Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan

5

Page 6: Referat TB

segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru

biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah

mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami

fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya tidak sesempurna fokus primer di jaringan

paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat

disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat

membesar dan menyebabkan pneumonitis dan pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan

yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui brokus sehingga

meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang

mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang

berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal

menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Obstruksi total dapat menyebabkan

atelektasis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan

menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau

membentuk fistula. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga

menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai lesi

segmental kolaps-konsolidasi.9-11

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi

penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke

kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran

hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit

sistemik. Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran

hematogenik tersamar (occult hematogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar

secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman

TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju

yaitu organ yang memiliki vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri,

terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai tempat tersebut, kuman TB akan

bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan

membatasi pertumbuhannya. Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi

pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman. Fokus ini

pada umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi

6

Page 7: Referat TB

fokus reaktivasi. Fokus potensial ini disebut sebagai fokus Simon. Bertahun-tahun kemudian,

bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus Simon ini dapat mengalami reaktivasi dan

menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain. Bentuk

penyebaran hematogen yang lain yaitu penyebaran hematogen generalisata akut (acute

generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan

beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan manifestasi klinis

penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu

2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi

kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata

terjadi karena tidak adekuatnya sistem pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya

pada balita. Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread

dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan

mempunyai ukuran lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata

yang menyerupai butir padi-padian (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa

nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologik merupakan granuloma. Bentuk

penyebaran yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini

terjadi bila suatu proses perkijuan menyebar ke saluran vaskular di dekatnya, sehingga

sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat

penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal

ini dapat terjadi secara berulang. Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun

pertama), biasanya sering terjadi komplikasi.9,11

F. DIAGNOSA

Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, tes tuberkulin,

pemeriksaan radiologis dan bakteriologis. Diagnosis pasti TB paru ditegakkan berdasarkan

ditemukannya kuman Mycobacterium tuberkulosis.1

1. Gejala klinis yaitu demam, batuk / batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva

mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu subfebris atau berat badan menurun.

Seringkali pasien tidak menunjukkan suatu kelainan apapun. Tempat kelainan TB paru

yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicuragai adanya infiltrat yang agak

luas, maka didapatkan perkusi redup dan auskultasi suara nafas bronkial. Akan

7

Page 8: Referat TB

didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila

infitrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah.

Dalam penampilan klinis, TB sering asimtomatis dan penyakit baru dicurigai dengan

didapatkannya kelainan radiologis dada.

3. Pemeriksaan radiologis tuberkulosis paru

Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosis utama pada

TB. Namun, foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan TB paru

pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin (+) dan tanpa menunjukkan gejala:12

a. Bila klinis ditemukan gejala tuberkulosis paru, hampir selalu ditemukan kelainan

pada foto roentgen.

b. Bila klinis ada dugaan terhadap penyakit tuberkulosis paru, tetapi pada foto roentgen

tidak terlihat kelainan, maka ini merupakan tanda yang kuat bukan tuberkulosis.

c. Sebaliknya, bila tidak ada kelainan pada foto toraks belum berarti tidak ada

tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto toraks baru terlihat sekurang-

kurangnya 10 minggu setelah infeksi oleh basil tuberkulosis.

d. Sesudah sputum positif pada pemeriksaan bakteriologi, tanda tuberkulosis yang

terpenting adalah bila ada kelainan pada foto toraks.

e. Ditemukannya kelainan pada foto toraks belum berarti bahwa penyakit tersebut

aktif.

f. Dari bentuk kelainan pada foto roentgen memang dapat diperoleh kesan tentang

aktivitas penyakit, namun kepastian diagnosis hanya dapat diperoleh melalui

kombinasi dengan hasil pemeriksaan klinis/laboratorium.

g. Pemeriksaan roentgen penting untuk dokumentasi, menentukan lokalisasi, proses

dan tanda perbaikan ataupun perburukan dengan melakukan perbandingan dengan

foto-foto terdahulu.

h. Pemeriksaan roentgen juga penting untuk penilaian hasil tindakan terapi seperti

pneumotoraks torakoplastik.

i. Pemeriksaan roentgen tuberkulosis paru saja tidak cukup.

Pembuatan foto roentgen adalah suatu keharusan, yaitu foto posterior anterior (PA),

bila perlu disertai proyeksi-proyeksi tambahan seperti foto lateral, foto khusus puncak AP-

lordotik dan teknik-teknik khusus lainnya. Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto

toraks pasien yang dicurigai TB, yaitu:12

8

Page 9: Referat TB

1. Proyeksi postero-anterior

Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi berdiri, tahan

nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu

ditambah proyeksi lateral.

2. Proyeksi lateral

Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang kepala.

Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.

3. Proyeksi top lordotik

Proyeksi top lordotik dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan

pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya dibuat setelah foto rutin

diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks.

Pengambilan foto dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45

derajat arah caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan

klavikula.

Gambaran radiologis TB

Klasifikasi TB paru berdasarkan gambaran radiologis:12

1. Tuberkulosis primer

Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling sering

didiagnosis dengan tes tuberkulin. Pada umumnya menyerang anak, tetapi bisa terjadi

pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah. Pasien dengan TB primer

sering menunjukkan gambaran foto normal. Pada 15% kasus tidak ditemukan kelainan,

bila infeksi berkelanjutan barulah ditemukan kelainan pada foto toraks. Lokasi kelainan

biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih sering terkena, terutama di

daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta segmen anterior lobus atas. Kelainan foto

toraks pada tuberkulosis primer ini adalah adalah limfadenopati, parenchymal disease,

miliary disease, dan efusi pleura. Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu

komplikasi yang mungkin timbul yaitu pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat

primer ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis

akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis

maupun atelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer

tersembunyi di belakangnya.

9

Page 10: Referat TB

Gambar 1. Parenchymal primary tuberculosis pada orang dewasa. Radigrafi paru kiri menunjukkan lobus atas yang ekstensif dan konsolidasi linguar.

Gambar 2. Limfadenopati pada pasien dengan tuberculosis primer. Radiografi toraks menunjukkan hilum kiri yang besar dan pada paratrakeal kanan, konsisten dengan limfadenopati dan khas pada pasien anak.

Gambar 3 dan 4. Foto toraks PA dan lateral. Tuberkulosis dengan kompleks primer (hanya hilus kiri membesar).

Gambar 5. Opasitas udara (panah kecil) pada lobus kanan bawah dan limfadenopati (panah besar) pada hilus kanan. Ini adalah sebuah contoh komplek primer (focus Ghon dan limfadenopati ipsilateral hilus), khas pada

TB anak.

10

Page 11: Referat TB

2. Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis reinfeksi

Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau timbul reinfeksi

pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak

diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas merupakan ciri dari tuberculosis sekunder.

Gambar 6 dan 7.Tuberkulosis dengan kavitas

Klasifikasi tuberkulosis sekunder

Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association (ATA):12

1. Tuberkulosis minimal

Luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis

median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang soliter dapat berada dimana saja. Tidak

ditemukan adanya kavitas.

2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advance tuberculosis)

Luas sarang-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan

bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang tersebut

berupa awan-awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak

boleh melebihi 1 lobus paru.

3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis)

Luas daerah yang dihinggapi sarang-sarang lebih dari 1 paru atau bila ada lubang-lubang, maka

diameter semua lubang melebihi 4 cm.

Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara lain:

1. Sarang eksudatif

Berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak tegas dengan densitas rendah.

2. Sarang produktif

11

Page 12: Referat TB

Berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan densitasnya sedang.

3. Sarang induratif atau fibrotik

Berbentuk garis-garis berbatas tegas, dengan densitas tinggi.

4. Kavitas atau lubang.

Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering tipis

berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat cairan, yang

biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan bersifat

tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan lubang sisa

(residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang sudah tenang.

5. Sarang kapur (kalsifikasi).

Cara pembagian yang lazim di Amerika Serikat adalah:

1. Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak infiltrat dengan densitas rendah hingga

sedang dengan batas tidak tegas. Sarang-sarang ini biasanya menunjukan suatu proses

aktif.

2. Lubang (kavitas). Berarti proses aktif kecuali bila lubang sudah sangat kecil, yang

dinamakan residual cavity.

3. Sarang-sarang seperti garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang biasanya

menunjukkan proses telah tenang (fibrocalcification).

Gambar 8. Tuberkulosis dengan kalsifikasi.

Kemungkinan - kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis:

1. Penyembuhan tanpa bekas

Sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer dan pada orang dewasa) apabila

diberikan pengobatan yang baik.

12

Page 13: Referat TB

2. Penyembuhan dengan meninggalkan cacat.

Penyembuhan ini berupa garis-garis berdensitas tinggi/fibrokalsifikasi di kedua

lapangan atas paru dapat mengakibatkan penarikan pembuluh-pembuluh darah besar

di kedua hili ke atas. Pembuluh darah besar di hilli terangkat ke atas, seakan-akan

menyerupai kantung celana (fenomena broekzak). Sarang-sarang kapur kecil yang

mengelompok di apeks paru dinamakan sarang-sarang Simon (Simon's foci).Secara

roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh (proses tenang) bila setelah jangka

waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama. Sifat bayangan tidak

boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan garis-garis atau bintik-

bintik kapur.

Pemeriksaan laboratorium:

1. Darah

Leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, jumlah limfosit

masih di bawah normal, laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Anemia

ringan, gama globulin meningkat, kadar natrium darah menurun.

2. Sputum. Ditemukan kuman BTA , diagnosis TB sudah dapat dipastikan.

3. Tes tuberkulin

Biasanya dipakai tes mantoux. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang

sedang atau pernah mengalami infeksi M. tuberculosae.

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan tuberkulosis yaitu dengan pemberian OAT. Berikut ini tabel jenis

dan dosis OAT:

Tabel 1. Jenis dan dosis OAT2

Obat Dosis(mg/

kgBB/ hari)

Dosis yang dianjurkan Dosis maksimal

/ hari (mg)

Dosis (mg) / berat badan (kg) / hari

Harian (mg/kgBB/hari)

Intermitten(mg/kgBB/kali)

< 40 40-60 > 60

R 8-12 10 10 600 300 450 600H 4-6 5 10 300 300 300 300Z 20-30 25 35 750 1000 1500E 15-20 15 30 750 1000 1500S* 15-18 15 15 1000 sesuai

BB750 1000

*Pasien berusia lebih dari 60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis lebih dari 500 mg per hari.

13

Page 14: Referat TB

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:1,2

1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup

dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal

(monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung

(DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

a. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi

secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien

menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

c. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2

bulan.

Tahap lanjutan

a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka

waktu yang lebih lama.

b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan.

H. KOMPLIKASI

1. Komplikasi dini

Pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis.

2. Komplikasi lanjut

TB usus, obstruksi jalan nafas, fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,

sindrom gagal nafas dewasa, meningitis TB.

14

Page 15: Referat TB

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta; 2011.

2. O'Brien RJ, Raviglione MC. Tuberculosis. Harrison's Principles of Internal Medicine. Edisi XVIII. United States of America. The Mcgraw-Hill Companies, Inc; 2012.

3. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Tuberculosis. Dikutip dari: http://www.cdc.gov/tb/statistics/default.htm?s_cid=fb1804. 11 Februari 2014.

4. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2013. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data; 2013.

5. Pemerintah Kota Manado. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Manado Tahun 2010-2015. Manado; 2013.

6. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam : Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M K, Setiati S, editor. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, 2007.

7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 cetakan pertama. Jakarta: 2006.

8. Amin Z, Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam: Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M K, Setiati S, editor. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, 2009.

9. Gerakan Terpadu Nasional Penanganan TB. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan TB. Edisi 2. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.

10. Parhusip MBE. Peranan Foto Dada dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru Tersangka Dengan BTA Negatif di Puskesmas Kodya Medan. Medan: Universitas Sumatra Utara. 2009.

11. Price A, Willson L. M.Tuberculosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC. 2004.

12. Rasad S. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Balai Penerbit FK UI. Jakarta: 2005.

15