Referat Toxoplasmosis Serebri

6
M. Pamela Tiffani – 071.2010.0001 Koass Neurologi periode 14 Juli – 17 Agustus 2014 Penguji : dr. Rocksy Fransisca, SpS Referat : INFEKSI TOXOPLASMA SEREBRI Toxoplasmosis ialah penyakit infeksi yang dapat meyerang binatang dan manusia yang disebabkan oleh sporozoa Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler. Manusia dapat terjangkit penyakit ini biasanya melalui perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi T. gondii seperti meminum susu sapi segar atau memakan daging yang belum matang sempurna dari hewan yang terinfeksi atau memakan sayuran yang terkontaminasi atau melalui kontak langsung dengan feses kucing. Infeksi akut pada manusia yang memiliki imun yang baik (immunocompetent) biasanya tidak memiliki gejala (asymptommatic). Sedangkan individu yang terinfeksi dalam jangka waktu yang lama dan memiliki gangguan imunitas (AIDS) berisiko untuk mengalami infeksi laten, yang manifestasi utamanya ialah toxoplasmik ensefalitis atau dikenal juga dengan toxoplasmosis serebri. Toxoplasmosis merupakan penyebab terbanyak dari lesi fokal otak pada penderita AIDS dan biasanya berlokasi pada basal ganglia, meskipun bagian otak lain ataupun spinal cord dapat pula terkena, selain itu lesi multifokal juga sering terjadi.

description

toxo

Transcript of Referat Toxoplasmosis Serebri

Page 1: Referat Toxoplasmosis Serebri

M. Pamela Tiffani – 071.2010.0001

Koass Neurologi periode 14 Juli – 17 Agustus 2014

Penguji : dr. Rocksy Fransisca, SpS

Referat :

INFEKSI TOXOPLASMA SEREBRI

Toxoplasmosis ialah penyakit infeksi yang dapat meyerang binatang dan manusia yang

disebabkan oleh sporozoa Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler. Manusia dapat

terjangkit penyakit ini biasanya melalui perantara makanan atau minuman yang

terkontaminasi T. gondii seperti meminum susu sapi segar atau memakan daging yang belum

matang sempurna dari hewan yang terinfeksi atau memakan sayuran yang terkontaminasi

atau melalui kontak langsung dengan feses kucing.

Infeksi akut pada manusia yang memiliki imun yang baik (immunocompetent) biasanya tidak

memiliki gejala (asymptommatic). Sedangkan individu yang terinfeksi dalam jangka waktu

yang lama dan memiliki gangguan imunitas (AIDS) berisiko untuk mengalami infeksi laten,

yang manifestasi utamanya ialah toxoplasmik ensefalitis atau dikenal juga dengan

toxoplasmosis serebri.

Toxoplasmosis merupakan penyebab terbanyak dari lesi fokal otak pada penderita AIDS dan

biasanya berlokasi pada basal ganglia, meskipun bagian otak lain ataupun spinal cord dapat

pula terkena, selain itu lesi multifokal juga sering terjadi. Suatu studi kasus RSCM Jakarta

pada 2004 – 2006 menuliskan dari 203 kasus infeksi CNS pada penderita AIDS, 35%

merupakan infeksi toxoplasma.

Toxoplasmosis pada penderita HIV timbul dalam onset yang subakut dan mengalami

manifestasi seperti perubahan status mental, sakit kepala, dan demam dengan defisit fokal

neurologi. Infeksi yang lebih lanjut memicu kebingungan (confusion), mengantuk

(drowsiness), kejang, hemiparesis, hemianopsia, aphasia, ataxia, dan cranial nerve palsy.

Kelemahan motorik dan gangguan bicara juga dapat terjadi pada tahapan yang lebih lanjut.

Bila tidak diobati dengan tepat maka pasien dapat jatuh dalam kondisi koma dalam hitungan

hari.

Page 2: Referat Toxoplasmosis Serebri

Untuk mendiagnosa toxoplasmosis, pemeriksaan serologi dan imaging (CT, MRI) merupakan

pilihan terbanyak yang digunakan. Pada pemeriksaan serologi, infeksi toxoplasma dideteksi

dengan antitoxoplasma antibodi yakni serum IgG dan IgM. Serum IgG akan meningkat

terutama 1 – 2 bulan dari infeksi pertama dan akan terdeteksi seumur hidup penderita. Namun

antibodi ini sendiri tidak dapat digunakan sebagai diagnostik tunggal karena dapat terjadi

false negative. Sedangkan pada pemeriksaan imaging, baik CT maupun MRI menghasilkan

gambaran tanda target asimetrik dengan sebuah cincin. Namun MRI lebih dipilh untuk

mendiagnosa dan memonitor respon terapi karena lebih sensitif untuk mendeteksi multiple

lesi.

Pemeriksaan patologi dari spesimen biopsi otak merupakan diagnosa definitif pada pederita

toxoplasma serebri. Namun hal ini tidak rutin dilakukan karena pemeriksaan lain seperti

serologi dan imaging dirasa cukup untuk membuat diagnosa presumptive. Biopsi otak sangat

sensitif tetapi berisiko perdarahan, merusak jaringan sekitar, dan menyebarkan infeksi.

Sehingga biopsi hanya direkomendasikan bila diagnosis meragukan atau pasien tidak

berespon atau memburuk terhadap pengobatan empirik.

Terapi lini pertama pada toxoplasmosis akut pada pasien HIV ialah pyrimethamine dan

sulfadiazine, tetapi kombinasi keduanya menyebabkan terhambatnya sintesis asam folat,

karenanya ditambahkan leucovorin untuk mencegah komplikasi hematologi. Sulfadiazine

memiliki efek samping seperti ruam kulit hingga nefropati. Pada kondisi kritis, pasien yang

tidak dapat menerima obat secara oral dapat diberikan trimethoprim (TMP) 10 mg/kg/hr dan

sulfamethoxazole (SMX) 50 mg/kg/hr.

Infeksi akut diterapi minimal selama 3 minggu dan ditoleransi dalam 6 minggu. Pada pasien

yang tidak respon terhadap pengobatan dalam 10 – 14 hari, atau menunjukkan penurunan

klinis dalam 3 hari pengobatan, dianjurkan untuk melakukan biopsi untuk menyingkirkan

kemungknan limfoma.

Pengobatan dengan antiretroviral, kortikosteroid, dexamethasone, antikovulsan merupakan

terapi yang tidak rutin tetapi tergantung pada kebijakan dari dokter dan diskusi dengan pasien

untuk mencegah gejala yang mungkin muncul.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan skrining antitoxoplasma IgG antibodi

terutama pada pasien yang telah terdiagnosa HIV. Selain itu menjaga kebersihan seperti

mencuci tangan setelah mencuci atau memasak daging mentah, juga mencuci buah dan

Page 3: Referat Toxoplasmosis Serebri

sayuran sebelum dikonsumsi juga memasak daging hingga matang perlu dilakukan. Pada

pasien penderita HIV perlu diedukasi untuk menerima profilaksis primer dan sekunder

dengan meminum TMP-SMX. Profilaksis primer dilakukan pada pasien HIV dengan CD4+

yang kurang dari 100 sel/µL.

Page 4: Referat Toxoplasmosis Serebri

DAFTAR PUSTAKA

1. Sri Wahyuni (2013) 'Toxoplasmosis dalam Kehamilan', BALABA, 9(01), pp. 27-32.2. Deepak Madi, Basavaprabhu Achappa, Satish Rao, John T. Ramapuram, and

Soundarya Mahalingam (2012) 'Successful Treatment of Cerebral Toxoplasmosis with Clindamycin: A Case Report', Oman Medical, 27(5), pp. 411-412 [Online]. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3472581/ (Accessed: 14th July 2014).

3. Alain Lekoubou, Rodrigue Njouoguep, Callixte Kuate and André Pascal Kengne (2010) 'Cerebral toxoplasmosis in Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) patients also provides unifying pathophysiologic hypotheses for Holmes tremor', BMC Neurology, 10(37), pp. 1471-2377 [Online]. Available at: http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2377-10-37.pdf (Accessed: 14th July 2014).

4. Rohana Naqi, Muhammad Azeemuddin, Humera Ahsan (2010) 'Cerebral toxoplasmosis in a patient with acquired immunodeficiency syndrome', 60(4), pp. 316-318.

Page 5: Referat Toxoplasmosis Serebri

BELUM INPUT

http://jcm.asm.org/content/43/10/5044

http://www.med.unc.edu/neurology/divisions/neuroAIDS/conferences-1/venice/IMRAN%20-%20Cerebral%20Toxoplasmosis%20Jakarta%20for%20Venice.pdf

http://www.turner-white.com/memberfile.php?PubCode=hp_jul08_toxoplasmosis.pdf

SUDAH INPUT

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2377-10-37.pdf

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3472581/

http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.294085205?pubCode=cgi&