REFERAT RADIOLOGI

download REFERAT RADIOLOGI

of 22

description

REFERAT RADIOLOGI

Transcript of REFERAT RADIOLOGI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan, serta bimbingan yang diperoleh sebelumnya dan selama menjalani kepaniteraan ini, penulis menyusun laporan penelitian berjudul Hernia Nucleous PulposusPada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama serta bantuan moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan khususnya kepada bimbingan yang telah diberikan oleh dr. Sri Hartati, Sp. Rad dan staff serta semua pihak yang telah mendukung penulis.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini baik dalam segi redaksional maupun interpretasi, juga saat menjalankan kepaniteraan Radiologi RSUD Kudus, Kudus.

Kudus, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI 2BAB I PENDAHULUAN 3BAB II ISI 5I. Definisi 5II. Anatomi dan Patofisiologi 6III. Epidemiologi 10IV. Etiologi 10V. Patofisiologi 11VI. Klasifikasi 12VII. Manifestasi Klinis 13VIII. Faktor Resiko 15IX. Pemeriksaan Radiologis 16X. Penatalaksanaan 20XI. Prognosis 21BAB III PENUTUP 22DAFTAR PUSTAKA 23

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Keluhan nyeri pinggang cukup sering dijumpai dalam praktek pribadi dokter. Suatu penelitian di Amerika mengatakan, bahwa kurang lebih 80% penduduk dunia pernah paling sedikit satu kali dalam hidupnya diserang nyeri pinggang (Dalley&Moore, 1992). Low back pain adalah nyeri pada pinggang bagian bawah yang dapat diakibatkan oleh berbagai sebab. Antara lain karena beban berat otot-otot pinggang yang berperan untuk mempertahankan keseimbangan seluruh tubuh, luka atau iritasi pada diskus intervertebralis dan akibat penekanan diskus terhadap saraf yang melalui antar vertebra (Suzilawati, 2005). Penyakit low back pain menjadi kasus yang sangat serius dan terus meningkat sepanjang tahun pada masyarakat barat. Telah diketahui faktor-faktor penyebab, patofisiologi, biomekanik, psikologis, dan faktor sosial tetapi teori yang memuaskan tentang patogenesis belum seluruhnya diketahui (Coppes H. Maarten, 2000). Para pakar telah melakukan penelitian dan survey mengenai insidensi dan prevalensi low back pain. Valkenburg dan Haanen melakukan studi mengenai insidensi dan prevalensi low back pain di Netherland antara tahun 1975 sampai 1978 dengan populasi 3091 pria dan 3493 wanita yang mempunyai umur 20 tahun dan lebih. Hasil penelitian tersebut menunjukkan insidensi sebesar 51% pada pria dan 58% pada wanita dan prevalensi sebesar 22% dan 30%, dimana persentase keduanya meningkat di atas umur 55 tahun pada pria dan 65 tahun pada wanita. Pada penelitian di Denmark menunjukkan insidensi 61,4% pada populasi 449 pria dan 62,6% pada populasi 479 wanita yang berumur antara 30 sampai 60 tahun, dengan angka prevalensi sebesar 12% pada pria dan 15,2% pada wanita (Biering-Sorensen,1982). Sebagian penderita mengalami hernia nucleus pulposus (HNP) dimana terjadi penekanan saraf spinal pada foramen intervertebrale sehingga menimbulkan rasa nyeri segmental serta kelumpuhan partial dari otot yang diurus segmen tersebut (Daniel S. Wibowo, 2002). Untuk mendapatkan diagnosis dari low back pain dapat dilakukan radiologi dengan cara X-rays, CT scan, MRI, myelogram, atau dengan diskogram (http://www.lowback_pain.com/radiology.htm., 2005). Sebagian besar low back pain (nyeri pinggang bawah) dapat sembuh dalam waktu singkat, sehingga keluhan ini sering tidak mendapatkan perhatian yang cukup mendalam. Oleh karena itu, kemungkinan penyebab yang lebih serius tidak dikenali sedini mungkin. Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti serta analisis perasaan nyeri yang seksama dapat didiagnosis dengan tepat sedini mungkin (Rizal Teddy Rumawas, 1986). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai gambaran klinis dan radiologi dari low back pain sebagai salah satu cara untuk membantu diagnosis.

BAB IIISII. DEFINISIHernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan discus intervertera ke arah posterior dan atau lateral yang dapat menimbulkan penekanan atau penyempitan radiks saraf saraf spinal, penekanan medula spinalis dengan berakibat timbulnya gejala gejala neurologis.Gambar 1. Hernia Nucleus Pulposus. (sumber: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9700.htm)

Gambar 2. Normal anatomi.(sumber:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100119_1.htm, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100119_2.htm )

Gambar 3. Herniated disc.(sumber:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100119_1.htm, http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100119_2.htm )

II. ANATOMI DAN PATOFISIOLOGi

Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber).

Gbr.1.Tulang vertebre, Anterior, Posterior, Lateral. Gbr.2. Ligamen-ligamen yang ada di Vertebre

Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu:Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis: Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring) Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus Daerah transisi. Gbr.2. Corpus Vertebrae

Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic.

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.2. Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi. Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S13. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

Menurut gradasinya, hernia dibagi atas:1. Protruded intervertebral disc.Nukles terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.2. Prolapsed intervertebral discNucleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran annulus fibrosus.3. Extruded intervebral discNucleus keluar dan anulus fibrosus berada di bawah ligamentum,longitudinalis posterior.4. Sequestrated intervetebral discNucleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.

Gbr.4. Gradasi HNP

Bentuk-bentuk Hernia Nukleus PulposusHerniasi ini dapet terjadi pada usia muda dan usia tua. Pada usia muda umumnya disebabkan oleh trauma atau gravitasi dan kolumna vertebra yang mendapat beban berat sehingga menyebabkan penonjolan diskus intervertebralis. Pada usia tua disebabkan proses degenerasi diskus intervertebra. Dimulai dengan kekakuan diskus, kemudian diikuti kehilangan elastisitas nucleus puposus dan degenerasi tulang rawan sendi.Jaringan fibrokartilago antara vertebra lumbal IV-V lumbal V-sakral 1 dan servikal V-VI-VII lebih tipis dibanding daerah vertebrae lainnya terutama bagian posterior sehingga mudah terjadi.

III. EPIDEMIOLOGIHerniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada pria dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian pada wanita dan pria sama.Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya sekitar 20% dari insiden HNP. HNP servikal paling sering terjadi pada diskus C6-C7, C5-C6, C4-C5. Selain pada daerah servikal dan lumbal, HNP juga dapat terjadi pada daerah torakal namun sangat jarang ditemukan. Lokasi paling sering dari HNP torakal adalah diskus T9-T10, T10-T11, T11-T12. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi diskus cenderung terjadi ke arah posterolateral, dengan kompresi radiks saraf.

IV. ETIOLOGIBeberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :1) Riwayat trauma2) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.3) Sering membungkuk.4) Posisi tubuh saat berjalan5) Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).6) Struktur tulang belakang.7) Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks.

V. PATOFISIOLOGIPada umumnya HNP terjadi karena adanya proses degeneratif. Dimana discus intervertebralis mengalami kehilangan protein polisakarida, sehingga kandungan air dalam nukleus pulposus menurun. HNP dapat timbul setelah trauma seperti jatuh, kecelakaan, dan pengangkatan beban berat dalam pekerjaannya sehari hari.

Bagan 1. Patofisiologi HNP. (sumber: http://ratihastarida.wordpress.com/2009/11/21/64/)

VI. KLASIFIKASI1. Hernia LumbosacralisPenyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf.

2. Hernia Servikalis Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.

3. Hernia ThorakalisHernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese.Penonjolan pada sendi intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.

VII. MANIFESTASI KLINIS Ischialgia. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah lutut.Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke tungkai. Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat.

Menurut Deyo dan Rainville, untuk pasien dengan keluhan LBP dan nyeri yang dijalarkan ke tungkai, pemeriksaan awal cukup meliputi:1. Tes laseque2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki. Kelemahan menunjukkan gangguan akar saraf L4-53. Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S14. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP. Bila tes ini positif, berarti ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada HNP. Pemeriksaan yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang mencakup 90% kejadian HNP. Namun pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring HNP yang jarang di L2-3 dan L3-4 yang secara klinis sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik saja.

Gejala masing-masing tipe HNP berbeda-beda :a. Hernia Lumbosakralis Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan, hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.

Syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri :1. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.2. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki3. Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :1. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.2. Tess Naffziger : Penekanan pada vena jugularis bilateral.3. Tes Lasegue4.Tes Valsava5.Tes Patrick6.Tes Kontra PatrickGejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.

b. Hernia servicalis- Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis)- Atrofi di daerah biceps dan triceps- Refleks biceps yang menurun atau menghilang- Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

c. Hernia thorakalis- Nyeri radikal- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis- Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

VIII. FAKTOR RESIKOFaktor risiko yang tidak dapat dirubah Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

Faktor risiko yang dapat dirubah Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada punggung bawah. Batuk lama dan berulang

IX. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS1. Foto polosHNP tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos biasa. Foto Polos VertebraFoto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi skroiliaka), foto polos bertujuan untuk melihat adana penyempitan diskus,penyakit degeneratif,kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil.Pada kasus disk bulging,radiografi polos memperlihatkan gambaran tidak langsung dari degenerasi diskus seperti kehilangan ketinggian diskus intervertebralis, vacuum phenomen dalam bentuk gas di disk,dan osteofit endplate.

Dalam kebanyakan kasus hernia nucleus pulposus (HNP),foto polos tulang belakang lumbosakral atau tulang belakang leher tidak diperlukan. Foto polos tidak dapat memperlihatkan herniasi, tetapi digunakan untuk menyingkirkan kondisi lainnya misalnya, fraktur, kanker, dan infeksi.

2. MielographyAdalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras. Mielography hanya dapat mendiagnosis sebagian kecil kasus HNP (6%), karena mielography tidak sensitif pada kasus HNP dengan grade awal.

CT mielografi Dilakukan dengan suatu zar kontras berguna untuk melhat dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.

3. MRIMRI merupakan pemeriksaan gold standard untuk HNP lumbalis, selain itu MRI juga dapat mendeteksi kelainan jaringan lunak, seperti otot,tendon, ligamen, dan diskus intervertebralis serta odema yang terjadi di sekitar HNP. MRI mempunyai akurasi 70 80%, sehingga pada grade awalpun dapat terlihat dengan MRI.

MRI (akurasi 70 80%)Merupakan pemeriksaan non invasif,dapat memberikan gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.Biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah syaraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI sangat berguna bila : vertebra dan level neurologis belum jelas,kecurigaan kelainan patologis pada medulla spinal atau jaringan lunak untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi,kecurigaan karena infeksi atau neoplassma. Pada MRI,HNP muncul sebagai fokus,tonjolan simteris bahan diskus melampaui btas-batas dari anulus.HNP sendiri biasanya hipointense. Selain itu,fragmen bebas dari diskus dengan mudah terdeteksi pada MRI.

Mengenai keterbatasan MRI,pada beberapa individu dengan perangkat implan (misalnya,alat pacu jantung) atau dengan logam dalam tubuh,mungkin tidak mampu menjalani MRI karena disfungsi alat pacu jantung atau elektroda memanas yang mungkin timbul dari MRI. Dokter dapat menginstruksikan pemeriksaan yang lain.Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus yang terjadi terbagi atas : Pro truded intervertebral disc,dimana nukleus terihat menonjol ke suatu arah tanpa kerusakan anullus fibrosus. Pro lap sed intervertebral disc,dimana nukleus berpindah tetapi masih tetap dalam lingkaran anulus fibrosus. Ekstruded intervertebral disc,dimana nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada dibawah ligamen longitudinalis posterior. Sequestrated intervertebral disc,dimana nukleus telah menembus ligamen longitudinalis posterior.

Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah syaraf/ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah aadanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor. Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%. DiscographyDiscography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus intervertebralis dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan ke dalam nukleus pulposus untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak,dimana kontras hanya bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi dengan cara memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan ini sudah tidak begitu populer lagi karena invasive. X. PENATALAKSANAAN Modalitas yang dapat diberikan pada HNP seperti:- Traksi lumbal - Terapi termal (panas dan dingin)- Hidroterapi- Masase- TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulaton)- Latihan - Korset (Back braces/Corset) Penanganan operatifTindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:-Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri berat/intractable/ menetap/ progresif.- Defisit neurologik memburuk- Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak berhasil.- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologi.

XI. PROGNOSIS Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan motoris biasanya lebih cepat dari pada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan/prognosis adalah: diagnosis etiologi spesifik, usia lanjut, pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6 minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri pinggang bawah dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan tanpa iskialgia. Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara signifikan pada kelompok yang dioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua kelompok baik dioperasi maupun tidak, pada observasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan yang ada tidak berbeda secara signifikan.

BAB IIIPENUTUP

Jaringan fibrokartilago antara vertebra lumbal IV V, lumbal V sakral I, dan sakral V VII lebih tipis dibandingkan daerah vertebra lainnya, terutama bagian posterior sehingga pada daerah ini mudah terjadi HNP.Pada kasus HNP dapat ditegakkan dengan pasti melalui modalitas MRI.HNP menurut gradasinya dibagi menjadi 4 :1. Protruted invertebral disc : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.2. Prolaps intervertebral disc : nukleus berpindah, tapi masih dalam lingkaran annulus fibrosus.3. Extruded invertebral disc : nukleus keluar dari annulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis posterior.4. Sequestrated invertebral disc : nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi2. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal- nyeri-pinggang-hnp/ [diakses 7 November 2009]3. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP). http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposushnp/ [diakses 5 November 2009]4. Kornienko VN dan Pronin IN. Diagnostic Neuroradiology. Springer, Jerman. 2009. 1271-76.5. Lisle DA. Imaging For Student. Arnold, London. 2001. 218-19. 6. Gourtsoyiannis NC dan Ros PR. Radiologic-Pathologic Correlations From Head to Toe. Springer. Jerman. 2005. 703-147. Rasar S. Radiologi Diagnostik. FK UI, Jakarta. 2005. 337-9.Dawson EG dan Howard S. Herniated Disc: Definition, Progression, and Diagnosis. 8. http://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-disc/herniated-discs-definition-progression-diagnosis. diakses 19 September 2011.9. Laser Spine Institute. HNP. http://www.laserspineinstitute.com/back_problems/hnp/ . diakses 19 September 2011.10. Mehta A dan Beall DP. Radiology The Oral Boards Primer. Humana Press, New Jersey. 2006. 398.

22