referat radiologi
-
Upload
eka-sulastri -
Category
Documents
-
view
313 -
download
84
description
Transcript of referat radiologi
MASTOIDITIS
A. Anatomi tulang temporal
Gambar 1. Tulan mastoid
Mastoid berkembang dari kantong sempit di epitympanum posterior
bernama aditus ad antrum. Pneumatisasi terjadi tak lama setelah kelahiran setelah
aerasi telinga tengah. Proses ini selesai saat usia sesorang 10 tahun. Sel udara
mastoid terbentuk oleh invasi kantung berlapis epitel antara spikula tulang baru
dan oleh degenerasi dan redifferensiasi ruamg sumsum tulang yang ada. Bagian
tulang temporal lainnya, termasuk apeks petrosus dan akar zygomatikus,
mengalami pneumatisasi yang sama. Antrum, mirip dengan sel-sel udara mastoid,
dilapisi dengan epitel respiratorius yang akan membengkak bila terjadi infeksi.
Penyumbatan antrum oleh mukosa yang mengalami inflamasi merangkap infeksi
di sel udara dengan menghambat drainase dan mengahalangi aerasi kembali dari
sisi telinga.
Mastoid dikelilingi oleh fossa cranial posterior, fossa kranial tengah,
saluran nervus fasialis, sinus sigmoid dan lateral, dna ujung petrosus tulang
temporal. Mastoiditis bisa megikis seluruh antrum dan meluas ke salah satu
daerah yang bersebelahan tersebut, meyebabkan morbiditas yang signifikan secara
klinis dan mengancam jiwa.
B. Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid pada
tulang temporal. Keadaan tersebut terjadi biasanya paling sering disebabkan
komplikasi dari otitis media supuratif akut maupun kronik.
Mastoiditis terbagi menjadi, mastoiditis akut dan mastoiditis kronik.
Mastoiditis akut merupakan komplikasi dari otitis media supuratif akut,
sedangkan mastoiditis kronik merupakan komplikasi dari otitis media supuratif
kronik.
Gambar 2. Mastoiditis akut dan mastoiditis kronik
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
C. Etiologi
Mastoiditis merupakan hasil infeksi yang disebabkan dari telinga
tengah, oleh karena itu bakteri penyebab mastoiditis sama pada bakteri yang
menginfeksi telinga tengah. Berikut beberapa bakteri penyebab mastoiditis:
Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Moraxella catarrhalis
Staphylococcus aureus
Pseuodomonas aeruginosa
Klebsiella
Escherichia coli
Proteus
Prevotella
Fusobacterium
Porphyromonas
Bacteroides
Mycobacterium species
D. Gejala klinis
Demam dan malaise
Eritema dan edema jaringan lunak
mastoid
Nyeri dibelakang telinga
Mastoid tenderness
Limfadenopati lokal
Daun telinga terdorong ke depan
Paralisis nervus VII
Abses mastoid
E. Patogenesis
Peradangan mukosa cavum timpani pada otitis media supuratif akut
maupun kronik yang sifatnya maligna (atikoantral) atau disebut juga tipe tulang
(kolesteatom) maka dapat menyebabkan komplikasi intra temporal berupa
mastoiditis, karena kolesteatom mampu mendestruksi tulang disekitarnya. Oleh
karena letak dari antrum mastoid pada dinding anteriornya berbatasan dengan
telinga tengah dan aditus ad antrum.
Mastoiditis merupakan komplikasi intratemporal dari otitis media
yang paling sering dijumpai. Otitis media, khususnya yang kronik (otitis
media supuratif kronik) adalah infeksi telinga tengah yang ditandai dengan
sekret telinga tengah aktif atau berulang pada telinga tengah yang keluar
melalui perforasi membran timpani yang kronik. OMSK sukar disembuhkan
dan menyebabkan komplikasi yang luas. Umumnya penyebaran bakteri
merusak struktur sekitar telinga dan telinga tengah itu sendiri. Komplikasi
intratemporal yaitu mastoiditis, labirintis, petrositis, paralisis n. facialis; dan
ekstratemporal meliputi komplikasi intrakranial (abses subperiosteal, abses
bezold’s) dan intrakranial (meningitis, abses otak, sinus trombosis).1
Gambar 3. Mastoiditis akut
Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan
osteoitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid.
Oleh karena itu istilah mastoiditis coalescent digunakan. Mastoiditis coalescent
pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan menyebabkan
komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat, baik dengan
mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan resolusi spontan
atau mengalir ke permukaan mastoid secara tidak wajar, apeks petrosus, atau
ruang intrakranial. Tulang temporal lain atau struktur didekatnya seperti nervus
fasiais, labirin, sinus venosus dapat terlibat. Mastoidtis dapat berlangsung dalam 5
tahapan :
Tahap 1 : hiperemia dari lapisan mukosa sel udara mastoid
Tahap 2 : trasudasi dan eksudasi cairan dan atau nanah dalam sel-
sel
Tahap 3 : nekrosis tulang yang disebabkan hilangnya vaskularitas
septa
Tahap 4 : hilangnya dinding sel dengan proses peleburan
(coalescence) menjadi rongga abses
Tahap 5 : proses inflamasi berlanjut ke struktur yang berdekatan.
F. Diagnosis
Penegakan diagnosis otitis media ini didasarkan atas pemeriksaan klinis
(anamnesis dan pemeriksaan otologik) serta untuk mengetahui ada tidaknya
komplikasi melalui pemeriksaan radiologik (foto polos, CT scan, dan MRI
mastoid). Imaging yang terbaik untuk menilai penyakit kronik telinga tengah
dan tulang temporal (mastoid) termasuk kolesteatom adalah CT scan karena
memperlihatkan destruksi tulang.2
Radiologi konvensional os temporal masih banyak digunakan di daerah
ataum tempat dimana tidak terdapat CT scan dan MRI. Radiografi
konvensional digunakan dalam skrinning tulang temporal dan menentukan
status pneumatisasi dari mastoid dan petrous piramid. Metode ini
memungkinkan digunakan untuk lesi besar yang meluas ke tulang temporal.
Proyeksi standar os temporal meliputi proyeksi Schuller, Runstrom, Stenvers,
transorbital, submentovertikal, Law, Mayer, Towne, Chausse III. Semua
proyeksi tersebut dulu masi digunakan namun saat ini yang terbanyak
digunakan untuk kepentingan klinik adalah lateral atau Schuller dan obliq
atau Stenvers.3
Diagnosa mastoiditis akut dimulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Diagnosa biasa ditegakkan berdasarkan kondisi klinis tanpa pemeriksaan
radiologis. Foto polos akan menunjukkan perselubungan pada mastoid atau
koalesen pada air cells mastoid (rusaknya struktur septum tulang yang tipis
akibat peningkatan tekanan dan iskemia). Perselubungan pada mastoid
bukanlah suatu tanda patognomonis untuk mastoiditis, karena gambaran ini
juga ditemukan pada 50% penderita dengan OMA tanpa komplikasi.
Meskipun gambaran koalesen pada mastoid pada pemeriksaan radiologi
memiliki nilai diagnostik, gambaran ini hanya ditemukan pada sejumlah kecil
penderita. Bahkan pada beberapa kasus, dilaporkan gambaran radiolodi
normal pada penderita mastoiditis akut dan mastoiditis dengan komplikasi.
G. Gambaran radiologik mastoiditis
Pemeriksaan konvensional pada tulang temporal dapat menilai
pneumatisasi dan piramid tulang petrosus sehingga mampu menilai lebih
jauh besar dan luas nya suatu lesi dari tulang temporal atau struktur
sekitarnya. Ada tiga proyeksi yang lazim digunakan untuk menilai tulang
temporal yaitu:
1. Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, proyeksi foto
dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan
berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30o cephalo-cauda.
Gambar 4 . Posisi Schuller
Gambar 5 . Mastoid normal posisi schuller
Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi
dapat tampak lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar
tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan
sinus lateralis.
2. Posisi Owen
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral mastoid dan proyeksi dibuat
dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan lalu wajah diputar 30o
menjauhi film dan berkas sinar x ditujukan dengan sudut 30-40o cephalo-
cauda. Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis
auditorius eksternus, epitimpanikum, tulang pendengaran dan sel udara
mastoid.
Gambar 6. Foto radiografi polos posisi owen
3. Posisi Chausse III
Posisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah,
proyeksi dibuat dengan oksiput terletak diatas meja pemeriksaan lalu dagu
ditekuk kearah dada kepala diputar 10-15o kearah sisi berlawanan dari
telinga yang akan diperiksa.
Posisi ini merupakan tambahan setelah pemeriksaan lateral mastoid,
dimana dapat menilai lebih baik keadaan telinga tengan terutama pada otitis
media supuratif kronik dan kolesteatom.
Gambar 6. Foto radiografi polos posisi Chause III
Mastoiditis akut
Gambaran dini mastoiditis akut pada radiologis adalah adanya
perselubungan di ruang telinga tengah dan sel-sel mastoid, pada masa
permulaan infeksi biasanya struktur trabekula dan sel udara mastoid masih
utuh. Bersamaan progresifitas infeksi maka akan terjadi demineralisasi
diikuti destruksi trabekula, Biasanya pada mastoiditis akut tidak terjadi pada
mastoid yang acellulair.
Gambar 7. Mastoiditis akut posisi schuller
Gambar 9. Mastoiditis akut pada posisi schuller nampak perselubungan difus serta sedikit
destruksi trabekula posterior
Mastoiditis kronik
Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan
yang tidak homogen didaerah antrum mastoid dan sel-sel mastoid dan
berkurangnya jumlah sel udara, struktur trabekula yang tersisa tampak
menebal. Pada keadaan lanjut tampak obliterasi sel udara mastoid dan
mastoid tampak sklerotik, lumen antrum mastoid dan sisa sel udara mastoid
terisi jaringan granulasi sehingga pada foto akan terlihat berbagai
perselubungan.
Kronik :
Sklerosis dari mastoid air cells
Merupakan komplikasi dari abses dan sekuester dengan sklerosis
dari mastoid. Abses dinding berbatas tegas
Dapat menyebabkan ekstradural dan intracerebral sepsis
Gambar 10 . Mastoiditis kronik posisi schuller
Gambar 11. Mastoiditis kronik
Gambar 12. mastoiditis kronik dengan posis foto Schuller nampak perselubungan tidak homogen
dan penebalan trabekulasi
Tabel 1. Deskripsi pada pemeriksaan radiologik mastoid
Observation Description
Pneumatic Air cells cover mastoid
Air cells seen beyond dural and sinus plates
Moderate Air cells cover mastoid
Air cells not seen beyond dural and sinus plates
Sclerotic Absence of air cells
Whole antrum appears small in size
Marked radiopacity
Can be seen in individuals sufferingg from
chronic otitis media as well as in normal individuals
Radiolucent mastoid Single radiolucent shadow is seen. It can be
present in sclerotic as well as normal mastoid
Differential diagnosis:
Cholesteatoma
Operated mastoidectomy
Large antral cell
Large peri-antral cell
Malignancy
Chronic mastoiditis with granulations
Eosinophilic granuloma
Tuberculosis
Multiple myeloma
Skull metastases from kidney, bronchus,
breast etc.
H. Gambaran CT-Scan mastoiditis
Computed Tomograpghy (CT) dapat berperan dalam penegakan diagnosa
mastoidtis, terutama jika terjadi komplikasi intrakranial atau pada pasien yang
diduga menderita mastoiditis terselubung. Gambaran yang dapat ditemui pada
CT-scan antara lain :
1. Rusak atau kaburnya outline mastoid
2. Berkurang atau menghilangnya ketajaman septum tulang yang
semakin memperluas air cells. Terkadang lesi litik pada tulang
temporal dan abses jaringan lunak juga dapat terlihat.perselubungan di
daerah yang secara normal mengalami pneumatisasi (yang juga terlihat
pada OMA tanpa komplikasi) tidak memiliki nilai diagnostik.
Gambaran destruksi tulang akan tampak secara radiograf bila
demineralisasi tulang mencapai 30-50%.
Jika pada CT scan hanya nampak perselubungan, maka bone scan dengan
technetium 99 akan sangat bermanfaat karena metode ini sensitif terhadap
perubahan osteolitik.
Dengan CT scan bisa dilihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus
mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan
melebar.
Jika terjadi komplikasi intrakranial pada daerah fossa kranii posterior atau
media maka pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan terpilih untuk
mendeteksi hal tersebut yakni dapat ditemuinnya defek tulang dengan lesi
intrakranial.
CT Scan pada tulang temporal merupakan standar pada pemeriksaan
mastoiditis. Sensitivitas CT scan pada mastoiditis adalah 87-100%. CT scan
menggambarkan dimanapun di intrakranial Komplikasi atau perluasan. Bukti dari
mastoiditis adalah gambaran destruksi mastoid dan kehilangan ketajaman sel
udara mastoid.
Plain radiografi kurang dapat dipercaya dan penemuan gejala klini sering
terlambat. Pada daerah yang tidak memiliki CT Scan, plain radiografi
menggambarkan destruksi sel udara tulang yang berkabut pada acute mastoiditis.
Pada kebanyakan kasus, radiografi cukup kuat menegakkan diagnosis namnu
kurang sensitif dalam membedakan staging dari penyakit dan tidak bisa
membedakan detail-detailnya.
Temuan lainnya yang digunakan untuk membedakan acute otitis media dan acute
mastoiditis tanpa osteoitis dan chronic mastoiditis :
Tampak gambaran berawan atau berkabut dari sel udara mastoid dan
telinga tengah. Ini disebabkan oleh inflamasi pembengkakan mukosa dan
terkumpulnya cairan.
Kehilangan ketajaman atau visibility dari sel mastoid karena
demineralisasi, atrofi, atau nekrosis dari tulang septa.
Kekaburan atau distorsi dari mastoid, kemungkinan dengan defek yang
tampak dari segmen atau korteks mastoid
Peningkatan dari pembentukan area abses
Peningkatan periosteum karena proses mastoid atau fossa kranial posterior
Aktivitas osteoblastik pada mastoiditis kronik
Gambar 13. CT scan mastoiditis akut
Pada otitis media kronik maupun kolesteatom sering ditemukan
pneumatisasi yang buruk pada mastoid. Hal penting yang dapat digunakan untuk
membedakannya adalah kondisi erosi tulang. Erosi tulang pada dinding lateral
epitimpanium dan ossicular sering ditemukan pada kolesteatoma (75%). Erosi
juga dapat ditemukan pada passien otitis media kronik, namun hanya 10%nya.
Displacement dari ossicular chain dapat ditemukan pada cholestetoma, namun
tidak pada otitis media kronik. Pada otitis media kronik ditemukan penebalan
lapisan mukosa.
Gambar 14. axial CT menggambarkan kuantitas tulang pada telinga kanan yang terbatas
Gambar 15. Mastoiditis akut
Gambar 16. Mastoiditis dengan sigmoid sinus trombosis
Gambar 17. Kiri : Gambaran CT scan mastoid laki laki dengan pneumatisasi normal pada mastoid
dengan aerasi sel. Kanan : gambaran sklerotik total mastoid. Tidak tampak air cells.
Gambar 18. Gambaran CT scan laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan retraksi membran dan otorea telinga kiri. Gambaran CT scan memperlihatkan gambaran erosi dari proces incus dan
stapedius. Semua temuan ini mengarahkan ke colesteatoma, namun pada saat opertatif temuannya adalah mastoiditis kronik, tidak didapatkan kolesteatom. Pasien dengan mastoidtis kronik sejumlah
kecil memperlihatkan erosi tulang.
Gambar 19. Potongan CT scan koronal dari pasien mastoiditis kronik pada gambar 9, tampak blunt scutum (ditunjukkan dengan panah)
Gambar 20. Axial (a) dan coronal (b) CT scan mastoid. Pada mastoid kanan nampak air cells dengan aerasi baik dan septa penulangan dapat terlihat dengan jelas dibandingkan dengan mastoid kiri yang tamapak opasitas. Pada mastoid kiri terlihat hilangnya septa dari tulang mastoid dan juga
erosi pada dinding kortikal ke dalam fossa krania media. Didapati pula soft tissue swelling sepanjang prosesus mastoideus.
Gambar 21. Axial (a) soft tissue window dan axial (b) bone window dari kepala. Sejumlah cairan dengan peningkatan densitas terlihat di kanan mastoid, menandakan abses subperiosteal. Pada
bone window didapatkan opasitas dari air cells bilateral sering dijumpai pada anak-anak. Tampak resopsi septa tulang pada kanan dkorteks luar mastoid. Tulang mengalami erosi dan membentuk
abses superficial.
Gambar 22. CT scan kepala dan leher dengan penambahan kontras memberikan gambaran sebuah abses Bezold’s luas diantara jaringan lunak di bagian leher dekat sternocleidomastoid. Abses ini
terbentuk dari mastoiditis akut yang mengalam erosi pada mastoid tip.
Gambar 23 CT scan dengan penambahan kontras pada pasien anak laki-laki yang diduga mastoiditis. Hasil temuan mastoiditis dan trombosis sinus venosus dural.
Gambar 24. CT scan kontras dengan potongan anak laki-laki dengan mastoiditis kanan. Tampak tulang temporal kanan sebuah fokus dari abnormal enhancement dengan sedikit low attenuation
consistent dan edema.
Gambar 25. CT scan laki-laki dengan mastoiditis kanandan delirium. Sebuah low attenution area terlihat pada kanan lobus temporal mengandung a fleck gas(a). Potongan MRI setinggi axial T2 dilakukan 3 hari kemudian menemukan bahwa abses gas-containing pada lobus temporal kanan
yang berhubungan dengan air cells mastoid, tampak lebih besar dan meluas ke temporal horn dari ventrikel lateral kanan.gas telah digantikan dengan cairan CSF dari ventrikel, CSF mengalir dari
ventrikel ke mastoid melalui abses (b). MRI potongan coronal setinggi T1 memberikan gambaran abses yang mengandung gas. CSF pada ventrikel lateral hampir digantikan oleha gas. Pasien ini
immunocompromised dan sedikit respon terhadap infeksi. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa kurangnya subependymal enhancement (c).
I. Gambaran MRI Mastoiditis
Magnetic Resonance Imaging (MRI) sering digunakan pada pasien
dengan gejala klinis atau penemuan CT mengarah ke komplikasi
intrakranial. MRI tidak rutin digunakan untuk evaluasi mastoid.
MRI adalah standar untuk mengevaluasi jaringan lunak yang
berdampingan, lebih spesifik, intracranial struktur dan untuk medeteksi
cairan yang terkumpul ekstra axial dan yang berhubungan dengan masalah
vaskular. MRI membantu dalam merencanakan pengobatan operasi yang
efektif.
MRI lebih sensitif dari radiografi konvensional, tetapi kurang
sensitif dinadingkan dengan CT scan resolusi tinggi karena keterbatasan
MRI dalam mengambbarkan tulang.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dianjurkan dengan kecurigaan
trombosis vaskular sebagai salah satu komplikasi dari mastoiditis. Lateral
venous sinus trombosis sering dikaitkan dengan mastoiditis. Namun pda
beberapa kasus lateral sinus trombosis ipsilateral, tidak didapatkan
mastoiditis. Sebuah penelitian pada Auckland Hospital melaporkan dari 23
kasus lateral sinus trombosis, kelainan ini tidak ditemukan adanya
hubungan klinis antara lateral sinus trombosis dengan mastoiditis
(p<0.001)5.
gambar 26. nampak sebuah abses perisinus epidural pada MRI anak dengan mastoiditis akut yang tidak terlihat pada CT scan.
1. Probst, R, Grevers, G., and Iro, H. 2006. Basic Otorhinolaryngology A
Step-by-Step Learning Guide. Thieme : New York
2. Haiat, S.W. 2011. Acquired Temporal Bone Cholesteatoma Imaging.
Medical University : Texas
3. Valvassori, G.E, Mafee, M.F, and Carter, BL. 1995. Imaging of the
Head and Neck. Thieme : New York
4. Minks, DP., Porte M., Jenkins N. 2013. Acute Mastoiditis A role of
Radiology. In Elsevier Clinical Radiology : volume 68, issue 4, pages
397-405.
5. John NF, and David LM. 2000. Lateral Sinus Thrombosis associated
with MRI abnormalities with the Mastoid Air Sinus. J-AHA Stroke ;
32;347a.