Referat Pneumoperitoneum
-
Upload
dita-azzahra-suprapto -
Category
Documents
-
view
364 -
download
47
Transcript of Referat Pneumoperitoneum
Referat
PNEUMOPERITONEUM
Oleh :
Nurul Syafiqah 06120046
Dilla Amilia 0810312111
Mohd Nor Faisal 0810314270
Justin Darren 0810314259
Pembimbing :
Dr. Sylvia Rahman, Sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI DAN KEDOKTERAN NUKLIR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas taufiq
dan hidayah-Nya pula sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul ”
Pneumoperitoneum” . Referat ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik pada Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Dr. Sylvia Rahman, Sp.Rad selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan referat ini.
Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan ke depan. Semoga referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
2
Padang, 11 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................. 1
I.2 Batasan Masalah.............................................................................. 1
I.3 Tujuan Penulisan............................................................................. 2
I.4 Metode Penulisan............................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi .......................................................................................... 3
2.2. Anatomi ......................................................................................... 3
2.3. Etiologi.......................................................................................... 5
2.4. Manifestasi Klinis.......................................................................... 6
2.5. Diagnosis ....................................................................................... 7
2.6. Pencitraan........................................................................................ 10
2.6.1 Gambaran Foto Polos Radiologi .............................................
2.6.2 CT-Scan
2.6.3 MRI
3
2.6.4 USG
2.7. Tatalaksana dan Prognosis ............................................................ 11
2.8 Diagnosis Banding........................................................................ 11
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 28
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: gambaran pneumoperitoneum dengan plain film
Gambar 2. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus
(LLD)
Gambar 3. Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dinding abdomen
dengan hepar dan cairan bebas di rongga peritoneum
Gambar 4. Gambaran linier (anterior subhepatic space air )
Gambar 5. Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran triangular )
Gambar 6. Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar
Gambar 7. Football sign
Gambar 8. Rigler sign
Gambar 9. Gambaran urachus
Gambar 10. Telltale triangle sign
Gambar 11. The Sign Cupola
Gambar 12. Cupola sign dan gambaran udara pada sakus lesser
Gambar 13. Udara bebas pada CT abdomen,
Gambar 14. Udara bebas pada CT scan.
Gambar 15. Pneumoperitoneum pada USG
5
Gambar 16. Chilaiditi sindrom
Gambar 17. Subphrenic abses
Gambar 18. Linear atelektasis di dasar paru-paru
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penyebab pneumoperitoneum
6
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam kavum
peritoneum. Hal ini bisa disebabkan perforasi organ berongga abdomen akibat trauma tumpul
abdomen. Pencitraan radiologi yang digunakan untuk mendeteksi pneumoperitoneum
meliputi foto polos abdomen, USG, MRI, CT scan yang dapat juga dilakukan dengan kontras.
Foto polos abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi
viskus abdomen. Gambaran radiologi foto polos tergantung posisi, di mana posisi terbaik
adalah posisi lateral dekubitus kiri yang menunjukkan gambaran radiolusen antara batas
lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.1
Pemeriksaan CT Scan merupakan kriteria standar pencitraan pneumoperitoneum,
namun mahal. Pada pencitraan MRI pneumoperitoneum terlihat sebagai area dengan
intensitas rendah pada semua potongan gambar. Pada pencitraan USG pneumoperitoneum
tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal
ring down. USG tidak dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitive untuk menyingkirkan
pneumoperitoneum. 1
1.2. Batasan Masalah
Referat ini akan membahas tentang Pneumoperitoneum khususnya dari segi gambaran
radiologis.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang Pneumoperitoneum dari definisi, etiologi, manifestasi klinis, penegakan
diagnosa, dan pengobatannya.
7
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran radiologis pada Pneumoperitoneum
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan referat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literatur.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang
biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil. Namun, setiap viskus berlubang dapat
menyebabkan terjadinya pneumoperitoneum. Penyebab paling umum dari pneumoperitoneum
adalah perforasi saluran pencernaan yaitu lebih dari 90%. Perforasi dari lambung atau
duodenum yang disebabkan oleh ulkus peptikum dianggap penyebab paling umum dari
pneumoperitoneum. Pneumoperitoneum juga dapat diakibatkan karena pecahnya divertikular
atau trauma abdomen. Ini biasanya muncul dengan tanda-tanda dan gejala peritonitis, dan
adanya gas subphrenic dalam radiograf dada tegak adalah temuan radiologis yang paling
umum. Dalam kebanyakan kasus, pneumoperitoneum memerlukan eksplorasi bedah
mendesak dan intervensi dengan segera. 1,3
Gambaran radiologi dari pneumoperitoneum penting karena kadang kadang jumlah
udara bebas dalam rongga peritoneal yang sedikit sering terlewatkan dan bisa menyebabkan
kematian.2
Cara terbaik untuk mendiagnosis udara bebas adalah dengan cara pencitraan radiograf
dada tegak. Udara akan terlihat tepat di bawah hemidiaphragma, sela antara diafragma dan
hati. Jika sebuah ereksi film tidak dapat dilakukan, maka pasien ditempatkan di sisi kanan
posisi dekubitus dan udara dapat dilihat sela antara hati dan dinding perut. Radiografi polos,
jika benar dilakukan, dapat mendiagnosa jumlah yang sangat kecil dari udara bebas.
Computed tomography bahkan lebih sensitif dalam diagnosis pneumoperitoneum. CT
dianggap sebagai standar kriteria dalam penilaian pneumoperitoneum. CT dapat
memvisualisasikan jumlah sekecil 5 cm³ udara atau gas. 3
9
Gambar 1: gambaran pneumoperitoneum dengan plain film
Sumber gambar dari http://www.rad.msu.edu/education/courseInfo/chm_Domain/digestive/plain/
pneumope.htm
2.2 Anatomi Rongga Peritoneum
Rongga peritoneum besar tetapi dibagi ke beberapa kompartemen Dinding perut
mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks 6
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial. Pada
permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu coelom. Di antara
kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding enteron. Enteron didaerah
abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus saling mendekat,
sehingga mesoderm tersebut kemudian menjadi peritonium. 5
Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu: 5
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa).
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.
Pada tempat-tempat peritoneum viscerale dan mesenterium dorsale mendekati
peritoneum dorsale, terjadi perlekatan. Tetapi, tidak semua tempat terjadi perlekatan. Akibat
10
perlekatan ini, ada bagian-bagian usus yang tidak mempunyai alat-alat penggantung lagi, dan
sekarang terletak disebelah dorsal peritonium sehingga disebut retroperitoneal. Bagian-bagian
yang masih mempunyai alat penggantung terletak di dalam rongga yang dindingnya dibentuk
oleh peritoneum parietale, disebut terletak intraperitoneal. Rongga tersebut disebut cavum
peritonei dengan demikian: 5
1. Duodenum terletak retroperitoneal;
2. Jejenum dan ileum terletak intraperitoneal dengan alat penggantung mesenterium;
3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal;
4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat penggantung disebut
mesocolon transversum;
5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung mesosigmoideum;
cecum terletak intraperitoneal;
6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal dengan alat penggantung mesenterium.
2.3 Etiologi Pneumoperitoneum
Ada banyak penyebab untuk pneumoperitoneum dan bervariasi tergantung pada usia.
Pada neonatus, penyebab yang paling mungkin adalah perforasi lambung sekunder
enterocolitis necrotizing atau obstruksi usus.. Selain itu, mungkin ada penyebab iatrogenik,
seperti perforasi dari tabung nasogastrik atau dari ventilasi mekanis.7,8
Pada bayi yang lebih tua dan anak-anak, penyebabnya banyak dan mungkin
termasuk: trauma tumpul dengan pecahnya viskus berongga, trauma penetrasi, perforasi
saluran pencernaan (dari ulkus lambung atau duodenum, ulkus stres, kolitis ulserativa dengan
megakolon toksik, Crohns penyakit, obstruksi usus), pengobatan steroid, infeksi pada
peritoneum dengan organisme gas membentuk atau pecahnya abses, atau mungkin karena
masalah dada seperti pneumomediastinum.8
11
Penyebab utama terjadinya pneumoperitoneum adalah: 2,4
1. Ruptur viskus berongga (yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing enterocolitis,
megakolon toksik, penyakit usus inflamasi)
2. Faktor iatrogenik (yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen, perforasi
endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis)
3. Infeksi rongga peritoneum dengan organisme membentuk gas dan atau pecahnya
abses yang berdekatan
4. Pneumatosis intestinalis
Tabel1: Penyebab pneumoperitoneum 2,4
A.Pneumoperitoneum dengan peritonitis - Perforated viskus
- Necrotizing enterocolitis
- Infark usus
- Cedera perut
B.Pneumoperitoneum tanpa
peritonitis
1. Thoracic
- Ventilasi tekanan positif
- Pneumomediastinum/pneumotoraks
- Penyakit saluran napas obstruktif kronik
- Asma
2. Abdomen
- Pasca laparotomi
- Pneumatosis cystoides coli/ intestinalis
- Divertikulosis jejunum
- Endoskopi
- Paracentesis/peritoneal dialisis /
12
laparoskopi
- Transplantasi sumsum tulang
3. Female pelvis
-Instrumentasi
(mishysterosalpingography,Uji Rubin)
- Pemeriksaan panggul (esp. post-partum)
- Post-partum
- Oro-genital intercourse
- Vagina douching
- Senggama
2.4 Manifestasi Klinis.
Manifestasi klinis tergantung pada penyebab pneumoperitoneum. Penyebab yang
ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin mengalami nyeri perut samar
akibat perforasi viskus perut, tergantung pada perkembangan selanjutnya bisa berupa
peritonitis.. Tanda dan gejala berbagai penyebab perforasi peritoneum mungkin seperti kaku
perut, tidak ada bising usus, nyeri epigastrium atau jatuh pada kondisi shock yang parah. 9
2.5 Diagnosis
Temuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan perforasi dari viskus
berongga dan membutuhkan intervensi bedah dengan segera. Riwayat menyeluruh dan
pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam menegakkan diagnosa pneumoperitoneum.
Jadi operasi yang tidak perlu dapat dihindari. 10
13
2.6 Pencitraan
2.6.1 Gambaran Foto Polos Radiologis
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi abdomen. Paling tidak
diambil 2 radiografi, meliputi radiografi abdomen posisi supine dan foto dada posisi erect
atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat terdeteksi
pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit sebelum foto
diambil. 3,9,11
Gambar 2. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus (LLD)
Sumber gambar dari http://www.wikiradiography.com
Pada foto polos abdomen atau foto dada posisi tegak, terdapat gambaran udara
(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (semilunar shadow) diantara diafragma
kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien (rujuk gambar 4). Juga bisa tampak area lusen
bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar (rujuk gambar 6). Pada posisi lateral dekubitus
14
kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.
Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak triangular sign seperti segitiga (triangular) seperti
di gambar 5 yang kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara
cenderung bergerak ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan
dinding abdomen lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat
terlihat yang meliputi falciform ligament sign dan Rigler`s sign.3,11
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri,rujuk gambar 3 dimana udara
bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hati dan permukaan peritoneum dan dapat
digunakan untuk setiap pasien yang sangat sakit. 11
Gambar 3. Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dinding abdomen dengan hepar (white arrow). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (black arrow).
Sumber gambar http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum
15
Gambar 4. Gambaran linier (anterior subhepatic space air )
Sumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
Gambar 5. Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran triangular )
Sumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
Gambar 6. Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar
Sumber gambar dari http://emedicine.medscape.com
16
Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi pneumoperitoneum kecil dan
pneumoperitoneum dalam jumlah besar yang berkaitan dengan lebih dari 1000 ml udara
bebas. Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar antara lain:
1) Football sign, rujuk gambar 7 yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara
di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh
kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak seperti
bola sepak.2,3,11
Gambar 7. Football sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
17
2) Gas-relief sign, Rigler sign, dan double wall sign yang memvisualisasikan dinding
terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara normal
intralumen. 2,3,11
Gambar 8. Rigler sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada
foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur jaringan
lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara tampak
melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian bawah
abdomen yang berjalam dari kubah vesika urinaria ke arah kepala. Dasar urachus
tampak sedikit lebih tebal daripada apeks. 2,3,11
Gambar 9. Gambaran urachus
Sumber http://www.wikiradiography.com
18
4) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior
dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah pelvis sebagai akibat
pneumoperitoneum dalam jumlah banyak. 2,3,11
5) Telltale triangle sign menggambarkan daerah segitiga udara diantara 2 lingkaran
usus dengan dinding abdomen. 2,3,11
Gambar 10. Telltale triangle sign
Sumber http://www.wikiradiography.com
6) Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui prosesus
vaginalis yang paten). 2,3,11
7) The Sign Cupola mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral diafragma2,3,11
Gambar 11. The Sign Cupola
Sumber http://www.wikiradiography.com
19
8) Udara di dalam sakus lesser dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior
abdomen. 2,3,11
Gambar 12. cupola sign (white arrows) and a lesser sac gas sign (black arrows).
Sumber http://www.wikiradiography.com
9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat
terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum2,3,11
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih disebabkan
karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto polos abdomen
menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen.
Udara sesedikit 1 ml dapat dideteksi dengan foto polos, baik foto torak posisi berdiri atau foto
abdomen posisi left lateral decubitus. 3
Tidak jarang, pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami perforasi tidak
menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Diagnosis banding biasanya meliputi
kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus. Sebagai tambahan pemeriksaan, sekitar 50
ml kontras terlarut air diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi
berbaring miring ke kanan. 3
20
2.6.2 CT (Computed Tomography) Scan
CT merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum, yang lebih
sensitif dibanding foto polos abdomen. Namun, CT tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai
pneumoperitoneum dan lebih mahal dan memiliki efek radiasi yang besar. CT berguna untuk
mengidentifikasi bahkan sejumlah kecil udara intraluminal, terutama ketika temuan foto
polos abdomen tidak spesifik. CT kurang terpengaruh oleh posisi pasien dan teknik yang
digunakan. Namun, CT tidak selalu dapat menbedakan antara pneumoperitoneum yang
disebabkan oleh kondisi benigna atau kondisi lain yang membutuhkan operasi segera.
Pneumoperitoneum dengan udara di anterior kadang sulit dibedakan dengan udara pada usus
yang dilatasi. Sebagai tambahan, dengan CT sulit untuk melokalisasi perforasi, adanya udara
bebas pada peritoneum merupakan temuan nonspesifik. Hal ini dapat disebabkan oleh
perforasi usus, paska operasi, atau dialisis peritoneal. 3
Pada posisi supine, udara yang terletak di anterior dapat dibedakan dengan udara di
dalam usus. Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang bocor juga dapat diamati di dalam
peritoneum. Penyebab perforasi kadang dapat didiagnosis. 3
Pada CT dan radiologi konvensional, kontras oral digunakan untuk mengopasitaskan
lumen GIT dan memperlihatkan adanya kebocoran. Pemeriksaan kontras dapat mendeteksi
adanya kebocoran kontras melalui diniding usus yang mengalami perforasi; namun, dengan
adanya ulkus duodenum perforasi dengan cepat ditutupi oleh omentum sehingga bisa tidak
terjadi ekstravasasi kontras. 3,7
21
Gambar 13. Appearance of free air in CT abdomen,
Sumber http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio / pneumoperitoneum.htm
Gambar 14. Udara bebas pada CT scan.
Sumber http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio / pneumoperitoneum.htm
2.6.3 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pneumoperitoneum dapat terlihat sebagai area dengan intensitas rendah pada gambar
semua potongan. Pneumoperitoneum dapat secara tidak sengaja ditemukan dengan MRI,
karena MRI bukan modalitas pencitraan pertama. Adanya peristaltis usus dapat mengaburkan
dinding abdomen. 3
22
2.6.4 USG
Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan
ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring down. Pengumpulan udara terlokalisir
berkaitan dengan perforasi usus dapat dideteksi, terutama jika berdekatan dengan
abnormalitas lainnya, seperti penebalan dinding usus. Dibandingkan dengan foto polos
abdomen, ultrasonografi memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan lain, seperti cairan
bebas intraabdomen dan massa inflamasi. 3
USG tersedia hampir di semua center, lebih tidak mahal dibanding CT, dan bernilai
terutama pada pasien dimana radiasi menjadi masalah seperti pada anak-anak, wanita hamil,
dan usia reproduktif. Namun, US sangat tergantung pada kepandaian operator, dan terbatas
penggunaannya pada orang obesitas dan yang memiliki udara intra abdomen dalam jumlah
besar. USG tidak dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitif untuk menyingkirkan
pneumoperitoneum. 3
Gambaran yang dapat mengimitasi pneumoperitoneum meliputi bayangan sebuah
costa, artifak ring-down dari paru yang terisi udara, dan udara kolon anterior yang interposisi
terhadap liver. Udara di kuadran kanan atas dapat keliru dengan kolesistitis emfisematosa,
kalsifikasi mural, kalsifikasi vesika fellea, vesika fellea porselen, adenomiosis, udara di
dalam abses, tumor, udara bilier, atau udara di dalam vena porta. Udara intraperitoneal sering
sulit dideteksi daripada udara di lokasi abnormal karena udara intralumen di sekitar. Namun,
bahkan sejumlah kecil udara bebas dapat dideteksi secara anterior atau anterolateral diantara
dinding abdomen dan dekat liver, dimana lingkaran usus biasanya tidak ditemukan. Sulit
untuk membedakan udara ekstralumen dengan udara intramural atau intraluminal. 3
23
Gambar 15. Pneumoperitoneum pada USG
Sumber dari http://emedicine.medscape.com
2.7 Tatalaksana dan Prognosis
Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya. Ketika
seorang pasien memiliki pneumoperitoneum, langkah pertama dalam pengobatan
adalah mencari tahu mengapa, dalam rangka untuk mengembangkan pendekatan
pengobatan yang tepat. Ini mungkin membutuhkan tes diagnostik tambahan
bersama dengan wawancara pasien. Dalam beberapa kasus, pengobatan
konservatif adalah program yang paling masuk akal, dengan dokter menunggu dan
melihat pendekatan untuk melihat apakah tubuh pasien mampu menghilangkan
gas sendiri. Jika pneumoperitoneum adalah komplikasi dari infeksi, maka operasi
untuk memperbaiki masalah ini diperlukan secepat mungkin. Perforasi dan infeksi
dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan segera. 12.
2.8 Diferensial Diagnosis
Diagnosis banding Pneumoperitoneum 2
Syndrome Chilaiditi
Abscess Subphrenic
Linear atelectasis pada dasar paru
24
Chilaiditi sindrom
interposisi dari usus (biasanya hati lentur dari usus kolon / melintang) antara hepar dan
hemidiaphragm (kanan). 2,8
Gambar 16. Chilaiditi sindromSumber dari Abdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill Livingstone, Elsevier,
2006
Subphrenic abses
Abses Subphrenic dilokalisasi pengumpulan nanah, biasanya di bawah kanan atau kiri hemi-diaphragm.There adalah akumulasi cairan yang terinfeksi antara diafragma, hati dan limpa. 2,8
Gambar 17. Subphrenic absesSumber dari Abdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill Livingstone, Elsevier, 2006
Linear atelektasis di dasar paru-paru
Atelektasis adalah runtuhnya sebagian atau penutupan alveoli sehingga pertukaran
gas berkurang atau tidak ada. 2,8
Gambar 18. Linear atelektasis di dasar paru-paruSumber dari Abdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill Livingstone, Elsevier, 2006
25
BAB III
KESIMPULAN
Pneumoperitoneum adalah adanya udara bebas dalam ruang peritoneum yang
biasanya terkait dengan perforasi dari usus kecil.
Pneumoperitoneum dideteksi dengan pemeriksaan radiologis foto polos abdomen, CT
scan, MRI, dan ultrasonografi. Pada foto polos abdomen, pneumoperitoneum paling baik
terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang menunjukkan gambaran radiolusen antara
batas lateral kanan dari hati dan permukaan peritoneum. CT scan merupakan kriteria standar
untuk mendeteksi pneumoperitoneum, namun tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai
pneumoperitoneum dan lebih mahal serta memiliki efek radiasi yang besar. Dengan MRI,
pneumoperitoneum terlihat sebagai area dengan intensitas rendah pada gambar semua
potongan. Dengan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan
ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring down. Foto polos abdomen menjadi
pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus abdomen, walaupun
pencitraan standar adalah dengan CT scan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Breen ME, Dorfman M, Chan SB: Pneumoperitoneum without peritonitis: a case report.
Am J Emerg Med 2008, 26:841. e1-2
2. Abdominal X-rays made easy. 2nd edition, James D. Begg Churchill Livingstone,
Elsevier, 2006
3. http://emedicine.medscape.com Ali Nawaz Khan, MBBS, FRCS, FRCP, FRCR
Consultant Radiologist and Honorary Professor, North Manchester General Hospital
Pennine Acute NHS Trust, UK
4. Barry D. Daly,' J. Ashley Guthrie' and Neville F. Couse2 Departments of 'Radiology and
2Surgery, St James's University Hospital, Beckett Street,Leeds LS9 7TF, UK
5. Arif Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. (2000). Kapita selekta kedokteran
jilid 2 edisi ketiga (pp 240-252). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
6. Dan L. Longo, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, J. Larry
Jameson, Joseph Loscalzo, Eds. 2008. Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th
Edition. USA : The McGraw-Hill Companies.
7. http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Surgery/
pneumoperitoneum.htm
8. Dr Yuranga Weerakkody and Dr Jeremy Jones et al.
http://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum
9. Dr Phillip Silberberg. 2006. Pneumoperitoneum. Kosair Children's Hospital Hospital,
Radiologist, Kosair Children's Hospital, Kentucky, USA.
10. K. Derveaux, F Penninckx, department of abdominal surgery, Gasthuisberg university
clinics , catholic university leuven belgia, 2007
11. http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperitoneum
27
12. Journal of Medical Case Reports 2011, 5:86 doi:10.1186/1752-1947-5-86. 2011
Pitiakoudis et al; licensee BioMed Central Ltd
28