Referat inhalasi

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol melalui saluran nafas, baik saluran nafas atas dan bawah. Saluran nafas atas dimulai dari rongga hidung dengan sinus disekitarnya, laring, faring, dan proksimal trakea, sedangkan saluran nafas bawah dimulai dari bronkus, bronkioli sampai ke alveoli. Target sasaran ini termasuk mukosa dan ujung reseptor neuron di dalamnya. (Pradjnaparamita, 2008). Terapi inhalasi memegang peranan penting dalam pengobatan penyakit respiratorius yang akut dan kronik. Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat ke paru-paru untuk segera bekerja. Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran napas dapat dikurangi secara cepat (Djojodibroto, 2009). Obat yang diberikan dengan cara inhalasi ini mengalami absorpsi secara cepat karena permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di hati, dan pada penyakit paru-paru misalnya asma bronkial, obat dapat diberikan

description

terapi inhalasi

Transcript of Referat inhalasi

Page 1: Referat inhalasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk partikel

aerosol melalui saluran nafas, baik saluran nafas atas dan bawah. Saluran

nafas atas dimulai dari rongga hidung dengan sinus disekitarnya, laring,

faring, dan proksimal trakea, sedangkan saluran nafas bawah dimulai dari

bronkus, bronkioli sampai ke alveoli. Target sasaran ini termasuk mukosa

dan ujung reseptor neuron di dalamnya. (Pradjnaparamita, 2008).

Terapi inhalasi memegang peranan penting dalam pengobatan

penyakit respiratorius yang akut dan kronik. Terapi inhalasi dapat

menghantarkan obat ke paru-paru untuk segera bekerja. Penumpukan

mukus di dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran napas

dapat dikurangi secara cepat (Djojodibroto, 2009).

Obat yang diberikan dengan cara inhalasi ini mengalami absorpsi

secara cepat karena permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi

lintas pertama di hati, dan pada penyakit paru-paru misalnya asma

bronkial, obat dapat diberikan langsung pada bronkus. Keputusan untuk

menggunakan terapi inhalasi mungkin didasarkan pada gejala, temuan

fisik, dan hasil dari tes fungsi paru-paru (Supriyatno, 2010).

Jumlah obat yang perlu diberikan pada terapi inhalasi lebih sedikit

dibanding cara pemberian lainnya. Namun cara pemberian ini diperlukan

alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis,

dan sering mengiritasi epitel paru. (Pradjnaparamita, 2008).

Keuntungan terapi inhalasi adalah obat langsung menuju sasaran,

awitannya cepat, diperlukan dosis yang lebih rendah untuk mendapatkan

efek yang sama, dan harga untuk setiap dosis lebih murah, efek samping

obat minimal karena konsentrasi obat didalam rendah (Laube, 2014).

Page 2: Referat inhalasi

B. Rumusan Masalah

Dalam referat ini akan dibahas mengenai anatomi fisiologi saluran

nafas, definisi, manfaat, klasifikasi, indikasi, kontraindikasi, cara kerja,

cara pemakaian, dan efek samping terapi inhalasi.

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan referat ini adalah sebagai kajian keilmuan

dan pemahaman materi tentang terapi inhalasi secara lebih mandalam

dalam rangka menunjang kegiatan praktek di lapangan.

D. Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran tentang tatalaksana

penyakit pada sistem pernafasan, khususnya terapi inhalasi.

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit paru.

Page 3: Referat inhalasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan

Gambar 1 : Anatomi saluran pernafasan

Page 4: Referat inhalasi

Gambar 2 : Saluran pernafasan bagian bawah

Page 5: Referat inhalasi

Gambar 3 : Percabangan bronkus

Fungsi pernafasan yang utama adalah untuk mengambil oksigen

(O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon

dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Oleh

karena itu, baik anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi

ini. Secara anatomi, fungsi pernafasan ini dimulai dari hidung sampai ke

parenkim paru.

Secara fungsional saluran pernafasan dibagi atas bagian yang

berfungsi sebagai konduksi (penghantar gas) dan bagian yang berfungsi

sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara seakan-

akan bolak-balik diantara atmosfir jalan nafas. Oleh karena itu, bagian ini

Page 6: Referat inhalasi

seakan-akan tidak berfungsi, dan disebut dengan “dead space”. Akan

tetapi, fungsi tambahan dari konduksi, seperti proteksi dan pengaturan

kelembaban udara, justru dilaksanakan pada bagian ini. Adapun yang

termasuk dalam konduksi ialah rongga hidung, rongga mulut, faring,

laring, trakea, sinus bronkus dan bronkiolus non respiratorius.

Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang

sering disebut dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus

respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sokus alveolaris. Bila ditinjau

dari traktus respiratorius, maka yang berfungsi sebagai konduksi adalah

trakea, bronkus utama, bronkus lobaris, bronkus segmental, bronkus

subsegmental, bronkus terminalis, bronkiolus, dan bronkiolus

nonrespiratorius. Organ yang bertindak sebagai respirasi adalah bronkiolus

respiratorius, bronkiolus terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan

alveoli.

Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : bronkus utama sebagai percabangan

utama, bronkus lobaris sebagai percabangan kedua, bronkus segmental

sebagai percabangan ketiga, bronkus subsegmental sebagai percabangan

keempat, hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang

berperan sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan yang ketujuh

belas sampai ke sembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus

respiratorius dan percabangan yang kedua puluh sampai kedua puluh dua

yang merupakan percabangan duktus alveolaris dan sakus alveolaris

adalah percabangan terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi.

Secara rinci dapat dilihat pada gambar di atas.

Page 7: Referat inhalasi

B. Definisi Terapi Inhalasi

Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk partikel

aerosol melalui saluran napas. Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai

suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan perubahan-

perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah

yang normal, seperti dengan menggunakan respirator atau alat penghasil

aerosol.

C. Tujuan dan Sasaran Terapi Inhalasi

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan

absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka

penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang

membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping

sistemik yang ditimbulkannya.

Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme,

mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta

mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka

panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat,

terutama penggunaan kortikosteroid.

D. Indikasi Terapi Inhalasi

Dalam penanganan masalah respirasi, terapi inhalasi dapat

berfungsi sebagai :

Page 8: Referat inhalasi

- diagnostik

- terapi.

Sebagai alat diagnostik inhalasi digunakan pada :

- uji bronkodilator dengan beta2 agonis

- uji provokasi bronkus dengan metakolin

- induksi sputum dengan NaCl 3 %.

Penggunaan terapi inhalasi dalam masalah respirasi biasanya

ditujukan untuk :

- bronkodilatasi

- mukolitik

- antiinflamasi mukosa bronkus

- antibiotik mukosa bronkus dan alveolus

- anastesi lokal bronkus untuk tindakan bronkoskopi

E. Kontraindikasi Terapi Inhalasi

Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada

pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Terapi

1. Ukuran partikel. Partikel dengan ukuran 8 – 15 mikron dapat sampai

ke bronkus dan bronkiolus, sedangkan partikel dengan ukuran 2

mikron dapat sampai le alveolus. Akan tetapi partikel dengan ukuran

40 mikron hanya dapat sampai di bronkus utama. Partikel yang banyak

digunakan pada terapi aerosol adalah partikel yang berukuran antara 8

– 15 mikron.

2. Gravitasi (gaya berat). Semakin besar suatu partikel, maka akan

semakin cepat pula partikel tersebut menempel pada saluran

pernapasan. Akan tetapi keadaan ini juga tergantung pada viskositas

dari bahan pelarut yang dipakai.

3. Inersia. Inersia menyebabkan partikel didepositkan. Molekul air

mempunyai massa yang lebih besar daripada molekul gas di dalam

Page 9: Referat inhalasi

saluran pernapasan. Partikel yang ada di bronkus lebih mudah

bertabrakan daripada partikel yang ada di saluran pernapasan yang

besar. Semakin kecil diameter saluran pernapasan, maka akan semakin

besar pula pengaruh dari inersia gas.

4. Aktivitas kinetik. Keadaan ini dialami oleh partikel yang lebih kecil

dari 0,5 mikron. Semakin besar energi kinetik yang digunakan, maka

akan semakin besar kemungkinan terjadinya tabrakan di antara aerosol

dan akan semakin mudah terjadinya kolisi dan selain itu juga akan

semakin mudah partikel tersebut bergabung.

5. Sifat-sifat alamiah dari partikel. Sifat-sifat alamiah dari partikel

ditentukan oleh tonik (osmotik). Larutan yang hipotonik akan mudah

kehilangan air akibat dari penguapan. Aerosol elektrik yang dihasilkan

oleh ultrasonik nebulizer bermuatan lebih besar daripada mekanikal

nebulizer. Pada temperatur yang panas molekul-molekul akan

mempunyai ukuran yang lebih besar dan akan mudah jatuh.

6. Sifat-sifat dari pernapasan. Pada prinsifnya jumlah dari aerosol yang

berubah menjadi cairan ditentukan pula oleh volume tidal, frekuensi

pernapasan, kecepatan aliran inspirasi, dan apakah bernapas melalui

mulut atau hidung, dan juga memeriksa faal pernapasan pada

umumnya

G. Mekanisme Kerja Terapi Inhalasi

Obat dalam bentuk partikel aerosol yang dapat dibentuk dari cairan

( pada nebulizer ) atau partikel aerosol yang dimampatkan dengan gas

sebagai zat pembawa ( MDI = Meterred Doze Inhaler ) atau aerosol yang

berasal dari bubuk kering ( Dry Powder Inhalation = DPI ), akan mencapai

sasaran di saluran napas bersama proses respirasi sesuai dengan ukuran

partikel yang terbentuk dengan mekanisme hukum Brown yaitu impaksi,

sedimentasi dan difusi. Impaksi adalah membentur dan menempelnya

partikel obat pada mukosa bronkus yang terjadi karena pergerakan udara

Page 10: Referat inhalasi

melalui inspirasi dan ekspirasi, sedangkan sedimentasi adalah sampainya

partikel sampai pada mukosa bronkus karena mengikuti efek dari gravitasi.

Ukuran partikel berkisar antara 100 mikron sampai 0,01 mikron.

Penyebaran partikel obat akan tergantung kepada besaran mikronnya;

partikel dengan ukuran 5-10 mikron akan menempel pada orofaring, 2-5

mikron pada trakeobronkial sedangkan partikel <1 mikron akan keluar dari

saluran napas bersama proses ekspirasi (Gb.1).

H. Zat Pada Terapi Inhalasi

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya

adalah beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol

(Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat),

isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide),

triamnisolon (Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik seperti

atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan

seperti natrium kromolin (Intal).

Keuntungan dari aerosol ini baik diberikan secara aerosol maupun

dengan inhaler, adalah memberikan efek bronkodilator yang maksimal

yang lebih baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh

sistemiknya hampir tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah

merupakan cara yang paling optimal.

I. Macam Terapi Inhalasi

Sebagai obat berbentuk partikel dengan target sasaran di saluran

napas, terapi inhalasi obat dapat berupa:

- Metered Dose Inhaler ( MDI ) atau dapat disebut Inhalasi Dosis

Terukur (IDT)

MDI berbentuk tabung kecil yang digunakan dengan cara

disemprotkan. Diperlukan koordinasi antara semprot dan sedot bagi

penggunanya. Sulit dilakukan oleh anak-anak atau lanjut usia, atau mereka

yang mengalami gangguan neurologi. Dapat digunakan dengan alat bantu

Page 11: Referat inhalasi

berupa nebuhaler atau spacer; dengan alat bantu ini obat dapat dihirup

dengan lebih perlahan, sehingga lebih disukai pasien PPOK lanjut usia.

Pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik dapat digunakan

dengan konektor pada pipa inspirasi ( tergantung dengan jenis/merk

ventilator ).

Dalam keadaan tidak sesak napas berat MDI disemprotkan

bersamaan dengan inspirasi dalam, sangat diperlukan koordinasi yang baik

antara gerakan menyemprotkan obat dan inspirasi yang dalam.

Metered dose inhaler (MDI) atau inhaler dosis terukur merupakan

cara inhalasi yang memerlukan teknik inhalasi tertentu agar sejumlah dosis

obat mencapai saluran pernafasan. Pada inhaler ini bahan aktif obat

disuspensikan dalam kurang lebih 10 ml cairan pendorong (propelan) dan

yang biasa digunakan adalah kloroflurokarbon (chlorofluorocarbon =

CFC) pada tekanan tinggi. Akhir-akhir ini mulai dikembangkan

penggunaan bahan non-CFC yaitu hidrofluroalkana (HFA) yang tidak

merusak lapisan ozon. Propelan mempunyai tekanan uap tinggi sehingga

di dalam tabung (kanister) tetap berbentuk cairan. Bila kanister ditekan,

aerosol disemprotkan keluar dengan kecepatan tinggi yaitu 30 m/detik

dalam bentuk droplet dengan dosis tertentu melalui aktuator (lubang).

Dengan teknik inhalasi yang benar maka 80% aerosol akan mengendap di

mulut dan orofarings karena kecepatan yang tinggi dan ukurannya besar,

10% tetap berada dalam aktuator, dan hanya sekitar 10% aerosol yang

disemprotkan akan sampai ke dalam paru-paru.

Pada cara inhalasi ini diperlukan koordinasi antara penekanan

kanister dengan inspirasi napas. Untuk mendapatkan hasil optimal maka

pemakaian inhaler ini hendaklah dikerjakan sebagai berikut:

• terlebih dahulu kanister dikocok agar obat tetap homogen, lalu tutup

kanister dibuka

• inhaler dipegang tegak kemudian pasien melakukan ekspirasi maksimal

secara perlahan

Page 12: Referat inhalasi

• mulut kanister diletakkan diantara bibir, lalu bibir dirapatkan dan

dilakukan inspirasi perlahan sampai maksimal

• pada pertengahan inspirasi kanister ditekan agar obat keluar

• pasien menahan nafas 10 detik atau dengan menghitung 10 hitungan

pada inspirasi maksimal

• setelah 30 detik atau 1 menit prosedur yang sama diulang kembali

• setelah proses selesai, jangan lupa berkumur untuk mencegah efek

samping.

Langkah-langkah di atas harus dilaksanakan sebelum pasien

menggunakan obat asma jenis MDI. Langkah di atas sering tidak diikuti

sehingga pengobatan asma kurang efektif dan timbul efek samping yang

tidak diinginkan. Beberapa ahli mengidentifikasi beberapa kesalahan yang

sering dijumpai antara lain kurangnya koordinasi pada saat menekan

kanister dan saat menghisap, terlalu cepat inspirasi, tidak berhenti sesaat

setelah inspirasi, tidak mengocok kanister sebelum digunakan, dan terbalik

pemakaiannya. Kesalahan-kesalahan di atas umumnya dilakukan oleh

anak yang lebih muda, manula, wanita, dan penderita dengan sosial

ekonomi dan pendidikan yang rendah..

MDI dengan spacer

Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara aktuator

dengan mulut sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi

berkurang dan akan dihasilkan partikel berukuran kecil yang berpenetrasi

ke saluran pernafasan perifer. Hal ini merupakan kelebihan dari

penggunaan spacer karena mengurangi pengendapan di orofaring. Spacer

ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10- 20

cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Untuk

bayi dianjurkan menggunakan spacer volume kecil (babyhaler) agar

aerosol yang dihasilkan lebih mampat sehingga lebih banyak obat akan

terinhalasi pada setiap inspirasi. Beberapa alat dilengkapi dengan katup

satu arah yang akan terbuka saat inhalasi dan akan menutup pada saat

ekshalasi misalnya Nebuhaler (Astra), Volumatic (A&H).

Page 13: Referat inhalasi

Pengendapan di orofaring akan berkurang yaitu sekitar 5% dosis

yang diberikan bila digunakan spacer dengan katup satu arah. Pada spacer

tanpa katup satu arah, pengendapan di orofaring sekitar 8-60% dosis.

Dengan penggunaan spacer, deposit pada paru akan meningkat menjadi

20% dibandingkan tanpa spacer. Penggunaan spacer ini sangat

menguntungkan pada anak karena pada anak koordinasinya belum baik.

Dengan bantuan spacer, koordinasi pada saat menekan kanister dengan

saat penghisapan dapat dikurangi atau bahkan tidak memerlukan

koordinasi. Apabila spacer ini tidak tersedia maka sebagai penggantinya

bisa digunakan spacer sederhana yang murah dan mudah dibuat yaitu dari

plastic coffee cup yang dilubangi dasarnya untuk tempat aerosol. Cara ini

sudah terbukti bermanfaat hanya untuk bronkodilator dan belum

dibuktikan berguna untuk natrium kromoglikat dan steroid

Easyhaler

Easyhaler adalah inhaler serbuk multidosis yang merupakan

alternatif dari MDI. Komponennya terdiri dari plastik dan cincin stainless

steel dan mengandung serbuk untuk sekurang-kurangnya 200 dosis.

Masing-masing dosis obat dihitung secara akurat dengan cara menekan

puncak alat (overcap) yang akan memutari silinder (metering cylindric)

pada bagian bawah alat tersebut. Cekungan dosis berisi sejumlah obat

berhubungan langsung dengan mouth piece. Saluran udara ke arah

mouthpiece berbentuk corong dengan tujuan untuk mengoptimalkan

deposisi obat di saluran napas. Terdapat takaran dosis yang berguna untuk

memberi informasi kepada pasien mengenai sisa dosis obat. Pelindung

penutup berguna untuk mencegah kelembaban. Partikel obat yang halus

(<10 Ï) sulit untuk melayang jauh dan cenderung untuk menggumpal, oleh

karena itu zat aktif tersebut dicampur dengan sejumlah kecil laktosa yang

berperan sebagai pembawa. Pada easyhaler ukuran partikel laktosa cukup

besar untuk deposit di saluran napas bawah sehingga diharapkan akan

jatuh di orofaring. Keadaan ini mempunyai keuntungan untuk

Page 14: Referat inhalasi

memberitahukan pada penderita bahwa obatnya benar terhisap dengan rasa

manis di mulut.

- Dry Powder Inhalation ( DPI )

DPI dapat lebih mudah digunakan, karena tidak memerlukan

koordinasi yang cepat antara semprot dan sedot. Tetapi pengguna obat

jenis ini memerlukan kekuatan otot pipi, sehingga sulit pada pasien geriatri

karena kekuatan otot pipinya sudah berkurang.

Inhaler yang memuat multiple dosis yaitu yang dikenal dengan

diskhaler (8 dosis) dan turbuhaler. Beberapa tahun terakhir ini

diperkenalkan diskus (di Inggris dikenal dengan accuhaler) yang memuat

60 dosis dan dapat dipergunakan untuk 1bulan terapi. Inhaler jenis ini

tidak mengandung propelan sehingga mempunyai kelebihan dari MDI.

Penggunaan obat serbuk kering pada DPI memerlukan inspirasi yang

cukup kuat. Pada anak yang kecil hal ini sulit dilakukan mengingat

inspirasi kuat belum dapat dilakukan, sehingga deposisi obat pada saluran

pernafasan berkurang. Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat

serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi

dibandingkan dengan MDI. Dengan cara ini deposisi obat di dalam paru

lebih tinggi dan lebih konstan dibandingkan MDI sehingga dianjurkan

diberikan pada anak di atas 5 tahun. Cara DPI ini tidak memerlukan spacer

sebagai alat bantu sehingga mudah dibawa dan dimasukkan ke dalam saku.

Hal ini yang juga memudahkan pasien dan lebih praktis

- Nebulizer

Page 15: Referat inhalasi

Cairan yang dapat berbentuk solutio atau suspensi. Untuk dapat

menjadi partikel, bentuk cairan ini harus menggunakan alat bantu

nebuliser Nebuliser terdiri dari beberapa bagian yang terpisah, antara lain

generator aerosol, nebuliser, tempat obat cair dan alat hisapnya yang dapat

berupa masker, mouthpiece atau kanul ( kanul hidung, kanul trakeostomi ).

Generator aerosol adalah sumber tenaga yang diberikan kepada nebuliser

sehingga dapat mengubah cairan menjadi aerosol atau partikel halus

(Gb.2). Beberapa macam dasar cara kerja adalah kompresor, ultrasound

atau oksigen. Mekanisme kerja nebuliser sampai saat ini selalu

berkembang, secara teknologi disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan

obat, seperti misalnya untuk obat hipertensi pulmoner, atau insulin, dibuat

secara khusus hanya untuk obat tersebut.

Alat nebuliser dapat mengubah obat yang berbentuk larutan

menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari

udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam

prakteknya dikenal 2 jenis alat nebuliser yaitu ultrasonic nebuliser dan jet

nebuliser. Hasil pengobatan dengan nebuliser lebih banyak bergantung

pada jenis nebuliser yang digunakan. Terdapat nebuliser yang dapat

menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur

sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi

sehingga obat tidak banyak terbuang. Keuntungan terapi inhalasi

menggunakan nebuliser adalah tidak atau sedikit memerlukan koordinasi

pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat dapat

dicampur (misalnya salbutamol dan natrium kromoglikat).

Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan

sumber tenaga listrik dan relatif mahal.

Ultrasonic nebuliser

Alat ini menghasilkan aerosol melalui osilasi frekuensi tinggi

dari piezo-electric crystal yang berada dekat larutan dan cairan

memecah menjadi aerosol. Keuntungan jenis nebuliser ini adalah tidak

menimbulkan suara bising dan terus menerus dapat mengubah larutan

Page 16: Referat inhalasi

menjadi aerosol sedangkan kekurangannya alat ini mahal dan

memerlukan biaya perawatan lebih besar.

Jet nebuliser

Alat ini paling banyak digunakan banyak negara karena relatif

lebih murah daripada ultrasonic nebuliser. Dengan gas jet berkecepatan

tinggi yang berasal dari udara yang dipadatkan dalam silinder

ditiupkan melalui lubang kecil dan akan dihasilkan tekanan negatif

yang selanjutnya akan memecah larutan menjadi bentuk aerosol.

Aerosol yang terbentuk dihisap pasien melalui mouth piece atau

sungkup. Dengan mengisi suatu tempat pada nebuliser sebanyak 4 ml

maka dihasilkan partikel aerosol berukuran < 5 Ïm, sebanyak 60-80%

larutan nebulisasi akan terpakai dan lama nebulisasi dapat dibatasi.

Dengan cara yang optimal maka hanya 12% larutan akan terdeposit di

paru-paru. Bronkodilator yang diberikan dengan nebuliser memberikan

efek bronkodilatasi yang bermaknatanpa menimbulkan efek samping

Di samping itu harus diperhatikan pula mengenai kontinuitas

kerja alat nebuliser, karena ada yang menggunakan tombol pengatur

keluarnya aerosol, atau tanpa tombol pengatur sehingga aerosol keluar

terus menerus. Pada tipe kontinu banyak dosis obat dapat terbuang,

sedangkan yang menggunakan tombol pengatur produksi aerosol dapat

disesuaikan dengan pola napas pemakai. Ada pula tipe nebuliser

dengan klep di mouthpiecenya yang akan secara otomatis tertutup bila

pemakai tidak menarik napas, penggunaan obat juga menjadi efektif.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar nebuliser dapat

memberikan hasil yang maksimal :

- kekuatan kompresor 6-8 l/menit

- volume obat 2-5 ml

- partikel yang dihasilkan sebagian besar 2-5 mikron

- persentase partikel yang optimal > 50 %

- kekuatan inspirasi ( bila menggunakan ventilator harus

disesuaikan )

Page 17: Referat inhalasi

- lama pemberian 5-10 menit

Macam Alat Bantu Nebuliser

1. Masker

Digunakan pada pasien dengan kesadaran menurun. Tidak

memerlukan koordinasi inspirasi atau ekspirasi dari pasien. Hati hati pada

penggunaan kortikosteroid atau antikolinergik.

2. Mouthpiece

Obat yang terhirup akan lebih efektif. Diperlukan koordinasi

inspirasi dan ekspirasi yang baik. Berikan sambungan konektor di sisi

ekspirasi untuk mengurangi obat yang terbuang melalui ekspirasi.

Mouthpiece terbaru menggunakan klep untuk mengurangi obat yang

terbawa keluar saat ekspirasi.

3. Konektor ventilator

Beberapa konektor telah mempunyai saluran langsung; bila tidak

ada, dapat digunakan T konektor pada pipa inspirasi. Pada trakeostomi

diperlukan konektor khusus; dapat juga dengan T konektor biasa.

J. Manajemen Terapi Inhalasi

Jika digunakan untuk pengobatan perlu diperhatikan beberapa hal

agar tercapai sasaran, terhindar dari efek samping dan nyaman bagi pasien,

misalnya :

tujuan pengobatan

problem atau simptom respirasi yang menonjol

kesadaran pasien

Kesadaraan pasien sangat penting untuk mendapatkan hasil terapi yang

maksimal; misal menggunakan masker; sedangkan pada penderita

yang kompos mentis dan kooperatif penggunaan mouthpiece akan

lebih efektif. Pada penggunaan nebuliser yang diskontinu, pengaturan

pemasukan obat dapat disesuaikan dengan waktu inspirasi pasien.

diagnosis kerja saat itu

Page 18: Referat inhalasi

Diagnosis problem respirasi yang dapat menggunakan terapi inhalasi

antara lain Asma, PPOK, Bronkiektasis, Fibrosis kistik, Gagal jantung

dengan hipereaktif bronkus, Stroke dengan retensi sputum, Pneumoni

aspirasi, Infeksi Pneumocystis carinii, Hipertensi pulmoner

lama penggunaan, jangka pendek atau jangka panjang

Dalam keadaan akut seperti pada Asma serangan akut, PPOK

eksaserbasi, Gagal jantung dengan hiperaktifitas bronkus

Pada penatalaksanaan jangka panjang seperti Asma persisten sedang

sampai berat, PPOK stabil, Bronkiektasis, Fibrosis kistik, Pencegahan

infeksi Pneumocystis carinii

bentuk obat dan alat bantu yang digunakan

Pemilihan bentuk obat dan alat bantu (MDI, DPI atau nebuliser) harus

disesuaikan dengan kemampuan koordinasi gerakan pasien.

Penggunaan di ruang gawat darurat lebih mudah dengan nebuliser.

Dalam penggunaan jangka panjang bentuk MDI atau DPI lebih mudah.

Nebuliser jet dapat digunakan untuk suspensi maupun solutio.

Nebuliser ultrasound hanya dapat digunakan untuk solutio.

Masker untuk wajah (facemask) sebaiknya tidak digunakan untuk

kortikosteroid atau antikolinergik untuk mencegah efek samping akibat

partikel obat yang tertinggal di kulit sekitar muka/wajah atau daerah

mata

jenis obat

Obat akan selalu disesuaikan dengan diagnosis atau kelainan saat itu.

Kortikosteroid digunakan sebagai anti inflamasi bukan bronkodilator

jadi tidak digunakan pada keadaan akut. Sebaliknya beta2agonis

merupakan bronkodilator yang digunakan pada keadaan akut; jika

bronkodilatasi sudah tercapai, fungsinya dapat saja berkurang sehingga

dapat timbul efek samping seperti tremor atau berdebar.

Tidak setiap obat berbentuk solutio dapat digunakan untuk terapi

inhalasi. Farmasi membuat khusus solutio untuk terapi inhalasi, antara

lain beta2agonis, kortikosteroid tertentu, NaCl, antibiotik tertentu.

Page 19: Referat inhalasi

Penggunaan obat secara kombinasi tidak dianjurkan kecuali diketahui

tidak timbul reaksi antar obat tersebut. Obat obatan yang telah tersedia

dalam kemasan terapi inhalasi antara lain beta2agonis misal

salbutamol, terbutalin, fenoterol,formoterol, salmeterol, antikolinergik

misal ipratroprium bromide, tiotropium, kortikosteroid misal

budesonide, fluticasone, antibiotik misal tobramycin, prostacyclin

Ruangan terapi inhalasi

tempat kerja, ruang gawat darurat, ICU dengan mesin bantu napas,

ruang rawat atau di rumah

Bila ditinjau dari tempat terapi inhalasi digunakan, dapat dibedakan

terapi inhalasi di ruang gawat darurat, terapi inhalasi di ICU, terapi

inhalasi di ruang rawat, terapi inhalasi di rumah atau perorangan.

Ruangan terapi inhalasi dilaksanakan dapat menggambarkan tujuan

terapi dan kondisi penderita, obat dan alat yang digunakan.

K. Keuntungan dan Kerugian Terapi inhalasi

Keuntungannya, dibandingkan dengan terapi oral (obat yang

diminum), terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ

targetnya, serta membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek

sampingnya ke organ lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan

Page 20: Referat inhalasi

masuk di saluran napas dan paru-paru, sedangkan 2-5% mungkin akan

mengendap di mulut dan tenggorokan. Bandingkan dengan obat oral.

Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke lambung, ginjal, atau

jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru.

Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar obat tidak

menyemprot kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita cukup bersikap

pasif dan ini jelas menguntungkan. Artinya, si kecil cuma perlu bernapas

saja dan tak mesti begini atau begitu. Kalaupun ia menangis, tak perlu

khawatir juga karena efeknya malah semakin bagus mengingat obatnya

kian terhirup.

Kerugiannya, jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan

obat yang di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem

pernafasan, hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan

gangguan pernafasan. Jadi pengguna pengobatan inhalasi akan terus

berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih

mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral.

L. Efek Samping Dan Komplikasi

Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat

menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan (bronkospasme).

Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi

nosokomial juga dapat terjadi.

Page 21: Referat inhalasi

BAB III

Kesimpulan

Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol

melalui saluran napas. Terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan

absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi

inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan

pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang

ditimbulkannya. Dalam penanganan masalah respirasi, terapi inhalasi dapat

berfungsi sebagai diagnostik dan terapi. Kontra indikasi mutlak pada terapi

inhalasi tidak ada. Indikasi relatif pada pasien dengan alergi terhadap bahan atau

obat yang digunakan. Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi

inhalasi diantaranya yaitu ukuran partikel, gaya gravitasi, inersia, aktivitas kinetik,

sifat-sifat alamiah dari partikel, dan sifat-sifat dari pernapasan. Terapi obat

inhalasi dapat berupa Metered Dose Inhaler ( MDI ), MDI dengan spacer,

Easyhaler, Dry Powder Inhalation ( DPI ), dan Nebulizer.

Jika digunakan untuk pengobatan perlu diperhatikan beberapa hal agar

tercapai sasaran, terhindar dari efek samping dan nyaman bagi pasien, misalnya

tujuan pengobatan, problem atau simptom respirasi yang menonjol, kesadaran

pasien, diagnosis kerja saat itu, lama penggunaan( jangka pendek atau jangka

panjang), bentuk obat dan alat bantu yang digunakan, jenis obat, dan tempat kerja,

ruang gawat darurat, ICU dengan mesin bantu napas, ruang rawat atau di rumah.

Keuntungan terapi inhalasi dibandingkan dengan terapi oral (obat yang

diminum), terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta

membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ

lainpun lebih sedikit. Kerugiannya, pengguna pengobatan inhalasi akan terus

berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal

dan bahkan mahal dari pada obat oral.

Page 22: Referat inhalasi

Efek samping dan komplikasi terapi inhalasi adalah jika aerosol diberikan

dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan penyempitan pada saluran

pernapasan (bronkospasme). Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada jalan

napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat terjadi.