Presentasi Kasus Tali Pusat menumbung obsgyn kepaniteraan referat
referat perbaikan obsgyn 26346329110gdbeugy
-
Upload
kaefana-eka-rahmelia -
Category
Documents
-
view
8 -
download
4
description
Transcript of referat perbaikan obsgyn 26346329110gdbeugy
TATA LAKSANA PERDARAHAN
1 Syok HipovolemikSyok akibat perdarahan terjadi melalui beberapa tahap.Pada awal
perjalanan perdarahan masif, terjadi penurunan tekanan rerata arteri, isi
sekuncup, curah jantung, tekanan vena sentral, dan tekanan baji kapilier
paru. Peningkatan perbedaan kadar oksigen arteriovena menunjukkan
peningkatan relatif ekstraksi oksigen jaringan meskipun konsumsi oksigen
keseluruhan menurun.
Aliran darah ke anyaman kapiler dalam berbagai organ
dikendalikan oleh arteriol, yang merupakan pembuluh penahan yang
dikendalikan secara parsial oleh sistem saraf pusat. Sedikitnya 70 persen
volume darah total terdapat dalam venula, yang merupakan pembuluh
dengan tahanan pasif yang dikendalikan oleh faktor humoral. Pelepasan
katekolamin selama perdarahan menyebabkan peningkatan generalisata
tonus vena, mengakibatkan autotransfusi dari reservoir kapasitansi
ini.Perubahan ini diikuti oleh peningkatan kompensatorik denyut jantung,
tahanan pembuluh darah sistemik dan pulmonal, serta kontraktilitas
miokardium.Selain itu, terjadi pendistribusian ulang curah jantung dan
volume darah melalui konstriksi arteriola selektif yang dikendalikan secara
sentral. Akibatnya, terjadi penurunan perfusi ke ginjal, anyaman splanknik,
kulit, dan uterus, tetapi aliran darah ke jantung, otak, kelenjar adrenal, dan
organ lain dengan fungsi autoregulasi tetap relatif terpelihara.
Yang biasanya tidak disadari adalah pentingnya pergeseran cairan
ekstrasel dan elektrolit dalam patofisiologi maupun keberhasilan tata
laksana syok hipovolemik. Hal ini melibatkan perubahan transpor selular
berbagai ion, yang menyebabkan masuknya natrium dan air ke otot
rangka serta keluarnya kalium intrasel ke cairan ekstraselular. Dengan
demikian, pergantian cairan ekstrasel merupakan komponen penting
dalam tata laksana syok hipovolemik.Angka ketahanan hidup berkurang
pada syok hemoragik bila hanya diberikan darah, dibandingkan dengan
darah ditambah larutan RL.
2. Resusitasi dan Tatalaksana Akutperdarahan masif pada wanita hamil, segera dicari penyebab
perdarahan dan mulai resusitasi.Jika wanita tersebut belum melahirkan,
penggantian volume darah penting untuk ibu dan janin, kemudian segera
disiapkan untuk persalinan darurat. Jika wanita ini post partum, penting
sekali untuk segera mengidentifikasi adanya atonia uteri, sisa plasenta,
atau laserasi traktus genitalia. Setidaknya satu atau dua infus intravena
berkaliber besar dipasang untuk memasukkan larutan kristaloid saat darah
dipersiapkan.Ruang operasi, tim operasi, dan anastesi dipersiapkan
segera. Management perdarahan secara spesifik bergantung etiologinya.
Contohnya perdarahan antepartum akibat plasenta previa akan ditangani
berbeda dengan atonia postpartum.
3. Resusitasi CairanUntuk menangani perdarahan berat dibutuhkan penggantian
kompartemen intravaskular menggunakan cairan kristaloid yang cepat
mencapai keseimbangan dengan ekstravaskuler namun dalam 1 jam
hanya 20% yang bertahan di vaskular, sehingga dibutuhkan 3 kali lipat
dari jumlah darah yang hilang selama awal resusitasi.
Terdapat perdebatan antara penggunaan kristaloid dan koloid.
Parel dan Roberts (2007) melakukan ulasan Cochrane terhadap resusitasi
pasien sakit kritis yang tidak hamil, mereka menemukan manfaat yang
setara pada kedua jenis cairan ini, tetapi koloid lebih mahal. Penelitian
Salin versus Albumin Evaluation (SAFE) juga memberi hasil yang sama,
sehingga merujuk pada pendapat Bonnar (2000) bahwa resusitasi cairan
dilakukan dengan keristaloid dan darah.
4. Penggantian DarahTerdapat perdebatan tentang pembahasan nilai hematokrit atau
kadar hemoglobin untuk memulai tranfusi darah. Berdasarkan Consensus
Development Conference (1988), curah jantung tidak menurun sampai
kadar hemoglobin dibawah 7 atau hematokrit sampai 20%volume. Pada
batas ini Society of Thoracic Surgeon (2011) merekomendasikan untuk
tranfusi darah. Juga Military Combat Trauma Unit di Iraw menggunakan
target hematokrit sampai 21% volum (Barbieri, 2007). Secara umum,
dengan perdarahan obstetrik, kami merekomendasikan transfusi darah
cepat saat hematokrit <25% volume. Keputusan ini bergantung fetus
sudah dilahirkan atau belum, ada tidaknya rencana operasi segera, atau
hipoksia akut, kolaps vaskuler, atau faktor-faktor lain.
Hebett dkk (1999) melaporkan hasil Canadian Critical Center Trials
Group yang kesimpulannya angka kematian dalam 30 hari pasien-pasien
kritis yang tidak hamil dengan hemoglobin dipertahankan diatas 7 dan 10-
12 g/dL serupa. Morison dkk, (1991) melaporkan bahwa tidak ada manfaat
pemberian tranfusi eritrosit pada perempuan dengan perdarahan pasca
partum dan berada dalam kondisi isovolemik tapi anemik dengan nilai
hematokrit antara 18-25% volume. Jadi, batas jumlah transfusi yang
diberikan kepada wanita untuk mencapai target hematokrit bergantung
pada masa tubuh dan perkiraan kehilangan darah lebih lanjut.