Case Report Obsgyn

40
BAB I PENDAHULUAN Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau terjadi secara spontan. 1,2 Menurut Arthur T. Evans dalam bukunya manual of obstetrics, definisi aborsi adalah pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran janin immature atau nonviable fetus dan usia janin kurang dari 20 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir ( HPHT ) atau berat badan janin kurang dari 500 g. 3 Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan

description

obgyn

Transcript of Case Report Obsgyn

Page 1: Case Report Obsgyn

BAB I

PENDAHULUAN

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat dibagi menjadi abortus spontan

dan abortus provokatus. Abortus spontan merupakan abortus yang berlangsung tanpa

tindakan atau terjadi secara spontan.1,2

Menurut Arthur T. Evans dalam bukunya manual of obstetrics, definisi aborsi

adalah pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran janin immature atau nonviable

fetus dan usia janin kurang dari 20 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir

( HPHT ) atau berat badan janin kurang dari 500 g.3

Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti

kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak

memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari

semua kehamilan. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi

lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi

komplikasi; juga karena abortus spontan hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak

memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang

terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan

sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena  kelainan pada kromosom.3,4

Dari 1.000 kejadian abortus, setengahnya merupakan blighted ovum dan 50-

60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom, abortus

juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti konsumsi

kafein selama kehamilan.1

Page 2: Case Report Obsgyn

BAB II

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Usia : 33 th

Alamat : Mahar Zein, Lr. Yada

Pekerjaan : PNS

Agama : islam

Pendidikan : D3

Tanggal masuk : 21 Januari 2015

No CM : 29/29/65

Nama suami : Tn. B

Usia : 38 th

Agama : Islam

Alamat : Mahar Zein, Lr. Yada

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : D3

B. Anamnesa

Diambil dari : auto anamnesa tanggal 21 Januari 2015 pukul 07.00

Keluhan utama : keluar cairan berupa flek

Keluhan tambahan : merasa mulas seperti ingin BAB.

Riwayat perjalanan penyakit

Ibu hamil datang dengan keluhan flek sejak kemarin malam, flek

berwarna coklat kehitaman, menggumpal tidak berbau, dan sedikit. Flek

muncul sedikit-sedikit mulai kehamilan 4 minggu, 6 minggu, dan saat ini

kehamilan 8 minggu. Mual, muntah dan pusing disangkal.

2

Page 3: Case Report Obsgyn

Riwayat haid

Menarche : 13 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lama haid : 7 hari tetapi 3 hari

Nyeri hadi : di sangkal

Keputihan : disangkal

HPHT : 17 November 2014

Taksiran lahir : 24 Agustus 2015

Usia Kehamilan : 8 minggu

Riwayat Perkawinan

Menikah sudah selama 8 tahun. Merupakan pernikahan pertama bagi

pasangan suami dan istri.

Riwayat Psikologis

Cemas dan depresi disangkal.

Riwayat Obstetri

Kehamilan Penolong

Persalinan

Tahun Usia

kehamilan

Jenis

Persalinan

Penyulit Anak KB

BB Laktasi

1 Dokter 2007 Aterm SC CPD 3500 2

tahun

Spiral

2 (Ab) 2010 8 minggu

3 Dokter 2011 Aterm SC CPD 3300 2

tahun

-

4 (Ab) 2015 8 minggu

3

Page 4: Case Report Obsgyn

Riwayat Kb

Pernah menggunakan KB spiral setelah kelahiran anak pertama.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat jantung : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat ISK : istri dan suami disangkal

Riwayat IMS : istri dan suami disangkal

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat kelelahan karena aktivitas : disangkal

Riwayat perjalanan jauh : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat jantung : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Pribadi

Riwayat merokok disangkal

Memelihara hewan seperti kucing, anjing dll disangkal.

Riwayat konsumsi alkohol disangkal.

Catatan Penting Selama Asuhan Antenatal

Pasien mengatakan baru melakukan 1 kali ANC di bidan selama kehamilan..

Selama kehamilan tekanan darah pasien dalam batas normal. Selama

kehamiln pasien mengkonsumsi vitamin, dan Fe dari bidan.

4

Page 5: Case Report Obsgyn

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :

KU/KES : TSS/CM

TV : TD: 110/70 mmHg, N : 84x/mnt, FP:20x, S: 37,3 C

Tinggi Badan : 155 cm

BB : 65 kg

Kesan gizi : baik

Mata : konjungtiva pucat-/-, sklera ikterik -/-

THT : dalam batas normal

Leher : KGB ttm, Tiroid ttm

Jantung : BJ I-II murni, murmur -, gallop –

Paru : SN vesikuler+/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : NT (+) pada kuadran bawah

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-) edema -/-

Status Ginekologi :

I : V/U tenang, perdarahan aktif pervaginam (+). Jaringan(-)

Io : Porsio livide, licin, ostium tertutup, , fluxus(+), fluor(-).

VT : Cavum uteri sedikit membesar, antefleksi, teraba jaringan

dalam cavum uteri, Nyeri goyang portio (-), massa/nyeri

adneksa (-), parametrium lemas, cavum douglas tidak

menonjol dan tidak nyeri, ostium uteri externa terbuka 1 cm.

D. Diagnosis Banding

1. Abortus Imminens

2. Abortus Insipiens

3. Abortus Inkomplit

E. Pemeriksaan Penunjang

5

Page 6: Case Report Obsgyn

Hb : 10,6 g/dl

Leukosit : 7600 md/dL

Trombosit : 182.000 mg/dL

Test Pack : Positif

USG : tampak abortus imminens

F. Diagnosa kerja

G4P2A2

Hamil 8 minggu dengan suspect abortus imminens

G. Penatalaksanaan

1. Nonmedikamentosa

- Istirahat berbaring.

2. Medikamentosa

Penanganan abortus imminen terdiri atas :

1. Pemberian hormon progesterone

2. Pemberian anti kontraksi rahim: Dulvadilan dalam RL

3. Pemberian analgesik ketoproven suppositoria

4. Pemberian misoprostol sebelum dilakukan tindakan kuretase

Evaluasi:

1. Jumlah dan lama perdarahan, monitoring kadar Hb

2. USG

H. Prognosis

Ad Vitam : bonam

Ad Sanam : dubia ad bonam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

6

Page 7: Case Report Obsgyn

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang

sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya

abortus dan menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas

abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja

dan tanpa menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus

adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun

dengan alat-alat.6

Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau

abortus therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus

yang terjadi adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan

yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan

secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.

Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:

a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)

dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan

hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.5

b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang

mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah

membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.5

7

Page 8: Case Report Obsgyn

c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil

konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.5

d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah

keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.5

e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal

dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil

konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu

atau lebih.5

f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus

tiga kali berturut-turut atau lebih.5

g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai

infeksi genital.5

h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat

dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah

atau peritonium.5

B. Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :

1. Faktor genetik

Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus.

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari

embrio.3Data ini berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester

pertama merupakan kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa

disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas

abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada

trimester pertama berupa trisomi autosom.3

Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi

fertilisasi ovum normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi

meningkat dengan bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi)

adalah penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma

8

Page 9: Case Report Obsgyn

Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya

bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain

seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat

dihubungkan dengan abortus absolut.3

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab

kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering

diturunkan oleh ibu memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria

berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor

lainnya yang bisa mengurangi peluang kehamilan.3

Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu

proses impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg

berakibat pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3

Gangguan genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos,

hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan

ikat yang bisa berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada

penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII

mengakibatkan abortus dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3

2. Faktor anatomi

Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik

terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan

anomali uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana

kelainan anatomik uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan

duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-

30%).3 Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan

infertilitas akibat dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.3

Sindroma Asherman bisa mengakibatkan abortus dengan mengganggu

tempat impalntasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.3

Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah

endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu, kelainan yang didapat

misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis

9

Page 10: Case Report Obsgyn

mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan

abortus.6

kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti

dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1 Pada

kelainan ini, dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu

gestasi 16-28 minggu.1 Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki

dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan

memperlihatkan gejala yang minimal.1 Apabila dilatasi mencapai 4 cm

atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran

amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1

faktor-faktor yang mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan

berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada

dietilstilbestrol, dan abnormalitas anatomi pada serviks.1

Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada

metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan

inkompeten namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan

untuk menilai anatomi segmen uterus bahagian bawah dan serviks untuk

melihat pendataran dan pemendekan abnormal serviks yang sesuai dengan

inkompeten serviks.1

3. Faktor endokrin

Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada

koordinasi sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian

langsung pada sistem humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan

gambaran hormon setelah konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat

penting dalam mengantisipasi abortus.3

Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi

pada trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan

malformasi janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3

kali lipat untuk abortus.3

10

Page 11: Case Report Obsgyn

Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas

endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah

diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7

minggu di mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk

menunjang kehamilan. Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu

akan berakibat abortus dan jika diberikan progesteron pada pada pasien ini,

maka kehamilan dapat diselamatkan.3

Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang,

didapatkan 17% kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada

fase luteal. Namum pada saat ini, masih blum ada metode yang bisa

terpercaya untuk mendiagnosa kelainan ini.3

Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada

kelangsungan kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua

mengubah semua sel pada mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan

fungsional ini mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan

mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu.3 Di sini interaksi

antara trofoblas ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus

berperan penting di mana sebahagian besar leukosit adalah large granular

cell, dan makrofag dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam

jumlah yang banyak terutama pada endometrium yang terpapar

progesteron.3 Perannya adalah pada trimester 1 adalah akan terjadi

peningkatan sel NK untuk membunuh sel target dengan sedikit atau tiada

ekspresi HLA.3 Trofoblast ekstravillous tidak bisa dihancurkan oleh sel NK

kerana sifatnya yang cepat menghasilkan HLA1 sehingga terjadinya invasi

optimal untuk plasentasi yang optimal oleh trofoblas extravillous.3 Maka,

gangguan pada sistem ini akan berpengaruh pada kelangsungan kehamilan.

Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik

ovarium dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan

menggangu balans humoral yang penting pada kelangsungan kehamilan.6

4. Faktor infeksi

11

Page 12: Case Report Obsgyn

Ada pelbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan

kejadian abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin,

eksotoksin, dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit

fetoplasenta.3 Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat

berat sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.3

Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut

kematian janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman

genetalia bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh

kuman gram positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus.3

Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik

dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV,

HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.3

Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada

kejadian abortus

- Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma

urealitikum, mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.3

- Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.3

- Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.3

- Spirokaeta: treponema pallidum.3

5. Faktor imunologi

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus.

Antaranya adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA

adalah antibodi spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3

Peluang terjadinya pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada

SLE adalah 75%.3 Menurut penelitian, sebagian besar abortus berhubungan

dengan adanya aPA yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan

sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS)

dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas.3

Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi

APS adalah:3

12

Page 13: Case Report Obsgyn

- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau

kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)3

- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak

jelas, tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih

kematian janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih

persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan berhubungan

dengan preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3

- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau

tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau

sama dengan 6 minggu)3

- antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan

CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan

plasma platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan

pertambahan fosfolipid).3

aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih

dari 33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus

berulang, ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan

oklusi vaskular.3

6. Faktor trauma

Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus

yang yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi

maternoplasental, dan infeksi.1 Namun secara statistik, hanya sedikit

insiden abortus yang disebabkan karena trauma .1

7. Faktor nutrisi dan lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat,

bahan kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6

faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden

abortus adalah merokok, alkohol dan kafein.

Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid.1

Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus

13

Page 14: Case Report Obsgyn

adalah 2 kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.1 Rokok

mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat

vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon

monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat

mamacu neurotoksin.6 Meminum alkohol pada 8 minggu pertama

kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus.1

Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi

alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari

dibandingkan dengan wanita yang tidak minum.1

Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg

caffiene satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka

yang meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap

jumlah tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang

mempunyai level paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan

adalah 2 kali lipat daripada kontrol.1

8. Faktor kontrasepsi berencana

Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan

jeli kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika

pada kontrasepsi yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk

mencegah kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi septik akan

meningkat dengan signifikan.1

C. Patogenesis

Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti

dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka

ovum akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir

dengan ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila

kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau

tidak adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1

Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika

fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,

14

Page 15: Case Report Obsgyn

abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi

organ internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan

yang sangat minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan

dikompress dan mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus

compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga menjadi sangat kering dan

dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus papyraceous.1

Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan

seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam;

sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam,

sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang

banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas

kontraksi dan retraksi miometrium.6

D. Gambaran klinis

Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.1,2,3,4

Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon

yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan

keluarnya fetus atau jaringan.6 Ini penting untuk melihat progress abortus.6

Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering

terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus

membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis.6 Pada pemeriksaan dalam

untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang

dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta

uterus berukuran kecil dari seharusnya.6 Pada pemeriksaan USG, ditemukan

kantung gestasional yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari

janin.6

E. Diagnosis

Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :

a. Anamnesis

15

Page 16: Case Report Obsgyn

3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut

bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke

punggung,bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang

tidak tinggi.7 Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil

konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan

adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.6

Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi.

Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang

lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram

bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6

Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol,

tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil

alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat

kepergian ke tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui

jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.7

b. Pemeriksaan Fisis

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi

abdomen dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen

dengan pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai

usia gestasi, dan konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan

menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai sama ada terbuka atau

tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat

menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina.4

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,

waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan

USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam

uterus.6

F. Diagnosis banding.2

- kehamilan ektopik tertanggu

16

Page 17: Case Report Obsgyn

- perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil

- abortus mola hidatidosa

- polip endoserviks

- karsinoma serviks

G. Penatalaksanaan

a. Abortus Imminens.4

Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah

baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan

ataupun hubungan seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan

antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika

perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan terus berlansung,

kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain

dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut khususnya pada uterus

yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai kehamilan ganda atau

mola.

b. Abortus insipiens.4

Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan

dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan

maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat

diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari

uterus dilakukan dengan segera.

Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil

konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu,

infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan

Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk

membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap

dipantau.

c. Abortus inkomplit.4

17

Page 18: Case Report Obsgyn

Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16

minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum

untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika

perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per oral

diberikan.

Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan

kurang dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum

manual. Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi

vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,

Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan

dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes

per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol

200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil

konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.

d. Abortus komplit.4

Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk

melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu

setelah penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet

sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat

diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan

pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.

e. Abortus septik/infeksius.3

Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan

keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang

mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil

dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama

dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah

gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik

dilanjutkan dengan hasil kultur.

18

Page 19: Case Report Obsgyn

Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik

minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat

tindakan, uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan

komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila

dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti

dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi

tetanus, injeksi ATS harus diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat

dengan larutan peroksida H2O2. Histerektomi harus dibuat secepatnya jika

indikasi.

f. Pemantauan pascaabortus.4

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan

hal yang biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh

kehamilan yang diketahui secara klinis. Kemungkinan keberhasilan untuk

kehamilan berikutnya adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya

penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan

berikut.

Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM.

Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke

rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang

menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat selama 1

sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami

kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan

atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan

infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani

surat persetujuan tindakan.

H. Komplikasi

a. Perdarahan.6

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa

hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena

19

Page 20: Case Report Obsgyn

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan

yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni

uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga

koagulopati.

b. Perforasi.6

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus

provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya

perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya

perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien

biasanya datang dengan syok hemoragik.

c. Syok.6

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)

dan karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi

canalis sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh

dengan segera.

d. Infeksi.6

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri

yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu

staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,

Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,

sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram

negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.

Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada

abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium,

tuba, parametrium, dan peritonium.

Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap

infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,

Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus,

dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah

20

Page 21: Case Report Obsgyn

Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani.

Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk

gas.

e. Efek anesthesia.7

Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa

terjadi yang berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus,

paracervical blok sering digunakan sebagai metode anestesia. Sering

suntikan intravaskular yang tidak disengaja pada paraservikal blok akan

mengakibatkan komplikasi fatal seperti konvulsi, cardiopulmonary arrest

dan kematian.

f. Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC).7

Pasien dengan postabortus yang berat terutamanya setelah midtrimester

perlu curiga DIC. Insidens adalah lebih dari 200 kasus per 100,000 aborsi.

I. Prognosis.6

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan

sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus

yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita

keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan

kehamilan sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah

pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada

wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

21

Page 22: Case Report Obsgyn

BAB IV

ANALISA KASUS

Diagnosa Abortus Imminens ditegakan berdasarkan :

1.Anamnesis

Dalam teori dikatakan bahwa :

Keuarnya darah dari vagina dapat berupa flek hingga stesol

Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas

Pada pasien ini hamil 8 minggu, keluar flek darah dari vagina berwarna merah

gelap dan menggumpal. 2 minggu SMRS keluar flek-flek selama 3 hari

kemudian berhenti setelah itu timbul flek lagi saat usia kehamilan 8 minggu.

Pasien mengatakan mulas hilang timbul.

2.Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik abortus imminens didapatkan :

Inspeksi

Tampak keluarnya flek atau perdarahan dari ostium vagina

Inspekulo

Tampak portio livide, tampak ostium uteri eksternum masih tertutup,

darah (+).

Pemeriksaan Pada pasien ini inspeksi didapatkan perdarahan aktif pervaginam,

jaringan tidak terlihat. Pada inspekulo terdapat perdarahan dari cavum

uteri, portio livide, licin, OUE masih tertutup.

3.Pemeriksaan Penunjang

Tes Kehamilan

Dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan tes pack didapatkan hasil

positif

22

Page 23: Case Report Obsgyn

Ultrasonografi

Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan

USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau

non-viabel

23

Page 24: Case Report Obsgyn

BAB V

KESIMPULAN

Abortus imminens disebut juga abortus membakat atau mengancam,

dimana terjadi perdarahan pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan

atau tanpa kontraksi uterus tanpa disertai dilatasi serviks dan tanpa

pengeluaran hasil konsepsi. Perdarahan pada abortus imminens seringkali

hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu.

Dapat atau tanpa disertai rasa mulas ringan, sama dengan pada waktu

menstruasi atau nyeri pinggang bawah.1,2

Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya

pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada

panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin

berdenyut, dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan masih terdapat

janin utuh. Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan tirah baring dan

memberikan obat-obatan.3,4

24

Page 25: Case Report Obsgyn

DAFTAR PUSTAKA

1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics, 22nd

edition. Mc-Graw Hill, 2005

2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and

treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

3. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu

Kandungan, edisi 2008

4. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17

5. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina Etaham,

2008, ms 33-35

6. Abortus Incomplete. Available at http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-

inkomplit ,

7. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at

http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview

8. Gaufberg F, Abortion Septic, Available at

http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview ,

9. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http :

//www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm

25