referat kehamilan abdominal

17
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam bentuk kehamilan ektopik tidak jarang ditemui. Kehamilan ektopik sering disebutkan juga kehamilan di luar rahim atau kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim atau di luar kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi dan berkembang di luar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa implantasi zigot terjadi di dalam rongga rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dan atau di dalam kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari rahim adalah kehamilan ektopik. Istilah kehamilan di luar kandungan malah jauh menyimpang karena saluran telur, indung telur dan rahim semuanya termasuk alat kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalah kehamilan yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan juga pada indung telur. Satu-satunya kehamilan yang bisa disebut di luar kandungan adalah kehamilan abdominal. Hamil di luar kandungan atau dalam istilah medis kehamilan ektopik, jika terlambat diketahui akan membahayakan nyawa si ibu. Bayangkan saja, janin yang 1

description

tugas kepaniteraan obgyn

Transcript of referat kehamilan abdominal

Page 1: referat kehamilan abdominal

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam bentuk

kehamilan ektopik tidak jarang ditemui. Kehamilan ektopik sering disebutkan

juga kehamilan di luar rahim atau kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya

kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim atau di luar

kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi dan

berkembang di luar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa implantasi zigot

terjadi di dalam rongga rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan

demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dan atau di dalam

kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari rahim adalah

kehamilan ektopik. Istilah kehamilan di luar kandungan malah jauh

menyimpang karena saluran telur, indung telur dan rahim semuanya termasuk

alat kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalah kehamilan

yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan juga pada indung telur. Satu-

satunya kehamilan yang bisa disebut di luar kandungan adalah kehamilan

abdominal.

Hamil di luar kandungan atau dalam istilah medis kehamilan ektopik, jika

terlambat diketahui akan membahayakan nyawa si ibu. Bayangkan saja, janin

yang seharusnya tumbuh dan berkembang di rahim ternyata tumbuh di tempat

yang bukan semestinya, yaitu di saluran tuba falopii, kornu (tanduk rahim),

atau bahkan di dalam rongga perut.

Jika kehamilan membesar, sangat mungkin organ tempat tumbuh janin itu

akan pecah dan memicu perdarahan hebat di dalam perut. Si ibu akan

mengalami anemia, pucat, lemas, mengalami sesak napas hingga pingsan. Jika

terlambat ditolong maka akan mengakibatkan kematian.

1

Page 2: referat kehamilan abdominal

BAB II

A. DEFINISI

Berikut ini beberapa definisi dari kehamilan ektopik :

1. Kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak

ditempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Hanifa,

2009).

2. Implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum

uteri ( Mansjoer, 2001).

3. Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984,

kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan

ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau

rongga perut.

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari

bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan

“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik

terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil

tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.

B. ETIOLOGI

1. Infeksi dan kerusakan tuba

Pada pasien dengan kerusakan tuba memiliki kemungkinan 3,5 kali

mengalami kehamilan ektopik. Gangguan tuba biasanya disebabkan

oleh infeksi pelvis.

2. Salpingitis isthmica nodosa

Adalah suatu gangguan berupa penebalan pada bagian proksimal tuba

falopi dengan divertikula luminal multiple. Patologi ini meningkatkan

kemungkinan kehamilan ektopik 52% lebih tinggi.

3. Kelainan zigot

Yaitu kelainan kromosom dan malformasi.

4. Faktor ovarium

2

Page 3: referat kehamilan abdominal

Yaitu migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba

kiri atau sebaliknya), pembesaran ovarium dan unextruded ovum.

5. Merokok

Pasien merokok memiliki peningkatan kemungkinan kehamilan

ektopik, diduga disebabkan oleh adanya gangguan imunitas sehingga

mudah terkena infeksi pelvis.

6. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral,

IUD, sterilisasi tuba dengan elektrokoagulasi meningkatkan

kemungkinan untuk kehamilan ektopik. Sedangkan kontrasepsi barier

menurunkan kemungkinan untuk kehamilan ektopik dengan

menurunkan kemungkinan infeksi pelvis.

( Joseph, 2010 )

C. MANIFESTASI KLINIS

Trias gejala klinis hamil ektopik terganggu sebagai berikut :

1. Amenorea. Lamanya aminorea bervariasi dari beberapa hari sampai

beberapa bulan. Dengan aminorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil

muda, yaitu morning sickness, mual atau muntah, terjadi perasaan

ngidam. Biasanya darah berwarna gelap kecoklatan dan keluarnya

intermitten atapun kontinyu.

2. Terjadi nyeri abdomen.

Nyeri abdomen disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah. Timbunan

darah menimbulkan iritasi dan manifestasi rasa nyeri, darah dalam

ruangan perut tidak berfungsi dan menyebabkan pasien tampak pucat

(anemia), TD turun sampai shock, bagian ujung-ujung anggota badan

terasa dingin, perut kembung karena darah. Nyeri dapat menjalar

keseluruh abdomen bergantung pada perdarahan didalamnya. Bila

rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi

nyeri di daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu

timbunan di daerah kavum douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian

bawah dan saat devekasi.

3. Perdarahan.

3

Page 4: referat kehamilan abdominal

Terjadinya abortus atau ruptura kehamilan tuba menimbulkan

perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi.

Darah yang teertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga

terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan frekuensi

nadi meningkat, tekanan darah menurun, hingga shock. Hilangnya

darah dari peredaran darah umum mengakibatkan penderita tampak

anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran

menurun, dan pada abdomen terdapat timbunan darah.

( Sri Kusuma Dewi, 2010 & dr. Ida bagus, 1998 )

Gejala-gejala kehamilan ektopik lainnya :

1. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks

digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglas menonjol karena

ada bekuan darah.

( Arief Mansjoer, 2001 )

2. Pleuritic chest pain, bisa terjadi akibat iritasi diafragma akibat

perdarahan

3. Perubahan uterus

Uterus dapat tumbuh membesar pada 3bulan pertama akibat hormon

yang dilepaskan plasenta. Uterus dapat terdesak ke sisi yang

berlawanan dengan masa ektopik

4. Tekanan darah normal

Kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara lain adanya

peningkatan ringan, respon vasovagal seperti bradikardi dan hipertensi

ataupun penurunan tensi tajam disertai peningkatan nadi bila

perdarahan terus berlangsung dan hipovolemia

5. Temperatur

Setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun atau meningkat > 38°C

bila terjadi infeksi.

( joseph, 2010 )

4

Page 5: referat kehamilan abdominal

D. PATOFISIOLOGI

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang

telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat

kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari

vaskularisasi tuba itu.

Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :

1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan

ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya

terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk

ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh

tekanan dari dinding tuba.

2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai

akibat dari distensi berlebihan tuba.

3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus

dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan

atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan

terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga

banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serial tiap satu jam

menunjukkan penurunan kadar Hb akibat perdarahan.

b. Adanya lekositosis ( dapat mencapai > 30.000/µL).

c. Urinary Pregnancy Test, dengan metode inhibisi aglutinasi hanya

menunjukkan positi pada kehamilan ektopik sebesar 50-69%.

d. Serum β-hCG assay.

e. Serum progesteron, pada kehamilan ektopik, kadarnya lebih rendah

dibanding kehamilan normal intrauterin. Kadar < 5 mg/L

menunjukkan kemungkinan besar adanya kehamilan abnormal.

5

Page 6: referat kehamilan abdominal

Pemeriksaan ini tidak bisa berdiri sendiri dalam mendiagnosis

kehamilan ektopik.

2. Ultrasound Imaging

a. USG abdominal, kehamilan tuba sulit dideteksi dengan metode ini.

b. USG vaginal, untuk mendeteksi letak gestational sac. Pada usia

kehamilan ≥6 minggu, bila tidak dijumpai gestational sac maka bisa

dicurigai kehamilan ektopik.

c. Color and Pulsed Doppler Ultrasound, untuk mengidentifikasi

karakteristik warna vaskular, apakah terletak di intrauterine atau

ekstrauterine.

3. Kombinasi Serum β-hCG dan Sonography

Peningkatan serum hCG > 2000 mIU/mL disertai gestational sac

intrauterine yang tidak dapat diidentifikasi, kemungkinan adanya

kehamilan ekstrauterine sangat besar.

4. Laparoskopi

Merupakan gold standar untuk mendiagnosis kehamilan ektopik.

Laparoskopi dilakukan jika dengan pemeriksaan lain diagnosis

kehamilan ektopik masih belum dapat ditegakkan. Dengan metode ini

tuba falopi dan ovarium dapat tervisualisasi dengan baik.

( Joseph, 2010 )

F. TERAPI PEMBEDAHAN

Merupakan terapi yang luas digunakan untuk kehamilan ektopik baik dengan

cara laparotomi ataupun laparoskopi. Laparotomi diindikasikan pada kondisi

hemodinamik pasienyang tidak stabil, sedangkan laparoskopi pada kondisi

hemodinamik pasien yang stabil. Linear Salphingostomy prosedur pada

kehamilan ektopik yang tidak ruptur, dan pasien yang menginginkan

fertilitasnya dipertahankan. Salphingotomy potensial mengurangi insidensi

kehamilan ektopik berulang.

( Joseph, 2010 )

6

Page 7: referat kehamilan abdominal

G. DIAGNOSA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan,

antara lain dengan melihat :

1. Anamnesis dan gejala klinis

Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau

tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.

Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang

terkumpul dalam peritoneum.

2. Pemeriksaan fisis

a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah

adneksa.

b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan

ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut

tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.

c. Pemeriksaan ginekologis, yaitu pemeriksaan dalam: seviks teraba

lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine β-hCG (+). Hemoglobin

menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat

meningkat.

b. USG

1) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri

2) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri

3) Adanya massa komplek di rongga panggul

4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam

kavum Douglas ada darah.

5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.

6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong

gestasi di luar uterus

(Yuni Kusmiati,

2009)

7

Page 8: referat kehamilan abdominal

H. PENATALAKSANAAN

Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal 2002.

1. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan

operatif gawat darurat.

2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan

tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.

3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh

dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama)

atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).

4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini:

a. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui

alat pengisap dan wadah penampung yang steril.

b. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan

kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak

tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru

terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml

untuk setiap 90ml darah.

c. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai

saringan pada bagian tabung tetesan.

5. Tindakan dapat berupa :

a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang

mengandung hasil konsepsi.

b. Salpingostomi ( hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana

tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu

mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian

diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah

kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi ( hasil

ektopik ulangan ).

6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi

transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya

8

Page 9: referat kehamilan abdominal

pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang

luas.

7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:

a. Ketoprofen 100 mg supositoria.

b. Tramadol 200 mg IV.

c. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi

hipersensitivitas)

8. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.

9. Konseling pasca tindakan

a. Kelanjutan fungsi reproduksi.

b. Resiko hamil ektopik ulangan.

c. Kontrasepsi yang sesuai.

d. Asuhan mandiri selama dirumah.

e. Jadwal kunjungan ulang.

I. KOMPLIKASI

1. Jaringan tropoblastik persisten

2. Kehamilan ektopik persisten. Merupakan komplikasi yang tersering

( Joseph, 2010 )

9

Page 10: referat kehamilan abdominal

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Kehamilan ternyata tidak selalu berada di dalam rongga rahim atau kavum uteri,

terdapat pula kehamilan yang berada di luar rahim yang disebut sebagai

kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan suatu kegawatdaruratan di

bidang obstetri dan ginekologi. Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga

tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala

yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut.

Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah.

Misalnya, bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya

tuba falopii. Umumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan

terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus

menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.

Kehamilan ektopik lanjutMerupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat

tumbuh teruskarena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari

plasentayang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitar misalnyaligamentum

latum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya. Dalamkeadaan demikian,

anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjutbiasanya terjadi sekunder dari

kehamilan tuba yang mengalami abortusatau ruptur dan janin dikeluarkan dari

tuba dalam keadaan masihdiselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang

masih utuhyang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.

5

Angka kejadian kehamilan ektopik lanjut di RSCM, Jakarta daritahun 1967

– 1972 yaitu 1 di antara 1065 persalinan. Berbagai penulismengemukakan angka

antara 1 : 2000 persalinan sampai 1 : 8500persalinan. 

10

Page 11: referat kehamilan abdominal

DAFTAR PUSTAKA

Joseph HK, M. Nugroho S. 2010. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN

OBSTETRI (OBSGYN ). Yogyakarta : Nuha Medika

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gede, SpOG. 1998. Memahami Kesehatan

Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan

Kusmiyati, Yuni, S.ST. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).

Yogyakarta: Fitramaya

Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Suryasaputra Manuaba, dr. I.A Sri Kusuma Dewi. 2006. Buku Ajar Ginekologi

Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC

11