BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANG
Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam bentuk
kehamilan ektopik tidak jarang ditemui. Kehamilan ektopik sering disebutkan
juga kehamilan di luar rahim atau kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya
kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim atau di luar
kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi dan
berkembang di luar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa implantasi zigot
terjadi di dalam rongga rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan
demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dan atau di dalam
kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari rahim adalah
kehamilan ektopik. Istilah kehamilan di luar kandungan malah jauh
menyimpang karena saluran telur, indung telur dan rahim semuanya termasuk
alat kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalah kehamilan
yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan juga pada indung telur. Satu-
satunya kehamilan yang bisa disebut di luar kandungan adalah kehamilan
abdominal.
Hamil di luar kandungan atau dalam istilah medis kehamilan ektopik, jika
terlambat diketahui akan membahayakan nyawa si ibu. Bayangkan saja, janin
yang seharusnya tumbuh dan berkembang di rahim ternyata tumbuh di tempat
yang bukan semestinya, yaitu di saluran tuba falopii, kornu (tanduk rahim),
atau bahkan di dalam rongga perut.
Jika kehamilan membesar, sangat mungkin organ tempat tumbuh janin itu
akan pecah dan memicu perdarahan hebat di dalam perut. Si ibu akan
mengalami anemia, pucat, lemas, mengalami sesak napas hingga pingsan. Jika
terlambat ditolong maka akan mengakibatkan kematian.
1
BAB II
A. DEFINISI
Berikut ini beberapa definisi dari kehamilan ektopik :
1. Kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak
ditempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Hanifa,
2009).
2. Implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum
uteri ( Mansjoer, 2001).
3. Menurut Buku Obstetri Patologi Universitas Pajadjaran Bandung, 1984,
kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri, kehamilan
ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau
rongga perut.
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
B. ETIOLOGI
1. Infeksi dan kerusakan tuba
Pada pasien dengan kerusakan tuba memiliki kemungkinan 3,5 kali
mengalami kehamilan ektopik. Gangguan tuba biasanya disebabkan
oleh infeksi pelvis.
2. Salpingitis isthmica nodosa
Adalah suatu gangguan berupa penebalan pada bagian proksimal tuba
falopi dengan divertikula luminal multiple. Patologi ini meningkatkan
kemungkinan kehamilan ektopik 52% lebih tinggi.
3. Kelainan zigot
Yaitu kelainan kromosom dan malformasi.
4. Faktor ovarium
2
Yaitu migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba
kiri atau sebaliknya), pembesaran ovarium dan unextruded ovum.
5. Merokok
Pasien merokok memiliki peningkatan kemungkinan kehamilan
ektopik, diduga disebabkan oleh adanya gangguan imunitas sehingga
mudah terkena infeksi pelvis.
6. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral,
IUD, sterilisasi tuba dengan elektrokoagulasi meningkatkan
kemungkinan untuk kehamilan ektopik. Sedangkan kontrasepsi barier
menurunkan kemungkinan untuk kehamilan ektopik dengan
menurunkan kemungkinan infeksi pelvis.
( Joseph, 2010 )
C. MANIFESTASI KLINIS
Trias gejala klinis hamil ektopik terganggu sebagai berikut :
1. Amenorea. Lamanya aminorea bervariasi dari beberapa hari sampai
beberapa bulan. Dengan aminorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil
muda, yaitu morning sickness, mual atau muntah, terjadi perasaan
ngidam. Biasanya darah berwarna gelap kecoklatan dan keluarnya
intermitten atapun kontinyu.
2. Terjadi nyeri abdomen.
Nyeri abdomen disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah. Timbunan
darah menimbulkan iritasi dan manifestasi rasa nyeri, darah dalam
ruangan perut tidak berfungsi dan menyebabkan pasien tampak pucat
(anemia), TD turun sampai shock, bagian ujung-ujung anggota badan
terasa dingin, perut kembung karena darah. Nyeri dapat menjalar
keseluruh abdomen bergantung pada perdarahan didalamnya. Bila
rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma, dapat terjadi
nyeri di daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu
timbunan di daerah kavum douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian
bawah dan saat devekasi.
3. Perdarahan.
3
Terjadinya abortus atau ruptura kehamilan tuba menimbulkan
perdarahan kedalam kavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi.
Darah yang teertimbun dalam kavum abdomen tidak berfungsi sehingga
terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan frekuensi
nadi meningkat, tekanan darah menurun, hingga shock. Hilangnya
darah dari peredaran darah umum mengakibatkan penderita tampak
anemis, daerah ujung ekstremitas dingin, berkeringat dingin, kesadaran
menurun, dan pada abdomen terdapat timbunan darah.
( Sri Kusuma Dewi, 2010 & dr. Ida bagus, 1998 )
Gejala-gejala kehamilan ektopik lainnya :
1. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglas menonjol karena
ada bekuan darah.
( Arief Mansjoer, 2001 )
2. Pleuritic chest pain, bisa terjadi akibat iritasi diafragma akibat
perdarahan
3. Perubahan uterus
Uterus dapat tumbuh membesar pada 3bulan pertama akibat hormon
yang dilepaskan plasenta. Uterus dapat terdesak ke sisi yang
berlawanan dengan masa ektopik
4. Tekanan darah normal
Kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara lain adanya
peningkatan ringan, respon vasovagal seperti bradikardi dan hipertensi
ataupun penurunan tensi tajam disertai peningkatan nadi bila
perdarahan terus berlangsung dan hipovolemia
5. Temperatur
Setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun atau meningkat > 38°C
bila terjadi infeksi.
( joseph, 2010 )
4
D. PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat
kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu.
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan
ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk
ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus
dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan
atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan
terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga
banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit serial tiap satu jam
menunjukkan penurunan kadar Hb akibat perdarahan.
b. Adanya lekositosis ( dapat mencapai > 30.000/µL).
c. Urinary Pregnancy Test, dengan metode inhibisi aglutinasi hanya
menunjukkan positi pada kehamilan ektopik sebesar 50-69%.
d. Serum β-hCG assay.
e. Serum progesteron, pada kehamilan ektopik, kadarnya lebih rendah
dibanding kehamilan normal intrauterin. Kadar < 5 mg/L
menunjukkan kemungkinan besar adanya kehamilan abnormal.
5
Pemeriksaan ini tidak bisa berdiri sendiri dalam mendiagnosis
kehamilan ektopik.
2. Ultrasound Imaging
a. USG abdominal, kehamilan tuba sulit dideteksi dengan metode ini.
b. USG vaginal, untuk mendeteksi letak gestational sac. Pada usia
kehamilan ≥6 minggu, bila tidak dijumpai gestational sac maka bisa
dicurigai kehamilan ektopik.
c. Color and Pulsed Doppler Ultrasound, untuk mengidentifikasi
karakteristik warna vaskular, apakah terletak di intrauterine atau
ekstrauterine.
3. Kombinasi Serum β-hCG dan Sonography
Peningkatan serum hCG > 2000 mIU/mL disertai gestational sac
intrauterine yang tidak dapat diidentifikasi, kemungkinan adanya
kehamilan ekstrauterine sangat besar.
4. Laparoskopi
Merupakan gold standar untuk mendiagnosis kehamilan ektopik.
Laparoskopi dilakukan jika dengan pemeriksaan lain diagnosis
kehamilan ektopik masih belum dapat ditegakkan. Dengan metode ini
tuba falopi dan ovarium dapat tervisualisasi dengan baik.
( Joseph, 2010 )
F. TERAPI PEMBEDAHAN
Merupakan terapi yang luas digunakan untuk kehamilan ektopik baik dengan
cara laparotomi ataupun laparoskopi. Laparotomi diindikasikan pada kondisi
hemodinamik pasienyang tidak stabil, sedangkan laparoskopi pada kondisi
hemodinamik pasien yang stabil. Linear Salphingostomy prosedur pada
kehamilan ektopik yang tidak ruptur, dan pasien yang menginginkan
fertilitasnya dipertahankan. Salphingotomy potensial mengurangi insidensi
kehamilan ektopik berulang.
( Joseph, 2010 )
6
G. DIAGNOSA KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan,
antara lain dengan melihat :
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau
tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis, yaitu pemeriksaan dalam: seviks teraba
lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine β-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b. USG
1) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
2) Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
3) Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus
(Yuni Kusmiati,
2009)
7
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal 2002.
1. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat.
2. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
3. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama)
atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
4. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini:
a. Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui
alat pengisap dan wadah penampung yang steril.
b. Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan
kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak
tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru
terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan sodium sitrat 10ml
untuk setiap 90ml darah.
c. Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai
saringan pada bagian tabung tetesan.
5. Tindakan dapat berupa :
a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi.
b. Salpingostomi ( hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana
tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu
mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian
diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah
kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi ( hasil
ektopik ulangan ).
6. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya
8
pasien di beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang
luas.
7. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
a. Ketoprofen 100 mg supositoria.
b. Tramadol 200 mg IV.
c. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi
hipersensitivitas)
8. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
9. Konseling pasca tindakan
a. Kelanjutan fungsi reproduksi.
b. Resiko hamil ektopik ulangan.
c. Kontrasepsi yang sesuai.
d. Asuhan mandiri selama dirumah.
e. Jadwal kunjungan ulang.
I. KOMPLIKASI
1. Jaringan tropoblastik persisten
2. Kehamilan ektopik persisten. Merupakan komplikasi yang tersering
( Joseph, 2010 )
9
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehamilan ternyata tidak selalu berada di dalam rongga rahim atau kavum uteri,
terdapat pula kehamilan yang berada di luar rahim yang disebut sebagai
kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan suatu kegawatdaruratan di
bidang obstetri dan ginekologi. Gejala dan tanda klinis yang terlihat juga
tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya mudigah (embrio). Gejala
yang paling sering dikeluhkan adalah adanya rasa nyeri pada daerah perut.
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya mudigah.
Misalnya, bila terjadi kehamilan tuba, komplikasi yang tersering adalah pecahnya
tuba falopii. Umumnya berupa tindakan pembedahan. Dilakukan pemantauan
terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus
menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Kehamilan ektopik lanjutMerupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat
tumbuh teruskarena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari
plasentayang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitar misalnyaligamentum
latum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya. Dalamkeadaan demikian,
anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjutbiasanya terjadi sekunder dari
kehamilan tuba yang mengalami abortusatau ruptur dan janin dikeluarkan dari
tuba dalam keadaan masihdiselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang
masih utuhyang akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.
5
Angka kejadian kehamilan ektopik lanjut di RSCM, Jakarta daritahun 1967
– 1972 yaitu 1 di antara 1065 persalinan. Berbagai penulismengemukakan angka
antara 1 : 2000 persalinan sampai 1 : 8500persalinan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Joseph HK, M. Nugroho S. 2010. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN
OBSTETRI (OBSGYN ). Yogyakarta : Nuha Medika
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gede, SpOG. 1998. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
Kusmiyati, Yuni, S.ST. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Suryasaputra Manuaba, dr. I.A Sri Kusuma Dewi. 2006. Buku Ajar Ginekologi
Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
11