Referat jiwa

13
Refrat Gangguan Obsesif Kompulsif Dokter Pembimbing: Dr. Ratna SpKJ Penyusun : Esti Oktafani 11-2014-03 KEP!"#$ER!!" K%#"#K #%&' KESE(!$!" J#)! *!K'%$!S KEDOK$ER!" 'KR#D! P!"$# +#"! SOS#!% +'D# D!,! KEDO,! 2014 PE"D!('%'!" 1

description

referat jiwa

Transcript of Referat jiwa

Laporan Kasus - Letak Sungsang

Refrat

Gangguan Obsesif Kompulsif

Dokter Pembimbing:Dr. Ratna SpKJ

Penyusun :Esti Oktafani11-2014-039

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAPANTI BINA SOSIAL BUDI DAYA KEDOYA2014

PENDAHULUAN

Gangguan Obsesif Kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran,perasaan,ide,implus yang berulang dan intrusif. Kompulsif adalah prilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti menghitung, memeriksa dan menghindar. Tindakan Kompulsif merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman Obsesi dan Kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat egosdistonik. Gangguan Obsesif Kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian modern telah menemukan gangguan didalam waktu singkat, pada awal tahun 1980-an gangguan Obsesif Kompulsif dianggap sebagai gangguan yang jarang dan berespons buruk terhadap terapi.Gangguan Obsesif Kompulsif dapat merupakan gangguan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan , aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.

PEMBAHASAN

DefinisiSuatu obsesi adalah pikiran,perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu. Suatu Kompulsi adalah pikiran atau prilaku yang disadari, dibakukan dan rekuren seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang sedangkan melakukan kompulsi dapat menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika sesorang memaksa untuk melalukan suatu kompulsi kecemasan adalah meningkat1.Seseorang dengan gangguan obsesif Kompulsi biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai egodistonik1.EpidemiologiPrevalensi gangguan kompulsi sebesar 2-2,4%, sebagian besar gangguan mulai pada saat renaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun). Tetapi bisa terjadi pada masa kanak, perbandingan antara laki laki dan perempuan sama2. Pasien dengan gangguan Obsesif kompulsi umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain, prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesi kompulsif adalah kira kira 67 persen dan untuk fobia sosial adalah kira kira 25 persen. Diagnosis pskiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan obsesif kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik dan gangguan makan.Etiologi Faktor BiologisNeurotransmitter, banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data menunjukan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mengandung neutransmitter lainnya. Tetapi apakah serotonin terlibat dalam penyebab gangguan obsesi kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini. Penelitian klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin sebagai contoh 5 hydroxyindoleaceticacid (5 HIAA) di dalam cairan serebrospinalis dan afinitas serta jumlah ikatan trombosit pada pemberian imipramine (yang berikatan dengan tempat ambilan serotonin) dan telah melaporkan berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsi.beberapa peneliti juga telah mengatakan bahwa sistem neutransmitter kolinergik dan dopaminergik pada pasien obsesif kompulsi adalah dua penelitian riset di masa depan2.Genetika,data genetik yang ada tentang gangguan obsesif kompulsif adalah konsisten dengan hipotesis bahwa penurunan gangguan obsesif kompulsi memiliki suatu komponen genetika yang bermakna. Tetapi data tersebut belum membedakan perbedaan kultural dan efek prilaku pada transmisi gangguan. Penelitian kesusaian pada anak kembar untuk gangguan obsesif kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesusaian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik, dibandingkan kembar digozigotik. Penelitian keluarga pasien pada gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat pertama pasien pada gangguan obsesi kompulsif juga menderita gangguan1,2.Data biologis lainnya, penelitian elektroenseflogram tidur, dan neuroendokrin telah menyumbangkan data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresif dan obsesif kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya ditemukan pada pasien gangguan obsesif kompulsi, penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif seperti penurunan latensi REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin juga telah menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif seperti nonsupresi pada dexamethasone susppression test pada kira kira sepertiga pasien dan penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres)2 Faktor prilakumenurut teori belajar,obsesi adalah stimulasi yang dibiasakan. Stimulus relatif yang netral menjadi disertai ketakutan melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Jadi objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan.Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda, seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional, jadi strategi menghindar yang aktif dalam bentuk prilaku kompulsi atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan, secara bertahap karena manfaat prilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang menyakitkan strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola prilaku kompulsif yang dipelajari, teori belajar memberikan konsep yang berguna untuk menjelaskan aspek tertentu dari fenomena obsesif kompulsif sebagai contohnya kemampuan gagasan untuk menimbulkan kecemasan adalah tidak selalu menakutkan bagi dirinya seniri dan menegakkan pola prilaku kompulsif1,2. Faktor PsikososialFaktor kepribadian, gangguan obsesif kompulsif adalah berbeda dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif, sebagian besar pasien gangguan obsesif kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid; dengan demikian sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif kompulsif. Hanya kira kira 15-35 persen pasien gangguan obsesif kompulsif memiliki sifat obsesional pramorbid.Faktor psikodinamika,sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menetukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif kompulsif, isolasi, meruntuhkan dan pembentukan reaksi.Pikiran magis, adalah regresi yang mengukapkan cara pikiran awal ketimbang implus yaitu fungsi ego dan juga fungsi id ,dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkanya, semata mata hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien gangguan obsesif kompulsif2. Diagnosis Walaupun kriteria diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorders edisi ketiga yang direvisi (DSM-II-R) banyak yang dipertahankan di dalam edisi keempatnya (DSM IV),telah dibuat modifikasi penting dalam definisi DSM IV tentang obsesi dan kompulsi, bilamana DSM II-R mendefinisikan obsesi sebagai pikiran dan kompulsi sebagai tindakan, DSM IV memperkenalkan pengamatan klinis bahwa pikiran dapat merupakan obsesi atau kompulsi tergantung pada apakah ia menyebabkan peningkatan kecemasan atau menurunkan kecemasan3.DSM IV juga memperbarui definisi obsesi untuk menghindari istilah ego distonik di dalam edisi ketiganya DSM III dan kata tanpa perasaan di dalam edisi ketiga yang direvisi,keduanya memiliki arti yang kurang jelas dan sulit untuk operasionalisasi. DSM IV juga menghilangkan definisi DSM III-R tentang kompulsi sebagai bertujuan atau disengaja karena pasien sering kali melaporkan bahwa kompulsi adalah tidak bertujuan. DSM IV memungkinkan klinisi menyebutkan bahwa pasien memiliki gangguan obsesif kompulsif tipe tilikan buruk jika mereka umumnya tidak mengenali sifat obsesi dan kompulsinya yang berlebihan3.A. Salah satu obsesi atau kompulsiObsesi seperti yang didefinisikan oleh:1. Pikiran,impuls atau bayangan bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami pada suatu saat selama gangguan,sebagai intrusif dan tidak sesuai dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas2. Pikiran,implus atau bayangan bayangan tidak semata mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,implus untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lainKompulsi seperti didefinisikan oleh 1 dan 21. Prilaku (misalnya: mencuci tangan, mengurutkan memeriksa) atau tindakan mental(berdoa,menghitung,mengulangi kata kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respons terhadap suatu obsesi.2. Prilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan;tetapi prilaku tidak dihubungkan dengan cara realistik dengan apa mereka anggap untuk menetralkan atau jelas berlebihan.

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.

C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas;menghabiskan waktu;atau secara bermakna menganggu rutinitas normal orang,fungsi pekerjaan atau aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya.

D. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya: obat yang disalahgunakan ,medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika: dengan tilikan buruk : jika selama sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan dan tidak beralasan

Tabel 1. Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Obsesif Kompulsif1,3

Gambaran KlinisPada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu seperti:1. Adanya ide atau impuls yang terus menerus menekan ke dalam kesadaran individu2. Perasaan cemas/takut akan ide atau implus yang aneh3. Obsesi dan kompulsi egoalien4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan irasional5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan untuk melawanAda empat pola gejala utama gangguan kompulsi yaitu:1. Kontaminasi pola yang sering adalah obsesi tentang kontaminasi yang diikuti oleh prilaku yang mencuci dan membersihkan atau menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi.2. Sikap ragu ragu yang patalogik pola yang kedua sering terjadi adalah obsesi tentang ragu ragu yang diikuti dengan prilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan.3. Pikiran yang intrunsif pola jarang adalah pikiran yang intrunsif tidak disertai kompulsi, biasanya pikiran tentang sexual atau tindakan agresif4. Simetri obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga bertindak lamban misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur kumis dan janggut. Pola yang lain ialah obsesi bertemakan keagamaan dan menggigit jari.Kriteria diagnosis menurut DSM IV:A. Salah satu obsesif atau kompulsif obsesif didefinisikan sebagai berikut:

1. Pikiran,impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang intrusive dan tidak serasi dan yang menyebabkan ansietas dan distress yang ada selama periode dan gangguan2. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang nyata.3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,impuls atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau tindakan.4. Individu menyadari bahwa pikiran,impuls bayangan yang berulang berasal dari pikirannya sendiri.Kompulsi didefinisikan oleh:1. Prilaku yang berulang misalnya: cuci tangan,mengecek atau aktivitas mental seperti berdoa,berhitung,mengulang kata dengan tanpa suara yang individu merasa terdorong melakukan respons dari obsesinya atau sesuatu aturan yang dilakukan secara kaku.2. Prilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress atau mencegah kejadian atau situasi;walaupun prilaku atau aktivitas mental tidak berhubungan dengan cara yang realistis untuk mencegah dan menetralisir.

B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit individu menyadari bahwa obsesi dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku pada anak.C. Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu lebih dari 1 jam/hari atau menunggu kebiasaan normal, fungsi pekerjaan atau akademik atau aktivitas sosialD. Bila ada gangguan lain pada axis 1, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan gangguan tersebutE. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat.Kondisi khusus jika dengan tilikan buruk : jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsinya berar dan tidak beralasan4.Pemeriksaan Status mentalPada pemeriksaan status mental pasien gangguan obsesif kompulsif menunjukan gejala gangguan depresif. Gejala tersebut ditemukan pada kira kira 50 persen dari semua pasien. Beberapa pasien gangguan obsesif kompulsif memiliki sifat karakter yang mengarahkan pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif tetapi sebagian besar tidak, pasien gangguan obsesif kompulsif khususnya laki laki memiliki angka hidup membujang yang lebih tinggi daripada rata rata. Jumlah percekcokan perkawinan yang lebih tinggi daripada biasanya juga ditemukan pada pasien. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun di perguruan tinggi midwestern melapor pada dokter penyakit dalamnya bahwa ia memiliki kesulitan dalam belajar karena lebih dari enam bulan belakangan ia menjadi semakin asyik dengan pikiran yang tidak dapat dihalaunya. Ia menghabiskan waktu berjam jam setiap malamnya untuk membangkitkan kembali pikiran tentang peristiwa di siang hari khususnya interaksi dengan teman teman dan guru dalam pikirannya tidak henti hentinya membenarkan tiap dan semua penyesalan. Ia menyamakan kejadian tersebut seperti memutar videotape setiap peristiwa secara berulangulang dalam pikirannya, berkata padanya jika ia telah melakukan hal dengan baik dan menceritakan pada dirinya apa yang telah dilakukannya dengan baik atau menceritakan pada dirinya hal yang benar pada tiap langkah di jalan. Ia dapat melakukan hal tersebut sambil duduk di bangkunya yang seharusnya belajar; ia sering melihat jam stelah suatu periode perenungan dan menemukan bahwa mengejutkan waktu telah berlalu dua sampai tiga jam. Penurunan prestasinya mencemaskan dirinya4.Pasien berkata, pada petanyaan lebih lanjut bahwa ia melakukan ritual berdandan selama dua jam jika bersiap pergi dengan teman teman, mencukur,mandi,menyisir rambut dan mengenakan pakaian semuanya membutuhkan kesempurnaan. Disamping itu selama beberapa tahun ia telah terganggu oleh takhyul tertentu yang selanjutnya mendominasi hidupnya sehari hari . Takhayul tersebut berupa menghindari gedung tertentu saat berjalan di kampus selalu duduk di tempat duduk ketiga di deretan kelima di kelasnya dan menyusun buku dan pensil dengan susunan tertentu di mejanya sebelum belajar.Diskusi, pasien tidak mengalami perenungannya tentang peristiwa di siang hari menurut pengendalian sadarnya, dan ia berusaha untuk mengabaikan dan menekan hal tersebut. Kemenduaan tentang apakah pikiran tersebut adalah obsesi sesungguhnya atau semata mata pikiran obsesional mungkin merupakan kepentingan diagnostik dalam membedakan gangguan obsesif kompulsif dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan gangguan kecemasan umum dimana perenungan seringkali ditemukan, pada kasus ini pasien menunjukan tanda kompulsi yang jelas prilaku berulang yang dilakukan menurut aturan tertentu atau dalam cara yang stereotipik yang tidak memberikan fungsi yang berguna dan tidak menyenangkan4.Diagnosis Banding Kondisi medisPersyaratan diagnostik DSM IV tentang ketegangan personal dan gangguan fungsional membedakan gangguan obsesif kompulsif dari pikiran dan kebiasaan berlebihan yang umumnya atau ringan. Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis dan kadang kadang komplikasi trauma dan pasca ensefalitik1,4.

Gangguan TouretteGejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering dan hampir setiap hari terjadi, gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering dan hampir setiap hari terjadi. Gangguan Tourette dan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset usia yang sama dan gejala yang mirip. Kira kira 90 persen dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua opertiganya memnuhi kriteria diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif. Kondisi psikiatrikPertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesif kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif kompulsif, fobia dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh kurang kacaunya sifat gejala dan oleh tilikan pasien terhadap gangguan mereka. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif tidak memiliki derajat gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsi. Fobia adalah dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan kompulsi.gangguan depresif berat kadang kadang dapat disertai oleh gagasan obsesif tetapi pasien dengan gangguan obsesif kompulsif saja tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat.Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesif kompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh dan kemungkinan gangguan impuls lainnya seperti kleptomania dan berjudul patalogis. Pada semua gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang berulang. Beberapa kelompok penelitian telah meneliti gangguan tersebut. Hubungannya dengan gangguan obsesif kompulsif dan responnya terhadap pengobatan.Perjalanan penyakit dan prognosisLebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset gejala yang tiba tiba. Kira 50 70 persen pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stres seperti kehamilan, masalah seksual, atau kematian seorang sanak saudara. Karena banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya mereka sering kali terlambat 5-10 tahun sebelum pasien datang untuk perhatian psikiatrik. Walaupun keterlambatan tersebut kemungkinan di persingkat dengan meningkatkan kesadaran akan gangguan tersebut di antara orang awam dan profesional.Kira kira 20-30 persen pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis yang buruk dinyatakan oleh mengalah pada kompulsi, onset pada anak anak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertau, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang dan adanya gangguan kepribadian. Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik adanya peristiwa pencetus dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampak tidak berhubungan dengan prognosis1,3,4.Tata LaksanaMengingat faktor utama penyebab dari gangguan obsesif kompulsif adalah faktor biologik, maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi prilaku5.Psikofarmakologi:1. Clomipramine: 3 x 25 mg (Efek samping: mengantuk, sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping kolinergik sebagai contoh mulut kering)2. SSRI (inhibitor serotonin re-uptake inhibitor) dapat diberikan fluoxetin 2 x 20 mg atau setraline 2 x 50 mg atau esitalopram 2x 10 mg atau fluvoxamin 2 x 50 mgPsikoterapiBanyak pasien gangguan obsesif kompulsif yang resisten terhadap usaha pengobatan yang diberikan baik dengan obat maupun terapi prilaku, walaupun gangguan obsesif kompulsif dasarnya adalah biologik namun gejala obsesif kompulsifnya mungkin mempunyai makna psikologis penting yang membuat pasien menolak pengobatan. Eksplorasi psikodinamik terhadap resistensi pasien terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan pengobatan5.Jenis psikoterapi yang diberikan dapat berupa :a. Psikoterapi suportifTanpa adanya penelitian yang adekuat tentang psikoterapi berorientasi tilikan untuk gangguan obsesif kompulsif tiap generalisasi yang sah tentang manfaatnya adalah sukar untuk dibuat walaupun terdapat laporan anekdotal tentang keberhasilan tersebut. Ahli analisis individu telah melihat ecara jelas dan berlangsung selamanya perubahan yang lebih baik pada pasien dengan gangguan kepribadian Obsesif Kompulsif , khususnya jika mereka mampu untuk datang dengan impuls agresif terletak di belakang sifat karakter pasien. Tampaknya ahli analisis dan dokter pskiatrik berorientasi tilikan telah mengamati gejala perbaikan yang bermakna pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif di dalam perjalanan analisis atau psikoterapi tilikan yang panjang.Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan obsesif kompulsif yang walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial, dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan orang profesional yang tertarik, simpatik dan mendorong pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut tanpa hal tersebut gejala akan menyebabkan gangguan bagi mereka. Kadang kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai intesitas yang tidak dapat ditoleransi adalah perlu merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat ditoleransi5.Anggota keluarga pasien sering kali menjadi putus asa karna prilaku pasien, tiap usaha psikoterapeutik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui perlengkapan dukungan emosional, penententraman, penjelasan dan nasihat tentang bagaimana menangani dan berespons terhadapa pasien.b. Terapi prilaku

Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan terapi prilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif kompulsif dan beberapa dataa menyatakan efek bermanfaat adalah berlangsung lama dengan terapi prilaku. Dengan demikian banyak klinisi mempertimbangkan terapi prilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan prilaku utama pada gangguan obsesif kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respons, desensitisasi menghentikan pikiran, terapi impulsi dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif kompulsif, dalam terapi prilaku pasien harus benar benar menjalannkannya untuk mendapat perbaikan1,5.

c. Terapi lainTerapi keluarga sering kali berguna dalam mendukung keluarga, membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan dan membantu ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi kelompok adalah berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien. Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko harus dipertimbangkan.ECT adalah tidak se-efektif bedah psiko tetap kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan, prosedur bedah psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan obsesif kompulsif adalah singulotomi yang berhasil dalam mengobati 20-30 persen yang tidak responsif terhadap pengobatan lain. Komplikasi dari bedah psiko ialah perkembangan kejang yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan phenytoin. Beberapa pasien yang tidak berespons dengan bedah psiko saja dan yang tidak berespons terhadap farmakoterapi atau terapi prilaku sebelum operasi menjadi berespons terhadap farmakoterapi atau terapi prilaku setelah bedah psiko5.

KESIMPULANGangguan Obsesif Kompulsif dapat merupakan gangguan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan , aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.Prevalensi gangguan kompulsi sebesar 2-2,4%, sebagian besar gangguan mulai pada saat renaja atau dewasa muda (umur 18-24 tahun). Tetapi bisa terjadi pada masa kanak, perbandingan antara laki laki dan perempuan sama, Penyebab gangguan ini bersifat multifaktor yaitu interaksi antara faktor biologik, genetik dan faktor psikososial.Ada empat pola gejala utama gangguan kompulsi yaitu kontaminasi, sikap ragu ragu yang patalogik,pikiran yang intrusif dam simetri, diagnosis bandingnya terdiri dari kondisi medis, gangguan Tourette dan gangguan psikiatrikMengingat faktor utama penyebab dari gangguan obsesif kompulsif adalah faktor biologik, maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi prilaku.

DAFTAR PUSTAKA1. Sylvia D elvira, Noorhana SWR, dkk. editor. Buku Ajar Psikiatri: Edisi2 .2013. Balai Penerbit FK UI. h 273-62. Kaplan&Sadock. Comphrensive text book of Pschiatry. Edisi 7. 2000 :h 1491-1493, 14983. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III(PPDGJ). 2003. Jakarta. h 182-64. Hollander E, Obsesive Compulsive spectrum Disorders. Phsyiactric Anals. 2005 : h 352-45. Kaplan&Sadock. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. 2007. Balai Penerbit EGC. Jakarta : h 56-68

Laporan Kasus - Letak Sungsang1

14

13