REFERAT FORENSIK

58
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Terdapatnya luka yang fatal maupun tidak fatal memiliki nilai pembuktian. Banyak kasus yang memiliki sejumlah luka eksternal dan internal, dan peran relatif mereka dalam menyebabkan kematian perlu ditafsirkan. Arti penting dari trauma yang diamati pada penentuan penyebab, saat, dan cara kematian. 1 Kematian akibat trauma benda tumpul dan tajam terjadi dalam berbagai skenario. 1 Trauma tetap menjadi penyebab utama kematian pada individu berusia 1 sampai 44 tahun, dengan mayoritas cedera dapat dicegah. 2 Tabrakan kendaraan bermotor adalah penyebab utama kematian trauma pada semua kelompok umur antara 1 sampai 65 tahun. 2 Pada individu lebih dari 65 tahun, jatuh menjadi penyebab utama kematian. 2 Hampir semua kematian transportasi termasuk yang melibatkan tabrakan kendaraan bermotor, pejalan kaki disambar kendaraan, kecelakaan pesawat, dan kecelakaan kapal hasil dari trauma benda tumpul. Kematian lain yang dihasilkan dari trauma benda tumpul melibatkan melompat atau jatuh dari ketinggian. 3 Sebuah studi yang dilakukan di Kantor Dallas County Pemeriksa Medis menunjukkan bahwa, dari 630 kematian dari 1

description

nkn

Transcript of REFERAT FORENSIK

Page 1: REFERAT FORENSIK

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik.

Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Terdapatnya luka yang fatal

maupun tidak fatal memiliki nilai pembuktian. Banyak kasus yang memiliki sejumlah

luka eksternal dan internal, dan peran relatif mereka dalam menyebabkan kematian

perlu ditafsirkan. Arti penting dari trauma yang diamati pada penentuan penyebab, saat,

dan cara kematian.1

Kematian akibat trauma benda tumpul dan tajam terjadi dalam berbagai

skenario.1 Trauma tetap menjadi penyebab utama kematian pada individu berusia 1

sampai 44 tahun, dengan mayoritas cedera dapat dicegah.2 Tabrakan kendaraan

bermotor adalah penyebab utama kematian trauma pada semua kelompok umur antara 1

sampai 65 tahun.2 Pada individu lebih dari 65 tahun, jatuh menjadi penyebab utama

kematian.2

Hampir semua kematian transportasi termasuk yang melibatkan tabrakan

kendaraan bermotor, pejalan kaki disambar kendaraan, kecelakaan pesawat, dan

kecelakaan kapal hasil dari trauma benda tumpul. Kematian lain yang dihasilkan dari

trauma benda tumpul melibatkan melompat atau jatuh dari ketinggian.3

Sebuah studi yang dilakukan di Kantor Dallas County Pemeriksa Medis

menunjukkan bahwa, dari 630 kematian dari cedera benda tajam (menusuk, mengiris,

memotong), 90% adalah kasus pembunuhan, bunuh diri 7,5%, dan 3,5% kecelakaan.1

Dalam menyelesaikan suatu perkara terutama suatu tindak pidana, tidak jarang

penyidik membutuhkan bantuan dari para ahli, salah satunya adalah seorang dokter

untuk ikut menegakkan dan membela kebenaran serta keadilan yang diwujudkan dalam

bentuk Visum et Repertum. Dokter diharapkan untuk memeriksa korban yang menderita

luka atas permintaan penyidik dan membantu mencari tahu penyebab luka tersebut yang

dapat disebabkan oleh tembakan, aliran listrik, persentuhan dengan benda tumpul,

benda tajam, bahan kimia dan sebagainya. Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal

179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli

kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya.4

Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sebagai dokter, penting untuk

mengetahui cara mengenal luka dan penyebab trauma. Sehingga traumatologi menjadi

1

Page 2: REFERAT FORENSIK

pokok pembahasan dalam referat ini.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari trauma mekanik?

2. Bagaimana klasifikasi dari trauma mekanik?

3. Apa saja jenis-jenis perlukaan yang bisa disebabkan oleh suatu trauma mekanik?

4. Apa saja ciri-ciri dari perlukaan yang disebabkan oleh suatu trauma mekanik?

5. Bagaimana mekanisme terjadinya suatu trauma mekanik?

6. Bagaimana sebuah trauma mekanik dipandang dari aspek hukum?

III. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat memahami definisi dari trauma mekanik

2. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi dari trauma mekanik

3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis perlukaan yang dapat disebabkan oleh

suatu trauma mekanik

4. Mahasiswa dapat memahami ciri-ciri dari perlukaan yang disebabkan oleh suatu

trauma mekanik

5. Mahasiswa dapat memahami mekanisme terjadinya suatu trauma mekanik

6. Mahasiswa dapat memahami trauma mekanik dipandang dari aspek hukum

IV. MANFAAT

1. Referat ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan mengenai

trauma mekanik.

2. Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk dapat digunakan

ilmunya tentang ilmu trauma mekanik dalam praktik kedokteran.

2

Page 3: REFERAT FORENSIK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI KULIT

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan

kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan

iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit

mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar, penyerap, dan indera

perasa.5

Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, dan gelap. Demikian

pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar

terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di

telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut

kasar terdapat pada kepala.5

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan

epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan

dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya

sel dan jaringan lemak

Gambar 1: Anatomi kulitSumber: Study Blue, 2015

3

Page 4: REFERAT FORENSIK

1.1. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah

lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng

yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat

tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum,

merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah

menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di

telapak tangan dan kaki.5

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini

terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang

berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di

ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.

Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang

terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-

jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero.

Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum

spinosum mengandung banyak glikogen.5

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun

vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini

mengalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel

yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong

dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel

pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda,

dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen

(melanosomes).5

4

Page 5: REFERAT FORENSIK

Gambar 2 : Histologi lapisan epidermis7

Sumber : Faculty Cord Edu, 2015

1.2. Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis

yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis

dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis

besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke

epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare

yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas

serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar

lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di

bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung

hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah

umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda.

Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah

mengembang serta lebih elastis.5

1.3. Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,

5

Page 6: REFERAT FORENSIK

besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel

ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula

yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai

cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh

darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung

pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak

mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian

atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).

Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis,

pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di

bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan

pembuluh darah teedapat saluran getah bening.5

II. DEFINISI TRAUMATOLOGI

Traumatologi adalah berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti

kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue), sedangkan logos berarti

ilmu. Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan

kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup.6

III. KLASIFIKASI TRAUMATOLOGI MEKANIK

Trauma mekanik adalah trauma yang paling umum terlihat dalam praktek

forensik.1 Trauma mekanik terbagi menjadi dua bagian yaitu karena kekerasan benda

tajam dan benda tumpul.6

A. Benda Tajam

Luka akibat benda tajam adalah kelainan pada tubuh yang disebabkan persentuhan

dengan benda atau alat bermata tajam dan/ atau berujung runcing sehingga

kontinuitas jaringan rusak atau hilang. Contoh alat : pisau dapur, pecahan kaca,

silet, pedang, keris, celurit, kapak, belati, bayonet dan lain-lain.7

Macam-macam kelainan akibat persentuhan dengan benda tajam:7

Luka iris (Incised wound): Luka akibat benda/ alat yang bermata tajam yang

terjadi dengan suatu tekanan ringan dan goresan pada permukaan tubuh.

6

Page 7: REFERAT FORENSIK

Luka tusuk (Stab wound): Luka akibat benda/ alat yang berujung runcing dan

bermata tajam atau tumpul yang terjadi karena suatu tekanan tegak lurus atau

serong dengan permukaan tubuh.

Luka bacok (Chop wound): Luka akibat benda/ alat yang berat yang bermata

tajam atau agak tumpul yang terjadi oleh suatu ayunan disertai dengan tenaga

yang agak besar.

B. Benda Tumpul

Luka akibat benda tumpul adalah kelainan pada tubuh yang disebabkan

persentuhan dengan benda yang tidak bermata tajam dan memiliki konsistensi

keras atau kenyal, permukaan dapat halus ataupun kasar.7

Macam-macam kelainan akibat persentuhan dengan benda tumpul:7,8

Luka lecet (Abrasion): Suatu kerusakan yang mengenai lapisan atas dari

epidermis akibat kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang

kasar, sehingga epidermis menjadi tipis sebagian atau seluruh lapisannya

hilang. Dapat terjadi akibat tergores, terserut, tertekan atau tergeser.

Luka memar (Contussio): Suatu kerusakan yang mengenai jaringan subkutan

sehingga pembuluh-pembuluh darah rusak dan pecah sehingga darah meresap

ke jaringan sekitarnya. Disini permukaan tidak selalu mengalami kerusakan.

Luka robek (Laceration): Suatu kerusakan yang terjadi pada seluruh bagian

tebal kulit dan juga jaringan yang terdapat dibawahnya. Sehingga epidermis

terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebasea juga mengalami

kerusakan.

Luka retak (Fracture): Luka pada kulit daerah tubuh yang ada tulang tepat

dibawah kulit tersebut. Misalnya: Kepala dan tulang kering.

IV. MEKANISME TERJADINYA TRAUMA

Sebuah peristiwa traumatik dibagi menjadi tiga tahap: pre-crash, crash, post-

crash. Istilah crash tidak berarti kecelakaan kendaraan. Dalam setiap kasus trauma,

energi dipertukarkan dari antara benda bergerak dan jaringan tubuh manusia atau

antara tubuh manusia bergerak dan benda tidak bergerak.9

7

Page 8: REFERAT FORENSIK

Tahap pre-crash mencakup semua peristiwa yang mendahului suatu kejadian.

Kondisi yang hadir sebelum kejadian, namun penting dalam pengelolaan cedera

pasien, yang dinilai sebagai bagian dari penyebab kecelakaan. Hal ini termasuk hal-hal

seperti kondisi akut pasien atau sebelumnya sudah dalam pengobatan suatu penyakit,

konsumsi zat rekreasi (obat-obatan terlarang, alkohol, dll), dan status mental pasien.

Biasanya, pasien trauma muda tidak memiliki penyakit kronis sedangkan pada pasien

yang lebih tua, kondisi medisnya sebelum terjadi trauma dapat menyebabkan

komplikasi serius dalam penilaian sebelum di rumah sakit dan manajemen pasien yang

secara signifikan dapat mempengaruhi hasil.9

Tahap crash dimulai pada saat tumbukkan antara satu objek yang bergerak

dengan benda kedua. Objek kedua dapat bergerak atau stasioner dan dapat berupa

objek atau seseorang. Tiga benturan yang biasanya terjadi pada kecelakaan kendaraan:

(1) benturan kepada dua benda; (2) benturan kepada penumpang ke dalam kendaraan;

dan (3) benturan kepada organ vital dalam penumpang. Misalnya, ketika kendaraan

menyerang pohon, benturan pertama adalah tabrakan kendaraan dengan pohon.

Benturan kedua adalah penumpang kendaraan mengenai roda kemudi atau kaca. Jika

pasien tertahan dengan sabuk pengaman, benturan terjadi antara penumpang dengan

sabuk pengaman. Benturan ketiga adalah antara organ internal pasien dan atau dinding

dada, dinding perut, atau tengkorak.9

Tahap post-crash dimulai segera setelah energi dari kecelakaan yang diserap.

Timbulnya komplikasi dari trauma yang mengancam jiwa dapat menjadi lambat atau

cepat (atau komplikasi ini dapat dicegah atau dikurangi secara signifikan) tergantung

sebagian pada perawatan yang diberikan di tempat kejadian dan perjalanan ke rumah

sakit. Pada tahap postcrash, pemahaman suatu kinematika dari trauma, indeks

kecurigaan tentang cedera, dan keterampilan penilaian yang kuat semua menjadi

penting untuk hasil pasien.9

Suatu proses kejadian untuk menentukan kekuatan dan gerak apa yang terlibat

dan cedera apa yang mungkin dihasilkan dari kekuatan-kekuatan disebut kinematika.

Karena kinematika didasarkan pada prinsip-prinsip dasar fisika, pemahaman tentang

hukum yang bersangkutan fisika diperlukan. Hukum kekekalan energi dikombinasikan

dengan Hukum kedua Newton tentang gerak menjelaskan bahwa energi tidak dapat

diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dalam bentuk. Konsep yang sama

berlaku untuk tubuh manusia ketika dalam keadaan diam dan berkontak dengan objek

bergerak seperti pisau, peluru, atau tongkat baseball.9

8

Page 9: REFERAT FORENSIK

Energi kinetik adalah fungsi dari massa objek dan kecepatan. Meskipun mereka

tidak persis sama, berat korban digunakan untuk mewakili massa nya (m).1,9 Dan

Velocity (V) melambangkan kecepatan dan arah benda yang mengenai tubuh korban.1,9

Hubungan antara berat dan kecepatan akan mempengaruhi energi kinetik yang

dirumuskan sebagai berikut:

Peningkatan kecepatan akan menghasilkan energi kinetik yang lebih besar

dibandingan peningkatan massa. Karena lebih banyak energi yang akan di ubah akan

memberi dampak cedera yang lebih berat lagi. Kecepatan adalah eksponensial dan

massa adalah linear, hal ini sangat penting bahkan ketika ada perbedaan massa antara

kedua benda. Yang dijelaskan sebagai berikut:9

Gaya (energi) diperlukan untuk menempatkan struktur dalam gerakan.9 Gaya ini

(energi) diperlukan untuk membuat kecepatan tertentu. Kecepatan disampaikan

tergantung pada berat (massa) dari struktur.9 Akselerasi adalah perubahan kecepatan

(Velocity) yang terjadi dalam suatu periode waktu (Time) atau di sebut sebagai

percepatan.1 Setelah energi ini diteruskan kepada struktur dan ditempatkan dalam

gerakan, gerakan akan tetap sampai energi yang menyerah (hukum pertama Newton

tentang gerak).9 Kehilangan energi ini akan menempatkan komponen lain dalam

gerakan (partikel jaringan) atau hilang sebagai panas (dihamburkan ke benda lain).9

Keterkaitan antara kecepatan (Velocity) deformitas tubuh dan tingkat kompresi

(Compression) merupakan faktror penting dalam penyebab cedera.1 Keparahan cedera

telah digambarkan sebagai produk dari dua faktor tersebut (Velocity x Compression).1

Sebagai contoh (Gambar 3) pertukaran energi dari kendaraan yang bergerak

untuk pejalan kaki meremukkan jaringan dan menanamkan kecepatan dan energi untuk

pejalan kaki untuk mengetuk korban jauh dari titik benturan.9

Energi Kinetik = 0,5 mv2

Massa x akselerasi = gaya = massa x deselerasi

9

Page 10: REFERAT FORENSIK

Gambar 3: Pertukaran energi dari kendaraan yang bergerak untuk pejalan kaki meremukkan jaringan dan menanamkan kecepatan dan energi untuk pejalan kaki untuk mengetuk korban jauh dari titik benturan. Cedera pasien dapat terjadi pada titik benturan sebagai pejalan kaki

yang tertabrak kendaraan dan pejalan kaki sebagai yang dilemparkan ke tanah atau ke kendaraan lain.

Sumber : Prehospital Trauma Life Support, 2014

Ketika tubuh manusia bertabrakan dengan benda padat, atau sebaliknya, jumlah

partikel jaringan tubuh yang dipengaruhi oleh benda padat menentukan jumlah

pertukaran energi yang terjadi. Transfer energi ini menghasilkan sejumlah kerusakan

(cedera) yang terjadi pada pasien. Jumlah partikel jaringan yang terkena ditentukan

oleh kepadatan (partikel per volume) dari jaringan dan ukuran bidang kontak dari

benturan.9

Kepadatan jaringan adalah (diukur dalam partikel per volume), semakin besar

jumlah partikel yang akan terkena benda bergerak dan, karena itu, semakin besar

tingkat dan jumlah total energi yang dipertukarkan. Meninju ke bantal bulu dan

meninju pada kecepatan yang sama ke dinding bata akan menghasilkan efek yang

berbeda pada tangan. Penyerapan energi lebih banyak dengan dinding bata padat

dibandingkan dengan bantal bulu yang kurang padat, yang menghilangkan gaya.

Secara sederhana, tubuh memiliki tiga jenis kepadatan: kerapatan udara (paru-paru dan

beberapa bagian dari usus), kepadatan air (otot dan organ tubuh yang paling padat,

misalnya hati, limpa), dan kepadatan padat (tulang). Oleh karena itu, jumlah

10

Page 11: REFERAT FORENSIK

pertukaran energi (dengan cedera yang dihasilkan) akan tergantung pada jenis organ

dipengaruhi.9

Luas permukaan benturan dapat dimodifikasi dengan perubahan di daerah

permukaan benturan. Jumlah pertukaran energi yang akan menghasilkan kerusakan

pasien tergantung pada energi tekanan dari objek dan kepadatan jaringan di jalur

pertukaran energi tersebut. Yang dapat dijelaskan dalam rumus fisika tentang tekanan

yaitu:9

Suatu energi tekanan (P) yang dihasilkan, dipengaruhi oleh suatu besar gaya (F)

dari objek penyebab trauma, dan luas permukaan objek (A) yang menyentuh

permukaan kulit. Semakin kecil luas permukaan objek yang bersentuhan dengan kulit,

akan menghasilkan energy tekanan yang lebih besar, sehingga objek tersebut dapat

menembus kulit dan membuat suatu luka terbuka. Dan bila semakin besar luas

permukaan objek yang bersentuhan dengan kulit, akan menghasilkan energy tekanan

yang lebih kecil, sehingga objek tersebut tidak dapat menembus permukaan kulit dan

tidak membuat suatu luka terbuka.9 Dalam kedua contoh, sebuah rongga luka (kavitasi)

pada pasien tersebut dibuat oleh kekuatan objek penyebabnya.9

Jenis kavitas disebabkan sebagai berikut:9

Rongga sementara disebabkan oleh peregangan jaringan yang terjadi pada

saat benturan. Karena sifat elastis dari jaringan tubuh, sebagian atau

seluruh isi rongga kembali sementara untuk posisi mereka sebelumnya.

Ukuran, bentuk, dan bagian dari rongga yang menjadi bagian dari

kerusakan permanen tergantung pada jenis jaringan, elastisitas jaringan,

dan berapa banyak pantulan jaringan yang terjadi. Contoh pada trauma

benda tumpul.

Rongga permanen yang tersisa setelah rongga sementara hilang dan

merupakan bagian yang terlihat dari kerusakan jaringan. Selain itu, ada

rongga hancur yang dihasilkan oleh kontak langsung dari objek kepada

jaringan. Contoh pada trauma benda tajam.

Sebagai contoh (Gambar 4) , agar peluru terhentikan dalam tubuh manusia,

ledakan yang terjadi dalam jaringan harus setara dengan ledakan dari senjata

(percepatan x massa = gaya = massa x perlambatan).9

P= F A

11

Page 12: REFERAT FORENSIK

Gambar 4: Saat peluru berjalan melalui jaringan, energi kinetik yang ditransfer ke jaringan yang berkontak, akan terjadi perlambatan dari jaringan untuk menghentikan peluru.

Sumber : Prehospital Trauma Life Support, 2014

Satu-satunya perbedaan yang nyata adalah penetrasi kulit. Jika seluruh energi

obyek terkonsentrasi pada satu area kecil dari kulit, kulit mungkin akan robek, dan

objek akan masuk ke dalam tubuh dan membuat pertukaran energi lebih terkonsentrasi

di sepanjang jalur tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kekuatan destruktif yang lebih

besar untuk satu daerah. Sebuah objek yang lebih besar yang energinya tersebar di area

yang jauh lebih besar dari kulit mungkin tidak menembus kulit. Kerusakan akan

didistribusikan di wilayah yang lebih besar dari tubuh, dan pola cedera akan kurang

terlokalisasi.9

4.1 TAJAM

Mekanisme terjadinya trauma tajam disebabkan oleh benda tajam. Benda yang

“tajam” dimaksud sebagai benda atau alat yang bermata tajam dan atau berujung

runcing atau dapat juga berujung runcing tetapi tidak bermata tajam. Bermata tajam

artinya dapat untuk mengiris, berujung runcing artinya dapat untuk menusuk atau

mengoyak.7

Mekanisme terjadinya luka iris karena mata tajam dari senjata tersebut

ditekankan lebih dahulu ke suatu bagian dari tubuh, kemudian digeser ke arah yang

sesuai dengan arah senjata, maka mempunyai ciri-ciri umum luka akibat senjata

tajam dengan panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.7

Mekanisme terjadinya luka tusuk karena bagian ujung dari senjata tajam

ditembakkan pada satu bagian dari tubuh dengan arah tegak lurus atau miring dan

kemudian ditekan ke dalam tubuh sesuai arah senjata tersebut. Pada luka tusuk, sudut

luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata

12

Page 13: REFERAT FORENSIK

satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti

benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip,

luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata

satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya

bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh

ujung dan sisi tajamnya. Panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda

tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan

panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan

gerakan korban.7

Mekanisme terjadinya luka bacok karena senjata tajam yang ukurannya relative

besar dan diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata

tersebut mengenai suatu bagian dari tubuh. Tulang-tulang dibawahnya biasanya

berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka.7

4.2 TUMPUL

Mekanisme terjadinya trauma tumpul disebabkan oleh benda tumpul.7 Benda

yang “tumpul” dimaksud sebagai benda yang tidak bermata tajam, yang mempunyai

konsistensi yang keras atau kenyal, permukaannya dapat halus ataupun kasar.7 Jika

benda tersebut dibenturkan, membentur maupun terbentur tubuh dengan keras,

energi mekanis akan terlokalisir dan akan menimbulkan rasa sakit dan kelainan atau

kerusakan pada tubuh.1,7 Timbul dan meluasnya cedera tergantung pada jumlah

kekuatan energi mekanis yang dikeluarkan dari benda tumpul tersebut.1 Pembagian

kekerasan karena benda tumpul dibagi berdasarkan, besar kecilnya tubuh yang

terkena dan jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan (gambar 4).7

Menurut besar kecilnya tubuh yang terkena dibagi menjadi localized dan

generalized.7 Localized hanya mengenai sebagian kecil dari tubuh, merupakan akibat

kekerasan dari sesuatu benda dengan luas tertentu yang relative kecil.7 Generalized

mengenai seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh.7 Cara kejadiannya ada 3 macam

yaitu; terlempar, tergilas/tertindih, dan terkoyak.7

Menurut jaringan atau organ yang terkena dan mengalami kerusakan dibagi

menjadi bagian kulit, kepala, leher, dada, perut, dan anggota gerak.7

Kekerasan benda tumpul pada kulit dan jaringan dibawahnya, dapat terjadi luka

lecet, luka memar, dan luka robek. Mekanisme terjadinya luka lecet akibat benda

dengan permukaan yang kasar mengenai kulit sehingga lapisan kulit hilang sebagian

13

Page 14: REFERAT FORENSIK

atau seluruhnya. Luka lecet dapat memberi petunjuk tentang benda yang

menyebabkannya, seperti kuku, aspal, tali, ban.7

Mekanisme terjadinya luka memar akibat benturan benda tumpul dengan

bagian tubuh yang mempunyai jaringan lemak di bawahnya dan berkulit tipis,

sehingga mengalami kerusakan pada jaringan subkutan, dan pembuluh-pembuluh

darah (kapiler) rusak dan pecah, lalu terjadi resapan darah ke jaringan sekitarnya.7

Mekanisme terjadinya luka robek akibat persentuhan langsung dengan benda

keras pada kulit diatas tulang, arah miring atau tangensial dengan benda kasar, benda

yang berputar, dan patah tulang yang menembus kulit diatasnya, sehingga seluruh

tebal kulit mengalami kerusakan dan juga jaringan dibawah kulit tersebut. Pada

umumnya kalau sembuh akan menimbulkan jaringan parut (sikatriks).7

Kekerasan benda tumpul pada kepala, leher, dada, perut, anggota gerak dan

jaringan dibawahnya, dapat terjadi luka lecet, memar atau robek. Luka tersebut sering

merupakan petunjuk adanya kelainan disebelah dalam tubuh.7

14

Page 15: REFERAT FORENSIK

Gambar 5: Skema diagram kekerasan karena benda tumpul.Sumber : Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan medikolegal, 2010

V. TEMUAN KLINIS

5.1 Makroskopis

5.1.1 Luka benda tajam

Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam :6

Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing.

Kekerasan karena benda tumpul

Menurut besar kecilnya tubuh yang

terkena

Localized

Serangan manusia

Serangan binatang

Tubrukan

Genelarlized

Terlempar

Tergilas/tertindih

Terkoyak

Menurut jaringan atau organ yang

terkena dan mengalami kerusakan

Kulit

Kepala

Leher dan tulang belakang

Dada

Perut

Anggota gerak

15

Page 16: REFERAT FORENSIK

Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya

memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus

atau sedikit lengkung.

Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

Bentuk luka iris :6,7

1. Bila sejajar arah serat elastis/otot luka berbentuk celah.

2. Bila tegak lurus arah serat elasts/otot luka berbentuk mengangga.

3. Bila miring terhadap serat elastis/otot luka berbentuk asimetris.

Ciri-ciri luka iris :6,7

1. Tepi dan permukaan luka rata

2. Sudut luka lancip

3. Tidak ada jembatan jaringan

4. Tidak ditemukan luka memar atau lecet disekitarnya.

5. Tidak mengenai tulang

6. Panjang luka lebih besar dari dalam luka

16

Page 17: REFERAT FORENSIK

Gambar 6: Luka iris yang dalam pada lenganSumber : Color Atlas of Forensic Pathology, 2000

Gambar 7: Luka iris pada pipi kiri akibat pisauSumber : Color Atlas of Forensic Pathology, 2010

Tabel 1. Proses penyembuhan luka iris7,10

Waktu Deskripsi

Baru Pembentukan hematom

12 jam Ujung-ujungnya merah, bengkak; infiltrasi leukosit

17

Page 18: REFERAT FORENSIK

24 jam Bekuan keropeng kering terlihat pada luka; tunas pembuluh darah mulai terbentuk

36 jam Regenerasi jaringan kapiler; aktivitas mitosis pada sel basal

Hari ke 2-3 Luka diisi dengan fibroblas dan tunas kapiler tumbuh kedalam dari permukaan luka

Hari ke 3-5 Terlihat fibril; penebalan pembuluh darah

Minggu ke 1-2 Bekas luka terbentuk

Gambar 8: luka iris baruSumber: Clolor atlas of forensic Medicine anf pathology, 2009

Gambar 9: Beberapa luka iris pada percobaan bunuh diriSumber: Clolor atlas of forensic Medicine anf pathology, 2009

18

Page 19: REFERAT FORENSIK

Gambar 10. Proses penyembuhan lukaSumber: Cambrige university press, 2000

Ciri – ciri luka tusuk :6,7

Bila alat berujung runcing dan bermata tajam1. Tepi luka rata2. Sudut luka tajam, pada sisi tumpul dari alat, sudut luka kurang tajam.3. Pada sisi tajam dari alat, rambut ikut terpotong4. Bila tusukan dilakukan sampai pangkal pisau, kadang-kadang

ditemukan memar disekitar luka.5. Ukuran dalam luka lebih besar daripada panjang luka

19

Page 20: REFERAT FORENSIK

Gambar 11: Luka tusuk dengan sudut luka tajamSumber : Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology, 2009

Gambar 12: Luka tusuk yang menganga dengan ketegangan kulit

sekitarnya yang signifikanSumber : Color Atlas of Forensic Medicine and

Pathology, 2010

Ciri-ciri luka bacok :6,7

1. Ukuran biasanya besar2. Tepi luka tergantung pada mata senjata: tajam atau kurang tajam. Makin

tajam mata senjata yang digunakan, tepi luka yang ditimbulkan makin rata.

3. Sudut luka tergantung mata senjata yang digunakan.4. Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, kadang-kadang

bagian tubuh yang mengalami bacokan ikut terputus.5. Dapat dijumpai memar atau lecet disekitar luka.

20

Page 21: REFERAT FORENSIK

Gambar 13: Luka Bacok yang disebabkan oleh gergaji

Sumber : Color Atlas of Forensic Pathology, 2000

5.1.2 Luka benda tumpul

Ciri-ciri luka lecet:6,7

1. Bentuk tidak teratur

2. Batas luka tidak teratur

3. Tepi luka tidak rata

4. Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan

5. Sebagian atau seluruh epitel hilang

6. Kemudian permukaan tertutup oleh eksudasi yang mongering (crusta)

7. Timbul reaksi radang berupa penimbunan sel-sel PMN

8. Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut.

Gambar 14 : Ilustrasi luka lecet.Sumber : Elastoplast, 2015

21

Page 22: REFERAT FORENSIK

Gambar 15: Luka lecet yang tidak dalamSumber : Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology, 2010

Gambar 16: Luka lecet yang dalam dan baruSumber : Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology, 2010

Gambar 17: Luka lecet kuning besar post mortemSumber : Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology, 2010

22

Page 23: REFERAT FORENSIK

Luka lecet dapat terjadi ante mortem atau post mortem.7 Luka lecet

antemortem :7

Warna coklat kemerahan karena eksudasi

Mikroskopis terdapat sisa-sisa epitelium dan tanda-tanda intravital

Post mortem :7

Tampak mengkilap, warna kekuningan.

Mikroskopis epidermis terpisah sempurna dari dermis dan tidak

ditemukan tanda-tanda intravital.

Pada umumnya terjadi pada daerah penonjolan tulang.

Tabel 2. Proses penyembuhan luka lecet,10

Waktu Deskripsi

Baru Merah cerah

12-24 Jam Cairan limfa kelenjar getah dan darah

mengering memproduksi keropeng

berwarna merah terang

Hari ke 2-3 Keropeng berwarna coklat kemerahan

Hari ke 4-7 Epitel menutup defisit di bawah

keropeng

Setelah 7 hari Keropeng kering, menyusut, dan jatuh

Gambar 18: Tahapan penyembuhan luka lecetSumber: Dreamstime, 2015

Ciri-ciri luka memar:6,7

23

Page 24: REFERAT FORENSIK

1. Lokasi luka memar disembarang tempat

2. Pembengkakan dan tanda-tanda intravital

3. Bila ditekan atau diiriskan warna luka memar tidak menghilang.

Gambar 19: Ilustrasi luka memar.

Sumber: University of Florida Health, 2015

Gambar 20: Luka memar baru pada lengan.Sumber : Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology, 2010

24

Page 25: REFERAT FORENSIK

Gambar 21: Penyembuhan luka memar.

Sumber : Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology, 2010

Tabel 3. Proses penyembuhan luka memar7,10

Waktu Deskripsi

Awal Merah

Beberapa jam hingga hari ke 3 Biru

Hari ke 4 Kebiruan sampai coklat

Hari ke 5-6 Kehijuan

Hari ke 7-12 Kekuningan

2 minggu Kembali normal

Ketika terjadi luka memar buluh darah pecah, darah keluar dan hemoglobin

menyebabkan memar berwarna merah. Lalu hemoglobin di fagositosis oleh makrofag

dan mengalami degradasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau lalu menjadi

bilirubin yang berwarna kuning dan terakhir menjadi hemosiderin yang berwarna

emas kecoklatan sebelum sembuh dan kembali seperti normal warnanya.3

Ciri-ciri luka robek:6,7

1. Terdapat memar dan lecet

25

Page 26: REFERAT FORENSIK

2. Terdapat jembatan jaringan

3. Sudut/ tepi luka tumpul

4. Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tidak rata

5. Bila ditautkan tidak

dapat rapat

6. Tebing luka tidak rata

7. Lokasi luka lebih

mudah terjadi pada daerah

yang dekat dengan tulang

Gambar 22: Ilustrasi luka robekSumber : WebMd, 2015

26

Page 27: REFERAT FORENSIK

Gambar 23: Korban mati yang dipukuli dengan pipa logam, mengakibatkan beberapa laserasi linear pada titik kulit kepalaSumber: Forensic Pathology, 2005

Tabel 4. Perbedaan antara luka iris dan luka retak7

Ciri-ciri Luka Iris Luka Retak

Tepi luka Tajam Tidak tajam

Sudut luka Tajam Tidak tajam

Permukaan luka Rata Tidak rata

Jembatan jaringan Tidak ada Ada

Memar/lecet sekitar luka Tidak ada Ada

Gambar 24: Korban kecelakaan pejalan kaki tertabrak bamper mobil pada tulang kering menyebabkan fraktur terbuka

Sumber: Commons.wikimedia.org, 2015

5.2 Mikroskopis

27

Page 28: REFERAT FORENSIK

Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka

perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik (histopatologi) pada korban mati.6

Traumatologi forensik dan histopatologi dibutuhkan untuk:11

Membuktikan cedera yang ditimbulkan

Menentukan apakah trauma itu dilakukan ketika hidup (intravital) atau

setelah kematian (postmortem)

Menentukan apakah, dalam kasus trauma intravital, usia cedera dapat

ditentukan, dan dengan demikian juga apakah waktu bertahan setelah

cedera penderitaan dapat ditentukan

Menentukan apakah cedera trauma terkait sesuai dengan kejahatan yang

dituduhkan

Menentukan apakah temuan histopatologi pada kasus-kasus individu

yang cukup spesifik untuk baik membuktikan atau mengecualikan

peristiwa tertentu atau dugaan kejahatan

Hematoma dan demarkasi dari luka sekitarnya memiliki kriteria yang relatif

pasti, tapi apakah cedera adalah "segar" atau "tidak segar" tidak dapat ditentukan

dari pengihatan makroskopis. Evaluasi makroskopik kasar usia cedera dapat

ditingkatkan dengan cara histologis konvensional dan investigasi imunohistokimia.

Histologi konvensional menunjukkan reaksi seluler dengan metode pewarnaan

rutin (misalnya, H & E, PAS, biru Prusia, telur, Trichrome).12

Temuan ini hanya dapat dilihat, namun setelah waktu bertahan hidup atau

umur luka 30 menit. Hanya infiltrasi neutrofil bisa mulai lebih awal; deteksi serat

kolagen baru dan pembentukan jaringan granulasi terjadi kemudian. Meskipun

banyak penelitian penentuan umur pada luka, konvensional histologis penentuan

umur luka tetap dasar dari semua diagnosa usia luka.

Dalam ilmu kedokteran forensik, temuan histomorphological yang

membuktikan bahwa cedera telah ditimbulkan selama hidup. Ini berarti bahwa

perubahan tertentu tidak dapat ditimbulkan postmortem. Dalam konteks ini, berikut

ini telah diselidiki oleh Bertz:12

Ekskresi fibrin, yang dimulai cedera hampir segera setelah, tetapi yang juga

dapat diamati postmortem.

Agregat trombosit, yang sulit untuk mengenali dan dapat juga terjadi pada

fase awal postmortem.

28

Page 29: REFERAT FORENSIK

Sebuah debit sel mast besar dapat diamati setelah sekitar 2-4 jam, sedangkan

debit sel tunggal dapat diamati sebelumnya; Namun, fenomena ini sulit

dideteksi secara mikroskopis

Metachromatic warna biru toluidin ditunjukkan untuk menjadi artefak, dan

ekstraseluler PAS-positif mukopolisakarida sedimen rilis yang penting

sedikit, karena pengayaan proteoglikan juga mungkin postmortem.

Metode lain berhubungan dengan waktu yang cukup lama setelah timbulnya

luka (tanda-

tanda respon

aktif dari

tubuh, seperti

peradangan,

resorpsi, dan

proses

perbaikan

luka).

Saat ini,

histologi

konvensional tetap dasar untuk perkiraan penentuan umur luka. Di sini, fokus

terletak pada reaksi seluler: terjadinya granulosit neutrofil, limfosit, makrofag, dan

serat kolagen jaringan (fibroblas, fibrocytes). Reaksi fagositosis mengarah pada

pembentukan fag lipoprotein, siderophages, dan erythrophages.12

Efek khas trauma tumpul ke tubuh di lokasi benturan trauma meliputi

kerusakan lokal sel dalam jaringan dan kapiler kecil atau pembuluh darah yang

lebih besar, dengan perdarahan akut berikutnya dalam jaringan yang terkena.

Cedera pada jaringan itu sendiri harus dibedakan dari perdarahan trauma terkait

dalam jaringan. Dalam konteks ini, lemak, otot, tulang, dan jaringan saraf dapat

terluka. Perhatian khusus juga harus diberikan untuk cedera organ, yaitu, jaringan

organ-spesifik.11

29

Page 30: REFERAT FORENSIK

Gambar 25: Perdarahan segar dalam subkutan jaringan otot dari permukaan ekstensor dari lengan kanan (mekanisme pertahanan diri terhadap cedera) berikut trauma tumpul akibat

pukulan dengan tongkat (HE × 200)Sumber: Forensic histopathology, 2011

Gambar 26: Perdarahan

intrapulmonary luas dalam kasus memar paru (H & E × 40)Sumber: Forensic histopathology, 2011

30

Page 31: REFERAT FORENSIK

Dalam kasus luka tusuk intravital, perdarahan eksternal dari bagian luka

tersebut terjadi, dimana partikel yang menempel pada objek menembus atau pisau

dapat dicuci. Selama perdarahan berlanjut atau berulang, factor terkait reaksi

penyembuhan luka dalam organisme harus dipertimbangkan (misalnya, sel, benang

fibrin).

Gambar 27: Luka tusukan dari pisau dan lintasan luka dari melalui epidermis dengan sekitarnya perdarahan (H & E × 40)

Sumber: Forensic histopathology, 2011

Perubahan-perubahan histologik dari luka ini sangat dipengaruhi oleh ada

tidakya infeksi.6 Infeksi akan memperlambat proses penyembuhan luka.6

VI. ASPEK MEDIKOLEGAL

Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan ringan, seperti yang tertuang dalam Pasal 352 KUHP yang berbunyi:13,14,15

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

31

Page 32: REFERAT FORENSIK

Pada korban dengan luka sedang, dapat pula merupakan hasil dari tindak penganiayaan, seperti yang disebutkan pada Pasal 351 KUHP ayat (1) yang berbunyi “Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah” dan Pasal 353 KUHP ayat (1) yaitu: “Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana pejara palig lama 4 tahun”.13,14,15

Korban dengan luka berat seperti yang disebutkan pada pasal 90 KUHP adalah sebagai berikut:14

1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;

3) Kehilangan salah satu pancaindra;4) Mendapat cacat berat;5) Menderita sakit lumpuh;6) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Hasil dari tindak penganiayaan tersebut dengan akibat luka berat diatur dalam pasal 351 ayat (2) yang berbunyi: “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana pejara paling lama 5 tahun” atau Pasal 353 ayat (2) yaitu “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikarenakan pidana pejara palig lama tujuh tahun”. Sementara, jika korban dengan luka berat merupakan akibat penganiayaan berat, undang-undang mengaturnya dalam Pasal 354 ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun” atau Pasal 355 ayat (1) yaitu “Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencaa lebih dahulu, diancam degan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.13,14,15

Sementara dalam KUHP, yang dimaksud penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau halangan pekerjaan, seperti bunyi Pasal 352 KUHP. Umumnya, korban datang tanpa luka, atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya atau tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Luka-luka ini dimasukkan ke kategori luka ringan atau luka derajat satu.13,14,15

Hoge Raad menjelaskan pengertian penganiayaan yang tidak disebutkan di KUHP, bahwa menganiaya adalah dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka. Dalam hal ini, semua keadaan yang “lebih berat” dari luka ringan dimasukkan ke dalam kategori luka sedang (luka derajat dua) dan luka berat (luka derajat tiga). Luka sedang adalah keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka berat.13,14,15

Penentuan derajat luka ini penting utuk membuat visum et repertum, sehingga dokter harus memeriksa dengan teliti korban yang datang. Uraian yang dibuat meliputi keadaan umum sewaktu datang, letak, jenis dan sifat luka serta

32

Page 33: REFERAT FORENSIK

ukuran, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medik yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit, dan keadaan akhir saat perawatan. Secara objektif, dapat dimasukkan gejala yang ditemukan pada korban.13,14,15

VII. LAPORAN KASUS

7.1. Abstrak

Kami menyajikan kasus seorang pria 30 tahun yang bunuh diri, menggunakan

tiga pisau, setelah pertengkaran di mana ia berulang kali menikam istrinya.

Selama pemeriksaan mayat pria di tempat kejadian, dua pisau yang ditemukan

tertanam di leher dan satu di perut. Selama otopsi, kami menemukan dua luka

tusuk pada permukaan anterior dari leher di bagian bawah segmen kedua bilateral,

satu luka di sisi kiri dada, dan sebelas luka di perut almarhum dengan berbagai

kedalaman . Dalam luka berkisar antara 1,5 cm sampai 20 cm. Meskipun dugaan

kami bahwa beberapa arteri utama dan / atau pembuluh vena di leher akan

terpotong, kami menemukan hanya robek pada sebagian arteri kecil, saraf,

kelenjar sublingual, dan otot. Dalam hal ini, kami mendefinisikan temuan-temuan

otopsi ini langka, atau lebih tepatnya, sebagai kejadian yang langka. Akibat luka

tusuk yang merupakan lesi anatomi individu tidak akan menyebabkan kematian.

Pada saat otopsi kami dapatkan bahwa luka yang mengancam nyawa adalah luka

tusuk yang terdapat di perut, dimana aorta abdominal terpotong. Hal ini

menyebabkan banyaknya kehilangan darah akut. Pada awal kematian, luka tusuk

pada paru-paru kiri terlibat, mengarah ke hemopneumothorax. Berkaitan dengan

kemungkinan pembunuhan, kita tidak menemukan luka iris atau luka tusuk pada

tubuh jenazah pria yang bisa digambarkan sebagai "pertahanan", atau seperti yang

bisa didapat saat mencoba melarikan diri. Selama penyelidikan polisi, bukti

kehadiran orang ketiga di dalam negeri insiden ini tidak ditemukan.

7.2. Pendahuluan

Sebuah tinjauan literatur menunjukkan bahwa kematian akibat luka dengan

benda tajam kurang umum daripada yang disebabkan oleh benda tumpul, luka

tembak, asfiksia mekanik, dan keracunan obat. Frekuensi kematian ini berbeda di

negara dan wilayah yang berbeda. Cara yang paling umum yang menyebabkan

kematian oleh trauma akut adalah pembunuhan, diikuti oleh bunuh diri dan, yang

paling jarang, kecelakaan.

33

Page 34: REFERAT FORENSIK

Menentukan perbedaan antara pembunuhan, bunuh diri, dan luka karena

kecelakaan merupakan masalah penting untuk forensik. Selain gantung diri dan

melukai diri dengan senjata api, melukai diri dengan benda tajam adalah metode

yang umum digunakan untuk bunuh diri, khususnya pada bagian tenggorokan dan

leher, yang mudah dicapai. Dalam beberapa kasus, membedakan antara jenis

kerusakan dalam cara kematian bisa sulit, terutama mengingat terkadang suasana

di TKP yang mungkin tidak khas bunuh diri.

Konsentrasi yang sangat tinggi dari struktur vital dan fasia yang terbungkus

di daerah kecil khas pada anatomi leher. Kumpulan vaskular, saraf, pernapasan,

dan anatomi menelan memungkinkan dapat cedera yang signifikan pada struktur

vital, serta komplikasi yang berpotensi fatal setelah trauma invasif. Ketika

melihat kmungkinan terjadi luka penetrasi ke leher, daerah ini dibagi menjadi

tiga zona untuk penilaian anatomi dan tujuan terapeutik. Zona I meliputi

wilayah antara klavikula dan tulang rawan krikoid. Zona II meliputi wilayah

antara kartilago krikoid dan angulus mandibula dan berisi arteri karotis dan

vertebralis, faring, vena jugularis internus, trakea, dan esofagus. Zona III

terletak antara angulus mandibula dan basis cranii, dan termasuk arteri karotis

superior dan arteri vertebralis dan faring. Dalam rangkaian dominan terjadinya

luka tusuk, zona I adalah daerah yang paling sering terluka (44%), diikuti oleh

zona II (29%) dan zona III (27%).

Dalam kasus lain bunuh diri dengan benda tajam, mungkin ada beberapa

luka dan di daerah anatomi yang berbeda dari tubuh manusia (leher, dada, perut)

dan terletak terpisah.

7.3. Kronologis

Menurut laporan polisi dan penyidik kasus, seorang pria 30 tahun

ditemukan tewas di rumahnya dengan luka tusuk di perut, dada, dan leher

setelah berulang kali menusuk istrinya. Istri dari jenazah pria ditemukan di

ruang tamu rumah hidup, tak berdaya, dan dibawa ke sebuah rumah sakit

khusus; setelah operasi, sang istri stabil dan bertahan.

7.4. Temuan-temuan otopsi

34

Page 35: REFERAT FORENSIK

a) Pemeriksaan luar

Setelah pemeriksaan luar dari tubuh jenazah, ditemukan 3 luka

traumatis. Luka pertama berada di tulang pipi kanan. Ada memar melengkung,

hingga 1 cm, pucat kekuningan, kering, dan di bawah tingkat kulit di

sekitarnya. Di leher, di bawah angulus mandibula bilateral, hampir identik

dengan gagang kedua pisau tertanam pada sisi kiri dan kanan. Tepi tajam

pisau menghadap ke garis tengah. Pisau di sisi kiri leher yaitu mata pisau, 4

cm dari gagang hingga masuk ke jaringan lunak, dan lebarnya 18 mm pada

kulit. Selama otopsi, ditemukan bahwa panjang tusukan pisau itu 4 cm. Pisau

pada sebelah kanan yang terlihat dari gagang sepanjang 56 mm. Lebar pisau di

kulit 20 mm. Bagian logam pisau di dalam luka adalah 8,2 cm. Arah tusukan

yaitu gabungan dari depan ke belakang, dari bawah ke atas, dan kembali ke

garis tengah panjang yang dijelaskan bagian tusukan pisau. Struktur jaringan

lunak lokal, kelenjar sublingual dan strutur vaskular-saraf terpotong; tebing

luka yang diliputi dalam jaringan sekitarnya tanpa pembentukan kumpulan

darah internal. Setelah pisau sebelah kiri ditarik, didapat panjang luka 15 mm;

pada tepi atas berbentuk runcing, dan tepi bawah luka panjangnya 18 mm.

Luka sebelah kanan berbentuk Z; 12 mm pada bagian atas, 14 mm pada garis

serong, dan 8 mm pada garis bawah. Tepi kedua luka halus, dengan sudut

tajam (Gambar 28).

35

Page 36: REFERAT FORENSIK

Gambar 28. Luka tusuk pada leher.Sumber: Open access, 2013

Luka kedua adalah di daerah kelenjar susu, 4 cm di sebelah kiri garis

tengah, dan pada 123 cm dari tapak kaki. Ada luka tanpa alat di bawah tulang

rusuk ketiga, dengan tepi tajam, dan panjang 17 mm pada arah horisontal.

Selama autopsi, tebing luka terdiri dari jaringan lunak hingga rongga dada, di

bagian basal paru-paru, dimana bagian tajam depannya menembus parenkim

sedalam sekitar 2 cm, tanpa menusuk pleura. Rongga dada sebelah kiri tegang

karena pneumotoraks; di bagian terendah ada sekitar 300 mL darah.

Luka ketiga adalah di daerah di sebelah kiri dinding perut anterior, 95

cm dari tumit kaki kiri, di mana ada terlihat gagang pisau. Arah tusukan

sebagai berikut: pisau melewati jaringan lunak dinding perut, terpotong

dengan panjang 4,5 cm; melewati bagian bawah horizontal usus besar, dan

terdapat 8 cm usus terpisah keluar; kemudian diteruskan dibalik dinding

belakang dasar pemisah usus, melalui permukaan depan dan belakang celah

dinding aorta; berakhir di otot ileopsoas kanan sehingga ujung pisau berada di

daerah selangkangan kanan, 89 cm dari tumit. Di dalam rongga perut ada

sekitar 1400 mL darah berwarna gelap. Pisau bergerigi, dan bagian

pemotongan mengarah ke atas. Panjang keseluruhan 205 mm dan lebar di

dasar gagang 25 mm; pisau sepenuhnya menembus saluran luka yang telah

36

Page 37: REFERAT FORENSIK

dijelaskan. Setelah pisau ditarik di sisi kiri rusuk, 25 mm tepi atas luka,

terdapat bagian kulit yang runcing, di sepanjang tepi bawah, dengan panjang

35 mm. Di daerah bawah potongan pertama, sepanjang kiri setengah dari

perut, ada 4 luka dangkal, menembus kulit tetapi yang tidak menembus ke

dalam rongga perut dan dengan panjang 13 mm, 12 mm, dan 8 mm. Di kanan

setengah dari dinding perut anterior ada enam luka serupa; tertinggi ada di

kanan dan di atas pusar, yang lain ada di kanan dan sedikit di bawah pusar,

dan empat lainnya di atas pangkal paha dan memiliki panjang 15 mm, 20 mm,

8 mm, dan 7 mm, dicatat dari atas ke bawah. Setiap luka kedalamannya tidak

lebih dari 15 mm dan tidak menembus ke dalam rongga perut. Genitalia pria,

tanpa cacat. Daerah anal bersih dan utuh. Luka traumatis tidak ada di

belakang. Tungkai atas dan bawah simetris, tulang sehat tanpa mobilitas yang

abnormal. Pada bagian belakang pergelangan tangan kanan ada lima memar

melengkung (3-5 mm), dengan warna kekuningan pucat, bawah kering, dan di

bawah tingkat kulit sekitarnya (Gambar 29 dan 30).

Gambar 29: Luka tusuk pada perutSumber: Open access, 2013

37

Page 38: REFERAT FORENSIK

Gambar 30: 3 pisau yang tertancap pada tubuh jenazahSumber: Open access, 2013

b) Pemeriksaan dalam

Ketika pemeriksaan internal tubuh dilakukan, terdapat tiga temuan-

temuan. Pertama, membran tengkorak pucat merah muda, tanpa memar tulang

di atap tengkorak, dan alas yang kuat. Jaringan pembuluh darah basal lumayan

baik dengan konfigurasi anatomi. Kedua, rongga mulut bebas dari benda

asing. Laring dan tulang hyoid sehat. Saluran luka yang digambarkan tidak

mengenai servikal - trakea dan esofagus. Paru kiri kolaps ke hilus dari luka

yang dijelaskan dan membentuk kumpulan darah dan udara di rongga dada

sebelah kiri. pada dada terdapat luka penetrasi seperti yang telah dijelaskan di

bawah rusuk kiri ketiga. Ketiga, pada rongga perut terdapat luka seperti yang

telah dijelaskan dan juga pengumpulan darah. Tabir besar seperti yang telah

dijelaskan dan hati, limpa, dan ginjal anemis. Panggul dan tulang belakang

sehat. Otot ileopsoas kanan menunjukkan pemotongan di panggul kecil.

Sebagai hasil dari tes kimia tambahan sampel darah yang diambil dari

tubuh, kami mengkonfirmasi kurangnya etil alkohol, narkotika, dan obat-

obatan dalam jenazah.

38

Page 39: REFERAT FORENSIK

c) Pemeriksaan otopsi

Pada pemeriksaan otopsi, beberapa luka traumatis ditemukan. Ada luka

tusuk di daerah perut sebelah kiri menembus ke dalam rongga perut.

Sebuah saluran luka terbentuk, mencapai otot lumbal kanan dengan celah

sepanjang jalurnya dari jaringan lunak dinding perut, omentum, usus, dan

dinding belakang aorta; ada juga perdarahan di rongga perut sekitar 1400

mL darah cair (cedera sesuai dengan pisau yang ditemukan menikam di

perut selama pemeriksaan TKP). Arah tusukan luka yaitu, depan ke

belakang, kiri ke kanan, dan sedikit atas ke bawah.

Luka tusuk di sebelah kiri dada diperhatikan, dengan luka di kuadran

dalam atas kelenjar payudara kiri; luka terletak pada interkostal tiga,

dengan luka di tepi depan lobus atas paru-paru, terdapat akumulasi darah

sekitar 300 ml , dan pneumotoraks dalam rongga pleura kiri. Arah

tusukan dari depan ke belakang dan hampir dengan orientasi horisontal.

Ada dua luka tusuk di leher bilateral secara anatomis, terletak di bawah

sudut rahang bawah dan dengan lesi kulit pada tingkat yang sama; arah

tusukan yaitu, depan ke belakang, dari bawah mengarah ke atas dan sisi,

berturut-turut, ke arah garis tengah. Ada luka pada jaringan lunak,

kelenjar sublingual, dan struktur saraf dan pembuluh darah, dengan

kedalaman 4 cm untuk cedera di sebelah kiri dan 8,2 cm untuk cedera di

sebelah kanan leher (cedera sesuai dengan pisau yang ditemukan tertanam

di leher di tempat kejadian).

Ada total sepuluh luka tusuk dangkal pada dinding perut anterior. Empat

luka di sebelah kiri dan enam di kanan, dengan kedalaman, tarikan kulit,

dan jaringan subkutan tetapi tanpa penetrasi ke dalam rongga perut.

Ada lima goresan melengkung di bagian belakang pergelangan tangan

dari tangan kanan dan memar di tulang pipi kanannya, tubuh anemis akut.

Kurangnya etil alkohol dan obat-obatan dalam darah jenazah. Kami juga

mencatat tetesan vertikal darah dari leher pada permukaan depan tubuh

dan celana, yang digunakan jenazah, dan noda-noda dari bahan yang

sama pada telapak kaus kaki.

7.5. Diskusi

39

Page 40: REFERAT FORENSIK

Dalam otopsi ini temuan-temuan kematian disebabkan oleh kehilangan darah

akut terutama cedera pada perut, pemotongan aorta abdominal, dan pendarahan masif

di dalam rongga perut. Luka traumatis yang terjadi akibat tabrakan dengan benda

tajam dan runcing, dan seluruhnya dengan penggunaan pisau. Dari deskripsi

karakteristik pisau, jelas dari tiga ukuran yang berbeda, kedua pisau di leher memiliki

parameter data yang sama, dan pisau yang ditusuk ke dalam perut lebih panjang dan

mata pisau yang lebih lebar. Ketiga pisau mirip dan kitchen set yang sama.

Luka tusuk yang terdapat pada tubuh dapat terjadi dalam waktu singkat dan

dengan cepat berturut-turut, tanpa bisa dinilai urutan yang tepat yang mana.

Pemeriksaan menunjukkan luka tusuk di permukaan perut dan berkelompok awalnya

disebabkan luka dalam di rongga perut, di mana pisau berhenti. Kemungkinan diikuti

luka yang terjadi pada kelenjar payudara kiri dan kemudian di leher, di mana dua

pisau lainnya ditemukan. Tusukan dalam waktu singkat menyebabkan perdarahan

akut pada rongga perut dan dada, yang menyebabkan penurunan intensitas dan

hilangnya kualitatif dan kuantitatif gerakan tubuh.

Luka tusuk dangkal di dinding perut anterior berkelompok dan bisa saja

disebabkan oleh penggunaan benda tajam dengan ujung runcing yang lemah, seperti

pisau yang ditemukan. Cedera perut mungkin disebabkan ketika sebuah pukulan berat

dengan tangan atau bagian atas mata pisau mengakibatkan tekanan dan penetrasi

pisau untuk kedalaman tertentu. Luka tusuk di sebelah kiri dada dan leher, di kedua

sisi (dan mungkin dua luka terakhir menurut lokasi dan orientasi dari saluran luka

mereka), menunjukkan bahwa luka-luka ini ditimbulkan pada waktu yang sama.

Cedera seperti mungkin ditimbulkan saat jenazah memegang pisau di kedua tangan

dan menusuknya ke leher. Luka-luka tersebut secara anatomis berada di bagian depan

tubuh, di wilayah yang dapat diakses kedua lengan, dan dari jenis yang dapat

dilakukan sendiri oleh korban, seperti dicatat oleh penulis. Hal ini penting untuk

diingat bahwa tidak ada bukti bahwa jenazah memiliki riwayat masalah kejiwaan.

Kasus ini, disajikan dalam makalah penelitian, adalah panduan mekanisme luka yang

langka, luka yang mengancam diri sendiri. Penggunaan banyak luka tusukan diri

sendiri secara sengaja ke leher, dada, dan perut telah dilaporkan oleh Kaliszan M et al

sebagai cara unik melakukan bunuh diri.

Berkaitan dengan kemungkinan pembunuhan, tidak ditemukan luka tusuk

pada tubuh jenazah yang bisa digambarkan sebagai "defensif". Sejumlah besar luka

yang ditemukan, menunjukkan fakta bahwa orang itu ragu-ragu dan bersedia untuk

40

Page 41: REFERAT FORENSIK

melukai dirinya sendiri. Rasionalisasi ini didukung oleh penulis. Penyelidikan polisi

dalam kasus ini tidak menemukan bukti dari orang ketiga yang hadir pada saat

kejadian ini. Temuan lain bahwa dalam kasus-kasus bunuh diri yang disebabkan oleh

pisau "luka defensif" belum ditemukan, sedangkan ada "tanda ragu-ragu" yang

terletak di daerah mudah diakses dengan lengan.

7.6. Kesimpulan Kasus

Meskipun dugaan kami bahwa arteri utama dan / atau pembuluh vena di leher

akan terpotong dan adanya dua luka tusuk di daerah ini, hanya arteri kecil, struktur

saraf, kelenjar sublingual, dan otot yang ditemukan rusak dalam tusukan. Kami

menggambarkan temuan otopsi ini langka - atau lebih tepatnya, sebagai kejadian

langka. Luka tusuk di leher, sebagai lesi anatomi independen, ternyata tidak

menyebabkan kematian. Pada otopsi ditemukan bahwa luka tusuk yang fatal adalah

luka yang berada di perut, di mana aorta abdominal terpotong. Hal ini menyebabkan

kehilangan darah akut. Dalam cara kematian, luka di paru-paru kiri terlibat, mengarah

ke hemopneumothorax. Berkaitan dengan kemungkinan pembunuhan, kita tidak

menemukan cedera atau luka tusuk pada tubuh jenazah yang bisa digambarkan

sebagai "defensif", atau luka yang bisa didapat ketika mencoba melarikan diri. Selama

penyelidikan polisi pada kasus ini, tidak ada bukti ditemukan bahwa ada orang ketiga

di tempat kejadian.

BAB III

41

Page 42: REFERAT FORENSIK

PENUTUP

I. Kesimpulan

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan

kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup. Dalam menyelesaikan

suatu perkara terutama suatu tindak pidana, tidak jarang penyidik membutuhkan

bantuan dari para ahli, salah satunya adalah seorang dokter untuk ikut menegakkan dan

membela kebenaran serta keadilan yang diwujudkan dalam bentuk Visum et Repertum.

Dokter diharapkan untuk memeriksa korban yang menderita luka atas permintaan

penyidik dan membantu mencari tahu penyebab luka tersebut yang dapat disebabkan

oleh tembakan, aliran listrik, persentuhan dengan benda tumpul, benda tajam, bahan

kimia dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa sebagai dokter, penting

untuk mengetahui cara mengenal luka dan penyebab trauma.

II. Saran

Pada penulisan refarat kali ini penulis sadar bahwa hasil refarat masih jauh dari

kesempurnaan dan ada beberapa hal yang masih bisa di kembangkan kedepannya. Hasil

dari refarat ini masih merupakan secondary survey yakni mengumpulkan data dari

sumber yang sudah ada, dan untuk masa yang akan datang penulis dapat berupaya

untuk mengumpulkan data melalui cara primary survey atau melakukan penelitian

langsung dalam beberapa bidang terkait dengan traumatologi terutama dalam aspek

mikroskopis yang penulis sadar masih sangat terbatas dalam pembahasan kali ini.

42