referat fajrin.docx
-
Upload
akhmadfajrin -
Category
Documents
-
view
55 -
download
3
Transcript of referat fajrin.docx
![Page 1: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/1.jpg)
REFERAT
ANASTESI LOKAL DAN REGIONAL
Diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian/SMF Anestesiologi RSUD Arjawinangun
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Disusun Oleh :
Akhmad Fajrin Priadinata
110.2008.270
Pembimbing :
dr. Uus Rustandi, Sp.An
dr. Rubi Satria Nugraha, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIOLOGI RSUD ARJAWINANGUN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 4 NOVEMBER-23 NOVEMBER
KABUPATEN CIREBON
i
![Page 2: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/2.jpg)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Laporan Referat dengan judul “ANASTESI LOKAL DAN REDIONAL” sebagai
salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian/SMF Anestesiologi
RSUD Arjawinangun Fakultas Kedokteran Universitas YARSI periode 4 November – 23
November 2013 ,Referat ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dikumpulkan dalam
rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Anestesiolgi.
Cirebon, 11 November 2013
Pembimbing,
Dr. Rubi Satria Nugraha Sp.An
ii
![Page 3: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/3.jpg)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillahirabbil’alamin., puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga
Laporan Referat Anestesiologi yang berjudul “Anastesi Lokal dan Regional” ini dapat
diselesaikan.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik bagian Ilmu Anestesiologi RSUD Arjawinangun, Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi
pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kedokteran Anestesiologi, semoga dapat
memberikan manfaat.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan dari dokter pembimbing, penata
anestesi dan rekan –rekan kepanitraan. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Uus Rustandi, Sp.An selaku kepala bagian SMF Anestesiologi RSUD
Arjawinangun yang telah membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat.
2. Dr. Rubi Satria Nugraha, Sp.An. selaku dokter pembimbing kepanitraan SMF
Anestesiologi RSUD Arjawinangun, yang telah membimbing dan memberikan
masukan dan ilmu yang sangat bermanfaat.
3. Bp. H. Astari, Bp. Mustapa, Bp. Wemdi selaku Perawat Penata Anastesi RSUD
Arjawinngun, yang telah banyak membantu selama kepanitraan anestesiologi
berlangsung.
4. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a, dan restu.
5. Seluruh teman-teman sejawat kepanitraan Anestesiologi Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI yang telah bekerja sama dalam menyusun laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
Referat ini,Oleh karena itu penulis menerima kritik dan daran membangun sebagai perbaikan.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
iii
![Page 4: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/4.jpg)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI ivBAB I. PENDAHULUAN
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2
II. Anastesi Regional 2
II.1 Blok Sentral 5
II.1.a Anestesi Spinal 5
II.1.b Anestesi Epidural 9
II.1.c Anestesi Caudal 10
II.2. Blok Perifer 12II.2.a Anastesi Lokal 12II.2.b Infiltrasi Lokal 15II.2.c Blok Lapangan (Field Block) 15II.2.d Analgesia Topikal 15II.2.e Analgesia Regional Intravena 15
BAB III KESIMPULAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
4
![Page 5: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan menjalani tindakan
invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur anestesi. Anestesi sendiri secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan
anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak
selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis
anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.1
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total , yaitu hilangnya
kesadaran secara total, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa pada
bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang
berhubungan dengannya.1
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.
5
![Page 6: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI REGIONAL
Definisi
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada
impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi
pasien tetap sadar.1
Pembagian anestesi regional
1. Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi blok spinal, epidural dan kaudal
2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan, blok
saraf, dan regional intravena
Obat analgetik lokal/regional
Secara kimia, anestesi lokal digolongkan sebagai berikut :
1. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan
inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester
umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan
amida. Contohnya: tetrakain, benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai
prototip. 2
2. Senyawa amida
Contohnya senyawa amida adalah dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain.
6
![Page 7: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/7.jpg)
Absorbsi obat:
- Absorbsi melewati mukosa, tapi tidak dapat melewati kulit yang utuh, harus disuntik
kejaringan subkutis.
- Obat vasokonstriktor yang ditambahkan pada larutan analgetik lokal memperlambat
absorbsi sistemik dengan akibat memperpanjang masa kerja dan mempertinggi dosis
maksimum.
- Mempengaruhi semua sel tubuh, dengan pedileksi khusus memblokir hantaran saraf
sensorik
- Kecepatan detoksikasi tergantung jenis obat berlangsung dengan pertolongan enzim
dalam darah dan hat. Sebagian dikeluarkan dalam bentuk bahan-bahan degradasi dan
sebagian dalam bentuk asal melalui ginjal (urin)
- Untuk daerah yang diperdahari oleh arteri buntu (end artery) seperti jari dan penis
dilarang menambah vasokonstriktor. Penambahan vasokonstriktor hanya dilakukan
untuk daerah tanpa arteri buntu umumnya digunakan adrenalin dengan konsentrasi
1:200 000.
Komplikasi obat anestesi lokal
Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap
jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat lokal
atau sistemik.2
Komplikasi lokal
1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan
antisepsis.
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang
disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.
Komplikasi sistemik
1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.
7
![Page 8: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/8.jpg)
2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa
perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi.
3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi
miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.
Persiapan Anesthesia Regional
Persiapan anestesi regional sama dengan persiapan GA karena untuk mengantisipasi
terjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi.
Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah → kolaps kardiovaskular
sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa
dilanjutkan dg anestesi umum. 2
Keuntungan Anestesia Regional
1. Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.
2. Relatif aman untung pasien yg tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh)
karena penderita sadar.
3. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
4. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
5. Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesia Regional
1. Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
2. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
3. Sulit diterapkan pada anak-anak.
4. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
8
![Page 9: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/9.jpg)
II.1 BLOK SENTRAL
Spinal dan Epidural Anestesi
Neuroaksial blok (spinal dan epidural anestesi) akan menyebabkan blok simpatis,
analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat
anestesi lokal). 1
Terdapat perbedaan fisiologis dan farmakologis bermakna antara keduanya.
II.1.a Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid.
Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. 1
Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis
subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural
durameter ruang subarachnoid.
9
![Page 10: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/10.jpg)
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,
dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir
setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3.
Indikasi Anestesi Spinal
1. Bedah ekstremitas bawah.
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum-perineum
4. Bedah obstetri ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
Kontra Indikasi Anestesi Spinal
Terdapat kontra indikasi absolut dan kontra indikasi relatif dalam penggunaan anestesi
spinal
Kontra indikasi absolut :
a. Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal
b. Terdapat infeksi pada tempat suntikan
10
![Page 11: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/11.jpg)
c. Hipovolemia berat sampai syok
d. Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapi
antikoagulan
e. Tekanan intrakranial yang meningkat
f. Fasilitas untuk melakukan resusitasi minim
g. Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi
Kontra indikasi relatif :
a. Menderita infeksi sistemik ( sepsis, bakteremi )
b. Terdapat infeksi disekitar tempat suntikan
c. Kelainan neurologis
d. Kelainan psikis
e. Bedah lama
f. Menderita penyakit jantung
g. Hipovolemia
h. Nyeri punggung kronis.
Persiapan anestesi spinal
Persiapan anestesi spinal seperti persiapan pada anestesi umum. Daerah disekitar
tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis
tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan prosesus spinosus.3
Selain itu harus puladilakukan :
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran
Peralatan anestesi spinal
1. Peralatan monitor, untuk memonitor tekanan darah, nadi, oksimeter denyut dan
EKG
2. Peralatan resusitasi /anestesia umum
11
![Page 12: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/12.jpg)
3. Jarum spinal
Teknik analgesia spinal
Posisi duduk atau posisi tidur lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah
posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa
dipindahkan lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi
berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat. 4
1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan buat
pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba.
2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang
punggung ialah L4 atau L4-L5, tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atau
L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol
4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml.
5. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G,
atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G
dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa
12
Jarum pinsil (whitecare)
Jarum tajam (Quincke-
Babcock)
![Page 13: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/13.jpg)
semprit 10cc. Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum,
ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, ruang epidural, duramater dan ruang
subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan menetes
keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid tersebut.
Keuntungan anestesi spinal dibandingkan anestesi epidural :
Obat anestesi lokal lebih sedikit
Onset lebih singkat
Level anestesi lebih pasti
Teknik lebih mudah
II.1.b Anestesi Epidural
Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada diantara
ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian
posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal. 1
Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akarsaraf spinal yang
terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal,
sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.
13
![Page 14: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/14.jpg)
Keuntungan epidural dibandingkan spinal :
Bisa segmental
Tidak terjadi headache post op
Hypotensi lambat terjadi
Efek motoris lebih kurang
Dapat 1–2 hari dengan kateter ® post op pain
Kerugian epidural dibandingkan spinal :
Teknik lebih sulit
Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
Reaksi sistemis
Total spinal anestesi
Obat 5–10x lebih banyak untuk level analgesi yang sama
II.1.c Anestesi Caudal
Indikasi : operasi perineal
Cara :
14
![Page 15: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/15.jpg)
a. Cari cornu sacralis kanan-kiri
b. Diantaranya adalah membran sacro coccygeal ® hiatus sacralis
Efek Fisiologis Neuroaxial Block
1. Efek Kardiovaskuler
- Akibat dari blok simpatis , akan terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi). Efek
simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal , 2-6 dermatom diatas level
blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi block pada level yang sama. 5
Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading) untuk mengurangi
hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi,
dan apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan pemberian cairan dan
vasopressor seperti efedrin. 5
- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-
T4), dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.
2. Efek Respirasi
- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5)
mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan
terjadinya respiratory arrest.
- Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus sehingga menmyebabkan gangguan
gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.
3. Efek Gastrointestinal
- Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%, sehingga menyebabkan
hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis dikarenakan oleh
15
![Page 16: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/16.jpg)
simpatis yg terblok. Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena
kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.
- Mual muntah juga bisa akibat hipotensi, dikarenakan oleh hipoksia otak yg
merangsang pusat muntah di CTZ (dasar ventrikel ke IV)
II.2 BLOK PERIFER
II.2.a ANESTESI LOKAL
Definisi
Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian
susunan saraf. 5
Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blockade koduksi atau blockade lorong
natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf,
jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. 5
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara
spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:
1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
2. Batas keamanan harus lebar
2. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran
mukosa
3. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang
cukup lama
4. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil
dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Di Indonesia, yang paling banyak
digunakan adalah lidokain dan bupivakain.
16
![Page 17: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/17.jpg)
Mekanisme kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah
peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga terjadi
depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.
Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan
dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa)
menentukan awal kerja.
Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum alveolar
concentration) dipengaruhi oleh:
1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf
2. pH (asidosis menghambat blockade saraf)
3. Frekuensi stimulasi saraf
Awal bekerja bergantung beberapa factor, yaitu:
1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat
dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat
2. Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal kerja cepat
3. Konsentrasi obat anestetika lokal
Lama kerja dipengaruhi oleh:
1. Ikatan dengan protein plasma karena reseptor anestetika lokal adalah protein
2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi
3. Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah perifer di daerah pemberian
Farmakokinetik
a. Absorpsi sistemik dipengaruhi oleh:
1. Tempat suntikan
17
![Page 18: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/18.jpg)
- Kecepatan absorpsi sistemik sebanding dengan banyaknya vaskularisasi
tempat suntikan : absorpsi intravena > trakeal > interkostal > kaudal >
paraservikal > epidural > plexus brakial > skiatik > subkutan
2. Penambahan vasokonstriktor
- Adrenalin 5 µg/ml atau 1:200 000 membuat vasokonstriksi pembuluh darah
pada tempat suntikan sehingga dapat memperlambat absorpsi sampai 50%
3. Karakteristik obat anestesi lokal
- Obat anestesi lokal terikat kuat pada jaringan sehingga dapat diabsorpsi secara
lambat
b. Distribusi dipengaruhi oleh ambilan organ (organ uptake) dan ditentukan oleh factor-
faktor:
1. Perfusi jaringan
2. Koefisen partisi jaringan/darah
- Ikatan kuat dengan protein plasma obat lebih lama di darah
- Kelarutan dalam lemak tinggi meningkatkan ambilan jaringan
3. Massa jaringan
- Otot merupakan tempat reservoir bagi anestetika lokal
c. Metabolisme dan ekskresi
1. Golongan ester
- Metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase (kolinesterase plasma).
Hidrolisa ester sangat cepat dan kemudian metabolit diekskresi melalui urin7
2. Golongan amida
- Metabolisme terutama oelh enzim mikrosomal di hati. Kecepatan
metabolisme tergantung kepada spesifikasi obat anestesi lokal.
Metabolisme nya lebih lamabat dari hidrolisa ester. Metabolit lewat
urindan sebagian diekskresi dalam bentuk utuh. 7
Efek samping terhadap sistem tubuh
Sistem kardiovaskular
- Depresi automatisasi miokard
- Depresi kontraktilitas miokard
- Dilatasi arteriolar
- Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi
18
![Page 19: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/19.jpg)
Sistem pernafasan
- Relaksasi otot polos bronkus
- Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus
- Paralisis interkostal
- Depresi langsung pusat pengaturan nafas
Sistem saraf pusat
- Parestesia lidah
- Pusing
- Tinnitus
- Pandangan kabur
- Agitasi
- Depresi pernafasan
- Tidak sadar
- Konvulsi
- Koma
Imunologi
- Reaksi alergi
Sistem musculoskeletal
- Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)
II.2.b INFILTRASI LOKAL
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi
II.2.c BLOK LAPANGAN (FIELD BLOCK)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)
II.2.d ANALGESIA PERMUKAAN (TOPIKAL)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa
II.2.e ANALGESIA REGIONAL INTRAVENA
19
![Page 20: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/20.jpg)
Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi
bagian proksimalnya dengan torniket pneumatik dari sirkulasi sistemik.
Beberapa anastetik lokal yag sering digunakan
1. Kokain dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-
30 menit.
2. Prokain untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan
lama kerja 30-60 menit.
3. Lidokain konsentrasi efektf minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi
otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.
4. Bupivakain konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding
lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.
20
![Page 21: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
1. Anestesi Regional atau anestesi lokal merupakan Penggunaan obat analgetik lokal
untuk menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversible) fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya dan dalam keadaan penderita tetap sadar.
2. Anestesi regional dapat diklasifikasikan menjadi Intravenous regional anestesi,
Anelgesi permukaan, Field Block ( blok lapangan ), Blok saraf (Nerve Block ),
Infiltrasi local dan anestesi intravena regional atau dapat dibagi menjadi neurological
blockade perifer dan sentral
3. Inti dari mekanisme kerja dari anestesi local adalah menghambat kanal Natrium
4. Anestesi regional memiliki keuntungan maupun kerugian dibandingkan anestesi
general
5. Salah satu kerugian dari anestesi regional adalah dapat menimbulkan toksisitas baik
sistemik yang melibatkan CNS dan CVS maupun toksisitas local
6. Obat obat yang digunakan dalam anestesi local dapat dibagi dalam dua golongan
besar yaitu golongan ester dan golongan amide dengan karakteristik masing masing
7. Neurological blockade sentral dapat dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu
anestesi spinal dan anestesi epidural dengan karakteristik dan kegunaan masing
masing.
21
![Page 22: referat fajrin.docx](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062515/55cf9b0a550346d033a48055/html5/thumbnails/22.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi Kedua. 2009.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI
2. dr. Muhardi Muhiman, dr. M. Roesli Thaib, dr. S. Sunatrio, dr. Ruswan Dahlan,
Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif FKUI
3. Boulton TB, Blogg CE, Anestesiologi, Edisi 10. EGC : Jakarta 1994
4. Robyn Gmyrek, MD, Maurice Dahdah, MD, Regional Anaesthesia, Updated: Aug 7, 2009. Accessed on 6th December 2010 at www.emedicine.com
5. Local and Regional Anaesthesia, accessed on 6th December 2010 at http://en.wikipedia.org/wiki/anesthesia
6. Miller RD. Anesthesia, 5th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia. 2000
7. Mulroy MF. Regional Anesthesia, An Illustrated Procedural Guide. 2nd ed. Little, Brown and Company. B oston 1996
22