Referat Demensia Acil

27
REFERAT DEMENSIA ALZHEIMER Pembimbing : Dr. M. Rowi Sp. S Disusun Oleh : Ayu Kusuma Ningrum 030.08. 048 JAKARTA, APRIL 2013

Transcript of Referat Demensia Acil

Page 1: Referat Demensia Acil

REFERAT

DEMENSIA ALZHEIMER

Pembimbing :

Dr. M. Rowi Sp. S

Disusun Oleh :

Ayu Kusuma Ningrum 030.08. 048

JAKARTA, APRIL 2013

Page 2: Referat Demensia Acil

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan kesehatan pada golongan lansia terkait erat dengan proses degenerasi yang

tidak dapat dihindari. Seluruh sistem, cepat atau lambat akan mengalami degenerasi.

Manifestasi klinik, laboratorik dan radiologik bergantung pada organ dan/atau sistem yang

terkena. Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus

dibedakan dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal

mengintensifkan sejumlah proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah

timbulnya demensia. Penyakit semacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi

kognitif atau sebagai demensia. Memang, demensia dapat terjadi pada umur berapa saja,

bergantung pada faktor penyebabnya, namun demikian demensia sering terjadi pada lansia.

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif

tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah

inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi,

perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial. Disamping itu, suatu diagnosis

demensia menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat

(DSM-IV) mengharuskan bahwa gejala menyebabkan gangguan fungsi sosial atau pekerjaan

yang berat dan merupakan suatu penurunan dari tingkat fungsi sebelumnya.

Tipe demensia yang paling sering selain Alzheimer adalah demensia vaskular, yaitu

demensia yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular. Demensia

vaskular berjumlah 15-30 persen dari semua kasus demensia. Demensia vaskular paling

sering ditemukan pada orang yang berusia antara 60-70 tahun dan lebih sering pada laki-laki

dibandingkan wanita. Hipertensi merupakan predisposisi seseorang terhadap penyakit.

Page 3: Referat Demensia Acil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 EPIDEMIOLOGI

Pada 17-25 juta orang di seluruh dunia, dengan perkiraan empat juta orang terkena

demensia di negara Amerika serikat dan 800.000 orang di UK.

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun

adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70

tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45

% pada usia diatas 85 tahun.

Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50 hingga 60 persen diantaranya

menderita demensia tipe Alzheimer (Alzheimer’s diseases).

II.2. DEFINISI

Demensia adalah sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif

tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah

inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi,

perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial

Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat

(DSM-IV) demensia dicirikan oleh adanya defisit kognitif multipleks (termasuk gangguan

memori) yang secara langsung disebabkan oleh gangguan kondisi medik secara umum,

bahan-bahan tertentu (obat, narkotika, toksin), atau berbagai faktor etiologi. Demensia dapat

progresif, statik atau dapat pula mengalami remisi. Reversibilitas demensia merupakan fungsi

patologi yang mendasarinya serta bergantung pula pada ketersediaan dan kecepatan terapi

yang efektif.

Page 4: Referat Demensia Acil

II.3. FAKTOR RESIKO

1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis(Asia, Africo-

American), jenis kelamin (pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.

2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret, penyakit

jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa terapi penggantian

estrogen dan gambaran EKG yang abnomal.

3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada hemostatis,

konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik, paparan zat yang

berhubungan dengan pekerjaan (pestisida, herbisida, plastik), sosial ekonomi.

4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah volume

kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark4.

II. 4 ETIOLOGI

Demensia mempunyai banyak penyebab, tetapi demensia tipe Alzheimer dan

demensia vaskular sama-sama berjumlah 75 persen dari semua kasus. Penyebab demensia

lainnya yang disebutkan dalam DSM-IV adalah penyakit Pick, penyakit Creutzfeldt-Jakob,

penyakit Parkinson, Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan trauma kepala.

A. Demensia Degeneratif

1. Demensia tipe Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah suatu jenis demensia umum yang tidak diketahui

penyebabnya.

Neuropatologi

Observasi makroskopis neuro-anatomik è atrofi difus dengan pendataran sulkus kortikal

dan pembesaran ventrikel serebral.

Mikroskopis klasik dan patognomonik è bercak- bercak senilis, kekusutan neurofibriler,

hilangnya neuronal (kemungkinan sebanyak 50 % di korteks), degenerasi granulovaskular

pada neuron.

Kekusutan neurofibriler bercampur dengan elemen sitoskeletal (protein berfosforilasi).

Plak senilis (plak amiloid) è indikatif untuk penyakit Alzheimer.

Kelainan neurotransmiter.

Degenerasi spesifik pada neuron kolinergik di nukleus basalis Meynerti.

Penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin asetiltransferase di dalam otak.

Page 5: Referat Demensia Acil

Penurunan somatostatin dan kortikotropin

Penuaian aktivitas norepinefrin pada penyakit Alzheimer diperkirakan dari penurunan

neuron yang mengandung norepinefrin didalam lokus sareleus yang telah ditemukan pada

beberapa pemeriksaan patologis otak dari pasien dengan penyakit Alzheimer. Dua

neurotransmiter lain yang berperan dalam patofisiologi penyakit Alzheimer adalah dua

peptida neuroaktif, somatostatin dan kortikotropin, keduanya telah dilaporkan menurun pada

penyakit Alzheimer.

Penyebab potensial lainnya. Teori kausatif lainnya telah diajukan untuk menjelaskan

perkembangan penyakit Alzheimer. Satu teori adalah bahwa kelainan dalam pengaturan

metabolisme fosfolipid membran menyebabkan membran yang kekurangan cairan yaitu lebih

kaku dibandingkan normal. Beberapa peneliti telah menggunakan pencitraan spektroskopik

resonansi molekular (molecular resonance spectroscopic: MRS) untuk memeriksa hipotesis

tersebut pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer. Toksisitas aluminium juga telah

dihipotesiskan sebagai faktor kausatif, karena kadar aluminium yang tinggi telah ditemukan

dalam otak beberapa pasien dengan penyakit Alzheimer.

2. Penyakit Pick (Demensia Frontotemporal)

Berbeda dengan distribusi patologi parietal-temporal pada penyakit Alzheimer,

penyakit Pick ditandai oleh atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal. Daerah

tersebut juga mengalami kehilangan neuronal, gliosis, dan adanya badan Pick neuronal yang

merupakan massa elemen sitoskeletal. Penyakit ini paling sering terjadi pada laki-laki,

khususnya mereka yang mempunyai sanak saudara derajat pertama dengan kondisi tersebut.

Gambaran sindroma Kluver-Bucy (sebagai contohnya, hiperseksualitas, plasiditas,

hiperoralitas) adalah jauh lebih sering pada penyakit Pick dibandingkan pada penyakit

Alzheimer.

3. Penyakit Huntington

Penyakit Huntington biasanya disertai dengan perkembangan demensia. Demensia yang

terlihat pada penyakit Huntington adalah tipe demensia subkortikal, yang ditandai oleh

kelainan motorik yang lebih banyak dan kelainan bicara yang lebih sedikit dibandingkan tipe

demensia kortikal. Demensia pada penyakit Huntington ditandai oleh perlambatan

psikomotor dan kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi ingatan, bahasa, dan tilikan

tetap relatif utuh pada stadium awal dan menengah dari penyakit. Tetapi, saat penyakit

Page 6: Referat Demensia Acil

berkembang, demensia menjadi lengkap dan ciri yang membedakan penyakit ini dari

demensia tipe Alzheimer adalah tingginya insidensi depresi dan psikosis.

4. Penyakit Parkinson

Seperti penyakit Huntington, parkinsonisme adalah suatu penyakit pada ganglia

basalis yang sering disertai dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20 sampai 30 persen

pasien dengan penyakit Parkinson menderita demensia, dan tambahan 30 sampai 40 persen

mempunyai gangguan kemampuan kognitif yang dapat diukur. Pergerakan yang lambat pada

pasien dengan penyakit Parkinson adalah disertai dengan berpikir yang lambat pada beberapa

pasien yang terkena, suatu ciri yang disebut oleh beberapa dokter sebagai bradifenia

(bradyphenia).

B. Kelainan Vaskular

Demensia Vaskular

Penyebab utama dari demensia vaskular dianggap adalah penyakit vaskular serebral yang

multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan dulu disebut sebagai

demensia multi-infark dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi

ketiga yang di revisi (DSM-III-R). Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya

pada mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular

lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang,

yang mengalami infark menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada daerah

otak yang luas. Penyebab infark mungkin termasuk oklusi pembuluh darah oleh plak

arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh (sebagai contohnya katup

jantung). Suatu pemeriksaan pasien dapat menemukan bruit karotis, kelainan funduskopi,

atau pembesaran kamar jantung.

C. Infeksi

Demensia yang berhubungan dengan HIV

Infeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) seringkali menyebabkan demensia

dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi dengan HIV mengalami demensia

dengan angka tahunan kira-kira 14 persen. Diperkirakan 75 persen pasien dengan sindroma

immunodefisiensi didapat (AIDS) mempunyai keterlibatan sistem saraf pusat saat otopsi.

Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV seringkali disertai oleh tampaknya

kelainan parenkimal pada pemeriksaan MRI.

Page 7: Referat Demensia Acil

D. Tumor

E. Trauma kepala

F. Kelainan Metabolik

Defisiensi vitamin (misalnya vitamin B12, folat)

Endokrinopati (hipotiroidisme)

Gangguan metabolisme kronik (contoh : uremia)

G. Penyakit demielinisasi

Sklerosis multipel

H. Kelainan Psikiatri

Pseudodemensia pada depresi

Penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut

I. Obat-obatan dan toksin

Anti-kolinergik (mis. Atropin dan sejenisnya); anti-konvulsan (mis. Phenytoin,

Barbiturat); anti-hipertensi (Clonidine, Methyldopa, Propanolol); psikotropik (Haloperidol,

Phenothiazine); dll (mis. Quinidine, Bromide, Disulfiram).

II. 5 KLASIFIKASI

Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan demensia subkortikal.

Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara demensia yang reversibel dan

irreversibel

Perbedaan demensia kortikal dan subkortikal

Ciri Demensia Kortikal Demensia Subkortikal

Penampilan Siaga, sehat Abnormal, lemah

Aktivitas Normal Lamban

Sikap Lurus, tegak Bongkok, distonik

Cara berjalan Normal Ataksia, festinasi, seolah

berdansa

Page 8: Referat Demensia Acil

Gerakan Normal Tremor, khorea, diskinesia

Output verbal Normal Disatria, hipofonik, volum

suara lemah

Berbahasa Abnormal, parafasia,

anomia

Normal

Kognisi Abnormal (tidak mampu

memanipulasi

pengetahuan)

Tak terpelihara

(dilapidated)

Memori Abnormal (gangguan

belajar)

Pelupa (gangguan

retrieval)

Kemampuan visuo-spasial Abnormal (gangguan

konstruksi)

Tidak cekatan (gangguan

gerakan)

Keadaan emosi Abnormal (tak

memperdulikan, tak

menyadari)

Abnormal (kurang

dorongan drive)

Contoh Penyakit Alzheimer, Pick Progressive Supranuclear

Palsy, Parkinson, Penyakit

Wilson, Huntington.

Dikutip dari Guberman A. Clinical Neurology. Little Brown and Coy, Boston, 1994, 69.

II.6. GAMBARAN KLINIK

Gambaran utama demensia adalah munculnya defisit kognitif multipleks, termasuk

gangguan memori, setidak-tidaknya satu di antara gangguan gangguan kognitif berikut ini:

afasia, apraksia, agnosia, atau gangguan dalam hal fungsi eksekutif. Defisit kognitif harus

sedemikian rupa sehingga mengganggu fungsi sosial atau okupasional (pergi ke sekolah,

bekerja, berbelanja, berpakaian, mandi, mengurus uang, dan kehidupan sehari-hari lainnya)

serta harus menggambarkan menurunnya fungsi luhur sebelumnya.

A. Gangguan Fungsi luhur

1. Gangguan memori

Dalam bentuk ketidakmampuannya untuk belajar tentang hal-hal baru, atau lupa akan

hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari. Sebagian penderita demensia

mengalami kedua jenis gangguan memori tadi. Penderita seringkali kehilangan dompet dan

kunci, lupa bahwa sedang meninggalkan bahan masakan di kompor yang menyala, dan

Page 9: Referat Demensia Acil

merasa asing terhadap tetangganya. Pada demensia tahap lanjut, gangguan memori menjadi

sedemikian berat sehingga penderita lupa akan pekerjaan, sekolah, tanggal lahir, anggota

keluarga, dan bahkan terhadap namanya sendiri.

2. Gangguan orientasi

Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.

Orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit demensia. Sebagai

contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah

pergi ke kamar mandi. Tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak

menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.

3. Afasia

Dapat dalam bentuk kesulitan menyebut nama orang atau benda. Penderita afasia

berbicara secara samar-samar atau terkesan hampa, dengan ungkapan kata-kata yang panjang,

dan menggunakan istilah-istilah yang tak menentu misalnya “anu”, “itu”, “apa itu”. Bahasa

lisan dan tertulis dapat pula terganggu. Pada tahap lanjut, penderita dapat menjadi bisu atau

mengalami gangguan pola bicara yang dicirikan oleh ekolalia (menirukan apa yang dia

dengar) atau palilalia yang berarti mengulang suara atau kata terus-menerus.

4. Apraksia

Adalah ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun kemampuan motorik,

fungsi sensorik dan pengertian yang diperlukan tetap baik. Penderita dapat mengalami

kesulitan dalam menggunakan benda tertentu (menyisir rambut) atau melakukan gerakan

yang telah dikenali (melambaikan tangan). Apraksia dapat mengganggu keterampilan

memasak, mengenakan pakaian, menggambar.

5. Agnosia

Adalah ketidakmampuan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda maupun

fungsi sensoriknya utuh. Sebagai contoh, penderita tak dapat mengenali kursi, pena,

meskipun visusnya baik. Akhirnya, penderita tak mengenal lagi anggota keluarganya dan

bahkan dirinya sendiri yang tampak pada cermin. Demikian pula, walaupun sensasi taktilnya

utuh, penderita tak mampu mengenali benda yang diletakkan di tangannya atau yang

disentuhnya misalnya kunci atau uang logam.

Page 10: Referat Demensia Acil

B. Gangguan fungsi eksekutif

Yaitu merupakan gejala yang sering dijumpai pada demensia. Gangguan ini

mempunyai kaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras subkortikal yang

berhubungan dengan lobus frontalis. Fungsi eksekutif melibatkan kemampuan berpikir

abstrak, merencanakan, mengambil inisiatif, membuat urutan, memantau, dan menghentikan

kegiatan yang kompleks. Gangguan dalam berpikir abstrak dapat muncul sebagai kesulitan

dalam menguasai tugas/ide baru serta menghindari situasi yang memerlukan pengolahan

informasi baru atau kompleks.

C. Perubahan Kepribadian

Perubahan kepribadian pasien demensia merupakan gambaran yang paling

mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Pasien dengan demensia juga mungkin

menjadi introvert dan tampaknya kurang memperhatikan tentang efek perilaku mereka

terhadap orang lain. Pasien demensia yang mempunyai waham paranoid, perubahan

kepribadian yang jelas dan mungkin mudah marah dan meledak-ledak.

D. Gangguan Lain

Psikiatri. Disamping psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan kecemasan

adalah gejala utama pada kira-kira 40 sampai 50 persen pasien demensia, walaupun sindroma

gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin hanya ditemukan pada 10 sampai 20 persen

pasien demensia. Pasien dengan demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang

patologis, yaitu emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.

Neurologis. Disamping afasia pada pasien demensia, apraksia dan agnosia adalah

sering, dan keberadaannya dimasukkan sebagai kriteria diagnostik potensial dalam DSM-IV.

Tanda neurologis lain yang dapat berhubungan dengan demensia adalah kejang, yang terlihat

pada kira-kira 10 persen pasien dengan demensia tipe Alzheimer dan 20 persen pasien

dengan demensia vaskular, dan presentasi neurologis yang atipikal, seperti sindroma lobus

parietalis nondominan. Refleks primitif-seperti refleks menggenggam, moncong, mengisap,

kaki-tonik, dan palmomental-mungkin ditemukan pada pemeriksaan neurologis, dan jerks

mioklonik ditemukan pada lima sampai sepuluh persen pasien.

Pasien dengan demensia vaskular mungkin mempunyai gejala neurologis tambahan-

seperti nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur-

mungkin menunjukkan lokasi penyakit serebrovaskular. Palsi serebrobulbar, disartria, dan

disfagia juga lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan demensia lain.

Page 11: Referat Demensia Acil

II.7. DIAGNOSIS

Demensia ditandai oleh adanya gangguan kognisi, fungsional dan perilaku, sehingga

terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian dan sosial. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neuropsikologis.

1. ANAMNESIS

Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan mereka yang sehari-

hari berhubungan langsung dengan penderita (pengasuh). Hal yang paling penting

diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi terutama kognitif dibandingkan dengan

sebelumnya. Awitan (mendadak/progresif lambat) dan adanya perubahan prilaku dan

kepribadian.

a. Riwayat Medis Umum

Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari berbagai penyakit, sehingga perlu diketahui

adanya riwayat infeksi kronis (misalnya HIV dan Sifilis), ganguan endokrin

(hiper/hipotiroid), diabetes Mellitus, neoplasma, kebiasaan merokok, penyakit jantung,

penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia dan aterosklerosis.

b. Riwayat Neurologis

Perlu untuk mencari etiologi seperti riwayat gangguan serebrovaskuler, trauma kapitis,

infeksi SSP, epilepsi, tumor serebri dan hidrosefalus.

Page 12: Referat Demensia Acil

c. Riwayat Gangguan Kognisi

Riwayat gangguan kognitif merupakan bagian terpenting dari diagnosis demensia. Riwayat

gangguan memori sesaat, jangka pendek dan jangka panjang; gangguan orientasi ruang,

waktu dan tempat, benda, maupun gangguan komprehensif): gangguan fungsi eksekutif

(meliputi pengorganisasian, perencanaan dan pelaksanaan suatu aktivitas), gangguan praksis

dan visuospasial.

d. Riwayat Gangguan Perilaku dan kepribadian

Gejala psikiatri dan perubahan perilaku sering dijumpai pada penderita demensia. Hal ini

perlu dibedakan dengan gangguan psikiatri murni, misalnya depresi, skizofrenia, terutama

tipe paranoid. Pada penderita demensia dapat ditemukan gejala neuropsikologis berupa

waham, halusinasi, misidentifikasi, depresi, apatis dan cemas. Gejala perilaku dapat berupa

bepergian tanpa tujuan (wandering), agitasi, agresifitas fisik maupun verbal, restlessness dan

disinhibisi.

e. Riwayat Intoksikasi

Perlu ditanyakan riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida, insektisida, alkoholisme

dan merokok. Riwayat pengobatan terutama pemakaian kronis antidepresan dan narkotika.

f. Riwayat Keluarga

Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson, sindrom down dan

retardasi mental.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. MMSE, Clock drawing test (CDT), ADL dan Instrumental ADL (Menentukan

seberapa terganggunya fungsi kognitif)

b. Skala iskemik Hachinsky (untuk sebagai pembanding diagnosis antara demensia

alzheimer / vaskular)

Page 13: Referat Demensia Acil

II.8. DIAGNOSIS BANDING

Perbaikan yang terus menerus dalam teknik pencitraan otak, khususnya MRI, telah

membuat perbedaan antara demensia, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia

vaskular agak lebih cepat dibandingkan di masa lalu pada beberapa kasus. Suatu bidang

penelitian yang sedang giat dilakukan adalah menggunakan tomografi komputer emisi foton

tunggal (single photon emission computed tomography; SPECT) untuk mendeteksi pola

metabolisme otak dalam berbagai jenis demensia; dan tidak lama lagi, penggunaan pencitraan

SPECT dapat membantu dalam diagnosis banding klinis penyakit demensia.

1. Demensia vaskular

Biasanya demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer dengan

pemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama satu periode waktu.

Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak ditemukan pada semua kasus,

gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada demensia vaskular dibandingkan pada

demensia tipe Alzheimer, demikian juga faktor risiko standar untuk penyakit serebrovaskular.

2. Delirium

Page 14: Referat Demensia Acil

Gangguan memori terjadi baik pada delirium maupun pada demensia. Delirium juga

dicirikan oleh menurunnya kemampuan untuk mempertahankan dan memindahkan perhatian

secara wajar. Gejala delirium bersifat fluktuatif, sementara demensia menunjukkan gejala

yang relatif stabil. Gangguan kognitif yang bertahan tanpa perubahan selama beberapa bulan

lebih mengarah kepada demensia daripada delirium. Delirium dapat menutupi dejala

demensia. Dalam keadaan sulit untuk membedakan apakah terjadi delirium atau demensia,

maka dianjurkan untuk memilih demensia sebagai diagnosa sementara, dan mengamati

penderita lebih lanjut secara cermat untuk menentukan jenis gangguan yang sebenarnya.

3. Depresi

Depresi yang berat dapat disertai keluhan tentang gangguan memori, sulit berpikir dan

berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan intelektual secara menyeluruh. Kadang-kadang

penderita menunjukkan penampilan yang buruk pada pemeriksaan status mental dan

neuropsikologi. Terutama pada lanjut usia, sering kali sulit untuk menentukan apakah gejala

gangguan kognitif merupakan gejala demensia atau depresi. Kesulitan ini dapat dipecahkan

melalui pemeriksaan medik yang menyeluruh dan evaluasi awitan gangguan yang ada, urutan

munculnya gejala depresi dan gangguan kognitif, perjalanan penyakit, riwayat keluarga, serta

hasil pengobatan. Apabila dapat dipastikan bahwa terdapat demensia bersama-sama dengan

depresi, dengan etiologi yang berbeda, kedua diagnosis dapat ditegakkan bersama-sama.

4. Skizofrenia

Pada skizofrenia mungkin terjadi gangguan kognitif multipleks, tetapi skizofrenia

muncul pada usia lebih muda; disamping itu dicirikan oleh pola gejala yang khas tanpa

disertai etiologi yang spesifik. Yang khas, gangguan kognitif pada skizofrenia jauh lebih

berat daripada gangguan kognitif pada demensia.

Page 15: Referat Demensia Acil

II.9. PENATALAKSANAAN

A. Non Medika Mentosa

Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan

perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan

farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu.

Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan

farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia.

Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi

dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris.

B. Medika Mentosa

Obat untuk demensia

a. Cholinergic-enhancing agents

Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian

cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita;

namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini

disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh

defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya.

Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks;

pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu

sistem kardiovaskular.

b. Choline dan lecithin

Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer danhipotesis tentang

sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan

perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, choline dan lecithin merupakan

salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal

yang istimewa. Dengan choline ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan

visual. Dengan lecithin hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih

sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik

sampai 58 persen.

c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH

Page 16: Referat Demensia Acil

Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida

dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada

lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi

dan memperbaiki keadaan umum.

d. Nootropic agents

Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi

demensia, ialah nicergoline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap

katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi

tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku,

aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain, nicergoline

tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.

e. Dihydropyridine

Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels

menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi

kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan

fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin

memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan

demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap

hipertensi esensial.

II. 10 PROGNOSIS

Nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu

1. Derajat beratnya penyakit

2. Variabilitas gambaran klinis

3. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin

BAB III

KESIMPULAN

Page 17: Referat Demensia Acil

Kesulitan pada ingatan jangka pendek dan jangka panjang, berpikir abstrak (kesulitan

menemukan antara benda-benda yang berhubungan), dan fungsi kortikal yang tinggi lainnya

(sebagai contoh, ketidakmampuan untuk menamakan suatu benda, mengerjakan perhitungan

aritmatika, dan mencontoh suatu gambar) - semuanya cukup berat untuk mengganggu fungsi

sosial dan pekerjaan, terjadi dalam keadaan kesadaran yang jernih, dan tidak disebabkan oleh

gangguan mental seperti gangguan depresif berat - menyatakan suatu demensia.

Demensia disebabkan oleh bermacam-macam penyebab. Memperhatikan faktor

penyebab tadi, maka ada beberapa jenis demensia yang dapat ditolong dengan mengobati

penyebabnya walaupun kadang-kadang tidak mempunyai hasil sempurna. Disamping itu ada

jenis demensia yang sampai saat ini belum ada obatnya, ialah demensia pada Creutzfeldt-

Jakob dan AIDS. Sementara itu, untuk demensia Alzheimer belum ada obat yang benar-benar

manjur.

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan pemenuhan kriteria yang telah

ditetapkan/disepakati dalam DSM-IV. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam melakukan

pemeriksaan. Penentuan faktor etiologi merupakan hal yang sangat esensial oleh karena

mempunyai nilai prognostik.

Penatalaksanaan demensia secara menyeluruh melibatkan seluruh anggota keluarga

terdekat. Dengan demikian kepada anggota keluarga perlu diberikan penyuluhan agar

penderita dapat dirawat dengan sebaik-baiknya.