Referat Cuci Hidung THT

48
REFERAT EFEK CUCI HIDUNG SAAT WUDHU’ TERHADAP FUNGSI HIDUNG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing: DR.dr. Iwan Setiawan, Sp.THT-KL Diajukan Oleh: Rizma Alfiani Rachmi, S. Ked ( J510155024 ) Sandhya Putri Arisanti, S.Ked ( J510155022 )

description

REFERAT THT

Transcript of Referat Cuci Hidung THT

Page 1: Referat Cuci Hidung THT

REFERAT

EFEK CUCI HIDUNG SAAT WUDHU’

TERHADAP FUNGSI HIDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase

Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing:

DR.dr. Iwan Setiawan, Sp.THT-KL

Diajukan Oleh:

Rizma Alfiani Rachmi, S. Ked ( J510155024 )

Sandhya Putri Arisanti, S.Ked ( J510155022 )

Najib Rofi’i, S.Ked ( J510155016)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: Referat Cuci Hidung THT

REFERAT

EFEK CUCI HIDUNG SAAT WUDHU’

TERHADAP FUNGSI HIDUNG

Diajukan Oleh :

Rizma Alfiani Rachmi J510155024

Sandhya Putri Arisanti J510155022

Najib Rofi’i J510155016

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari ,tanggal

Pembimbing

DR.dr. Iwan Setiawan, Sp.THT-KL (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr.Dona Dewi Nirlawati (.................................)

Page 3: Referat Cuci Hidung THT

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I.PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A.Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

B.Rumusan Masalah........................................................................................... 2

C.Tujuan.............................................................................................................. 2

D.Manfaat............................................................................................................ 2

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

A. Cuci Hidung................................................................................................... 1

1. Definisi Cuci Hidung............................................................................. 1

2.Tata Cara cuci hidung............................................................................. 2

3.Manfaat Cuci Hidung ............................................................................ 2

4.Efek Samping Cuci Hidung.................................................................... 2

B. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hidung......................................................

1. Anatomi Hidung.................................................................................... 1

2..Fisologi Hidung..................................................................................... 2

3.. Histologi Hidung ................................................................................. 2

C. Hubungan Cuci Hidung Saat Wudhu’ Terhadap Fungsi Hidung...................

Page 4: Referat Cuci Hidung THT

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai muslim, kita diwajibkan untuk shalat 5 waktu. Untuk memenuhi

syarat sah shalat adalah salah satunya dengan cara berwudhu. Salah satu gerakan

berwudhu ialah membasuh hidung. Dalam ajaran islam, cara membasuh hidung

pada saat berwudhu ialah dengan membasuh hidung dengan air pada bagian luar

dan hidung bagian dalam dengan cara menghirup air ke dalam hidung lalu

membuangnya kembali dilakukan sebanyak 3 kali.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

� إ�ذ�ا أ د ك م� ت�و�ض� ع�ل� أ�ح� ل�ي�ج� ه� ف�ي ف� �ن�ف� ل�ي�ن�ث ر� ث م� ماء أ

“Jika salah seorang dari kalian berwudhu maka hendaknya dia menghirup air ke

hidung lalu mengeluarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

radhiyallahu ‘anhu).

Orang yang berwudhu secara kontinyu, maka hidung

mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba. Lubang

hidung merupakan tempat yang rentan dihinggapi mikroba dan

virus, tetapi dengan membasuh hidung secara kontinyu dan

melakukan instinsyaaq (memasukkan air kedalam hidung

kemudian mengeluarkannya ketika berwudhu), maka lubang

hidung menjadi bersih dan terbebas dari radang dan bakteri.

Secara medis, cuci hidung salah satunya berguna untuk mengelurkan

produksi mukus yang berlebihan. Produksi mukus berlebih ini dapat disebabkan

karena adanya kerusakan sistem transportasi mukosiliar yang menyebabkan

terkumpulnya mukus. Beberapa protein dapat ditemukan pada mukus di hidung

meliputi sel mediator inflamasi yang dimana cuci hidung akan mengurangi

inflamasi tersebut melalui pembuangan mukus. Sehingga, hal ini dapat

Page 5: Referat Cuci Hidung THT

meningkatkan sistem pembersihan mukosiliar dan dapat menghilangkan ketebalan

mukus yang tidak dapat ditangani oleh silia ( Musa H.I ).

Dengan demikian erat kaitanya cuci hidung dengan keadaan dan

fungsional hidung. Hal ini dibuktikan pada studi penelitian yang dilakukan oleh

team dokter di Universitas Alexandria (2010), mereka mendemonstrasikan bahwa

paparan organisme dihidung enam kali lebih rendah pada orang yang rutin

membasuh hidung pada saat wudhu. Pada penelitian ini disebutkan bahwa orang

yang rutin berwudhu dengan cara menghisap air kedalam hidung kemudian

dihembuskan keluar hanya memiliki angka 9% untuk kasus ganguan hidung.

Sedangkan pada orang yang tidak percaya atau tidak beribadah dengan berwudhu

menunjukan angka kesakitan sebesar 42% ( Bhat A.R, 2014)

Menurut sejarah, cuci hidung telah lama dilakukan sebelumnya. Pada

pengobatan barat, pembersihan hidung telah dianjurkan selama lebih dari 100

tahun. Hal ini juga telah dilakukan oleh muslim sebagai syarat untuk melakukan

Shalat dari beberapa abad yang lalu sampai dengan saat ini. Begitu juga dengan

tekhnik yoga pada orang indian purba yang telah mempraktekkan cuci hidung

yang disebut “Jala Neti” untuk lebih dari beberapa abad ( Heatley G.D ; Musa

H.I ).

Cuci hidung dapat menjadi terapi tambahan untuk pengobatan pada

banyak kondisi sinonasal. Penggunaannya meliputi penatalaksanaan pada

rhinosinusitis akut dan kronik, gejala hidung non spesifik, rhinitis alergi dan non

alergi, perforasi septal dan perawatan pasien post operasi ( Brown L.C )

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, referat ini ditulis untuk

mengetahui efek cuci hidung saat wudhu terhadap fungsi hidung.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat manfaat cuci hidung saat wudhu’ terhadap fungsi hidung?

C. Tujuan

Untuk mengetahui manfaat cuci hidung saat wudhu’ terhadap fungsi hidung.

D. Manfaat

Page 6: Referat Cuci Hidung THT

Diharapkan dengan adanya penulisan referat ini, dapat menambah wawasan

ilmu pengetahuan kita tentang manfaat melakukan cuci hidung secara benar saat

wudhu’ terhadap kesehatan hidung.

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Cuci Hidung

1.Definisi Cuci Hidung

Cuci hidung adalah praktek kebersihan pribadi dimana rongga hidung

dicuci menggunakan air dengan solusi yang berbeda-beda untuk mengeluarkan

kelebihan lendir dan debris dari hidung dan sinus dan untuk melembapkan

membran mukus. Hal ini dapat menjaga kesehatan hidung yang baik,

meningkatkan kualitas sinus pada kehidupan, mengurangi gejala dan mengurangi

penggunaan obat-obatan. Cuci hidung efektif sebagai terapi tambahan ( Ihsan H.

Musa ).

Cuci Hidung merupakan bagian yang penting dari wudhu’ , Luqait ibnu

Saborah bertanya pada Rasulullah SAW. Untuk memberitahukan padanya tentang

wudhu” dan Rasulullah SAW. Menjawab '' Lakukan dengan benar dan Wudu

secara menyeluruh, mencuci antara jari-jari, dan membesar-besarkan dalam

menghirup air ke dalam hidung kecuali Anda sedang berpuasa '' (Al-Tirmidzi,

1983). Selain itu Rasulullah SAW. juga menganjurkan untuk melakukannya dua

atau tiga kali lebih (Al Ghamdi M.K).

2. Tata Cara Cuci Hidung Saat Wudhu’

Selama cuci hidung saat berwudu air harus memasuki tidak hanya bagian

depan dari hidung saja tetapi juga sampai dengan sinus ethmoidalis. Selama cuci

hidung ketika berwudu, jari kelingking kiri digunakan untuk membersikan

partikel-partikel yang menempel dilubang hidung ( dr.Sabrina )

Page 7: Referat Cuci Hidung THT

Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari shahabat

Abdullah bin Zaid yang mencontohkan wudhunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam: (sampai pada)

ث�ال�ث$ا ذ�ل�ك� ع�ل� ف� ف� د�ة' و�اح� ك�ف* م�ن� ق� ت�ن�ش� و�اس� م�ض� م�ض� ف�

“Berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air kehidung) dari satu telapak

tangan dilakukan sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Abu Hurairah ra. berkata: Nabi Saw. Bersabda: Jika seorang

bangun dari tidurnya, lalu wudhu hendaklah ia menghirup air

kedalam hidung kemudian mengeluarkannya (instinsyaaq)

diulang tiga kali, sebab syaitan bermalam dalam

hidungnya.”nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Gambar 2. Gerakan cuci hidung pada saat berwudhu’

Gambar 3. Macam-macam sinus

3.Manfaat Cuci Hidung

a. Mencegah Infeksi Staphylococcus aureus

Page 8: Referat Cuci Hidung THT

Perawatan hidung merupakan hal yang penting juga pada pengobatan

modern. Praktek cuci hidung dapat mencegah infeksi dari Staphylococcus aureus

yang dapat memiliki konsekuensi yang berat. Bagian depan dari hidung

merupakan tempat bagi S. Aureus. Musin yang berada pada permukaan hidung

menjadi tempat penting terjadinya interaksi antara protein staphylococcus dan

karbohidrat musin (Shuter et al., 1996). Beberapa studi telah menunjukkan bahwa

eliminasi dari musin dihidung menurunkan kejadian infeksi dari S.aureus (Chow

dan Yu, 1989;. Chatterjee et al, 2009). Cuci hidung saat wudhu’ dapat

membersihkan hidung dari S.aureus (AlGhamdi M.K, 2013).

b. Cuci hidung menghilangkan alergen dan bakteri sehingga mengurangi

kerusakan dari mukosa (Musa H.I, 2012)

c.Membantu fungsi dari silia (Musa H.I, 2012)

d.Mengurangi pemakaian obat bagi anak-anak dan wanita hamil (Musa

H.I, 2012)

e.Sebagai terapi tambahan.

Beberapa bahan obat-obatan dapat digunakan bersama dengan terapi cuci

hidung. Paling sering digunakan adalah antibakterial dan antijamur. Penambahan

ini terbukti mempercepat proses penyembuhan penderita (Brown L.C, 2004)

f.Lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan nebulizer

Para peneliti menemukan, adanya tekanan positiv dan tekanan negatif saat

melakukan cuci hidung lebih efektif dibanding nebulizer dalam mendistribusikan

air ke sinus ethmoidalis dan sinus maxillaris. Pada sinus sphenoidal dan sinus

frontal hanya dapat menerima air terbatas dibandingkan dengan nebulizer yang

tidak dapat menghantarkan air sama sekali ke sinus sphenoidal dan sinus

maxillaris ( Brown L.C, 2004 )

g.Mencegah agen infeksi untuk mencapai bronkhi dan paru-paru

( dr.Sabrina )

4.Efek Samping Cuci Hidung

Cuci hidung telah terbukti aman untuk dilakukan. Efek samping yang

ditimbulkan sangat kecil sekali. Beberapa efek samping yang dilaporkan, antara

lain :

Page 9: Referat Cuci Hidung THT

1. Iritasi lokal

2. Gatal

3. Rasa terbakar

4. Otalgia ( Brown L.C, 2004)

Cuci hidung dengan air biasa mungkin sedikit tidak aman dan dapat

menjadi tidak nyaman karena mengiritasi dari membran mukus, Maka dari itu,

penganjuran untuk pemakain air garam isotonik atau hipertonik dapat menjadi

pilihan, Karena air yang mengandung garam akan sesuai dengan tonisitas dari sel

tubuh dan darah. Untuk alasan yang sama, air hangat lebih dipilih dibandingkan

air yang dingin, karena selain dapat mengaktifkan reflek muntah, air dingin dapat

mengiritasi membran mukus. Penggunaan air yang telah disterilkan atau air yang

sebelumnya telah didihkan kemudian didinginkan dibandingnya air bisa

dianjurkan.

B.Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hidung

1. Anatomi Hidung

Page 10: Referat Cuci Hidung THT

I. Hidung Luar

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah

yaitu:

1. Pangkal Hidung (Bridge), dibentuk oleh os nasal kiri dan kanan

2. Dorsum nasi (batang hidung)

3. Puncak hidung

4. Ala nasi, bagian hidung yang dapat digerakkan

5. Kolumela; pembatas lubang hidung kanan dan kiri

6. Lubang hidung (nares anterior)

Hidung bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang

dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk

melebarkan dan menyempitkan lubang hidung.

Kerangka tulang penyusun hidung luar terdiri dari:

Page 11: Referat Cuci Hidung THT

1. Os nasalis (tulang hidung)

2. Prosesus frontalis os maxilla

3. Prosesus nasalis os frontal

Kerangka tulang rawan penyusun hidung luar terdiri dari :

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior

2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)

3. Beberapa pasang kartilago alar minor

4. Tepi anterior kartilago septum

Lubang hidung dan puncak hidung dibentuk oleh kartilago ala mayor, yang

berbentuk tipis dan fleksibel. Sedangkan kolumela yang memisahkan kedua

lubang hidung dibentuk oleh tepi bawah kartilago septum.

Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas,

struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian yaitu :

1. Yang paling atas, kubah tulang yang tidak dapat digerakkan. Belahan

bawah aperture piriformis kerangka tulang saja, memisahkan hidung

luar dengan hidung dalam. Disebelah superior, struktur tulang hidung

luar berupa prosesus maxilla yang berjalan keatas dan kedua tulang

hidung semuanya disokong oleh prosesus nasalis os frontalis dan

suatu bagian lamina perpendikularis os etmoidalis. Spina nasalis

anterior merupakan prosesus maksilaris medial.

2. Dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan,

dibentuk oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi digaris

tengah dan tepi atas kartilago septum kuadrangularis.

3. Yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan

dan dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior.

Lobulus menutup vestibulum nasi dan dibatasi sebelah medial oleh

kolumela. Sebelah lateral oleh ala nasi dan anterosuperior oleh ujung

hidung. Mobilitas lobulus hidung penting untuk ekspresi wajah,

gerakan mengendus dan besin. Otot ekspresi wajah yang terletak

Page 12: Referat Cuci Hidung THT

subkutan diatas tulang hidung, pipi anterior dan bibir atas menjamin

mobilitas lobulus.

Jaringan ikat subkutan dan kulit juga ikut menyokong hidung luar.

Jaringan lunak diantara hidung luar dan dalam dibatasi disebelah inferior oleh

kripta piriformis dengan kulit penutupnya, dimedial oleh septum nasi dan tepi

bawah kartilago lateralis superior sebagai batas superior dan lateral

II. Hidung Dalam / Rongga Hidung / Cavum Nasi

Cavum nasi ( Rongga hidung ) adalah suatu rongga berbentuk

terowongan tempat lewatnya udara pernapasan, yang dipisahkan oleh septum

nasi dibagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau

lubang masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang

belakang disebut nares posterior ( koana ) yang menghubungkan cavum nasi

dengan nasofaring.

Batas-batas cavum nasi :

- Anterior : Nares anterior

- Posterior : Nares posterior (koana)

- Lateral : Konka-konka

- Superior : Lamina cribifom

- Inferior : Os maxilla dan Os palatum

Page 13: Referat Cuci Hidung THT

Konka inf.vestib

Meatusinf

MeatusmediusKonka media

choana

Nares ant.

k.sup sphe

Meatus sup.

Bagian – bagian yang terdapat dalam cavum nasi :

1. Vestibulum

- Paling anterior, sejajar dengan ala nasi.

- Bagian yang masih dilapisi kulit yang mempunyai banyak

kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise)

2. Septum

- Merupakan dinding medial hidung, bagi cavum nasi sama besar,

lurus mulai dan anterior sampai posterior (koana).

- Dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, yaitu:

Bagian tulang :

1. Lamina perpendikularis os etmoideus.

2. Os Vomer.

3. Krista nasalis os maxilla.

4. Krista nasalis os palatina.

Bagian tulang rawan :

1. Kartilago septum (lamina kuadrangularis).

2. Kolumela.

Page 14: Referat Cuci Hidung THT

- Dilapisi perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum

pada bagian tulang , sedang bagian luarnya lagi dilapisi olaeh

mukosa hidung.

3. Konka

- Terletak dilateral rongga hidung kanan dan kiri.

- Terdiri dari empat konka, dari atas ke bawah :

1. Konka suprema; biasanya rudimeter.

2. Konka superior; lebih kecil dari konka media.

3. Konka media; lebih kecil.

4. Konka inferior; terbesar dan letak paling bawah.

Merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maxilla

dan labirin etmoid sedangkan konka suprema, superior, dan

media merupakan bagian dari labirin etmoid.

4. Meatus - meatus

- Terletak diantara konka-konka dan dinding lateral hidung.

- Merupakan tempat bermuara dari sinus paranasal.

- Berdasarkan letaknya dibagi 3, yaitu :

1. Meatus inferior

Terletak antara konka inferior dengan dasar hidung dan

dinding lateral rongga hidung, tempat bermuara duktus

nasoakrimalis.

2. Meatus medius

Celah yang terletak konka media dengan dinding lateral

rongga hidung. Terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus,

hiatus semilunaris, dan infundibulum etmoid. Hiatus

semilunaris merupakan celah sempit melengkung dimana

terdapat muara sinus frontal, maxilla, dan etmoid anterior.

3. Meatus superior

Terletak antara konka superior dan konka media. Disini

terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid.

Page 15: Referat Cuci Hidung THT

Kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongga udara,

struktur jaringan lunak yang menutupi hidung dalam cenderung bervariasi tebalnya juga

mengubah resistensi. Akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan ekspirasi.

Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti mukosa.,

perubahan badan vascular yang dapat mengembang pada konka dan septum atas.

Ujung-ujung saraf olfaktorius menempati daerah kecil pada bagian medial dan

lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung. Deformitas struktur

demekian pula penebalan atau oedem mukosa berlebihan dapat mencegah aliran udara

untuk mencapai daerah olfaktorius dan dengan demikian dapat sangat mengganggu

penghidu.

Konka umumnya dapat mengkompensasi kelainan septum ( bila tidak terlalu

berat ), dengan memperbesar ukurannya pada sisi yang konkaf dan mengecil pada sisi

lainnya sedemikian rupa agar dapat mempertahankan lebar rongga udara yang optimum.

Jadi meskipun septum nasi bengkok, aliran udara masih akan ada dan masih normal.

Daerah jaringan erektil pada kedua sisi septum berfungsi mengatur ketebalan dalam

berbagai kondisi atmosfer yang berbeda.

Perdarahan Hidung

Bagian hidung mendapat perdarahan dari cabang a. maxillaris interna,

diantaranya ujung a.palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramen

sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung

posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a.

fasialis.

Pada bagian depan septum terdapat anostomosis dari cabang-cabang a.

sfenopalatina, a. etmoid, a. labialis superior dan a. palatina mayor yang disebut pleksus

kiesselbach (little’s area) pleksus ini letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma

sehingga sering menjadi epitaksis terutama pada anak.

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan

dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena

oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak

Page 16: Referat Cuci Hidung THT

memiliki katup sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran

infeksi sampai ke intrakranial.

Persarafan Hidung

Bagian depan dan atas ronga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.

etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris yang berasal dari n.

oftalmikus.

Rongga hidung lainnya sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.

maxilla melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion ini selain memberikan persarafan

sensoris juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.

Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. maxilla, serabut parasimpatis dari n.

petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n. petrosus profundus.

Ganglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konka

media.

Nervus olfaktorius turun melalui lamina cribrosa dari permukaan bawah bulbus

olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

2. Fisiologi Hidung

Hidung dan sinus dilapisi dengan epitelium pseudostratifikatum kolumnar

diselingi dengan sel goblet. Kelejar mukus ditemukan pada lapisan submukoasa.

Terdapat sebanyak 1000cc sekresi yang muncul dari lapisan sinonasal setiap

harinya. Pada keadaan normal, sekresi ini dibawa dari sinus ke hidung kemudian

melewati bagian posterior nasofaring untuk ditelan. Pemindahan ini tergantung

pada gerakan mukus yang efisien oleh silia. Frekuensi gerakan silia, koordinasi

silia dan reologi mukus merupakan faktor yang penting untuk menentukan waktu

pemindahan mukosiliar melalui hidung. Kegagalan untuk mengalirkna mukus

keluar dari sinus dan hidung menghasilkan sendatan sekresi dengan potensi

adanya infeksi sekunder bakteri dan gejala rhinosinusitis ( Healtley G. D.).

1. Airway Surface Liquid (ASL)

Cairan permukaan saluran nafas atau ASL adalah sekresi yang dihasilkan

oleh sel epitelial, sel goblet dan kelenjar submukosa. Ini terdiri dari lapisan bawah

Page 17: Referat Cuci Hidung THT

perisiliar dengan ketebalan 7 mikron dan lapisan atas mukus atay lapisan “gel”

dengan ketebalan bervariasi. Makrofag dapat ditemukan pada ASL, dimana

mereka mengikat organisme yang tidak cepat dbuang oleh pembersihan

mukosiliar. ASL juga mengandung agen protein antimikrobial ( lisozim,

laktoferin ) dan peptida ( defensin ) yang membantu mencegah kolonisasi bakteri.

Total volume ASL pada orang normal mencapai 1 cc pada seluruh lapisan

meliputi trakea dan bronki, dengan tambahan 2.6 cc didalam bronkiolus. ASL

bersifat isotonik pada manusia dan mamalia yang lain ( Healtley G. D.).

Lapisan perisilier harus tetap pada ketinggian ~ 7 mikron untuk

transportasi silia yang efisien. Pada fase aktif “effective stroke” siliar mukus di

pindahkan ke posterior, sementara pada fase pasif siliar “recovery phase” terjadi

pada lapisan bawah. Jika cairan perisilier terlalu sedikit maka akan melambatkan

gerakan siliar karena mereka dipaksa bergerak melalui lapisan mukus yang tebal

( Healtley G. D.).

Gambar 1. Gerakan Mukosiliar pada fase aktif dan pada fase pemulihan

( Healtley G. D.)

Volume dan kedalaman cairan permukaan saluran napas atau ASL

ditentukan oleh transport air isotonik. Penambahan natrium klorida ke lumen jalan

napas menyebabkan air keluar dari sel epitelial untuk menyamakan komposisi

sodium sehingga terjadi peningkatan reologi mukus ( viskositas dan elastisitas )

dan mempercepat transportasi dari mukus ( Healtley G. D.).

2. Transport Ion

Page 18: Referat Cuci Hidung THT

Air berpindah melalui epitelium dalam respon terhadap kandungan garam.

Epitel yang normal secara aktif menyerap sodium dan klorida. Membran apikal

memiliki saluran sodium. Perpindahan sodium diikuti dengan perpindahan air

merupakan hal yang penting untuk menyeimbangkan ketebalan yang pantas pada

ASL ( Healtley G. D.).

Fungsi hidung adalah untuk:

1. Sebagai jalan nafas

Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke

atas setinggi konka media dan kemudian turun kebawah ke nasofaring

sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus.

Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian

mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian

depan aliran udara memecah, sebagian akan melalui nares anterior dan

sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung

dengan aliran dari nasofaring.

Hidung dengan berbagai katup inspirasi dan ekspirasi serta kerja

mirip katup dari jaringan erektil konka dan septum, menghaluskan dan

membentuk aliran udara, mengatur volume dan tekanan udara yang lewat,

dan menjalankan berbagai aktivitas penyesuaian udara (filtrasi, pengaturan

suhu dan kelembaban udara).

Perubahan tekanan udara didalam hidung selama siklus pernafasan

telah diukur memakai rinomanometri. Selama respirasi tenang, perubahan

tekanan udara dalam hidung adalah minimal dan normalnya tidak lebih

dari 10-15 mmH2O, dengan kecepatan aliran udara bervariasi antara 0-140

ml/menit. Pada inspirasi, terjadi penurunan tekanan; udara keluar dari

sinus sementara pada ekspirasi tekanan sedikit meningkat; udara masuk ke

dalam sinus. Secara keseluruhan, pertukaran udara sinus sangat kecil,

kecuali pada saat mendengus, suatu mekanisme dimana hantaran udara ke

membrana olfaktorius yang melapisi sinus meningkat.

Page 19: Referat Cuci Hidung THT

2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)

Fungsi ini untuk menyiapkan udara yang akan masuk kedalam

alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban dan

mengatur suhu. Mengatur kelembaban udara dilakukan oleh palut lendir.

Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari

lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi keadaan

sebaliknya.

Mengatur suhu dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah

dibawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas,

sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu

udara melalui hidung ± 37 ° C.

3. Penyaringan dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu

dan bakteri dan dilakukan oleh:

a. Rambut (vibrise) pada vestibulum nasi

b. Silia

c. Palut lendir (mucous blanket)

debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel

yang besar akan dikeluarkan dengan reflek bersin. Palut lendir ini akan

dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.

d. Lisozym : enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis

bakteri.

Transport benda asing yang tertimbun dari udara inspirasi ke faring

di sebelah posterior, dimana kemudian akan ditelan atau diekspektoran,

merupakan kerja silia yang menggerakkan lapisan mukus dengan partikel

yang terperangkap. Kerja silia yang efektif dapat terganggu oleh udara

yang sangat kering, seringkali terjadi dirumah pada bulan-bulan musim

dingin dengan pemanasan. Juga penting untuk mempertahankan PH Netral

7. polusi udara mengganggu efektivitas silia dalam berbagai cara. Nitrogen

Page 20: Referat Cuci Hidung THT

dioksida dan sulfur dioksida, komponen lazim dari asam mengganggu

kesehatan hidung.

Mukus hidung disamping berfungsi sebagai alat transportasi

partikel yang tertimbun dari udara inspirasi, juga memindahkan panas.

Normalnya mukus menghangatkan udara inspirasi dan mendinginkan

udara ekspirasi, serta melembabkan udara inspirasi dengan lebih dari 1

liter uap setiap harinya.

Lapisan mukus, disamping menangkap dan mengeluarkan partikel

lemah, juga merupakan sawar terhadap alergen, virus, bakteri. Walaupun

organisme hidup mudah dibiak dari segmen hidung anterior, sulit untuk

mendapat suatu biakan postnasal yang positif. Lisozim yang terdapat pada

lapisan mukus, bersifat destruktif terhadap dinding sebagian bakteri.

Fagositosis aktif dalam membran hidung merupakan bentuk proteksi di

bawah permukaan. Membran sel pernafasan juga memberikan imunitas

induksi selular. Sejumlah immunoglobulin dibentuk dalam mukosa

hidung, sebagian oleh plasma yang normal terdapat dalam jaringan

tersebut. Sesuai kebutuhan fisiologik, telah diamati adanya Ig G, Ig A, dan

Ig E.

4. Indra penghidung

Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya

mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga

bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai bagian ini denagn cara

difusi dengan palut lender atau bila menarik nafas dengan kuat.

Bila kita ingin mengenali suatu bau, biasanya kita mengendus yaitu

menambah tekanan negative guna menarik aliran udara yang masuk ke

area olfaktorius. Pada sumbatan hidung yang patologis, pasien sering

mengeluh anosmia sebelum mengemukakan bahwa ia juga bernafas lewat

mulut. Lebih lanjut kita membedakan berbagai makanan lewat rasa dan

bau, keluhan pasien dapat pula berupa makanan tidak pas rasanya.

Page 21: Referat Cuci Hidung THT

5. Resonansi suara

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika

berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi

berkurang atau hilang sehingga terdengar suara sengau-sengau (rinolalia).

6. Proses bicara

Hidung membantu proses kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah,

bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m,n,ng)

rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk

aliran udara.

Secara umum, bicara yang abnormal akibat perubahan rongga-

rongga hidung dapat digolongkan sebagai hipernasal atau hiponasal.

Hipernasal terjadi bila insufisiensi velofaringeal menyebabkan terlalu

banyak bunyi beresonansi dalam rongga hidung. Pasien – pasien

palatoskisis yang tidak diperbaiki secara khas mewakili gangguan bicara

ini. Hiponasal timbul bila bunyi-bunyi yang normalnya beresonansi dalam

rongga hidung menjadi terhambat. Sumbatan hidung dapat menimbulka

kelainan ini dengan berbagai penyebab seperti infeksi saluran pernafasan

atas, hipertrofi adenoid, atau tumor hidung.

7. Reflek nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor reflek yang berhubungan

dengan saluran cerna , kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi

mukosa hidung menyebabkan reflek bersin dan nafas terhenti. Rangsang

bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

3.Histologi Hidung

1. Mukosa Hidung

Secara histoligi dan fungsional dibagi atas :

Page 22: Referat Cuci Hidung THT

- Mukosa pernapasan (mukosa respiratori)

- Mukosa penghidu (mukosa olfaktorius)

Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung.

Epitel organ pernapasan biasanya berupa epitel torak bersilia, bertingkat

palsu (pseudo stratified columnae ephitelium), berbeda-beda pada berbagai

bagian hidung, tergantung pada tekanan dan kecepatan aliran udara, suhu,

dan derajat kelembaban udara.

Lapisan mukus yang sangat kental dan lengket menangkap debu,

benda asing dan bakteri yang terhirup, dan melalui kerja silia benda-benda

ini diangkut ke faring, selanjutnya ditelan dan dihancurkan. Lisozim dan

IgA ditemukan pula dalam laapisan mukus, dan melindungi lebih lanjut

terhadap patogen. Lapisan mukus hidung diperbaharui 3-4 kali dalam 1 jam.

Silia begerak serempak secara cepat kearah aliran lapisan, kemudian

membengkok dan kembali tegak dengan lebih lambat. Kecepatan pukulan

silia kira-kira 700 – 1000 siklus per menit.

Dalam keadaan normal, mukosa berwarna merah muda dan selalu

basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada

permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dari sel-sel

goblet.

Mukosa sinus paranasal berhubungan langsung dengan mukosa

rongga hidung didaerah ostium. Mukosa sinus menyerupai mukosa rongga

hidung, hanya lebih tipis dan pembluh darahnya lebih sedikit. Tidak

ditemukan rongga-rongga vaskuler yang besar. Sel-sel goblet dan kelenjar

lebih sedikit dan terutama ditemukan dekat ostium. Palut lendir didalam

sinus dibersihkan oleh silia dengan gerakan menyerupai spiral kearah

ostium.

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka

superior,dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak

berlapis semu dan tidak bersilia (pseudo stratified columnar non ciliated

Page 23: Referat Cuci Hidung THT

ephitelium. Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel

basal, dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat

kekuningan.

2. Silia

Silia terbentuk dari dua mikrotubulus sentral tungal yang

dikelilingi sembilan pasang mikro tubulus, semuanya terbungkus dalam

membran sel berlapis tiga yang tipis dan rapuh.

Silia mempunyai fungsi yang penting. Dengan gerakan silia yang

teratur, palut lendir didalam cavum nasi akan didorong kearah nasofaring.

Dengan demikian mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya

sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam

rongga hidung.

Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret

terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan

gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan,

radang, sekret kental dan obat-obatan.

3. Area Olfaktorius

Epitel penghidu bertingkat torak terdiri dari tiga jenis sel:

1. Sel saraf bipolar olfaktoris

2. Sel sustentakular penyokong yang besar jumlahnya

3. Sejumlah sel basal yang kecil. Merupakan sel induk dari sel

sustentakular

Sel-sel penghidu ini merupakan satu-satunya bagian sistem saraf pusat

yang mencapai permukaan tubuh.

4. Pembuluh Darah

Pembuluh darah pada mukosa hidung mempunyai susunan yang

khas. Arteriol terletak pada bagian yang lebih dalam dari tunika propia dan

Page 24: Referat Cuci Hidung THT

tersusun secara pararel dan longitudinal. Arteriol ini memberikan

perdarahan pada anyaman kapiler periglandular dan subepitelial.

Pembuluh eferen dari anyaman kapler ini membuka ke rongga

sinusoid vena yang besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan elastik

dan otot polos. Pada bagian ujungnya sinusoid ini mempunyai sfingter

otot. Selanjutnya sinusoid akan mengaliskan darahnya ke pleksus vena

yang lebih dalam lalu ke venula.

Dengan susunan demikian mukosa hidung menyerupai suatu

jaringan kavernosus yang erektil, yang mudah mengambang dan mengerut.

Vasodilatasi dan vasokontriksi pembuluh darah ini dipengaruhi saraf

otonom.

5. Suplai Saraf

Yang terlibat langsung saraf kranial pertama untuk penghiduan,

divisi oftalmikus dan maxillaris dari saraf trigeminus untuk impuls afferen

sensorik lainnya, saraf fasialis untuk gerakan otot-otot pernafasan pada

hidung luar, dan system saraf otonom.

6. Sistem Limfatik

Suplai limfatik hidung amat kaya dimana terdapat jaringan

pembuluh anterior dan posterior. Jaringan limfatik anterior adalah kecil

dan bermuara di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju ke leher.

Jaringan ini mengurus hampir seluruh bagian anterior hidung-vestibulum

dan daerah prekonka.

Jaringan limfatik posterior mengurus mayoritas anatomi hidung,

menggabungkan ketiga saluran utama di daerah hidung belakang-saluran

superior, media, dan inferior. Kelompok superior berasal dari konka media

dan superior dan bagian dinding hidung yang berkaitan, berjalan di atas

eustachius dan bermuara pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok

media, berjalan dibawah tuba eustachius, mengurus konka inferior, meatus

inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuju rantai kelenjar limfe

Page 25: Referat Cuci Hidung THT

jugularis. Kelompok inferior berasal dari septum dan sebagian dasar

hidung, berjalan menuju kelenjar limfe di sepanjang pembuluh jugularis

interna.

STUKTUR HISTOLOGI HIDUNG Stuktur histologi hidung, terdiri atas :

Jika dilihat pada mikroskop rongga hidung terdiri dari :

o Tulang

o Tulang rawan hialin

o Otot bercorak

o Jaringan ikat

Kulit luar Hidung, secara mikroskopis nampak:  

o Mempunyai lapisan sel yaitu Epitel berlapis gepeng dengan lapisan

tanduk

o Terdiri atas Rambut -rambut halus

o Mengandung Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Vestibulum nasi

o Secara anatomi  Vestibulum nasi  merupakan bagian dari cavum

nasi yang terletak tepat di belakang nares anterior.

o Secara histologi, vestibulum nasi terdiri atas : 

Epitel berlapis gepeng

Terdapat vibrissae  yaitu rambut-rambut kasar yang

berfungsi menyaring udara pernafasan

Terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Konka nasalis

o Secara anatomi Pada dinding lateral cavum nasi terdapat tiga

tonjolan tulang disebut konka, dimana ada empat buah konka yaitu

Konka nasalis superior yang tersusun atas epitel khusus, Konka

nasalis media, Konka nasalis inferior dan konka nasalis suprema

yang kemudian akan rudimenter.

Page 26: Referat Cuci Hidung THT

o Konka nasalis superior tersusun atas epitel khusus yaitu epitel

olfaktorius untuk penciuman

o Konka nasalis media dan Konka nasalis inferior dilapisi epitel

bertingkat torak bersilia bersel goblet.

o Epitel yang melapisi konka nasalis inferior banyak terdapat plexus

venosus yang disebut swell bodies yang berperan untuk

menghangatkan udara yang melalui hidung. Bila alergi akan terjadi

pembengkakan swell bodies yang abnormal pada kedua konka

nasalis ,sehingga aliran udara yang masuk sangat terganggu.

o Dibawah konka inferior terdapat Plexus venosus berdinding

tipis ,sehingga mudah perdarahan

Mukosa Hidung

o Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologis dan

fungsional dibagi atas mukosa pernafasan (mukosa respiratori) dan

mukosa penghidu (mukosa olfaktorius).

Regio Respiratorius

Tersusun atas Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.

Silia berperan mendorong lendir kearah belakang yaitu

nasofaring sehingga kemudian lendir tertelan atau

dibatukkan

Pada lamina propria

Terdapat glandula nasalis yang  merupakan kelenjar

campur dimana Sekret kelenjar disini menjaga

kelembaban kavum nasi dan menangkap partikel

partikel debu yang halus dalam udara inspirasi

Terdapat noduli limfatisi

Lamina propria ini menjadi satu dengan periosteum /

perikondrium (dinding konka nasalis) oleh karena itu

membran mukosa di hidung sering disebut

mukoperiosteum / mukoperikondrium / membrana

Schneider

Page 27: Referat Cuci Hidung THT

Terdapat serat kolagen, serat elastin, limfosit, sel

plasma , sel makrofag

Jadi Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar

rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh  Epitel

bertingkat torak bersilia bersel goblet. Dalam keadaan

normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah

karena diliputi oleh palut lendir pada permukaannya.

Regio Olfaktorius

Bagian dinding lateral atas dan atap posterior kavum nasi

mengandung organ olfaktorius

Pada konka nasalis superior terdapat epitel khusus /

epitel olfaktorius yang terdapat pada pertengahan kavum

nasi

Daerah epitel olfaktorius ini mencakup 8 – 10 mm ke

bawah pada tiap sisi septum nasi dan pada permukaan

konka nasalis superior, dengan batas tidak teratur dan

luas 500 mm2 dengan mukosa warna coklat kekuningan

Tunika mukosa terdapat epitel olfaktorius yang tersusun

atas empat macam sel, yaitu

Sel olfaktorius

Terletak diantara sel basal dan sel penyokong

Merupakan neuron bipolar dengan dendrit

kepermukaan dan akson ke lamina propria

Ujung dendrit menggelembung disebut

vesikula olfaktorius

Dari permukaan keluar 6 – 8 silia olfaktorius

Akson tak bermyelin dan bergabung dengan

akson reseptor lain di lamina propia

membentuk Nervus Olfaktorius / N. II

Sel sustentakuler / sel penyokong

Page 28: Referat Cuci Hidung THT

Bentuk sel silindris tinggi dengan bagian apex lebar

dan bagian basal menyempit

Inti lonjong

Pada permukaan terdapat mikrovili

Sitoplasma mempunyai granula kuning kecoklatan

Sel basal

Bentuk segitiga

Inti lonjong

Merupakan reserve cell / sel cadangan yang akan

membentuk sel penyokong dan mungkin menjadi sel

olfaktorius

Sel sikat

Sel yang mempunyai mikrovili di bagian apikal

Lamina propria:

Mempunyai banyak vena

Mengandung kelenjar terutama jenis serosa /

kelenjar Bowman,berperan untuk membasahi epitel

dan silia, dan juga sebagai pelarut zat – zat kimia

yang dalam bentuk bau / dapat melarutkan bau-

bauan

Page 29: Referat Cuci Hidung THT

regio olfactorius

C. Hubungan Cuci Hidung Saat Wudhu’ Terhadap Fungsi Hidung

Cuci hidung terbukti efektif untuk berbagai macam penyakit pernafasan. Pada

penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat di Universitas Baltimore menunjuk

211 pasien dengan berbagai macam penyakit pernafasan termasuk alergi. Mereka

yang memulai untuk melakukan cuci hidung secara teratur merasakan

pengurangan gejala dan peningkatan kondisi tubuh mereka. Berdasarkan hal ini,

dapat disimppulkan bahwa melakukan cuci hidung secara teratur saat berwudhu’

membantu untuk mengobati sinusitis, alergi dan semua bentuk penyakit inflamasi

saluran nafas kronik (dr.Sabrina)

Pada penelitian lain yang dilakukan di Amerika pada 24 pasien dengan

penyakit inflamasi yang berbeda pada hidung termasuk alergi melaporkan bahwa

pasien yang melakukan cuci hidung untuk mengobati penyakit sino-nasal

merasakan perubahan yang signifikan dibandingkan sebelumnya (Tomoka et al,

2000) .

Mekanisme pasti tentang bagaimana cuci hidung bekerja masih menjadi

kontroversial. Lapisan mukus pada cavitas nasal merupakan lini pertama tubuh

Page 30: Referat Cuci Hidung THT

untuk mencegah masuknya organisme. Ini terdiri dari lapisan dasar dan lapisan

superfisial yang terdiri dari gel. Materi asing ( contoh : bakteri, jamur, alergen )

menjadi terjebak dimukus. Silia akan merangsang epitel pseudostratificatum

kolumnar untuk menghasilkan mukus . Silia pada lapisan superfisial yang terdiri

dari gel akan bergerak menyapu mukus ke belakang ke arah nasofaring dimana

mukus ini akan ditelan (Brown L.C et al, 2004).

Cuci hidung dapat meningkatkan pergerakan mukus ke aras nasofaring. Hal

ini menjadi efek fisik secara langsung. Pasien sering melaporkan bahwa cuci

hidung dengan menghirup air ke dalam hidung kemudian menghembuskannya

lebih efektif dibandingkan hanya dengan mencucinya secara pelan. Fungsi lain

dari cuci hidung antara lain pembentukan krusta dikarenakan banyak kondisi

dapat menjadi lunak dan lepas ketika cuci hidung dilakukan. Sekresi mukus yang

kental mungkin dapat menjadi lebih encer sehingga membantu pembersihan oleh

mukus (Brown L.C, 2004).

Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim (2011), tentang manfaat

kesehatan wudhu, dijelaskan, bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar,

maka tubuh seseorang akan terhindar dari segala penyakit. “Sesungguhnya cara

berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan lalu berkumur-

kumur, kemudian mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung lalu

mengeluarkannya. Langkah ini dilakukan sebanyak tiga kali dan seterusnya.”

Dan berdasarkan analisisnya, orang-orang yang tidak berwudhu, maka warna

hidung mereka memudar dan berminyak, terdapat banyak kotoran dan debu.

Ditambahkanya, rongga hidung mereka itu memiliki permukaan yang lengket dan

berwarna gelap. Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, jelas Salim,

permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu.

Selain itu, kata dia, jumlah kuman tampak lebih banyak terdapat pada rongga

hidung orang yang tidak berwudhu, dan itu menjadi tempat pertumbuhan kuman

penyakit. Kondisi tersebut, akan mempercepat pertumbuhan dan penularan kuman

penyakit lainnya. Sementara itu, orang-orang yang senantiasa mengerjakan

Page 31: Referat Cuci Hidung THT

wudhu, maka hidung mereka tampak bersih dari kuman. Bahkan, lanjut Salim,

tempat pertumbuhan kuman relatif tidak ada.

Penelitian Muhammad Salim ini juga menjelaskan, bahwa orang yang

berwudhu dengan memasukkan air ke dalam rongga hidungnya, kendati hanya

sekali, maka hal itu dapat membersihkan hidung dari separoh penyakit.

Selanjutnya, bila memasukkan air ke dalam rongga hidung sebanyak dua kali,

maka dapat menambah sepertiga kebersihan. Kemudian, jika memasukkan air

sebanyak tiga kali, maka hidung benar-benar bersih dari kuman. Dari hal yang

tampaknya kecil dan bahkan disepelekan, ternyata wudhu mengandung hikmah

yang sangat besar manfaatnya bagi kesehatan seseorang. Rasul SAW bersabda:

“Sempurnakan wudhu, lakukan istinsyaq, yaitu memasukkan air ke dalam lubang

hidung, kecuali jika kamu berpuasa.”

Secara ilmiah telah dibuktikan, besarnya manfaat yang bisa dipetik dari wudhu,

terutama dalam hal membersihkan lubang hidung. Logikanya, apabila sekali

berwudhu dan melakukan istinsyaq, maka hal itu dapat menjaga kebersihan

hidung hingga 3-5 jam. Dan bila kotor lagi, maka dapat dibersihkan dengan

wudhu berikutnya. Lebih tegas lagi, Muhammad Salim menjelaskan, orang yang

rajin berwudhu dengan melakukan istinsyaq dan istintsar (mengeluarkan air dari

hidung),kemudian melanjutkannya dengan mendirikan shalat, maka hal itu dapat

menghilangkan 11 kuman penyakit membahayakan yang ada di dalam lubang

hidung, terutama dalam hal gangguan pernafasan, radang paru-paru, panas

rumatik, penyakit rongga hidung, dan lain-lain. Sebaliknya, orang yang tidak

berwudhu, akan lebih mudah terkena penyakit gangguan pernafasan.

Prof Hembing menambahkan, hidung merupakan reseptor penciuman (sel-sel

olfaktoris) yang lebih peka daripada reseptor pengecap (lidah) . Disebutkan,

hidung mampu membedakan lebih dari 10 ribu macam bau-bauan. Saluran nafas

atau indera penciuman terdapat di hidung pada lapisan selaput lendir. Indera ini

dapat menerima rangsangan berupa bau atau oflaksi oleh sel pembau. Sel pembau

mempunyai ujung-ujung berupa rambut halus, yang dihubungkan dengan urat

Page 32: Referat Cuci Hidung THT

syaraf melalui tulang saringan dan bersatu menjadi urat syaraf elfektori menuju

pusat pencium bau di otak. Indera ini dapat membantu indera pengecap (lidah)

menaikkan selera makan. Dan bila seseorang terkena influenza (pilek dan flu),

maka indera penciuman akan mengalami gangguan dan akan kurang mampu

dalam menerima rangsangan bau. Selain itu, akan berkurang pula selera

makannya.

Hembing menambahkan, hidung bisa menjadi alat penyaringan. Di dalam rongga

hidung terdapat rambut-rambut yang berfungsi menyaring debu-debu yang akan

masuk ke dalam hidung bersama dengan udara. Adanya indera pembau dalam

rongga hidung dapat menyebabkan gas yang tidak enak baunya dan tidak berguna

bagi tubuh akan dapat dihindari. Selain itu, tambahnya, hidung juga berfungsi

sebagai alat penghangatan. Adanya konka yang permukaannya banyak

mempunyai kapiler darah yang menyebabkan udara masuk lewat rongga hidung

akan dihangatkan.

Ia menambahkan, banyak manfaat yang dapat dipetik dari ber-

istinsyaq danistintsar ini. Setiap kali orang membersihkan dan membasuh hidung,

maka kuman penyakit seperti sinusitis, influenza (pilek dan flu), bronchitis, dan

lainnya akan hilang. Dan faedah yang bisa diambil dari membasuh hidung ini

memiliki makna ganda, yakni untuk kesehatan fisik dan kesehatan jiwa.

(Dz/syafik-kerenunik).