Referat Bph

41
REFERAT BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DISUSUN OLEH: Intan Samira 030.07.118 PEMBIMBING: dr. Tri Endah, Sp.U KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RSUD BUDHI ASIH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2011

description

bedah

Transcript of Referat Bph

REFERATBENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

DISUSUN OLEH:Intan Samira030.07.118

PEMBIMBING:dr. Tri Endah, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RSUD BUDHI ASIHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA2011

KATA PENGANTARPuji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan petunjuk dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Tri Endah, Sp.U sebagai pembimbing referat ini yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan serta bimbingan. Saya juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang membantu saya dalam menyelesaikan referat ini.Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik diperlukan untuk perbaikannya. Saya berharap semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan wawasan baru.

Jakarta, Juli 2011

Penyusun

PENDAHULUANKelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli. Bentuknya sebesar buah kemiri dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram. McNeal membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskular anterior, dan zona periuretra. Sebagian besar hyperplasia prostat terdapat pada zona transisional.Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel kelenjar prostat, hormon ini akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5-reduktase. DHT inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel kelenjar prostat untuk mensintesis growth factor yang memacu pertumbuhan dan proliferasi sel kelenjar prostat.Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna (BPH). Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan gangguan miksi.

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)

ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGIProstat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung kemih, di sebelah superior diafragma urogenital, di depan rektum dan membungkus uretra pars prostatika. Prostat merupakan kelenjar yang mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur hidup. Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatika. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3cm dan berat normal kurang lebih 20gram. Prostat dapat teraba pada pemeriksaan rectal toucher.Secara histopatologis, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf dan jaringan penyanggah lainnya. Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke uretra pars prostatika. Kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal terdapat sel-sel kuboid.Prostat terbagi menjadi 5 lobus, yaitu: lobus anterior terletak di depan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar lobus medius adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak diantara uretra dan duktus ejakulatorius, bagian atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesica dan mengandung banyak kelenjar lobus posterior terletak di belakang uretra dan di bawah duktus ejakulatorius, juga mengandung banyak kelenjar lobus dextra dan lobus sinistra terletak disamping uretra dan dipisahkan oleh alur vertikal dangkal yang terdapat pada facies posterior prostat, juga mengandung banyak kelenjarPerdarahan untuk prostat adalah cabang dari arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis media. Vena membentuk plexus venosus prostatikus yang menampung darah dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah vena vesicales, yang selanjutnya akan bermuara ke vena iliaca interna. Kelenjar limf regionalnya adalah kelenjar limf hipogastrik, sakral, obturator dan iliaka eksterna.Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari plexus prostaticus yang menerima masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-L2). Rangsangan parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat dan leher kandung kemih. Di tempat itu banyak reseptor adrenergik-a. Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos tersebut. Pada usia lanjut sebagian pria akan mengalami pembesaran kelenjar prostat akibat hiperplasia jinak sehingga dapat menyumbat uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih. Menurut McNeal, kelenjar prostat terbagi atas empat zona, yaitu: zona perifer: merupakan 70% dari volume prostat dan mengelilingi distal urerta, 70-80% kanker prostat berasal dari zona ini zona central: merupakan 25% dari volume prostat dan mengelilingi duktus ejakulatorius zona transisi: merupakan 5% dari volume prostat dan mengelilingi proximal uretra, kelenjar pada zona ini tumbuh seumur hidup dan benign prostatic hyperplasia terjadi pada zona ini zona anterior fibromuskular: terdiri dari otot dan jaringan fibrosaFungsi kelenjar prostat yaitu: mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam, karena sperma lebih dapat bertahan dalam suasana yang sedikit basa menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisis. Enzim-enzim pembekuan prostat bekerja untuk membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasi tetap bertahan di saluran reproduksi wanita, segera setelah itu bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisis sehingga sperma dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanitaSaat otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi, sekret yang berasal dari banyak kelenjar masuk ke uretra pars prostatica. Jika terjadi pembesaran pada prostat maka akan menyumbat uretra sehingga terjadi obstruksi pada saluran kemih.Dihidrotestosteron yang dibentuk dari testosteron di sel Sertoli dan di beberapa organ memiliki peranan dalam pertumbuhan prostat dan merangsang aktivitas sekretorik prostat. Prostat juga dipengaruhi oleh hormon androgen, bagian yang sensitive terhadap androgen adalah bagian perifer, sedangkan yang sensitive terhadap estrogen adalah bagian tengah. Karena itu pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasia, oleh karena sekresi androgen yang berkurang sedangkan estrogen bertambah secara relatif ataupun absolut.

DEFINISIHiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Istilah hiperplasia prostat jinak (BPH) sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat yang biasanya timbul di periuretral dan zona transisi dari kelenjar yang kemudian menekan kelenjar normal yang tersisa. Pembesaran ini akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih.

EPIDEMIOLOGIBPH merupakan bagian yang normal dari proses penuaan pada pria. BPH merupakan penyakit yang sering diderita oleh pria. Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, maka akan terjadi perubahan patologi anatomik. Di klinik 50% penderita BPH dengan gejala bladder outlet obstruction (BOO) dijumpai pada kalangan usia 60-69 tahun. Angka ini meningkat sampai 90% pada usia 85 tahun. Karena proses pembesaran prostat perlahan-lahan maka efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan.

ETIOLOGIPenyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penilitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengugkapkan dengan jelas etiologi terjadinya BPH. BPH erat kaitannya dengan ketidakseimbangan hormonal yang dipengaruhi oleh proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah sebagai berikut: Teori dihidrotestosteronSalah satu teori ialah teori Testosteron (T) yaitu T bebas yang dirubah menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 a reduktase yang merupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat ditangkap oleh reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang kemudian bergabung dengan reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk mengadakan inskripsi pada RNA sehingga akan merangsang sintesis protein. Teori yang disebut diatas menjadi dasar pengobatan BPH dengan inhibitor 5a reduktase. Ketidakseimbangan antara esterogen-testosteron Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar esterogen relatif tetap, sehingga perbandingan antara esterogen dan testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa esterogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur lebih panjang sehingga massa prostat menjadi besar. Interaksi stroma-epitelDiferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat tidak secara langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari dihidrotestosteron dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma. Berkurangnya kematian sel prostatProgram kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.Sampai sekarang belum dapat diterangkan secara pasti factor-faktor yang menghambat proses apoptosis. Diduga hormone androgen berperan dalama menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat. Esterogen diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostat, sedangkan factor pertumbuhan TGF-b berperan dalam proses apoptosis. Teori stem selUntuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu stem sel, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatannya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel.

PATOFISIOLOGIKarena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan, efek perubahan juga terjadi perlahan. Pada tahap awal pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika. Keadaan ini menyebabkan tekanan intravesikal meningkat, sehingga untuk mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik yaitu hipertrofi otot detrusor. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi dinding otot. Apabila keadaan berlanjut, otot detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi.Apabila kandung kemih menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan kandung kemih menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi, penderita sering kali mengedan sehingga lama-kelamaan bisa menyebabkan hernia atau hemoroid.Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih adalah penderita harus menunggu keluarnya kemih pertama, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensitivitas otot detrusor yaitu bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat merangsang kandung kemih sehingga sering berkontraksi meskipun belum penuh. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis. Gejala dan tanda ini dievaluasi menggunakan International Prostate Symptom Score (IPSS) untuk menentukan beratnya keluhan klinis. Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 yang memiliki nilai maksimum 35. Keadaan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh sebagai berikut: Skor 0-7: bergejala ringan Skor 8-19: bergejala sedang Skor 20-35: bergejala beratSelain 7 pertanyaan diatas, di dalam daftar pertanyaan IPSSterdapat satu pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (Quaility of Life atau QoL) yang juga terdiri dari 7 kemungkinan jawaban.

Dalam 1 bulan terakhirTidak pernahKurang dari sekali dalam lima kaliKurang dari setengahKadang-kadang (sekitar 50%)Lebih dari setengahHampir selaluSkor

1.Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?012345

2.Seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai kencing?012345

3.Seberapa sering Andamendapatkan bahwa Andakencing terputus-putus?012345

4.Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?012345

5.Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?012345

6.Seberapa sering Anda harus mengejan untuk mulai kencing?012345

7.Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?012345

Skor IPSS total (pertanyaan 1 sampai 7)=

Senang sekaliSenang Pada umumnya puasCampuran antara puas dan tidak Pada umumnya tidak puasTidak bahagiaBuruk sekali

Seandainya Anda harus menghabiskansisa hidup dengan fungsi kencingseperti saat ini, bagaimana perasaan Anda?

Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, maka pada BPH rasionya meningkat menjadi 4:1, sehingga terjadi peningkatan tonus otot polos prostat. Dalam hal ini massa prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik, sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi prostat.

GAMBARAN KLINISObstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar saluran kemih.Keluhan pada saluran kemih bagian bawahKeluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif. Untuk menilai tingkat keparahan pada saluran kemih bagian bawah digunakan skoring IPSS.Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot kandung kemih untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot mengalami kelelahan sehingga jatuh dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam retensi urin akut.Gejala pada saluran kemih bagian atasKeluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang yang merupakan tanda dari hidronefrosis, atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.Gejala diluar saluran kemihSering ditemukan hernia atau hemoroid yang dikarenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

DIAGNOSISAnamnesis Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis yang cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis itu meliputi: Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenital (pernah mengalami cedera, infeksi atau pembedahan) Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahanSalah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah IPSS.Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang-kadang didapatkan urin yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu pertanda inkontinensia paradoks.Pada colok dubur diperhatikan: Tonus sfingter ani atau refleks bulbokavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli neurogenik Mukosa rektum Keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas prostatColok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Pemeriksaan kultur urin berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Namun pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urin dan telah memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria dan eritrosituria akibat pemasangan kateter.Pemeriksaan faal ginjal untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa kadar penanda tumor Prostate Specific Antigen (PSA). Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih baik daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA direkomendasikan sebagai salah satu pemeriksaan awal pada BPH, dengan syarat usia sebaiknya tidak melebihi 70-75 tahun atau usia harapan hidup lebih dari 10 tahun, sehingga jika memang terdiagnosis karsinoma prostat tindakan radikal masih ada manfaatnya.Pemeriksaan pencitraanPemeriksaan foto polos abdomen (BNO) berguna untuk mencari adanya batu opaque di saluran kemih, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang terisi penuh urin yang merupakan tanda dari retensi urin.Pemeriksaan pielografi intravena (IVP) dapat menerangkan kemungkinan adanya: kelainan ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya gambaran indentasi prostat dan penyulit yang terjadi pada buli-buli. Namun pemeriksaan IVP sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan melalui trans abdominal ultra sonografi (TAUS) atau trans uretral ultra sonografi (TRUS). Dari TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai: Perkiraan volume (besar) prostat Panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic protrusion (IPP) Kelainan pada buli-buli (massa, batu atau bekuan darah) Menghitung residu urin pasca miksi Hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi prostatPada pemeriksaan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat, juga untuk mencari kemungkinan adanya fokus keganasan prostat berupa area hipoekoik dan kemudian sebagai petunjuk dalam melakukan biopsi prostat.Pemeriksaan uretrosistoskopi untuk mengetahui keadaan uretra pars prostatika dan buli-buli. Namun pemeriksaan ini tidak mengenakkan bagi pasien, bisa menimbulkan komplikasi perdarahan, infeksi, cedera uretra dan retensi urin sehingga tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin pada BPH. Pemeriksaan ini dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk menentukan perlunya tindakan TUIP,TURP atau prostatektomi terbuka. Disamping itu pada kasus yang disertai hematuria atau dugaan adanya kasrinoma buli-buli, pemeriksaan ini sangat membantu dalam mencari lesi pada buli-buli.Pemeriksaan lainPemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur: Residual urine yang merupakan jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin ini dapat dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG setelah miksi. Pengukuran dengan kateterisasi lebih akurat dibandingkan dengan USG setelah miksi, tetapi tidak mengenakkan bagi pasien dan memiliki komplikasi. Tujuh puluh delapan persen pria normal memiliki residu urin kurang dari 5 ml dan semua pria normal memiliki residu urin tidak lebih dari 12 ml. Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin. Pemeriksaan yang lebih teliti adalah dengan pemeriksaan urodinamika karena dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan pancaran urin yang lemah tersebut disebabkan karena obstruksi leher buli-buli dan uretra atau kelemahan kontraksi otot detrusor.

DIAGNOSIS BANDING Kelemahan detrusor kandung kemih Gangguan neurologik Kelainan medula spinalis Neuropati diabetik Pasca bedah radikal pelvis Farmakologi (obat penenang, penghambat alfa, parasimpatolitik) Kekakuan leher kandung kemih Fibrosis Retensi uretra Hiperplasia prostat jinak atau ganas Kelainan yang menyumbat uretra Uretralitiasis Uretritis akut atau kronis

PENATALAKSANAANTujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah: Memperbaiki keluhan miksi Meningkatkan kualitas hidup Mengurangi obstruksi infravesika Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal Mengurangi volume residu urin setelah miksi Mencegah progresifitas penyakitPilihan terapi adalah mulai dari: Tanpa terapi (watchful waiting) Medikamentosa Terapi intervensiDi Indonesia, tindakan transurethral resection of the prostate (TURP) masih merupakan pengobatan terpilih bagi penderita BPH.Observasi Medikamentosa Terapi intervensi

Pembedahan Invasif minimal

Prostatektomi terbukaTUMT

Watchful watchingAntagonis adrenergik-

Endourologi: TURP TUIP TULP Elektrovaporisasi TUNAStent uretraHIFU TUBD

Inhibitor reduktase-5

Fitoterapi

Namun tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang penderita yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh tanpa mendapatkan terapi apapun. Namun di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik lain karena keluhannya semakin parah.Terapi non bedah dianjurkan bila nilai IPSS kurang dari 15 dan dianjurkan tetap melakukan kontrol dengan menentukan nilai IPSS. Terapi bedah dianjurkan bila nilai IPSS diatas 25 atau bila timbul obstruksi.Prostat dibagi dalam empat derajat dengan tujuan untuk menentukan penanganannya, yaitu:Derajat Colok duburSisa volume urin

I

II

III

IVPenonjolan prostat, batas atas mudah dirabaPenonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapaiBatas atas prostat tidak dapat diraba< 50 mL

50-100

>100 mL

Retensi urin total

Derajat I biasanya belum memerlukan tindakan bedah dan diberikan pengobatan konservatif seperti antagonis adrenergik-a. Keuntungan antagonis adrenergi-a adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasia prostat sama sekali. Kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.Derajat II merupakan indikasi untutk dilakukannya pembedahan. Biasanya dianjurkan TURP. Kadang derajat II dapat dicoba dengan pengobatan konservatif.Pada derajat III apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam, sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.Pada derajat IV, tindakan pertama yang harus segera dilakukan adalah pembebasan retensi urin total dengan memasang kateter atau sistostomi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis, kemudian tentukan terapi definitif.Watchful waitingWatchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan penyakitnya tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Pada watchful waiting, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya: Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat) Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin Kurangi makanan pedas dan asin Jangan menahan kencing terlalu lamaSetiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan untuk memilih terapi yang lain.Medikamentosa Sebagai patokan jika skor IPSS >7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa atau terapi lain. Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik-a Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron atau dihidrotestosteron melalui penghambat 5a-reduktase Selain kedua cara diatas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan fitofarmaka yang mekanismenya belum jelas.a.Penghambat reseptor adrenergik-Pengobatan dengan antagonis adrenergik- bertujuan menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher buli-buli dan uretra. Fenoksibenzamine adalah obat antagonis adrenergik- non selektif yang pertama kali diketahui mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi. Namun obat ini tidak disenangi oleh pasien karena menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan, diantaranya adalah hipotensi postural dan menyebabkan penyulit lain pada sistem kardiovaskuler.Diketemukannya obat antagonis adrenergik-1 dapat mengurangi penyulit sistemik yang diakibatkan oleh efek hambatan pada-2 dari fenoksibenzamin. Beberapa golongan obat antagonis adrenergik-1 yang selektif mempunyai durasi obat yang pendek (short acting) diantaranya adalah prazosin yang diberikan dua kali sehari, dan durasi obat yang panjang (long acting) yaitu terazosin, doksazosin, dan alfuzosin yang cukup diberikan sekali sehari.Akhir-akhir ini telah diketemukan pula golongan penghambat adrenergik- 1A, yaitu tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos prostat. Dilaporkan obat ini mampu memperbaiki pancaran miksi tanpa menimbulkan efek terhadap tekanan darah maupun denyut jantung.b.Penghambat 5-reduktaseObat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) daro testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5-reduktase di dalam sel prostat. Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel prostat menurun.Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasteride) 5 mg sehari yang diberikan sekali setelah 6 bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28%, dan hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.c.FitofarmakaBeberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik tentang kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai: anti-esterogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti inflamasi, menurunkan outflow resistance, dan memperkecil volume prostat. Diantara fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah: Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica dan masih banyak lainnya.Pembedahan Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi.Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi dan miksi yang tidak terlampias. Pembedahan direkomendasikan pada pasien BPH yang: Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa Mengalami retensi urin Infeksi saluran kemih berulang Hematuria Gagal ginjal Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian bawaha.Prostatektomi terbukaBeberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik infravesika, Freyer melalui pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal. Prostatektomi terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling invasif, dan paling efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan suprapubik transvesika atau infravesika. Prostatektomi terbuka dianjurkan untuk prostat yang sangat besar (>100 gram).Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah inkontinensia urin, impotensi, ejakulasi retrograd, dan kontraktur buli-buli. Dibandingkan dengan TURP dan TUIP, penyulit yang terjadi berupa striktura uretra dan ejakulasi retrograd lebih banyak dijumpai pada prostatektomi terbuka. Perbaikan gejala klinis sebanyak 85-100% dan angka mortalitas sebanyak 2%.b.EndourologiSaat ini tindakan TURP merupakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh dunia. Operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada kulit perut, masa perawatan lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak berbeda dengan tindakan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP atau dengan memakai energi laser. Operasi terhadap prostat berupa reseksi (TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi. Pada TURP, kelenjar prostat dipotong menjadi bagian-bagian jaringan prostat yang dinamakan cip prostat yang akan dikeluarkan dari buli-buli melalui evakuator Ellik.b.1.TURP (transurethral resection of the prostate)Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan pembilas agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang digunakan adalah berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah yaitu H2O steril (aquades).Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TURP. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh ke dalam koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah sebesar 0,99%.Untuk mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu beberapa operator memasang sistostomi suprapubik terlebih dahulu sebelum reseksi diharapkan dapat mengurangi penyerapan air ke sirkulasi sistemik. Penggunaan cairan non ionic lain selain H2O yaitu glisin dapat mengurangi resiko hiponatremia pada TURP, tetapi karena harganya cukup mahal beberapa klinik urologi di Indonesia lebih memilih pemakaian aquades sebagai cairan irigasi.Selain sindroma TURP beberapa penyulit bisa terjadi pada saat operasi, pasca bedah dini, maupun pasca bedah lanjut. Penyulit saat operasi meliputi perdarahan, sindroma TURP, dan perforasi. Penyulit pasca bedah dini meliputi perdarahan dan infeksi lokal atau sistemik. Penyulit pasca bedah lanjut meliputi inkontinensia urin, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan striktura uretra.b.2.TUIP (transurethral incision of the prostate)TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan pada prostatyang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3), tidak dijumpai pembesaran lobus medius, pada pasien yang umurnya masih muda, dan tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinomaprostat. Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan mono insisiatau bilateral insisi mempergunakan pisau Colling mulai dari muara ureter, leher buli-buli-sampai ke verumontanum. Insisi diperdalam hingga kapsula prostat. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan komplikasi dibandingkan dengan TURP. TUIP mampu memperbaiki keluhan akibat BPH dan meningkatkan Qmax meskipun tidak sebaik TURP.Sebelum melakukan tindakan ini, harus disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma prostat dengan melakukan colok dubur, melakukan pemeriksaan USG transrektal, dan pengukuran kadar PSA.

b.3.Laser prostatektomiTerdapat 4 jenis energi yang dipakai, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG, KTP: YAG, dan diode yang dapat dipancarkan melalui bare fibre, right angle fibre, atau intersitial fibre. Kelenjar prostat pada suhu 600-650C akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 1000C mengalami vaporisasi.Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser ternyata lebih sedikit menimbulkan komplikasi, dapat dikerjakan secara poliklinis, penyembuhan lebih cepat dan dengan hasil yang kurang lebih sama, tetapi kemampuan dalam meningkatkan perbaikan gejala miksi maupun pancaran maksimal tidak sebaik TURP. Disamping itu terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun. Kekurangannya adalah tidak dapat diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi (kecuali pada Ho:YAG), sering banyak menimbulkan disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi, dan peak flow rate lebih rendah dari pada pasca TURP.Penggunaan pembedahan dengan energi Laser telah berkembang dengan pesat akhir-akhir ini. Penelitian klinis memakai Nd:YAG menunjukkan hasil yang hampir sama dengan cara desobstruksi TURP, terutama dalam perbaikan skor miksi dan pancaran urine. Meskipundemikian efek lebih lanjut dari Laser masih belum banyak diketahui. Teknik ini dianjurkan padapasien yang memakai terapi antikoagulan dalam jangka waktu lama atau tidak mungkin dilakukan tindakan TURP karena kesehatannya.b.4.ElektrovaporasiCara elektrovaporisasi prostat hampir mirip dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat, sehingga mampumembuat vaporisisai kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa tinggal di rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak terlalu besar ( 450C sehingga menimbulkan destruksi jaringan pada zona transisional prostat karena nekrosis koagulasi. Makin tinggi suhu di dalam jaringan prostat makin baik hasil klinikyang didapatkan, tetapi makin banyak menimbulkan efek samping. Prosedur ini seringkali tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, namun masih harus memakai kateter dalam jangka waktu lama. Sering kali diperlukan waktu 3-6 minggu untuk menilai kepuasan pasien terhadap terapi ini. Tidak banyak menimbulkan perdarahan sehingga cocok diindikasikan pada pasien yang memakai terapi antikoagulansia.Energi yang dihasilkan oleh TUMT berasal dari gelombang mikro yang disalurkan melalui kateter ke dalam kelenjar prostat sehingga dapat merusak kelenjar prostat yang diinginkan. Jaringan lain dilindungi oleh sistem pendingin guna menghindari dari kerusakan selama proses pemanasan berlangsung. Morbiditasnya rendah dan dapat dikerjakan tanpa pembiusan. TUMT terdiri atas energi rendah dan energi tinggi. TUMT energi rendah diperuntukkan bagi adenoma yang kecil dan obstruksi ringan, sedangkan TUMT energi tinggi untuk prostat yang besar dan obstruksi yang lebih berat. TUMT energi tinggi menghasilkan respon terapi yang lebih baik, tetapi menimbulkan morbiditas yang lebih besar daripada yang energi rendah.b.TUNA (transurethral needle ablation of the prostate)Teknik ini memakai energi dari frekuensi radio yang menimbulkan panas sampai mencapai 1000C, sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Sistem ini terdiri atas kateter TUNA yang dihubungkan dengan generator yang dapat membangkitkan energi pada frekuensi radio 490 kHz. Kateter dimasukkan ke dalam uretra melalui sistoskopi dengan pemberian anastesi topikal xylocaine sehingga jarum yang terletak pada ujung kateter terletak pada kelenjar prostat. Pasien seringkali masih mengeluh hematuria, disuria, kadang-kadang retensi urin, dan epididimo-orkitis.

c.Stent uretra Stent prostat dipasang pada uretra pars prostatika untuk mengatasi obstruksi karena pembesaran prostat. Strent dipasang intraluminal di antara leher buli-buli dan di sebelah proksimal verumontetum sehingga urin dapat leluasa melewati lumen uretra pars prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Yang temporer dipasang selama 3-36 bulan dan terbuat dari bahaan yang tidak diserap dan tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang dan dilepas kembali secara endoskopi.Stent yang permanen terbuat dari anyaman dari bahan logam super alloy, nikel atau titanium. Dalam jangka waktu lama bahan ini akan diliputi oleh urotelium sehingga jika suatu saat ingin dilepas harus membutuhkan anastesi umum atau regional.Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan yang cukup tinggi. Seringkali stent dapat terlepas dari insersinya di uretra posterior atau mengalami enkrustasi. Sayangnya setelah pemasangan kateter ini, pasien masih merasakan keluhan miksi berupa gejala iritatif, perdarahan uretra, atau rasa tidak enak pada daerah penis.d.HIFU (high intensity focused ultrasound)Energi panas yang ditujukan untuk menimbulkan nekrosis pada prostat berasal dari gelombang ultra dari transduser piezokeramik yang mempunyai frekuensi 0,5-10MHz. energy dipancarkan melalui alat yang diletakkan transrektal dan difokuskan ke kelenjar prostat. Teknik ini memerlukan anastesi umum. Data klinis menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis 50-60% dan Qmax rata-rata meningkat 40-50%. Efek lebih lanjut dari tindakan belum diketahui, dan sementara tercatat bahwa kegagalan terapi terjadi sekitar 10% setiap tahun.Kontrol berkalaSetiap pasien hyperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu control secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Jadwal control tergantung pada tindakan apa yang telah dijalaninya. Pasien yang hanya mendapatkan pengawasan (watchful waiting) dianjurkan kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor IPSS, uroflometri, dan residu urin pasca miksi.Pada pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5-reduktase harus dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi. Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi. Pasien yang menjalani pengobatan penghambat reseptor adrenergik- harus dinilai respon terhadap pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan IPSS, uroflometri, dan residu urin pasca miksi. Kalau terjadi perbaikan gejala tanpa menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya kontrol dilakukan setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien yang telah menerima pengobatan medikamentosa dan tidak menunjukkan adanya perbaikan perlu dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain.Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit. Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi. Pasien yang mendapatkan terapi invasive minimal harus menjalani kontrol secara teratur dalam jangka waktu yang lama, yaitu setelah 6 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapatkan terapi invasive minimal, selain dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat kemungkinan penyulit infeksi saluran kemih akibat tindakan itu.

KESIMPULANProstat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung kemih, di sebelah superior diafragma urogenital, di depan rektum dan membungkus uretra pars prostatika. Prostat merupakan kelenjar yang mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur hidup. Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars prostatika. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3cm dan berat normal kurang lebih 20gram. Prostat dapat teraba pada pemeriksaan rectal toucher. McNeal membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskular anterior, dan zona periuretra. Sebagian besar hyperplasia prostat terdapat pada zona transisional.Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel kelenjar prostat, hormon ini akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5-reduktase. DHT inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel kelenjar prostat untuk mensintesis growth factor yang memacu pertumbuhan dan proliferasi sel kelenjar prostat.Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Istilah hiperplasia prostat jinak (BPH) sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat yang biasanya timbul di periuretral dan zona transisi dari kelenjar yang kemudian menekan kelenjar normal yang tersisa. Pembesaran ini akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih.Namun tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang penderita yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh tanpa mendapatkan terapi apapun. Namun di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik lain karena keluhannya semakin parah.Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi infravesika, mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin setelah miksi, dan mencegah progresifitas penyakit.

DAFTAR PUSTAKA1. Purnomo B. BPH. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011. p. 123-142.2. Purnomo B. Prostat. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011. p. 14-16.3. Sjamsuhidajat, de Jong. Hiperplasia prostat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2010. p. 809-903.4. Snell RS. Prostat. Anatomi Klinik. Ed.6. Jakarta : EGC; 2006; p.345-505. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Prostate Hyperplasia. Harrisons Manual of Medicine. Ed. 17. USA : The McGraw Company; 2009; p.3996. Sherwood L. Sistem Reproduksi. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta : EGC; 2001; p.7057. Price SA, Wilson LM. Hiperplasia Prostat. Patofisiologi. Ed. 6. Jakarta : EGC; 2005; p.13208. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. Available at http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf. Accessed in 14 Juli 20119. Prostate. Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Prostate. Accessed in 14 Juli 201110. Benign Prostatic Hyperplasia. Available at http://emedicine.medscape.com/article/437359-overview. Accessed in 14 Juli 201111. BPH. Available at http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-furqan.pdf. Accessed in 14 Juli 2011