BPH referat.docx

41
REFERAT BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DISUSUN OLEH: Intan Samira 030.07.118 PEMBIMBING: dr. Tri Endah, Sp.U KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RSUD BUDHI ASIH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2011

Transcript of BPH referat.docx

Page 1: BPH referat.docx

REFERAT

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

DISUSUN OLEH:

Intan Samira

030.07.118

PEMBIMBING:

dr. Tri Endah, Sp.U

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RSUD BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2011

Page 2: BPH referat.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan petunjuk dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.

Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu

bedah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Tri Endah, Sp.U sebagai pembimbing referat

ini yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan serta bimbingan. Saya juga

berterima kasih kepada rekan-rekan yang membantu saya dalam menyelesaikan referat ini.

Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik

diperlukan untuk perbaikannya. Saya berharap semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca dan

dapat memberikan wawasan baru.

Jakarta, Juli 2011

Penyusun

Page 3: BPH referat.docx

PENDAHULUAN

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior

buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat

menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-

buli. Bentuknya sebesar buah kemiri dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20

gram. McNeal membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona

sentral, zona transisional, zona fibromuskular anterior, dan zona periuretra. Sebagian besar

hyperplasia prostat terdapat pada zona transisional.

Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel

kelenjar prostat, hormon ini akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT)

dengan bantuan enzim 5α-reduktase. DHT inilah yang secara langsung memacu m-RNA di

dalam sel kelenjar prostat untuk mensintesis growth factor yang memacu pertumbuhan dan

proliferasi sel kelenjar prostat.

Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna (BPH). Keadaan

ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80

tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urin sehingga

menimbulkan gangguan miksi.

Page 4: BPH referat.docx

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)

ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGI

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung kemih, di

sebelah superior diafragma urogenital, di depan rektum dan membungkus uretra pars prostatika.

Prostat merupakan kelenjar yang mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat

dapat tumbuh seumur hidup. Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi

uretra pars prostatika. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3cm dan berat normal kurang

lebih 20gram. Prostat dapat teraba pada pemeriksaan rectal toucher.

Secara histopatologis, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma.

Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf dan jaringan

penyanggah lainnya. Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot

polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke uretra pars prostatika. Kelenjar-kelenjar ini

dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal terdapat sel-sel kuboid.

Prostat terbagi menjadi 5 lobus, yaitu:

lobus anterior terletak di depan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar

lobus medius adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak diantara uretra dan duktus

ejakulatorius, bagian atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesica dan

mengandung banyak kelenjar

lobus posterior terletak di belakang uretra dan di bawah duktus ejakulatorius, juga

mengandung banyak kelenjar

lobus dextra dan lobus sinistra terletak disamping uretra dan dipisahkan oleh alur

vertikal dangkal yang terdapat pada facies posterior prostat, juga mengandung banyak

kelenjar

Perdarahan untuk prostat adalah cabang dari arteri vesicalis inferior dan arteri rectalis

media. Vena membentuk plexus venosus prostatikus yang menampung darah dari vena dorsalis

profunda penis dan sejumlah vena vesicales, yang selanjutnya akan bermuara ke vena iliaca

interna. Kelenjar limf regionalnya adalah kelenjar limf hipogastrik, sakral, obturator dan iliaka

eksterna.

Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari plexus prostaticus

yang menerima masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus

Page 5: BPH referat.docx

hipogastrikus (T10-L2). Rangsangan parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel

prostat, sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke dalam

uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos

prostat, kapsula prostat dan leher kandung kemih. Di tempat itu banyak reseptor adrenergik-a.

Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos tersebut. Pada usia lanjut

sebagian pria akan mengalami pembesaran kelenjar prostat akibat hiperplasia jinak sehingga

dapat menyumbat uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.

Menurut McNeal, kelenjar prostat terbagi atas empat zona, yaitu:

zona perifer: merupakan 70% dari volume prostat dan mengelilingi distal urerta, 70-80%

kanker prostat berasal dari zona ini

zona central: merupakan 25% dari volume prostat dan mengelilingi duktus ejakulatorius

zona transisi: merupakan 5% dari volume prostat dan mengelilingi proximal uretra,

kelenjar pada zona ini tumbuh seumur hidup dan benign prostatic hyperplasia terjadi pada

zona ini

zona anterior fibromuskular: terdiri dari otot dan jaringan fibrosa

Fungsi kelenjar prostat yaitu:

mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam, karena sperma

lebih dapat bertahan dalam suasana yang sedikit basa

menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisis. Enzim-enzim pembekuan prostat

bekerja untuk membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasi tetap bertahan di

saluran reproduksi wanita, segera setelah itu bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisis

sehingga sperma dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita

Saat otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi, sekret yang berasal dari banyak

kelenjar masuk ke uretra pars prostatica. Jika terjadi pembesaran pada prostat maka akan

menyumbat uretra sehingga terjadi obstruksi pada saluran kemih.

Dihidrotestosteron yang dibentuk dari testosteron di sel Sertoli dan di beberapa organ

memiliki peranan dalam pertumbuhan prostat dan merangsang aktivitas sekretorik prostat.

Prostat juga dipengaruhi oleh hormon androgen, bagian yang sensitive terhadap androgen adalah

bagian perifer, sedangkan yang sensitive terhadap estrogen adalah bagian tengah. Karena itu

pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasia, oleh karena sekresi androgen yang

berkurang sedangkan estrogen bertambah secara relatif ataupun absolut.

Page 6: BPH referat.docx

DEFINISI

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Istilah

hiperplasia prostat jinak (BPH) sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat

hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat yang biasanya timbul di periuretral

dan zona transisi dari kelenjar yang kemudian menekan kelenjar normal yang tersisa.

Pembesaran ini akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika,

yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih.

EPIDEMIOLOGI

BPH merupakan bagian yang normal dari proses penuaan pada pria. BPH merupakan

penyakit yang sering diderita oleh pria. Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada

prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus

berkembang, maka akan terjadi perubahan patologi anatomik. Di klinik 50% penderita BPH

dengan gejala bladder outlet obstruction (BOO) dijumpai pada kalangan usia 60-69 tahun. Angka

ini meningkat sampai 90% pada usia 85 tahun. Karena proses pembesaran prostat perlahan-lahan

maka efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan.

Page 7: BPH referat.docx

ETIOLOGI

Penyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penilitian sampai tingkat biologi

molekuler belum dapat mengugkapkan dengan jelas etiologi terjadinya BPH. BPH erat kaitannya

dengan ketidakseimbangan hormonal yang dipengaruhi oleh proses penuaan. Beberapa hipotesis

yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah sebagai berikut:

Teori dihidrotestosteron

Salah satu teori ialah teori Testosteron (T) yaitu T bebas yang dirubah menjadi

Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 a reduktase yang merupakan bentuk testosteron

yang aktif yang dapat ditangkap oleh reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang

kemudian bergabung dengan reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk

mengadakan inskripsi pada RNA sehingga akan merangsang sintesis protein. Teori yang

disebut diatas menjadi dasar pengobatan BPH dengan inhibitor 5a reduktase.

Ketidakseimbangan antara esterogen-testosteron

Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar esterogen relatif

tetap, sehingga perbandingan antara esterogen dan testosteron relatif meningkat. Telah

diketahui bahwa esterogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel

kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap

rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan

jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua ini adalah, meskipun

rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-

sel prostat yang telah ada mempunyai umur lebih panjang sehingga massa prostat

menjadi besar.

Interaksi stroma-epitel

Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat tidak secara langsung dikontrol oleh sel-

sel stroma melalui suatu mediator tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi

dari dihidrotestosteron dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang

selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakin dan autokrin, serta

mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya

proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.

Berkurangnya kematian sel prostat

Page 8: BPH referat.docx

Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk

mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada jaringan normal, terdapat

keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-

sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara

keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.

Sampai sekarang belum dapat diterangkan secara pasti factor-faktor yang menghambat

proses apoptosis. Diduga hormone androgen berperan dalama menghambat proses

kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel

kelenjar prostat. Esterogen diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostat,

sedangkan factor pertumbuhan TGF-b berperan dalam proses apoptosis.

Teori stem sel

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Di

dalam kelenjar prostat dikenal suatu stem sel, yaitu sel yang mempunyai kemampuan

berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada keberadaan

hormone androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti yang terjadi pada

kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH

dipostulasikan sebagai ketidaktepatannya aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi

yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel.

PATOFISIOLOGI

Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan, efek perubahan juga terjadi

perlahan. Pada tahap awal pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars

prostatika. Keadaan ini menyebabkan tekanan intravesikal meningkat, sehingga untuk

mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat untuk melawan tahanan

tersebut. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik yaitu hipertrofi

otot detrusor. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi dinding otot. Apabila

keadaan berlanjut, otot detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan

tidak mampu lagi untuk berkontraksi.

Apabila kandung kemih menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada

akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas

pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total,

Page 9: BPH referat.docx

sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat

kandung kemih tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus

meningkat. Apabila tekanan kandung kemih menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan

obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-

ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi

infeksi. Pada waktu miksi, penderita sering kali mengedan sehingga lama-kelamaan bisa

menyebabkan hernia atau hemoroid.

Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi

saluran kemih adalah penderita harus menunggu keluarnya kemih pertama, miksi terputus,

menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah dan rasa belum puas sehabis miksi.

Gejala iritasi disebabkan hipersensitivitas otot detrusor yaitu bertambahnya frekuensi miksi,

nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal

berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-

putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau

pembesaran prostat merangsang kandung kemih sehingga sering berkontraksi meskipun belum

penuh. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih.

Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula

menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis. Gejala dan tanda ini

dievaluasi menggunakan International Prostate Symptom Score (IPSS) untuk menentukan

beratnya keluhan klinis. Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing

memiliki nilai 0 hingga 5 yang memiliki nilai maksimum 35. Keadaan pasien BPH dapat

digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh sebagai berikut:

Skor 0-7: bergejala ringan

Skor 8-19: bergejala sedang

Skor 20-35: bergejala berat

Selain 7 pertanyaan diatas, di dalam daftar pertanyaan IPSSterdapat satu pertanyaan tunggal

mengenai kualitas hidup (Quaility of Life atau QoL) yang juga terdiri dari 7 kemungkinan

jawaban.

Page 10: BPH referat.docx

Dalam 1 bulan

terakhir

Tidak

pernah

Kurang

dari

sekali

dalam

lima kali

Kurang

dari

setengah

Kadang

-kadang

(sekitar

50%)

Lebih

dari

setengah

Hampir

selalu

Skor

1.Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?

0 1 2 3 4 5

2.Seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang dari 2 jam setelah selesai kencing?

0 1 2 3 4 5

3.Seberapa sering Andamendapatkan bahwa Andakencing terputus-putus?

0 1 2 3 4 5

4.Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5

5.Seberapa sering pancaran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5

6.Seberapa sering Anda harus mengejan untuk mulai kencing?

0 1 2 3 4 5

7.Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?

0 1 2 3 4 5

Skor IPSS total (pertanyaan 1 sampai 7)=

Senang

sekali

Senang Pada

umumnya

puas

Campuran

antara

puas dan

tidak

Pada

umumnya

tidak

puas

Tidak

bahagia

Buruk

sekali

Seandainya Anda harus menghabiskansisa hidup dengan fungsi kencingseperti saat ini, bagaimana perasaan Anda?

Page 11: BPH referat.docx

Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada prostat

normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, maka pada BPH rasionya meningkat

menjadi 4:1, sehingga terjadi peningkatan tonus otot polos prostat. Dalam hal ini massa prostat

yang menyebabkan obstruksi komponen statik, sedangkan tonus otot polos yang merupakan

komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi prostat.

GAMBARAN KLINIS

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar

saluran kemih.

Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala

obstruktif. Untuk menilai tingkat keparahan pada saluran kemih bagian bawah digunakan skoring

IPSS.

Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot kandung kemih untuk

mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot mengalami kelelahan sehingga jatuh dalam fase

dekompensasi yang diwujudkan dalam retensi urin akut.

Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala

obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang yang merupakan tanda dari

hidronefrosis, atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.

Gejala diluar saluran kemih

Sering ditemukan hernia atau hemoroid yang dikarenakan sering mengejan pada saat

miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis yang cermat guna

mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis itu meliputi:

Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu

Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenital (pernah mengalami cedera,

infeksi atau pembedahan)

Page 12: BPH referat.docx

Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual

Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi

Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan

Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi

akibat pembesaran prostat adalah IPSS.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa

kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urin. Kadang-kadang didapatkan urin yang selalu

menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu pertanda inkontinensia paradoks.

Pada colok dubur diperhatikan:

Tonus sfingter ani atau refleks bulbokavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan

buli-buli neurogenik

Mukosa rektum

Keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat,

simetri antar lobus dan batas prostat

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, lobus kanan dan kiri

simetris dan tidak didapatkan nodul.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria.

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada

saluran kemih. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli

atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan

adanya kelainan. Pemeriksaan kultur urin berguna dalam mencari jenis kuman yang

menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa

antimikroba yang diujikan. Namun pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urin dan

telah memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah

ada leukosituria dan eritrosituria akibat pemasangan kateter.

Pemeriksaan faal ginjal untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai

saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan

adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.

Page 13: BPH referat.docx

Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa kadar penanda tumor Prostate

Specific Antigen (PSA). Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma

prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan

PSA bersamaan dengan colok dubur lebih baik daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam

mendeteksi adanya karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA direkomendasikan sebagai salah satu

pemeriksaan awal pada BPH, dengan syarat usia sebaiknya tidak melebihi 70-75 tahun atau usia

harapan hidup lebih dari 10 tahun, sehingga jika memang terdiagnosis karsinoma prostat

tindakan radikal masih ada manfaatnya.

Pemeriksaan pencitraan

Pemeriksaan foto polos abdomen (BNO) berguna untuk mencari adanya batu opaque di

saluran kemih, adanya batu atau kalkulosa prostat dan kadang dapat menunjukkan bayangan

buli-buli yang terisi penuh urin yang merupakan tanda dari retensi urin.

Pemeriksaan pielografi intravena (IVP) dapat menerangkan kemungkinan adanya:

kelainan ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya

kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya gambaran indentasi prostat dan penyulit yang

terjadi pada buli-buli. Namun pemeriksaan IVP sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan melalui trans abdominal ultra

sonografi (TAUS) atau trans uretral ultra sonografi (TRUS). Dari TAUS diharapkan mendapat

informasi mengenai:

Perkiraan volume (besar) prostat

Panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic protrusion (IPP)

Kelainan pada buli-buli (massa, batu atau bekuan darah)

Menghitung residu urin pasca miksi

Hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi prostat

Pada pemeriksaan TRUS dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat,

juga untuk mencari kemungkinan adanya fokus keganasan prostat berupa area hipoekoik dan

kemudian sebagai petunjuk dalam melakukan biopsi prostat.

Pemeriksaan uretrosistoskopi untuk mengetahui keadaan uretra pars prostatika dan buli-

buli. Namun pemeriksaan ini tidak mengenakkan bagi pasien, bisa menimbulkan komplikasi

perdarahan, infeksi, cedera uretra dan retensi urin sehingga tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan

rutin pada BPH. Pemeriksaan ini dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan

Page 14: BPH referat.docx

untuk menentukan perlunya tindakan TUIP,TURP atau prostatektomi terbuka. Disamping itu

pada kasus yang disertai hematuria atau dugaan adanya kasrinoma buli-buli, pemeriksaan ini

sangat membantu dalam mencari lesi pada buli-buli.

Pemeriksaan lain

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur:

Residual urine yang merupakan jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin ini dapat

dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau dapat ditentukan dengan

pemeriksaan USG setelah miksi. Pengukuran dengan kateterisasi lebih akurat

dibandingkan dengan USG setelah miksi, tetapi tidak mengenakkan bagi pasien dan

memiliki komplikasi. Tujuh puluh delapan persen pria normal memiliki residu urin

kurang dari 5 ml dan semua pria normal memiliki residu urin tidak lebih dari 12 ml.

Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung

jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat

uroflometri yang menyajikan gambaran grafik pancaran urin. Pemeriksaan yang lebih

teliti adalah dengan pemeriksaan urodinamika karena dengan pemeriksaan ini dapat

dibedakan pancaran urin yang lemah tersebut disebabkan karena obstruksi leher buli-buli

dan uretra atau kelemahan kontraksi otot detrusor.

DIAGNOSIS BANDING

Kelemahan detrusor kandung kemih

o Gangguan neurologik

Kelainan medula spinalis

Neuropati diabetik

Pasca bedah radikal pelvis

Farmakologi (obat penenang, penghambat alfa, parasimpatolitik)

Kekakuan leher kandung kemih

o Fibrosis

Retensi uretra

o Hiperplasia prostat jinak atau ganas

o Kelainan yang menyumbat uretra

o Uretralitiasis

Page 15: BPH referat.docx

o Uretritis akut atau kronis

PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah:

Memperbaiki keluhan miksi

Meningkatkan kualitas hidup

Mengurangi obstruksi infravesika

Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal

Mengurangi volume residu urin setelah miksi

Mencegah progresifitas penyakit

Pilihan terapi adalah mulai dari:

Tanpa terapi (watchful waiting)

Medikamentosa

Terapi intervensi

Di Indonesia, tindakan transurethral resection of the prostate (TURP) masih merupakan

pengobatan terpilih bagi penderita BPH.

Observasi Medikamentosa Terapi intervensi

Pembedahan Invasif minimal

Prostatektomi terbuka TUMT

Watchful watching Antagonis adrenergik-

α

Endourologi:

TURP

TUIP

TULP

Elektrovaporisasi

TUNA

Stent uretra

HIFU

TUBD

Inhibitor reduktase-5α

Fitoterapi

Namun tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang

penderita yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh tanpa mendapatkan terapi apapun. Namun

di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik

lain karena keluhannya semakin parah.

Page 16: BPH referat.docx

Terapi non bedah dianjurkan bila nilai IPSS kurang dari 15 dan dianjurkan tetap

melakukan kontrol dengan menentukan nilai IPSS. Terapi bedah dianjurkan bila nilai IPSS diatas

25 atau bila timbul obstruksi.

Prostat dibagi dalam empat derajat dengan tujuan untuk menentukan penanganannya,

yaitu:

Derajat Colok dubur Sisa volume urin

I

II

III

IV

Penonjolan prostat, batas atas

mudah diraba

Penonjolan prostat jelas, batas

atas dapat dicapai

Batas atas prostat tidak dapat

diraba

< 50 mL

50-100

>100 mL

Retensi urin total

Derajat I biasanya belum memerlukan tindakan bedah dan diberikan pengobatan

konservatif seperti antagonis adrenergik-a. Keuntungan antagonis adrenergi-a adalah efek positif

segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasia prostat sama sekali.

Kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.

Derajat II merupakan indikasi untutk dilakukannya pembedahan. Biasanya dianjurkan

TURP. Kadang derajat II dapat dicoba dengan pengobatan konservatif.

Pada derajat III apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak

akan selesai dalam 1 jam, sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.

Pada derajat IV, tindakan pertama yang harus segera dilakukan adalah pembebasan

retensi urin total dengan memasang kateter atau sistostomi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan

lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis, kemudian tentukan terapi definitif.

Watchful waiting

Watchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi perkembangan

penyakitnya tetap diawasi oleh dokter. Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH

dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari.

Pada watchful waiting, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan

mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:

Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam

Page 17: BPH referat.docx

Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli

(kopi atau cokelat)

Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin

Kurangi makanan pedas dan asin

Jangan menahan kencing terlalu lama

Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang

perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laju pancaran

urine, maupun volume residual urine. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya,

mungkin perlu dipikirkan untuk memilih terapi yang lain.

Medikamentosa

Sebagai patokan jika skor IPSS >7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi

medikamentosa atau terapi lain. Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk:

Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi

infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik-a

Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar

hormon testosteron atau dihidrotestosteron melalui penghambat 5a-reduktase

Selain kedua cara diatas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan fitofarmaka yang

mekanismenya belum jelas.

a.Penghambat reseptor adrenergik-α

Pengobatan dengan antagonis adrenergik-α bertujuan menghambat kontraksi otot polos

prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher buli-buli dan uretra. Fenoksibenzamine

adalah obat antagonis adrenergik-α non selektif yang pertama kali diketahui mampu

memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi. Namun obat ini tidak

disenangi oleh pasien karena menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan,

diantaranya adalah hipotensi postural dan menyebabkan penyulit lain pada sistem

kardiovaskuler.

Diketemukannya obat antagonis adrenergik-α1 dapat mengurangi penyulit sistemik yang

diakibatkan oleh efek hambatan pada-α2 dari fenoksibenzamin. Beberapa golongan obat

antagonis adrenergik-α1 yang selektif mempunyai durasi obat yang pendek (short acting)

diantaranya adalah prazosin yang diberikan dua kali sehari, dan durasi obat yang panjang (long

acting) yaitu terazosin, doksazosin, dan alfuzosin yang cukup diberikan sekali sehari.

Page 18: BPH referat.docx

Akhir-akhir ini telah diketemukan pula golongan penghambat adrenergik- α1A, yaitu

tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos prostat. Dilaporkan obat ini mampu

memperbaiki pancaran miksi tanpa menimbulkan efek terhadap tekanan darah maupun denyut

jantung.

b.Penghambat 5α-reduktase

Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) daro

testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5α-reduktase di dalam sel prostat. Menurunnya kadar

DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel prostat menurun.

Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasteride) 5 mg sehari yang diberikan sekali

setelah 6 bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28%, dan hal ini memperbaiki

keluhan miksi dan pancaran miksi.

c.Fitofarmaka

Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala

akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik tentang kandungan zat aktif yang

mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai: anti-esterogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex

hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal

growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti inflamasi, menurunkan

outflow resistance, dan memperkecil volume prostat. Diantara fitoterapi yang banyak dipasarkan

adalah: Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica dan masih banyak

lainnya.

Pembedahan

Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang yang paling baik saat ini adalah

pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif lainnya membutuhkan jangka

waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi.

Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi dan miksi yang tidak

terlampias. Pembedahan direkomendasikan pada pasien BPH yang:

Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa

Mengalami retensi urin

Infeksi saluran kemih berulang

Hematuria

Page 19: BPH referat.docx

Gagal ginjal

Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian

bawah

a.Prostatektomi terbuka

Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin yaitu

melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik infravesika, Freyer melalui

pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal. Prostatektomi terbuka adalah tindakan

yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling invasif, dan paling efisien sebagai

terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan suprapubik transvesika

atau infravesika. Prostatektomi terbuka dianjurkan untuk prostat yang sangat besar (>100 gram).

Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah inkontinensia urin,

impotensi, ejakulasi retrograd, dan kontraktur buli-buli. Dibandingkan dengan TURP dan TUIP,

penyulit yang terjadi berupa striktura uretra dan ejakulasi retrograd lebih banyak dijumpai pada

prostatektomi terbuka. Perbaikan gejala klinis sebanyak 85-100% dan angka mortalitas sebanyak

2%.

b.Endourologi

Saat ini tindakan TURP merupakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh dunia.

Operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada kulit perut, masa perawatan lebih

cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak berbeda dengan tindakan operasi terbuka.

Pembedahan endourologi transuretra dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP

atau dengan memakai energi laser. Operasi terhadap prostat berupa reseksi (TURP), insisi

(TUIP), atau evaporasi. Pada TURP, kelenjar prostat dipotong menjadi bagian-bagian jaringan

prostat yang dinamakan cip prostat yang akan dikeluarkan dari buli-buli melalui evakuator Ellik.

b.1.TURP (transurethral resection of the prostate)

Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan pembilas

agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang

digunakan adalah berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik

pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah yaitu H2O steril

(aquades).

Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat

masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi.

Page 20: BPH referat.docx

Kelebihan H2O dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air

atau dikenal dengan sindroma TURP. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah,

kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi,

pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh ke dalam koma dan meninggal. Angka

mortalitas sindroma TURP ini adalah sebesar 0,99%.

Untuk mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP operator harus membatasi diri

untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu beberapa operator memasang

sistostomi suprapubik terlebih dahulu sebelum reseksi diharapkan dapat mengurangi penyerapan

air ke sirkulasi sistemik. Penggunaan cairan non ionic lain selain H2O yaitu glisin dapat

mengurangi resiko hiponatremia pada TURP, tetapi karena harganya cukup mahal beberapa

klinik urologi di Indonesia lebih memilih pemakaian aquades sebagai cairan irigasi.

Selain sindroma TURP beberapa penyulit bisa terjadi pada saat operasi, pasca bedah dini,

maupun pasca bedah lanjut. Penyulit saat operasi meliputi perdarahan, sindroma TURP, dan

perforasi. Penyulit pasca bedah dini meliputi perdarahan dan infeksi lokal atau sistemik. Penyulit

pasca bedah lanjut meliputi inkontinensia urin, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan striktura

uretra.

b.2.TUIP (transurethral incision of the prostate)

TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan pada prostat

yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3), tidak dijumpai pembesaran lobus medius, pada

pasien yang umurnya masih muda, dan tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinoma

prostat. Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan mono insisi

atau bilateral insisi mempergunakan pisau Colling mulai dari muara ureter, leher buli-buli-

sampai ke verumontanum. Insisi diperdalam hingga kapsula prostat. Waktu yang dibutuhkan

lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan komplikasi dibandingkan dengan TURP. TUIP

mampu memperbaiki keluhan akibat BPH dan meningkatkan Qmax meskipun tidak sebaik

TURP.

Sebelum melakukan tindakan ini, harus disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma

prostat dengan melakukan colok dubur, melakukan pemeriksaan USG transrektal, dan

pengukuran kadar PSA.

Page 21: BPH referat.docx

b.3.Laser prostatektomi

Terdapat 4 jenis energi yang dipakai, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG, KTP: YAG, dan

diode yang dapat dipancarkan melalui bare fibre, right angle fibre, atau intersitial fibre. Kelenjar

prostat pada suhu 600-650C akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 1000C

mengalami vaporisasi.

Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser ternyata lebih sedikit

menimbulkan komplikasi, dapat dikerjakan secara poliklinis, penyembuhan lebih cepat dan

dengan hasil yang kurang lebih sama, tetapi kemampuan dalam meningkatkan perbaikan gejala

miksi maupun pancaran maksimal tidak sebaik TURP. Disamping itu terapi ini membutuhkan

terapi ulang 2% setiap tahun. Kekurangannya adalah tidak dapat diperoleh jaringan untuk

pemeriksaan patologi (kecuali pada Ho:YAG), sering banyak menimbulkan disuria pasca bedah

yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi, dan

peak flow rate lebih rendah dari pada pasca TURP.

Penggunaan pembedahan dengan energi Laser telah berkembang dengan pesat akhir-

akhir ini. Penelitian klinis memakai Nd:YAG menunjukkan hasil yang hampir sama dengan cara

desobstruksi TURP, terutama dalam perbaikan skor miksi dan pancaran urine. Meskipun

demikian efek lebih lanjut dari Laser masih belum banyak diketahui. Teknik ini dianjurkan pada

pasien yang memakai terapi antikoagulan dalam jangka waktu lama atau tidak mungkin

dilakukan tindakan TURP karena kesehatannya.

b.4.Elektrovaporasi

Cara elektrovaporisasi prostat hampir mirip dengan TURP, hanya saja teknik ini

memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat, sehingga mampu

membuat vaporisisai kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan

perdarahan pada saat operasi, dan masa tinggal di rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini

hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu

operasi yang lebih lama.

Tindakan invasif minimal

Selain tindakan invasif, saat ini sedang dikembangkan tindakan invasif minimal yang

terutama ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi terhadap pembedahan. Tindakan

invasif minimal itu diantaranya:

TUMT (transurethral microwave thermotherapy)

Page 22: BPH referat.docx

TUNA (transurethral needle ablation of the prostate)

Pemasangan stent (prostacath), HIFU ( high intensity focused ultrasound), dan dilatasi

dengan balon (TUBD atau transurethral balloon dilatation)

a.Thermotherapy

Termoterapi kelenjar prostat adalah pemanasan dengan gelombang mikro pada frekuensi

915-1293 MHz yang dipancarkan melalui antena yang diletakkan di dalam uretra. Dengan

pemanasan > 450C sehingga menimbulkan destruksi jaringan pada zona transisional prostat

karena nekrosis koagulasi. Makin tinggi suhu di dalam jaringan prostat makin baik hasil klinik

yang didapatkan, tetapi makin banyak menimbulkan efek samping. Prosedur ini seringkali tidak

memerlukan perawatan di rumah sakit, namun masih harus memakai kateter dalam jangka waktu

lama. Sering kali diperlukan waktu 3-6 minggu untuk menilai kepuasan pasien terhadap terapi

ini. Tidak banyak menimbulkan perdarahan sehingga cocok diindikasikan pada pasien yang

memakai terapi antikoagulansia.

Energi yang dihasilkan oleh TUMT berasal dari gelombang mikro yang disalurkan

melalui kateter ke dalam kelenjar prostat sehingga dapat merusak kelenjar prostat yang

diinginkan. Jaringan lain dilindungi oleh sistem pendingin guna menghindari dari kerusakan

selama proses pemanasan berlangsung. Morbiditasnya rendah dan dapat dikerjakan tanpa

pembiusan. TUMT terdiri atas energi rendah dan energi tinggi. TUMT energi rendah

diperuntukkan bagi adenoma yang kecil dan obstruksi ringan, sedangkan TUMT energi tinggi

untuk prostat yang besar dan obstruksi yang lebih berat. TUMT energi tinggi menghasilkan

respon terapi yang lebih baik, tetapi menimbulkan morbiditas yang lebih besar daripada yang

energi rendah.

b.TUNA (transurethral needle ablation of the prostate)

Teknik ini memakai energi dari frekuensi radio yang menimbulkan panas sampai

mencapai 1000C, sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Sistem ini terdiri atas kateter

TUNA yang dihubungkan dengan generator yang dapat membangkitkan energi pada frekuensi

radio 490 kHz. Kateter dimasukkan ke dalam uretra melalui sistoskopi dengan pemberian

anastesi topikal xylocaine sehingga jarum yang terletak pada ujung kateter terletak pada kelenjar

prostat. Pasien seringkali masih mengeluh hematuria, disuria, kadang-kadang retensi urin, dan

epididimo-orkitis.

Page 23: BPH referat.docx

c.Stent uretra

Stent prostat dipasang pada uretra pars prostatika untuk mengatasi obstruksi karena

pembesaran prostat. Strent dipasang intraluminal di antara leher buli-buli dan di sebelah

proksimal verumontetum sehingga urin dapat leluasa melewati lumen uretra pars prostatika.

Stent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Yang temporer dipasang selama 3-36 bulan

dan terbuat dari bahaan yang tidak diserap dan tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat

ini dipasang dan dilepas kembali secara endoskopi.

Stent yang permanen terbuat dari anyaman dari bahan logam super alloy, nikel atau

titanium. Dalam jangka waktu lama bahan ini akan diliputi oleh urotelium sehingga jika suatu

saat ingin dilepas harus membutuhkan anastesi umum atau regional.

Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak mungkin menjalani operasi

karena resiko pembedahan yang cukup tinggi. Seringkali stent dapat terlepas dari insersinya di

uretra posterior atau mengalami enkrustasi. Sayangnya setelah pemasangan kateter ini, pasien

masih merasakan keluhan miksi berupa gejala iritatif, perdarahan uretra, atau rasa tidak enak

pada daerah penis.

d.HIFU (high intensity focused ultrasound)

Energi panas yang ditujukan untuk menimbulkan nekrosis pada prostat berasal dari

gelombang ultra dari transduser piezokeramik yang mempunyai frekuensi 0,5-10MHz. energy

dipancarkan melalui alat yang diletakkan transrektal dan difokuskan ke kelenjar prostat. Teknik

ini memerlukan anastesi umum. Data klinis menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis 50-60%

dan Qmax rata-rata meningkat 40-50%. Efek lebih lanjut dari tindakan belum diketahui, dan

sementara tercatat bahwa kegagalan terapi terjadi sekitar 10% setiap tahun.

Kontrol berkala

Setiap pasien hyperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu control

secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Jadwal control tergantung pada

tindakan apa yang telah dijalaninya. Pasien yang hanya mendapatkan pengawasan (watchful

waiting) dianjurkan kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah

terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor IPSS, uroflometri, dan

residu urin pasca miksi.

Pada pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5α-reduktase harus dikontrol pada

minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi. Kemudian setiap tahun untuk

Page 24: BPH referat.docx

menilai perubahan gejala miksi. Pasien yang menjalani pengobatan penghambat reseptor

adrenergik-α harus dinilai respon terhadap pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan

pemeriksaan IPSS, uroflometri, dan residu urin pasca miksi. Kalau terjadi perbaikan gejala tanpa

menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya kontrol dilakukan

setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien yang telah menerima pengobatan

medikamentosa dan tidak menunjukkan adanya perbaikan perlu dipikirkan tindakan pembedahan

atau terapi intervensi yang lain.

Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambat 6 minggu pasca

operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit. Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan

untuk mengetahui hasil akhir operasi. Pasien yang mendapatkan terapi invasive minimal harus

menjalani kontrol secara teratur dalam jangka waktu yang lama, yaitu setelah 6 minggu, 3 bulan,

6 bulan, dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapatkan terapi invasive minimal, selain

dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat

kemungkinan penyulit infeksi saluran kemih akibat tindakan itu.

Page 25: BPH referat.docx

KESIMPULAN

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung kemih, di

sebelah superior diafragma urogenital, di depan rektum dan membungkus uretra pars prostatika.

Prostat merupakan kelenjar yang mulai menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat

dapat tumbuh seumur hidup. Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi

uretra pars prostatika. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3cm dan berat normal kurang

lebih 20gram. Prostat dapat teraba pada pemeriksaan rectal toucher. McNeal membagi kelenjar

prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona

fibromuskular anterior, dan zona periuretra. Sebagian besar hyperplasia prostat terdapat pada

zona transisional.

Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel

kelenjar prostat, hormon ini akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT)

dengan bantuan enzim 5α-reduktase. DHT inilah yang secara langsung memacu m-RNA di

dalam sel kelenjar prostat untuk mensintesis growth factor yang memacu pertumbuhan dan

proliferasi sel kelenjar prostat.

Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Istilah

hiperplasia prostat jinak (BPH) sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat

hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat yang biasanya timbul di periuretral

dan zona transisi dari kelenjar yang kemudian menekan kelenjar normal yang tersisa.

Pembesaran ini akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih dan uretra pars prostatika,

yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih.

Namun tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang

penderita yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh tanpa mendapatkan terapi apapun. Namun

di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik

lain karena keluhannya semakin parah.

Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah memperbaiki keluhan miksi,

meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi infravesika, mengembalikan fungsi ginjal

jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urin setelah miksi, dan mencegah

progresifitas penyakit.

Page 26: BPH referat.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo B. BPH. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya; 2011. p. 123-142.

2. Purnomo B. Prostat. Dasar-dasar urologi. Edisi 3. Malang: Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya; 2011. p. 14-16.

3. Sjamsuhidajat, de Jong. Hiperplasia prostat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:

EGC; 2010. p. 809-903.

4. Snell RS. Prostat. Anatomi Klinik. Ed.6. Jakarta : EGC; 2006; p.345-50

5. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Prostate Hyperplasia. Harrison’s Manual of Medicine.

Ed. 17. USA : The McGraw Company; 2009; p.399

6. Sherwood L. Sistem Reproduksi. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta :

EGC; 2001; p.705

7. Price SA, Wilson LM. Hiperplasia Prostat. Patofisiologi. Ed. 6. Jakarta : EGC; 2005;

p.1320

8. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. Available at

http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf. Accessed in 14 Juli 2011

9. Prostate. Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Prostate. Accessed in 14 Juli 2011

10. Benign Prostatic Hyperplasia. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/437359-overview. Accessed in 14 Juli 2011

11. BPH. Available at http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-furqan.pdf. Accessed in 14

Juli 2011