referat antiemeetik
Click here to load reader
-
Upload
nurika-arviana -
Category
Documents
-
view
56 -
download
1
Transcript of referat antiemeetik
2. Antagonis Muskarinik Reseptor
Merupakan salah satu klasifikasi dari obat obat antiemetik. Antagonis muskarinik
merupakan antagonis kompetitif untuk pengikatan asetilkolin pada reseptor muskarinik.
Terdapat lima suptipe dari reseptor muskarinik, tiga diantaranya sudah diketahui dengan
jelas, yaitu M1, M2 , dan M3. Reseptor M1 terdapat pada otak dan sel parietal lambung, M2
terdapat pada jantung, dan M3 terdapat pada otot polos dan kelenjar. Obat ini akan memblok
efek asetilkolin yang dilepaskan dari terminal saraf parasimpatis pascaganglion. Efek dari
muskarinik sendiri adalah parasimpatomimetik diantaranya konstriksi pupil, akomodasi untuk
penglihatan dekat, hipersalivasi, bronkosekresi, bronkokonstriksi, hipotensi akibat
vasodilatasi, peningkatan motilitas dan sekresi gastrointestinal, kontraksi kandung kemih, dan
berkeringat, sehingga obat ini akan mengakibatkan hal yang berawanan dari efek-efek
tersebut. (Neal M.J. At Glance Farmakologi Medis.edisi 5.Erlangga:Jakarta.2006. hal 21-2)
Antimuskarinik ini bekerja memblok reseptor muskarinik yang terdapat pada
serebelum dan solitary nucleus tract. Obat ini akan menginhibisi impuls dari sistem
vestibuler ke sistem saraf pusat, pusat muntah
Farmakokinetik : golongan ini biasanya mudah diserap, sebagian metabolisme dalam
hati, dan dieliminasi terutama dalam urin. (Finkel Richard,Pharmacology.edisi4.Lippincott Williams & Wilkins : Philadelpia
2009.p 55-8)
Salah satu contoh dari obat golongan ini adalah hiosin (skopolamin/buscopan) yang
bentuknya biasanya transdermal patches (koyo) atau atropin. Atropin dan skopolamin
merupakan tertiary amines yang dapat menembus sawar darah otak dan sangat efektif untuk
mencegah mabuk dan ponv. (Donnorer J.Antiemetic therapy.Karger : Switchzerland.2003. p132-3)
Indikasinya untuk antispasmodik pada saluran gastrointestinal, ponv (post operative
nausea and vomiting), mabuk dalam perjalanan (motion sickness).Namun biasanya obat ini
lebih sering digunakan untuk prevensi dari mabuk daam perjalanan bia dibandingkan dengan
ponv.
Dosis : skopolamin 1,5mg transdermal diberikan satu hari sebelum atau setidaknya 4
jam sebelum operasi selesai untuk mencegah ponv. 1,5mg transdermal diberikan 4 jam
sebelum perjalanan dimulai dan dilepaskan setelah 72 jam untuk mencegah motion sickness. (anonim.Antiemetic medication. available at http://www.empr.com/antiemetic-medications/article/125873/#)
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan glaukoma karena obat ini akan
menyebabkan midriasis sehingga tekanan intraokular dapat meningkat , penyakit jantung,
pembesaran prostat, ataupun obstruksi usus. (Finkel Richard,Pharmacology.edisi4.Lippincott Williams & Wilkins : Philadelpia
2009.p 55-8)
Efek samping dari obat golongan ini dapat membuat rasa kantuk, mulut kering,
konstipasi, retensi urin, serta penglihatan kabur. (Finkel Richard,Pharmacology.edisi4.Lippincott Williams & Wilkins :
Philadelpia 2009.p 55-8,(Donnorer J.Antiemetic therapy.Karger : Switchzerland.2003. p132-3)
3. Antihistamin (Antagonis reseptor H1)
Antihistamin merupakan antagonis kompetitif yang reversibel dari histamin pada
reseptor H1. Antihistamin ini tidak mencegah pelepasan histamin atau menempel pada
histamin yang sudah beredar. Blokade dari reseptor H1 ini menyebabkan penurunan
pemeabilitas vaskular, meredakan pruritus, relaksasi otot polos sistem respiratori dan
gastrointestinal. Golongan ini efektif untuk menangani vertigo, motion sickness , mengontrol
muntah setelah operasi telinga tengah. Antihistamin memblok reseptor H1 pada sistem
vestibular, menurunkan sensitivitas dan dapat bekerja secara langsung pada usus, sehingga
dapat meredakan gejala muntah pada mabuk perjalanan. Selain itu, antagonis reseptor H1
generasi pertama juga memblok chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan bekerja pada H1
reseptor di nucleus tractus solitary (brainstem) dengan melewati sawar darah otak sehingga
mencegah muntah. (anonim.reviews/evaluations antihistamines,H1 resceptor antagonist class review. College of Pharmacy. 2002.
Histamin merupakan mediator yang penting dan merespon reaksi alergi maupun
inflamasi dan berfungsi sebagai neurotransmitter di area otak tertentu. Kebanyakan jaringan
mengandung granula yang berisi histamin di sel mast ataupun basofil. Histamin dalam bentuk
ini merukan bentuk inaktif dan akan pecah apabila terdapat rangsangan tertentu. Terdapat tiga
generasi dari antihistamin. Histamin sendiri bekerja dan aan menghasilkan efek apabila
berikatan dengan reseptor yag dikenal menjadi 3 macam yaitu reseptor H1, H2 dan H3.
Reseptor H1 terdapat pada otot polos, endotel, dan otak.
- generasi I : etanolamin, alkilamin, piperazin, etilendiamin dan fenotiazin
a. menembus sawar darah-otak
b. Bersifat sedatif dan antimuskarinik (+)
- generasi II : piperidin, alkilamin, piperazin
a. tidak menembus sawar darah otak
b. non-sedatif dan antimuskarinik (-)
- generasi III: Desloratadin, feksofenadin, levocetirizin
a. turunan generasi II Efek samping obat
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral ataupun parenteral, AH 1 diabsorpsi secara baik.
Efekya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja
AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira kira 4-6 jam. Difenhidramin yang diberikan secara
oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah kira kria 2 jam dan menetap pada
kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya, kemudian dieliminasi dengan masa paruh kira kira 4
jam.
Tempat utama biotransformasi AH 1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paruparu dan
ginjal. AH1 dieksresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolit inaktif.
Indikasi
Generasi pertama sering digunakan pada reaksi hipersensitivitas tipe 1 termasuk
rhinitis alergi, rhinitis vasomotor, conjungtivitis allergi, urtikaria. Dapat juga untuk terapi
adjuvan dari reaksi anafilaksis.
Diphenhydramine, hydroxyzine, and promethazine, mempunyai indikasi lain disamping
sebagai antialergi.. Diphenhydramine dapat digunakan untuk antitusif, anti parkinson atau
untuk motion sickness (mabuk perjalanan). Selain itu diphenhydramine juga memiliki sifat
antkolinergik. Hydroxyzine dapat digunakan untuk premedikasi atau untuk sedativa pada
anestesi umum, analgesi adjucan preoperatif dan antiemetik. Promethazine dapat digunakan
untuk motion sickness, sedasi pre dan post operatif, analgesi tambahan utuk nyeri post
operatif. Meclizine mempunyai efek antikolinergik yang kurang dibanding diphenhydramine
dan efek sedsainya juga kurang.
Sedangkan generasi kedua dan ketiga seperti cetirizine, loratadine, desloratadine
hanya diindikasikan pada beberapa alergi tertentu seperti rhinitis alergi atau urtikaria kronik.
Dosis
AH1 generasi pertama :
Difenhidramin : dewasa : 10-50 mg IV atau IM, max 400mg
Anak : 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis, max 300mg/hari
Meclizine : Motion sickness 25-50 mg 1 jam sebelum perjalanan
Vertigo : 25 0 100 mg/ hari dalam dosis terbagi.
Kontraindikasi
Antihistamin generasi pertama :
- Hiersensitiitas pada beberapa jenis antihsitamin
- Bayi yang prematur
- Gaukoma sudut sempit
- Peptic ulcer
- Hipertrofi prostat, penyakit saluran nafas bagian bawah (termasuk asma)
Antihistamin generasi kedua dan ketiga
- Hipersensitivitas terhadam antihistamin yang spesifik (disloratadine
dikontraindikasikan pada orang yang hipersensitif terhadap loratadin)
Efek samping dari golongan ini diantaranya efek sedasi, selain itu karena ada nya
efek antikolinergik sehingga dapat terjadi mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,