Refararat SN

download Refararat SN

of 14

Transcript of Refararat SN

  • 7/29/2019 Refararat SN

    1/14

    REFERAT

    SYNDROMA NEFROTIK

    OLEH

    SUNARDI A.QUILO

    10542005308

    PEMBIMBING

    dr. Marlenny, W.T. Martoyo, Sp.A

    Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    2012

  • 7/29/2019 Refararat SN

    2/14

    SINDROMA NEFROTIK

    PENDAHULUAN

    Sindroma Nefrotik (SN) adalah sindrom klinik yang mempunyai banyak penyebab,

    ditandai permeabilitas membran glomerulus yang meningkat dengan manifestasi proteinuri masif

    yang menyebabkan hipoalbuminemia dan umumnya disertai edema dan hiperkolesterolemia.2-3

    Sindroma Nefrotik merupakan perwujudan (manifestasi) glomerulus yang paling seringditemukan di anak yang 15 kali lebih sering daripada di orang dewasa. Kelainan histologik yang

    terbanyak di anak adalah kelainan minimal yang disebut "Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal"

    (SNKM).7

    Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang cenderung kambuh berulangkali, perjalanan

    penyakit ini bersifat secara kebetulan (insidious), dan seringkali menyebabkan keterlambatan

    diagnosis.2.9

    SNKM berdampak pada kesehatan fisik serta mental anak dan orang tua, karena sering

    kambuh (relaps) disebagian besar kasus (> 75% kasus). Hampir 50% merupakan kambuhan

    (relaps) yang sering atau bergantung pada (dependent) steroid. Kambuhan (relaps) sering terjadi

    setelah infeksi virus, tetapi dapat pula terjadi sertamerta (spontan). Anak dengan SN kambuhan

    (relaps) dan bergantung pada (dependent) steroid merupakan kasus sulit, karena sering diobati

    dengan prednison dosis tinggi yang berdampak samping dengan keracunan (toksisitas) obat yang

  • 7/29/2019 Refararat SN

    3/14

    membahayakan. Di beberapa kasus, anak dapat mengalami gagal ginjal yang memerlukan

    dialysis.2.11

    DEFINISI

    Sindroma Nefrotik merupakan sekumpulan gejala klinik meliputi proteinuria massif dan

    hipoalbuminemia, umumnya disertai edema dan hiperkolestrolemia. Penggolongan sindroma

    nefrotik menurut kelainan histologik yaitu Sindroma Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM),

    glomerulonefritis kronik. SNKM yang terbanyak dijumpai pada anak (75-90%), sehingga

    tatalaksana berikut, khusus untuk penderita SNKM.5

    EPIDEMIOLOGI

    Secara keseluruhan prevalensi Sindroma Nefrotik pada anak berkisar 2-5 kasus per

    100.000 anak. Prevalensi rata-rata secara komulatif berkisar 15,5/100.0003. Sindroma Nefrotik

    primer merupakan 90 % dari Sindroma Nefrotik pada anak sisanya merupakan Sindroma

    Nefrotik sekunder. Prevalensi Sindrom Nefrotik primer berkisar 16 per 100.000 anak. Prevalensi

    di Indonesia sekitar 6 per 100.000 anak dibawah 14 tahun. Rasio antara laki-laki dan perempuan

    berkisar 2:1 dan dua pertiga kasus terjadi pada anak dibawah 5 tahun2.

    Di Amerika insidens nefrotik sindrom di laporkan 2-7 kasus pada anak per 100.000 anak

    per tahun. Pada dewasa biasanya menderita glomerulopaty yang bersifat sekunder dari penyakit

    sistemik yang dideritanya, dan jarang merupakan Sindroma Nefrotik primer atau idiopatik1. Pada

    pasien Sindrom Nefrotik angka mortalitas berhubungan langsung dengan proses penyakit

  • 7/29/2019 Refararat SN

    4/14

    primernya, tapi bagaimanapun sekali menderita Sindroma Nefrotik, prognosisnya kurang baik

    karena1 :

    Sindroma Nefrotik meningkatkan insiden terjadinya gagal ginjal dan komplikasi sekunder

    (thrombosis, hiperlipidemia,hypoalbuminemia)

    Pengobatan berkaitan dengan kondisi; peningkatan insiden infeksi karena pemakaian

    steroid dan dyscaria darah karena obat imunosupresif lain.

    Sindroma Nefrotik 15 kali lebih sering pada anak dibanding dewasa, dan kebanyak kasus

    Sindroma Nefrotik Primer pada anak merupakan penyakit lesi minimal1,3

    . Prevalensi penyakit

    lesi minimal berkurang secara proporsional sesuai dengan umur onset terjadinya penyakit. Fokal

    Segmental Glomerosclerosis (FSGS) merupakan sub kategori Sindroma Nefrotik kedua tersering

    pada anak dan frekuensi kejadiannya cenderung meningkat. Membran Proliferatif

    Glomerulonephritis (MPGN) merupakan sub kategori Sindroma Nefrotik yang biasanya terjadi

    pada anak yang lebih besar dan adolescent. Kurang lebih 1 % dari Sindrom Nefrotik pada anak

    dan adolescent dan kelainan ini dihubungkan dengan hepatitis dan penyakit virus lain3.

    ETIOLOGI9

    Sindroma Nefrotik dapat bersifat primer, sebagai bagian dari penyakit sistemik atau

    sekunder karena beberapa penyebab. Penyebab primer diantaranya1 :

    1. Post Infeksi

    2. Kolagen Vascular Disease

  • 7/29/2019 Refararat SN

    5/14

    3. Henoch Schonlain Purpura

    4. Herediter Nephritis

    5. Diabetes Melitus

    6. Malignancy

    7. Toxin

    8. Obat-obatan ( catopril , wafarine , AINS )

    Penyebab sekunder berhubungan dengan keadaan post infeksi mencakup1

    :

    1. Grup A beta-hemolytic streptococcus

    2. Syphilis

    3. Malaria

    4. Tuberkolosis

    5. Infeksi virus ( varicella, hepatitis B HIV tipe 1, infeksi mononucleosis )

    Kebanyakan (90%) anak yang menderita sindrom nefrotik mempunyai beberapa bentuk

    sindrom nefrotik idiopatik, diantaranya : penyakit lesi minimal sekitar 85%, proliferasi

    mesangium 5% dan sklerosis setempat 10%. Pada 10% anak sisanya menderita nefrosis.

    Sindroma Nefrotik sebagian besar di perantarai oleh beberapa bentuk glomerulonefritis dan yang

    tersering adalah membranosa dan membranoproliferatif5.

  • 7/29/2019 Refararat SN

    6/14

    PATOFISIOLOGI7

    Terjadi proteinuria akibat peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat

    kerusakan glomerulus. Atau terjadi akibat Membrane Basal Glomerulus (MBG) yang terganggu

    yaitu pada kedua mekanisme penghalang dari glomerulus (ukuran molekul dan muatan listrik)

    pada MBG tersebut.

    Hipoalbuminemia pada Sindroma Nefrotik akibat banyaknya kehilangan protein yang

    keluar melalui urin. Sehingga sintesis protein dihati tidak berhasil menghalangi

    hipoalbuminemia.

    Edema yang terjadi akibat hipoalbuminemia yang menyebabkan penurunan tekanan

    onkotik plasma sehingga cairan berpindah dari intravaskuler ke intertisium.

    Hiperlipidemia terjadi akibat peningkatan LDL sebagai lipoprotein utama pengangkut

    kolesterol. Tingginya kadar LDL pada Sindroma nefrotik disebabkan peningkatan sintesis hati

    tanpa gangguan katabolisme. Sedangkan terjadi penurunan HDL akibat berkurangnya aktivitas

    enzim LCAT yang berfungsi sebagai katalisis pembentukan HDL. Enzim tersebut mengangkut

    kolesterol dari sirkulasi menuju hati untuk katabolisme.

    MANIFESTASI KLINIS10

    Edema merupakan gejala klinis yang menonjol, kadang-kadang mencapai 40% daripada

    berat badan dan didapatkan anasarka. Penderita sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama

    beberapa minggu mungkin terdapat hematuria. Terdapat proteinuria terutama albumin (85-95%)

  • 7/29/2019 Refararat SN

    7/14

    sebanyak 10-15 gram/hari. Ini dapat ditentukan dengan pemeriksaan esbach. Selama edema

    masih banyak, biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi.

    Pada kimia darah ditemukan hipoalbuminemia. Kadar globulin normal atau meninggi

    sehingga terdapat perbandingan albumin-gobulin yang terbalik. Didapatkan pula

    hiperkolesterolemia, kadar fibrinogen meninggi, sedangkan kadar ureum normal.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG11

    Untuk memastikan diagnosis Sindroma Nefrotik, pada pemeriksaan laboratorium

    didapatkan, proteinuria, hipoalbuminemia dan hiperlipidemia.

    P e m e r i k s a a n laboratorium yang dibutuhkan diantaranya :

    1. Urinalisis

    Hematuria mikroskopis ditemukan pada 20% kasus, Hematuria makroskopis jarang

    ditemukan.

    Protein urin kuantitatif dengan menghitung protein/kreatinin urin pagi, atau

    dengan protein urin 24 jam.

    N i l a i p ro te in u r i n 2 4 j am> 40 mg/ m2/ ja m a tau n i l a i p ro te in

    u r in s ewak t u >100mg/dL, terkadang mencapai 1000mg/dL.

    Sebagian besar protein yang diekskresi pada SN adalah albumin.

    2. Albumin serum

    Leve l a l bumi n s e r um pada S i ndr oma Nef r o t i k s eca r a umum kur ang

    dari 2.5g/dL.

  • 7/29/2019 Refararat SN

    8/14

    3. Pemeriksaan lipid

    Terjadi peningkatgan kolesterol total dan kolesterol LDL

    Terjadi peningkatan trigliserid dengan hipoalbuminemia berat.

    Kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) dapat normal atau menurun

    4. Pemeriksaan Hitung Jenis Darah

    Meningkatnya hemoglobin dan hematokrit mengindikasikan adanya hemokonsentrasi dan

    deplesi volume intravascular

    Nilai platelet biasanya meningkat.

    5. Tes HIV, hepatitis B dan C

    Untuk menyingkirkan adanya kausa sekunder dari SN.

    6. Biopsi Ginjal

    Biopsi ginjal t idak diindikasikan bagi pasien Sindroma Nefrotik Primer

    dengan awitan pada us ia 1-8 t ahun kecual i j ika r iwayat k l in i s t emuan

    p ada pemer i ksaan f i s ik maupun pemer iks aan l ab ora to r iu m

    me ng in dik as ik an ad an ya ke mu ng ki na n Sindroma Nefrotik sekunder atau

    Sindroma Nefrotik Primer selain tipe lesi minimal. Biopsi ginjal d i i nd ikas ik an bag i

    p as i en us ia < 1 t ahun , d ima na S indr oma Nef ro t ik konge n i t a l l eb ih

    s e r ing t e r j ad i , dan pad a p as i en

    us ia > 8 ta hu n d im an a pe ny ak it gl om er ul ar kr on ik memiliki insidensi yang

  • 7/29/2019 Refararat SN

    9/14

    lebih tinggi. Biopsi ginjal hendaknya juga dilakukan bila riwayat, pemeriksaan, dan

    hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya Sindroma Nefro tik sekunder..5

    PENATALAKSANAAN5

    A. Penanganan umum

    Penanganan umum meliputi diitetik, batasi aktifitas dan terapi simtomatik. Berat

    badan koreksi dipakai untuk pengaturan diit dan perhitungan dosis obat. Untuk edema

    palpebra koreksi 10%, edema palpebra dan pretibial 15%, edema palpebra, pretibial,

    ascites 20%, anasarka 30% atau dihitung BB/TB artinya koreksi disesuaikan dengan BB

    yang sesuai dengan TB.

    1. Diitetik

    a. Pemberian kalori (rata-rata 100 kal/kgbb/hari)

    b. Protein

    (1-2 g/kgbb/hari) jika kadar ureum dan kreatinin normal

    Kadar ureum dan kreatinin meningkat : protein 0.5-1 g/kgbb/hari.

    Sindrom uremia : protein 0.5-1 g/kgbb/hari. Protein yang diberikan bernilai

    biologic tinggi dari makanan dengan kadar kolesterol rendah seperti ikan dan

    ayam.

    c. Lemak

    Pemberian lemak dikurangi, biasanya diberikan 25% dari kebutuhan kalori.

  • 7/29/2019 Refararat SN

    10/14

    d. Garam (Natrium)

    Bila edema hebat, garam dibatasi sedemikian rupa, namun diatur agar nafsu

    makan anak tidak hilang sama skali.

    e. Cairan

    Pemberian cairan dibatasi bila ada oligouria atau anuria yaitu intake cairan =

    jumlah urin + insensible loss (20-25 ml/kgbb/hari).

    f. Kalsium dan vitamin D3

    Pada pemberian kortikosteroid diberikan suplementasi kalsium dosis 500 mg/hari

    dan vitamin D3 inaktif 400 SI/hari

    2. Aktifitas

    Pembatasan aktifitas dilakukan bila terdapat anasarka dan komplikasi.;

    3. Pengobatan Simtomatik

    a. Diuretik

    Diuretik hanya mengurangi manifestasi edema. Diuretik diberikan pada penderita

    anasarka terutama bila terdapat gangguan pernafasan dan gejala gastrointestinal

    (muntah, diare, sakit perut, iritasi kulit dan gangguan aktifitas anak. Furosemid

    1-2 mg/kgbb/hari peroral. Bila ascites hebat sehingga mengganggu pernafasan

    diberikan foresemid parenteral disertai KCL 75 mg/kgbb/hari peroral, atau

    spirinolakton 3-5 mg/kgbb/hari.

  • 7/29/2019 Refararat SN

    11/14

    b. Albumin intravena

    Bila dengan furosemide edema menetap atau bertambah hebat, maka diberikan

    infus albumin berupa salt poor albumin 0.5-1 g/kgbb/hari selama 30-60 menit,

    disusul dengan furosemid parenteral 1-2 mg/kgbb. Albumin iv juga diberikan bila

    kadar albumin darah

  • 7/29/2019 Refararat SN

    12/14

    40 mg/m2/hari (atau 2/3 dosis CD) dibagi dalam 2-3 dosis yang diberikan

    intermitten day (ID) yaitu 3 hari berturut-turut dalam seminggu, misalnya

    diberikan pada hari senin, selasa, rabu dan hari-hari lain tidak diberikan. Selain ID

    dapat juga diberi secara alternating day (AD) yaitu selang seling sehari. Bila tetap

    remis dilanjutkan tapering selama 2 minggu dan bila tetap remisi, pengobatan

    tetap dilanjutkan sampai kurang lebih satu tahun dengan dosis optimal.

    b. Pengobatan serangan berulang (relaps)

    Bila relaps, pengobatan dimulai lagi seperti pengobatan serangan pertama tetapi

    prednisone CD hanya sampai remisi, lalu dilanjutkan secara ID/AD selama 4

    minggu. Bila tetap remisi dilanjutkan tapering off selama 2 minggu.

    DIAGNOSA BANDING8

    Gagal Jantung Kongestif

    Glomerulonefritis

    Sistemik Lupus Erimatous (SLE)

    KOMPLIKASI

    Infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabkan oleh streptococcus,

    staphylococcus; bronkopneumonia dan tuberculosis6.

  • 7/29/2019 Refararat SN

    13/14

    PROGNOSIS

    Terapi antibakteri dapat mengurangi kematian akibat infeksi, tetapi tidak berdaya

    terhadap kelainan ginjal sehingga akhirnya dapat terjadi gagal ginjal. Penyembuhan klinis

    kadang-kadang terdapat setelah pengobatan bertahun-tahun dengan kortikosteroid6.

  • 7/29/2019 Refararat SN

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Agraharkar Mahendra, Nefrotik Syndorme. www.medicine.com Last update: September 2,2004.

    2. Albar H. Tata Laksana Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal Pada Anak Dalam Sari Pediatri,

    Juni, 2006.

    3. Anand KS. Approach to The Child with Proteinuria in Pediatrics, St. Louis, Mosby, 2005.

    4. Atlas H, Tambunan T, Trihino PP, Pardede SO : Sindrom Nefrotik, Buku Ajar Nefrologi

    Anak. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2004.

    5. Bagian Ilmu Kesehatan. Standar Pelayanan Medik. Fakultas Kedokteran UNHAS/SMF Anak

    RS DR. Wahidin Sudirohusodo, Makassar 2012.

    6. Behram, Kleigman, Arvin, Ilmu Kesehatan Anak. Ed 15. EGC Jakarta 2000.

    7. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV Jakarta; Pusat Penerbit Imu Penyakit

    Dalam 2006.

    8. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, cetakan kesebelas.

    Bagian Ilmu kesehatan Anak FK.Universitas Indonesia 2007.

    9. Trihono PP. Sindrom Nefrotik pada Anak dalam Kumpulan Makalah Simposium Sehari

    Kedaruratan Medik pada Penyakit Ginjal Anak, Mei, 2006.

    10.Travis Luther, Nefrotik syndrome. www.medicine.comLast update: April 4, 2005.

    11.Urinary Health on Yahoo. Nephrotic Syndrome, (accessed Juni, 2005).

    http://www.medicine.com/http://www.medicine.com/http://www.medicine.com/http://www.medicine.com/http://www.medicine.com/