Rangkuman Uji Kuantifikasi Mikrobiologi

8
Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sample dari makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media agar PCA (Plate Count Agar) dengan metode TPC (Total Plate Count). Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut Standard Methods Agar merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada setiap sample makanan, produk susu, air limbah dan sample-sample lainnya yang biasanya menggunakan metode Total Plate Count. Plate Count Agar (PCA) terdiri dari casein, yeast extract, dextrose dan juga agar. Komposisi PCA untuk setiap liter yaitu : Casein…………………………………. 5 gram Yeast extract……………………….. 2.5 gram Dextrose……………………………… 1 gram Agar…………………………………….. 15 gram Penggunaan PCA sebagai media untuk menghitung jumlah total dari mikroorganisme sudah dilakukan sejak lama. Sekarang industri- industri seperti makanan, produk susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan penghitungan jumlah total mikroorganisme pada sample mereka sesuai dengan standar yang ada menggunakan PCA. Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat. Media ini berguna guna menumbuhkan dan menghitung jumlah dari khamir beserta yeast dalam suatu sample. Komposisi dari media APDA ini adalah: a. Asam tartarat

description

Beberapa uji mikrobiologi, SNI susu, dan beberapa deskripsi bahan yang digunakan dalam uji.

Transcript of Rangkuman Uji Kuantifikasi Mikrobiologi

Untuk menghitung jumlah mikroorganisme tersebut biasanya sample dari makanan atau produk susu atau dari air limbah tersebut di uji menggunakan media agar PCA (Plate Count Agar) dengan metode TPC (Total Plate Count).Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut Standard Methods Agar merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada setiap sample makanan, produk susu, air limbah dan sample-sample lainnya yang biasanya menggunakan metode Total Plate Count.Plate Count Agar (PCA) terdiri dari casein, yeast extract, dextrose dan juga agar. Komposisi PCA untuk setiap liter yaitu : Casein. 5 gram Yeast extract.. 2.5 gram Dextrose 1 gram Agar.. 15 gramPenggunaan PCA sebagai media untuk menghitung jumlah total dari mikroorganisme sudah dilakukan sejak lama. Sekarang industri-industri seperti makanan, produk susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan penghitungan jumlah total mikroorganisme pada sample mereka sesuai dengan standar yang ada menggunakan PCA.Media APDA berfungsi untuk menumbuhkan dan menghitung jumlah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel. Khamir dan yeast akan tumbuh dengan optimal pada media yang sesuai. Adanya asam tartarat dan pH rendah maka pertumbuhan bakteri terhambat. APDA dibuat dengan merebus kentang selama 1 jam/45 menit, agar dilelehkan dalam 500 ml air. Campurkan ekstrak kentang dalam agar lalu ditambahkan glukosa dan diaduk rata. Pada APDA jadi ini juga ditambah asam tartarat.Media ini berguna guna menumbuhkan dan menghitung jumlah dari khamir beserta yeast dalam suatu sample. Komposisi dari media APDA ini adalah:a.Asam tartaratb.Kentangc.Agard.Aire.GlukosaYeast dan khamir akan tumbuh dengan baik jika dengan media yang sesuai.

2.1.1 Uji Reduktase dengan Methylen BlueBertujuan menentukan adanya kuman-kuman di dalam susu dalam waktu cepat. Kualitas susu salah satunya dilihat dari kualitas mikrobiologisnya. Susu merupakan media pertumbuhan yang tepat untuk organisme perusak yang umum. Perubahan yang tidak dikehendaki dalam susu dipengaruhi oleh pertumbuhan mikroba dan metabolismenya. Susu rusak diakibatkan oleh mikrorganisme yang dapat merombak senyawa di dalam susu. Misalnya bakteri asam laktat yang merombak laktosa dalam susu menjadi asam laktat sehingga susu menjadi basi.Salah satu pengujian mikrobiologi susu adalah dengan uji biru metilen (methylene blue test). Uji ini dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri dalam susu dengan mengamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan zat warna biru metilen. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna.Aktivitas enzim reduktase dapat diketahui dengan cara menambah zat warna metilen biru dalam susu. Apabila terdapat aldehid hasil aktivitas enzim reduktase, maka metiilen blue akan tereduksi. Enzim ini akan tidak aktif pada suhu 130C.Organisme yang tumbuh dalam susu akan menghasilkan oksigen yang ada. Karena oksigen habis, terjadi reaksi oksidasi-reduksi untuk kelangsungan hidup mikroba. Sitrat yang merupakan metabolit mikroba berfungsi sebagai donor hidrogen, methylene blue sebagai aseptor hidrogen, dan enzim reduktase yang diproduksi mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapat menyediakan energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim reduktase mikroba menurunkan potensial oksidasi-reduksi, dengan mereduksi methyelene blue. Karena tereduksi maka methyelene blue berubah warnanya dari biru menjadi putih metilen/methylene white.Tabel perkiraan jumlah Bakteri Berdasarkan Lama Waktu Inkubasi Pada Uji ReduktaseLama Waktu Jumlah Bakteri GradeLebih dari 8 jam 500.000 Sangat Baik6-8 jam 1-4 Juta Baik2-6 jam 4-20 juta CukupKurang dari 2

SNI 01-3141-1998.Susu Segar :1.Berat Jenis (pada suhu 27,5C) minimum 1,0280 gr/cm2.Kadar lemak minimum 3,0 %, b/b3.3.Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 8,0 %, b/b.4.Kadar protein minimum 2,7 %, b/b.5.Warna, bau, rasa dan kekentalan tidak ada perubahan.6.Derajad asam 6 - 7SH.7.Uji alkohol (70 %) negatif .8.Cemaran mikroba maksimum :a. Total kuman Maks 1 x 10koloni/mlb. Salmonella negatifc. E. coli (patogen) negatifd. Coliform maks 20/ml.e. Streptococcus Group B negatiff. S taphylococus aureus maks 1x102/ml9. Cemaran logam berbahaya, maksimum :a. Timbal (Pb) Maks 0,3 mg/kgb. Seng (Zn) Maks 0,5 mg/kgc. Merkuri (Hg) Maks 0,5 mg/kgd. Arsen (As) Maks 0,5 mg/kg10. Residu :- Antibiotika; sesuai dengan peraturan- pestisida/insektisida keputusan bersama menteri kesehatan dan menteri pertanian yang berlaku.11. Kotoran dan benda asing dan uji pemalsuan negatif12. Titik beku -0,520C s/d -0,560C13. Angka reduktase 2 - 5 (jam).14. Uji Katalase Maks 3 ml. jam Lebih dari 20 juta Rendah

Susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri dari zatmakanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanyapertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis-jenisMicrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam susu yang baru diambil.Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih dantempat - tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penangananoleh manusia (Buckle, et. al., 1987).Emulsi lemak yaitu globulan pada susu dikelilingi globula yang mengandungglikoprotein, lipid polar, sterol dan beberapa enzim termasuk xanthine oksida.Sayangnya, akibat dengan adanya membran tersebut maka struktur dapat denganmudah rusak pada saat ada tekanan dan pendinginan (Robinson, 1987).Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksiproduk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapatgangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebutsudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan yang disebabkan olehmikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat zat nutrisiseperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupunenzim yang diproduksinya (Anonimous, 2006).Susu yang masih terdapat di dalamkelenjar susu, dinyatakan sebagai susu steril tetapi susu yang telah dikeluarkan dari kelenjarsusu dan kotak dengan udara sekitar, belum tentu masih steril seperti pada saat di dalamkelenjarsusu. Untukmenguji kesterilandari susutersebut makaperlu diadakanujimikrobiologi. Uji ini dapat dilakukan dengan metode DMC ataudirect microscopic count(perhitungan mikroskop langsung), uji reduktase biru metilen atau BMdan uji resazurin.3.1 MetodeMikroskopik Langsung (DMC) atau Metode BreedPada praktikum uji mikrobiologi susu digunakan beberapa metode analisissalah satunya metode breed. Hitungan mikroskopik dengan metode Breed seringdigunakan untuk menganalisis susu yang mengandung bakteri dalam jumlah yangtinggi. Misalnya susu yang diperoleh dari sapi yang terkena mastitis, yakni suatupenyakit infeksi yang menyerang kelenjar susu sapi. Cara ini merupakan suatu cepat,yaitu menghitung bakteri langsung dengan menggunakan mikroskop.Metode Breed memeliki kelemahan yaitu tidak dapat dilakukan terhadap susuyang dipasteurisasi karena secara mikroskopik tidak dapat dibedakan antara sel-selbakteri yang masih hidup atau yang telah mati karena perlakuan pasteurisasi. Dalammetode Breed, luas areal pandang mikroskop yang akan digunakan harus dihitungterlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter arealpandang menggunakan micrometer yang dapat dilihat melalui lensa minyak emersi.Untuk menghitung jumlah bakteri didalam contoh, sebanyak 0,01 ml contoh dipipetdengan pipet mikro dandisebarkan di atas gelas obyek sehingga mencapai luas 1 cm2,kemudian didiamkan sampai kering, difiksasi, dan diwarnai dengan birumetilen(methylene blue levowitz). Rata-rata jumlahbakteriper arealpandang mikrokopdihitung setelah mengamati10 sampai60 kaliarealpandang, tergantung darijumlah bakteri per areal pandang.Pada sapi yang terserang mastitis, susunya biasanya mengandung sel-seldarahputih dalam jumlah tinggi. Setelah pewarnaan dengan biru metilen, sel-sel darah putihakan terlihat sebagai sel yang bulat atau berbentuk tidak teratur, bewarna biru denganukuran lebih besar daripada bakteri.Mastitis adalah peradangan pada ambing yang biasanya disebabkan olehinfeksi kuman. Banyak kuman yang dapat menyebabkan mastitis termasuk bakteri,kapang, dan khamir. Spesies yang sering menyebabkan mycoplasma mastitis adalahMycoplasma bovis. Mikroorganisme ini umumnya berada pada saluran pernafasanatas, sering dihubungkandengan saluran pernafasan komplek dan pneumonia enzooticpada sapi (Jasper, 1984). Sapi harus yang dicurigai terinfeksi mycoplasma jikamempunyai mastitis yang bersifat purulen dan kadang tidak menampakkan gejalaklinis yang nyata. Sapi umumnya terkena mastitis lebih dari satu kwartir, dengandiikuti terjadi penurunan produksi susu

Uji MBRTSalah satu pengujian mikrobiologi susu adalah uji bitu metilen atau MBRT.Uji ini dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri dalam susu dengan mengamatiwaktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktifitas dengan memberikanperubahan pada zat biru metilen. Semakin tinggi jumlah bakteri dalam susu semakincepat perubahanwarna yang terjadi.Padaujibirumetilenkaliinimenggunakan2sampelyang berbeda. Sampel A berisikan susu segar, dan sampel B berisikan susu segar yangtelah ditambahkan bakteri (susu rusak) dan sampel C berisikan susu segar yang telahditambahkan banyak bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan cara memipet 10 ml contohsusubersuhu36oC kedalam tabung reaksi steril bertutup ulir. Kemudian ditambahkan 1ml larutan biru metilen tiosianat. Tabung reaksi dibalikkan 3 kali agar biru metilentiosianat dan susu tercampur. Lalu tabung reaksi tersebut ditempatkan didalamwaterbath36oC.Setelah 5menit, tabung reaksidibalikkanlagi untuk mencampurzatwarna.Kemudian dilakukan pengamatan dengan mengamati perubahan warna setiap 30menit sampai 4/5 bagian contoh susu didalam tabung berubah warna menjadi putih.Berdasarkan hasil pengamatan, dari kedua sampel tersebut baik dari sampel Ayang berisi susu segar maupun sampel B dan sampel C yang berisi susu segar yangditambahkan bakteri kedalamnya terjadi perubahan warna menjadi biru pudar setelah30 menitke-4 danmenghasilkan endapan pada30 menit ke-3.Jika dilihat padasampel A dan sampel B bahwa kedua sampel tersebut mempunyai mutu yang masihdikatakan baik karena keduanya mengalami perubahan sedikit dari warna awal birusangat pekat menjadi biru pekat dan tidak terdapatnya endapannya sampai 30 menitke-4. Kemudian pada sampel B dan C mengalami perubahan pada 30 menit ke 3namun pada30 menit ke-4endapannya telah berkurangOrganisme atau bakteri yang tumbuh dalam susu akan menghasilkan oksigen.Jika oksigen habis, maka akan terjadi reaksi oksidasi-reduksi untuk kelangsunganhidup mikroba. Sitrat yang merupakan metabolit mikroba berfungsi sebagai donorhidrogen, methylene blur sebagai aseptor hidrogen, dan enzim reduktase yangdiproduksi mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapatmenghasilkan energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzimreduktase mikorba menurunkan potensial oksidasi-reduksi, dengan mereduksimethylene blue. Karena zat methylene blue tereduksi makan akan terjadi perubahanwarna dimana warna methylene akan berubah menjadi methylene white dimanamenandakan jumlah aktifitas mikroba yang meningkat dengan cepat.Mekanisme biru metilen dalam uji reduktase susu yaitu didalam susu segarterdapat enzim reduktase yang dibentuk oleh kuman yang dapat mereduksi zatmethylene bluemenjadi methylenewhite. Penambahanzat methyleneblueuntukmengetahui aktivitas enzim reduktase pada susu. Apabila terdapat aldehid hasilaktivitas enzim reduktase, maka methylene blue akan tereduksi, namun enzim initidak akan aktif pada suhu 1300CPadauji birumetilen inidigunakan sampelsusu segarA. Pengujianinidilakukan dengan cara memipet 10 ml contoh suhu kedalam tabung reaksi steril.Kemudian ditambahkan 1 ml larutan biru metilen thiosianat, lalu tabung reaksidihomogenkan dengan cara dibolak-balikan 3 kali. Lalu tabung reaksi tersebut ditaruhdidalam penangas air 360C. Setetlah 5 menit, tabung reaksidibalikan lagi untukmencampur zat warna. Kemudian dilakukan pengamatan hingga 7 kali setiap 30menit hingga 4/5 bagian susu pudar atau berubah warna. Namun pada praktikumkelompok B P1, pengamatan yang dilakukan hanya sebanyak 4 kali.Berdasarkan hasil pengamatan sampel A dari 30 menit pertama hingga 30menit ke-4 perubahan warna yang terlihat warna biru yang terbentuk semakin pekathingga pengamatan terakhir. Dapat disimpulkan bahwa susu sampel A memiliki mutuyang baik dimana dengan tidak adanya perubahan warna yang terjadi menandakanjumlah mikroba dalam susutersebut sedikit dantidak mengalami pertumbuhanyangsignifikan. Hal ini dapat disebabkan mungkin karena pengamatan seharusnyadilakukan sampai 7 kali agar mendapatkan hasil data yang akurat. Namunberdasarkan klasifikasi yangada, sampelAtidak termasukkelasmanapun, karenapengamatan yang dilakukan hanya sebanyak 4 kali atau 2 jam. Sehingga praktikantidak mengetahui perubahan warna yang terjadi setalah 4 kali pengamatan

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011.http://repository.usu.ac.id.Mikro-susu. [12 Oktober 2012]Angkap, J. 2010.MycoplasmaMastitis Pada Sapi Perah. http://duniaveteriner.com[12 Oktober 2012]Budi, U. 2006. Dasar Ternak Perah. Medan: Departemen Peternakan FP USU.Siagian, A. 2002.MikrobaPatogenPadaMakanan Dan Sumber Pencemarannya.Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.Sri, B. 1998.Sanitasi dalamIndustriPangan. Bogor: Pusat Antar Universitas,Institut Pertanian Bogor.Wibowo, Marlia Singgih. 2011.Uji Sterilitas. Bandung: Sekolah Farmasi ITB