Psokologi - Konflik - Stres -Cemas Dan Frustrasi
-
Upload
rian-ahmad -
Category
Documents
-
view
25 -
download
1
Transcript of Psokologi - Konflik - Stres -Cemas Dan Frustrasi
BAB VIIKONFLIK, STRES, CEMAS DAN FRUSTRASI
Terjadinya Konflik
Menurut Ronge (1951) manusia sebagai suatu organisme mengikuti
hukum-hukum alam, hukum-hukum fisiolgi, hukum-hukum psikolgi, hukum-
hukum lain dalam upaya untuk mencari kebenaran.
Semua gejala emosional, seperti marah, rasa takut, rasa gembira,
tenang, penuh harap, termasuk konflik, stres, cemas, frustasi, dan sebgainya,
dapat mempengaruhi perubahan fisik seseorang.
Gangguan emosional jelas akan mempengaruhi stabilitas emosional
atau “emotional stability”, dan emotional stability akan mempengaruhi
“psychological stability” atau stabilitas psikis seseorang, sehingga yang
bersangkutan tidak dapat berfikir dengan baik, tidak dapat berkonsentrasi,
koordinasi gerak kacau, dan sebagainya.
Namun kenyataan ini tidak mudah terwujud, karena:
1. Motivasi manusia itu tidak hanya satu, dan kemungkinan terjadi
bertentangan antara motivasi yang satu dengan motivasi yang lain.
2. Motivasi manusia berbeda-beda sehingga tidak mungkin
menyamakan satu dengan yang lain, dan ini merupakan sumber
pertentangan antara manusia.
Menurut Heckhausen (196) untuk dapat memenuhi kebutuhan
mencapai kepuasan, dalam hubungan dengan motif berprestasi, selalu
mengandung dua hal yang bertentangan yaitu “harapan sukses” karena
tercapai target / cita-citanya, dan “takut gagal” karena tidak tercapai target /
cita-citanya.
Terjadi Internal Conflict
HARAPAN
UN
TUK SU
KSES
Gambar : Terjadinya konflik karena ketakutan akan gagal lebih dominan
daripada harapan untuk sukses.
Menurut C.P. Chaplin (1989), konflik terjadinya secara bersamaan dua
atau lebih impuls atau motif yang antagonistis, satu konflik aktual itu
biasanya mempercepat satu krisis mental, dan biasanya mempercepat satu
krisis mental, dan bisa dibedakan dari satu konflik akar (konflik dasar, root
conflict) yang sudah timbul sejak masa kanak-kanak, dan ada dalam kondisi
tetap tertidur atau kondisi tidak aktif.
Atkinson et. al(1999) menyebutkan adanya konflik mendekat
menghindar (approach-avoidance conflict”) misalnya seorang remaja pemalu
yang ingin telepon karena adanya kemungkinan berhasil, tetapi kecemasan
tentang kemungkinan ditolak akan meningkat ketika dia mendekati pesawat
telepon.
Macam-Macam Konflik
Menurut Heckhausen (1967) Motif itu dapat membuat seseorang
tertarik untuk mendekati atau menjauh untuk menghindari. Konflik semacam
itu berhubungan dengan penetapan tujuan atau target harapan untuk sukses.
Dalam hubungan ini Adesishiah dan Parry (197) mengatakan :
“Level of aspiration means the achievement target which an individual
sets for himself to attain and which he feels he is capable of achieving. This will
of course, vary with individual.”
Gejala Stress
Stress merupakan gejala jiwa yang pernah dialami tiap orang sep,
seperti halnya otot-otot mengalami ketegangan bila melakukan pekerjaan
fisik, maka tiap orang dapat mengalami ketegangan psikis yang dalam
keadaan tertentu tersebut “stres”.
Menurut Gauron (1984) stres seperti halnya ketegangan otot tidak
dapat dielakkan dalam kehidupan sehari-hari .
Aktivitas penuh ketegangan tidak selalu buruk bagi atlet, ini
dikemukakan oleh Presiden Asosiasi Olahraga Internasional, Robert Singer
(1986).
Spielberg (1986) dalam tulisannya “Stress and Anxiety in Sport” dalam
kumpulan karya tulis yang dihimpun oleh Morgan, menegaskan bahwa stress
menunjukkan “psycho-biological process” yang sangat kompleks, dan proses
ini pada umumnya terjadi dalam situasi yang mengandung hal yang dapat
merugikan; berbahaya, atau bahkan dapat menimbulkan frustasi.
“Stressor” menurut Spielberger, menunjukkan situasi-situasi atau
stimulasi yang secara obyektif ditandai dengan adanya tekanan fisik ataupun
psikologik, atau bahaya dalam tingkat tertentu.
Menurut Scanlan (1984) dalam tulisannya yang berjudul “Competitive
Stress and the Child Athlete” yang dimuat dalam “Psychological Foundation
of Sport”, mengemukakan bahwa “Competitive Stress” atau stres yang timbul;
dalam pertandingan merupakan reaksi emosional yang negatif pada anak
apabila rasa harga dirinya merasa terancam.
Kecemasan (“Anxiety”)
Mengenai hubungan antara stres dan kecemasan Saparinah dan
Sumarno Markum (1982) mengatakan :
“Bila Stres yang dialami seseorang terlalu besar, hingga tidak dapat
dilakukan tindakan untuk mengatasi, atau timbulnya stres yang
dihadapi seseorang terus menerus, maka akan timbul kecemasan.”
Menurut Spielberger (1985) “state anxiety” adalah keadaan emosional
yang terjadi pada waktu itu, menghadapi keadaan tertentu, yang ditandai
dengan takut dan ketegangan dan diikuti dengan perasaan cemas yang
mendalam.
Frustasi dan Agresitivas
Frustasi terjadi karena individu merasa gagal tidak dapat mencapai
sesuatu yang diinginkan, yaitu memenuhi kebutuhan untuk mendapat
kepuasan.
Oleh Chaplin (1989) disebut “frustration tolerance” (toleransi
frustrasi) yaitu kemampuan untuk menderita karena gagal dan dihalang-
halangi, namun tanpa mengalami kerusakan (gangguan) psikologis yang
tidak semestinya.
Menurut Saparinah Sumarno Markum (1982) atlet-atlet yang baru
terjuan dalam kompetisi, mempunyai “ambang stres” yang lebih rendah dari
pada atlet yang sudah lama terjun dalam kompetisi, sedangkan Cratty (193)
atlet yang cukup mampu untuk mengatasi kemungkinan mengalami frustasi
disebut yang memiliki “A high frustration tolerance”.
Mengenai hubungan antara frustrasi dengan agresivitas seseorang,
Raven dan Rubin (196) mengemukakan hasil penelitian dari Team Yale
University yang terdiri dari : John Dollard, Neal Miller, Leonard Doob, O.H.
Mowrer, dan Robert Sears (1939) yang berkesimpulan :
“Agression is always a consequence of frustration and that whenever
frustration occurs, aggression of some kind and in some degree will
inevitably result.”
BAB VIII
KELAINAN PSIKIS DNA TINGKAH LAKU INDIVIDU
Individu Sebagai Anggota Masyarakat
Dalam kenyataannya kehidupan sosial bukanlah kehidupan yang
homogen, dengan demikian kebudayaan atau “culture” terdiri atas beberapa
Kelompok dalam masyarakat (Daniel Bell, 190) khususnya kelompok
pemuda yang menunjukkan nilai-nilai yang berbeda dengan kaum tua.
Sesuai teori konvergensi (William Stern), sikap terbentuk bukan
karena faktor pembawaan saja, tetapi terbentuk dan berkembang atas dasar
faktor internal (pembawaan) dan faktor eksternal (lingkungan). Menurut
Newcomb (1998) pengalaman subyek yang diterima tidak selalu berupa
bahan informal yang emosional netral.
Jadi menurut Newcomb, sikap terbentuk dari kognisi yang mempunyai
asosiasi positif atau negatif, sedang penulis menyebutkan bahwa manusia
bersikap dan bertindak bukan seperti apa yang yang difikirkan sajat, tetapi
juga seperti apa yang dirasakan (Sudibyo, 1988).
Para Ahli psikologi sosial antara lain Sherif dan Sherif (1956)
mengatakan meskipun “objective group”-nya sama tetapi pasti “subjective
group”-nya akan berbeda , karena tuntutan kebutuhan kepentingan lainnya
berbeda. Krech, Crutchfield, dan Ballacey (1963) mengatakan bahwa sikap
berkembang dalam proses keinginan mendapat kepuasan.
Kenyataan menunjukkan kepada kita, ada anak yang menerima nilai-
nilai yang negatif; konflik yang terjadi akibat broken home, nilai-nilai
keluarga yang immoral, konflik kepentingan kelompok, karena kesulitan
ekonomi, nilai-nilai kelompok sebaya atau “peer group” yang negatif, dan
sebagainya.
Kelainan Sikap
Kelainan sikap dipelajari para ahli psikologi, dan istilah yang banyak
kita kenal adalah kelainan psikis yang dipelajari para ahli “abnormal
psychology”. Gejala kelainan psikis ada yang ringan, sehngga dapat diatasi
dengan pendidikan atau latihan, tetapi ada yang berat sehingga memerlukan
ahli khusus, seperti ahli neurologi, mental hygiene, psikologi klinis,
psikoterapi, dan psikiatri (Dokter Jiwa).
Keterbelakangan
Keterbelakangan adalah istilah yang digunakan para ahli yang
berhubungan dengan faktor kognisi atau intelegensi, misalnya anak-anak
yang menunjukkan hasil test Intelligence Quotients atau hasil test IQ di
bawah normal, sering juga disebut “retarded children” (anak-anak
terbelakang), “mental deficiency” (Anak-anak yang mengalami kekurangan
mental), dan “mental defect” (Anak-anak yang mengalami cacad mental).
Adapun gejala-gejala keterbelakangan atau cacad mental meliputi
gejala-gejala sebagai berikut :
(a) Moron atau debil ( hasil tes I.Q adalah 50-70)
(b) Imbesil (hasil tes I.Q. adalah 30-50)
(c) Idiot (hasil tes. I.Q. adalah 0-20)
Kelainan Seksual
Kelainan Seksual menurut Sigmund Freud, psikoanalisa itu
merupakan satu sistem dinamis dari psikologi, yang mencari akar-akar
tingkah laku manusia di dalam motivasi dan konflik yang tidak disadari.
Menurut Freud, Libido seksualitas merupakan dorongan utama dari
hidup manusia, sedangkan para psikoanalis neo Freudian lebih banyak
memberikan penekanan kepada jaminan rasa aman terlindung dan relasi-
relasi interpersonal pada perkembangan kepribadian, dan sebab-musabab
kasus-kasus neurosa daripada masalah seksualitas (Chaplin, 1989).
Adapun macam-macam kelainan seksual antara lain:
(1) Impotensi, tidak dapat ereksi pada pria;
(2) Ejakulasi prematur atau pengeluaran sperma terlalu awal;
(3) Capulatory impotensi atau tanpa sperma;
(4) Nymfomania pada wanita yang mengalami hipersex, berulangkali
tanpa terkendali.
(5) Satyriasi, yaitu hiper seks pada pria;
(6) Dyspareunia, yaitu sakit pada waktu coitus.
Kelainan dalam tindakan atau perbuatannya dapat kita lihat antara
lain dalam bantuk;
(1) Promiskuitas atau seks bebas;
(2) Perzinahan atau “Adultery”;
(3) Perkosaan “seduction”;
(4) Prostitusi atau pelacuran;
(5) Homoseksualitas (pria dengan pria)
(6) Lesbianisme (Wanita dengan wanita)
(7) Bestiality (dengan binatang);
(8) Pedofilia (dengan anak dibawah umur);
(9) Fetishme (benda pengganti kekasih);
(10) Onani / masturbasi (merangsang atau menggesek alat
kelaminnya sendiri
Pengaruh Sekitar
Pengaruh lingkungan sekitar tidak sama terhadap individu satu dengan
lainnya, baik karena faktor obyektif lingkungan yang berbeda-beda, maupun
faktor subyektif, karena motivasi, kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-
beda, namun secara garis besar dapat dikemukakan perbedaan antara anak-
anak, remaja dan orang dewasa, yang menunjukkan kecenderungan berbeda-
beda.
Ada beberapa tindakan strategis yang perlu dilakukan para pendidik
dan pembina remaja, yaitu :
(1) Menanamkan cara berfikir positif (“positive thinking”) kepada
remaja, sehingga remaja melihat sesuatu dari segi positif yang
sangat menguntungkan perkembangan jiwanya.
(2) Menanamkan persepsi diri yang positif-konstruktif, yang
mengandung gambaran, penilaian, dan menetapkan status dirinya
dari gambaran yang positif-konstruktif.
(3) Menanamkan citra diri yang positif, yang mengandung gambaran
ideal yang sesuai dengan kemampuan dan kelemahan yang ada pada
dirinya.
(4) Membentuk konsep diri yang positif, yang berarti siap menghadapi
keadaan yang bagaimanapun juga dan mempunyai rencana hidup
yang matang.
Gejala Psikologi
Gejala seperti ini sering kita sebut sebagai hilang ingatan atau “gila.”
Menurut Chaplin (1989) pada manic-depresive psikosis, yaitu suatu
penyakit mental yang berat, dicirikan dengan ayunan-ayunan dalam emosi
atau suasana hati. Dalam fase manis timbul “hyperexchibility” (rangsangan
kegemparan yang hebat dan berlebihan), kegirangan ekstrim, perbuatan
motorik akan muncul depresi, sedikit sekali kegiatan, ketidaktanggapan,
perlambatan, hambatan ide, kecemasan, kesedihan dan kadangkal impuls
bunuh diri.
Psikosis Fungsional
Psikosis fungsional dapat disebabkan karena keturunan atau
pembawaan, dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan yang tidak
memuaskan, yang menyebabkan kecemasan. Penyebab atau faktor ini
disebut psikogenik.
Adapun psikosis fungsional meliputi :
Schizophrenia
Ada beberapa jenis schizophrenia yang mempunyai tanda-tanda
khusus, menurut Chaplin (1989), jenis-jenis schizophrenia tersebut
antara lain :
(a) Schizophrenia Catatonic
(b) Schizophrenia Henrephrenia
(c) Schizophrenia Paranoid
(d) Schizophrenia Simpel (Sederhana)
Psikosis Organik
Beberapa contoh kelainan jiwa dari psikosis organik yaitu antara lain :
(1) Psikosis Alokoholik
(2) Psikosis Syphyllistick
Psikoneurosis
Psikoneurosis atau sering disebut neurosis diderita orang karena
ketegangan psikis, karena terjadi konflik yang terus menerus dalam pribadi
orang yang bersangkutan dan akhirnya menjadi neurosis.
Menurut Chaplin (1989) neurosis adalah penyakit neurosis adalah
penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-tanda:
(a) Wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat dari
kesukarannya;
(b) Konflik;
(c) Reaksi kecemasan;
(d) Kerusakan parsial atau sebagian dari kepribadiannya;
(e) Seringkali, tetapi tidak selalu perlu ada, disertai fobia, gangguan
pencernaan, dan tingkah laku obsesif kompulsif.
Beberapa tipe umum dari neurosis dikenal dengan sebutan : histeria,
reaksi kecemasan, neurasthenia, neurosis obsesi kompulsif dan fobia
(Chaplin, 1989)
Psikopati
Psikopati atau psikopat adalah penyakit kepribadian yang tidak
psikosis sifatnya yang tidak mempunyai kecemasan yang jelas atau tidak
nyata. Adaptasinya dengan lingkungan sosial kurang tepat, atau tidak normal,
oleh karena itu penderita psikopat cenderung tidak mau tunduk pada norma-
norma sosial.