Psikoedukasi Kel Ny Kasni(1)

13
JUDUL LAPORAN PSIKOEDUKASI TENTANG PEMBERIAN PSIKOEDUKASI PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KLIEN HIPERTENSI A. Komponen Kegiatan Topik psikoedukasi Cara mengontrol kecemasan penderita HT di rumah Pelatihan teknik relaksasi di rumah Hari/Tanggal Rabu, 07 Januari 2015 Tempat Rumah ibu Kasni Peserta Ibu Kasni dan keluarga Media Ceramah Tim Psikoedukator Pipin Oktaviani, Reni Ardita, Dian Nashif Zahrofi Lain-lain B. Tujuan psikoedukasi 1.Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada klien Hipertensi 2.Meningkatkan pengetahuan klien mengenai cara mengatasi cemas akibat penyakit hipertensi yang diderita. C. Materi Psikoedukasi 1. Pengertian Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian dari stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak

description

i

Transcript of Psikoedukasi Kel Ny Kasni(1)

JUDUL

LAPORAN PSIKOEDUKASI TENTANG PEMBERIAN PSIKOEDUKASI PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP KLIEN HIPERTENSIA. Komponen Kegiatan

Topik psikoedukasiCara mengontrol kecemasan penderita HT di rumah

Pelatihan teknik relaksasi di rumah

Hari/TanggalRabu, 07 Januari 2015

TempatRumah ibu Kasni

PesertaIbu Kasni dan keluarga

MediaCeramah

Tim PsikoedukatorPipin Oktaviani, Reni Ardita, Dian Nashif Zahrofi

Lain-lain

B. Tujuan psikoedukasi1. Untuk mengurangi tingkat kecemasan pada klien Hipertensi 2. Meningkatkan pengetahuan klien mengenai cara mengatasi cemas akibat penyakit hipertensi yang diderita.C. Materi Psikoedukasi1. Pengertian

Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian dari stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas berbneda dengan takut. Takut adalah penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan sumber dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan suatu sumber kekuatan dan energinya dapat menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau konstruktif Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasan-perasan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampi,merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.2. Tanda dan Gejalaa. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih, pegal, sakit kepala, sakit leher.b. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf simpatis ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas, diare, parestesia dll. c. KhawatirRasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum terjadi seperti mau mendapat musibah.

d. Kewaspadaan berlebihan.Kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll.3. Klasifikasia. Cemas RinganCemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.b. Cemas SedangPada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak enak.c. Cemas BeratPada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan / tuntunan. Respon kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.4. Faktor yang mempengaruhi ansietasa. Lingkungan yang asing

b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lainc. Berpisah dengan pasangan dan keluarga

d. Masalah biaya

e. Kurang informasi

f. Ancaman akan penyakit yang lebih parahg. Masalah pengobatan5. Cara mengatasi kecemasana. Teknik relaksasi nafas dalamAmbil napas selama 3 detik dengan lambat, kemudian tahan napas selama 3 detik dan keluarkan perlahan selama 7 detik atau lebih melalui mulut. Ulangi selama 3 kalib. Teknik guided imagery: Diri dalam keadaan rileks. Teman dan konselor membimbing anda dengan kondisi verbal (bicara perlahan dan lembut). Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan oleh suara hatinya. Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa damai, dan akan mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang membebani, atau lebih siap menghadapinya.c. Hindari kafein, alkohol dan rokok.

Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan, minuman, serta kebiasaan yang kita konsumsi atau lakoni. Kafein, alkohol, dan rokok disebut-sebut sebagai substansi yang bisa meningkatkan rasa cemas seseorang. d. Tertawa dan olahraga.Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap menyehatkan. Buktinya untuk mengatasi rasa cemas ini, para pakar juga menyarankan agar kita banyak tertawa. Karena cara tersebut ampuh mengusir emosi dengan sesuatu positif sifatnya. Tak ubahnya dengan olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan olahraga bisa membantu mengurangi rasa cemas.

e. Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas. Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi emosi dan rasa sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur ketakutan dan kecemasan yang ada dalam benak Anda, seperti "Saya takut ketika...", "Saya cemas karena...", atau "Saya nggak yakin kalau harus...".

f. BersantaiRasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau tugas lainnya. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu buat bersenang-senang dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa pula digunakan untuk meditasi, membangun mimpi dan berimajinasi. Karena kebiasaan tersebut akan membantu mengurangi rasa cemas.

g. Dengar musik. Berbahagialah orang yang gemar mendengarkan musik. Karena dengan mendengarkan musik-musik favorit, akan membantu menjalani ritme hidup Anda yang menyenangkan.

6. Instrumen Pengukuran Kecemasan

Tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok dan gejala masing - masing kelompok di rinci lagi dengan lebih spesifik (Hawari, 2006). Gejala-gejala yang lebih spesifik adalah sebagai berikut : perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik/fisik (otot), gejala somatik/fisik (sensorik), gejala kardiovaskuler, gejala respiratori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom dan tingkah laku/sikap.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian skor antara 0-4, dengan penilaian yaitu = Nilai 0; tidak ada keluhan, Nilai 1; gejala ringan, Nilai 2; gejala sedang, Nilai 3; gejala berat, Nilai 4; gejala berat sekali/ panik. Masing-masing nilai angka (skor) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu total skor = kurang dari 14; tidak ada kecemasan, 14-20; kecemasan ringan, 21-27; kecemasan sedang, 28-41; kecemasan berat, 42-56; kecemasan berat sekali (Hawari, 2006).

D. Jalanya psikoedukasi (Tulis rincian yg dilakukan psikoedukator sampai Tanya jawab)

1. Menyusun pre planning psikoedukasi2. Kunjungan pertama kepada klien

a. BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya)

N: assalamualaikum, perkenalkan ibu, kami mahasiswa profesi NERS UMS.

K: waalaikum salam, ada yang bisa saya bantu mas, mbak?

N: iya bu, sebelumnya kami mau memperkenalkan diri kami terlebih dahulu, saya Dian Nashif, di sebelah kanan saya ini namanya reni, dan yang di sebelah kiri saya namanya pipin. Kami bertiga tidak mengganggu waktu ibu kan? Atau kalau ibu ada urusan lain, kami bisa berkunjung di lain waktu.K: tidak mas, monggo, saya lagi tidak sibuk hari ini, mas sama mbaknya tujuannya apa ya?

N: begini bu, tujuan kami kali ini yang pertama silaturahmi lalu mengobrol tentang penyakit yang ibu derita, bagaimana ibu?

K: owalah nggeh mas, saya malah senang ada yang main ke rumah saya.

N: oke bu, paling nanti ngobrolnya sekitar 20 menitan bu,

K: waah, mau sejam juga gak apa- apa mas, saya lagi tidak sibuk pada hari ini.

N: haha, ibu ini bisa saja. Oke kami mulai ya ibu.

b. Kaji penyebab kecemasan

N: ibu sudah berapa tahun sakit hipertensi/darah tinggi bu?

K: wahh, sudah lama mas, sekitar 10 tahunan mas.

N: terus ibu sering control nggak bu? Seperti ke posyandu gitu bu.

K: dulu, sudah lama sekali mas, saya sempat ke posyandu, tapi ketika saya tahu tekanan darah saya tinggi, tidak tahu kenapa rasanya langsung ketakutan saya mas, badan jadi panas dingin, pikiran kacau, mikir yang tidak tidak. Jadinya saya dilarang buat ke posyandu sama anak saya.

N: jadi ibu takut sama penyakit ibu?

K: iyalah mas, karena saking takutnya, tiap malam saya susah untuk tidur.

N: ibu tahu tidak tentang penyakit ibu?

K: tidak tahu mas, tapi yang saya tahu kalo kumat itu badan rasanya tidak enak semua, kepala pusing, lemes. Kalau sudah kayak gitu, pasti darah saya lagi tinggi mas.

N: ouh, jadi penyebab kecemasan ibu itu karena ibu belum tahu tentang penyakit ibu, dan ibu tidak mempunyai keberanian untuk cek tekanan darah sama ibu tidak mau control kembali ke posyandu karena takut ya bu?

K: iya mas, benar sekali

c. Kaji riwayat cemasN: sebelumnya ibu pernah mengalami rasa takut atau cemas seperti yang ibu rasakan dengan penyakit ibu ini?K: tidak mbak, sebelumnya saya tidak pernah seperti ini, gara-garanya bisa seperti ini itu, pak RT main ke rumah terus meminta saya untuk cek kesehatan tiap bulan di posyandu lansia mbak, setelah saya tahu saya punya penyakit darah tinggi, saya jadi cemas seperti ini

d. Kaji cara mengurangi kecemasan yang dilakukan klienN: lalu apa yang ibu lakukan kalau cemas dan takut itu muncul ?

K: saya cuma diam saja mbak, soalnya saya tidak tahu harus melakukan apa.

N: jadi ibu belum tahu cara untuk mengontrol kecemasan?

K: belum mas, mbak

e. Kaji tingkat kecemasan

N: ibu, ini kami mempunyai beberapa pertanyaan, ibu nanti tinggal emnjawab saja ya ibu

K: iya mas

kaji kecemasan menggunakan HRS-A (hasil terlampir)

f. Terminasi dan kontrak waktu pertemuan selanjutnya

N: terima kasih ibu, sudah mau mengobrol dengan kami, untuk pertemuan yang pertama ini kami rasa sudah cukup ibu, untuk besok ibu bisa atau tidak mengobrol seperti yang kita lakukan sekarang ini.

K: bisa mas,

3. Mempersiapkan media psikoedukasi (leaflet)

4. Kunjungan kedua kepada kliena. BHSP

N: assalamualaikum ibu, sesuai kontrak kemarin, hari ini kita bisa mengobrol kembali melanjutkan pembicaraan yang kemarin bu, K: iya mas, monggo silahkan mbak, mas

b. Mengajarkan cara mengontrol kecemasan

N: hasil yang dapat kami simpulkan dari beberapa pertanyaan yang kami ajukan kemarin, ibu itu mengalami tingkat kecemasan sedang.

K: kalau seperti itu bahaya atau tidak?

N: tidak bu, asalkan ibu bisa mengontrol tingkat kecemasan insyaallah tidak jadi masalah, cara mengontrol kecemasan itu ada beberapa cara ibu, antara lain, 1. Teknik relaksasi nafas dalam2. teknik guided imagery, 3. hindari kafein, alkohol dan rokok.

4. Tertawa dan olahraga.

5. Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas.

6. Bersantai

7. Dengar musik.

Jadi ada 7 cara yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi kecemasan yang ada. Baik ibu sekarang kami akan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam yang merupakan salah satu cara untuk mengontrol tingkat kecemasan.K: iya mas.

N: baik ibu, saya ajarkan terlebih dahulu, satu tangan di perut dan satu lagi ada di dada, kemudian tarik nafas melalui hidung selama 3 detik, kemudian perhatikan perkembangan perut, setelah tahan selama 3 detik, lalu dihembuskan selama 7 detik, coba sekarang ibu lakukan.

K: melakukan teknik relaksasi nafas dalam

N: ya bagus, seperti itu ibu, dilakukan sebanyak 3 kali ya ibu, kalau cemas yang ibu rasakan muncul.

c. Terminasi dan kontrak waktu pertemuan selanjutnya

N: terima kasih ibu, sudah mau mengobrol dengan kami, jadi apabila kecemasan muncul, ibu dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam seperti yang saya ajarkan tadi bu.

K: iya mas, terima kasih banyak, doakan ya mas, mbak, semoga saya sehat dan panjang umur

N: nggeh bu, kami pamit nggih bu, assalamualaikum

K: waalaikum salam

5. Evaluasi pelaksanaan psikoedukasi (Kognitif dan psikomotor)

Dalam pelaksanaan pemberian psikoedukasi tentang tingkat kecemasan klien hipertensi yang dilakukan mahasiswa program profesi NERS mendapatkan hasil

a. Pengetahuan klien tentang menangani kecemasan klien meningkat

b. Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam yang diajarkan oleh mahasiswa program profesi NERS

6. Tindak lanjut (untuk keluarga dan pasien, untuk psikoedukator berikutnya)

a. Mengkaji ulang tingkat kecemasan klienb. Mengevaluasi kembali teknik relaksasi nafas dalam yang telah diajarkan

c. Melakukan intervensi sesuai pengkajian yang telah dilakukan psikoedukator selanjutnya

d. Memotivasi klien untuk rutin control penyakitnya ke posyandu

Daftar PustakaAlimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba MedikaBrunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC

Duenges, Marylin. E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Merencanakan & Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Hall, C. S. 1980. Suatu Pengantar Kedalam Ilmu Jiwa Sigmund Freud(Terjemahan Oleh Tasrif). Bandung: Pustaka Pelajar.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika