Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya...

120
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Kantor Bank Indonesia Palembang Triwulan III - 2010

Transcript of Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya...

Page 1: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan

Kantor Bank Indonesia Palembang

Triwulan III - 2010

Page 2: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 3: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2010” dapat

dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa

indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,

dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,

hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih

meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya

serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam

pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada

umumnya.

Palembang, November 2010

Ttd

Endoong Abdul Gani Pemimpin

Page 4: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Isi

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 5: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Isi

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

INDIKATOR EKONOMI xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 7

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan 7

Suplemen 1 ANOMALI CUACA MENURUNKAN PRODUKTIVITAS DAN KUANTITAS KOMODITAS UNGGULAN SUMSEL 9

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan 13

1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan 19

1.4. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Triwulanan 20

1.5. Struktur Ekonomi 22

1.6. Perkembangan Ekspor Impor 24

1.6.1. Perkembangan Ekspor 24

1.6.2. Perkembangan Impor 26

Suplemen 2 KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT; PENGARUH MEMBAIKNYA KONDISI EKONOMI SECARA MAKRO? 28

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG 33

2.1. Inflasi Tahunan 33

Page 6: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Isi

iv

Suplemen 3 RESUME HASIL QUICK SURVEY KENAIKAN TDL: DAMPAK KENAIKAN TDL TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI SUMBAGSEL 38

2.2. Inflasi Bulanan 40

Suplemen 4 MEMANTAU INFLASI SECARA MINGGUAN MELALUI SURVEI PEMANTAUAN HARGA 43

Suplemen 5 HARGA-HARGA VOLATILE FOODS SEMAKIN BERGEJOLAK 47

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 51

3.1. Kondisi Umum 51

3.2. Kelembagaan 52

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 52

3.3.1. Penghimpunan DPK 52

3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 53

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 54

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 54

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 56

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 57

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (MKM) 59

3.5. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Sumatera Selatan 60

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 60

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 61

3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga 62

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 62

3.7. Rentabilitas Perbankan 64

3.8. Kelonggaran Tarik 64

3.9. Risiko Likuiditas 65

3.10. Perkembangan Bank Umum Syariah 65

3.11. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 67

Suplemen 6 PERBANDINGAN AKTIVITAS PERBANKAN ANTAR WILAYAH 68

Page 7: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Isi

v

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 69

4.1. Realisasi APBD Sumatera Selatan 69

4.2. Realisasi Penerimaan Pajak Sumatera Selatan 72

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 75

5.1. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 75

5.2. Perkembangan Perkasan 78

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 79

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 81

6.1. Ketenagakerjaan 81

6.2. Pengangguran 83

6.3. Tingkat Kemiskinan 84

6.4. Nilai Tukar Petani 86

6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 88

6.6. Rasio Gini Provinsi Sumatera Selatan 88

BAB 7 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 91

7.1. Pertumbuhan Ekonomi 91

7.2. Inflasi 94

7.3. Perbankan 96

DAFTAR ISTILAH

Page 8: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Isi

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 9: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Tabel

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 8

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 13

Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Padi Provinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) 15

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009-2010 (%) 20

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009-2010 (%) 22

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (%) 23

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan (%) 23

Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) 24

Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) 24

Tabel 1.10 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) 26

Tabel 1.11 Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) 26

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 54

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp Juta) 55

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 58

Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III 2010 64

Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 66

Tabel 4.1 Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2010 (Rp Miliar) 70

Tabel 4.2 Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2009 dan Triwulan III 2010 (Rp Miliar) 71

Tabel 5.1 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan 77

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 78

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 79

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2008 - Februari 2010 81

Page 10: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Tabel

viii

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2008 - Februari 2010 82

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2008 - Februari 2010 83

Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 1993-2010 84

Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 – Maret 2010 85

Tabel 6.6 Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumsel Menurut Daerah, Maret 2009 – Maret 2010 86

Tabel 6.7 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan 87

Tabel 6.8 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 87

Tabel 6.9 IPM 2007-2008 Menurut Provinsi 88

Tabel 6.10 Rasio Gini 2007-2009 Menurut Provinsi 89

Tabel 7.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2010 92

Tabel 7.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2010 (dalam persentase) 94

Tabel 7.3 Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan IV 2010 97

Page 11: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Grafik

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumsel ADHK 2000 7

Grafik 1.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi 11

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih 11

Grafik 1.4 Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumsel 12

Grafik 1.5 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumsel ADHK 2000 13

Grafik 1.6 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2010 14

Grafik 1.7 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 14

Grafik 1.8 Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan 14

Grafik 1.9 Perkembangan Konsumsi Semen 15

Grafik 1.10 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara 16

Grafik 1.11 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Provinsi Sumsel 16

Grafik 1.12 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 16

Grafik 1.13 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar dan Jumlah Wisatawan 16

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 17

Grafik 1.15 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 17

Grafik 1.16 Perkembangan Penjualan LPG 18

Grafik 1.17 Perkembangan Konsumsi Listrik Total dan Sektor Rumah Tangga 18

Grafik 1.18 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial dan Pemerintah 18

Grafik 1.19 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Industri 18

Grafik 1.20 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 19

Grafik 1.21 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 19

Grafik 1.22 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama 20

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar 21

Grafik 1.24 Perkembangan Konsumsi BBM di Provinsi Sumsel 21

Grafik 1.25 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan 22

Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 25

Grafik 1.27 Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 25

Page 12: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Grafik

x

Grafik 1.28 Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan 25

Grafik 1.29 Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Jun 10 - Agt 10 25

Grafik 1.30 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.31 Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.32 Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal 27

Grafik 1.33 Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Jun 10 - Agt 10 27

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang 33

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan III 2010 33

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional 34

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 35

Grafik 2.5 Kontribusi Inflasi Tahunan 36

Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Tahunan: Core, Volatile Foods, Administered Prices 36

Grafik 2.7 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional 36

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang 40

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang per Kelompok Barang dan Jasa 41

Grafik 2.10 Kontribusi Inflasi Bulanan 42

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi Bulanan: Core, Volatile Foods, Administered Prices 44

Grafik 2.12 Event Analysis Inflasi Kota Palembang September 2009 - September 2010 45

Grafik 2.13 Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD 45

Grafik 2.14 Perbandingan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional 45

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan 51

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan 52

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan 53

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2010 di Provinsi Sumatera Selatan 53

Page 13: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Grafik

xi

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2010 56

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan 57

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Provinsi Sumsel Triwulan III 2010 57

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2010 Berdasarkan Wilayah 58

Grafik 3.9 Penyaluran Kredit MKM Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan 59

Grafik 3.10 Penyaluran Kredit MKM Menurut Plafond Kredit 59

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan 60

Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan 61

Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Sumatera Selatan 62

Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 62

Grafik 3.15 Perkembangan NPL Menurut Kelompok Bank 63

Grafik 3.16 Komposisi NPL Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi Triwulan III 2010 63

Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 64

Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan 65

Grafik 3.19 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan 67

Grafik 3.20 Perkembangan Rasio Likuiditas Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan 67

Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2010 71

Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2010 71

Grafik 4.3 Perkembangan Penerimaan PPh Orang Pribadi Sumatera Selatan 72

Grafik 4.4 Perkembangan Penerimaan PPh Pasal 21 Sumatera Selatan 72

Grafik 4.5 Perkembangan Penerimaan PBB Sumatera Selatan 73

Grafik 4.6 Perkembangan Penerimaan BPHTB Sumatera Selatan 73

Grafik 5.1 Perkembangan Kliring Sumsel 75

Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Kliring vs Kredit Modal Kerja (KMK) 76

Grafik 5.3 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja 76

Grafik 5.4 Perkembangan RTGS Sumsel 76

Grafik 5.5 Perkembangan Bulanan Perputaran Kliring Sumsel 77

Page 14: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Daftar Grafik

xii

Grafik 5.6 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong Sumsel 77

Grafik 5.7 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2009-2010 78

Grafik 5.8 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang 79

Grafik 5.9 Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun 2009-2010 80

Grafik 6.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani 86

Grafik 6.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia 87

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 91

Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan 95

Page 15: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Indikator Ekonomi

xiii

INDIKATOR EKONOMI

A. Inflasi dan PDRB

Page 16: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Indikator Ekonomi

xiv

B. Perbankan

Page 17: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Indikator Ekonomi

xv

Lanjutan

C. Sistem Pembayaran

Page 18: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Indikator Ekonomi

xvi

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 19: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

III/10 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan

Abstraksi

Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2010 terkendala oleh hambatan di sisi suplai. Perekonomian tumbuh moderat namun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi antara lain terhambat oleh kendala menipisnya bahan baku sehubungan dengan adanya anomali cuaca yang menurunkan produksi komoditas primer, kenaikan biaya sehubungan dengan naiknya tarif listrik, serta realisasi fiskal yang masih cenderung bersifat kontraktif. Meskipun demikian, perekonomian masih tertopang dengan baik oleh realisasi investasi serta terjaganya optimisme terhadap prospek perekonomian. Inflasi cenderung meningkat seiring lonjakan harga volatile foods yang semakin hari semakin bergejolak, dan dibarengi dengan kecenderungan meningkatnya core inflation secara gradual. Di sisi lain, dunia perbankan masih tumbuh dari sisi penghimpunan dana maupun penyaluran kredit meski berbarengan dengan semakin lebarnya spread suku bunga. Meningkatnya aktivitas sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai mengkonfirmasi masih intensnya aktivitas perekonomian.

Pada triwulan IV 2010, perekonomian diperkirakan masih terpengaruh kondisi cuaca dan kenaikan biaya produksi. Pertumbuhan ekonomi secara tahunan akan berlanjut pada level yang relatif konstan terdorong oleh sektor konstruksi walaupun secara agregat kendala di sisi suplai masih mengganggu untuk sektor industri pengolahan berbasis pertanian. Harga komoditas unggulan tetap tinggi, investasi dan pengeluaran pemerintah tetap tinggi merupakan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, namun anomali cuaca yang menipiskan ketersediaan bahan baku dan kenaikan tarif listrik membuat kegiatan produksi tidak maksimal. Tekanan inflasi diprediksi meningkat seiring tingginya ekspektasi inflasi serta adanya perayaan Natal dan tahun baru. Perbankan diperkirakan tumbuh konstan karena tetap terjaganya kondisi finansial secara makro dan prospek perekonomian, walaupun terdapat potensi terlambatnya investasi karena adanya kenaikan biaya. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi akan tinggi ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat.

Page 20: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Ringkasan Eksekutif

2  

Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) secara tahunan pada triwulan III 2010 sebesar 5,3% (yoy). Laju pertumbuhan tersebut tergolong moderat namun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Terus membaiknya kondisi perekonomian telah memungkinkan terjadinya peningkatan penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun terbentuknya optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum. Meskipun demikian, terdapat pula beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha, antara lain: (i) keterbatasan bahan baku crumb rubber akibat penurunan produksi karet, (ii) tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi maupun kualitas produksi (khususnya pada sub sektor perkebunan), (iii) Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), (iv) meningkatnya persaingan usaha, (v) masalah regulasi, dan (vi) keterbatasan anggaran baik untuk pemeliharaan sarana irigasi maupun untuk menopang kegaitan produksi komoditas unggulan

Kinerja dunia usaha pada triwulan III 2010 menunjukkan perbaikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya terutama didorong oleh meningkatnya harga komoditas primer seperti sawit dan karet. Kondisi tersebut juga berdampak positif terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan permintaan terhadap barang dan jasa.

Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang pada triwulan III - 2010 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 114,09, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat indeks rata-rata sebesar 113,50. Demikian pula dengan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) yang juga meningkat, yakni dari 105,96 menjadi 108,22 pada triwulan ini. Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sedikit menurun dari sebesar 121,04 menjadi 119,96. Apabila dibandingkankan dengan indeks pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, seluruh indeks yang meliputi IKK, IKESI dan IEK mengalami penurunan.

Relatif tingginya harga-harga komoditas unggulan di pasar internasional tidak cukup membantu sektor pertambangan dan penggalian untuk tidak terpuruk pada triwulan ini. Hasil monitoring pada beberapa pelaku usaha menunjukkan bahwa stagnannya kapasitas produksi yang dialami pelaku usaha (bahkan beberapa pelaku usaha mengalami penurunan lifting minyak) serta tingginya harga bahan baku masih merupakan penyebab kurang optimalnya produktivitas subsektor pertambangan.

Page 21: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Ringkasan Eksekutif  

3  

Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi triwulan III 2010 secara tahunan didorong oleh net ekspor dengan andil sebesar 3,3%. Pertumbuhan ekspor mengalami akselerasi dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, impor juga tercatat mengalami akselerasi dibandingkan dengan kinerja tahunan pada triwulan sebelumnya. Konsumsi mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya. Seluruh komponen konsumsi relatif mengalami perbaikan kecuali pada komponen konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan.

Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan III 2010 sebesar 4,57% (yoy), atau meningkat dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,62% (yoy). Tekanan peningkatan inflasi semakin terasa jika dibanding angka inflasi triwulan yang sama tahun lalu inflasi yang tercatat sebesar 1,30% (yoy). Kendati kenaikan inflasi tahun ini masih dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yang sebesar 3,96±1%, angka tersebut telah berada di atas median proyeksi.

Tekanan inflasi tahunan pada triwulan III 2010 antara lain bersumber dari kenaikan biaya listrik yang ditransmisikan melalui peningkatan harga jual berbagai jenis barang. Selain itu juga, efek musiman telah mendorong permintaan barang, khususnya bahan makanan dan makanan jadi, pada bulan puasa dan Idul Fitri. Kenaikan biaya pendidikan khususnya tarif akademi/perguruan tinggi juga memberikan kontribusi terhadap kenaikan inflasi. Kelompok sandang mengalami inflasi yang moderat seiring kenaikan harga emas di pasar internasional, kelompok kesehatan mengalami peningkatan sekitar 0,5% pada bulan Juli. Sementara itu, kelompok transportasi juga mengalami peningkatan harga pada bulan Juli dan September bersamaan dengan meningkatnya permintaan angkutan antar kota pada saat Idul Fitri.

Menurut hasil quick survey “Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) terhadap Sektor Industri Pengolahan”, 84% responden di Palembang merasakan dampak kenaikan TDL. Kenaikan harga yang dilakukan oleh pelaku usaha industri pengolahan di Palembang adalah sebesar 7,50%. Penurunan margin yang harus dilakukan karena adanya kenaikan TDL menurut pelaku usaha industri pengolahan di Palembang adalah sebesar 5,22%. Sebagian besar responden di Palembang berencana menaikkan harga jual pada awal tahun 2011 yang pada umumnya disebabkan oleh adanya ikatan kontrak sampai dengan akhir tahun 2010. Namun demikian, responden juga banyak yang berencana untuk meningkatkan harga jual pada bulan September –Oktober 2010 serta bulan Desember 2010.

Page 22: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Ringkasan Eksekutif

4  

Core inflation bulanan mulai menunjukkan tendensi peningkatan yang gradual setelah sebelumnya bergerak di kisaran sangat rendah. Komponen volatile foods mengalami perubahan harga yang semakin bergejolak dibandingkan tren pada dua tahun terakhir, dan mengalami inflasi hampir 3% (mtm) pada bulan September 2010.

Dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara mingguan pada dua pasar modern dan dua pasar tradisional di Palembang, secara umum terjadi tendensi peningkatan harga barang/komoditas sebesar 2,89% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya.

Pola pergerakan harga antara beberapa komoditas cukup bervariasi. Untuk komponen volatile foods, harga beras dan daging ayam mengalami tendensi peningkatan Di sisi lain, cabe merah dan minyak goreng mengalami penurunan harga. Sementara itu, harga beberapa komoditas yang termasuk komponen core inflation mengalami peningkatan. Harga nasi dan mie mengalami peningkatan. Selain itu, harga emas perhiasan juga meningkat.

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan III 2010 (Agustus 2010) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan seiring dengan baiknya prospek ekonomi domestik. Dibandingkan periode sebelumnya, wilayah selain Palembang cenderung lebih ekspansif dalam menyalurkan kredit, sehingga dapat mendukung konvergensi perekonomian antar wilayah.

Realisasi pendapatan sebesar 75,30% dari anggaran yang sebesar Rp3.131,67 miliar. Sementara realisasi belanja sebesar 50,85% dari anggaran sebesar Rp3.225,41 miliar. Realisasi belanja maupun penerimaan periode ini tercatat lebih baik dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun demikian, realisasi fiskal tersebut secara umum masih cenderung bersifat kontraktif, karena realisasi belanja yang masih cenderung lebih lambat dibandingkan realisasi penerimaan.

Aktivitas kliring mengalami peningkatan dari sisi jumlah warkat dan nominal dibandingkan triwulan maupun tahun sebelumnya. Tingginya aktivitas kliring sejalan dengan tingginya penyaluran kredit modal kerja. Modal yang disalurkan memiliki dampak positif terhadap peningkatan aktivitas kliring seiring bergulirnya kegiatan ekonomi antar pelaku usaha. Peningkatan aktivitas pembayaran non tunai pada triwulan ini diiringi dengan meningkatnya cek dan bilyet giro kosong dari sisi jumlah warkat, sedangkan dari sisi nominal mengalami penurunan, yang

Page 23: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Ringkasan Eksekutif  

5  

mengindikasikan kelompok grassroot. Net-inflow diperkirakan terjadi karena relatif tingginya inflow selama triwulan berjalan yang salah satunya disebabkan aktivitas perekonomian yang relatif tinggi sehingga berdampak pada meningkatnya inflow secara triwulanan di atas angka 50%.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2010 diprediksi akan cenderung konstan dibandingkan triwulan sebelumnya. Walaupun terdapat pembangunan konstruksi terkait penyelenggaraan Sea Games 2011, tingginya harga komoditas di pasar internasional dan peningkatan investasi swasta, namun terdapat beberapa faktor risiko dari sisi suplai, yaitu yang muncul dari meningkatnya tarif listrik, penurunan produksi komoditas terkait musim kemarau basah pada triwulan sebelumnya, dan adanya penundaan transaksi dari beberapa negara tujuan ekspor CPO. Secara musiman, perekonomian pada triwulan IV 2010 akan menurun karena faktor masuknya kembali musim hujan. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan triwulan IV 2010 diperkirakan akan cenderung konstan pada kisaran 5,4 ± 1%. Di sisi lain, secara triwulanan (qtq) pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh negatif di kisaran 4,3 ± 1%. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi kumulatif tahun 2010 diperkirakan sebesar 5,5 ± 1%. Namun demikian, laju pertumbuhan triwulanan dengan penyesuaian musiman diprediksi akan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan memberikan indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2010 secara riil akan melambat, yaitu menjadi sebesar 1,1 ± 0,5% (qtq,sa) dari sebelumnya sebesar 1,3% (qtq,sa).

Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumatera Selatan untuk tahun 2010 bervariasi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Berdasarkan IMF, proyeksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat direvisi menurun. Sebaliknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa dan India direvisi meningkat. Kemudian, negara yang mengalami pertumbuhan tinggi di Asia, yaitu Cina, tetap diperkirakan tumbuh tinggi seperti proyeksi semula yaitu sebesar 10,5%.

Inflasi tahunan diperkirakan akan mengalami peningkatan secara moderat, yang didorong oleh ekspektasi excess demand pangan karena adanya kemarau basah, serta dampak lanjutan kenaikan tarif listrik melalui peningkatan harga jual. Ekspektasi inflasi masyarakat ke depan adalah meningkat, yang ditunjukkan oleh hasil survei konsumen dimana sebagian besar responden berpendapat bahwa akan terjadi kenaikan harga. Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan IV 2010 akan berada pada kisaran 5,24±0,5%, sedangkan inflasi triwulanan

Page 24: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Ringkasan Eksekutif

6  

(qtq) diperkirakan akan menurun menjadi 0,90±0,5%. Namun demikian, proyeksi tersebut saat ini mempunyai kecenderungan bias ke atas karena adanya risiko dampak perubahan iklim dan bencana alam melalui gangguan pada distribusi dan pasokan.

Pada bulan Oktober diperkirakan terjadi penurunan harga secara tipis karena penyesuaian kembali harga beberapa jenis barang/jasa pasca lebaran. Di bulan November, kenaikan harga akan kembali terjadi menyusul potensi gangguan distribusi dan pasokan barang seiring dengan curah hujan yang tinggi dan bencana alam di beberapa daerah. Pada akhir tahun, tekanan kenaikan harga akan muncul pada liburan Natal dan tahun baru, termasuk dari kelompok transportasi.

Kinerja perbankan pada triwulan IV 2010 diproyeksikan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2010 dengan tingkat pertumbuhan yang relatif stabil, baik dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit. Berdasarkan proyeksi teknikal dan judgment, diperkirakan pertumbuhan kredit pada triwulan IV 2010 hanya akan cenderung konstan dari triwulan sebelumnya, yaitu berada di kisaran 5,7% ± 1% (qtq). Penyaluran kredit yang meningkat tersebut diprediksi tidak akan merubah tingkat Non Performing Loan (NPL) secara signifikan. Walaupun kemampuan membayar debitur sedikit berkurang karena turunnya margin pasca naiknya tarif listrik, namun hal tersebut diperkirakan hanya akan bersifat temporer, sehingga tingkat NPL tetap rendah.

Page 25: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB

Provinsi Sumsel ADHK 2000

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan, diolah

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

• Laju pertumbuhan ekonomi Sumsel triwulan III 2010 sebesar 5,3% (yoy) ditopang oleh kenaikan ekspor dan stabilnya kinerja sektor industri pengolahan.

• Sektor pertanian tumbuh relatif rendah akibat kondisi cuaca yang lebih ekstrem dibandingkan tahun sebelumnya.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) secara tahunan pada triwulan III

2010 sebesar 5,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya

yang mencetak pertumbuhan sebesar 5,7% (yoy).

Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Sumsel Atas Dasar Harga

Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan ini

mencapai Rp16,7 triliun, lebih t inggi

dibandingkan PDRB periode yang sama

pada tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp15,9 triliun. Tingginya laju

perekonomian di Sumsel terkonfirmasi

oleh survei bisnis yang menunjukkan

kondisi usaha secara umum semakin

membaik.

Terus membaiknya kondisi perekonomian telah memungkinkan terjadinya

peningkatan penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun terbentuknya

optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum. Meskipun demikian,

terdapat pula beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha, antara lain:

(i) keterbatasan bahan baku crumb rubber akibat penurunan produksi karet, (ii) tingginya

curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi maupun kualitas produksi

(khususnya pada sub sektor perkebunan), (iii) Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL),

(iv) meningkatnya persaingan usaha, (v) masalah regulasi, dan (vi) keterbatasan anggaran

BAB 1  

Page 26: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

8

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yo y) Sektoral

PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Lapangan Usaha

2009 2010

III IV I II III

Pertanian 4.2 6.3 9.0 4.6 2.6

Pertambangan dan Pe nggalian 2.3 0.8 0.6 1.5 1.4

Industri Pengola han 2.4 5.2 4.9 5.9 6.4

LGA 3.5 10.4 13.9 5.5 7.1

Banguna n 8.2 8.7 7.0 8.5 10.0

PHR 2.4 4.3 5.6 6.5 7.1

Pengangkutan & Komunikasi 12.7 12.3 12.5 13.9 15.0

Keu., Persewaan & Js. Perusahaan

6.5 6.6 6.8 7.8 7.4

Jasa-jasa 9.2 9.4 8.2 8.4 5.8

Total PDRB 4.4 5.3 5.7 5.7 5.3

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

untuk pemeliharaan sarana irigasi maupun untuk menopang kegiatan produksi komoditas

unggulan (Lihat Suplemen 1. Anomali Cuaca Menurunkan Produktivitas dan Kuantitas

Komoditas Unggulan Sumsel).

Kinerja dunia usaha pada triwulan III 2010 menunjukkan perbaikan dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya terutama didorong oleh meningkatnya harga

komoditas primer seperti sawit dan karet. Kondisi tersebut juga berdampak positif terhadap

peningkatan daya beli masyarakat serta permintaan terhadap barang dan jasa.

Kinerja perekonomian triwulan

III 2010 berdasarkan komponen

sektoral ditandai dengan

pertumbuhan tahunan tertinggi

pada sektor pengangkutan dan

komunikasi yakni sebesar 15,0%

(yoy) dengan andil terhadap laju

PDRB sebesar 0,9%. Adapun sektor

ekonomi yang memberikan andil

yang paling tinggi adalah sektor

industri pengolahan yang

memberikan sumbangan terhadap

laju pertumbuhan ekonomi sebesar

1,1%.

Sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan pertumbuhan tahunan

yang paling tinggi yakni sebesar 15,0% (yoy). Ekspansifnya kinerja subsektor komunikasi

diproyeksikan memberi andil yang cukup besar dalam mendorong peningkatan kinerja

sektor pengangkutan dan komunikasi dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain, aktivitas

perekonomian yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya telah menjadi dorongan

terhadap peningkatan kinerja subsektor pengangkutan.

Page 27: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

9

ANOMALI CUACA MENURUNKAN PRODUKTIVITAS DAN KUANTITAS KOMODITAS UNGGULAN SUMSEL *)

Perkembangan usaha di Sumatera Selatan secara umum menunjukkan kondisi yang semakin membaik. Peningkatan kinerja ditunjukkan oleh meningkatnya penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum. Membaiknya kondisi ekonomi terutama didorong oleh meningkatnya harga komoditas primer seperti sawit dan karet yang berdampak positif pada peningkatan daya beli masyarakat serta permintaan terhadap barang dan jasa. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha sawit dan tebu yang berpendapat bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh faktor iklim yang menurunkan produksi dan kualitas.

Terdapat beberapa faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan kinerja perekonomian, yaitu (i) keterbatasan bahan baku crumb rubber karena penurunan produksi karet, (ii) tingginya curah hujan berdampak pada penurunan produksi maupun kualitas/produksi tebu, sawit, dan karet, (iii) kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang meningkatkan biaya produksi, (iv) meningkatnya persaingan usaha, (v) regulasi, antara lain terkait dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPn), biaya sertifikasi lahan perkebunan, tumpang tindih lahan, dan kurangnya dukungan pemerintah khususnya untuk sektor pertanian, serta (vi) keterbatasan anggaran untuk pemeliharaan sarana irigasi maupun pengembangan komoditas unggulan.

Permintaan domestik menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan daya beli masyarakat sebagai dampak langsung dari berlanjutnya tren membaiknya harga komoditas primer seperti karet dan sawit. Peningkatan kinerja dunia usaha terutama dirasakan pada sektor perdagangan, persewaan dan pengangkutan. Kinerja dunia usaha pada triwulan III-2010 secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang semakin membaik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor saat ini secara umum menunjukkan berlanjutnya tren positif dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditas crumb rubber. Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan terhadap crumb rubber dan membaiknya harga di pasar internasional.

Kapasitas utilisasi pelaku usaha secara umum mengalami perbaikan dibanding tahun lalu terutama untuk karet karena meningkatnya permintaan. Meskipun di sisi lain, faktor cuaca dan iklim yang cukup ekstrem berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi sawit dan gula. Hal yang masih menggembirakan di tengah masih terdapatnya kendala dan keterbatasan peningkatan usaha, beberapa pelaku usaha optimis untuk meningkatkan kapasitas utilisasinya. Pelaku usaha yang melakukan investasi pada tahun ini diantaranya melakukan pembukaan kantor cabang baru, pembelian armada kendaraan, pembangunan gudang open storage. Selain itu, investasi yang sifatnya rutin juga dilaksanakan seperti pemeliharaan mesin.

Suplemen 1

*) Diperoleh dari hasil Busi ness S urvey yang merupakan ke giatan pemantaua n kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha

Page 28: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

10

Margin usaha secara umum relatif tetap dibanding tahun sebelumnya. Kondisi sektor perdagangan menunjukkan fenomena meningkatnya biaya operasional yang diimbangi dengan peningkatan usaha dari sisi perbaikan harga. Hal yang cukup mengkhawatirkan terjadi pada sektor perkebunan sawit yang mengalami penurunan margin akibat rendahnya tingkat produksi. Namun demikian, pelemahan nilai tukar rupiah telah menahan penurunan margin, khususnya pelaku usaha yang berorientasi ekspor.

Penggunaan tenaga kerja secara umum relatif tetap jika dibandingkan dengan tahun lalu. Beberapa pelaku usaha menyatakan tidak akan menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja pada tahun 2010. Tenaga kerja baru yang akan direkrut hanya diperuntukkan untuk replacement pegawai yang pensiun atau mengundurkan diri. Akan tetapi, seiring dengan rencana realisasi investasi, terdapat beberapa pelaku usaha yang menambah jumlah tenaga kerja pada tahun ini.

Page 29: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

11

Grafik 1.3 Perkembang an Jumlah Pelanggan

dan Penju alan Air Bersih

Sumber : PT PDAM Tirta Musi

Grafik 1.2 Perkembang an Penyaluran Kredit Konstruksi

Sumber : Ba nk Indonesia

Kinerja sektor bangunan meningkat

sebesar 10,0% (yoy), tumbuh lebih cepat

dibanding kondisi triwulan sebelumnya yang

hanya mencapai 8,5% (yoy). Akselerasi usaha di

sektor ini terindikasi dari meningkatnya

penjualan, terutama untuk rumah tipe menengah

ke bawah pada beberapa pelaku usaha. Tingkat

permintaan yang masih tinggi dari masyarakat

dan ketersediaan lahan yang mencukupi diyakini

sebagai beberapa penyebabnya. Namun

demikian, ada beberapa faktor yang dirasakan menjadi kendala dalam peningkatan kinerja

sektor bangunan yang salah satunya adalah keengganan sebagian besar bank untuk

menyalurkan kredit bunga bersubsidi, padahal sebagian besar permintaan kredit rumah

berasal dari kalangan masyarakat yang mengharapkan adanya subsidi bunga.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan

tahunan yang relatif tinggi sebesar 7,4% (yoy). Cukup tingginya kinerja sektor keuangan

tidak terlepas dari perkembangan sektor perbankan yang cukup baik (pembahasan lebih

lanjut sektor ini dibahas pada Bab III Perkembangan Perbankan Daerah).

Sektor Listrik, Gas Kota, dan Air Bersih serta sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran (PHR) masing-masing tumbuh sebesar 7,1% (yoy). Jumlah pelanggan PDAM

meningkat sebesar 11,40% (yoy) dan penjualan

air bersih sebesar 11,20% (yoy) yang tergolong

relatif signifikan menjadi salah satu pendorong

utama meningkatnya kinerja sektor LGA.

Sementara itu, akselerasi sektor PHR dibanding

kondisi triwulan sebelumnya ditenggarai dipicu

oleh peningkatan kinerja sektor industri

pengolahan yang merupakan sektor unggulan

Sumsel dan berdampak langsung pada

peningkatan daya beli masyarakat sehingga

menyebabkan peningkatan kinerja sektor PHR.

Page 30: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

12

Grafik 1.4 Perkembang an Lifting Minyak Bumi

Provinsi Sumsel

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi da n Sum ber

Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 6,4% (yoy), sedikit

lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Relatif membaiknya kinerja tahunan sektor

industri pengolahan tidak terlepas dari meningkatnya harga komoditas unggulan di pasar

internasional dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal tersebut memberi

insentif kepada pelaku bisnis sektor industri pengolahan, walaupun dari sisi suplai (petani

perkebunan karet dan sawit) sedikit mengalami gangguan berupa penurunan produksi

yang menyebabkan sektor industri pengolahan tidak berkinerja dengan optimal.

Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 5,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,4% (yoy). Kondisi

tersebut diperkirakan erat kaitannya dengan penurunan kondisi perekonomian secara

umum, terutama yang terjadi pada sektor pertanian.

Sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya yakni sebesar 2,6% (yoy) yang disebabkan terutama karena menurunnya

kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) akibat kondisi cuaca yang lebih

ekstrem dan belum masuknya musim panen. Berdasarkan hasil survei di beberapa sentra

pertanian diindikasikan terjadinya penurunan produktivitas tabama yang salah satunya

disebabkan faktor cuaca disertai banyaknya serangan hama dan bencana alam seperti

banjir. Sementara itu, sektor perkebunan yang didominasi oleh kelapa sawit dan karet

memiliki beberapa permasalahan terkait rendahnya produktivitas tanaman karet yang

mayoritas merupakan kebun karet rakyat.

Sektor pertambangan dan

penggalian merupakan sektor ekonomi yang

mengalami pertumbuhan tahunan paling rendah

yakni sebesar 1,4% (yoy). Berdasarkan

pemantauan pada beberapa perusahaan yang

bergerak di sektor ini, cukup signifikannya

penguatan harga minyak bumi dan batu bara

relatif menghambat keterpurukan sektor ini

ditengah penurunan produksi.

Page 31: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

13

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral

PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Lapangan Usaha 2009 2010

III IV I II III

Pertanian 18.2 (18.9) 3.6 5.4 15.7

Pertambangan dan Pe nggalian

1.2 (0.7) (1.0) 2.0 1.2

Industri Pengola han 4.9 (2.1) (1.4) 4.6 5.4

LGA (4.7) 5.3 3.9 1.1 3.3

Banguna n 4.9 1.7 (2.9) 4.7 6.0

PHR 5.4 (2.0) 0.3 2.8 5.7

Pengangkutan & Komunikasi 4.3 4.7 1.0 3.2 5.8

Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan 2.4 0.3 3.6 1.3 2.5

Jasa-jasa 2.1 1.4 0.7 4.0 0.2

Total PDRB 6.3 (4.4) 0.3 3.6 6.0

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1.5 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tr iwulan an PDRB

Provinsi Sumsel ADHK 2000

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan, diolah

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan

Perekonomian Sumsel secara triwulanan mengalami peningkatan sebesar 6,0% (qtq).

Pertumbuhan triwulanan dimaksud

mengalami perbaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencatat

kinerja triwulanan sebesar 3,6%

(qtq). Selain pergeseran faktor

siklikal yakni pada triwulan III masih

terjadi panen tabama di beberapa

wilayah, meningkatnya harga

komoditas primer dan kondisi cuaca

yang kondusif telah mendorong

kinerja perekonomian terus

meningkat.

Kinerja perekonomian pada triwulan III 2010 ditandai dengan pertumbuhan di

seluruh sektor perekonomian. Kinerja sektor pertanian mengalami pertumbuhan paling

tinggi seiring semakin membaiknya harga komoditas primer dan cuaca yang kondusif bagi

subsektor perkebunan karet dan sawit.

Andil sektor pertanian terhadap laju

pertumbuhan triwulanan pun

diperkirakan relatif besar yakni sebesar

3,1%.

Sektor lainnya yang mengalami

laju pertumbuhan cukup tinggi antara

lain sektor bangunan yang tumbuh

sebesar 6,0 % (qtq). Adapun sektor

ekonomi yang mengalami

pertumbuhan triwulanan paling rendah

adalah jasa-jasa dengan laju

pertumbuhan triwulanan di bawah 1%

(qtq).

Page 32: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

14

Grafik 1.6 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB

Provinsi Sum atera Selatan Triwulan I II 2010

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1.8 Perkembang an Harga Tand an Buah Segar

di Sumatera Selatan

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi S umatera Selatan, diolah

Dari segi kontribusi, sektor

pertanian merupakan penyumbang PDRB

yang paling besar dengan pangsa sebesar

21,3%. Kontribusi sektor pertanian

mengalami peningkatan setelah pada

triwulan sebelumnya tercatat sebesar

19,5%. Adapun kontribusi sektor

pertambangan dan penggalian sebesar

21,2%, relatif menurun dibanding

triwulan sebelumnya yang mencapai 22%.

Kinerja sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 15,7% (qtq). Kondisi

tersebut lebih baik dibandingkan kinerja pada triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 5,4% (qtq). Rendahnya curah hujan dibandingkan triwulan

sebelumnya berdampak positif terhadap meningkatnya produktivitas subsektor tanaman

perkebunan (terutama karet) dan menjadi pendorong utama meningkatnya kinerja sektor

pertanian. Hal ini pun semakin didukung oleh terus membaiknya harga komoditas primer,

baik di pasar internasional maupun domestik.

Dari subsektor tabama, panen padi yang terjadi di beberapa sentra beras

menyebabkan produksi subsektor tabama mengalami peningkatan. Hal tersebut

Grafik 1.7 Perkembang an Curah Hujan

di Sumatera Selatan

Sumber: Stasiun Klimatologi Ke nten

Page 33: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

15

Grafik 1.9 Perkembang an Konsumsi Sem en

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, di olah

terkonfirmasi melalui data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel

yang menunjukkan terjadinya peningkatan luas panen padi sebesar 60,66% (qtq).

Kinerja sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% (qtq), kinerja

tersebut lebih tinggi d ibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 4,7% (qtq).

Sementara itu, walaupun berdasarkan

kegiatan survei bisnis d iperoleh informasi

bahwa permintaan properti untuk

perumahan tipe menengah ke bawah

masih meningkat, namun data Asosiasi

Semen Indonesia menunjukkan terjadi

penurunan penjualan semen yakni sebesar

4,49% (qtq) yang diperkirakan terjadi

sebagai akibat terhentinya beberapa

proyek pembangunan selama Idul Fitri.

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan triwulanan

sebesar 5,8% (qtq), lebih baik dibandingkan kinerja yang ditorehkan pada triwulan lalu

yang mencapai 3,2% (qtq). Permintaan konsumen yang tetap tinggi atas layanan

komunikasi seluler diyakini mampu menjaga kinerja subsektor komunikasi. Pada subsektor

Tabel 1.3 Realisasi Lu as Tan am (LT) dan Lu as Pan en (LP) Padi Provinsi Sum atera Selatan (dalam Ha)

Sumber : Dina s Tanaman Panga n dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan

Page 34: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

16

Grafik 1.13 Perkembang an Tingkat Penghunian Kam ar

dan Jumlah W isatawan

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan

Grafik 1.12 Perkembang an Pendaftaran Kendaraan B ermotor

Sumber: Dispenda Pr ovinsi Sumatera Selatan

pengangkutan, perayaan Idul Fitri yang diikuti masa cuti liburan telah mendorong

pertumbuhan subsektor ini. Data dari PT. Angkasa Pura II dan dari PT. Pelindo menunjukkan

tingkat aktivitas angkutan penumpang yang cukup tinggi dan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami

pertumbuhan sebesar 5,7% (qtq) sebagai dampak meningkatnya konsumsi masyarakat

terutama di subsektor perdagangan besar & eceran. Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh

data pendaftaran kendaraan baru dari Dispenda Provinsi Sumatera Selatan yang

menunjukkan pendaftaran mobil baru mengalami peningkatan sebesar 5,84% (qtq) dan

pendaftaran motor mengalami peningkatan sebesar 6,66% (qtq). Tidak berbeda dengan

subsektor perdagangan, kinerja subsektor perhotelan pun diperkirakan mengalami

peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya sewa kamar dan ruang pertemuan.

Grafik 1.11 Perkembang an Penumpang Angkutan L aut

Pelabuhan Boom Baru Provinsi Sumsel

Sumber : PT. Pelindo Boom Baru, diolah

Grafik 1.10 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara

Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah

Page 35: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

17

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan ini sebesar 5,4% (qtq)

mengalami perbaikan dibandingkan kinerja pada triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan triwulanan sebesar 4,6% (qtq). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha, walaupun harga di pasar internasional terus menguat terkait permintaan yang tetap

tinggi, curah hujan yang relatif tinggi mengakibatkan ketersediaan bahan baku terbatas.

Para pelaku industri pada subsektor industri pengolahan non migas (khususnya crumb

rubber) mengalami kesulitan dalam penyediaan bahan baku yang berkualitas.

Rata-rata harga karet di pasar internasional pada triwulan ini mencapai USD371,00

cent/kg atau mengalami peningkatan sebesar 0,2% dibandingkan rata-rata harga pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD370,28 cent/kg. Sementara itu rata-rata

harga CPO dunia tercatat sebesar USD838,57/metrik ton atau mengalami peningkatan

sebesar 7,31% dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan sebelumnya.

Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) mengalami pertumbuhan sebesar 3,3%

(qtq), relatif lebih baik dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 1,1% (qtq). Salah satu indikator pertumbuhan pada sektor ini

tercermin dari data penjualan Liquid Petroleum Gas (LPG) yang menunjukkan peningkatan

sebesar 8,84% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan pada level

4,72% (qtq). Walaupun tidak seperti sebelumnya, isu keamanan penggunaan tabung LPG

ukuran 3 kg seiring program konversi minyak tanah ke LPG tetap menjadi perhatian baik

dari konsumen maupun otoritas setempat. Di sisi lain, data konsumsi listrik dari PT PLN

Grafik 1.14 Perkembang an Harga Karet

di Pasar Intern asional

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.15 Perkembang an Harga CPO

di Pasar Intern asional

Sumber: Bloomberg

Page 36: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

18

Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (WS2JB) menunjukkan terjadinya

peningkatan konsumsi listrik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tercatat mengalami laju

pertumbuhan triwulanan relatif rendah yakni sebesar 2,5% (qtq). Namun demikian, kondisi

tersebut lebih baik dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan triwulanan sebesar 1,3% (qtq).

Relatif tingginya harga-harga komoditas unggulan di pasar internasional tidak

cukup membantu keterpurukan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan

ini. Kinerja sektor pertambangan dan penggalian tercatat hanya mengalami pertumbuhan

sebesar 1,2% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hasil monitoring pada beberapa

pelaku usaha menunjukkan bahwa stagnannya kapasitas produksi yang dialami pelaku

Grafik 1.16 Perkembang an Penjualan LPG

Sumber : PT. Pertamina UPMS II

Grafik 1.17 Perkembang an Konsumsi Listrik Total

dan Sektor Rumah Tangg a

Sumber : PT. PLN WS2J B

Grafik 1.18 Perkembang an Konsumsi Listrik Sektor Sosial

dan Pemerintah

Sumber : PT. PLN WS2JB

Grafik 1.19 Perkembang an Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Industri

Sumber : PT. PLN WS2JB

Page 37: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

19

usaha (bahkan beberapa pelaku usaha mengalami penurunan lifting minyak) serta tingginya

harga bahan baku merupakan penyebab kurang optimalnya produktivitas subsektor

pertambangan. Rata-rata harga batu bara di pasar internasional pada triwulan ini tercatat di

level USD67,95/metrik ton atau mengalami peningkatan sebesar 8,02% (qtq) dibandingkan

posisi triwulan sebelumnya, sedangkan rata-rata harga minyak bumi tercatat di level

USD76,01/barrel atau mengalami penurunan sebesar 2,72% (qtq) dibandingkan posisi

triwulan sebelumnya.

Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa sebagai penunjang perekonomian merupakan

yang terendah pada periode laporan yakni mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar

0,2% (qtq).

1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan

Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi triwulan III 2010 secara tahunan

didorong oleh net ekspor dengan andil sebesar 3,3%. Kegiatan ekspor mengalami

peningkatan sebesar 23,9% (yoy), mengalami akselerasi dibandingkan dengan kondisi pada

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,0% (yoy). Sementara itu, impor juga tercatat

meningkat dengan pertumbuhan tahunan sebesar 17,6% (yoy), mengalami akselerasi

dibandingkan dengan kinerja tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 14,3%

(yoy).

Grafik 1.20 Perkembang an Harga Batu Bara

di Pasar Intern asional

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.21 Perkembang an Harga Minyak Bumi

di Pasar Intern asional

Sumber: Bloomberg

Page 38: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

20

Grafik 1.22 Perkembang an Indeks Ketepatan Waktu Pembel ian

(Konsumsi) Barang Tahan L ama

Sumber : Survei Konsumen K BI Palembang

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Pro vinsi Sum atera Selatan

ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009 –2010 (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Konsumsi mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya menjadi 3,5% (yoy)

dari 4,3% (yoy). Seluruh komponen konsumsi relatif mengalami perbaikan kecuali pada

komponen konsumsi rumah tangga yang

mengalami perlambatan. Komponen

konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar

4,0% (yoy), melambat apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang mencapai 5,7% (yoy). Adapun konsumsi

pemerintah tercatat mengalami kontraksi

sebesar 1,3% (yoy).

Sisi investasi tercatat mengalami

pertumbuhan negatif yakni sebesar 0,7%

(yoy). Namun demikian, kondisi tersebut

mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya.

1.4. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Triwulanan

Komponen PDRB Penggunaan yang mengalami pertumbuhan triwulanan relatif tinggi

adalah ekspor dengan pertumbuhan sebesar 9,4% (qtq). Kondisi tersebut terkait erat

dengan permintaan terhadap komoditas unggulan yang tetap tinggi dari pasar

internasional.

Page 39: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

21

Grafik 1.24 Perkembang an Konsumsi BBM di Provinsi Sumsel

Sumber : Pertamina UPMS II Palembang

Grafik 1.23 Perkembang an Nilai Tu kar Rupiah Terhad ap US Dollar

Sumber : Website Ba nk Indonesia, diola h

Net Ekspor mengalami pertumbuhan relatif tinggi yakni sebesar 43,6% (qtq).

Namun demikian, kondisi tersebut mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan

sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 49,8% (qtq). Melambatnya net ekspor

dibandingkan triwulan sebelumnya lebih

banyak disebabkan nilai mata uang

Rupiah yang terus menguat terhadap US

Dollar. Penguatan nilai Rupiah dalam

kurun waktu satu tahun terakhir rata-rata

meningkat sebesar 2,71% setiap

triwulannya. Di sisi lain, menguatnya nilai

tukar rupiah belum mendorong

peningkatan nilai impor. Saat ini

pertumbuhan impor sebesar 3,0% (qtq)

dari 5,0% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

Konsumsi hanya mengalami

pertumbuhan sebesar 3,2% (qtq).

Namun demikian, kondisi tersebut lebih

baik dibandingkan kinerja triwulan

sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 2,1% (qtq).

Komponen konsumsi memberikan andil

sebesar 2,2%, di atas andil komponen

investasi yang sebesar 1,0%, namun

lebih rendah dibanding andil komponen

net ekspor yang mencapai 2,8%.

Page 40: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

22

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Pro vinsi Sum atera Selatan

ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2009 –2010 (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

1.5. Struktur Ekonomi

Berdasarkan strukturnya, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor

pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 39,2%.

Pangsa sektor primer tersebut meningkat dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya.

Peningkatan pangsa di sektor primer terutama didorong peningkatan pangsa sektor

pertanian dari sebesar 16,2% menjadi 18,2%.

Sektor sekunder relatif tidak

mengalami perubahan dibandingkan

triwulan sebelumnya, yakni sebesar

30,3%. Pangsa subsektor bangunan

mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yakni dari 6,3%

menjadi 6,4%. Sedangkan sub sektor

industri pengolahan mengalami

penurunan menjadi 23,4% dari 23,5 %.

Sementara subsektor LGA diperkirakan

tidak mengalami perubahan yakni tetap

sebesar 0,5%.

Pangsa sektor tersier sedikit menurun dari sebesar 31,0% pada triwulan

sebelumnya menjadi 30,5%. Hal tersebut terutama disebabkan terjadinya penurunan

pangsa pada subsektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta subsektor jasa-

jasa.

Grafik 1.25 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: BPS Pr ovinsi Sumatera Selatan, diolah

Page 41: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

23

Dari sisi penggunaan, walaupun secara struktural komponen konsumsi masih

memperlihatkan peran yang dominan pada PDRB Sumsel, namun pangsa komponen

tersebut mengalami penurunan menjadi 72,3% dibandingkan pangsa triwulan sebelumnya

yang mencapai 75,1%.

Menurunnya kontribusi komponen impor yang relatif besar dan peningkatan ekspor

sangat berpengaruh terhadap peningkatan kontribusi komponen eksternal menjadi 5,5%

dari pangsa triwulan sebelumnya yang sebesar 1,7%. Sebagai konsekuensinya, komponen

internal tercatat mengalami penurunan kontribusi dibandingkan kondisi triwulan

sebelumnya yakni menjadi sebesar 94,5%.

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Pro vinsi Sum atera Selatan (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diola h

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Pro vinsi Sum atera Selatan (%)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Page 42: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

24

Tabel 1.8 Perkembang an Nilai Ekspor Komoditas Utam a Provinsi Sumatera Selatan (USD)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter Ba nk Indonesia

1.6. Perkembangan Ekspor Impor

1.6.1. Perkembangan Ekspor

Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Juni - Agustus 2010) tercatat sebesar USD785,43

juta, meningkat sebesar 96,89% (yoy) dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama

tahun sebelumnya yang sebesar USD398,92 juta. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, nilai ekspor tercatat meningkat sebesar 5,39% (qtq) dari sebesar USD745,25

juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar masih didominasi oleh komoditas

karet dengan pangsa sebesar 79,95%.

Nilai ekspor Sumsel tahun 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010 (ytd) tercatat

sebesar USD1.796,43 juta atau meningkat sebesar 93,65% (yoy) dibandingkan dengan

posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD927,67 juta.

Tabel 1.9

Perkembang an Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter Ba nk Indonesia

Berdasarkan volume, ekspor pada periode Juni - Agustus 2010 tercatat sebesar

888,25 ribu ton, meningkat sebesar 30,90% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 678,56 ribu ton. Sementara dibandingkan triwulan

sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 56,76% (qtq) dari sebesar 566,63 ribu ton.

Page 43: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

25

Volume ekspor Sumsel tahun 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010 tercatat

sebesar 1.726,92 ribu ton atau meningkat sebesar 12,72% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.532,11 ribu ton.

Berdasarkan negara tujuan ekspor, ekspor ke Cina pada triwulan ini tercatat paling

tinggi dengan pangsa sebesar 21,99%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang hanya mencapai 18,13%. Sementara ekspor ke Amerika Serikat mengalami

penurunan pangsa dari sebesar 24,69% pada triwulan sebelumnya menjadi 20,70%.

Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter

Bank Indonesia

Grafik 1.27 Perkembang an Volum e Ekspor

Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter

Bank Indonesia

Grafik 1.28 Perkembang an Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Negara Tujuan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

Bank Indonesia

Grafik 1.29 Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berd asarkan

Negara Tujuan Jun 10-Agt 10

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Page 44: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

26

Tabel 1.11 Perkembang an Bulanan Nilai Impor Komoditas Pi lihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter Ba nk Indonesia

1.6.2. Perkembangan Impor

Nilai impor periode Juni - Agustus 2010 tercatat sebesar USD88,82 juta, meningkat sebesar

13,62% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

USD78,17 juta. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi penurunan nilai impor

sebesar 31,64% (qtq) dari sebesar USD129,92 juta. Penurunan nilai impor secara

triwulanan ini terkait dengan menurunnya impor mesin pembangkit yang banyak

digunakan dalam menunjang kegiatan sektor pertambangan dan industri pengolahan.

Nilai impor Sumsel tahun 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010 (ytd) tercatat

sebesar USD256,01 juta, meningkat sebesar 58,72% (yoy) dibandingkan dengan posisi

yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD161,29 juta.

Volume impor pada periode ini tercatat sebesar 103,98 ribu ton atau meningkat

sebesar 6,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 97,90 ribu ton. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor

tercatat mengalami penurunan sebesar 10,89% (qtq) dari sebesar 116,69 ribu ton.

Tabel 1.10 Perkembang an Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter Ba nk Indonesia

Page 45: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

27

Pangsa negara asal impor terbesar pada periode ini masih didominasi negara Cina

yakni sebesar 50,97%, kemudian disusul oleh negara Amerika Serikat dengan pangsa

sebesar 7,08%, dan negara Jerman dengan pangsa sebesar 5,05%. Sementara itu, pangsa

negara asal impor terbesar selama tahun 2010 hingga Agustus 2010 adalah negara Cina

dengan pangsa sebesar 53,83%.

Grafik 1.32 Perkembang an Impor Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Negara Asal

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan M oneter Bank Indonesia

Grafik 1.33 Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berd asarkan

Negara Asal Jun 10-Agt 10

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Grafik 1.30 Perkembang an Nilai Impor Provinsi Sum atera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Grafik 1.31 Perkembangan Volume Impor

Provinsi Sum atera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Page 46: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

28

KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT; PENGARUH MEMBAIKNYA KONDISI EKONOMI SECARA MAKRO?

I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Selama Triwulan III - 2010

Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang pada triwulan III - 2010 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 114,09, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat indeks rata-rata sebesar 113,50. Demikian pula dengan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) yang juga meningkat, yakni dari 105,96 menjadi 108,22 pada triwulan ini. Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sedikit menurun dari sebesar 121,04 menjadi 119,96. Apabila dibandingkan dengan indeks pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, seluruh indeks yang meliputi IKK, IKESI dan IEK mengalami penurunan.

Grafik 1. IKK, IKESI, IEK Periode 2009-2010

Suplemen 2

Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak Januari 1999. Di kota Palembang survei dilaksanakan sejak tahun 2001 terhadap 300 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis.

Page 47: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

29

Di tengah masih terjaganya optimisme konsumen selama triwulan III - 2010, beberapa hal yang menjadi perhatian utama bagi konsumen Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga barang dan jasa baik kondisi untuk saat ini maupun prediksi untuk periode 6 bulan mendatang (lihat grafik 2).

Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2009-2010

II. Keyakinan Konsumen

Secara umum IKK selama triwulan III 2010 mengalami tren peningkatan. Pada bulan Juli tercatat sebesar 109,33, dengan IKESI dan IEK masing-masing 102,00 dan 116,67. Pada bulan Agustus mengalami peningkatan menjadi sebesar 113,22 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 107,11 dan 119,33. Sementara itu IKK pada bulan September kembali meningkat menjadi sebesar 119,72 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 115,56 dan 123,89.

2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi

Mayoritas responden menilai bahwa kondisi ekonomi pada bulan Juli dan Agustus 2010 masih sama dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hal itu terkonfirmasi dari besarnya persentase responden yang berpendapat terhadap kondisi tersebut masing-masing mencapai 44,33% dan 45,67%. Pada bulan September 2010, mayoritas responden justru berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih baik dibandingkan 6 bulan sebelumnya walaupun dengan angka yang tidak terlalu signifikan yakni sebesar 37,00%.

2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Pada awal triwulan, sebanyak 46,67% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja lebih buruk dibandingkan kondisi 6 bulan yang lalu. Sementara itu pada bulan Agustus mengalami penurunan menjadi 37,67%. Membaiknya kondisi ketersediaan lapangan kerja terindikasi dari meningkatnya optimisme responden ke level indeks 86,00 pada bulan Agustus dari sebelumnya sebesar 78,00. Optimisme masyarakat terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja meningkat cukup signifikan di akhir triwulan yang diindikasikan dengan peningkatan indeks menjadi 105,00.

Page 48: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

30

2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebanyak 50,33% responden berpendapat bahwa penghasilan mereka relatif tetap pada bulan Juli 2010, yang kemudian naik ke level 58,67% pada bulan Agustus. Di akhir periode triwulan III 2010 jumlah responden yang berpendapat bahwa pendapatan mereka tetap mengalami penurunan menjadi 49,00%.

2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Lebih dari setengah jumlah responden berpendapat bahwa harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari persentase responden yang berada di atas 50,00% pada tiap periodenya. Pada bulan Juli tercatat sebesar 88,00%, kemudian menurun cukup tajam menjadi sebesar 77,33% pada bulan Agustus dan kembali turun ke level 50,33% pada bulan September 2010. III. Profil Responden

3.1 Profil Responden Bulan Juli 2010

Profil responden pada bulan Juli 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Profil R esponden Survei Konsumen Kota Palembang

Periode Bulan Jul i 2010

Profil Responden Pengeluaran per Bulan

Rp 1juta-Rp3 Juta Rp3-5 juta >Rp 5

juta Total

Jenis Kelamin

Laki-Laki Pendidikan

SMA 40 27 5 72 Akademi/D.III 8 4 3 15 Sarjana/S1 32 23 9 64 Pasca Sarjana 5 10 4 19

Subtotal 85 64 21 170

Perempuan Pendidikan

SMA 40 13 1 54 Akademi/D.III 22 4 3 29 Sarjana/S1 23 10 5 38 Pasca Sarjana 4 2 3 9 89 29 12 130

Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

SMA 80 40 6 126 Akademi/D.III 30 8 6 44 Sarjana/S1 55 33 14 102 Pasca Sarjana 9 12 7 28

Total Responden 174 93 33 300  

Page 49: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

31

3.2 Profil Responden Bulan Agustus 2010

Profil responden pada bulan Agustus 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Profil R esponden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Agustus 2010

3.3 Profil Responden Bulan September 2010

Profil responden pada bulan September 2010 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Profil R esponden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Sept ember 2010

Profil Responden Pengeluaran per Bulan

Rp 1juta-Rp3 Juta

Rp3-5 juta >Rp 5 juta Total

Jenis Kelamin

Laki-Laki Pendidikan

SMA 54 20 3 77 Akademi/D.III 15 7 3 25 Sarjana/S1 32 16 6 54 Pasca Sarjana 5 4 6 15

Subtotal 106 47 18 171

Perempuan Pendidikan

SMA 37 9 3 49 Akademi/D.III 13 7 1 21 Sarjana/S1 30 15 1 46 Pasca Sarjana 4 4 5 13 84 35 10 129

Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

SMA 91 29 6 126 Akademi/D.III 28 14 4 46 Sarjana/S1 62 31 7 100 Pasca Sarjana 9 8 11 28

Total Responden 190 82 28 300  

Profil Responden Pengeluaran per Bulan

Rp 1juta-Rp3 Juta

Rp3-5 juta >Rp 5 juta Total

Jenis Kelamin

Laki-Laki Pendidikan

SMA 53 20 0 73 Akademi/D.III 5 9 0 14 Sarjana/S1 47 25 11 83 Pasca Sarjana 3 2 2 7

Subtotal 108 56 13 177

Perempuan Pendidikan

SMA 27 15 4 46 Akademi/D.III 7 7 1 15 Sarjana/S1 36 19 4 59 Pasca Sarjana 0 2 1 3 70 43 10 123

Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

SMA 80 35 4 119 Akademi/D.III 12 16 1 29 Sarjana/S1 83 44 15 142 Pasca Sarjana 3 4 3 10

Total Responden 178 99 23 300  

Page 50: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

32

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 51: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG

• Core inflation mengalami peningkatan secara gradual namun robust dan harga volatile foods semakin bergejolak.

• Kenaikan inflasi banyak dipicu oleh kenaikan tarif listrik secara tidak langsung. • Meskipun masih dalam batas kisaran proyeksi inflasi triwulan III 2010, namun inflasi

mulai berada di atas median proyeksi.

2.1. Inflasi Tahunan

Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan III 2010 sebesar 4,57% (yoy), atau meningkat

dibandingkan dengan inflasi tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,62% (yoy).

Tekanan peningkatan inflasi semakin terasa jika dibanding angka inflasi triwulan yang sama

tahun lalu inflasi yang tercatat sebesar 1,30% (yoy). Kendati kenaikan inflasi tahun ini

masih dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia untuk triwulan III 2010 yang sebesar

3,96±1%, angka tersebut telah berada di atas median proyeksi.

Tekanan inflasi tahunan antara lain bersumber dari kenaikan biaya listrik yang

ditransmisikan melalui peningkatan harga jual berbagai jenis barang. Selain itu juga, efek

musiman telah mendorong permintaan barang, khususnya bahan makanan dan makanan

jadi pada bulan puasa dan Idul Fitri. Kenaikan biaya pendidikan khususnya tarif

akademi/perguruan tinggi juga memberikan kontribusi terhadap kenaikan inflasi.

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Kota Palembang

per Kelompok Pengelu aran Triwulan II I 2010

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan

Grafik 2.1 Perkembang an Inflasi Tahun an Palemb ang

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

BAB 2  

Page 52: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

34

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Intern asional

Harga beberapa komoditas di pasar internasional mengalami perubahan yang

bervariasi. Indikasi excess demand muncul melalui meningkatnya harga kedelai dan harga

terigu. Namun, harga beras di pasar internasional justru mengalami penurunan.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, harga beras di pasar internasional pada

triwulan III 2010 mengalami penurunan dari USD 425,37/metrik ton menjadi USD

402,76/metrik ton, atau turun sebesar 5,32% (qtq), demikian pula harga beras secara

tahunan menurun dari minus 13,24% menjadi minus 19,25% (yoy). Sementara itu harga

terigu dan harga kedelai mengalami peningkatan dari USD 3,78/bushel menjadi USD

5,31/bushel dan dari USD 9,38/bushel menjadi USD 10,18/bushel, atau masing-masing naik

sebesar 40,49% (qtq) dan 8,48% (qtq). Secara tahunan pertumbuhan harga terigu dan

Perkembang an Harga Terigu

Sumber : Bloomberg, diola h

Perkembang an Harga Beras

Sumber : Bl oomberg, diola h

Perkembang an Harga Em as

Sumber : Bl oomberg, diola h

Perkembangan Harga Ked elai

Sumber : Bloomberg, diola h

Page 53: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

35

kedelai masing-masing sebesar 20,29% dan minus 2,81% (yoy). Adapun harga emas

mengalami peningkatan sebesar 2,80% (qtq) dari USD 1.194,32/oz menjadi USD

1.227,73/oz. Peningkatan harga emas telah mengalami perlambatan menjadi 27,77% (yoy)

dari yang sebelumnya 29,50% (yoy).

Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mengalami inflasi

tahunan tertinggi yaitu sebesar 9,77%, diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok

perumahan yaitu masing-masing sebesar 7,28% dan 3,32%. Sebaliknya, inflasi terendah

terjadi pada kelompok kesehatan dan kelompok makanan jadi masing-masing sebesar

0,94% dan 1,29%.

Bila dibandingkan dengan triwulan II,

inflasi tahunan sebagian besar kelompok

barang dan jasa cukup bervariasi.

Kelompok pendidikan dan kelompok

perumahan mengalami peningkatan inflasi

yang cukup besar dari yang semula sebesar

-1,73% dan 1,79% menjadi 2,68% dan

3,32%. Kelompok bahan makanan dan

kelompok sandang mengalami perubahan

kenaikan harga tahunan yang cenderung

minimal dibandingkan triwulan

sebelumnya, sebaliknya terjadi penurunan

pada harga kelompok makanan jadi.

Kelompok bahan makanan berkontribusi sebesar 51% pada inflasi tahunan

September 2010. Kelompok perumahan dan kelompok sandang berkontribusi masing-

masing sebesar 19% dan 14%. Subkelompok padi-padian merupakan subkelompok yang

berkontribusi tertinggi pada inflasi tahunan, mencapai 22%. Hal ini menunjukkan bahwa

inflasi tahunan sebagian besar masih dipengaruhi kenaikan harga beras. Subkelompok

bumbu-bumbuan dan subkelompok daging dan hasilnya berkontribusi terhadap inflasi

tahunan masing-masing sebesar 9% dan 8%.

Grafik 2.4 Perkembang an Inflasi Tahun an per Kelompo k Barang dan

Jasa di Palembang

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan

Page 54: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

36

Sejak awal tahun hingga September 2010, peningkatan inflasi yang terjadi lebih

disebabkan oleh adanya inflasi pada volatile foods. Core inflation tercatat stabil sejak

pertengahan 2009 dan sampai bulan Juni 2010 masih bertahan pada tingkat yang rendah,

namun pada triwulan ketiga ini mengalami peningkatan secara gradual. Inflasi administered

prices juga tercatat minimal namun mulai mengalami peningkatan pada bulan Agustus dan

September.

Grafik 2.7 Perbanding an Inflasi Tahun an

Palembang dan N asional

Sumber: BPS

Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Tahunan: Core, Volatile Foods,

Administered Pr ices

Grafik 2.5 Kontribusi Inflasi Tahunan

Sumber: BPS, diolah

Page 55: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

37

Walaupun mempunyai pergerakan yang cenderung searah dengan inflasi nasional,

inflasi kota Palembang relatif cukup terkendali sejak pertengahan tahun 2009 sampai

dengan triwulan III 2010, dimana inflasi tahunan Palembang setiap bulannya selalu berada

di bawah inflasi nasional. Inflasi Palembang sebesar 4,57% (yoy) sedangkan inflasi nasional

sebesar 5,80% (yoy) pada triwulan III 2010, atau mempunyai selisih sebesar 1,23%.

Page 56: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

38

RESUME HASIL QUICK SURVEY KENAIKAN TDL: DAMPAK KENAIKAN TDL

TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI SUMBAGSEL

Analisis ini d idasarkan atas hasil quick survey “Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) terhadap Sektor Industri Pengolahan”. Responden di wilayah kerja KKBI Palembang terdiri dari 130 responden. 100 responden berada di wilayah KBI Palembang, 20 responden berada di wilayah KBI Lampung, dan 10 responden berada di wilayah kerja KBI Bengkulu.

Mayoritas responden (81%) merasakan dampak kenaikan TDL pada kegiatan operasional perusahaan. Di Palembang, 84% responden merasakan dampak kenaikan TDL, sedangkan di Lampung dan Bengkulu dampak kenaikan TDL dirasakan oleh masing-masing 70% responden.

Respon kenaikan TDL tersebut dapat berupa menaikkan harga jual maupun menurunkan margin perusahaan. Responden yang berencana untuk menaikkan harga jual adalah sebesar 33%, sedangkan responden yang berencana untuk menurunkan margin lebih banyak, yaitu 49%.

Suplemen 3

Tabel 1. Kenaikan H arga Ju al

Prov insi % kenaikan*

Palembang 7.10 Bengkulu 11.83

Lampung 7.50

Sumbagsel 7.54 *rata-rata terti mbang

Grafik 2. Respon Kenaikan TDL

Tabel 2. Penurunan Margin Keuntungan

Prov insi % penurunan*

Palembang 5.22 Bengkulu 4.00

Lampung 10.17

Sumbagsel 6.03 *rata-rata terti mbang

Grafik 1. Dampak Kenaikan TDL

Page 57: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

39

Kenaikan harga jual yang direncanakan oleh pelaku usaha industri pengolahan di Sumbagsel terkait kenaikan TDL adalah sebesar 7,54%. Kenaikan harga tertinggi yang dilakukan oleh pelaku usaha industri pengolahan terjadi di Bengkulu (11,83%), yang kemudian diikuti oleh Lampung (7,10%), dan Palembang (7,50%).

Penurunan margin yang harus dilakukan karena adanya kenaikan TDL menurut pelaku usaha industri pengolahan di Sumbagsel adalah sekitar 6,03%. Penurunan margin tertinggi terjadi di Lampung (10,17%), yang kemudian diikuti oleh Palembang (5,22%), dan Bengkulu (4,00%).

Sebagian besar responden di Sumbagsel berencana menaikkan harga jual pada awal tahun 2011 yang pada umumnya disebabkan oleh adanya ikatan kontrak sampai dengan akhir tahun 2010. Namun demikian, responden juga banyak yang berencana untuk meningkatkan harga jual pada bulan September–Oktober 2010 serta bulan Desember 2010. Di Bengkulu, mayoritas responden berencana meningkatkan harga jual pada Oktober 2010.

Grafik 3. Waktu Menaikkan Harg a Jual

Page 58: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

40

2.2. Inflasi Bulanan

Kota Palembang pada bulan September

2010 tercatat mengalami inflasi sebesar

1,01% (mtm), meningkat dibandingkan

bulan Juni 2010 dimana terjadi inflasi

sebesar 0,95%. Hal in i d isebabkan oleh

kenaikan harga volatile foods yang cukup

tajam pada saat hari raya Idul Fitri

bersamaan dengan respon pelaku ekonomi

atas kenaikan biaya listrik yang terjadi pada

Agustus 2010. Permintaan beberapa

komoditas bahan makanan yang inelastis

memberikan tekanan sehingga peningkatan

inflasi kembali terjadi walaupun sempat

rendah pada bulan Agustus 2010.

Inflasi bulanan yang tertinggi pada bulan September 2010 terjadi pada kelompok

bahan makanan dan kelompok perumahan masing-masing sebesar 2,29% dan 0,84%.

Kenaikan harga kelompok bahan makanan disumbang antara lain oleh kenaikan harga

daging ayam ras dan beras. Harga-harga di kelompok tersebut secara umum mengalami

peningkatan didorong oleh gangguan distribusi dan spekulasi excess demand pangan

berkenaan dengan musim kemarau basah serta lonjakan permintaan pada Idul Fitri.

Kelompok perumahan mengalami kenaikan harga yang disebabkan antara lain oleh

meningkatnya tarif listrik. Kelompok sandang mengalami inflasi yang moderat seiring

kenaikan harga emas di pasar internasional, kelompok makanan jadi juga menunjukkan

tendensi peningkatan yang moderat sejak bulan Juli. Kelompok kesehatan mengalami

peningkatan sekitar 0,5% pada bulan Juli, kelompok pendidikan mengalami peningkatan

harga hampir 2% pada bulan Agustus. Sementara itu, kelompok transportasi juga

mengalami peningkatan harga pada bulan Juli dan September bersamaan dengan

meningkatnya permintaan angkutan antar kota pada saat Idul Fitri.

Grafik 2.8 Perkembang an Inflasi Bulanan Palembang

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan

Page 59: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

41

Bahan makanan tercatat mempunyai kontribusi yang sangat besar pada inflasi

bulanan September 2010 yaitu sebesar 71%. Kemudian, kontribusi yang juga tinggi juga

dicatat oleh kelompok perumahan dan kelompok transportasi, yaitu masing-masing sebesar

14% dan 9%. Di antara kelompok bahan makanan, subkelompok daging dan hasilnya

merupakan subkelompok yang berkontribusi terbesar terhadap inflasi bulanan, yaitu

sebesar 23%, yang diikuti o leh subkelompok ikan segar dan subkelompok bumbu-

bumbuan, yaitu masing-masing sebesar 15% dan 12%.

Grafik 2.9 Perkembang an Inflasi Bulanan Palembang

per Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan

Page 60: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

42

Grafik 2.10 Kontribusi Inflasi Bulanan

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan

Page 61: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

43

MEMANTAU INFLASI SECARA MINGGUAN MELALUI SURVEI PEMANTAUAN HARGA

Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara mingguan mencakup sekitar 35% bobot komoditas yang diperhitungkan dalam inflasi BPS berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. SPH diinterpretasikan lebih lanjut untuk menganalisa perubahan harga di dalam perekonomian secara lebih dini. Saat ini, KBI Palembang memperbarui perhitungan inflasi berdasarkan SPH dengan mempertimbangkan bobot masing-masing kelompok barang dan jasa menurut SBH 2007 yang dikeluarkan BPS, serta menyertakan sebagian besar komoditi yang disurvei.

Pada inflasi secara umum, korelasi antara inflasi BPS dengan inflasi SPH dengan metode rata-rata adalah sebesar 0,41. Korelasi tertinggi diperoleh melalui metode minggu 3 yaitu mencapai 0,50. Selain itu, metode ini juga menghasilkan korelasi yang cukup baik pada inflasi volatile foods dan core, yaitu masing-masing sebesar 0,77 dan 0,42. Meskipun demikian, SPH belum cukup baik dalam menjelaskan perubahan harga pada administered prices. Berdasarkan hal tersebut, perkiraan inflasi melalui SPH dilakukan dengan menggunakan metode minggu 3.

Perkembangan harga yang dipantau dari SPH secara umum cukup baik dalam menjelaskan perkembangan inflasi bulanan BPS, walaupun pergerakan inflasi SPH secara relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi BPS sehingga melalui SPH dapat diperoleh informasi d ini dalam mendeteksi arah pergerakan inflasi. Melalui regresi sederhana dengan mengasumsikan adanya hubungan linier, diperoleh indikasi bahwa pergerakan 1% inflasi SPH secara signifikan akan berkesesuaian dengan pergerakan inflasi BPS sebesar 0,18%. Model regresi tersebut sudah terbebas dari masalah autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas serta mampu menjelaskan 24,9% variasi pada sampel

Suplemen 4

Grafik 1. Inflasi SPH dan BPS

Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan, SPH KBI Palemba ng

Tabel 2. Regresi Inflasi SPH

terhadap Inflasi BPS

**signifikan pada nilai kritis 5%

Tabel 1. Korelasi Inflasi SPH dan Inflasi BPS Bulanan menurut Metode

Page 62: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

44

Melalui disagregasi inflasi bulanan, dapat diketahui bahwa inflasi pada triwulan III

2010 lebih banyak dipengaruhi oleh komponen core inflation. core inflation bulanan mulai

menunjukkan tendensi peningkatan yang gradual setelah sebelumnya bergerak di kisaran

sangat rendah. Komponen volatile foods mengalami perubahan harga yang semakin

bergejolak dibandingkan tren pada dua tahun terakhir, mengalami inflasi hampir 3% (mtm)

pada bulan September 2010. Di sisi lain, inflasi administered prices mulai mengalami

peningkatan pada bulan Agustus, yang antara lain dipengaruhi oleh kenaikan harga listrik.

Bulan puasa dan Idul Fitri tahun ini relatif memberikan tekanan inflasi yang lebih

rendah dibandingkan pada tahun sebelumnya, yang terlihat dari inflasi bulanan September

2010 yang lebih rendah dibandingkan inflasi bulanan pada September 2009. Inflasi bulanan

pada bulan September 2010 justru terlihat melambat dibandingkan bulan Agustus 2010,

dimana terjadi kenaikan tarif listrik dan biaya pendidikan.

Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi Bulanan: Core, Volatile Foods, Administered Prices

Page 63: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

45

Grafik 2.12 Event Analysis Inflasi Kota Palemb ang

Septemb er 2009 – September 2010

Sumber: Diolah dari BPS Pr ovinsi Sumatera Selatan

Grafik 2.13

Perbanding an Inflasi Bulanan d an Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD

Sumber: BPS dan Survei Konsume n BI

Grafik 2.14 Perbanding an Inflasi Bulanan

Palembang dan N asional

Sumber: Ba dan P usat Statistik

Secara umum inflasi kota Palembang memiliki pola pergerakan yang searah dengan

inflasi nasional, meskipun relatif lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional. Sejak

akhir tahun 2009, Kota Palembang mengalami inflasi yang secara umum lebih rendah

Page 64: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

46

dibandingkan nasional. Pada bulan September 2010, inflasi Palembang meningkat menjadi

lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan setiap bulan oleh Bank

Indonesia Palembang dengan responden yang berdomisili di Palembang, terdapat

pergerakan yang searah antara laju inflasi bulanan atau laju inflasi bulanan pada bulan

sebelumnya dengan jumlah konsumen yang memprediksikan kenaikan harga pada 3 bulan

yang akan datang (ekspektasi harga t) dengan laju inflasi bulanan.

Page 65: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

47

HARGA-HARGA VOLATILE FOODS SEMAKIN BERGEJOLAK Dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara mingguan pada dua pasar modern dan dua pasar tradisional di Palembang, secara umum terjadi tendensi peningkatan harga barang/komoditas sebesar 2,89% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya.

.

Grafik 1. Perg erakan Harga Bulan an Berd asarkan SPH

Sumber : SPH K BI Palembang

Suplemen 5

Grafik 2. Perg erakan Harga Mingguan Berd asarkan SPH

Sumber : SPH K BI Palembang

Page 66: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

48

Sesuai dengan disagregasi inflasi seperti yang dijelaskan sebelumnya, perubahan harga komoditas-komoditas yang termasuk pada volatile foods pada triwulan III 2010 ini semakin bergejolak. Harga volatile foods meningkat tajam di sekitar 3% dalam satu minggu pada minggu pertama Juni dan menurun drastis sekitar 2% pada minggu keempat Juni. Hanya dalam tempo dua minggu sesudahnya harga volatile foods meningkat kembali sekitar 3% dan menurun kembali 1,5-2,5% pada akhir Agustus. Kemudian harga volatile foods meningkat kembali sebesar 3,8% pada hari raya Idul Fitri, yaitu pada minggu kedua September, namun kemudian mengalami penyesuaian moderat sebesar 0,5-1% pada akhir September. Di sisi lain, core Inflation mengalami tendensi kenaikan yang konsisten dilihat dari nilainya yang selalu positif sejak minggu kedua Agustus.

Grafik 3. Perg erakan Harg a Beras

Sumber : SPH K BI Palembang

Grafik 4. Perg erakan Harg a Minyak Goreng

Sumber : SPH K BI Palembang

Grafik 5. Perg erakan Harg a Daging Ayam

Sumber : SPH K BI Palembang

Grafik 6. Perg erakan Harg a Cab e Merah

Sumber : SPH K BI Palembang

Page 67: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

49

Pola pergerakan harga antara beberapa komoditas cukup bervariasi. Untuk komponen volatile foods, harga beras mengalami tendensi peningkatan sebesar 6,8% (qtq). Daging ayam mengalami peningkatan harga sebesar 11,6% (qtq). Di sisi lain, cabe merah dan minyak goreng mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 19,0% dan 0,8%. Berbeda dengan volatile foods, harga beberapa komoditas yang termasuk komponen core inflation mengalami peningkatan. Harga nasi dan mie mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,7% dan 2,3% (qtq). Selain itu, harga emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 0,6% (qtq).

Grafik 7. Perg erakan Harg a Nasi

Sumber : SPH K BI Palembang

Grafik 8. Pergerakan Harg a Mie

Sumber : SPH K BI Palembang

Grafik 9. Perg erakan Harg a Emas Perhiasan

Sumber : SPH K BI Palembang

Page 68: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

50

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 69: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

  

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

• Baiknya prospek perekonomian domestik mendorong kinerja perbankan menjadi lebih ekspansif.

• Dibandingkan periode sebelumnya, wilayah selain Palembang cenderung lebih ekspansif dalam menyalurkan kredit, sehingga dapat mendukung konvergensi perekonomian antar wilayah

3.1. Kondisi Umum

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi

Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan III

2010 (Agustus 2010) dari beberapa indikator

seperti total aset, penghimpunan dana dan

penyaluran kredit/pembiayaan mengalami

peningkatan seiring dengan baiknya prospek

ekonomi domestik.

Secara triwulanan (qtq) total aset

meningkat sebesar 3,01% menjadi Rp46,40

triliun dan secara tahunan total aset perbankan

Sumsel meningkat dibandingkan triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya (yoy) sebesar

26,46%.

Penghimpunan DPK triwulan ini mengalami peningkatan sebesar 27,69% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya dari Rp29,10 triliun menjadi Rp37,15 triliun, dan secara

triwulanan tercatat meningkat sebesar 2,69% (qtq). Sementara itu, penyaluran kredit/

pembiayaan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 25,34% (yoy) dari Rp25,33

triliun menjadi Rp31,75 triliun.

Penyaluran kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat

mengalami peningkatan sebesar 29,48% dari Rp17,01 triliun menjadi sebesar Rp21,58

triliun. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM mengalami peningkatan

sebesar 8,88%.

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perban kan Provinsi Sumatera Selatan

*Posisi Agustus 2010

BAB 3  

Page 70: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

52      

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan  

*Posisi Agustus 2010

 

Peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan yang lebih tinggi dari peningkatan DPK

secara triwulanan telah menyebabkan peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari

83,12% pada triwulan II 2010 menjadi 85,45% pada triwulan III 2010.

3.2. Kelembagaan

Jumlah bank yang beroperasi di Provinsi Sumsel

sampai dengan triwulan III 2010 berjumlah 54

bank. Jumlah kantor bank sebanyak 512 kantor

yang terdiri dari 4 Kantor wilayah Bank Umum

Konvensional, 1 Kantor Pusat Bank Pemerintah

Daerah, 18 Kantor Pusat BPR/S, 62 Kantor

Cabang Bank Umum Konvensional, 10

Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 4

Kantor Cabang BPR/S, 302 Kantor Cabang

Pembantu Bank Umum Konvensional, 40

Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Syariah,

serta 64 Kantor Kas Bank Umum, 3 Kantor Kas Bank Syariah dan 4 Kantor Kas BPR.

Sementara itu jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 525 unit.

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

3.3.1 Penghimpunan DPK

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), DPK

mengalami peningkatan sebesar 27,69%. Seluruh komponen DPK mengalami kenaikan

secara tahunan. Giro tercatat meningkat dari Rp5,46 triliun menjadi sebesar Rp6,69 triliun

atau sebesar 22,43%. Tabungan mengalami peningkatan sebesar 25,85% menjadi

Rp15,07 triliun. Simpanan berjangka/deposito meningkat dari Rp11,65 triliun menjadi

Rp15,39 triliun atau meningkat sebesar 32,04%.

Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami peningkatan sebesar

2,69% yang dikontribusikan oleh peningkatan simpanan deposito dan tabungan masing-

masing sebesar 7,55% dan 2,87%. Namun di sisi lain, simpanan giro mengalami

penurunan sebesar 7,30% (qtq).

Page 71: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

53  

 

Berdasarkan pangsa masing-masing komponen simpanan terhadap total DPK yang

dihimpun, deposito berjangka tercatat memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 41,42%, atau

sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 39,55%. Sementara itu

tabungan dan giro masing-masing memiliki pangsa sebesar 40,57% dan 18,00%.

 3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota

Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang masih

mengelompokkan daerah berdasarkan 11 kabupaten/kota. Berdasarkan laju pertumbuhan

secara tahunan (yoy), penghimpunan DPK Lematang Ilir Ogan Tengah tercatat mengalami

pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 67,83% atau dengan pangsa pertumbuhan

tahunan sebesar 7,70%. Kota Palembang dan Ogan Komering Ulu juga mencatat

kontribusi terhadap pertumbuhan tahunan yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar

17,85% dan 7,23%. Pada periode ini, Ogan Komering Ilir merupakan wilayah yang

membatasi pertumbuhan kredit secara tahunan, yaitu dengan andil pertumbuhan tahunan

sebesar minus 0,28%.

Grafik 3.3 Pertumbuhan D PK Perban kan di Provinsi Sumatera Selatan

*Posisi Agustus 2010

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tr iwulan III 2010

di Provinsi Sumatera Selatan

*Posisi Agustus 2010

Page 72: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

54      

Tabel 3.1

Pertumbuhan DPK Perban kan p er Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)

Kabupaten/Kota 2009 2010

III IV I II III* Prabumulih 1,049,379 1,069,924 994,060 1,204,056 1,242,549

Pagar Alam 344,141 308,350 244,480 327,537 340,667

Lubuklinggau 1,277,817 1,196,570 1,266,307 1,467,709 1,394,871

Baturaja 700,139 789,252 42,448 44,761 44,610

Palembang 20,133,157 22,469,744 21,479,957 23,946,104 25,390,620

Ogan Komering Ulu 531,868 472,256 1,329,957 1,519,619 1,490,788

Ogan Komering Ilir 746,386 746,578 841,085 694,373 620,866

Musi Banyuasin 984,333 1,041,640 1,265,999 1,795,090 1,524,471

Musi Rawas 39,497 45,194 104,645 44,027 53,998

Lematang Ilir Ogan Tengah 2,513,605 4,524,899 4,482,735 4,263,236 4,218,599

Lahat 775,003 722,501 764,056 870,552 829,650

*Posisi Agustus 2010

Wilayah Musi Rawas tercatat sebagai wilayah dengan peningkatan penghimpunan

DPK terbesar secara triwulanan yakni naik sebesar 22,65%. Sementara itu, beberapa

kota/kabupaten lain yakni Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir mencatat penurunan

DPK dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK Kabupaten Musi Banyuasin juga tercatat

mengalami penurunan paling drastis yaitu sebesar 15,08%. Kontribusi Palembang terhadap

pertumbuhan penyaluran kredit merupakan yang tertinggi yakni sebesar 4,12%. Wilayah

yang juga berkontribusi sebagai penopang pertumbuhan triwulanan antara lain adalah

Prabumulih dan Pagar Alam, dengan andil masing-masing sebesar 0,11% dan 0,04%.

Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang masih merupakan wilayah dengan pangsa

terbesar yakni sebesar 68,34% dari total DPK Sumatera Selatan, sementara daerah yang

mempunyai pangsa terendah adalah Kabupaten Baturaja sebesar 0,12%.

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral

Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 25,34%

dari tahun sebelumnya (yoy) yaitu dari Rp25,33 triliun menjadi Rp31,75 triliun. Laju

pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit sektor jasa sosial dan kredit sektor lain-lain

masing-masing sebesar 138,08% dan 44,80%.

Page 73: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

55  

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral

Provinsi Sumatera Selatan (Rp Juta)

Sektor 2009 2010

III IV I II III* Pertanian 4,205,007 4,935,680 4,263,349 4,270,243 4,801,640

Pertambangan 435,143 609,393 615,637 518,460 593,694

Perindustrian 2,660,552 3,156,263 2,610,876 3,018,585 3,264,175

Perdagangan 5,510,281 5,828,923 4,936,273 5,325,800 6,325,730

Jasa-jasa 3,533,555 3,485,232 3,518,964 3,712,200 3,752,123

Listrik, Gas dan Air 178,887 242,201 250,016 284,317 286,056

Konstruksi 1,656,373 1,550,167 1,485,497 1,601,727 1,657,412

Pengangkutan 242,737 244,498 330,557 363,728 368,274

Jasa Dunia Usaha 1,278,693 1,262,746 1,255,387 1,041,484 1,019,302

Jasa Sosial M k

176,865 185,620 197,507 420,944 421,079

Lain-lain 8,984,438 9,896,154 12,060,873 13,224,773 13,009,828

*Posisi Agustus 2010

Sektor yang berkontribusi terbesar sebagai penopang pertumbuhan kredit tahunan

adalah sektor perdagangan dan sektor perindustrian masing-masing sebesar 2,95% dan

2,33%. Sektor perdagangan juga memegang peranan terbesar pada pertumbuhan

triwulanan dengan andil pertumbuhan sebesar 3,74%. Pertumbuhan kredit secara tahunan

sedikit terhambat oleh pertumbuhan kredit di sektor jasa dunia usaha dengan andil sebesar

minus 0,65%.

Selain sektor lain-lain, sektor perdagangan memiliki pangsa terbesar dalam

penyaluran kredit yaitu sebesar 19,93%. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh sektor

pertanian dan sektor perindustrian yaitu masing-masing sebesar 15,12% dan 10,28%.

Selain itu, penyaluran kredit di sektor jasa konstruksi dan sektor jasa dunia usaha juga

mempunyai pangsa yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 5,22% dan 3,21%.

Page 74: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

56      

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan

Penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami perubahan yang bervariasi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit modal kerja

mencatat peningkatan paling tinggi yakni dari Rp10,59 triliun menjadi Rp.14,34 triliun atau

35,43%. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 34,91%. Di sisi lain, kredit

investasi menurun 8,08%. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk

modal kerja tercatat mengalami peningkatan yang juga tertinggi yaitu sebesar 11,15%.

Penyaluran kredit konsumsi mengalami peningkatan sebesar 2,69%, sedangkan kredit

investasi tercatat menurun sebesar 1,47%.

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral

Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I II 2010

 *Posisi Agustus 2010

Page 75: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

57  

Dari per komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih didominasi

oleh kredit modal kerja yakni sebesar 45,16%, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni

sebesar 38,14%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 16,70%. Jika diperhatikan

pula data triwulan sebelumnya, telah terjadi sedikit peningkatan pada proporsi kredit modal

kerja dari sebelumnya sebesar 42,89%.

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten

Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Palembang, Lematang Ilir Ogan Tengah, dan

Ogan Komering Ulu tercatat sebagai wilayah yang paling dominan dalam penyaluran

kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan masing-masing

sebesar 22,88%, 4,20% dan 3,40%.

Begitupun halnya dengan pertumbuhan secara triwulanan (qtq), wilayah Palembang

dan Musi Banyuasin tercatat sebagai wilayah dengan kontribusi tertinggi terhadap

pertumbuhan kredit/pembiayaan yakni masing-masing sebesar 3,81% dan 1,01%.

Sementara itu, kontribusi pertumbuhan yang negatif disumbang oleh wilayah Ogan

Komering Ilir dengan andil sebesar minus 0,14%.

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan

Provinsi Sum atera Selatan

*Posisi Agustus 2010

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit /Pembiayaan

Menurut Penggunaan Provinsi Sumsel Triwulan III 2010

 *Posisi Agustus 2010

Page 76: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

58      

Tabel 3.3 Perkembang an Penyaluran Kredit/Pemb iayaan Perb ankan per W ilayah

di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) Wilayah 2009 2010

III IV I II III*

Prabumulih 919,247 1,034,049 926,720 1,065,823 1,129,014

Pagar Alam 315,990 309,706 264,518 269,491 287,771

Lubuklinggau 841,744 840,973 921,416 1,130,749 1,139,823

Baturaja 1,076,839 1,099,851 95,339 91,588 95,105

Palembang 12,778,531 14,835,993 16,204,837 16,815,392 17,949,328

Ogan Komering Ulu 1,429,590 1,743,072 1,844,438 2,087,848 2,148,417

Ogan Komering Ilir 2,157,162 2,209,802 2,259,199 2,485,484 2,440,583

Musi Banyuasin 2,286,765 2,727,439 2,342,973 2,745,756 3,035,393

Musi Rawas 594,602 693,235 869,712 766,770 828,609

Lematang Ilir Ogan Tengah 1,092,360 1,674,845 1,552,376 1,803,014 1,870,689

Lahat 686,291 737,015 718,920 802,817 817,397

Lainnya 2,998 5,665 5,524 5,329 5,061

*Posisi Agustus 2010

Grafik 3.8

Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Pro vinsi Sum atera Selatan Triwulan III 2010 Berdasarkan Wilayah

*Posisi Agustus 2010

Menurut lokasi penyaluran, Palembang tercatat sebagai kota dengan pangsa

penyaluran kredit terbesar yakni sebesar 56,54%. Kemudian disusul oleh Musi Banyuasin

dan Ogan Komering Ilir yaitu masing-masing mempunyai pangsa sebesar 9,56% dan

7,69%.

Page 77: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

59  

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Mikro Kecil Menengah (MKM)

Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) pada triwulan ini secara tahunan

tercatat mengalami peningkatan dari posisi yang sama tahun sebelumnya, yakni meningkat

sebesar 29,48% (yoy) dari Rp17,01 triliun menjadi sebesar Rp21,58 triliun. Berdasarkan

penggunaan, pertumbuhan tertinggi adalah kredit konsumsi yaitu sebesar 38,12%, diikuti

oleh kredit investasi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar 30,80% dan 17,28%.

Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM mengalami peningkatan

sebesar 8,88% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh

kenaikan penyaluran kredit konsumsi, kredit modal kerja, dan kredit investasi masing-

masing sebesar 10,86%, 7,15% dan 4,25%.

Berdasarkan pangsa penggunaan, kredit yang diberikan pada triwulan III 2010

banyak digunakan untuk konsumsi dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar

Rp11,88 triliun atau dengan pangsa sebesar 55,05%, sementara kredit modal kerja tercatat

sebesar Rp7,88 triliun atau dengan pangsa sebesar 36,52%. Selain itu, kredit investasi

tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau dengan pangsa sebesar 8,43%.

Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit kecil masih mencatat

pertumbuhan tertinggi secara tahunan. Secara tahunan (yoy), perkembangan realisasi

penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta) mengalami peningkatan sebesar 4,96%,

sedangkan kredit kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500 juta), dan menengah (Rp501 juta s.d.

Grafik 3. 9 Penyaluran Kredit MKM Perb ankan

Provinsi Sum atera Selatan Menurut Penggunaan

 *Posisi Agustus 2010

Grafik 3.10 Penyaluran Kredit MKM Menurut Plafond Kredit

 *Posisi Agustus 2010

 

Page 78: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

60      

Rp5 miliar) masing-masing meningkat sebesar 49,50%, dan 30,20%. Secara triwulanan

(qtq), perkembangan realisasi penyaluran kredit usaha mikro, kredit usaha kecil, dan kredit

usaha menengah masing-masing meningkat sebesar 5,69%, 9,71% dan 10,90%.

Menurut komposisinya, kredit kecil mempunyai pangsa tertinggi yaitu sebesar

47,21% dari keseluruhan kredit Mikro, Kecil, dan Menengah. Kemudian, kredit mikro dan

kredit menengah masing-masing mempunyai pangsa sebesar 26,78% dan 26,01%. Pangsa

penyaluran kredit kecil mengalami peningkatan yang robust sejak triwulan yang sama

tahun sebelumnya.

3.5. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Sumatera Selatan

Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku

bunga pinjaman pada triwulan III 2010 mengalami pertumbuhan dengan arah yang

berbeda. Menurunnya bunga simpanan dan meningkatnya suku bunga pinjaman

memperlebar spread suku bunga kredit perbankan.

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan

Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu

1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan

bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Suku bunga simpanan mengalami

penurunan secara terus-menerus pada

beberapa periode terakhir. Rata-rata suku

bunga simpanan tercatat sebesar 7,20%,

menurun tipis dibandingkan dengan tingkat

suku bunga simpanan pada triwulan

sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar

7,22% maupun dengan periode yang sama

tahun sebelumnya (yoy), suku bunga

simpanan tercatat jauh menurun dari tahun

sebelumnya sebesar 8,32%.

Grafik 3.11 Perkembang an Suku Bunga Simpanan

Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2010

Page 79: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

61  

Grafik 3.12 Perkembang an Suku Bunga Pin jaman

Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2010

Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangka waktu

simpanan, jenis simpanan dengan berbagai jangka waktu mengalami perubahan yang

bervariasi. Penurunan suku bunga yang secara relatif paling drastis terjadi pada jenis

simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, sedangkan suku bunga simpanan dengan jangka

waktu 6 bulan relatif meningkat.

Suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan

dengan jangka waktu 12 bulan, yakni sebesar 7,38%. Sedangkan suku bunga simpanan

yang memiliki rate paling rendah adalah dengan jangka waktu 6 bulan yakni sebesar

7,08%.

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman

Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal

kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), namun sedikit

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq).

Rata-rata tingkat suku bunga

pinjaman tercatat sebesar 15,22%,

meningkat apabila dibandingkan dengan

tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan

sebelumnya (qtq) yang sebesar 15,08% yang

didorong oleh kenaikan suku bunga kredit

konsumsi. Namun, suku bunga pinjaman

masih lebih rendah dibandingkan dengan

tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar

15,44%. Berdasarkan penggunaan, suku

bunga kredit yang tertinggi pada triwulan III

2010 adalah suku bunga kredit konsumsi,

yaitu sebesar 17,59%. Sementara itu kredit investasi tercatat sebagai kredit dengan suku

bunga terendah, yakni sebesar 14,01%.

Berbeda dengan suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit modal kerja,

suku bunga kredit konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

dari 16,69% menjadi 17,59%, yang menunjukkan terjadinya excess demand pada jenis

kredit ini.

Page 80: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

62      

3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga

Spread suku bunga bank umum

konvensional, yaitu selisih antara suku

bunga kredit dan suku bunga

simpanan perbankan tercatat

mengalami peningkatan pada

triwulan III 2010 menjadi 8,02%. Ha l

ini di satu sisi menunjukkan tingginya

kinerja perbankan untuk

menghasilkan laba, namun di sisi lain

memberikan indikasi adanya excess

demand dalam hal penyaluran kredit

pada triwulan III 2010.

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Tingkat Non-Performing Loan (NPL)

gross bank umum Sumatera Selatan

pada triwulan III 2010 sebesar 1,90%,

menurun dibandingkan kondisi tahun

sebelumnya maupun triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,02%.

Sementara itu, NPL net (sudah

memperhitungkan PPAP) posisi

triwulan III 2010 tercatat sebesar

0,79%, juga menurun apabila

dibandingkan tingkat NPL net

triwulan sebelumnya.

Grafik 3.13 Perkembang an Spread Suku Bunga Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2010

Grafik 3.14 Perkembang an NPL Perban kan Sumatera Selatan

*Posisi Agustus 2010

Page 81: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

63  

Perubahan NPL Gross pada periode

triwulan III 2010 secara umum menurun

pada setiap kelompok bank. Bank

pemerintah mengalami penurunan NPL

secara tipis dari 1,88% menjadi 1,79%.

Bank Umum Swasta Nasional (BUSN)

mengalami penurunan NPL dari 1,97%

menjadi 1,88%. Walaupun tetap

merupakan yang tertinggi, NPL pada BPR

mengalami penurunan yang paling

signifikan, yaitu dari 7,47% menjadi

6,95%.

Persentase NPL gross bank umum

konvensional terbesar masih bersumber

dari sektor perdagangan yakni sebesar

42,91%, meningkat dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 42,03%.

Sektor pertanian tercatat menyumbang

NPL sebesar 8,92% dan sektor konstruksi

tercatat menyumbang NPL sebesar

14,39%. Berubahnya proporsi NPL di

sektor–sektor tersebut pada umumnya

lebih bersifat temporer bergantung pada

faktor musiman permintaan barang dan

jasa serta cash flow yang secara umum

berbeda pada masing-masing sektor.

Grafik 3.16 Komposisi NPL Bank Umum Konvensional menurut Sektor Ekonomi Triwulan II I 2010

*Posisi Agustus 2010

Grafik 3.15 Perkembangan NPL menurut Kelompok Bank

*Posisi Agust us 2010

Page 82: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

64      

3.7. Rentabilitas Perbankan

Bank pemerintah mampu mencatat keuntungan sebesar Rp513,0 miliar, lebih tinggi

dibandingkan BUSN yang memperoleh keuntungan Rp311,2 miliar. Sementara itu, BPR

hanya mampu mencetak laba sebesar Rp20,5 miliar.

Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 1,63%, lebih rendah dibandingkan

BPR yang mencapai 2,27% maupun dibandingkan BSU yang mencapai 3,35%. Rasio beban

operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank pemerintah sebesar 84,68%.

Sementara itu, BOPO pada BUSN dan BPR lebih rendah, yaitu masing-masing sebesar

81,81% dan 70,73%.

Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III 2010

No Indikator Angka Rasio Bank

Pemerintah BUSN BPR

1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

84.68 81.81 70.73

2 Return on Asset (ROA) 1.63 2.27 3.35

3 Keuntungan (dalam Rp juta) 513,024 311,233 20,491

3.8. Kelonggaran Tarik

Dari Laporan Bank Umum (LBU) KBI

Palembang diperoleh informasi bahwa

undisbursed loan (kredit yang belum

ditarik oleh debitur) pada triwulan III

2010 tercatat sebesar Rp1,94 triliun atau

7,31% dari plafon kredit yang disetujui

oleh perbankan, menurun dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp2,37 triliun atau 11,48%, dan

juga menurun bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp1,90 triliun atau 7,48%.

Grafik 3.17 Perkembang an Undisbursed Loan

Perban kan Sumatera Selatan

*Posisi Februari 2010

 

 

 

Page 83: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

65  

3.9. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas bank umum konvensional di Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III

2010 tergolong cukup likuid dengan

besaran angka rasio likuiditas sebesar

92,63% 1. Rasio tersebut tercatat

menurun jika dibandingkan dengan rasio

likuiditas triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 95,82%.

Meningkatnya rasio likuiditas

merupakan dampak dari kenaikan aktiva

likuid < 1 bulan sebesar 2,56% (qtq)

menjadi sebesar Rp30,05 triliun yang

disertai dengan peningkatan pasiva likuid

< 1 bulan sebesar 6,09% (qtq) menjadi

sebesar Rp32,44 triliun.

3.10. Perkembangan Bank Umum Syariah

Perkembangan bank umum Syariah dalam kurun satu tahun terakhir menunjukkan kinerja

yang cukup baik. Total aset pada triwulan III 2010 (hingga Agustus 2010) tercatat sebesar

Rp2.399,59 miliar, meningkat sebesar 59,46% dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp1.504,84 miliar, dan juga meningkat apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), yaitu tercatat mengalami peningkatan

sebesar 17,17%.

Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp1.261,21 miliar, meningkat cukup pesat

sebesar 29,06% (yoy) dan meningkat sebesar 9,09% (qtq). Dana investasi t idak terikat

mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 87,41% atau sebesar Rp1.102,45

miliar yang terdiri dari komponen tabungan mudharabah sebesar Rp440,07 miliar (pangsa

34,91% dari total DPK) dan deposito mudharabah sebesar Rp662,11 miliar (pangsa

52,50% dari total DPK).

                                                                         1 Diperoleh melalui  rasio  nila i aktiva likuid  < 1 bulan terhadap nilai pasiva likuid < 1 bulan  

Grafik 3.18 Perkembang an Risiko Likuiditas

Perban kan Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2010

  

Page 84: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

66      

Berbeda dengan DPK, penyaluran pembiayaan mengalami peningkatan yang sedikit

lebih tinggi, yaitu sebesar 47,34% (yoy) atau 5,90% (qtq). Dari total penyaluran

pembiayaan yang mencapai Rp1.436,89 miliar, piutang murabahah memiliki pangsa

sebesar 64,12% dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan mudharabah tercatat

sebesar Rp 220,85 miliar atau memiliki pangsa sebesar 15,37% dan pembiayaan

musyarakah tercatat sebesar Rp198,19 miliar atau memiliki pangsa sebesar 13,79%.

Sementara itu, piutang qardh dan piutang istishna pangsanya masih relatif kecil yakni

masing-masing sebesar 6,49% dan 0,12%.

Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih kecil dibandingkan pertumbuhan

penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) menurun dari

sebesar 117,36% pada triwulan sebelumnya menjadi 113,93%.

Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)

INDIKATOR 2009 2010

III IV I II III*

Total Aset 1,504,843 1,727,725 1,826,867 2,047,994 2,399,593

Dana Pihak Ketiga 977,232 1,026,077 1,015,414 1,156,153 1,261,208

1. Simpanan Wadiah 80,625 92,307 95,832 130,473 158,755

- Giro Wadiah 54,186 64,322 57,057 75,080 82,068

- Tabungan Wadiah 26,439 27,985 38,775 55,393 76,687

2. Dana Investasi tidak terikat 896,607 933,770 919,582 1,025,680 1,102,453

- Tabungan Mudharabah 382,576 419,160 406,078 433,700 440,346

- Deposito Mudharabah 514,031 514,610 513,504 591,980 662,107

Komposisi Pembiayaan 975,233 1,051,636 1,214,996 1,356,821 1,436,886

- Piutang Murabahah 589,850 669,024 755,944 869,120 921,316

- Piutang Istishna 2,026 1,919 1,819 1,753 1,706

- Piutang Qardh 47,634 54,364 79,804 85,373 93,210

- Pembiayaan Mudharabah 230,029 215,169 211,819 213,776 220,847

- Pembiayaan Musyarakah 105,644 111,113 165,178 185,764 198,193

Aktiva Ijarah 50 47 432 1,035 1,614

Non Performing Financing 2.51 1.09 1.34 1.83 1.92

*) Data s.d Agust us 2010 

Page 85: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah

67  

Non Performing Financing (NPF) pada perbankan syariah mengalami peningkatan

tipis d ibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,83% menjadi 1,92. Tingkat NPF juga

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, namun secara besaran masih terbilang

rendah.

3.11. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Selatan secara umum menunjukkan

perkembangan kinerja. Total aset BPR meningkat sebesar 22,96% (yoy) atau 4,14% (qtq).

Peningkatan DPK yang terjadi juga cukup tinggi, yakni sebesar 17,49% (yoy) atau 4,17%

(qtq).

Penyaluran kredit mengalami peningkatan sebesar 4,23% (qtq), dan secara tahunan

juga menunjukkan peningkatan sebesar 31,85% (yoy). Dengan perkembangan DPK dan

penyaluran kredit tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada BPR mengalami peningkatan

dari 93,44% menjadi 93,53%. Secara bersamaan, tingkat Non Performing Loan (NPL) pada

BPR menurun dari 7,47% menjadi 6,95%.

Sama halnya dengan bank umum konvensional, rasio likuiditas BPR menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 73,76% menjadi 70,50%, yang

menunjukkan sedikit menurunnya kondisi likuiditas pada BPR. Rasio likuiditas tersebut

meningkat cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang sebesar 44,83%.

Grafik 3.19 Perkembang an Aset, DPK, dan Kredit

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2010

 

Grafik 3.20 Perkembang an Rasio Likuiditas

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2010

Page 86: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah   

68      

PERBANDINGAN AKTIVITAS PERBANKAN ANTAR WILAYAH

Bila diasumsikan mempunyai hubungan linier, pertumbuhan DPK sebesar 1% akan mendorong pertumbuhan kredit sebesar 0,43%. Wilayah OKU dan Ogan Ilir merupakan wilayah yang memiliki pertumbuhan DPK yang tinggi dan dapat digolongkan sebagai wilayah surplus secara relatif terhadap wilayah lainnya. Sedangkan wilayah Palembang, Lubuklinggau, Muba, Lahat, dan OKI merupakan wilayah defisit yang cenderung menyerap kredit dibandingkan menyumbang DPK di Sumsel. Wilayah Baturaja tercatat sebagai wilayah yang memiliki pertumbuhan kredit dan DPK yang negatif secara tahunan, walaupun secara relatif merupakan wilayah surplus.

Estimasi logistik mengindikasikan bahwa pada bulan Juli ke Agustus 2010, peluang terjadinya ekspansi kredit perbankan di Kota Palembang lebih rendah 0,16 (antilog dari -1,86) kali dibandingkan perbankan di luar Palembang. Hal ini menunjukkan adanya penyebaran penyaluran kredit perbankan ke wilayah di luar Kota Palembang yang dapat menunjukkan adanya dorongan konvergensi antar wilayah.

Suplemen 6

Grafik 1. Pertumbuhan Kredit vs. DPK per wilayah *

 *Data Agustus 2010 

Tabel 1. Peluang Ekspansi Kredit

 Data Agustus 2010, DW=1 jika berada di Palembang, DW=0 bila lainnya *signifikan pada nilai kritis 10% ***si gnifikan pa da nilai kritis 1%

Page 87: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

• Realisasi pendapatan daerah mencapai Rp2.358,26 miliar atau sebesar 75,30%.

Sementara itu, belanja terealisasi 50,85% atau sebesar Rp1.640,22 miliar.

4.1 Realisasi APBD Sumatera Selatan

Realisasi pendapatan sebesar Rp2.358,26 miliar atau mencapai 75,30% dari total anggaran

yang sebesar Rp3.131,67 miliar. Sementara realisasi belanja sebesar Rp1.640,22 miliar atau

mencapai 50,85% dari anggaran sebesar Rp3.225,41 miliar. Realisasi belanja maupun

penerimaan periode ini tercatat lebih baik dibandingkan pencapaian pada periode yang

sama tahun sebelumnya.

Dari sisi komponen pendapatan, realisasi paling tinggi dicapai oleh komponen Dana

Perimbangan yakni sebesar 86,19% dengan kontribusi sebesar 57,58% dari total

pendapatan. Realisasi dana perimbangan paling tinggi dicapai oleh Bagi Hasil Pajak dan

Bukan Pajak yang mencapai 86,54%, sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) terealisasi

sebesar 84,05%. Sementara itu, realisasi komponen PAD yang merupakan gambaran

kemandirian suatu daerah tercatat sebesar Rp974,15 miliar atau terealisasi sebesar 65,09%

dengan pangsa sebesar 41,31% terhadap total pendapatan. Komponen PAD yang

mencatat realisasi paling besar secara nominal adalah Pajak Daerah yakni sebesar Rp891,28

miliar atau dengan tingkat realisasi sebesar 65,53% dari anggaran. Tingkat realisasi

tertinggi pada komponen PAD dicapai oleh Hasil Retribusi Daerah yakni sebesar 91,48%

dengan nominal sebesar Rp11,86 miliar. Sementara itu, realisasi Lain-lain PAD yang sah

tercatat sebesar Rp47,60 miliar atau mencapai 57,37% dari target anggaran.

Page 88: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

70

Tabel 4.1

Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2010 (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuanga n Provinsi S umatera Selatan, diolah

Page 89: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

71

Pada komponen belanja, realisasi belanja tidak langsung tercatat sebesar 58,26%

atau mencapai Rp695,17 miliar, melebihi pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar

55,20%. Realisasi belanja hibah pada komponen belanja tidak langsung tercatat sebesar

Rp68,94 miliar merupakan komponen belanja dengan tingkat realisasi paling tinggi yakni

sebesar 95,75%. Sementara itu, realisasi belanja pegawai sebesar Rp301,33 miliar atau

mencapai 64,78%. Komponen belanja tidak langsung yang terealisasi paling rendah adalah

belanja tidak terduga yakni sebesar 8,25%.

Tabel 4.2 Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2009 dan Triwulan III 2010 (Rp Miliar)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi S umatera Selatan, diolah

Grafik 4.2 Perbanding an Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2010

Sumber : Biro Ke uangan Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2010

Sumber : Biro Ke uangan Provinsi S umatera Selatan

Page 90: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

72

Komponen belanja langsung mencapai Rp945,05 miliar atau terealisasi sebesar

46,51%, melebihi pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar 34,43%. Realisasi belanja

modal pada komponen belanja langsung tercatat sebesar Rp519,44 miliar dan merupakan

komponen belanja langsung dengan tingkat realisasi paling tinggi yakni sebesar 55,14%.

Sementara itu, realisasi belanja pegawai sebesar Rp280,41 miliar atau mencapai 42,28%.

Komponen belanja langsung yang terealisasi paling rendah adalah belanja barang dan jasa

yakni dengan realisasi sebesar Rp145,19 atau hanya terealisasi 34,02% dari anggaran.

4.2 Realisasi Penerimaan Pajak Sumatera Selatan

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung

menginformasikan bahwa rata-rata penerimaan pajak pada triwulan III 2010 mengalami

peningkatan dibandingkan kondisi tahun sebelumnya.

Penerimaan PPh Orang Pribadi tercatat sebesar Rp5,27 miliar atau mengalami

peningkatan sebesar 9,61% (yoy). Kondisi tersebut melambat dibandingkan kinerja

triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 339,89% (yoy). Bertolak

belakang dengan kinerja penerimaan PPh Orang Pribadi, kinerja penerimaan PPh Pasal 21

tercatat mengalami perbaikan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya yang mengalami

peningkatan sebesar 30,07% (yoy). Penerimaan PPh Pasal 21 pada triwulan berjalan

tercatat sebesar Rp284,72 miliar atau meningkat 36,85% (yoy) dibanding tahun

sebelumnya.

Grafik 4.3 Perkembang an Penerimaan PPh Orang Pribadi

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Bangka Belitung

Grafik 4.4 Perkembang an Penerim aan PPh Pasal 21

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Ba ngka Belitung

Page 91: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

73

Sementara itu, penerimaan PBB tercatat sebesar Rp759,46 miliar atau mengalami

peningkatan sebesar 11,29% (yoy). Kondisi tersebut juga mengalami perlambatan

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami peningkatan sebesar 984,03%

(yoy). Adapun penerimaan Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) tercatat

sebesar Rp25,39 miliar, turun 28,91% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya.

Grafik 4.6 Perkembang an Penerimaan B PHTB

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Ba ngka Belitung

Grafik 4.5 Perkembang an Penerim aan PBB

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Ba ngka Belitung

Page 92: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

74

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 93: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Grafik 5.1 Perkembang an Kliring Sumsel

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

• Meningkatnya aktivitas kliring pada triwulan laporan dipengaruhi oleh tingginya penyaluran kredit modal kerja.

• Peningkatan aktivitas pembayaran non tunai diiringi dengan meningkatnya cek dan bilyet giro kosong

5.1. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

Aktivitas kliring mengalami peningkatan dari sisi jumlah warkat dan nominal dibandingkan

triwulan maupun tahun sebelumnya. Jumlah warkat yang dikliringkan selama triwulan III

2010 tercatat 189.809 lembar, meningkat 0,86% (qtq) dari triwulan sebelumnya dan

sebesar 7,33% (yoy) dibandingkan kondisi tahun sebelumnya.

Nominal kliring tercatat sebesar

Rp6,68 triliun, mengalami peningkatan

sebesar 5,41% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya dan sebesar

15,98% (yoy) dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun

sebelumnya.

Aktivitas kliring pada triwulan III

2010 mengalami peningkatan

dibandingkan dengan kondisi triwulan

sebelumnya yang mengalami

peningkatan jumlah warkat dan nominal masing-masing sebesar 0,62% (yoy) dan 6,85%

(yoy). Aktivitas kliring di Sumatera Selatan selama dua tahun terakhir relatif dipengaruhi

oleh pergerakan harga karet dan jumlah kredit yang disalurkan (terutama kredit modal

kerja). Kondisi yang sama terjadi pada triwulan laporan yang menunjukkan tingginya

aktivitas kliring seiring dengan tingginya penyaluran kredit modal kerja. Modal yang

disalurkan memiliki dampak positif terhadap peningkatan aktivitas kliring seiring bergulirnya

kegiatan ekonomi antar pelaku usaha.

Page 94: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 5 - Perkembangan Sistem Pembayaran

76

Grafik 5.3 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja

Grafik 5.2 Pertumbuhan Tahunan Klir ing vs Kredit Modal Kerja

(KMK)

Perputaran kliring harian pada

triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp107,72

miliar per hari, mengalami peningkatan

dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp102,19 miliar per

hari. Sementara dari sisi jumlah warkat

tercatat menjadi 3.061 lembar per hari dari

3.035 lembar per hari. Jumlah hari kerja

selama triwulan berjalan tercatat tidak

mengalami perubahan dibandingkan

triwulan sebelumnya yakni 62 hari kerja.

Nilai net RTGS tercatat sebesar

Rp5,13 triliun, mengalami penurunan

sebesar 0,29% (qtq) dibandingkan kondisi

triwulan sebelumnya. Sementara itu,

pertumbuhan tahunan nilai net RTGS

meningkat sebesar 14,22% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

tahunan pada triwulan sebelumnya yang

mengalami penurunan sebesar 2,62%

(yoy).

Grafik 5.4 Perkembang an RTGS Sumsel

Page 95: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 5 - Perkembangan Sistem Pembayaran

77

Peningkatan aktivitas pembayaran non tunai pada triwulan ini diiringi dengan

meningkatnya cek dan bilyet giro kosong dari sisi jumlah warkat, sedangkan dari sisi

nominal mengalami penurunan. Jumlah cek dan bilyet giro (BG) kosong pada triwulan ini

tercatat sebanyak 3.090 lembar dengan nominal sebesar Rp83,35 miliar. Jumlah warkat

cek/BG kosong bertambah sebesar 5,32% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebanyak 2.934 lembar, sedangkan dari sisi nominal tercatat menurun

sebesar 4,41% (qtq) dari sebesar Rp87,19 miliar. Sementara itu, nominal cek/BG kosong

tercatat mengalami penurunan secara tahunan sebesar 0,40% (yoy), sedangkan dari sisi

jumlah warkat tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,15% (yoy).

Tabel 5.1 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong

Provinsi Sum atera Selatan

II I IV I I I I II

1. Lembar Warkat 3,025 3,123 2,784 2,934 3,090

2. Nominal (Rp Miliar) 83.68 88.17 85.10 87.19 83.35

Keterangan2009 2010

Aktivitas kliring bulanan yang paling tinggi selama triwulan III 2010 terjadi pada

bulan Agustus dengan rata-rata perputaran nominal kliring per hari sebesar Rp111,56 miliar

dan rata-rata jumlah warkat per hari sebesar 3.262 lembar.

Grafik 5.6 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro

Kosong Sumsel

Grafik 5.5 Perkembangan Bulanan

Perputaran Kliring Sumsel

Page 96: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 5 - Perkembangan Sistem Pembayaran

78

Grafik 5.7 Perkembangan Keg iatan Perkasan Sumsel

2009-2010

5.2. Perkembangan Perkasan

Kegiatan perkasan pada triwulan III 2010 mencatat inflow sebesar Rp2,51 triliun,

meningkat 59,34% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,57

triliun. Dibandingkan triwulan sebelumnya, terjadi peningkatan inflow sebesar 68,57%

(qtq) dari sebesar Rp1,49 triliun. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,44

triliun atau naik sebesar 4,46 (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,

namun turun sebesar 2,31% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Dengan membandingkan inflow dan outflow diperoleh net-inflow selama triwulan

III 2010 sebesar Rp64,02 miliar, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya

tercatat mengalami net-outflow sebesar Rp765,74 miliar. Net-inflow di Sumatera Selatan

merupakan peristiwa yang relatif jarang terjadi. Kondisi net-inflow terakhir dialami

Sumatera Selatan pada triwulan I 2009 ketika dampak krisis keuangan global 2008 masih

cukup terasa.

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)

III IV I II III

Inflow 1,574.04 1,617.00 1,258.33 1,487.84 2,508.09

Outflow 2,339.78 2,319.96 1,635.36 2,501.95 2,444.08

Net Inflow (Net Outf low) (765.74) (702.96) (377.03) (1,014.11) 64.02

Keterangan2009 2010

Net-inflow diperkirakan terjadi karena relatif tingginya inflow selama triwulan

berjalan yang salah satunya disebabkan aktivitas perekonomian yang relatif tinggi sehingga

berdampak pada meningkatnya inflow secara triwulanan di atas angka 50%.

Melalui kegiatan perkasan,

dilakukan pula penarikan uang lusuh di KBI

Palembang sebagai wujud dari clean money

policy Bank Indonesia untuk memenuhi

kebutuhan uang dalam kondisi layak edar.

Uang lusuh yang ditarik tercatat meningkat

sebesar 0,83% (qtq), sedangkan secara

tahunan meningkat sebesar 233,36% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya.

Page 97: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 5 - Perkembangan Sistem Pembayaran

79

Grafik 5.8 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

oleh KBI Palembang

Menurut proporsinya terhadap inflow, persentase penarikan uang lusuh mengalami

penurunan dari sebesar 32,03% pada triwulan sebelumnya menjadi 19,16%. Secara

nominal, uang lusuh yang ditarik dan dimusnahkan pada triwulan ini mencapai Rp480,47

miliar.

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, Bank Indonesia

mengadakan kegiatan kas titipan di Kota Lubuk Linggau. Pertimbangan penyelenggaraan

kas titipan di daerah ini dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan terhadap uang

tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang.

Tabel 5.3 Perkembang an Kas Titip an Lubuk Linggau (Rp Miliar)

III IV I II III

Inflow 336.99 239.24 312.39 235.59 318.01

Outflow 331.85 344.60 284.62 437.42 318.98

Net Inflow (Net Outflow) 5.14 (105.36) 27.77 (201.83) (0.97)

Keterangan2009 2010

Outflow di Lubuk Linggau pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp318,98 miliar,

menurun sebesar 27,08% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu aktivitas

inflow tercatat sebesar Rp318,01 miliar atau meningkat sebesar 34,98% (qtq)

Page 98: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 5 - Perkembangan Sistem Pembayaran

80

dibandingkan triwulan sebelumnya, sehingga dengan membandingkan angka outflow dan

inflow diperoleh net-outflow sebesar Rp0,97 miliar.

Masih terjadinya net-outflow merupakan salah satu indikator cukup tingginya

aktivitas perekonomian di Lubuk Linggau pada triwulan III 2010 ini. Hal tersebut sejalan

dengan kondisi perekonomian Sumatera Selatan yang diproyeksi mengalami peningkatan

kinerja secara triwulanan (qtq). Peningkatan aktivitas ekonomi Lubuk Linggau dari sisi

pembayaran tunai pada triwulan ini terutama terjadi pada Agustus 2010 yang ditandai

dengan terjadinya net-outflow yang mencapai Rp83,09 miliar.

Grafik 5.9 Perkembang an Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau

Tahun 2009-2010

Page 99: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

• Meningkatnya harga komoditas unggulan berdampak pada kenaikan indeks harga yang diterima petani dan peningkatan nilai tukar petani secara umum.

• IPM Sumsel terus mengalami peningkatan.

6.1. Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumsel pada bulan Februari 2010 mencapai 3.619.177

orang, bertambah 131.178 orang atau 3,76% (yoy) dibanding jumlah angkatan kerja pada

bulan Februari 2009 yang tercatat sebesar 3.487.999 orang. Secara keseluruhan, kondisi

ketenagakerjaan di Sumsel pada bulan Februari 2010 ditandai perubahan beberapa

indikator ketenagakerjaan yang cukup signifikan ke arah yang lebih baik. Dari total

angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar

3.382.059 orang, bertambah 186.294 orang atau sebesar 5,83% (yoy) jika dibandingkan

dengan posisi bulan Februari 2009.

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Beker ja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2008 – F ebruari 2010

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 100: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

82

Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, kondisi ketenagakerjaan pada Februari

2010 memperlihatkan fenomena yang relatif sama dengan kondisi tahun-tahun

sebelumnya, dimana sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian yakni sebesar

59,55%, dengan tingkat persentase pekerja yang sedikit meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya. Hal ini disebabkan sebagian besar penduduk masih bertempat tinggal di

daerah pedesaan dan mengandalkan hasil pertanian sebagai mata pencaharian.

Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan

Kerja Nasional (Sakernas), dapat diidentifikasi dua kelompok utama terkait kegiatan

ekonomi formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha

dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal

umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jika melihat status pekerjaan

berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada bulan Februari 2010 lebih dari 75%

tenaga kerja masih bekerja pada kegiatan informal.

Tabel 6.2 Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Beker ja

Menurut Status Pekerjaan, F ebruari 2008 – Februari 2010

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Dari 3.382.059 orang yang bekerja, sebanyak 25,31% penduduk berstatus pekerja

tidak dibayar, kondisi ini sedikit mengalami perubahan jika dibandingkan dengan kondisi

pada Februari 2009 dimana proporsi terbesar penduduk yang bekerja berstatus berusaha

dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar yakni sebesar 23,59%.

Page 101: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

83

6.2. Pengangguran

Masalah pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek ketenagakerjaan.

Penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah

penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan

tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

Berdasarkan data BPS Sumsel, jumlah pengangguran pada bulan Februari 2010

mengalami penurunan sebanyak 55.116 orang atau 18,86% dibandingkan dengan posisi

bulan Februari 2009, dan mengalami penurunan sebanyak 26.353 orang atau sebesar

10,00% jika dibandingkan dengan kondisi pada bulan Agustus 2009 yang mencapai

263.471 orang.

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan

Februari 2008 – Februar i 2010

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel pada bulan Februari 2010 menurun

menjadi 6,55% dibandingkan kondisi pada bulan Februari 2009 yang mencapai 8,38%.

TPT pada Februari 2010 tercatat merupakan yang terendah sejak tahun 2007.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT di daerah perkotaan jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan daerah pedesaan. Tingginya TPT di kota erat kaitannya dengan

pertumbuhan alamiah penduduk, arus masuk angkatan kerja dari pedesaan, dan

banyaknya pencari kerja sebagai konsekuensi meningkatnya pendidikan penduduk

perkotaan. Di sisi lain, lapangan kerja di perkotaan relatif terbatas sehingga menyebabkan

terjadinya tingkat pengangguran yang relatif tinggi.

Page 102: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

84

6.3. Tingkat Kemiskinan

Berdasarkan data resmi BPS Sumsel, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di

bawah Garis Kemiskinan) pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 1.125.725 jiwa atau

15,47% dari jumlah penduduk Sumsel. Angka tersebut tercatat mengalami penurunan

sebesar 3,61% atau sebesar 42.140 orang dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (Maret 2009) yang tercatat sebesar 1.167.870 jiwa.

Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan

Tahun 1993-2010

Tahun Jumlah Penduduk Miskin

(ribuan) Persentase

1993 901,9 15,73

1996 1.017,0 17,04 1999 1.481,9 23,87 2002 1.434,1 22,49

2003 1.397,3 21,54 2004 1.379,3 20,92

Januari 2005 1.429,0 21,01 Januari 2006 1.446,9 20,99 Maret 2007 1.331,8 19,15 Maret 2008 1.249,61 17,73 Maret 2009 1.167,87 16,28 Maret 2010 1.125,73 15,47

Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Suse nas)

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1993-2010 berfluktuasi dari

tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar

464,9 ribu karena krisis ekonomi, persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dari

17,04% menjadi 23,87%. Selama periode 1999-2010, jumlah penduduk miskin relatif

terus mengalami penurunan.

Garis Kemiskinan (yang merupakan indikator penetapan kriteria miskin) mengalami

peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir, yakni meningkat sebesar 4,38% dari

Rp212.381,00 per kapita/bulan menjadi Rp221.687,00 per kapita/bulan. Berdasarkan

pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, Garis Kemiskinan di

perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 4,3% dari

Rp247.661,00 per kapita/bulan menjadi Rp258.304,00 per kapita/bulan. Sementara itu,

Page 103: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

85

Garis Kemiskinan di daerah pedesaaan mengalami kenaikan sebesar 4,5% pada periode

yang sama, dari Rp190.109,00 per kapita/bulan menjadi Rp198.572,00 per kapita/bulan.

Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jum lah d an Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah, Maret 2008-Maret 2010

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan

(Rp/Kapita/Bulan)

Jumlah Penduduk

Miskin Persentase

Perkotaan Maret 2008 229.552 514.704 18,87 Maret 2009 247.661 470.025 16,93 Maret 2010 258.304 471.224 16,73

Perdesaan Maret 2008 175.556 734.905 17,01 Maret 2009 190.109 697.848 15,87

Maret 2010 198.572 654.501 14,67

Kota+Desa

Maret 2008 196.452 1.249.609 17,73 Maret 2009 212.381 1.167.873 16,28 Maret 2010 221.687 1.125.725 15,47

Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Suse nas)

Dengan memperhatikan garis kemiskinan berdasarkan komponen makanan dan

bukan makanan terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan

peranan komoditi bukan makanan. Kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis

kemiskinan pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar 77,08%. Garis kemiskinan bukan

makanan pada bulan Maret 2010 tercatat sebesar Rp170.875,00/kapita/bulan, dan garis

kemiskinan makanan sebesar Rp50.813,00/kapita/bulan. Kondisi tersebut mengalami

kenaikan dibandingkan Maret 2009 yang mencatat Rp163.801,00/kapita/bulan untuk garis

kemiskinan bukan makanan dan Rp48.580,00/kapita/bulan untuk garis kemiskinan

makanan.

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase

penduduk miskin, ada beberapa dimensi lain yang perlu diperhatikan yakni tingkat

kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Selain harus mampu memperkecil

jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus mampu

mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Page 104: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

86

Grafik 6.1 Indeks Harga yang d iterima, Indeks Harga yang dibayar

dan Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Tabel 6.6 Garis Kemiskinan Makanan d an Bukan Makanan di Sumsel

Menurut Daerah, Maret 2009-Maret 2010

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Total Makanan Bukan Makanan

Perkotaan Maret 2009 181.415 66.246 247.661

Maret 2010 188.781 69.523 258.304

Perdesaan Maret 2009 152.681 37.427 190.109 Maret 2010 159.571 39.001 198.572

Kota+Desa Maret 2009 163.801 48.580 212.381 Maret 2010 170.875 50.813 221.687

Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Suse nas)

6.4. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan

salah satu indikator yang digunakan

untuk menunjukkan kesejahteraan

petani. Perkembangan NTP dalam satu

tahun terakhir terus mengalami

peningkatan. Rata-rata NTP pada

triwulan III 2010 tercatat sebesar

104,85 atau meningkat sebesar 0,81%

(qtq) dibanding periode triwulan

sebelumnya yang memiliki rata-rata

NTP sebesar 104,01. Peningkatan nilai

tukar petani terutama disebabkan meningkatnya harga komoditas unggulan yang

berdampak pada indeks harga yang diterima petani jauh lebih besar daripada pertumbuhan

indeks harga yang dibayar petani. Rata-rata indeks yang diterima petani meningkat menjadi

128,79 dari 124,67 atau naik sebesar 3,31% (qtq), sedangkan indeks yang dibayar petani

mengalami peningkatan sebesar 2,48% (qtq) dari 119,86 menjadi 122,83.

Page 105: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

87

Grafik 6.2 Perkembang an Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan

Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Rata-rata Indeks Konsumsi

Rumah Tangga Petani mengalami

peningkatan sebesar 2,96% (qtq)

dibanding triwulan sebelumnya dari

120,93 menjadi 124,51. Konsumsi yang

mengalami peningkatan indeks paling

tinggi terjadi pada komponen bahan

makanan yang naik sebesar 4,81%

(qtq) sebagai akibat tingkat konsumsi

yang tinggi selama bulan Ramadhan

dan perayaan Idul Fitri yang jatuh di bulan September.

Tabel 6.7 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sum atera Selatan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Rata-rata biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami peningkatan

yang tercermin dari kenaikan rata-rata indeks biaya produksi dan penambahan modal dari

sebesar 117,59 pada triwulan sebelumnya menjadi 118,46. Peningkatan biaya produksi

yang paling tinggi terjadi pada komponen penambahan barang modal yang digunakan

selama proses penanaman.

Tabel 6.8 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Pen ambahan Modal Petani

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 106: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

88

Tabel 6.9 IPM 2007-2008 Menurut Provinsi

Sumber : Badan P usat Statistik

6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup

untuk semua negara seluruh dunia. IPM

digunakan untuk mengklasifikasikan apakah

sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah

berkembang atau wilayah terbelakang, serta

untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan

ekonomi terhadap kualitas hidup.

Berdasarkan data yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Sumatera

Selatan pada tahun 2008 adalah 72,05

menempati peringkat ke-12 dari seluruh provinsi

di Indonesia. Kondisi ini lebih baik dibandingkan

peringkat tahun 2009 dimana Angka IPM

Sumatera Selatan tercatat sebesar 71,40 dan

menempati peringkat ke-13 nasional. Peringkat IPM tertinggi masih dimiliki o leh DKI Jakarta

sedangkan IPM terendah adalah Provinsi Papua.

6.6. Rasio Gini Provinsi Sumatera Selatan

Rasio Gini adalah salah satu ukuran ketimpangan pendapatan penduduk secara

menyeluruh. Rasio Gini didasari kurva Lorenz yaitu kurva dua dimensi antara distribusi

penduduk (persentase kumulatif penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita

(persentase kumulatif pengeluaran perkapita). Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai

Rasio Gini yang mendekati 0 memiliki pengertian bahwa tingkat ketimpangan pendapatan

sangat rendah, atau distribusi pendapatan merata, sedangkan apabila nilainya mendekati 1

maka tingkat ketimpangan pendapatan berarti tinggi.

Perkembangan angka Rasio Gini Sumatera Selatan dalam tiga tahun terakhir relatif

stabil. Pada tahun 2007 Indeks Gini tercatat 0,32, kemudian mengalami perbaikan pada

tahun 2008. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh hantaman krisis keuangan global yang

sedikit menurunkan kesejahteraan golongan menengah ke atas. Setelah dampak krisis

Page 107: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

89

sedikit berkurang, Indeks Gini pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan ke level

0,31.

Walaupun Indeks Gini Sumatera Selatan relatif lebih baik dibandingkan nasional,

upaya-upaya untuk memperkecil angka rasio gini harus terus dilakukan. Upaya tersebut

antara lain dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas pertumbuhan ekonomi dengan cara

mendorong peningkatan peran investasi, terutama di sektor-sektor yang tradeable. Upaya

yang lain adalah membenahi pengelolaan jaminan pengaman sosial, perlu dicarikan metode

ataupun pola redistribusi pendapatan yang lebih adil untuk mengurangi ketidakmerataan.

Tabel 6.10 Rasio Gini 2007-2009 Menurut Provinsi

Sumber : Ba dan Pusat Statistik

Page 108: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 6 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

90

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 109: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

• Pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus berlanjut pada level yang relatif konstan pada triwulan IV 2010 seiring dengan baiknya kondisi perekonomian secara umum, kendati terdapat risiko dari sisi suplai produksi.

• Inflasi diperkirakan meningkat terutama didorong oleh kenaikan harga listrik, faktor cuaca, serta adanya perayaan Natal dan tahun baru.

• Kinerja perbankan diperkirakan tumbuh stabil karena kondisi finansial secara makro yang baik

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2010 diprediksi terus

berlanjut pada level yang konstan dibandingkan triwulan sebelumnya. Walaupun terdapat

pembangunan konstruksi terkait penyelenggaraan Sea Games 2011 dan tingginya harga

komoditas di pasar internasional, terdapat beberapa faktor risiko dari sisi suplai, yaitu yang

muncul dari meningkatnya tarif listrik, penurunan produksi komoditas terkait musim

kemarau basah pada triwulan sebelumnya, dan adanya penundaan transaksi dari beberapa

negara tujuan ekspor CPO. Secara musiman, perekonomian pada triwulan IV 2010 akan

menurun karena faktor masuknya kembali musim hujan.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera

Selatan triwulan IV 2010 diperkirakan akan

cenderung konstan. Berdasarkan data historis,

kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock

yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan

pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada

triwulan IV 2010 akan berada pada kisaran

5,4 ± 1%. Di sisi lain, secara triwulanan (qtq)

pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan

tumbuh negatif di kisaran 4,3 ± 1%. Dengan

demikian, pertumbuhan ekonomi kumulatif

tahun 2010 diperkirakan sebesar 5,5 ± 1%

(yoy).

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan

 Sumber: BPS, estimasi BI

*Hasil proyeksi KBI Palemba ng

BAB 7  

Page 110: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

92      

Namun demikian, laju pertumbuhan triwulanan dengan penyesuaian musiman

diprediksi akan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan

memberikan indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2010 secara riil akan

melambat, yaitu menjadi sebesar 1,1 ± 0,5% (qtq,sa) dari sebelumnya sebesar 1,3%

(qtq,sa).1

Tabel 7.1

Resume Lead ing Economic Indicator Pro vinsi Sumsel Tr iwulan III 2010 Aspek Pertumbuhan Penyebab Pertumbuhan Ekspektasi

triwulan mendatang

Keterangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha (umum)

Meningkat, Melambat

Realokasi sumber daya produksi akibat kenaikan TDL

Meningkat Baiknya prospek perekonomian khususnya permintaan karet

Volume produksi

Meningkat, Melambat

Faktor musiman yang meningkatkan produksi, namun terdapat perubahan struktur biaya akibat kenaikan TDL

Meningkat

Nilai penjualan

Meningkat, melambat

Meningkatnya harga jual dan permintaan

Meningkat, melambat

Penundaan transaksi dari beberapa negara tujuan ekspor

Kapasitas produksi

Meningkat Peningkatan kegiatan investasi karena optimisme usaha yang tinggi dan kondisi perekonomian yang baik

Tetap Tertundanya investasi lebih lanjut karena adanya perubahan struktur biaya akibat kenaikan TDL

Tenaga kerja Menurun Terjadinya mobilitas tenaga kerja yang bersifat jangka pendek

Meningkat Dimulainya proyek pemerintah, penambahan produksi, serta proyek Sea Games

Volume pesanan

Meningkat Permintaan yang cukup tinggi karena meningkatnya aktivitas perekonomian

Meningkat, melambat

Penundaan transaksi dari beberapa negara tujuan ekspor

Harga jual komoditas unggulan

Meningkat Masuknya pembeli dari Cina dan India khususnya untuk komoditas karet

Meningkat, Melambat

Penundaan transaksi dari beberapa negara tujuan ekspor

Kondisi keuangan

Meningkat, melambat

Membaiknya harga jual, namun terdapat kenaikan biaya listrik

Meningkat, Melambat

Penundaan transaksi ekspor, menurunnya margin karena naiknya biaya listrik

Akses kredit Meningkat

Baiknya prospek bisnis Meningkat, melambat

Baiknya prospek bisnis, namun terjadi penundaan produksi jangka pendek

Situasi bisnis Meningkat, melambat

Perekonomian domestik tetap baik, namun terjadi kenaikan biaya energi

Meningkat Perekonomian domestik tetap baik, diiringi dengan situasi investasi yang kondusif

Sumber: SKDU K BI Palembang, Analisa Kelompok Kajian Ekonomi KBI Palembang

                                                                         1 Laju pertumbuhan ekonomi dengan penyesuaian musiman (qtq,sa) diperoleh dari laju pertumbuhan triwulanan dari hasil estimasi PDRB harga konstan yang telah dihilangkan faktor musimannya (seasonally adjusted). Metode yang digunakan adalah X12-ARIMA dengan mengadopsi US Census Bureau.

Page 111: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

93  

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III 2010 yang

dilakukan KBI Palembang, secara umum kegiatan usaha diperkirakan akan mengalami

peningkatan pada triwulan IV 2010, dan peningkatan tersebut lebih cepat dibanding

triwulan sebelumnya. Peningkatan terjadi baik dari aspek volume produksi, nilai penjualan,

tenaga kerja, dan situasi bisnis.

Kinerja ekspor produk-produk unggulan Sumsel pada triwulan IV 2010 diperkirakan

akan mengalami penurunan secara triwulanan yang disebabkan oleh produksi yang berisiko

menurun karena gangguan cuaca dan di sisi lain terdapat penundaan pesanan CPO ke

Indonesia oleh beberapa perekonomian tujuan ekspor utama yaitu Amerika Serikat dan

kawasan Eropa. Di sisi lain, nilai tukar Rupiah tetap kuat dan menyebabkan barang ekspor

Sumatera Selatan menjadi kurang kompetitif dibandingkan sebelumnya, dengan risiko

sedikit menurun karena mulai dinaikkannya suku bunga acuan di Cina yang memperlambat

capital inflow ke negara-negara di kawasan Asia.

Pada triwulan IV 2010, tekanan dari sisi impor diprediksi relatif tetap walaupun

terjadi potensi penurunan kuantitas barang impor sehubungan dengan tersendatnya

kegiatan produksi secara temporer. Hal ini disebabkan oleh: (1) pendapatan masyarakat

yang masih baik sehubungan dengan tingginya harga karet, (2) adanya penurunan tarif

barang impor terkait Asean-China Free-Trade Area (AC-FTA) yang diprediksi akan semakin

terasa ke depan, (3) adanya apresiasi Rupiah yang menyebabkan barang impor relatif lebih

kompetitif dibandingkan sebelumnya.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumatera Selatan untuk

tahun 2010 bervariasi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Berdasarkan IMF, proyeksi

pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat direvisi menurun menjadi 2,6% dari yang

sebelumnya 3,2%. Sebaliknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa dan India

direvisi meningkat masing-masing dari 1,0% menjadi 1,7% dan dari 9,4% menjadi 9,7%.

Pertumbuhan ekonomi Thailand juga direvisi meningkat dari 7,0% menjadi 7,5%.

Kemudian, negara yang mengalami pertumbuhan tinggi di Asia, yaitu Cina, tetap

diperkirakan tumbuh tinggi seperti proyeksi semula yaitu sebesar 10,5%. Korea Selatan,

Malaysia, dan Vietnam juga diperkirakan mampu tumbuh sesuai proyeksi semula, yaitu

masing-masing sebesar 5,7%, 6,7% dan 6,5%.

Page 112: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

94      

Tabel 7.2

Proporsi Ekspor Sumatera Selatan d an Pro yeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2010

(dalam persentase)

Negara Ekspor Sumsel1 Proyeksi Sebelumn ya2 Proyeksi Terakhir3

AS 7,20 3,3 2,6

Eropa 4,79 1,0 1,7

Cina 24,99 10,5 10,5

India 4,85 9,4 9,7

Korea Selatan 3,11 5,7 5,7

Malaysia 31,24 6,7 6,7

Thailand 6,62 7,0 7,5

Vietnam 5,88 6,5 6,5 1 Proporsi nilai ekspor Sumatera Selatan pada negara tersebut, menggunakan data “Nilai Ekspor

Berdasarkan Negara Tujuan” periode Januari 2009 sampai dengan Februari 2010, Bank Indonesia 2 IMF World Economic Outlook Update, July 2010

3 IMF World Economic Outlook, October 2010

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat membuat permintaan domestik

tetap kuat, yaitu: (1) tetap baiknya pendapatan karena baiknya harga karet yang memicu

peningkatan konsumsi masyarakat (2) adanya potensi peningkatan investasi sehubungan

dengan persiapan pergelaran Sea Games 2011, (3) masih rendah dan stabilnya tingkat

inflasi yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat, (4) potensi peningkatan

penyaluran kredit perbankan karena meningkatnya kegiatan investasi dan baiknya outlook

perekonomian Indonesia.

Sebaliknya, terdapat pula potensi yang patut diperhatikan karena dapat membuat

pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang

berpotensi semakin terapresiasi yang dapat menurunkan net ekspor, (2) kenaikan Tarif

Dasar Listrik (TDL) yang menambah beban biaya usaha. (3) Penundaan transaksi CPO dari

beberapa negara tujuan ekspor.

7.2. Inflasi

Inflasi tahunan diperkirakan akan mengalami peningkatan secara moderat, yang didorong

oleh ekspektasi excess demand pangan karena adanya kemarau basah, serta dampak

lanjutan kenaikan tarif listrik melalui peningkatan harga jual. Berdasarkan proyeksi dan

dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di

Sumatera Selatan, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada triwulan IV 2010 akan

meningkat menjadi 5,24±0,5%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan

menurun menjadi 0,90±0,5%. Namun demikian, proyeksi tersebut saat ini mempunyai

Page 113: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

95  

kecenderungan bias ke atas karena adanya risiko dampak perubahan iklim dan bencana

alam melalui gangguan pada distribusi dan pasokan.

Kinerja ekspor CPO diperkirakan menurun karena adanya penundaan transaksi dari

beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Eropa. Hal ini akan dipengaruhi secara negatif terhadap pendapatan masyarakat dan

kemudian berimplikasi pada menurunnya permintaan domestik, relatif terhadap keadaan

normal.

Pada bulan Oktober diperkirakan terjadi penurunan harga secara tipis karena

penyesuaian kembali harga beberapa jenis barang/jasa pasca lebaran. Di bulan November,

kenaikan harga akan kembali terjadi menyusul potensi gangguan distribusi dan pasokan

barang seiring dengan curah hujan yang tinggi dan bencana alam di beberapa daerah. Pada

akhir tahun, tekanan kenaikan harga akan muncul pada liburan Natal dan tahun baru,

termasuk dari kelompok transportasi.

Ekspektasi inflasi masyarakat ke depan adalah meningkat, yang ditunjukkan oleh

hasil survei konsumen dimana sebagian besar responden berpendapat bahwa akan terjadi

kenaikan harga. Ekspektasi masyarakat tersebut antara lain dapat dipengaruhi oleh

ekspektasi kondisi perekonomian secara umum di masa depan dan kebijakan-kebijakan

tertentu yang akan dibuat.

Dari sisi perekonomian domestik,

peningkatan tekanan inflasi tersebut

utamanya disebabkan oleh investasi dan

konsumsi yang diindikasikan akan tetap

tinggi pada baik melalui pengeluaran

pemerintah maupun melalui konsumsi

masyarakat. Pergelaran Sea Games 2011

yang menuntut berbagai persiapan

termasuk pembangunan perumahan,

jalan, maupun infrastruktur penunjang

lainnya diperkirakan akan berdampak

pada kenaikan harga barang konstruksi

karena tingginya permintaan.

Realisasi inf lasi tahunan sampai dengan triwulan III 2010 (September 2010) masih

sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia untuk inflasi sepanjang 2010, begitu pula volatilitas

Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan

 Sumber: BPS Provinsi S umatera Selatan dan

proyeksi KBI Palembang

Page 114: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

96      

inflasi bulanan. Hal ini diharapkan dapat meminimalisasi inflation bias ke depan melalui

terjaganya ekspektasi inflasi dalam perekonomian.

Walaupun ke depan diperkirakan terjadi kenaikan tekanan inflasi dibandingkan

perkiraan semula, sampai saat ini perkiraan inflasi akhir tahun 2010 masih konsisten

dengan kisaran proyeksi inflasi yang telah disusun di awal tahun yakni sebesar 5,24±1%

(yoy).

7.3. Perbankan

Kinerja perbankan pada triwulan IV 2010 diproyeksikan akan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan III 2010 dengan tingkat pertumbuhan yang relatif stabil, baik dari sisi

penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit.

Pemulihan perekonomian dunia terus berlangsung walaupun tetap rapuh, dan

berlangsung lebih baik di negara berkembang ketimbang negara maju. Hal ini membuat

investor asing masih terkonsentrasi untuk menginvestasikan dananya di emerging markets

termasuk Indonesia. Sehingga, capital inflow diperkirakan akan terjaga pada level yang

tinggi yang ditandai dengan kecenderungan meningkatnya IHSG dan terapresiasinya

Rupiah, dan memberikan keleluasaan pada perbankan untuk meningkatkan penyaluran

kredit.

Faktor risiko muncul dari kenaikan tarif listrik yang merubah kondisi profitabilitas

bisnis. Dalam jangka pendek, hal ini dapat memperlambat kegiatan ekspansi usaha atau

investasi khususnya sebelum harga jual produk dapat ditingkatkan secara proporsional

dengan kenaikan biaya. Hal tersebut pada akhirnya akan memperlambat laju pertumbuhan

permintaan kredit perbankan.

Penyaluran kredit perbankan diperkirakan juga akan terdorong kegiatan investasi

maupun pembangunan fisik khususnya terkait persiapan Sea Games 2011, antara lain

melalui pembangunan perumahan, jalan, dan infrastruktur pendukung lainnya. Kemudian,

ekspektasi naiknya permintaan Cina dan India atas komoditas primer di masa depan juga

dapat mendorong penyaluran kredit.

Berdasarkan proyeksi teknikal dan judgment, diperkirakan pertumbuhan kredit pada

triwulan IV 2010 hanya akan cenderung konstan dari triwulan sebelumnya, yaitu berada di

kisaran 5,7% ± 1% (qtq). Hal ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat secara optimal.

Page 115: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

97  

Penyaluran kredit yang meningkat tersebut diprediksi tidak akan merubah tingkat

Non Performing Loan (NPL) secara signifikan. Walaupun kemampuan membayar debitur

sedikit berkurang karena turunnya margin pasca naiknya tarif listrik, namun hal tersebut

diperkirakan hanya akan bersifat temporer, sehingga tingkat NPL tetap rendah.

Tabel 7.3

Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian p ada Triwulan IV 2010

Indikator Prediksi Faktor Penyebab

Ekspor Moderat Harga komoditas dunia khususnya karet berada pa da level yang

cukup tinggi, namun terda pat penundaan transaksi dari bebera pa

negara tujua n ekspor CPO.

Impor Moderat Pendapatan per kapita yang meningkat, nilai Rupiah yang

terapresiasi, dan implementasi AC-FTA.

Pertumbuhan Moderat Potensi pe ningkatan pengeluaran pemerintah da n investasi,

walaupun terdapat hambatan dari sisi produksi terkait kenaikan

biaya listrik dan faktor cuaca

Inflasi Meningkat Natal dan tahun baru, ke naikan harga bara ng konstruksi,

ekspektasi kenaikan harga kom oditas pa nga n, kenaika n biaya

listrik.

Pengangguran Menurun Meningkatnya investasi yang me ndor ong pe nyerapan tenaga kerja

khususnya terkait konstruksi

Investasi Meningkat Membaiknya outlook perekonomian Indonesia da n ada nya

rencana pembangunan terkait persiapan Sea Games 2011.

Konsumsi domestik Moderat Kenaikan permintaan pada Natal dan tahun baru, namun sedikit

terhambat oleh kenaikan harga-harga

Kredit p erbankan Moderat Risiko perekonomian menurun, da n ada nya capital inflow, namun

terdapat peruba han alokasi sumber daya yang memperlambat

investasi

*Prediksi mempertimbangkan kondisi terkini, ekspektasi, dan karakteristik siklikal secara relatif terhadap keadaan normal

 

 

 

 

 

 

 

Page 116: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

BAB 7 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

98      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

 

Page 117: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

DAFTAR ISTILAH

Mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Qtq

Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya

Yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

Share Of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan

Migas

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas

Omzet

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Share effect

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secarakeseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut

Ekspor

Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil

Page 118: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

PDRB atas dasar harga berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu

Kliring Debet

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional

Page 119: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Industri Pekerja Pekerja Dibayar Pekerja Tidak Dibayar I n p u t Output Nilai Tambah/Value Added Produktivitas Tingkat Efisiensi

Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri. Orang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha tersebut. Oorang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang. Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di perusahaan. Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri lainnya. Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya. Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar. Rasio antara nilai out put dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar. Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.

Page 120: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · bab 1 perkembangan ekonomi makro regional 7 ... membaiknya kondisi ekonomi secara makro? 28 bab 2 perkembangan inflasi ... tabel 7.1 resume

 

 

 

 

 

Intensitas Tenaga Kerja Gross Margin Usaha Perusahaan Perusahaan Industri Jasa Industri

Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah. Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output. Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko. Suatu unit usaha yang diselenggarakan/ dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi. Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki. Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak atau balas jasa ( fee ).