BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · PDRB (termasuk migas) 6,23% 6,97% 7,21% 6,34% 7,63%...
Transcript of BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL · PDRB (termasuk migas) 6,23% 6,97% 7,21% 6,34% 7,63%...
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 9
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan
Sumber : BPS Kepulauan Riau
2012Tw-I Tw .II Tw-II I Tw-IV*) Tw-I
Konsumsi Rumah Tangga 14,96% 3,98% -1,33% 2,68% -0,61%
Konsumsi Lembaga Swasta 5,63% 5,39% 6,37% 3,92% 5,28%
Konsumsi Pemerintah 6,40% 7,13% 7,81% 8,21% 6,50%
Pembentukan Modal Tetap Bruto 15,24% 12,64% 14,60% 13,05% 16,82%
Ekspor Barang dan Jasa 10,43% 7,22% 4,90% 3,36% 7,37%
Impor Barang dan Jasa 10,50% 7,04% 6,15% 6,54% 10,76%
SEKTOR EKONOMIPertanian 3,90% 4,34% 4,27% 3,44% 2,67%
Pertambangan & Penggalian -0,39% 0,37% 1,88% 3,58% 4,63%
Industri Pengolahan 6,38% 9,41% 6,90% 5,35% 7,13%
Listrik, Gas & Air Bersih 12,19% 9,45% 14,94% 11,23% 11,05%
Bangunan 9,48% 14,29% 10,78% 10,13% 11,01%
Perdagangan, Hotel & Restoran 7,49% 10,07% 7,46% 7,49% 9,12%
Pengangkutan & Komunikasi 6,68% 5,93% 11,84% 10,26% 9,23%
Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 5,27% 9,31% 7,86% 8,34% 7,76%
Jasa-Jasa 5,20% 6,47% 8,89% 7,52% 7,91%
PDRB (termasuk migas) 6,23% 6,97% 7,21% 6,34% 7,63%
2011year on year
KOMPONEN PENGGUNAAN
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan I–2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy) menjadi 7,63% (yoy).
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau didorong oleh sektor utama
perekonomian, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Sementara laju peningkatan tertinggi terjadi pada sektor listrik, gas, dan air bersih,
serta sektor bangunan yang memiliki pertumbuhan diatas 10%. Pada sisi permintaan,
akselerasi yang cukup tinggi pada investasi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Kepulauan Riau.
Mulai meredanya ancaman krisis Eropa dan Amerika seiring langkah bank sentral dan
pemerintahan di negara-negara tersebut yang mengeluarkan kebijakan pro pasar seperti
penyuntikan dana dan pemberian suku bunga yang rendah berpengaruh positif pada
pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan ekspor
dari Kepulauan Riau yang mengalami peningkatan cukup besar. Peningkatan kepecayaan
pelaku usaha untuk berinvestasi di Kepulauan Riau menjadikan pendorong peningkatan
perekonomian, hal ini didukung oleh peringkat Indonesia yang masuk Investment Grade
(layak investasi) oleh Fitch dan Moody’s.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 10
1.2. SISI PERMINTAAN
1.2.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar 0,61% (yoy), dimana
penurunan pertumbuhan konsumsi didorong oleh penurunan pengeluaran konsumsi rumah
tangga untuk makanan yang mengalami penurunan 8,40% (yoy). Indikator perlambatan
pertumbuhan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan memperkuat adanya perlambatan
konsumsi. Penurunan konsumsi terkonfirmasi dari terjadinya perlambatan inflasi dan
penurunan pertumbuhan kredit konsumsi perbankan.
Namun penurunan konsumsi secara umum sedikit tertahan dengan masih positifnya
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk non makanan masih mengalami
pertumbuhan sebesar 5,07% (yoy). Hal tersebut juga terkonfirmasi berdasarkan indeks
tendensi konsumen yang masih menunjukkan masyarakat masih optimis terhadap kondisi
perekonomian yang tercatat berada pada indeks 107,80. Peningkatan penggunaan konsumsi
listrik rumah tangga juga menjadi indikator masih tingginya aktivitas rumaha tangga pada
triwulan laporan.
1.2.2. Investasi
Terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012
didorong oleh peningkatan aktivitas investasi Kepulauan Riau yang ditunjukkan melalui
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mengalami peningkatan pertumbuhan dari
13,05%(yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 16,82% (yoy) pada triwulan berjalan.
Peningkatan investasi terkonfirmasi melalui peningkatan realisasi investasi pada triwulan I-
2012 yang tercatat US$ 34,85 juta dari 14,8 juta pada triwulan sebelumnya. Perusahaan yang
melakukan realisasi investasi pada triwulan laporan diantaranya merupakan industri shipyard,
alas kaki, pertambangan, dan perdagangan.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perbankan
Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi L istrik Rumah Tangga
Kota Batam
Sumber : PLN Batam Sumber : Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 11
Peningkatan realisasi investasi pada triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan
kepercayaan pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian di Kepulauan Riau. Peningkatan
investasi ini dipengaruhi oleh mulai meredanya krisis Eropa dan Amerika serta didukung oleh
peringkat Indonesia yang masuk Investment Grade (layak investasi) oleh Fitch dan Moody’s.
Peningkatan investasi juga terlihat melalui pertumbuhan positif impor secara umum yang
didorong oleh peningkatan pertumbuhan peralatan mesin, peralatan besi dan baja.
Peningkatan investasi juga didukung oleh penjualan semen yang menunjukkan
akselerasi positif, sementara jika dilihat dari penyaluran kredit perbankan, kredit investasi
masih menunjukkan kinerja yang membaik. Berdasarkan hasil liaison (kunjungan langsung)
yang dilakukan oleh Bank Indonesia ke beberapa perusahaan, menunjukkan bahwa pelaku
usaha masih melakukan investasi dalam bentuk investasi rutin (maintenance), maupun
penambahan mesin produksi dan relokasi pabrik.
Grafik 1.3. Perkembangan Impor Barang Modal Utama
Sumber : BPS Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Sumber :Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.6. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Sumber : PDSI-BP Batam
Grafik 1.4. Perkembangan Persetujuan dan Realisasi
Investasi di Kota Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 12
1.2.3. Ekspor - Impor
Mulai meredanya ancaman krisia Eropa dan Amerika seiring bank sentral dan
pemerintahan di negara-negara tersebut yang mengeluarkan kebijakan pro pasar seperti
penyuntikan dana dan pemberian suku bunga yang rendah memberikan dampak terhadap
peningkatan pertumbuhan kinerja ekspor Provinsi Kepulauan Riau yang meningkat dari
3,34% (yoy) pada triwulan IV-2012 menjadi 7,37% (yoy) pada triwulan I-2012.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap SGD dan USD diperkirakan menjadi faktor
pendorong peningkatan ekspor pada triwulan laporan. Berdasarkan penggolongan barang,
pelemahan kinerja ekspor sebagian besar terjadi pada jenis peralatan listrik dan mesin
mekanis akibat melemahnya daya beli global, disamping tingkat kompetisi pasar yang
semakin tinggi seiring inovasi teknologi baru. Perlambatan juga terjadi pada sisi impor yang
terutama dipengaruhi oleh penurunan impor peralatan listrik dan mesin mekanik.
Grafik 1.7. Pertumbuhan Nilai Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : DSM-BI
Grafik 1.8. Pertumbuhan Volume Ekspor-Impor Non Migas
Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 1.9. Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD
Sumber : DSM-BI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 13
Grafik 1.11. Perkembangan Nilai Impor Utama
Grafik 1.10. Perkembangan Nilai Ekspor Utama
Adanya rekor kenaikan produksi AS dalam dua tahun terakhir dan penurunan tingkat
pengangguran AS yang menyebabkan peningkatan daya beli masyarakat AS menandai
perbaikan perekonomian negara Amerika. Sementara disetujuinya dana talangan (bailout)
kedua bagi Yunani sebesar 130 miliar euro atau Rp 1.560 triliun oleh para menteri keuangan
Uni Eropa memberikan stimulus positif bagi peningkatan perekonomian kawasan Eropa.
Sementara strategi diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di
luar negeri, stabilisasi pasokan dan harga barang pokok, serta penguatan organisasi
diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekspor Kepulauan Riau.
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan perekonomian triwulan ini dimotori oleh
peningkatan pada sektor industri pengolahan, perdagangan dan bangunan. Berdasarkan
kontribusinya, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)
masih menjadi penopang utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau.
1.3.1. Sektor Industri Pengolahan
Pertumbuhan sektor industri pada triwulan I-2012 mengalami akselarasi positif
dibanding periode triwulan sebelumnya, yang tercatat sebesar 7,13% (yoy). Dengan
peningkatan pertumbuhan ini, sektor industri pengolahan masih menjadi sektor ekonomi
utama Kepulauan Riau dengan kontribusi sebesar 47,91%.
Peningkatan pertumbuhan tertinggi pada sektor ini terjadi pada subsektor alat
angkutan, mesin, dan peralatannya yang mengalami peningkatan sebesar 10,45% (yoy),
dimana dengan peningkatan ini subsektor ini memberikan kontribusi sebesar 53,71%
terhadap pembentukan sektor industri.
Sumber : SEKDA – BI (SITC) Sumber : SEKDA – BI (SITC)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 14
Revisi PP 02 / 2009 melalui PP 10 / 2012 mengenai perlakuan kepabeanan,
perpajakan dan cukai serta tata laksana pemasukan dan pengeluaran barang di Kawasan
Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun (BBK) yang akan diberlakukan 9 Maret 2012
diperkirakan akan membawa dampak positif terhadap kinerja sektor Industri elektronik di
Batam. Dalam revisi PP tersebut terdapat penghapusan "masterlist", tidak ada lagi
pengajuan izin impor ke Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk barang-barang industri, dan
tidak ada pemeriksaan fisik Bea dan Cukai (BC).
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.12. Struktur Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau Tw.I-2012
Grafik 1.13. Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Kepulauan Riau
Grafik 1.14. Ekspor Elektronik dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.15. Pertumbuhan Kredit Sektor Industri
Grafik 1.16. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Industri
Kota Batam
Sumber : PLN Batam
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 15
Berdasarkan hasil liaison dari dua perusahaan industri elektronik yang disurvei pada
periode Januari – Februari 2012 menunjukkan adanya peningkatan penjualan sebesar
15,65%, dimana salah satu faktor peningkatan penjualan adalah peralihan permintaan
konsumen akibat masih belum pulihnya sektor industri Jepang dan penyesuaian teknologi
yang dilakukan oleh perusahaan. Kapasitas utilisasi dari kedua perusahaan ini cukup besar,
bahkan hampir mecapai kapasitas penuh. Perusahaan juga masih optimis akan terjadi
peningkatan penjualan sepanjang tahun 2012, hal tersebut ditandai dengan peningkatan
investasi yang dilakukan berupa pembelian mesin baru, pembangunan pabrik sampai
peningkatan service.
Kinerja industri perkapalan menunjukkan kondisi stabil dengan kecenderungan
mengalami peningkatan. Peningkatan kinerja industri kapal diperkirakan menuju ke arah
positif pada pertengahan tahun 2012, hal ini ditandai dengan masuknya dua PMA untuk
menanamkan modalnya di batam pada awal tahun 2012. Masih optimisnya kinerja industri
kapal juga didukung oleh penurunan harga baja sebagai bahan baku utama pembuatan
kapal. Peningkatan positif kinerja industri perkapalan didukung oleh penurunan harga baja
sebagai bahan baku utama. Dimana berdasarkan data World Bank, Steel Index Japan
mengalami penurunan dari 141,66 pada Desember 2011 menjadi 137,55 pada Maret 2012.
Peningkatan kinerja perkapalan terkonfirmasi dari peningkatan akselerasi pertumbuhan
ekspor kapal laut Kepulauan Riau.
1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan I-2012 mencatat
pertumbuhan 9,12%, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,49%.
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan, sektor ini menjadi salah satu pendorong
Grafik 1.17. Ekspor Kapal Laut dari Kepulauan Riau
Sumber : DSM - BI Sumber : Worldbank
Grafik 1.18. Perkembangan Harga Baja Dunia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 16
pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan laporan dengan peningkatan
kontribusi menjadi sebesar 19,70%.
Pertumbuhan perekonomian terjadi pada seluruh subsektor, dimana seluruh
subsektor memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pada subsektor perdagangan adanya
peningkatan impor turut mempengaruhi akselerasi subsektor perdagangan, terutama untuk
pelaku usaha yang memperdagangkan komoditas impor. Peningkatan aktivitas usaha pada
subsektor perdagangan diperkirakan karena peningkatan aktivitas masyarakat terkonfirmasi
melalui peningkatan konsumsi non makanan masyarakat.
Selain itu peningkatan kunjungan wisatawan pada saat hari raya imlek di awal tahun
dan banyaknya aktivitas meeting menjadi faktor pendorong peningkatan sektor ini hal
tersebut menyebabkan subsektor hotel tumbuh 9,77%. Hal ini terindikasi dari peningkatan
tingkat hunian hotel berbintang secara umum di Kepulauan Riau pada triwulan I-2012 yang
mencapai 48,13%. Tidak hanya berasal dari kedatangan tamu domestik, tingginya tingkat
hunian hotel pada triwulan ini juga turut disumbang oleh kedatangan wisatawan
mancanegara yang pada akhir tahun tercatat sebanyak 152.045 orang, atau naik 16,48%
dibanding periode yang sama tahun 2011.
.
Grafik 1.21. Pertumbuhan Konsumsi L istrik Bisnis
Kota Batam
Sumber : PLN Batam Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.22. Kredit Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Grafik 1.20. Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara
(Wisman) yang Berkunjung Ke Kepulauan Riau
Grafik 1.19. Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate)
di Kepulauan Riau
Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 17
Peningkatan sektor ini tercermin dari pertumbuhan positif penyaluran kredit sektor ini
pada periode triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan juga ditunjukkan oleh pemakaian
listrik pada sektor bisnis yang mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini
1.3.3. Sektor Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan migas Kepulauan Riau mengalami peningkatan, dimana
sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dari 3,58% pada triwulan IV-2011 menjadi
4,63% pada triwulan I-2012. Peningkatan pertumbuhan ini terindikasi dari peningkatan
pertumbuhan ekspor minyak dan gas Kepulauan Riau pada triwulan I-2012. Selanjutnya
kinerja positif sektor pertambangan migas di Kepulauan Riau diperkirakan terjadi seiring
beroperasinya eksplorasi baru yang dimulai pada akhir tahun 2011 yaitu eksplorasi blok gas
Nort Belut-Natuna oleh Conoco Philips dan beroperasinya blok Gajah Baru-Natuna. Potensi
peningkatan produksi gas untuk wilayah Natuna masih sangat besar, karena ladang gas D-
Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna memiliki total cadangan 222
Trillion Cubic Feet (TCT) dan gas hidrokarbon sebesar 46 TCT yang merupakan salah satu
sumber terbesar di Asia. Peningkatan ini juga terlihat dari peningkatan volume penyaluran
gas PGN area Batam pada triwulan I-2012.
Sementara harga minyak mentah dunia kembali menembus rekor tertingginya sejak
Agustus 2008, akibat sengketa minyak antara Iran dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Sementara harga gas dunia juga mengalami peningkatan menjadi US$ 11,97 / MMBTU
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor Migas Kepulauan Riau
Sumber : BPS Sumber : Kementerian ESDM
Grafik 1.24. Penyaluran Gas PGN Batam
Grafik 1.25. Harga Minyak Dunia
Sumber : Worldbank Sumber : Worldbank
Grafik 1.26. Harga Gas Dunia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 18
1.3.4. Sektor-sektor Lainnya
Kinerja pertumbuhan sektor lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik,
terutama pada sektor bangunan dan listrik, gas, dan air bersih yang meiliki akselerasi tertinggi
pada triwulan laporan, masing-masing sebesar 11,01% (yoy) dan 11,05% (yoy). Peningkatan
sektor bangunan didukung oleh peningkatan penjualan semen di Kepulauan Riau yang
menunjukkan akselarasi positif. Peningkatan juga terindikasi oleh peningkatan indeks harga
properti residensial pada triwulan I-2012 menjadi 98,24. Sementara tingginya aktivitas usaha
pada triwulan laporan berdampak terhadap peningkatan kinerja sektor listrik, gas, dan air
bersih yang tercermin dari peningkatan penjualan listrik pada triwulan laporan.
Di sektor pengangkutan dan komunikasi, peningkatan pertumbuhan terjadi pada
subsektor pengangkutan dan komunikasi. Peningkatan pertumbuhan pengangkutan
didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang berlibur ke Batam pada awal
tahun 2012. Tingginya kunjungan wisatawan juga memberi imbas positif terhadap sektor
komunikasi, dimana indikasi peningkatan sektor angkutan dan komunikasi tersecermin
melalui peningkatan pertumbuhan pemberian kredit oleh perbankan terhadap sektor ini pada
triwulan laporan.
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.28. Indeks Harga Properti Residensial
Sumber : PLN Batam
Grafik 1.29. Pertumbuhan Konsumsi Listrik
Kota Batam
Grafik 1.27. Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau
Grafik 1.30. Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan
Umum dan Komunikasi
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Sumber : Survey Properti Harga Residensial
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 19
Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan dimotori oleh
akselarasi yang meningkat pada subsektor bank yang tumbuh 7,63%. Pertumbuhan kredit
cenderung stabil, sementara pengimpunan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan
peningkatan pertumbuhan. Perbaikan kinerja perbankan pada triwulan laporan juga dilihat
melalui membaiknya intermediasi perbankan pada triwulan I-2012 dengan indikator Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang terus menunjukkan arah yang meningkat.
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.32. Perkembangan LDR dan NPL Perbankan
di Kepulauan Riau
Sumber : Laporan Bulanan Bank
Grafik 1.31. Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan
di Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 20
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012 mengalami perlambatan, menjadi sebesar
0,30% (qtq) dari 0,48% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Kota Batam selama triwulan I-2012
mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq), mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,45% (qtq). Jika dilihat secara tahunan, laju
inflasi tahunan (year on year) pada triwulan I-2012 sebesar 3,27% (yoy). Sementara itu Kota
Tanjungpinang pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan laju inflasi dibanding periode
sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 0,71% (qtq), meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat 0,64% (qtq).
Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012 mengalami perlambatan, menjadi sebesar
0,30% (qtq) dari 0,48% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan laju inflasi tersebut
didorong oleh penurunan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan dan sayuran, karena
peningkatan pasokan komoditas tersebut dari daerah sentra produksi.
2011 2012 2012 Mar-121. Banda Aceh -1,92 0,41 0,16 3,222. Lhokseumawe -1,22 0,55 1,20 4,153. Sibolga -1,91 -0,44 0,82 3,744. Pematang Siantar -1,18 -0,39 1,60 4,675. Medan -0,94 -0,26 0,52 3,756. Padang Sidempuan -1,43 -0,14 0,36 4,127. Padang -2,59 0,43 0,09 3,958. Pekanbaru -0,55 -0,03 0,66 4,209. Dumai -2,34 -0,41 -0,58 2,7510. Jambi -2,26 0,52 0,31 3,9011. Palembang -0,77 0,04 -0,23 3,8212. Bengkulu -1,64 -0,12 -0,10 3,6513. Bandar Lampung -0,41 -0,21 0,31 3,4214. Pangkal Pinang -1,6 0,34 2,06 5,1515. Batam -0,49 0,20 0,23 3,2716. Tanjungpinang -1,46 -0,20 0,71 2,73NASIONAL -0,32 0,05 0,81 3,56
Kota
Inflasi Tahunan
(yoy)Maret (mtm)
Inflasi Tahun Berjalan Maret
(ytd)
Faktor yang menjadi pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini terutama akibat
peningkatan pada subkelompok padi-padian dan ikan segar. Peningkatan harga beras
dikarenakan penurunan produksi seiring dengan mundurnya musim tanam yang berdampak
Sumber: BPS
Tabel 2.1. Gambaran Inflasi di Sumatera dan Nasional
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 21
terhadap terlambatnya musim panen raya yang direncanakan terjadi pada akhir Februari
2012 di daerah sentra produksi. Serangan hama dan penyakit yang semakin ganas disertai
intensitas hujan yang semakin tinggi, diperkirakan juga menjadi faktor terjadinya penurunan
produksi beras.
Sementara peningkatan harga ikan segar terjadi pada bulan Januari 2012 akibat
tingginya gelombang dan angin, sehingga hasil tangkap ikan mengalami penurunan.
Sementara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dollar Singapura turut
menjadi pemicu kenaikan harga pada komoditas import (imported inflation). Di lain pihak
adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas internasional juga menjadi faktor
pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini.
Sehubungan dengan cukup besarnya impor sayur dan buah yang dilakukan oleh
Batam dan terkait dengan pengaturan Impor Hortikultura, Kementerian Pertanian melalui
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 Tahun 2012 dan Permentan Nomor 16 Tahun 2012
memperbolehkan impor buah-buahan, sayuran segar dan sayuran umbi lapis melalui
pelabuhan bebas Batam, Bintan, dan Karimun (BBK). Aturan ini menghapus aturan yang
Grafik 2.2. Perkembangan Kurs IDR terhadap SGD dan USD
Sumber : BI
Grafik 2.1. Perkembangan Harga Komoditas Internasional
Sumber : IMF
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kepulauan Riau
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Grafik 2.4 Andil Inflasi Kepulauan Riau
Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 22
Jan-12 Feb-12 Mar-12 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Jan-12 Feb-12 Mar-12
Selat Malaka 3 - 7 3 - 8 3 - 8 0.5 - 0.75 0.2 - 0.75 0.2 - 0.75 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % Laut Natuna 5 - 15 5 - 10 5 - 11 1.25 - 2.5 1.25 - 2.0 1.25 - 2.0 15 - 45 % 0 - 5% 0 - 5%
Lokasi Angin 10 m Rata – Rata (Knot)
Tinggi Signifikan Rata – Rata (meter) Frekuensi Gel. > 3 Meter
menetapkan empat pintu masuk impor hortikultura. Dengan adanya revisi aturan tersebut
maka pasokan komoditas hortikultura untuk kawasan BBK berjalan secara normal
sebagaimana biasanya.
Melihat ketergantungan wilayah yang cukup besar terhadap pasokan bahan
makanan dari luar wilayah, maka diperlukan pengembangan kawasan pertanian,
peternakan dan perikanan sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan karakteristik
wilayah, yang didukung oleh peran serta pemerintah dalam hal perizinan dan
kemudahan bagi investor.
Peningkatan harga minyak internasional yang akan diikuti dengan rencana
pemerintah melakukan pembatasan/kenaikan harga BBM bersubsidi. Pemerintah juga akan
melakukan pembenahan tranportasi umum agar dapat diakses oleh masyarakat umum secara
mudah yang selanjutnya dapat mengurangi penggunaan tranportasi pribadi. Melihat
besarnya ketergantungan terhadap bahan makanan yang didatangkan dari luar wilayah,
maka kondisi cuaca di perairan sekitar (gelombang laut) sangat menentukan kelancaran
pasokan. Terkait dengan hal tersebut program ketahanan pangan yang terintegrasi perlu
dilakukan oleh pemerintah.
22..11 .. PPEERRKKEEMMBBAANN GGAANN IINNFFLLAASS II KKOOTTAA BBAATTAAMM
Kota Batam selama triwulan I-2012 mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq), mengalami
peelambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,45%
(qtq). Perlambatan tersebut terjadi karena peningkatan pasokan komoditas bawang merah,
kentang, bayam, dan kol putih dari daerah sentra produksi menyebabkan penurunan harga
untuk komoditas tersebut.
Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan I-2012
sebesar 3,27% (yoy). Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang berkontribusi besar
terhadap inflasi Kota Batam terjadi pada kelompok bahan makanan; pendidikan, rekreasi,
dan olahraga; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; serta perumahan, air, listrik,
gas, dan bahan bakar.
Tabel 2.2. Prakiraan Tinggi Gelombang Laut d i Wilayah Kepri Periode Januari s/d Maret 2012
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (pemutakhiran 2 Januari 2011)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 23
Laju inflasi Kota Batam yang berada dibawah level nasional didukung oleh stabilnya
pasokan pada komoditas kebutuhan pokok dengan didukung oleh ekspektasi pelaku usaha
yang relatif rendah. Pada awal triwulan Kota Batam sempat mengalami penurunan pasokan
seiring kondisi cuaca yang ekstrem, selain itu peningkatan permintaan pada saat terjadinya
perayaan Hari Raya Imlek menjadi pendorong peningkatan harga pada awal triwulan. Pada
pertengahan triwulan pasokan mulai mengalami peningkatan dan mendorong terjadinya
penurunan harga, sehingga mendorong terjadinya deflasi.
Berdasarkan data Survey Pemantauan Harga Mingguan, terpantau terjadinya
penurunan harga pada komoditas cabe merah dari Rp35.750 pada triwulan IV-2011 menjadi
Rp20.000 pada akhir triwulan laporan. Adanya penurunan ini disebabkan oleh peningkatan
supply dari daerah produksi. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh membaiknya kondisi
cuaca sejak minggu pertama Februari 2012.
22..22 .. IINNFFLLAASS II KKOOTTAA BBAATTAAMM BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN
Berdasarkan kelompok pengeluaran, laju inflasi Kota Batam pada triwulan ini
terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok perumahan, listrik, gas, dan air bersih
dengan peningkatan sebesar 0,58% (qtq). Sementara kelompok lainnya yang juga menjadi
pendorong kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, &
tembakau 0,64% (qtq), kelompok sandang 1,19% (qtq) dan kelompok transpor, komunikasi,
& jasa keuangan 0,45% (qtq). Sementara kelompok bahan makanan mengalami penurunan
indeks sebesar 0,88% (qtq).
Grafik 2.5. Laju Inflasi IHK Triwulanan Kota Batam
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 24
Tabel 2.3. Perkembangan Laju Inflasi Batam Triwulan I-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun Dasar 2007
Jan'12 Feb'12 Mar'12
1 Bahan makanan 1,51 -2,48 0,13 -0,88
2Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
0,50 0,01 0,13 0,64
3Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
0,01 0,46 0,12 0,58
4 Sandang -0,10 1,31 -0,02 1,19
5 Kesehatan 0,13 0,19 0,26 0,58
6Pendidikan, rekreasi dan olahraga
0,17 0,00 0,00 0,17
7Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
0,18 -0,40 0,67 0,45
0,49 -0,46 0,20 0,23Inflasi IHK
No. KelompokBulanan (mtm ) Triwulanan
(qtq)
Berdasarkan andilnya terhadap pembantukan inflasi Kota Batam selama triwulan I-2012
kontributor utama pembentukan inflasi Kota Batam, adalah :
a. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Inflasi triwulan I-2012 pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada
akhir triwulan laporan sebesar 0,58% (qtq), atau mengalami peningkatan dibandingkan
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,08% (qtq). Kelompok ini memberikan andil sebesar
0,14% terhadap inflasi IHK secara triwulanan.
Andil inflasi terbesar peningkatan harga pada kelompok ini adalah kenaikan sewa
rumah akibat kenaikan ekspektasi masyarakat yang mengalami peningkatan 1,11% (qtq)
dengan memberikan andil sebesar 0,10%. Peningkatan harga pada komoditas besi beton
sebesar 9,25% (qtq) juga menjadi pendorong terjadinya inflasi kelompok ini, peningkatan ini
terjadi akibat penurunan pasokan dan masih tingginya permintaan masyarakat seiring
kegiatan sektor konstruksi yang masih menunjukkan aktivitas positif.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas,
dan Bahan Bakar di Kota Batam
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Menurut
Subkelompok
Sumber: BPS,diolah.
Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 25
b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Pada triwulan I-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 0,64% (qtq), mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 0,32% (qtq). Peningkatan laju inflasi ini memberikan andil sebesar
0,11%.
Andil inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau didorong
oleh peningkatan indeks harga pada komoditas nasi sebesar 1,92% (qtq) yang memberikan
andil sebesar 0,07%. Peningkatan harga nasi banyak disebabkan oleh peningkatan harga
beras sebagai bahan baku pembuatan nasi..
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Menurut Subkelompok
Triwulan I-2012
Sumber: BPS,diolah.
c. Kelompok Sandang
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,19% (qtq), berubah arah jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 2,09% (qtq). Peningkatan
harga yang terjadi pada kelompok ini memberikan andil sebesar 0,09%. Faktor utama
terjadinya peningkatan pada kelompok sandang adalah peningkatan harga komoditas emas
perhiasan akibat peningkatan harga emas dunia dari USD 1563,7/OZ pada akhir triwulan IV-
2011 menjadi USD 1668,35/OZ pada akhir triwulan laporan.
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang
Kota Batam (qtq) Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Sandang
Menurut Subkelompok Triwulan I-2012
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 26
22..33 .. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASS II KKOOTTAA BBAATTAAMM
Pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam pada triwulan I-2012
banyak didorong oleh inflasi inti dengan kenaikan indeks sebesar 0,33% (qtq), dengan andil
sebesar 0,16% terhadap inflasi IHK. Peningkatan tarif sewa rumah dan peningkatan harga
emas perhiasan menjadi pendorong utama peningkatan inflasi kelompok inti pada triwulan
I-2012.
Grafik 2.12. Disgaregasi Inflasi Batam Triwulan I-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.13. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food
di Batam (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Inflasi administered price tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% (qtq), dengan
andil 0,08% yang disebabkan oleh peningkatan tarif parkir seiring dengan pemberlakukan
tarif parkir baru oleh Pemerintah Kota Batam pada tanggal 1 Maret 2012.
Sementara inflasi volatile food mengalami deflasi sebesar 0,03% (qtq) dengan andil
deflasi sebesar 0,01%. Terjadinya deflasi pada kelompok ini banyak disebabkan oleh
penurunan harga komoditas cabe merah, bawang merah, dan komoditas dari subkelompok
sayur-sayuran yang terjadi akibat peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi akibat
peningkatan produksi.
22..44 .. PPEERRKKEEMMBBAANN GGAANN IINNFFLLAASS II KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG
Kota Tanjungpinang pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan laju inflasi
dibanding periode sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 0,71% (qtq),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat 0,64% (qtq). Peningkatan inflasi yang
terjadi di Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh peningkatan tarif air minum oleh PDAM yang
mengalami kenaikan dari Rp1.200/m3 menjadi Rp2.000/m3 yang mulai diberlakukan pada
tanggal 1 Januari 2012 yang ditetapkan oleh Gubernur Kepulauan Riau.
Komoditas yang juga menjadi pendorong terjadinya peningkatan inflasi di Kota
Tanjungpinang adalah komoditas rokok yang disebabkan oleh peningkatan cukai rokok oleh
pemerintah pada awal tahun 2012. Selanjutnya komoditas yang menjadi pendorong
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 27
terjadinya inflasi adalah komoditas emas perhiasan yang disebabkan oleh peningkatan harga
emas dunia. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan I-
2012 sebesar 2,73% (yoy) mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,32% (yoy).
22..55 .. IINNFFLLAASS II KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG BBEERRDDAA SSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN
Berdasarkan penggolongannya ke dalam kelompok pengeluaran masyarakat, laju inflasi
pada triwulan ini terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok kelompok
perumahan, listrik, gas & air bersih; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, &
tembakau dengan laju masing-masing sebesar 1,54% (qtq) dan 0,95% (qtq). Dengan andil
masing-masing sebesar 0,34% dan 0,21%. Sementara peningkatan inflasi sedikit tertahan
akibat terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan; dan kelompok pendidikan, rekreasi,
dan olahraga. Terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
harga pada komoditas bumbu-bumbuah, sayuran dan buah akibat peningkatan supply dari
daerah sentra produksi.
Jan'12 Fe b'12 Mar'12
1 Bahan makanan 3,83 -2,44 -1,28 -0,01
2Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
0,26 0,50 0,19 0,95
3Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
0,10 1,15 0,30 1,54
4 Sandang 0,26 0,53 0,24 1,03
5 Kesehatan 0,51 0,01 0,68 1,20
6Pendidikan, rekreasi dan olahraga
-0,12 -0,01 0,04 -0,09
7Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
0,21 0,07 0,10 0,39
1,22 -0,31 -0,20 0,71Inflasi IHK
No. KelompokBulanan (mtm) Triw ulanan
(qtq)
Berdasarkan andilnya terhadap pembantukan inflasi Kota Tanjungpinang selama
triwulan I-2012, kontributor utama pembentukan inflasi Kota Tanjungpinang adalah :
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
Tabel 2.4. Perkembangan Laju Inflasi Tanjungpinang Triwulan I-2012 (%)
Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Grafik 2.14. Perkembangan Laju Inflasi Tanjungpinang
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 28
a. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Terdapat peningkatan laju inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar dari 0,52% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 1,54% (qtq) pada triwulan I-2012.
Andil kelompok ini terhadap pembentukan inflasi triwulan I-2012 sebesar 0,34%.
Peningkatan pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan air bersih banyak
disebabkan oleh peningkatan tarif air oleh PDAM Tirta Kepri dari Rp1.200/m3 menjadi
Rp2.000/m3 yang ditetapkan melalui keputusan Gubernur Kepulauan Riau pada Januari
2012.
Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas,
dan Bahan Bakar di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.16. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Menurut Subkelompok
Sumber: BPS,diolah.
b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Pada triwulan I-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 0,95% (qtq), mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat 0,44% (qtq). Kenaikan laju tersebut memberikan andil sebesar
0,21% terhadap pembentukan inflasi Tanjungpinang.
Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terjadi terutama karena kenaikan harga rokok
seiring kenaikan cukai rokok sesuai dengan aturan pemerintah untuk menaikkan cukai rokok
per Januari 2012 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 167/PMK.011/2011
tentang Perubahan Ketiga Atas PMK Nomor 181/PMK.011/2009 Tentang Tarif Cukai Hasil
Tembakau sebesar 16,3%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 29
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di
Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Menurut Subkelompok
Sumber: BPS,diolah.
c. Kelompok Sandang
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,03% (qtq), berbanding terbaik dengan
triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,28% (qtq). Terjadinya peningkatan
laju inflasi ini memberikan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,06% (qtq).
Pada kelompok ini, kenaikan indeks harga terutama disebabkan naiknya harga emas
perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas dunia yang mengalami peningkatan
sebesar 6,69% (qtq) dari USD 1563,7/OZ menjadi USD 1668,35/OZ
Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Tanjungpinang
(qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 2.20. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok
Triwulan I-2012
Sumber: BPS, diolah
22..22 .. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASS II KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG
Peningkatan laju inflasi kota Tanjungpinang hingga akhir triwulan IV-2011 terutama
dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga pada kelompok adminstered price akibat
pemberlakukan peningkatan tarif air minum dan kenaikan harga rokok.
Laju inflasi inti pada bulan ini relatif stabil dengan mengalami sedikit peningkatan
akibat kenaikan harga emas perhiasan mengikuti kenaikan harga emas dunia.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 30
Sementara kelompok volatile food mengalami deflasi yang disebabkan oleh penurunan
harga pada komoditas bumbu-bumbuah, sayuran dan buah akibat peningkatan supply dari
daerah sentra produksi.
Grafik 2.21. Disgaregasi Inflasi Tanjungpinang Triwulan I-2012
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.22. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food
di Tanjungpinang (qtq)
Sumber: BPS, diolah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 31
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH
Perkembangan perbankan secara umum menunjukkan trend peningkatan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingkat kepercayaan
masyarakat mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya dana pihak ketiga yang
dihimpun oleh perbankan. Fungsi intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan
dengan kualitas kredit yang masih terjaga yang terindikasi dari masih rendahnya rasio kredit
bermasalah.
Pada triwulan I-2012 perkembangan transaksi pembayaran tunai mengalami
penurunan. Fluktuasi perkembangan transaksi tunai tersebut dipengaruhi oleh siklus transaksi
di masyarakat yang biasanya mengalami peningkatan di triwulan III dan menunjukkan
kecenderungan turun di triwulan IV dan triwulan I. Berbeda dengan transaksi pembayaran
tunai, volume dan nilai transaksi non tunai melalui instrumen uang giral justru mengalami
kenaikan dibandingkan dengan priode sebelumnya.
33..11 .. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANN KKAANN DDAAEERRAAHH
Pada triwulan I-2012, perkembangan indikator perbankan secara umum
menunjukkan trend yang meningkat. Volume usaha perbankan di Provinsi Kepulauan Riau
pada triwulan pertama 2012 mengalami peningkatan 21,88% (yoy) sehingga tercatat sebesar
Rp30,25 triliun. Sementara itu tingkat kepercayaan masyarakat yang tercermin dari
penghimpunan dana pihak ketiga sampai triwulan I-2012 tercatat Rp25,55 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar 23,64% (yoy). Intermediasi yang dilakukan oleh perbankan
triwulan awal 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 29,04%
sehingga menjadi sebesar Rp19,21 triliun. Peningkatan kredit tersebut juga diiringi
peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,36% menjadi 2,04% pada triwulan laporan.
Grafik 3.1 Indikator Utama Bank Umum di
Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.2 Perkembangan NPL dan LDR Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 32
2011 2012
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Total Asset 24,818.94 26,787.30 27,273.06 28,685.52 30,250.54 Total Dana 20,665.76 22,308.67 22,555.91 24,069.09 25,550.96 Total Kredit 14,887.31 16,151.45 17,075.53 18,216.27 19,210.78
NPL 2.79% 2.45% 2.77% 2.36% 2.04% LDR 72.04% 72.40% 75.70% 75.68% 75.19%
33..11 ..11 .. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN DDAANNAA PPIIHHAAKK KKEETTIIGGAA
Laju pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan
menunjukkan tren peningkatan. Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum
di Kepulauan Riau hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp 25,55 triliun, dengan
pertumbuhan sebesar 23,64% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, pangsa dana pihak ketiga bank umum tidak terjadi pergeseran yang
cukup berarti. Hingga akhir periode laporan, pangsa tabungan sebesar 41,82% dan giro
sebesar 38,64%, sementara sisanya, pangsa deposito sebesar 19,54%. Simpanan dalam
bentuk giro mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 35,30% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya sektor perdagangan meningkatkan jumlah
transaksi dalam bentuk giral. Sementara itu simpanan dalam bentuk tabungan deposito
masing-masing mengalami peningkatan sebesar 24,53% (yoy) dan 4,27% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.3 Perkembangan Pertumbuhan DPK Bank Umum di
Kepulauan Riau
Grafik 3.4 Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Jenis
Simpanan di Kepulauan Riau
Tabel 3.1 Indikator Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 33
33..11 ..33 .. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNTTEERRMMEEDDIIAASSII PPEERRBBAANNKKAANN
Perkembangan kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum untuk proyek-proyek
yang berlokasi di Kepulauan Riau cukup ekspansif hingga akhir triwulan laporan. Hal ini
ditunjukkan dengan total kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek di Kepulauan Riau
pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp19,21 triliun atau tumbuh 29,04% (yoy). Meski
cukup ekspansif, ruang bagi fungsi intermediasi perbankan khususnya bank umum masih
terbuka. Rasio loan to deposit (LDR) pada triwulan laporan baru mencapai 75,19%, di bawah
target ideal Bank Indonesia yang berada pada kisaran 78%-100%. Sementara itu risiko kredit
bermasalah masih cukup terkendali dengan rasio NPL sebesar 2,04% di bawah target
indikatif Bank Indonesia sebesar 5%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik telah
mendorong daya serap kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kepulauan Riau pada
periode laporan.
Sementara itu, penyaluran kredit menurut jenis penggunaannya kredit investasi
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada posisi triwulan I-2012. Akselerasi kredit
juga dialami oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit investasi
mengalami peningkatan sebesar 52,48% (yoy). Sementara itu pertumbuhan modal kerja
meningkat sebesar 24,15% (yoy) sedangkan kredit konsumsi meningkat sebesar 22,22%
(yoy) pada triwulan I-2012.
Meskipun perekonomian global khususnya Amerika Serikat dan Eropa mengalami
perlambatan, perekonomian regional Provinsi Kepulauan Riau masih menunjukkan kinerja
positif yang tercermin dari peningkatan daya serap kredit di sektor produktif. Berdasarkan
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit yang Disalurkan
di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 34
sektor ekonomi, pangsa pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional untuk sektor
industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan masih dominan di Kepulauan
Riau di luar kredit konsumsi.
33..11 ..44 .. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK PPEERRKKRREEDDIITTAANN RRAAKKYYAATT ((BBPPRR))
Pada triwulan awal 2012, tidak terdapat penambahan BPR di wilayah Provinsi
Kepulauan sehingga jumlah total BPR yang beroperasi masih tetap 41 BPR. Demikian juga
dengan kantor cabang, tidak terjadi penambahan pada triwulan laporan sehingga total
kantor BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau sejumlah 63 kantor.
Kinerja kredit yang disalurkan oleh BPR terus mengalami peningkatan, secara nominal
kredit yang disalurkan oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan I-2012 tercatat
sebesar Rp2,98 triliun meningkat 28,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
kredit BPR tercatat sebesar 30,93% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga
tercatat Rp2,03 triliun.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan mikro ini terus
menunjukkan peningkatan yang tercermin dari peningkatan DPK yang dihimpun oleh BPR.
Penghimpunan DPK BPR juga mengalami peningkatan. DPK BPR pada posisi triwulan I-2012
tercatat sebesar Rp2,45 triliun meningkat 25,59% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
Diagram 3.1 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi
di Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 35
Perkembangan fungsi intermediasi BPR di Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada triwulan I 2011 LDR BPR tercatat sebesar
79,25% maka pada triwulan laporan LDR BPR tercatat sebesar 82,62%. Banyaknya jumlah
BPR berpengaruh pada tingkat persaingan yang semakin tinggi di sektor kredit mikro. Oleh
karena itu, BPR harus lebih jeli untuk menangkap peluang-peluang bisnis baru khususnya
untuk kredit sektor produktif.
Kecenderungan BPR di Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak menyalurkan kredit
untuk sektor konsumsi seperti pembelian kendaraan bermotor maupun perumahan. Hal ini
terkonfirmasi oleh data yang menunjukkan kredit konsumsi mendominasi dengan pangsa
sebesar 59,71% dari total kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau. Sementara itu, bila ditinjau
dari aspek risiko kredit cukup terkendali yang tercermin dari rasio NPLs yang tercatat 2,35%,
masih di bawah angka indikatif Bank Indonesia sebesar 5%.
33..11 ..55 .. PPEERRKKEEMMBBAANN GGAANN PPEERRBBAANNKKAA NN SSYYAARRIIAAHH
Pangsa asset bank syariah terhadap total asset seluruh bank di Kepulauan Riau terus
mengalami trend peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan telah melewati
angka psikologis 5%. Pada posisi triwulan I-2012 pangsa asset perbankan syariah terhadap
total asset tercatat 6,34% lebih tinggi dibandigkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang
tercatat 5,93%.
Grafik 3.6 Perkembangan Perkembangan Indikator BPR
di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 36
Dilihat dari data historis, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan seiring
semakin luasnya informasi mengenai perbankan syariah yang diterima oleh masyarakat di
Kepulauan Riau. Dengan demikian, Bank syariah di Kepulauan Riau memiliki peluang yang
cukup besar untuk terus mengembangkan pangsa pasarnya dengan jaringan yang lebih luas
agar bisa diakses oleh masyarakat baik di perkotaan maupun daerah hinterland.
Apabila dilihat dari aspek intermediasi bank syariah, perkembangan pembiayaan yang
berhasil disalurkan oleh bank syariah menunjukkan tren peningkatan hingga triwulan awal
2012 mencapai nominal sebesar Rp1,46 triliun. Sementara itu dana pihak ketiga yang telah
dihimpun pada triwulan laporan mencapai Rp1,26 triliun. Financing to deposit ratio (FDR)
bank syariah masih relatif tinggi yaitu sebesar 115,36% pada akhir triwulan laporan atau
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
112,56%. Tingkat FDR yang cukup tinggi dan melampaui 100% ini dipenuhi oleh perbankan
syariah dengan cara menggunakan dana pihak ketiga dari rekening antar kantor bank.
33..22.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN SSIISSTTEEMM PPEEMMBBAAYYAARRAANN
Perkembangan transaksi pembayaran tunai pada triwulan I 2012 mengalami
penurunan. Naik turunnya perkembangan transaksi tunai tersebut dipengaruhi oleh siklus
transaksi di masyarakat yang biasanya mengalami peningkatan di triwulan III dan
menunjukkan kecenderungan turun di triwulan IV dan triwulan I. Sementara itu, volume dan
nilai transaksi melalui instrumen uang giral mengalami peningkatan di banding periode
sebelumnya.
Grafik 3.7 Perkembangan Perkembangan Indikator Perbankan
Syariah di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 37
33..22 ..11 TTRRAANNSSAAKKSS II PPEEMMBBAAYYAARRAANN TTUUNNAAII
33..22 ..11 ..11 .. AAlliirraann UUaanngg KKaarrttaall MMaassuukk //KKee lluuaarr
Seperti halnya terjadi di tahun sebelumnya, perkembangan aliran uang kartal di wilayah
kerja KBI Batam pada triwulan akhir 2011 kembali mengalami penurunan. Penurunan aliran
uang tersebut merupakan bagian dari proses siklikal setiap tahunnya. Sementara itu, belum
ada perubahan karateristik net ouflow di KBI Batam di mana outflow hampir selalu lebih
besar daripada inflow. Pada triwulan laporan net outflow tercatat Rp504 miliar lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
Tw. II
Tw. III
Tw. IV
Tw. I
2008 2009 2010 2011 2012
Inflow (Rp milyar)
Outflow (Rp milyar)
2 per. Mov. Avg. (Outflow (Rp milyar))
-
50
100
150
200
250
Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III Tw. I Tw. III Tw. I
2008 2009 2010 2011 2012
Rp Miliar
33..22 ..11 ..22 .. PPeennyyeeddiiaaaann UUaanngg KKaarrttaall LLaayyaakk EEddaa rr
Kendati terjadi penurunan nett outflow, Bank Indonesia tetap melakukan kebijakan
clean money policy secara konsisten yaitu dengan melakukan pemusnahan terhadap uang
kartal yang sudah tidak layak edar. Pada triwulan laporan Bank Indonesia di Provinsi
Kepulauan Riau telah memusnahkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan jumlah nominal
mencapai Rp216,89 milyar atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp227,48 milyar.
Selain dengan melakukan pemusanahan UTLE, Bank Indonesia juga melakukan
kegiatan kas keliling secara rutin ke kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Riau,
seperti Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Kabupaten Anambas dan Kabupaten Lingga. Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat di
daerah rural dan hinterland juga dapat mendapatkan fasilitas uang rupiah yang masih relative
baru dan layak edar.
Grafik 3.12 Perkembangan Pemusnahan Uang
Kantor Bank Indonesia Batam
Grafik 3.11 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal
Di Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 38
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah, Bank
Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat
secara periodik. Sosialisasi ini dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti pasar (baik
modern maupun tradisional) serta pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah. Selain
kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga melakukan publikasi tentang cirri-
ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak maupun elektronik.
33..22 ..22 TTRRAANNSSAAKKSSII PPEEMMBBAAYYAARRAANN NNOONN TTUUNNAAII
33..22 ..22 ..11 .. KKll iirr iinngg LLookkaall
Volume transaksi non tunai melalui instrumen kliring di Kepulauan Riau mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga dibukukan dari sisi
jumlah warkat yang dipertukarkan selama triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan.
Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instrumen uang giral masih dapat
dikategorikan baik terlihat dari kualitas penyelenggaraan kliring di Kepulauan Riau pada
triwulan I-2012 cukup terkendali dengan rendahnya rasio tolakan kliring yang tercatat
sebesar 2,35% dari seluruh jumlah warkat yang dipertukarkan turun dibandingkan dengan
rasio triwulan sebelumnya yang tercatat 2,65%.
2012Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I
Lembar 111,776 116,538 118,849 108,865 122,544 Nominal (Rp Miliar) 3,187 3,230 3,399 3,287 3,966
Lembar 2,642 2,892 2,989 2,522 2,362 Nominal (Rp Miliar) 82.19 92.73 109.47 86.96 93.22
Keterangan
Perputaran Kliring
Penolakan Cek/BG Kosong
2011
33..22 ..22 ..22 .. RReeaa ll TTiimmee GGrroossss SSeettttlleemmeenntt ((RRTTGGSS))
Sebagai informasi Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) adalah
proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi
(individually processed/ gross settlement) dan bersifat real time (electronically processed),
dimana rekening peserta dapat didebit/kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah
pembayaran dan peneriman pembayaran. Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan
masyarakat yang menggunakan fasilitas BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Secara rata-rata
penurunan transaksi BI-RTGS nominal tercatat 24,10% (yoy).
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 39
Jika dilihat dari sebaran transaksi di Provinsi Kepulauan Riau, sebagian transaksi BI-
RGTS yang dilakukan oleh masyarakat terjadi di Kota Batam. Secara nominal Batam
mendominasi transaksi BI-RTGS dengan pangsa sebesar 87,88% diikuti oleh Kota
Tanjungpinang dengan pangsa 8,22%. Demikian pula secara volume, transaksi BI-RTGS di
Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh transaksi masyarakat Kota Batam dengan
pangsa 87,51% yang kembali diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan pangsa 8,22%.
2012Tw. I Tw. II Tw. I II Tw. IV Tw. I
Batam Batam ke Luar Batam 9,860 6,088 6,630 7,137 5,736 -41.8%Luar Batam ke Batam 12,262 10,738 12,592 12,780 11,113 -9.4%Batam ke Batam 4,775 3,462 3,845 3,948 3,103 -35.0%
Karimun Karimun ke Luar Karimun 358 362 305 346 351 -1.9%Luar Karimun ke Karimun 208 189 183 167 159 -23.8%Karimun ke Karimun 65 86 55 50 46 -30.4%
Natuna Natuna ke Luar Natuna 3 1 1 21 0.48 -84.0%Luar Natuna ke Natuna 113 13 42 154 342 202.5%Natuna ke Natuna 2 1 1 21 0.06 -97.0%
Tan jung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 289 199 218 381 186 -35.7%Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 1,157 956 1,367 1,695 1,041 -10.1%Tg. Pinang ke Tg. Pinang 131 89 122 295 102 -22.0%
Batam Batam ke Luar Batam 7,989 8,638 13,022 13,359 11,657 45.9%Luar Batam ke Batam 10,860 10,974 16,143 17,602 15,279 40.7%Batam ke Batam 4,229 3,972 6,077 5,998 5,236 23.8%
Karimun Karimun ke Luar Karimun 966 865 743 909 893 -7.6%Luar Karimun ke Karimun 604 587 623 525 427 -29.3%Karimun ke Karimun 154 161 109 87 85 -44.8%
Natuna Natuna ke Luar Natuna 2 16 11 18 7 250.0%Luar Natuna ke Natuna 253 73 173 168 236 -6.7%Natuna ke Natuna 2 5 1 1 1 -50.0%
Tan jung Pinang Tg. Pinang ke Luar Tg. Pinang 248 525 593 639 462 86.3%Luar Tg. Pinang ke Tg. Pinang 857 1,683 1,673 2,451 1,518 77.1%Tg. Pinang ke Tg. Pinang 121 238 304 364 227 87.6%
2011yoy
RTGS Nilai (Rp Miliar)
RTGS Volume
Wilayah
Tabel 3.3 Transaksi RTGS Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: Bank Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 40
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan I-
2012 diperkirakan sebesar Rp653,17 miliar atau 31,26%. Pencapaian penerimaan tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
26,42% dari target tahun anggaran berjalan.
Berbeda dengan realisasi penerimaan daerah yang relatif telah sesuai dengan target,
realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan I-2012 tercatat 8,36% dari target tahun
anggaran 2012. Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah di triwulan awal merupakan
siklus tahunan. Realisasi belanja daerah akan meningkat cukup besar pada triwulan ketiga
tahun berjalan sampai dengan triwulan akhir setiap tahunnya.
44..11 AAPPBBDD PPRROOVVIINNSSII KKEEPPUULLAAUUAANN RRIIAAUU TTAA.. 22001122
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kepri Tahun Anggaran
2012 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau
tercatat sebesar Rp2,250 triliun. Angka ini lebih tinggi dibanding APBD Provinsi Kepulauan
Riau Tahun Anggaran 2011 yang tercatat sebesar Rp 2,21 triliun setelah perubahan.
Berdasarkan data Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi
Kepulauan Riau, target penerimaan APBD Provinsi Kepulauan Riau adalah sebesar Rp2.03
triliun. Adapun rincian dari target tersebut antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang ditargetkan sebesar Rp572,2 miliar yang terdiri dari pendapatan pajak daerah
sebesar Rp542,74 miliar, retribusi daerah sebesar Rp1,60 miliar dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah sebesar Rp27,86 miliar. Sejak 2005 hingga 2011 realisasi Pendapatan Asli Daerah
Provinsi Kepulauan Riau mengalami trend kenaikan dengan kisaran 10-25% tiap tahunnya.
Sementara itu, target penerimaan dari Dana Perimbangan dilaporkan sebesar Rp1,3
triliun yang berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi
Umum. Penerimaan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dari Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp818,59 miliar. Sedangkan target penerimaan dari
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 41
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus masing-masing sebesar Rp460,86 miliar dan
Rp23,17 miliar. Adapun penerimaan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah yang merupakan
pendapatan hibah dari pemerintah ditargetkan sebesar Rp163,29 miliar pada tahun 2012.
Di sisi lain, Belanja Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 ditargetkan
Rp2,39 triliun. Belanja pemerintah tersebut dibagi dua yakni belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Total belanja tidak langsung daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar
Rp1,02 triliun. Rincian belanja tidak langsung tersebut antara lain untuk belanja pegawai
sebesar Rp206,25 miliar, belanja hibah sebesar Rp281,85 miliar, belanja bantuan sosial
sebesar Rp96,59 miliar, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp250
miliar, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota sebesar Rp179,50 miliar,
belanja tidak terduga sebesar Rp1 miliar, belanja bantuan keuangan sebesar Rp950 juta. Total
belanja langsung pemerintah daerah pada tahun 2012 ditargetkan sebesar Rp1,37 miliar
dengan rincian untuk belanja pegawai sebesar Rp178,45 miliar, belanja barang dan jasa
sebesar Rp858,81 miliar serta belanja modal sebesar Rp334,38 miliar.
44..22.. RREEAALLIISSAASSII AAPPBBDD PPRROOVVIINNSSII KKEEPPUULLAAUUAANN RRIIAAUU
44..22 ..11 .. RReeaalliissaassii PPeenneerriimmaaaann
Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah
(BKKD) Pemerintan Provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan daerah pada triwulan I-
2012 diperkirakan sebesar Rp653,17 milyar atau 31,26%. Pencapaian penerimaan tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat
26,42% dari target tahun anggaran berjalan.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada triwulan I-2012 tercatat sebesar
Rp153,59 miliar atau 26,84% dari target anggaran tahun 2012. Pencapaian tersebut
sebagian besar berasal dari penerimaan pajak daerah yang tercatat sebesar Rp150,12 miliar
atau 27,66% dari yang ditargetkan. Target penerimaan pajak daerah tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 14,76% dibanding target tahun sebelumnya.
Meningkatnya target penerimaan pajak mengingat bertambahnya potensi sumber
pajak provinsi sehubungan dengan UU No.28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD). Beberapa tarif pajak mengalami kenaikan, seperti pajak kendaraan bermotor
yang naik dari 5% menjadi 10%. Untuk jenis pajak ini, kendaraan pemerintah yang
sebelumnya tidak dikenakan pajak berubah menjadi objek pajak, dan daerah juga
diperbolehkan untuk mengenakan tarif pajak progresif. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 42
Bermotor (BBNKB) juga naik dari 10% menjadi 20%, serta tarif pajak bahan bakar kendaraan
bermotor meningkat dari 5% menjadi 10%.
Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Januari Februari Maret(Rp) (%)
1. PENDAPATAN ASLI DAERAHPajak Daerah 542,745,301,000 48,587,788,216 48,163,188,147 53,356,333,926 150,107,310,289 27.66%Retribusi Daerah 1,600,000,000 126,319,150 172,132,115 188,897,750 487,349,015 30.46%- Retribusi Jasa Umum 100,000,000 7,137,000 4,598,000 8,403,000 20,138,000 20.14%- Retribusi Jasa Usaha 1,450,000,000 118,932,150 152,584,115 176,744,750 448,261,015 30.91%- Retribusi Perizinan Tertentu 50,000,000 250,000 14,950,000 3,750,000 18,950,000 -Hasil Pengel.Kekayaan Daerah ydp - - - - -Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 27,863,055,500 584,787,524 1,171,366,238 1,238,028,969 2,994,182,730 10.75%
TOTAL PAD 572,208,356,500 49,298,894,890 49,506,686,500 54,783,260,645 153,588,842,034 26.84%
2. DANA PERIMBANGANBagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 818,588,050,459 374,682,234 124,321,913,429 166,573,469,331 291,270,064,994 35.58%- Bagi Hasil Pajak 222,000,000,000 374,682,234 334,559,665 - 709,241,899 0.32%- Bagi Hasil Bukan Pajak 596,588,050,459 - 123,987,353,764 111,424,825,219 235,412,178,983 39.46%- Pajak Penghasilan Orang Pribadi - - - - - -Bagi Hasil Bukan Pajak - - - - - -Dana Alokasi Umum 460,857,807,000 76,809,634,000 38,404,817,000 38,404,817,000 153,619,268,000 33.33%Dana Alokasi Khusus 23,165,600,000 - - - - 0.00%
TOTAL DANA PERIMBANGAN 1,302,611,457,459 77,184,316,234 162,726,730,429 204,978,286,331 444,889,332,994 34.15%
3. LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAHPendapatan Hibah dari Pemerintah 163,289,580,000 38,350,668,000 341,510,000 - 38,692,178,000 23.70%
2,038,109,393,959 164,833,879,124 212,574,926,929 259,761,546,976 637,170,353,028 31.26%TOTAL PENERIMAAN DAERAH
Realisasi PenerimaanTw.I-2011
(Rp)
JENIS PENERIMAAN TARGET TA. 2011 Realisasi Bulan Berjalan
Realisasi penerimaan dari retribusi daerah tercatat Rp487,35 juta atau 30,46% dari
target tahun anggaran 2012. Penerimaan tersebut berasal dari penerimaan retribusi jasa
umum sebesar Rp20,14 juta, retribusi jasa usaha sebesar Rp448,26 juta dan retribusi
perizinan tertentu yang tercatat sebesar Rp18,95 juta.
Sementara itu pendapatan dari dana perimbangan sampai dengan triwulan I-2012
tercatat sebesar Rp444,89 miliar atau 34,15% dari target anggaran tahun 2012. Penerimaan
dana perimbangan tersebut berasal dari penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak dan dana
alokasi umum. Penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak pada triwulan I-2012 berdasarkan
laporan BKKD Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar Rp291,27 miliar atau 35,58% dari
target tahun anggaran berjalan yang terdiri atas bagi hasil pajak sebesar Rp709,24 juta
(0,32%) dan bagi hasil bukan pajak sebesar Rp235,41 miliar (39,46%).
Penerimaan daerah dari Dana Alokasi Umum sampai dengan triwulan laporan tercatat
sebesar Rp153,62 miliar atau 33,33% dari target tahun anggaran 2012. Adapun penerimaan
daerah dari lain-lain pendapatan yang sah tercatat sebesar Rp38,69 miliar atau 23,70% dari
target tahun anggaran berjalan.
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 43
44..22 ..22 .. RReeaalliissaassii BBeellaannjjaa
Berbeda dengan realisasi penerimaan daerah yang relatif telah sesuai dengan target,
realisasi belanja daerah sampai dengan triwlan I-2012 tercatat 8,36% dari target tahun
anggaran 2012. Masih rendahnya realisasi belanja pemerintah di triwulan awal merupakan
siklus tahunan. Realisasi belanja daerah akan meningkat cukup besar pada triwulan ketiga
tahun berjalan sampai dengan triwulan akhir setiap tahunnya.
Berdasarkan data BKKD Provinsi Kepulauan Riau, penyerapan anggaran tersebut
sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan belanja tidak langsung yang tercatat sebesar
Rp160,11 miliar atau 15,76% dari target tahun anggaran. Penyerapan belanja tidak langsung
tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kegiatan belanja pegawai yang sampai dengan
triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp87,41 miliar atau 42,38% dari target anggaran tahun
berjalan.
Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Januari Februari Maret(Rp) (%)
1. BELANJA TIDAK LANGSUNG- Belanja Pegawai 206,254,530,247 13,005,175,780 25,303,207,568 49,098,376,098 87,406,759,446 42.38%- Belanja Subsidi - - - - - -- Belanja Hibah 281,848,200,000 - - 5,650,000,000 5,650,000,000 2.00%- Belanja Bantuan Sosial 96,593,000,000 - - - - 0.00%- Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/Kab/Kota/Desa250,000,000,000 - - 22,875,356,325 22,875,356,325 9.15%- Belanja Bantuan Keuangan kpd Provinsi/Kabupaten/Kota179,501,000,000 - 28,407,207,942 15,770,347,807 44,177,555,749 24.61%- Belanja Tidak Terduga 1,000,000,000 - - - - 0.00%- Belanja Bantuan Keuangan 950,000,000 - - - - 0.00%
TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,016,146,730,247 13,005,175,780 53,710,415,510 93,394,080,230 160,109,671,520 15.76%
2. BELANJA LANGSUNG
- Belanja Pegawai 178,447,667,686 - 1,541,005,000 12,217,367,766 13,758,372,766 7.71%- Belanja Barang dan Jasa 858,814,766,529 - 7,312,521,513 18,262,132,048 25,574,653,561 2.98%- Belanja Modal 334,380,415,538 - - 282,494,650 282,494,650 0.08%
TOTAL BELANJA LANGSUNG 1,371,642,849,753 - 8,853,526,513 30,761,994,464 39,615,520,977 2.89%
TOTAL BELANJA DAERAH 2,387,789,580,000 13,005,175,780 62,563,942,023 124,156,074,694 199,725,192,497 8.36%
Tw.I-2011 (Rp)
JENIS BELANJA/PENGELUARAN TARGET TA. 2011 Realisasi Bulan Berjalan Realisasi Belanja
Realisasi belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan I-
2012 dilaporkan sebesar Rp44,17 miliar atau 24,61% dari target anggaran tahun berjalan.
Adapun realisasi belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp22,86 miliar atau 9,15% dari target anggaran tahun 2012. Sementara
realisasi belanja hibah sampai dengan triwulan awal 2012 tercatat sebesar Rp5,65 miliar atau
2% dari target tahun berjalan yang tercatat sebesar Rp281,85 miliar.
Penyerapan anggaran melalui kegiatan belanja langsung pada triwulan I-2012
tercatat sebesar Rp39,62 miliar atau 2,89% dari target anggaran tahun berjalan. Penyerapan
anggaran tersebut dipengaruhi oleh belanja pegawai yang tercatat sebesar Rp13,76 miliar
atau 7,71% dari target anggaran tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp178,45 miliar.
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aset Daerah Provinsi Kepulauan R iau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 44
Sementara itu realisasi belanja barang dan jasa sampai dengan triwulan laporan tercatat
sebesar Rp25,57% dari target anggaran tahun berjalan. Adapun realisasi belanja modal
sampai dengan triwulan I-2012 dilaporkan sebesar Rp282,49 juta atau 0,08% dari target
tahun anggaran 2012 yang tercatat sebesar Rp334,38 miliar.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 45
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang relative tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau juga mengalami perubahan dimana sebelumnya Sektor Industri Pengolahan
mendominasi dengan pangsa yang cukup besar, pada Februari 2012 BPS mencatat Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada Triwulan I-2012 sebesar 107,80, yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan Triwulan IV-2011. Berdasarkan survey, indeks pendapatan rumah tangga
tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 111,24 pada triwulan IV-2011
menjadi 113,14 pada triwulan I-2012.
NTP Provinsi Kepulauan Riau tercatat 105,18 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
IV-2011 yang tercatat sebesar 103,55. Dari lima subsektor yang menyusun NTP Provinsi Kepri
pada triwulan I-2012 tercatat empat subsektor yang mengalami kenaikan NTP, yaitu
subsektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan.
Sedangkan sub sektor peternakan menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami
penurunan pada triwulan berjalan.
55..11 .. KKEETTEENNAAGGAAKKEERRJJAAAANN
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau yang cukup tinggi berdampak positif
pada penyerapan tenaga kerja yang tercermin dari penurunan tingkat pengangguran.
Peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah penduduk yang bekerja di sektor wiraswasta. Struktur tenaga kerja di Provinsi
Kepulauan Riau juga mengalami perubahan dimana sebelumnya Sektor Industri Pengolahan
mendominasi dengan pangsa yang cukup besar, pada Februari 2012 BPS mencatat Sektor
Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan yang signifikan
sehingga menjadi sektor yang dominan dalam struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan
Riau.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 46
Keterangan Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012Bekerja 653,012 769,486 777,726 781,824 838,934 Pengangguran 50,729 57,049 58,883 66,173 52,283 Jumlah Angkatan Kerja 703,741 826,535 836,609 847,997 891,217 Tingkat Partisipasi Kerja 64.95 68.85 68.14 67.48 69.33 Tingkat Pengangguran Terbuka 7.21 6.90 7.04 7.80 5.87
Berdasarkan data BPS Kepulauan Riau, jumlah angkatan kerja sampai dengan Februari
2012 mencapai 891.217 orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar
838.934 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang tidak bekerja/pengangguran terbuka
tercatat sebanyak 52.283 orang sehingga secara prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) tercatat sebesar 5,87%. Penurunan TPT tersebut juga menunjukkan daya serap dunia
usaha terhadap tenaga kerja mengalami peningkatan. Tingkat partisipasi kerja penduduk
Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan Februari 2012 tercatat 69,33%.
0
2
4
6
8
10
12
14
Feb-
06
Jun-
06
Oct-0
6
Feb-
07
Jun-
07
Oct-0
7
Feb-
08
Jun-
08
Oct-0
8
Feb-
09
Jun-
09
Oct-0
9
Feb-
10
Jun-
10
Oct-1
0
Feb-
11
Jun-
11
Oct-1
1
Feb-
12
Hingga bulan Februari 2012, struktur tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan
utama di Kepulauan Riau terjadi perubahan yang cukup menarik dimana dominasi Sektor
Industri Pengolahan tergeser oleh Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi.
Sementara itu Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan serta Sektor Jasa
Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan relatif meningkat namun tidak terlalu mempengaruhi
pangsa-nya terhadap struktur tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau.
Menurut data BPS Provinsi Kepulauan Riau, tenaga kerja sektor industri di Kepulauan
Riau mengalami peningkatan menjadi 122.267 orang atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada saat yang sama Sektor Perdagangan,
Grafik 5.1. Perkembangan Pengangguran Terbuka Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau, diolah
Tabel 5.1. Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 47
Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami peningkatan dari 193.860 orang pada
Agustus 2011 menjadi 248.001 orang pada Februari 2012.
LAPANGAN KERJA UTAMA Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 88,439 98,091 128,433 97,757 126,345
13.50 12.80 16.50 12.50 15.10 Industri 208,080 252,753 149,311 195,368 122,267
31.90 32.90 19.20 25.00 14.60 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 122,627 153,505 188,628 193,860 248,001
18.80 20.00 24.30 24.80 29.60 Jasa Kemasyarakatan, Sodial dan Perorangan 135,023 126,543 148,740 139,273 182,003
20.70 16.50 19.10 17.80 21.70 Lainnya 98,843 138,594 162,614 155,566 160,318
15.10 18.00 20.90 19.90 19.10 Total 653,012 769,486 777,726 781,824 838,934
100 100 100 100 100.00
Sementara itu, struktur tenaga kerja menurut status pekerjaan utama relatif tidak
terjadi perubahan yang besar. Buruh/Karyawan/Pegawai masih menjadi pangsa terbesar
dalam angkatan kerja di Kepulauan Riau pada Februari 2012 yang tercatat 527.347 orang
atau sebesar 62,90%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2011 yang
tercatat sebesar 527.770 orang. Sementara itu status pekerjaan utama terbesar kedua adalah
berusaha sendiri sebanyak 170.205 orang dengan pangsa 17,80%. Jumlah penduduk yang
berusaha sendiri ini mengalami peningkatan yang cukup signifikasi dibandingkan dengan
data Agustus 2011 yang tercatat 139.407 orang.
STATUS PEKERJAAN UTAMA Feb.2010 Agus.2010 Feb.2011 Agus.2011 Feb.2012Berusaha Sendiri 147,006 177,147 161,969 139,407 170,205
22.50 23.00 20.80 17.80 20.30 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/dibayar 23,274 49,865 37,616 29,844 33,891
3.60 6.50 4.80 3.80 4.00 Berusaha dibantu buruh tetap 15,623 23,611 28,523 37,742 24,030
2.40 3.00 3.70 4.80 2.90 Buruh/Karyawan/Pegawai 407,592 475,718 488,533 527,770 527,347
62.40 61.80 62.80 67.50 62.90 Pekerja Bebas di Pertanian 8,304 7,237 3,969 6,498 9,992
1.30 0.90 0.50 0.80 1.20 Pekerja Bebas di non Pertanian 13,238 14,591 11,594 15,202 6,213
2.10 1.90 1.50 1.90 0.70 Pekerja Keluarga/Pekerja Tidak Dibayar 37,238 21,317 45,522 25,361 67,256
5.70 2.80 5.90 3.20 8.00 Penduduk Usia Kerja yang Bekerja 652,275 769,486 777,726 781,824 838,934
100 100 100 100 100.00
Tabel 5.3. Perkembangan Pangsa Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama
di Kepulauan Riau Triwulan I 2011
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Tabel 5.2. Perkembangan Penduduk Bekerja Menurut Sektor Ekonomi
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 48
Cukup besarnya porsi orang yang berusaha sendiri tersebut menunjukkan jiwa
kewirausahaan masyarakat Kepulauan Riau cukup tinggi. Sebagian besar pelaku usaha di
Batam bergerak di sektor perdagangan dan industri pengolahan. Meski demikian, para
pelaku usaha di Batam khsususnya dalam skala mikro dan kecil masih perlu meningkatkan
kompetensi manajerial. Hal ini tercermin dari masih relative sedikitnya jumlah pengusaha
yang telah dibantu oleh karyawan tetap yaitu sekitar 24.030 orang atau 2,90%.
55..22 .. KKEESSEE JJAAHHTTEERRAAAANN MMAASSYYAARRAAKKAATT
55..22 ..11 .. IInnddeekkss TTeennddeennssii KKoonnssuummeenn
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini
yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK
merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dan perkiraan pada triwulan mendatang.Responden STK merupakan sub sampel dari Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pemilihan sampel
dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat
mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu.
Secara umum nilai ITK di Kepri pada Triwulan I-2012 sebesar 107,80, yang
menunjukkan adanya kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan
dibandingkan Triwulan IV-2011. Berdasarkan survey, indeks pendapatan rumah tangga
tercatat mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari 111,24 pada triwulan IV-2011
menjadi 113,14 pada triwulan I-2012.
95
100
105
110
115
120
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I
2011 2012
Pendapatan rumah tanggaKaitan inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hariIndeks Tendensi Konsumen
Grafik 5.2. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen
Provinsi Kepualauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau data diolah
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 49
Nilai ITK di kepri pada Triwulan II-2012 diperkirakan sebesar 108,35, yang
menunjukkan prediksi kenaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan II-2012. Tingkat
kepercayaan atau optimisme konsumen juga diperkirakan sedikit meningkat dibanding
Triwulan I-2012. Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan II-2012 diperkirakan
terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga walaupun nilai indeksnya tidak
terlalu berbeda dengan triwulan I-2012 .
Variabel PembentukITK Triwulan II-2012
Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang 113.4Rencana pembelian barang-barang tahan lama 98.83Indeks Tendensi Konsumen 108.35
55..22 ..22 .. NNiillaa ii TTuukkaarr PPeettaannii
Kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau yang diukur dari Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan
barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara
relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Provinsi Kepulauan Riau
tercatat 105,18 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar
103,55.
Tabel 5.3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 50
2012Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I
1. Tanaman Pangana. Indeks yang Diterima (It) 82.47 82.1 84.04 83.76 88.9b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124.98 123.94 125.42 126.31 127.3c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 65.99 66.24 67.01 66.31 69.83
2. Hortikulturaa. Indeks yang Diterima (It) 157.47 151.92 152.32 157.63 162.87b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126.03 125.21 126.43 127.34 128.57c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 124.95 121.33 120.48 123.79 126.68
3. Tanaman Perkebunan Rakyata. Indeks yang Diterima (It) 146.02 152.55 151.75 151.08 154.89b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125.34 124.75 126.05 126.89 127.79c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 116.5 122.28 120.39 119.07 121.2
4. Peternakana. Indeks yang Diterima (It) 106.57 106.77 106.75 108.25 108.48b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118.06 117.66 118.7 119.47 120.23c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 90.26 90.75 89.93 90.6 90.23
5. Perikanana. Indeks yang Diterima (It) 125.28 127.3 128.99 130.09 131.33b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119.1 118.4 119.53 120.28 120.94c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 105.19 107.53 107.91 103.55 108.59
Umuma. Indeks yang Diterima (It) 124.96 126.45 127.13 128.17 131.09b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122.43 121.72 122.96 123.77 124.64c. Nilai Tukar Petani (NTP) 102.07 103.88 103.4 103.55 105.18
Keterangan2011
Dari lima subsektor yang menyusun NTP Provinsi Kepri pada triwulan I-2012 tercatat
empat subsektor yang mengalami kenaikan NTP, yaitu subsektor tanaman pangan,
hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan. Sedangkan sub sektor peternakan
menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami penurunan pada triwulan berjalan.
Kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan dipengaruhi oleh kenaikan indeks
yang diterima petani sebesar 5,14% sedangkan kenaikan indeks yang dibayar oleh petani
hanya sebesar 0,99%. Sementara itu kenaikan NTP pada subsektor hortikultura dipengaruhi
oleh kenaikan indeks yang diterima sebesar 5,24% sedangkan indeks yang dibayar petani
hanya mengalami kenaikan sebesar 1,23%.
Kenaikan NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat dipengaruhi oleh kenaikan
indeks yang diterima petani sebesar 3,81% padahal indeks yang dibayar oleh petani hanya
naik sebesar 0,90%. Adapun kenaikan NTP sub sektor perikanan dipengaruhi oleh kenaikan
indeks yang diterima petani yang naik sebesar 1,24% dimana kenaikan indeks yang dibayar
petani tercatat sebesar 0,66%.Sementara itu subsektor peternakan yang mengalami
penurunan sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang dibayar oleh petani
sebesar 0,76% sementara pada saat yang sama indeks yang diterima hanya naik 0,23%.
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani per Sub Sektor di Provinsi Kepulauan Riau
Sumber: BPS Kepulauan Riau
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 51
BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL
Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan II-2012 diperkirakan
masih berada pada pertumbuhan yang tinggi, namun sedikit melambat jika dibandingkan
dengan posisi awal tahun 2012. Pendorong utama peningkatan pertumbuhan adalah sektor
industri dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang diperkuat dengan masuknya
Indonesia sebagai Investment Grade Level oleh lembaga pemeringkat Fitch dan moody’s.
Selain itu strategi BP Batam untuk melakukan promosi investasi diperkirakan membawa
dampak positif terhadap peertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau.
Membaiknya proyeksi IMF atas perekonomian Eropa dan Amerika diperkirakan
menjadi faktor positif bagi perekonomian Kepulauan Riau. Perbaikan ekonomi ini
diperkirakan akan berdampak terhadap meningkatnya akselerasi ekspor. Sektor utama
pemicu pertumbuhan Kepulauan Riau pada triwulan II-2012 diperkirakan masih berasal dari
sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Pertumbuhan ekonomi regional Kepulauan Riau di tahun 2012 diperkirakan akan
sedikit tertekan dengan adanya ekspektasi negatif pelaku usaha terkait rencana kenaikan
BBM bersubsidi. Namun demikian, kuatnya fundamental ekonomi dan cukupnya produksi
komoditas nasional masih akan menjaga inflasi pada kisaran nilai atas proyeksi inflasi
4,5±1%. Dari sisi internal, peningkatan permintaan dan ekspektasi peningkatan harga seiring
rencana pembatasan/kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan menjadi faktor pemicu
peningkatan inflasi. Dari sisi eksternal faktor pelemahan nilai tukar rupiah dan peningkatan
harga komoditas dunia menjadi faktor pendorong peningkatan laju inflasi pada triwulan II-
2012.
2012 2013World Output 5,3 3,6 3,5 4,1Advanced Economies 3,2 1,6 1,4 2,0
United States 3,0 1,7 2,1 2,4Euro Area 1,9 1,4 -0,3 0,9Japan 4,4 -0,7 2,0 1,7United Kingdom 2,1 0,7 0,5 2,0Canada 3,2 2,5 2,1 2,2
NIE's 8,5 4,0 3,4 4,2China 10,4 9,2 8,2 8,8India 10,6 7,2 6,9 7,3Developing Asia 9,7 7,8 7,3 7,9
Latest ProjectionsYear over Year
2010 2011
Tabel6.1. ProyeksiPertumbuhanEkonomiDunia
Sumber : IM F - WEO Apr-2012 (Updated)
Grafik6.1. Estimasi PertumbuhanGDP Singapura
Sumber : MTI Singapore (Apr-2012)
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 52
6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pada triwulan II-2012, laju pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau diproyeksi
pada kisaran 6,79±1%, melambat dibanding triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 7,63%
(yoy). Selanjutnya pada akhir tahun 2012, Bank Indonesia Batam memproyeksikan Provinsi
Kepulauan Riau akan mengalami pertumbuhan 6,91±1%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan
tahun 2011 yang tercatat sebesar 6,67%.
Akselerasi tertinggi pertumbuhan pada triwulan II-2012 diperkirakan masih sama
dengan triwulan sebelumnya yaitu berasal dari sektor bangunan dan listrik, gas, dan air
bersih. Sedangkan pendorong ekonomi utama pada triwulan II-2012 diperkirakan masih
berasal dari sektor industri yang tumbuh 5,95% (yoy). Membaiknya pertumbuhan sektor
industri diperkirakan berasal dari peningkatan aktivitas produksi yang terindikasi dari
peningkatan pertumbuhan impor pada periode triwulan I-2012.
Sementara Indonesia yang berada pada peringkat layak investasi oleh Fitch dan
moody’s diperkirakan akan meningkatkan arus investasi PMA pada tahun 2012. Dengan
masuknya Indonesia pada investment grade level akan menyebabkan peningkatan likuiditas
dan menyebabkan peluang penurunan suku bunga, Dengan adanya penurunan suku bunga,
cost of borrowing akan lebih rendah dan akan meningkatkan aktivitas sektor riil termasuk
peningkatan pertumbuhan sektor industri manufaktur.
Sementara membaiknya proyeksi IMF atas perekonomian Eropa dan Amerika
diperkirakan menjadi faktor positif bagi perekonomian Kepulauan Riau. Selain itu gencarnya
promosi investasi yang dilakukan oleh BP Batam diperkirakan turut memberikan dampak
positif bagi perekonomian Kepulauan Riau.
Sumber : BPS ProvinsiK epulauan Riau ; Keterangan: (P)Proyeksi Bank Indonesia Batamdalamkisaran ±1%
Tabel6.2. LajuPertumbuhanEkonomiKepulauan Riau
Sumber : DSM - BI
Grafik 6.2. Pertumbuhan Nilai Ekspor dan Impor
TW-II Tw-IV TW-I TW-II (P) 2012(P)KOMPONEN PENGGUNAAN- Konsumsi Rumah Tangga 3,98% 2,68% -0,61% 7,81% 9,84%- Konsumsi Lembaga Swasta 5,39% 3,92% 5,28% 5,49% 5,51%- Konsumsi Pemerintah 7,13% 8,21% 6,50% 7,13% 10,72%- Pembentukan Modal Tetap Bruto 12,64% 13,05% 16,82% 17,79% 15,43%- Ekspor Barang dan Jasa 7,22% 3,34% 7,37% 4,52% 19,23%- Impor Barang dan Jasa 7,04% 6,54% 10,76% 8,04% 5,85%SEKTOR EKONOMI- Pertanian 4,34% 3,44% 2,67% 2,94% 4,84%- Pertambangan & Penggalian 0,37% 3,58% 4,63% 0,75% -1,93%- Industri Pengolahan 9,41% 5,35% 7,13% 5,95% 5,86%- Listrik, Gas & Air Bersih 14,29% 11,23% 11,05% 10,11% 9,32%- Bangunan 10,07% 10,13% 11,01% 10,45% 9,95%- Perdagangan, Hotel & Restoran 5,93% 7,49% 9,12% 9,03% 10,25%- Pengangkutan & Komunikasi 9,31% 10,26% 9,23% 9,41% 9,97%- Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 6,47% 8,34% 7,76% 7,69% 6,31%- Jasa-Jasa 6,97% 7,52% 7,91% 7,81% 7,24%7,63% 7,77%
7,77% 6,30% 7,63% 6,79% 6,91%
2011
PDRB (termasuk migas)
year over year2012year on year
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 53
Revisi PP 02/2009 melalui PP 10/2012 mengenai perlakuan kepabeanan, perpajakan
dan cukai serta tata laksana pemasukan dan pengeluaran barang di Kawasan Perdagangan
Bebas Batam, Bintan dan Karimun (BBK) diberlakukan 9 Maret 2012 diperkirakan masih akan
membawa dampak positif terhadap kinerja sektor Industri elektronik di Batam. Dalam revisi
PP tersebut penghapusan "masterlist", tidak ada lagi pengajuan izin impor ke Badan
Pengusahaan (BP) Batam untuk barang-barang industri, dan tidak ada pemeriksaan fisik Bea
dan Cukai (BC) dan beberapa hal lain.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran diperkirakan juga masih menjadi pendorong
utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan I-2012, yang terdorong
oleh peningkatan permintaan masyarakat yang didukung oleh peningkatan aktivitas
kunjungan wisatawan domestik dan asing ke wilayah Batam. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran di periode triwulan II-2012 diproyeksi tumbuh 9,03% (yoy).
6.2 PROSPEK INFLASI
Inflasi pada awal tahun 2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan, seiring
dengan peningkatan permintaan masyarakat dan faktor ekspektasi masyarakat seiring
rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Dari sisi supply, pasokan
komoditas bahan makanan diperkirakan berada dalam kondisi stabil, seiring dengan kondisi
curah hujan dan intensitas gelombang sampai dengan Mei 2012. Dengan asumsi tersebut,
laju inflasi Kepulauan Riau diperkirakan berada dalam kisaran 3,70% (yoy), mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 3,19%
(yoy).
Perkiraan inflasi pada dua kota di Kepulauan Riau yang menjadi sampel pengukuran
inflasi nasional oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Kota Batam dan Kota Tanjungpinang juga
cenderung meningkat. Laju inflasi kota Batam pada triwulan II-2012 diperkirakan berada
pada kisaran 3,63±1% (yoy). Kota Tanjungpinang pada triwulan II-2012 juga diperkirakan
mengalami peningkatan dengan proyeksi inflasi sebesar 4,02±1% (yoy). Peningkatan ini
diperkirakan berasal dari sisi permintaan seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat
dan faktor ekspektasi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau
Triwulan I - 2012 54
Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan turut menjadi faktor pendorong
peningkatan harga, terutama pada komoditas yang berasal dari impor (imported inflation).
Meningkatnya harga komoditas dunia, terutama harga emas dan minyak diperkirakan juga
turut menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan II-2012. Faktor ekspektasi
peningkatan harga atas respon rencana pembatasan / peningkatan BBM bersubsidi menjadi
pemicu tekanan inflasi pada awal tahun 2012.
Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12
Selat Malaka 3 - 8 3 - 8 1 - 5 3-8 0.2 - 0.75 0.2 - 0.75 0.1 - 0.5 0.2 - 0,5 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % Laut Natuna 5 - 10 5 - 11 5 - 10 3-5 1.25 - 2.0 1.25 - 2.0 0.5 - 1.25 0.5 - 1,0 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%
Lokasi Angin 10 m Rata – Rata (Knot) Tinggi Signifikan Rata – Rata (meter) Frekuensi Gel. > 3 Meter
Tabel6.3. PrakiraanKecepatanAngin, T inggiSignifikandanFrekuensiTejadinyaGelombangLaut
diPerairanSelatMalakadanLautNatunaBulanFebruari - Mei 2012
Sumber : BadanMeteorologidanGeofisika, Pemutakhiran8 Mei2012
Grafik 6.3. Lajulnflasi Kota Batam
Sumber : BPS Kota Batam Ket. : InflasiMei & Juniadalahangkaproyeksi Bank
Indonesia Batam
Grafik 6.4. LajuInflasi Kota Tanjung Pinang
Sumber : BPS Kota Tanjungpinang Ket. : InflasiMei & Juniadalahangkaproyeksi Bank
Indonesia Batam
Grafik 6.6. PerkembanganNilaiTukar IDR terhadap SGD & USD
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 6.5. PerkembanganHargaKomoditasDunia
Sumber : IMF