KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL … · RINGKASAN EKSEKUTIF 1 RINGKASAN EKSEKUTIF...

112
KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id http://www.bi.go.id

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL … · RINGKASAN EKSEKUTIF 1 RINGKASAN EKSEKUTIF...

KAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONALKAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARAPROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi UtaraKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Suhaedi : Kepala Perwakilan Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi Moneter Savetri Lihanara : Kepala Tim Pengawasan Bank Farley Piga : Analis Jeany J. Legoh : Analis Dicky F. Tarigan : Pengawas Bank Berthy L.M. Ruhukail : Pengawas Bank Syamsul Bahri : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kepala Unit Operasional Kas Curie Rantung : Kepala Unit Sumber Daya Manusia

Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.id

Halaman ini sengaja dikosongkan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

iii

Kata PengantarKata PengantarKata PengantarKata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan III 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan

sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam

memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah

satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai

pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang

diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara,

Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank

Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu

kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan

datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini

ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa

mengahapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan

datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat

bagi semua kalangan dalam memahani perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, November 2012

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA

ttd

Suhaedi

Direktur

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

iv

Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi

KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR halaman iii

DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI

halaman iv

RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 9

Sisi PermintaanSisi PermintaanSisi PermintaanSisi Permintaan halaman 9

Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran Sisi Penawaran halaman 16

PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHINFLASI DAERAHINFLASI DAERAHINFLASI DAERAH halaman 29

Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy)Inflasi Tahunan (yoy) halaman 30

Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)Inflasi Bulanan (mtm)

FaktorFaktorFaktorFaktor----Faktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi InflasiFaktor Yang Mempengaruhi Inflasi

halaman 31

halaman 31

halaman 34

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 41

Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Struktur Aset Perbankan Sulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi UtaraSulawesi Utara halaman 41

Perkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor BankPerkembangan Kantor Bank halaman 42

Perkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum KonvensionalPerkembangan Bank Umum Konvensional

Stabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem PerbankanStabilitas Sistem Perbankan

Perkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan SyariahPerkembangan Perbankan Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan RakyatPerkembangan Bank Perkreditan Rakyat

halaman 43

halaman 49

halaman 52

halaman 53

PERKEMBANGANPERKEMBANGANPERKEMBANGANPERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH halaman 57

Struktur Struktur Struktur Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi UtaraDana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 57

APBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat ProvinsiAPBD di Tingkat Provinsi halaman 58

Boks Boks Boks Boks 1111: : : : Peran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal DaPeran Belanja Modal Daerah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasierah Dalam Mendorong Akselerasi

Pembangunan InfrastrukturPembangunan InfrastrukturPembangunan InfrastrukturPembangunan Infrastruktur

Halaman 62

PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN halaman 69

Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran TunaiPerkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69

Perkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non TunaiPerkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 77

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan DaerahDaerahDaerahDaerah halaman 77

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan MasyarakatKesejahteraan Masyarakat halaman 82

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

v

PROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIAN

halaman 89

Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro halaman 89

Prakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan Inflasi halaman 95

Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan Halaman 98

Daftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan SingkatanDaftar Istilah dan Singkatan halaman 101

Halaman ini sengaja dikosongkan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Halaman ini sengaja dikosongkan

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

RINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIFRINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi RegionalPerkembangan Makro Ekonomi Regional

Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama

triwulan III-2012. Setelah tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan

sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh

pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya, yaitu sebesar 8,21% (yoy). Optimisme semakin

membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong

meningkatnya kinerja investasi dan konsumsi. Dari sisi eksternal,

penguatan ekonomi juga didorong oleh kinerja perdagangan luar

negeri Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya pertumbuhan positif

ditengah-tengah perlambatan ekonomi Eropa. Sementara itu, dari sisi

penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan

faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi

Utara pada triwulan III-2012.

Perkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi DaerahPerkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012

meningkat, tercermin dari tingkat inflasi yang berada diatas tingkat

inflasi nasional dan Zona Sulampua. Secara bulanan, tekanan inflasi

Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren

peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi

0,85% (mtm), yang berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami

inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai pengaruh musiman perayaan Hari

Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan

berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Pada akhir

triwulan III 2012 tekanan inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah

cukup tajam, tercatat sebesar -1,58% (mtm) pasca perayaan Bulan

Ramadhan dan Idul Fitri 1433H. Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota

Manado sampai dengan September 2012 tercatat 4,33% (ytd), jauh

lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang justru mencatat deflasi

sebesar -0,19% (ytd).

Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2012. Setelah tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi…

Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012 meningkat...

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi

secara tahunan terutama didorong oleh meningkatnya tekanan

kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods)

dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core

inflation) mengalami inflasi pada level moderat.

Perkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan DaerahPerkembangan Perbankan Daerah

Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan

perkembangan yang baik sebagaimana tercermin dari pertumbuhan

fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko kredit. Pada

triwulan III 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut masih

menunjukkan pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Aset perbankan Sulut tumbuh sebesar

21,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu

yang tercatat sebesar 23,55% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat

tumbuh sebesar 16,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan lalu yang sebesar 21,95% (yoy) maupun dibandingkan

dengan pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 22,3% (yoy). Dari

sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar

16,95% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 21,95% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan

kredit, pertumbuhan DPK di Provinsi Sulut juga tercatat lebih rendah

dari pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 19,39% (yoy). Dengan

demikian Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara

berada pada level 118,6% di akhir triwulan III 2012.

Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan

seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator

lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga

berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%

PPPPerkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)erkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang

berasal dari APBD Provinsi pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini

sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja, khususnya

Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2012 semakin baik...

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan...

Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik...

Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali...

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada

tahun 2011. Namun demikian, realisasi belanja, khususnya belanja

modal pada triwulan III-2012 sebesar 31,6% mengalami perlambatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (43,5%).

Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara

keseluruhan pada triwulan III-2012 mencapai 82,1%, lebih tinggi

dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu sebesar

76,4%.

Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,87%

terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-

2012, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa

sebesar 0,94%. Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari

kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara yang

berkontribusi besar dalam PDRB.

Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem PembayaranPerkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai

maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan

peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi Utara pada

triwulan III-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga

terjadi pada sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank

Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan

laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk

transaksi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan yang

bertepatan dengan pola musiman Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada

periode laporan.

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan KetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaanKetenagakerjaan & Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat& Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, meskipun belum

mengindikasikan adanya perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari

menurunnya jumlah penduduk bekerja ditengah menurunnya jumlah

pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan

dengan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring) di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan...

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012...

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah

pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah

tenaga kerja mengalami penurunan, tercermin dari Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada

periode laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih

terjadi penambahan tenaga kerja terutama pada sektor bangunan

(SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan di Sulawesi

Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif

tetap. Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan

kerja tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei

Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut yang

masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka

indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

tercatat sebesar 144,83.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara

diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan

indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan masyarakat Sulut hasil

Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level

optimis dan pada periode laporan, sejalan dengan turunnya tingkat

kemiskinan.

OutlookOutlookOutlookOutlook Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan EkonomiPertumbuhan EkonomiPertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012

diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,13% - 8,53% (yoy). Sumber laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-2012 antara

lain didorong oleh peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir

tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan

(Idul Adha, Santa Claus’s Day dan Hari Natal) serta Tahun Baru 2012.

Selain itu, peningkatan penyelenggaraan event skala internasional dan

nasional yang terus berlanjut dirasakan mampu menopang

pertumbuhan ekonomi Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang

tidak kondusif dimana musim penghujan relatif tinggi diprediksikan

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,05% - 8,45% (yoy)...

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan terus meningkat....

RINGKASAN EKSEKUTIF

5

akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi

menganggu kinerja perekonomian khususnya pada sektor pertanian.

OutlookOutlookOutlookOutlook InflasiInflasiInflasiInflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV 2012 diperkirakan

meningkat, yakni berada pada kisaran 5,87%±1% (yoy). Dari sisi

fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh melandainya

harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas

produksi seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan

permintaan domestik. Namun demikian, terdapat faktor risiko internal

dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi fundamental

pada triwulan depan, diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi

masyarakat Sulut kenaikan harga komoditas emas internasional yang

berpengaruh pada harga emas perhiasan domestik, dan kenaikan

harga bahan bangunan seiring dengan realisasi proyek pemerintah

pada akhir tahun anggaran. Dari sisi non fundamental, perkembangan

inflasi volatile food triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat sebagai

faktor peningkatan aktivitas konsumsi dan risiko terganggunya suplai

akibat faktor cuaca. Sejalan dengan itu, tekanan inflasi kelompok

administered price pada triwulan IV juga diperkirakan meningkat yang

terutama dipengaruhi kenaikan ongkos angkutan udara.

OutlookOutlookOutlookOutlook PerbankanPerbankanPerbankanPerbankan

Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan

akan terus meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian

Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga. Geliat

pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya

jumlah infrastruktur perbankan di Sulut. Dari sisi kredit, hasil

rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme

perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan

penyaluran kreditnya pada kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target

tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-usaha yang

merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan

serta perbaikan infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya,

estimasi pertumbuhan baki debit kredit terutama terjadi pada kredit

menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat, yakni berada pada kisaran 5,87%±1% (yoy)...

Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan akan terus meningkat)...

RINGKASAN EKSEKUTIF

6

Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro

yang diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan

26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang

ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara mencapai sekitar 41% (yoy).

Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan menerapkan

berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada

dan menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan,

kantor cabang dan fitur-fitur dalam mengoptimalkan kemudahan

bertransaksi.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO BAB IBAB IBAB IBAB I

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

9

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2012. Setelah

tumbuh 7,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali

tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya,

yaitu sebesar 8,21% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek

kedepan mendorong meningkatnya kinerja investasi dan konsumsi. Dari sisi eksternal,

penguatan ekonomi juga didorong oleh kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara yang

menunjukkan adanya pertumbuhan positif ditengah-tengah perlambatan ekonomi Eropa.

Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan

faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-

2012.

1.11.11.11.1 SISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAANSISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III 2012 terutama ditopang oleh

membaiknya kinerja ekspor, aktivitas investasi dan konsumsi. Kinerja ekspor pada triwulan

laporan mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat

pertumbuhan yang negatif. Perbaikan ini ditandai dengan peningkatan ekspor komoditi

unggulan Sulawesi Utara khususnya produk kelapa dan turunannya serta produk olahan

perikanan. Sementara itu, perkembangan kinerja investasi lebih didorong oleh aktivitas

pembangunan baik yang bersumber dari realisasi proyek fisik pemerintah dan swasta.

Selanjutnya, kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah juga mengalami

pertumbuhan yang relatif tinggi meskipun tidak lebih besar apabila dibandingkan periode yang

sama tahun lalu. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

10

Grafik 1.3. Indeks Ekonomi Saat Ini

Sumber: Survei Konsumen (SK), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.2. Perkembangan Pertumbuhan Konsumsi

Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah

peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan

Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun

ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1.1.1.1.1.1.1111 KonsumsiKonsumsiKonsumsiKonsumsi

Kegiatan konsumsi selama triwulan III 2012

mengalami pertumbuhan positif sebesar

6,42% (yoy) dengan kontribusi sebesar

4,03% terhadap laju pertumbuhan

ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode

yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja

kegiatan konsumsi selama triwulan laporan

tercatat mengalami sedikit perlambatan.

Namun demikian masih lebih tinggi

dibandingkan rata-rata pertumbuhan konsumsi selama 6 tahun (5%) sebagaimana ditunjukkan

pada grafik1.2.

Kinerja konsumsi swasta pada triwulan laporan

salah satunya terindikasi melalui Indeks

Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Survei

Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan

III 2012. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.3,

pada akhir triwulan laporan (September 2012)

IEK mencapai 156,33. Jika dilihat berdasarkan

komponennya, optimisme konsumen terhadap

kondisi perekonomian saat ini tercermin dari

positifnya nilai indeks seluruh komponen

penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (172) , Indeks

Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 SumbSumbSumbSumb Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb

Konsumsi 7.34 4.47 8.13 5.18 4.44 2.98 5.21 3.29 6.42 4.03

Konsumsi Swasta 7.47 3.09 8.21 3.29 3.62 1.59 4.15 1.73 5.66 2.34

Konsumsi Pemerintah 6.37 1.37 8.00 1.89 6.00 1.39 7.25 1.57 7.91 1.69

PMTB 15.87 3.73 16.73 3.74 10.23 2.29 12.80 2.73 13.97 3.54

Stok 25.31 0.42 18.79 0.31 13.00 0.13 -25.68 -0.38 -43.10 -0.83

Ekspor -16.58 -7.93 6.19 2.97 4.60 2.31 16.58 7.92 38.03 14.12

Impor -19.62 -7.04 10.95 3.90 0.64 0.26 18.06 6.10 46.78 12.65

PDRBPDRBPDRBPDRB 7.737.737.737.73 7.737.737.737.73 8.308.308.308.30 8.308.308.308.30 7.467.467.467.46 7.467.467.467.46 7.477.477.477.47 7.477.477.477.47 8.218.218.218.21 8.218.218.218.21

2011201120112011Jenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis Penggunaan

2012201220122012

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

Dec

Jan

Feb

Mar

Ap

r

May

Jun

e

July

Au

g

Sep

2011 2012

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini

7.34

6.42

-2

0

2

4

6

8

10

12

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Konsumsi

Rata-rata Konsumsi

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

11

Grafik 1.6. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum

Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat

Grafik 1.5. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat

Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (112,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan

Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak

terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan

penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga.

Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan

konsumsi selama triwulan laporan juga dapat

dikonfirmasi melalui data pernyaluran kredit

konsumsi oleh perbankan Sulut yang

menunjukkan pertumbuhan positif. Pada

September 2012, kredit konsumsi yang berhasil

disalurkan bank umum mencapai Rp10.304

miliar, atau tumbuh sebesar 29,99% (yoy), lebih

tinggi apabila dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

mengalami pertumbuhan 11,54% (yoy).

Sementara itu, indikator kinerja konsumsi

lainnya menunjukkan perkembangan yang

relatif melambat. Hal ini ditunjukkan melalui

penjualan kendaraan roda empat di wilayah

Kota Manado yang mengalami penurunan

sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu

dealer utama penjualan kendaraan roda empat

di Kota Manado. Selama triwulan III 2012

penjualan kendaraan roda empat mengalami

penurunan 13,29% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan ini sejalan dengan hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPw Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang juga

menunjukkan adanya penurunan indeks

pembelian barang tahan lama dari 141,50

pada September 2011 menjadi 112,5 pada

September 2012.

11.54

29.99

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Total Sales (Unit) - left axis gSales (% yoy) - right axis

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

12

Indikator lainnya, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan adanya penurunan sebesar

2,88% (yoy). Pada triwulan laporan indeks NTP berada pada posisi 100,63 sedikit lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 103,61. Namun demikian, dalam

berdasarkan trennya sepanjang tahun 2009 sampai akhir triwulan III 2012 NTP Sulawesi Utara

masih berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Berdasarkan subsektornya, petani untuk

subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat masih tercatat sebagai petani dengan tingkat

kesejahteraan paling tinggi (106,86), disusul kemudian oleh petani subsektor tanaman pangan

(100,98) dan petani subsektor peternakan (100,22). Sementara untuk petani subsektor

holtikultura dan petani subsektor perikanan pada triwulan laporan masih berada dibawah

kategori sejahtera dengan indeks NTP masing-masing sebesar 98,07 dan 94,39. Rendahnya

tingkat kesejahteraan pada subsektor holtikultura tersebut diduga disebabkan oleh bencana

letusan gunung lokon dan soputan yang terjadi pada triwulan laporan yang berdampak

terhadap kerusakan dan penurunan produksi tanaman holtikultura. Sementara NTP pada

subsektor perikanan masih disebabkan oleh maraknya aksi illegal fishing yang terjadi di wilayah

perairan Sulawesi Utara.

Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama

triwulan III 2012 juga tumbuh positif sebesar 7,91% (yoy), dengan sumbangan sebesar 1,69%

(yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah lebih banyak didorong oleh realisasi belanja

operasional termasuk didalamnya belanja pegawai. Hingga triwulan III 2012, realisasi belanja

pegawai Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp291,24 miliar atau mencapai 59,8%

dari total yang dianggarkan dalam APBD-P 2012. Poroporsi belanja pegawai juga merupakan

proporsi terbesar (46,9%) pada komponen belanja operasional (tidak langsung) Pemerintah

Provinsi Sulawesi Utara pada APBD-P 2012.

1.1.1.1.1.1.1.1.2 2 2 2 InvestasiInvestasiInvestasiInvestasi

Pada triwulan III 2012, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar

13,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,54% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut,

masih tercatat sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kinerja investasi pada triwulan yang

sama tahun lalu yang tumbuh 15,87% dengan kontribusi sebesar 3,73%. Faktor pendorong

pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2012 diantaranya bersumber dari dimulainya

realisasi proyek fisik pemerintah maupun swasta. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan

pertumbuhan positif kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang

memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 10,59% (yoy) dari 173,81

pada September 2012 menjadi 192,22 pada September 2012. Indikator lainnya yang juga

menunjukkan pertumbuhan adalah penjualan semen, hingga triwulan III 2012, penjualan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

13

Grafik 1.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran

Grafik 1.8. Perkembangan Penjualan Semen

semen di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% dari 163,93 ribu ton

pada triwulan III 2011 menjadi 164,26 ribu ton pada triwulan III 2012.

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan dalam

penyaluran kredit untuk kegiatan investasi sedikit

mengalami perlambatan. Sampai akhir triwulan III

2012, jumlah kredit investasi tercatat sebesar

Rp2.463 miliar atau tumbuh 10,88% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan III 2011 yang tumbuh

117,22% (yoy). Rendahnya tren penyaluran kredit

untuk sektor investasi dapat berpotensi menurunkan

kinerja investasi Sulawesi Utara pada periode-periode

mendatang.

1.1.31.1.31.1.31.1.3 Ekspor Ekspor Ekspor Ekspor –––– ImporImporImporImpor

Kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan positif sebesar

38,03% (yoy) dan tercatat memberikan sumbangan terbesar dengan kontribusi sebesar

14,12% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut. Indikasi pertumbuhan positif kinerja

ekspor Sulut disumbang melalui perdagangan antar negara. Nilai ekspor luar negeri Sulawesi

Utara selama triwulan III 2012 tercatat sebesar USD213,6 juta atau meningkat sebesar 32,8%

(yoy).

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Total Ekspor (Juta USD)Total Ekspor (Juta USD)Total Ekspor (Juta USD)Total Ekspor (Juta USD) 82.68 271.60 160.80 234.60 333.40 257.00 213.60 32.8%

2011201120112011 Growth Growth Growth Growth

(yoy)(yoy)(yoy)(yoy)

2012201220122012UraianUraianUraianUraian

Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Volume (ton) - left axis

g_semen (%) - right axis

Sumber : Survei Penjualan Eceran, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

0

20

40

60

80

100

120

140

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis

gKredit_Investasi (% yoy) - right axis

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

14

Jika dilihat berdasarkan sektor usahanya, kinerja ekspor luar negeri Sulut terutama disumbang

oleh ekspor dari sektor industri dengan pangsa sebesar 97%, sisanya merupakan ekspor hasil

sektor pertanian. Sementara itu berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri pada

triwulan III 2012 terutama didominasi dalam bentuk Lemak dan Minyak Hewani dengan pangsa

mencapai 77% kemudian ikan & udang dengan pangsa mencapai 9%, sisanya dalam bentuk

daging olahan dan ikan olahan (6%), ampas/sisa industri (4%), berbagai produk kimia (2%) dan

produk lainnya (1%).

Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III 2012 adalah Belanda

(36,09%), Cina (22,66%), Amerika Serikat (16,12%), Korea Selatan (12,27%), dan Jepang

(5,02%). Sementara itu, dari sisi kinerja ekspor antar pulau/daerah, Sulawesi Utara mencatat

adanya penurunan. Hal ini dapat tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan

Bitung. Kegiatan muat didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke

luar provinsi. Selama triwulan III 2012, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat)

ke pasar domestik sebesar 178 ribu ton atau turun 35,28% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun lalu.

Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung

Grafik 1.13. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung

Grafik 1.10. Pangsa Sektor Utama Ekspor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.12. Negara Tujuan Ekspor Jan-Sep 2012

Grafik 1.11. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

-64.46

-35.28

-120

-70

-20

30

80

130

180

230

280

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

15

Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 juga mengalami

peningkatan, hal ini ditandai dengan pertumbuhan impor sebesar 46,78% (yoy) atau lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang terkontraksi 19,62% (yoy). Peningkatan

impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan

laporan yang tercatat USD26,50 juta atau tumbuh 24,4% (yoy) dibanding periode yang sama

tahun lalu.

Berdasarkan jenisnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor

barang modal dengan pangsa sebesar 61%, sisanya sebesar 26% berupa bahan baku dan 14%

berupa impor barang konsumsi. Sementara berdasarkan komoditinya, impor komponen kapal

laut merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 39% dari total nilai impor, kemudian

disusul oleh komoditas impor Sulut lainnya diantaranya mesin-mesin (20%), gandum-

ganduman (12%), mesin/peralatan listrik (4%) dan besi baja(3%).

Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2012 lebih

dominan didatangkan dari negara Cina (32%), Malaysia (17%), Australia (14%), Thailand

(13%), dan Jepang sebesar 3%. Sementara itu kinerja impor antar daerah/pulau dapat

dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar

didefinisikan sebagai masuknya barang dari luar provinsi ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III

2012, volume barang yang masuk ke Sulawesi Utara (bongkar) mencapai 689 ribu ton turun

12,79% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 790

ribu ton. Berdasarkan data diatas, Sulawesi Utara lebih banyak bergantung terhadap komoditi

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Tabel 1.3. Impor Sulut (Juta USD)

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.14. Pangsa Jenis Barang Impor Sulut

Grafik 1.15. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Total Impor (Juta USD)Total Impor (Juta USD)Total Impor (Juta USD)Total Impor (Juta USD) 64.76 11.90 21.30 46.40 17.60 49.90 26.50 24.4%

2011201120112011 Growth Growth Growth Growth

(yoy)(yoy)(yoy)(yoy)

2012201220122012UraianUraianUraianUraian

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

16

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung

yang berasal dari luar negeri dibandingkan komoditi yang didatangkan dari daerah/pulau lain di

Indonesia.

1.21.21.21.2 SISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARANSISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2012 disumbangkan oleh seluruh

sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 8,21% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,73% (yoy). Sektor yang

memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi triwulan III 2012 adalah sektor

bangunan yang tercatat tumbuh 11,38% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,76% terhadap

total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor jasa-jasa,

keuangan, sewa dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor

pertanian dengan sumbangan masing-masing sebesar 1,54%, 1,16%, 1,05%, 0.96% dan

0.88% terhadap total pertumbuhan.

Tabel 1.4.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb Q4Q4Q4Q4 SumbSumbSumbSumb Q1Q1Q1Q1 SumbSumbSumbSumb Q2Q2Q2Q2 SumbSumbSumbSumb Q3Q3Q3Q3 SumbSumbSumbSumb

Pertanian 2.42 0.52 1.00 0.18 5.86 1.08 6.70 1.28 4.70 0.88

Pertambangan & Penggalian 7.90 0.39 2.44 0.11 7.17 0.37 7.29 0.36 6.11 0.30

Industri Pengolahan 6.33 0.49 -3.07 -0.24 7.38 0.60 9.63 0.72 6.99 0.53

Listrik, Gas & Air Bersih 7.22 0.06 6.29 0.05 15.26 0.13 6.16 0.05 5.01 0.04

Bangunan 15.76 2.26 13.41 2.16 8.26 1.33 7.62 1.17 11.38 1.76

PHR 12.97 1.83 18.52 3.46 7.45 1.22 8.40 1.43 8.86 1.54

Pengangkutan & Komunikasi 2.55 0.35 3.57 0.48 8.11 0.99 6.02 0.78 7.14 0.96

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 6.51 0.43 9.87 0.60 7.62 0.54 8.20 0.58 16.16 1.05

Jasa-Jasa 8.20 1.39 10.36 1.49 7.70 1.20 7.20 1.09 7.56 1.16

PDRBPDRBPDRBPDRB 7.737.737.737.73 7.737.737.737.73 8.308.308.308.30 8.308.308.308.30 7.467.467.467.46 7.467.467.467.46 7.477.477.477.47 7.477.477.477.47 8.218.218.218.21 8.218.218.218.21

2011201120112011Lapangan UsahaLapangan UsahaLapangan UsahaLapangan Usaha

2012201220122012

Grafik 1.17. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung

Grafik 1.16. Negara Asal Impor Jan-Sep 2012

Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah

-68.26

-12.79

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

17

1.2.11.2.11.2.11.2.1.... BangunanBangunanBangunanBangunan

Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III 2012 mencatat pertumbuhan sebesar

11,38% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,76% terhadap total pertumbuhan. Beberapa

faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian

beberapa proyek pemerintah seperti:

• Pembangunan infrastruktur jalan di Kota Manado sepanjang 3Km dengan alokasi dana

sebesar Rp5.1 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU).

Tabel 1.5. Proyek Infrastruktur di Kota Manado

Sumber: Harian Manado Post

• Pembangunan hotmix jalan di 4 (empat) lokasi di Kab.Kep Talaud dengan alokasi anggaran

sekitar Rp9 miliar.

Tabel 1.6. Proyek Infrastruktur di Kab/Kep. Talaud

Sumber: Harian Manado Post

• Pembangunan jalan lingkar utara di Kabupaten Sitaro dengan usulan anggaran mencapai

Rp225 miliar. Target pembangunannya mulai dari Desa Lia menuju Kiawang Siau Barat.

Pembangunan tahap pertama jalan lingkar utara sudah disetujui dengan alokasi dana Rp6

miliar dan saat ini tengah dalam pengerjaan membangun jalan dari Desa Lia menuju Deahe

• Pembangunan jembatan Arelo sepanjang 40 meter yang menghubungkan Mala dengan

daerah lainnya di pinggiran kota Melonguane resmi direalisasikan Pemkab Talaud dengan

dana yang bersumber dari APBN TA 2012 dengan alokasi dana mencapai Rp11,42 miliar.

• Pengerjaan proyek jalan lingkar Lembeh yang mengalokasikan anggaran APDD 2012

sebesar Rp30 miliar saat ini telah dimulai dengan target penyelesaian hingga akhir tahun

2012.

Selanjutnya, proyek swasta juga menunjukan adanya peningkatan pada triwulan III 2012.

Beberapa proyek swasta yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan adalah proyek

perumahan dan proyek pembangunan pusat hiburan/mall ‘Star Square’ di kawasan pertokoan

Bahu yang dikembangkan oleh PT Artoda Karya Gemilang (AKG) saat ini sedang dalam proses

No

1

2

3

DANA INFRASTRUKTUR JALAN DI MANADO 2012

Anggaran

Rp5.100.000.000

Rp4.400.000.000

Rp250.000.000

Keterangan

Pembangunan jalan baru

Peningkatan jalan lapis penetrasi

Pemeliharaan jembatan

- Peningkatan jalan Bandara-Perkantoran

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG BELUM TEREALISASI DI TALAUD

Pembangunan

- Peningkatan jalan Gagang Payung

- Pemeliharaan ruas jalan Tarun-Ambela

- Pemeliharaan ruas jalan dalam kota Beo

Anggaran

Rp1.159.954.918

Rp3.036.693.000

Rp3.093.200.000

Rp2.106.428.485

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

18

Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Konstruksi

Grafik 1.18. Perkembangan Data Penjualan Semen

Grafik 1.19. Perkembangan Indeks Penjualan Bahan Konstruksi

Sumber : Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.20. Perkembangan Penjualan Seng

pembangunan pondasi. Proyek ini diharapkan dapat selesai pada awal tahun 2013. Indikator

yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah hasil Survei Penjualan Eceran

(SPE) yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 10,59% (yoy)

dari 173,81 pada September 2012 menjadi 192,22 pada September 2012. Selain itu, penjualan

semen di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,20% dari 163,93 ribu ton

pada triwulan III 2011 menjadi 164,26 ribu ton pada triwulan III 2012.

Indikator lainnya yang menunjukkan kinerja sektor bangunan adalah kenaikan jumlah produksi

seng dari 2.080 ton pada September 2011 menjadi 2.106 ton pada September 2012. Dari sisi

pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan

perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan September 2012

tercatat sebesar Rp645 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,32% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Volume (ton) - left axis

g_semen (%) - right axis

2,080 2,106

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Se

p

2011 2012

Jumlah Produksi (ton)-left axis growth (%) - right axis

Sumber : Pelaku Usaha, diolah

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

19

1.2.1.2.1.2.1.2.2.2.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III 2012 menunjukan

pertumbuhan positif sebesar 8,86% (yoy) dengan kontribusi sebesar 1,54% terhadap total

pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor perdagangan sebagai

respon dari adanya kenaikan sumber pendapatan masyarakat seperti pencairan gaji ke-13 dan

THR yang diikuti oleh naiknya belanja masyarakat bertepatan dengan musim liburan sekolah,

perayaan pengucapan syukur dan hari raya Idul Fitri.

Selain itu, subsektor hotel juga berkontribusi positif terhadap kinerja sektor PHR yang didorong

oleh pelaksanaan event berskala nasional dan internasional, diantaranya:

• Pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF) 8-12 Agustus 2012 akan

meningkatkan perekonomian masyarakat melalui kegiatan pariwisata maupun ekonomi

kreatif terutama dari kreatifitas bunga yang dikembangkan masyarakat. TIFF diikuti 82

peserta termasuk negara sahabat seperti Malaysia, Vietnam, Korea Utara, India dan Rusia

dengan target pengunjung mencapai 30.000 orang.

• HUT ke 65 Koperasi dan UMKM Sulut dan The 2nd Small and Medium Enterprises and

Cooperatives (SMEsCo) Sulut Exhibition 2012 yang dihelat selama lima hari berakhir Senin

(30/7). Selama empat hari, berhasil mencetak transaksi Rp4,2 miliar. Nilai itu naik lebih dari

100 persen jika dibandingkan dengan transaksi tahun lalu yang masih Rp2 miliar. Jumlah

pengunjung selama kegiatan berlangsung diperkirakan mencapai 2.000 orang per hari.

• Pelaksanaan event Pan Indo Hash XXVIII 2012 yang berlangsung pada tanggal 6-9

September 2012 di Manado, Tomohon dan Minahasa dengan jumlah peserta sebanyak

2.500 baik dari dalam maupun luar negeri.

Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan

antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum

memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data

jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar

terjual.

Grafik 1.22. Data Wisatawan Mancanegara

Grafik 1.23. Data Jumlah Tamu Menginap

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20

Grafik 1.26. Perkembangan Kredit Sektor PHR

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor

ekonomi terbesar yang mendapatkan alokasi

pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan

September 2012 kredit sektor PHR yang telah

disalurkan bank umum mencapai Rp5.016 miliar

atau tumbuh 14,98% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu.

1.2.1.2.1.2.1.2.3.3.3.3. Sektor Sektor Sektor Sektor PertanianPertanianPertanianPertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2012 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar

4,70% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,88% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sulut.

Beberapa faktor yang mendorong kinerja sektor pertanian diantaranya:

• Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

(Bolmut) optimis panen padi 2012 ini mencapai target sebanyak 750 ton per tahun.

Berdasarkan hasil pantauan panen Juli 2012 kemarin, hasil panen sudah mencapai 450 ton.

Selain itu, dengan adanya peningkatan indeks pertanaman yakni P3A dan ditunjang irigasi

yang baik, Kabupaten Bolmut kemungkinan bisa mengalamai tiga kali panen hingga

Desember 2012 nanti.

• Para petani asal Desa Tombolango Kecamatan Sangkub, berkomitmen meningkatkan

produktivitas padi di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara usai menimba ilmu di

Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan selama 40 hari. Mereka mempelajari metode tanam padi

yang dikenal dengan nama System of Rice Intensification (SRI). Salah satu kelebihan metode

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

Grafik 1.24. TPK dan Lama Menginap

Grafik 1.25. Jumlah Kamar Terjual

Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

21

Grafik 1.27. Pertumbuhan Kredit Pertanian

Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Hasil Pertanian Prov. Sulut

Sumber: Distanak Provinsi Sulawesi Utara

SRI yaitu, bibit padi yang akan dipakai di areal 1 hektare hanya 8 kg dan diharapkan akan

menghasilkan 8-12 ton gabah kering per hektare atau naik bila dibandingkan dengan

metode konvensional yang hanya menghasilkan 1-2 ton.

Peningkatan kinerja sektor pertanian antara lain juga dapat dikonfirmasi dengan data dari

Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Provinsi Sulawesi Utara,

dimana pada 2012 produksi beras diperkirakan mencapai 619,41 ribu ton atau naik 3,89%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan

untuk membiayai sektor pertanian menunjukkan

adanya tren perlambatan. Sampai dengan September

2012, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor

pertanian mencapai Rp472 milliar atau tumbuh

46,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun lalu (96,97%). Jika dibandingkan

dengan total kredit yang disalurkan bank, jumlah

kredit pertanian hanya mencapai 2,56% dari total

kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara

Jenis TanamanJenis TanamanJenis TanamanJenis TanamanATAP ATAP ATAP ATAP

2009200920092009

ATAP ATAP ATAP ATAP

2010201020102010

ATAP ATAP ATAP ATAP

2011201120112011

ARAM II ARAM II ARAM II ARAM II

2012 2012 2012 2012

PerubahanPerubahanPerubahanPerubahan

2011-2012 2011-2012 2011-2012 2011-2012

(%)(%)(%)(%)

Produksi (Ton)Produksi (Ton)Produksi (Ton)Produksi (Ton)

Padi (Sawah+Ladang) 520,193 584,030 596,223 619,413 3.89

Jagung 466,041 446,144 438,504 439,836 0.30

Kedelai 7,217 7,627 6,319 3,070 (51.42)

Kacang Tanah 8,640 8,671 9,049 8,214 (9.23)

Kacang Hijau 2,381 2,184 1,825 2,077 13.81

Ubi Kayu 83,656 84,084 70,147 62,817 (10.45)

Ubi Jalar 42,152 51,838 46,266 41,076 (11.22)

Produktivitas (Ku/Ha)Produktivitas (Ku/Ha)Produktivitas (Ku/Ha)Produktivitas (Ku/Ha)

Padi (Sawah+Ladang) 47.31 48.76 48.83 48.49 (0.70)

Jagung 35.36 36.59 36.59 36.60 0.03

Kedelai 13.81 13.29 13.31 13.31 0.00

Kacang Tanah 13.14 13.12 13.10 13.10 0.00

Kacang Hijau 13.29 12.73 12.74 12.62 (0.94)

Ubi Kayu 130.96 130.89 130.60 130.62 0.02

Ubi Jalar 96.65 97.84 97.69 97.78 0.09

Luas Panen (Ha)Luas Panen (Ha)Luas Panen (Ha)Luas Panen (Ha)

Padi (Sawah+Ladang) 109,951 119,771 122,108 127,729 4.60

Jagung 131,791 121,930 119,850 120,167 0.26

Kedelai 5,227 5,739 4,746 2,305 (51.43)

Kacang Tanah 6,573 6,611 6,908 6,272 (9.21)

Kacang Hijau 1,791 1,715 1,433 1,646 14.86

Ubi Kayu 6,386 6,424 5,371 4,809 (10.46)

Ubi Jalar 4,273 5,298 4,736 4,201 (11.30)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

22

lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya

NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 4,93% pada triwulan laporan.

1.21.21.21.2....4444. Sektor . Sektor . Sektor . Sektor lainnyalainnyalainnyalainnya

A.A.A.A. Sektor JasaSektor JasaSektor JasaSektor Jasa----jasajasajasajasa

Kinerja sektor jasa pada triwulan III 2012

tumbuh positif sebesar 7,56% (yoy), dengan

sumbangan sebesar 1,16% terhadap total

pertumbuhan triwulan laporan. Kinerja sektor

jasa yang cukup stabil ditopang oleh aktivitas

sub sektor jasa pemerintahan dan hiburan. Data

yang diperoleh dari salah satu pusat

perbelanjaan terbesar menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan jumlah pengunjung pada

September 2012 sebesar 24,21% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau tercatat sebanyak 674.826 ribu pengunjung.

Penguatan kinerja sektor jasa-jasa juga didukung

oleh perbankan, yang tercermin dari peningkatan

penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai

dengan September 2012 kredit sektor jasa-jasa

tercatat sebesar Rp966 miliar atau tumbuh 35,11%

(yoy).

B.B.B.B. Sektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor Pengangkutan dan Komunikasi

Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan event berskala nasional maupun

internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara adalah semakin dikenalnya Sulawesi Utara

khususnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata maupun sebagai tempat

Meeting, Incentives, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini berpengaruh pada meningkatnya

minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu

mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan

komunikasi pada triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan 7,14% (yoy), dengan sumbangan

sebesar 0,96% terhadap total pertumbuhan.

Grafik 1.28. Perkembangan Jumlah Pengunjung Pusat Perbelanjaan

Sumber : Pusat Perbelanjaan

0

10

20

30

40

50

60

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

ust

Sep

Ok

t

No

p

De

s

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

ust

Sep

2011 2012

Jumlah Pengunjung (org-left axis) Growth (%-right axis)

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

23

Tabel 1.8. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi

Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari

tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado

baik asal/tujuan domestik maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus

penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara juga mengalami pertumbuhan sebesar

16,55% (yoy). Sejalan dengan itu, arus penumpang yang berangkat (keluar) dari wilayah

Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 12,45% (yoy).

Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,

keberpihakan perbankan yang diwujudkan

dalam penyaluran kredit di sektor

pengangkutan dan komunikasi juga

memperlihatkan adanya peningkatan. Sampai

dengan akhir triwulan III 2012 jumlah kredit

yang disalurkan mencapai Rp175 miliar, atau

tumbuh 43,67% (yoy) dibandingkan periode

yang sama tahun lalu.

C.C.C.C. Sektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri PengolahanSektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan yang

mencatat pertumbuhan sebesar 6,99% dengan sumbangan sebesar 0,53%, lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,33% (0,49%). Peningkatan ini ditandai

oleh peningkatan jumlah pelanggan listrik di sektor industri. Berdasarkan data PLN, jumlah

pelanggan listrik di sektor industri pada triwulan III 2012 tumbuh sebesar 1,08% (yoy).

Indikator lainnya yang mendukung peningkatan kinerja sektor industri adalah perlambatan

pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Sampai dengan akhir triwulan III 2012

jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp411 miliar atau tumbuh sebesar 15,04% (yoy).

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Datang 203,160 213,389 229,846 245,468 230,845 249,329 267,891 16.55%

Berangkat 213,108 216,771 232,520 231,954 242,260 249,372 261,474 12.45%

Datang 1,783,877 1,656,261 1,808,789 1,957,167 1,307,021 1,721,272 1,792,780 -0.89%

Berangkat 1,208,615 1,098,530 945,969 1,154,768 1,061,987 1,069,686 975,270 3.10%

20122012201220122011201120112011

Penumpang

Kargo

Jenis Jenis Jenis Jenis

PengangkutanPengangkutanPengangkutanPengangkutan

Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/ Kedatangan/

KeberangkatanKeberangkatanKeberangkatanKeberangkatan

Growth Growth Growth Growth

(YoY)(YoY)(YoY)(YoY)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

24

Grafik 1.33. Perkembangan Transaksi Gadai

D.D.D.D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa PerusahaanSektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III

2012 tumbuh 16,16% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain

tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain:

pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta

penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada

masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas

sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan

sektor ini.

Indikator lain yang menunjukkan perkembangan

di sektor keuangan adalah peningkatan jumlah

transaksi gadai di PT. Pegadaian (Persero) di

Sulawesi Utara. Pada Juli 2012, transaksi gadai

mencapai Rp604 miliar atau tumbuh 20,98%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tabel 1.9. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara

Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Jumlah Bank umum 25 25 25 25 25 25 25

Jumlah kantor bank umum*) 231 238 244 248 248 250 255

Jumlah BPR 16 17 17 17 17 17 17

Jumlah kantor BPR 43 46 46 48 48 48 49

Data BankData BankData BankData Bank2011201120112011 2012201220122012

Sumber : PT. Pegadaian (Persero), diolah

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0

100

200

300

400

500

600

700

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

ust

Se

p

Okt

No

p

De

s

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

2011 2012

Transaksi Gadai (miliar-left axis) GrowthGadai (% yoy-right axis)

Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Industri

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Sumber : PT. PLN (Persero) Cab. Suluttenggo, diolah

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

25

E.E.E.E. Sektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan PenggalianSektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada

triwulan III 2012 tumbuh 6,11% (yoy) dengan

sumbangan sebesar 0,30% terhadap total

pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, sub

sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh

penambangan tradisional/rakyat dan bukan

industri berskala besar. Dukungan perbankan

terhadap sektor pertambangan juga terus

mengalami perbaikan, jika dilihat berdasarkan

trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak

perbankan terhadap sektor pertambangan

mengalami tren penurunan sejak awal tahun 2012, hingga pada triwulan laporan jumlah kredit

yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp83 miliar atau hanya tumbuh

sebesar 20,89% (yoy).

F.F.F.F. Sektor LiSektor LiSektor LiSektor Listrik, Gas dan Air Bersihstrik, Gas dan Air Bersihstrik, Gas dan Air Bersihstrik, Gas dan Air Bersih

Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III 2012 tumbuh sebesar 5,01%

(yoy), dengan kontribusinya sebesar 0,04% terhadap total pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan. Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari data

jumlah penjualan listrik serta jumlah pelanggan di Sulawesi Utara. Jumlah pelanggan listrik pada

triwulan III 2012 sebesar 466.927 ribu pelanggan atau tumbuh 5,59% (yoy) dengan jumlah

pemakaian 256 MW atau tumbuh 39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, kapasitas listrik yang tersedia pada triwulan laporan sebesar 288 MW atau

tumbuh 48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan data tersebut, masih

terdapat surplus daya listrik sebesar 32 MW. Adanya surplus listrik tersebut didukung oleh

adanya peningkatan produksi listrik yang dihasilkan dari geothermal Lahendong.

Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

26

Grafik 1.35. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

di Sulawesi Utara

Grafik 1.36. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik

di Sulawesi Utara

Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IIIII

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

29

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAHPERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tekanan inflasi Kota Manado sampai dengan akhir triwulan III 2012 mengalami peningkatan.

Pada akhir triwulan III 2012 inflasi Kota Manado tercatat sebesar 5,23% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,31% (yoy) dan tingkat inflasi Zona

Sulampua yang tercatat sebesar 4,78% (yoy), serta jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi

Kota Manado periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 1,24% (yoy).

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren

peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,85% (mtm) yang

berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai

pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan

berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Pada akhir triwulan III 2012 tekanan

inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah cukup tajam, tercatat sebesar -1,58% (mtm) pasca

perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H. Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Manado

sampai dengan September 2012 tercatat 4,33% (ytd), lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,

yang justru mencatat deflasi sebesar -0,19% (ytd).

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama

didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)

mengalami inflasi pada level moderat.

Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq)

Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

1,24

5,23

4,31 4,78

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010 2011 2012

%%%%

yoy Manado yoy Nasional

yoy Sulampua

1,40

1,68

1,56

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2008 2009 2010 2011 2012

%%%%

qtq Manado qtq Nasional qtq Sulampua

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

30

2.1.2.1.2.1.2.1. PERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASIPERKEMBANGAN INFLASI

2.1.12.1.12.1.12.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)INFLASI TAHUNAN (yoy)

Inflasi tahunan Kota Manado pada akhir triwulan III 2012 meningkat, tercatat 5,23% (yoy), jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tercatat sebesar

1,25% (yoy) maupun dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 3,73%(yoy). Sejalan dengan itu, laju inflasi Kota Manado jauh lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan laju inflasi Sulampua dan Nasional yang masing-masing tercatat sebesar

4,78% (yoy) dan 4,31% (yoy) pada akhir triwulan III 2012 (grafik 2.1).

Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan disumbangkan oleh seluruh kelompok yang ada.

Inflasi terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi

8,63% (yoy). Apabila dilihat lebih lanjut, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya

serta kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi tertinggi, masing-masing tercatat sebesar

14,53% (yoy) dan 13,72% (yoy) terutama disebabkan karena kenaikan harga komoditas cabai

rawit. Sementara itu inflasi terendah terendah terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,81% (yoy).

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga, mengalami inflasi sebesar 8,64% (yoy) sebagai

faktor kenaikan harga pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi. Selanjutnya kelompok

perumahan,air,listrik,gas dan bahan bakar, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau, kelompok kesehatan serta kelompok sandang mengalami inflasi berturut-turut

sebesar 5,64% (yoy), 3,89% (yoy), 2,08% (yoy), 1,29% (yoy).

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

1 Bahan Makanan 21,69 14,72 -1,23 -3,17 -5,19 3,01 8,63

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,43 1,50 1,45 1,21 2,95 3,36 3,89

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,85 2,14 1,58 1,63 4,73 5,70 5,64

4 Sandang 5,03 4,28 8,32 5,56 5,68 4,52 1,29

5 Kesehatan 0,61 2,62 3,20 5,20 4,48 2,52 2,08

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,91 0,86 9,70 9,06 9,22 9,41 8,46

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,80 -0,38 -0,87 0,49 -0,35 0,17 0,81

6,906,906,906,90 5,155,155,155,15 1,251,251,251,25 0,670,670,670,67 0,950,950,950,95 3,733,733,733,73 5,235,235,235,23

2011201120112011 2012201220122012NoNoNoNo KelompokKelompokKelompokKelompok

UmumUmumUmumUmum

Tabel 2.1.

Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

31

Grafik 2.3 Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm)

2.1.2 2.1.2 2.1.2 2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (INFLASI TRIWULANAN (qqqqttttqqqq))))

Sejalan dengan inflasi tahunan, inflasi triwulanan Kota Manado juga mengalami peningkatan,

namun dalam kisaran yang relatif moderat. Pada triwulan III 2012 Kota Manado tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,4% (qtq), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan II

2012 yang sebesar 1,28% (qtq). Hampir seluruh kelompok barang dan jasa mengalami

peningkatan, sehingga cukup mengakselerasi laju inflasi Kota Manado pada triwulan III 2012.

Berdasarkan kelompoknya, inflasi terutama terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan

olah raga tercatat sebesar 8,2% (qtq). Pendaftaran baru pada jenjang Perguruan Tinggi yang

jatuh pada triwulan III 2012 merupakan faktor pendorong terjadinya peningkatan harga pada

kelompok ini. Sementara itu, kelompok lainnya mengalami inflasi sebagai pengaruh musiman

perayaan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1433 H.

2.1.32.1.32.1.32.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)INFLASI BULANAN (mtm)

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

1 Bahan Makanan 4,03 -5,51 -3,59 2,18 1,86 2,66 1,66

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau -0,22 0,10 0,72 0,60 1,51 0,50 1,23

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,24 0,38 0,41 0,60 3,29 1,31 0,35

4 Sandang 0,40 1,17 5,02 -1,03 0,50 0,05 1,78

5 Kesehatan 1,66 1,96 0,90 0,59 0,97 0,05 0,46

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,02 -0,04 9,15 -0,06 0,16 0,14 8,20

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,02 0,05 0,13 0,29 -0,81 0,58 0,77

1,311,311,311,31 -1,43-1,43-1,43-1,43 -0,05-0,05-0,05-0,05 0,870,870,870,87 1,591,591,591,59 1,281,281,281,28 1,401,401,401,40UmumUmumUmumUmum

2011201120112011KelompokKelompokKelompokKelompok

2012201220122012NoNoNoNo

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 2.2.

Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

(1,58)

(0,78)

0,01

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2009 2010 2011 2012

mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

32

Grafik 2.4. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado

Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2012

Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan tren

peningkatan. Pada Juli 2012 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,85% (mtm), yang

berlanjut pada Agustus 2012, tercatat mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm) sebagai

pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan, tahun ajaran baru pendidikan tinggi dan

berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan domestik. Inflasi terutama terjadi pada komoditas

cabai rawit, ongkos angkutan udara, emas perhiasan dan biaya pendidikan tinggi. Pada akhir

triwulan III 2012 tekanan inflasi Kota Manado terkoreksi kebawah cukup tajam, tercatat sebesar

-1,58% (mtm) pasca perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H.

Tingkat inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III 2012 lebih berfluktuasi dibandingkan

dengan tingkat inflasi nasional maupun Zona Sulampua (Grafik 2.3). Pada akhir triwulan III

2012 tingkat inflasi nasional tercatat sebesar 0,01% (mtm), sementara itu tingkat inflasi Zona

Sulampua tercatat sebesar -0,78% (mtm).

� JULIJULIJULIJULI 2012201220122012

Pada awal triwulan III-2012, Kota Manado

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,85% (mtm).

Inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan

makanan sebesar 2,14% (mtm) dengan

sumbangan sebesar 0,63% terhadap total inflasi

bulanan. Berdasarkan sub kelompoknya, bumbu-

bumbuan mengalami inflasi sebesar 8,09%

(mtm). Kemudian diikuti oleh sub kelompok

daging dan hasilnya serta kelompok umbi-

umbian dan hasilnya yang masing-masing

mengalami inflasi sebesar 3,14% (mtm) dan

3,03% (mtm).

Tekanan inflasi pada Juli 2012 dipengaruhi oleh faktor peningkatan permintaan seiring Bulan

Ramadhan yang jatuh pada awal triwulan laporan. Ditengah meningkatnya permintaan,

pasokan sedikit terganggu oleh faktor anomali cuaca. Bencana letusan Gunung Lokon dan

Soputan yang terjadi menyebabkan berkurangnya produktivitas sektor pertanian akibat gagal

panen yang terjadi pada beberapa area di sentra komoditas pertanian Sulut.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

33

� AGUSTUSAGUSTUSAGUSTUSAGUSTUS 2012012012012222

Tekanan inflasi Kota Manado pada Agustus 2012 terakselerasi tajam sehingga tercatat

mengalami inflasi sebesar 2,16% (mtm). Inflasi terutama terjadi pada kelompok pendidikan,

bahan makanan dan transportasi yang masing-masing tercatat sebesar 7,92% (mtm), 4,41%

(mtm) dan 2,45%(mtm).

Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama terjadi

pada komoditas cabai rawit dengan sumbangan

0,75% (mtm), angkutan udara dengan sumbangan

0,31% (mtm), pendidikan akademi/perguruan tinggi

dengan sumbangan 0,27% (mtm).

Inflasi pada Agustus 2012 lebih disebabkan oleh: (1)

pengaruh musiman perayaan Hari Raya Idul Fitri

1433H yang menyebabkan terjadinya peningkatan

demand pada bahan makanan serta peningkatan

arus penumpang (arus mudik dan balik dari dan ke

Manado) (2) Terganggunya distribusi akibat anomali

cuaca dan bencana alam (3) Tahun ajaran baru

pendidikan akademi/perguruan tinggi.

� SEPTEMBER SEPTEMBER SEPTEMBER SEPTEMBER 2012012012012222

Pada akhir triwulan III–2012, laju perkembangan

harga barang dan jasa secara umum terkoreksi

kebawah sehingga tercatat mengalami deflasi -

1,58% (mtm). Deflasi pada akhir triwulan III 2012

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan

dan transportasi yang masing-masing tercatat

sebesar -4,67% (mtm) dan -2,35% (mtm).

Deflasi terjadi akibat berlalunya pengaruh musiman

perayaan Bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H,

didukung oleh membaiknya kondisi pasokan dan

distribusi yang sempat terganggu pada Agustus

2012.

Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa Agustus 2012

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok

Barang dan Jasa September 2012

Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

34

Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah. Sumber: BPS Suuuulawesi Utara, diolah.

2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR2.2 FAKTOR----FAKTOFAKTOFAKTOFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASIR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan terutama

didorong oleh meningkatnya tekanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak

(volatile foods) dan kelompok administered price. Sementara itu, kelompok inti (core inflation)

mengalami inflasi pada level moderat.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Tekanan inflasi inti (core inflation) pada triwulan III 2012 relatif stabil. Inflasi inti pada akhir

triwulan III 2012 tercatat 3,69% (yoy) dengan sumbangan 1,97% terhadap total inflasi tahunan

pada akhir triwulan III-2012, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang

tercatat sebesar 3,93% (yoy) dengan sumbangan 2,06% terhadap total inflasi tahunan. Hal ini

tidak lepas dari terkendalinya tekanan inflasi dari sisi eksternal maupun internal. Dari sisi

eksternal, inflasi yang bersumber dari kenaikan harga emas internasional dapat diredam oleh

terjaganya kestabilan nilai tukar Rupiah. Sementara itu, dari sisi internal kenaikan permintaan

masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran melalui peningkatan penggunaan

kapasitas produksi. Namun demikian, masih tingginya ekspektasi masyarakat Sulut terhadap

tingkat harga 3 dan 6 bulan yang akan datang berpotensi mengakselerasi inflasi pada level

yang lebih tinggi.

� Interaksi Permintaan dan Penawaran

Peningkatan permintaan selama triwulan III 2012 sebagai faktor seasonal (Bulan Ramadhan dan

Hari Raya Idul Fitri), direspon dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi

sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan (Grafik 2.9).

Grafik 2.7.

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 2.8.

Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2009 2010 2011 2012

Volatile Administered CORE IHK

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012

UMUM Volatile Administered Core

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

35

Grafik 2.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap

Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut

.

� Ekspektasi Inflasi

Ekspektasi masyarakat Sulut tercermin dari sisi konsumen maupun pedagang. Dari sisi

pedagang, ekspektasi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang terbilang

cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi

Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi pedagang terhadap

tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 198,5 pada

September 2012 (Grafik 2.11). Sejalan dengan itu, dari sisi konsumen ekspektasi masyarakat

juga terbilang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi

Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh angka indeks ekspektasi konsumen

terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang tercatat sebesar146 pada September 2012

(Grafik 2.10).

Grafik 2.9. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran

dan Kapasitas Produksi

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

120

146

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

189,5198,5

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

36

Grafik 2.13. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan

Komoditas Emas di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Rata-rata Triwulanan

Komoditas Minyak di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg, diolah

� Eksternal

Perkembangan nilai tukar rupiah pada September 2012 bergerak sesuai kondisi pasar dengan

intensitas depresiasi yang menurun. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank

Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan tingkat fundamentalnya.

Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,37% (mtm) ke level Rp9.570 per dolar AS atau

secara rata-rata melemah 0,64% (mtm) menjadi Rp9.554 per dolar AS. Tekanan terhadap nilai

tukar rupiah terutama berasal dari masih tingginya permintaan valuta asing untuk keperluan

impor. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun dengan lebih besarnya aliran masuk modal

asing sejalan dengan sentimen positif perekonomian global dan prospek ekonomi domestik

yang tetap kuat. Meskipun demikian, pelemahan rupiah diikuti oleh volatilitas yang lebih

terjaga sehingga tidak berdampak signifikan pada perkembangan harga domestik, seiring

dengan penurunan harga komoditas internasional yang masih berlanjut.

2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental2.2.2 Non Fundamental

� Volatile foods

Tekanan inflasi pada kelompok volatile foods pada akhir triwulan III 2012 meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada Juni 2012 kelompok ini tercatat mengalami inflasi

8,65% (yoy) dengan sumbangan 2,39% (yoy) terhadap inflasi umum, lebih tinggi dibandingkan

triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,99% (yoy) dengan sumbangan 0,86% terhadap inflasi

umum. Beberapa faktor yang mempengaruhi terakselerasinya harga kelompok ini selama

triwulan III 2012 diantaranya:

(a) Meningkatnya permintaan sebagai faktor seasonal hari raya keagamaan yang jatuh pada

triwulan laporan.

1656,7

-2,7 (5)

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III

2011 2012

Pers

en

USD

/OZ

Harga Emas yoy (axis kanan)

92,1

2,7

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

80

85

90

95

100

105

I II III IV I II III

2011 2012

Pe

rse

n

US

D/O

Z

WTI yoy (axis kanan)

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

37

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut

Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw Prov. Sulut

(b) Anomali cuaca dan bencana (letusan Gunung Lokon dan Soputan) yang terjadi sehingga

berpengaruh pada berkurangnya produktivitas pada sentra komoditas pangan di Sulut.

(c) Berkurangnya produksi perikanan tangkap karena faktor cuaca dan kelangkaan BBM

bersubsidi.

Sementara itu, bertambahnya pasokan beras seiring dengan panen yang terjadi di beberapa

sentra beras Sulut dapat menahan laju inflasi kelompok volatile foods pada periode laporan.

� Administered Price

Secara tahunan inflasi kelompok administered prices pada akhir triwulan III 2012 tercatat

sebesar 4,64% (yoy) dengan sumbangan 0,88% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan

lalu yang tercatat sebesar 4,27% (yoy) dengan sumbangan 0,81% terhadap inflasi tahunan.

Peningkatan inflasi administered prices pada triwulan laporan terutama berasal dari

peningkatan ongkos angkutan udara seiring dengan derasnya arus mudik dan/arus balik pada

momen perayaan Hari Raya Idul Fitri 1433H.

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Ikan di Kota Manado

Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit

dan Bawang Merah di Kota Manado

10.000

30.000

I IIIII IV

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV V

Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April2012

Mei2012

Juni2012

Juli2012

Agst 2012 Sept 2012

Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg

Deho Malalugis

10.000

30.000

50.000

I IIIII IV

I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV V

Des -11 Jan-12 Feb-12 Maret April2012

Mei2012

Juni2012

Juli2012

Agst 2012 Sept 2012

Rp/kgRp/kgRp/kgRp/kg

Cabe Rawit (merah) Bawang Merah Beras

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IIIIIIIII

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

41

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAHPERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara umum kinerja perbankan Sulawesi Utara terus menunjukkan perkembangan yang baik

sebagaimana tercermin dari pertumbuhan fungsi intermediasi perbankan serta terjaganya risiko

kredit. Pada triwulan III 2012 asset, kredit dan DPK perbankan Sulut masih menunjukkan

pertumbuhan meskipun melambat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Aset

perbankan Sulut tumbuh sebesar 21,4% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan lalu yang tercatat sebesar 23,55% (yoy). Kredit perbankan Sulut tercatat tumbuh

sebesar 16,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 21,95%

(yoy) maupun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional yang sebesar 22,3% (yoy).

Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar 16,95% (yoy) atau lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 21,95% (yoy). Sejalan dengan

pertumbuhan kredit, pertumbuhan DPK di Provinsi Sulut juga tercatat lebih rendah dari

pertumbuhan DPK nasional yang sebesar 19,39% (yoy). Dengan demikian Loan to Deposit Ratio

(LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level 118,6% di akhir triwulan III 2012.

Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit,

risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)

relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.

Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

3.1. 3.1. 3.1. 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA

Aset perbankan Sulawesi Utara, baik bank umum konvensional, bank umum syariah maupun

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2012 mengalami perlambatan dibandingkan

dengan periode lalu maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Total aset perbankan Sulut

pada triwulan III 2012 mencapai Rp24.844 miliar atau tumbuh 21,40% (yoy), lebih rendah dari

pertumbuhan triwulan lalu dan tahun lalu yang masing-masing tercatat sebesar 23,55% (yoy)

dan 22,32% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset pada triwulan III 2012 masih lebih

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Total Aset 14.783 15.914 16.731 17.534 18.242 19.467 20.465 21.244 22.112 24.052 24.844

Tumbuh Y.o.Y (%) 8,42 11,79 12,58 18,72 23,40 22,33 22,32 21,16 21,22 23,55 21,40

DPK (Rp Miliar) 9.953 10.604 11.114 11.428 11.797 12.601 13.298 14.138 14.579 15.367 15.552

Tumbuh Y.o.Y (%) 11,74 12,24 14,28 14,43 18,53 18,83 19,66 23,71 23,58 21,95 16,95

Kredit outstanding (Rp Miliar) 10.867 11.631 12.119 12.909 13.397 14.403 15.107 15.896 16.177 17.506 18.445

Tumbuh Y.o.Y (%) 19,48 20,81 21,14 23,12 23,28 23,83 24,65 23,14 20,75 21,54 22,10

LDR (%) 109,18 109,68 109,05 112,95 113,56 114,30 113,60 112,43 110,96 113,92 118,60

NPL (%) 3,53 3,46 3,48 3,13 3,74 3,64 3,46 2,66 2,66 2,61 2,57

2011201120112011 2012201220122012KomponenKomponenKomponenKomponen

2010201020102010

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

42

tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun terakhir, tercatat

sebesar 19,85% (yoy).

Struktur aset perbankan Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 masih didominasi oleh aset bank

umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,01% dari total aset perbankan. Lebih lanjut,

sebesar 67,56% merupakan aset bank pemerintah dan 27,45% merupakan aset bank swasta.

Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar

1,84% dan 3,16%.

Apabila dilihat pertumbuhannya, aset BPR konvensional tumbuh melambat apabila

dibandingkan dengan periode sebelumnya maupun dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Pada September 2012 aset BPR konvensional tercatat tumbuh 46,54% (yoy) atau

lebih rendah dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 57,29% (yoy) maupun periode

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 64,35%(yoy). Searah dengan BPR

konvensional, aset bank umum syariah juga mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2012

aset bank umum syariah tercatat tumbuh 38,34%(yoy), atau lebih rendah dibandingkan

triwulan lalu yang tercatat sebesar 44,19% (yoy).

3.2.3.2.3.2.3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANKPERKEMBANGAN KANTOR BANK

Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 bank

umum konvensional, 3 bank umum syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan

jaringan kantornya, bank umum konvensional memiliki 255 kantor dan bank umum syariah

memiliki 13 kantor, sementara itu BPR terdiri dari 49 kantor. Seiring dengan meningkatnya

aktivitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara, penambahan jaringan kantor terus berlanjut. Pada

triwulan III 2012 terjadi penambahan 3 kantor bank umum di Kota Manado dan 2 kantor bank

Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2012

Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Perbankan

Sulawesi Utara Tw. III-20112 (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

93,5

94

94,5

95

95,5

96

96,5

97

97,5

98

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2009 2010 2011 2012

Total Asset BPR Konvensional (left axis)Total Asset BU Syariah (left axis)Bank Umum Konvensional (right axis)

% %

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

43

umum di Minahasa. Hal ini mencerminkan peningkatan aktivitas ekonomi tidak hanya terjadi di

Kota Manado sebagai pusat pertumbuhan, namun juga sudah mulai tersebar ke wilayah lainnya

di Sulawesi Utara.

3.3.3.3.3.3.3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVPERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONALENSIONALENSIONALENSIONAL

3.3.1.3.3.1.3.3.1.3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan MoneterRespon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 13 September 2012 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih

konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi

tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Bank Indonesia memandang bahwa keseimbangan

eksternal sejauh ini menunjukkan defisit transaksi berjalan pada Triwulan III-2012 mengalami

perbaikan seperti yang diperkirakan sebelumnya. Namun demikian, Bank Indonesia tetap

mewaspadai tekanan terhadap transaksi berjalan terutama yang bersumber dari risiko

memburuknya prospek perekonomian global. Ke depan, Bank Indonesia terus mengevaluasi

dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya dan apabila diperlukan akan

mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat

koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca

pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan

kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.

Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus

berlanjut. Namun demikian, penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman di Sulawesi

Utara masih dalam kisaran yang relatif terbatas, ditandai oleh tren penurunan suku bunga

perbankan hingga akhir triwulan III-2012 dalam kisaran rendah. Berdasarkan data yang

bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September 2012, rata-rata tingkat suku

bunga kredit tercatat sebesar 13,27% atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 13,41%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat

suku bunga kredit modal kerja mencapai 12,91% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar

13,94% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,31% per tahun. Sementara itu,

rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan sampai dengan September 2012 tercatat sebesar

5,43%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,71%.

Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga nasional, suku bunga kredit di Provinsi

Sulawesi Utara masih berada pada level yang lebih tinggi. Pada September 2012 rata-rata suku

bunga kredit Nasional tercatat sebesar 10,87% per tahun1. Berdasarkan penggunaannya, rata-

1 Sumber : Bank Indonesia Kredit Bank Umum Konvensional, mata uang Rupiah dan Valas

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

44

rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 9,84% per tahun, rata-rata kredit

investasi sebesar 9,57% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,70% per tahun.

3.3.2.3.3.2.3.3.2.3.3.2. Penyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana MasyarakatPenyerapan Dana Masyarakat

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada

triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,95% (yoy) menjadi Rp15.552 miliar.

Namun demikian, laju pertumbuhan DPK cenderung melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 19,66% (yoy) maupun

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 21,95% (yoy).

Berdasarkan jenis simpanannya, perlambatan terjadi pada semua jenis simpanan, terutama

deposito yang tercatat hanya tumbuh 12,06% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan II

2012 yang tumbuh sebesar 21,4% (yoy) maupun pada triwulan III 2011 yang tercatat tumbuh

24,13% (yoy). Sementara itu tabungan dan giro masing-masing tumbuh 19,83% (yoy) dan

19,01% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat

masing-masing sebesar 22,39% (yoy) dan 21,78% (yoy).

Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Menurut Jenis Penggunaan (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

45

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam

sistem perbankan masih didominasi oleh jenis

simpanan tabungan sebesar 48,12% dari total

keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul

kemudian deposito (33,73%) dan giro

(18,15%).

Berdasarkan kelompok bank, bank pemerintah

menyerap 67,35% dari total DPK sedangkan

sisanya dihimpun oleh bank swasta (32,65%).

Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di

bank pemerintah tumbuh 20,24% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh sebesar

10,69% (yoy).

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang

dihimpun, sebesar 70,92% atau sebesar Rp11.029 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi

di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kota Kotamobagu (8,25%), Kota Bitung (6,76%),

Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud (5,78%), Kabupaten Minahasa (5,04%), Kota Tomohon

(1,18%), Kabupaten Minahasa Selatan (1,11%), Kabupaten Minahasa Utara (0,95%) .

Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII IVIVIVIV IIII IIIIIIII IIIIIIIIIIII

Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800 784

Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899

Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173

Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148

Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029

Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282

Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052

Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184

Total Total Total Total 11.79711.79711.79711.797 12.60112.60112.60112.601 13.29813.29813.29813.298 14.13814.13814.13814.138 14.57914.57914.57914.579 15.36715.36715.36715.367 15.55215.55215.55215.552

Kota/KabupatenKota/KabupatenKota/KabupatenKota/Kabupaten2011201120112011 2012201220122012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46

Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan

hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami

oleh Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 36,96% (yoy) dan yang terendah dialami oleh

Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 12,09% (yoy).

3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3.3. Penyaluran KrePenyaluran KrePenyaluran KrePenyaluran Kredit Bank Pelapordit Bank Pelapordit Bank Pelapordit Bank Pelapor

Kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus tumbuh positif, walaupun melambat

apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Pada triwulan III-2012, jumlah kredit

secara umum tercatat 18.445 miliar atau tumbuh 22,10% (yoy). Berdasarkan jenis

penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi yang

mencapai jumlah Rp10.304 miliar atau tumbuh 29,98% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit

modal kerja dan kredit investasi masing-masing tercatat sebesar Rp5.677 miliar dan Rp2.463

miliar atau tumbuh 14,50% (yoy) dan 10.90% (yoy). Peningkatan jumlah kredit konsumsi di

Sulawesi Utara merupakan pengaruh musiman perayaan Hari Raya Keagamaan dan

pendaftaran baru pada pendidikan tinggi yang jatuh pada triwulan III 2012.

Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kab/Kota Triwulan III 2012 (%)

Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)

Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

I II III IV I II III

2011 2012

Kota Tomohon 144 140 153 115 179 180 184

Kota Bitung 775 834 887 965 1.017 1.061 1.052

Kota Kotamobagu 1.011 1.047 1.054 962 1.117 1.249 1.282

Kota Menado 8.275 8.890 9.478 10.489 10.380 10.891 11.029

Kab. Minahasa Utara 140 123 117 94 109 136 148

Kab. Minahasa Selatan 111 122 126 107 173 156 173

Kab. Kepulauan Sangihe 736 763 802 744 873 895 899

Kab. Minahasa 605 682 682 662 732 800 784

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

Kota Tomohon Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Menado

Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Minahasa

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

47

Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 55,86%

dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar

30,78%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 13,36%.

Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.

Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar

ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 27,19%

dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan,

bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum

swasta nasional. Kelompok bank pemerintah menyalurkan Rp13.115 miliar atau mencapai

pangsa pasar 71,12% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar

Rp5.330 miliar dengan pangsa pasar 28,90% dari total kredit.

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp18.445 miliar, tercatat

65.49% atau sebesar Rp12.079 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti

oleh Kota Kotamobagu dengan pangsa pasar sebesar 9,3% (Rp1.716 miliar), Kabupaten

Minahasa 8,49% (Rp1.566 miliar), Kabupaten Kepulauan Sangihe 6,36%(Rp.1.174 miliar), Kota

Bitung 5,91% (Rp.1.090 miliar), Kota Tomohon 1,79% (Rp331 miliar), Kabupaten Minahasa

Selatan 1,58% (Rp.291 miliar), Kabupaten Minahasa Utara 1,08% (Rp199 miliar).

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi

dialami Tomohon sebesar 40,29% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Minahasa

14,43% (yoy).

Grafik 3.13. Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

48

3.3.4.3.3.4.3.3.4.3.3.4. Kredit MKMKredit MKMKredit MKMKredit MKM

Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak

terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM

adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan

kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008

tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi

kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Data yang

disajikan dalam pembahasan Kajian Ekonomi Regional Triwulan III 2012 adalah kredit UMKM

dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU No.20 tahun 2008 tentang

UMKM.

Sampai dengan triwulan III-2012, posisi kredit

MKM tercatat Rp5.625 miliar atau tumbuh

2,24% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya,

kredit menengah memiliki pangsa terbesar yakni

42,47%, kredit kecil memiliki pangsa mencapai

40,30%, dan sisanya 17,22% merupakan kredit

mikro.

Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap

penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan

pada triwulan III-2012, pangsa kredit MKM

tercatat 30,50%, atau sedikit lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 36,41%. Pertumbuhan

kredit MKM harus ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan. Pada

triwulan III 2012 rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 4,55%, menurun

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,15%.

Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

49

3.43.43.43.4 STABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKANSTABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2012 relatif terkendali.

Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI

yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio

(LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan

berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang

tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, Pendapatan

Bunga Bersih, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.

3.4.13.4.13.4.13.4.1 Risiko KreditRisiko KreditRisiko KreditRisiko Kredit

Pada triwulan III-2012 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin

dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio

NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%)

tercatat sebesar 2.57%, yang merupakan rasio terendah selama tahun 2012. Dengan nilai NPLs

yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit,

terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada

hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-

upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit .

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat

bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif

rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,77% dari total kredit

memiliki tingkat NPL sebesar 1,46%.

Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

3.4.23.4.23.4.23.4.2 Risiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko LikuiditasRisiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber

dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan

laporan cukup terkendali.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu

sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara

masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek

(tabungan dan giro) yang berpotensi menciptakan

maturity mismatch karena kredit yang disalurkan

perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang

daripada penempatan dana masyarakat. Hal ini

ditandai oleh masih mendominasinya tabungan pada

DPK perbankan Sulut dengan pangsa rata-rata 3

tahun terakhir tercatat sebesar 47,20% dari total DPK

secara keseluruhan.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 118,60%. Perlu

digarisbawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan

dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio

LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

DPK yang berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Bitung sebesar

103,67%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa sebesar 199,62%,

disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Tomohon sebesar 179,72%, Kabupaten

Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2012

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi)

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

51

Minahasa Selatan sebesar 167,99%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 134%, Kota

Kotamobagu sebesar 133,79%, Kabupaten Kepulauan Sangihe sebesar 130,60%, Kota

Manado sebesar 109,52%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan

bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan

banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di

wilayah tersebut.

3.4.33.4.33.4.33.4.3 Risiko PasarRisiko PasarRisiko PasarRisiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari

rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)

yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun bergerak

dalam batasan yang relatif rendah. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan

berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta

asing di perbankan Sulawesi Utara.

3.4.43.4.43.4.43.4.4 Indikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnyaIndikator perbankan lainnya

� Rasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik KreditRasio Kelonggaran Tarik Kredit

Rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada

triwulan III-2012 menunjukkan tren penurunan.

Tercatat rasio kelonggaran tarik pada September

2011 sebesar 6,06%, atau lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

yang tercatat 7,78%. Hal ini mencerminkan

berkurangnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh

nasabah.

� Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Bunga Bersih

Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu

indikator penilaian terkait kemampuan bank

dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca

konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan

bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang

biasa disebut Pendapatan Bunga Bersih pada

triwulan laporan menunjukkan angka yang positif

sebesar Rp1.348 miliar, mengalami peningkatan

bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu

yang tercatat Rp1.182 miliar.

Grafik 3.22. Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar)

Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

52

� Rasio BOPORasio BOPORasio BOPORasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan

laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio

BOPO bank umum dari 81,82% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 68,02%

pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan efisiensi perbankan

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

� Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2012, rasio ROA

bank umum tercatat sebesar 3,27%, meningkat bila dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03%.

3.53.53.53.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAHPERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH

Pada triwulan III 2012 perbankan umum syariah di Sulawesi Utara mengalami perkembangan

yang cukup baik.Total aset bank umum syariah sampai dengan posisi September 2012 tumbuh

sebesar 38,34% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 36,80% (yoy). Sementara

itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 47,69% (yoy) pada triwulan laporan.

Lebih tingginya laju pertumbuhan DPK dibandingkan dengan kredit menyebabkan Financing to

Deposit Ratio (FDR) turun dari 231,85 pada September 2011 menjadi 214,75 pada September

2012. Masih tingginya FDR mencerminkan bahwa bank umum syariah masih perlu

meningkatkan upaya menjaring Dana Pihak Ketiga di Sulawesi Utara.

Dengan sikap kehati-hatian yang cukup baik dari perbankan syariah di Sulawesi Utara, rasio

Non Performing Financing (NPF) masih berada dibawah batas ketentuan Bank Indonesia, yakni

sebesar 4,95% (<5%).

Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

53

3.63.63.63.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYATPERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 menunjukkan pertumbuhan positif

meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan aset, DPK dan kredit dan terjaganya risiko kredit. Aset BPR pada akhir triwulan III

2012 mengalami pertumbuhan sebesar 46,54% (yoy), menjadi Rp825,13 miliar. Pertumbuhan

aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 36,16%

Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)

Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

AsetAsetAsetAset 430,61 496,17 563,07 651,75 713,67 780,43 825,13

Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy) 58,31 64,35 68,43 62,12 65,74 57,29 46,54

DPKDPKDPKDPK 308,44 348,50 395,04 439,46 471,29 508,60 515,70

Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy) 60,01 57,10 54,89 55,92 52,80 45,94 30,54

Deposito 236,49 267,94 318,64 346,55 382,24 408,82 416,40

Tabungan 71,95 80,56 76,40 92,91 89,05 99,78 99,30

Kredit Kredit Kredit Kredit 322,50 383,57 420,10 455,81 505,54 544,48 572,01

Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy)Growth (yoy) 51,91 66,58 70,22 58,09 56,76 41,95 36,16

Jenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis PenggunaanJenis Penggunaan

Modal Kerja 104,36 92,37 100,10 98,12 97,13 102,88 114,10

Investasi 15,69 14,14 13,22 12,50 17,32 21,83 23,16

Konsumsi 202,44 277,06 306,78 345,19 391,09 419,77 434,75

SektoralSektoralSektoralSektoral

Pertanian 4,47 4,66 5,59 5,73 5,85 5,55 6,59

Perindustrian 5,40 3,63 2,77 2,34 2,34 2,12 2,65

PHR 41,78 46,21 49,50 44,88 50,85 56,84 61,39

Jasa-jasa 53,61 33,64 33,22 33,50 33,77 35,27 32,92

Lain-lain 217,23 295,43 329,02 369,37 412,73 444,70 468,46

LDR (%)LDR (%)LDR (%)LDR (%) 104,56 110,06 106,34 103,72 107,27 107,06 110,92

NPL (%)NPL (%)NPL (%)NPL (%) 4,71 3,85 4,16 3,92 3,89 4,17 5,44

KomponenKomponenKomponenKomponen2011201120112011 2012201220122012

2012

Q1 Q2 Q3 Q4 Jan Q1 Q2 Q3

Asset 331,31 330,49 347,06 480,87 398,31 454,29 476,53 480,13

Growth (yoy) 99,87 65,87 20,46 57,82 20,22 37,12 44,19 38,34

DPK 128,38 133,03 138,95 188,58 185,59 195,65 198,98 205,21

Growth (yoy) 54,29 47,34 33,13 50,31 44,57 52,40 49,57 47,69

Giro 13,12 12,14 12,76 16,73 14,11 13,94 15,87 16,24

Tabungan 76,95 34,87 35,88 68,68 62,68 75,16 72,59 62,71

Deposito 38,30 86,02 90,31 103,16 108,80 106,55 110,52 126,27

Kredit 246,04 285,07 322,15 355,48 352,82 371,77 403,16 440,70

Growth (yoy) 63,94 53,33 48,16 48,08 43,40 51,10 41,42 36,80

Modal Kerja 217,87 243,62 5,71 259,58 256,77 260,57 276,33 295,16

Investasi 3,62 3,96 248,81 10,92 10,68 16,27 22,38 122,81

Konsumsi 24,55 37,49 67,63 84,98 85,37 94,93 104,45 22,73

FDR (%) 191,65 214,29 231,85 188,51 190,10 190,02 202,61 214,75

NPF (%) 2,70 3,17 2,28 1,94 2,00 1,89 3,06 4,95

2011 2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

54

(yoy) atau mencapai Rp572,01 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor

lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 81,90% dan sektor jasa-jasa dengan pangsa 33,15%.

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit

konsumsi dengan pangsa mencapai 76% dari total kredit.

Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 30,54%(yoy)

dengan jumlah nominal sebesar Rp515,7 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya,

deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,74%. Pertumbuhan DPK BPR jauh

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait

dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga

perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi

BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada

tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.

Fungsi intermediasi pada BPR menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari rasio LDR yang

tercatat sebesar 110,92% pada triwulan III-2012. Namun demikian, kualitas kredit BPR harus

mendapatkan perhatian melihat tren kenaikan persentase kredit bermasalah (NPL gross) hingga

tercatat mencapai 5,44% pada triwulan III-2012, berada diatas ketentuan Bank Indonesia.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB IBAB IBAB IBAB IVVVV

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

57

PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAHKEUANGAN DAERAH

Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian khususnya yang berasal dari APBD Provinsi

pada tahun 2012 semakin baik. Hal ini sebagaimana tercermin dari peningkatan alokasi belanja,

khususnya belanja modal yang meningkat 57,23% dibandingkan alokasi pada tahun 2011.

Namun demikian, realisasi belanja, khususnya belanja modal pada triwulan III-2012 sebesar

31,6% mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (43,5%).

Sementara itu, dari sisi pendapatan daerah, pencapaian secara keseluruhan pada triwulan III-

2012 mencapai 82,1%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu

sebesar 76,4%.

4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara4.1. Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara

Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2012 mencapai

Rp7,43 triliun atau naik 3,87% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan

komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi

kesenjangan pelayanan kepada publik.

Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu

Kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari dana perimbangan pada

komponen Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp983,37 miliar atau naik 19,81%. Berdasarkan

pangsanya, alokasi dana perimbangan di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD

Tahun 2012 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai

85,05%. Selanjutnya diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan pangsa sebesar 9,85%

dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar 5,10%. Berdasarkan alokasi dana perimbangan

di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2012, Provinsi Sulawesi Utara

mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp889,07 miliar dengan pangsa 12,71%. Sementara,

(dlm jutaan rupiah)

Dana Perimbangan 4,375,802 5,282,510 5,462,060 5,997,653 6,992,563

Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 274,401 335,993 330,894 324,688 356,424

Dana Alokasi Umum (DAU) 3,427,845 4,059,322 4,431,419 4,963,779 5,947,146

Dana Alokasi Khusus (DAK) 673,556 887,196 699,748 709,185 688,993

Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus 280,370 393,844 221,120 1,152,757 434,367

TOTALTOTALTOTALTOTAL 4,656,1724,656,1724,656,1724,656,172 5,676,3545,676,3545,676,3545,676,354 5,683,1805,683,1805,683,1805,683,180 7,150,4107,150,4107,150,4107,150,410 7,426,9307,426,9307,426,9307,426,930

*) Data Update per 31 Maret 2012

2012*2012*2012*2012*DanaDanaDanaDana 2008200820082008 2009200920092009 2010201020102010 2011201120112011

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

58

alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa

3,65% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp255,57 milliar.

Sulawesi Utara masih memiliki tingkat

ketergantungan yang cukup tinggi

terhadap dana perimbangan. Pada tahun

2012, tingkat ketergantungan Sulawesi

Utara tercatat sebesar 62%, sisanya

sebesar 38,19% merupakan Pendapatan

Asli Daerah. Pencapaian ini masih jauh

lebih baik dibandingkan rata-rata Provinsi

di seluruh Indonesia yang mencatat rasio

sebesar 80% serta jika dilihat tren

perkembangannya rasio tingkat

ketergantungan Sulawesi Utara terhadap alokasi dana perimbangan terus mengalami

penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa Sulawesi Utara relatif mandiri dan memiliki

kapasitas ekonomi yang cukup baik.

4.4.4.4.2222. . . . APBD APBD APBD APBD di Tingkat di Tingkat di Tingkat di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi

Dukungan fiskal daerah dalam rangka pembiayaan perekonomian diperkirakan akan lebih besar

dibandingkan tahun sebelumnya, sebagaimana tercermin dari nilai APBD Provinsi Sulawesi

Utara tahun 2012 yang meningkat dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,8 triliun (Tabel 4.2). Dengan

dukungan tersebut maka diperkirakan prospek aktivitas perekonomian Sulawesi Utara akan

semakin baik. Dari sisi pendapatan, target pendapatan di Tahun 2012 tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan tahun lalu yakni sebesar Rp1,72 triliun atau naik sebesar 36,32%

Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012

Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2012

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

Grafik 4.1. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota

di Sulawesi Utara Tahun 2012

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

62%

80%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Dana Perimbangan PAD

Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

59

Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012

(yoy). Hingga akhir triwulan III-2012 realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

telah mencapai Rp1,41 triliun (82,1%). Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan

dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun

atau meningkat 40,07% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja

ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Pada triwulan III-2012 realisasi belanja

pemerintah tercatat hanya mencapai 50,9%, lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan

III-2011 (51,9%).

4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. 4.2.1. PenPenPenPendapatandapatandapatandapatan Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi

Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 telah

melampaui pencapaian realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi

pendapatan daerah tercatat sebesar Rp1,41 triliun atau 82,1% dari target penerimaan APBD

tahun 2012. Berdasarkan komponennya (Tabel 4.3), realisasi PAD di triwulan III-2012 mencapai

sebesar Rp464,87 miliar atau 84,6% yang sebagian besar disumbang dari lain-lain Pendapatan

Asli Daerah yang sah (177%) diantaranya berupa penerimaan jasa giro dan penerimaan bunga

deposito milik pemerintah. Selain itu, retribusi daerah juga turut berkontribusi terhadap

peningkatan realisasi PAD dengan pencapaian yang telah melampaui target yang ditetapkan

sebesar 136,6%.

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(dlm jutaan rupiah)

NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%

IIII PendapatanPendapatanPendapatanPendapatan 1,339,4291,339,4291,339,4291,339,429 1,023,8761,023,8761,023,8761,023,876 76.4%76.4%76.4%76.4% 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 1,409,6201,409,6201,409,6201,409,620 82.1%82.1%82.1%82.1%

Pendapatan Asli Daerah 516,085 374,352 72.5% 549,355 464,869 84.6%

Dana Perimbangan 722,359 578,679 80.1% 889,074 741,522 83.4%

Lain-lain PAD yang Sah 100,985 70,845 70.2% 278,841 203,229 72.9%

IIIIIIII BelanjaBelanjaBelanjaBelanja 1,443,7031,443,7031,443,7031,443,703 749,793749,793749,793749,793 51.9%51.9%51.9%51.9% 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 924,747924,747924,747924,747 50.9%50.9%50.9%50.9%

Belanja Tidak Langsung 715,513 416,039 58.1% 1,038,760 585,955 56.4%

• Belanja Pegawai 424,083 280,090 66.0% 486,752 291,239 59.8%

• Belanja Hibah 43,783 16,642 38.0% 300,728 195,072 64.9%

• Belanja Bantuan Sosial 39,720 17,350 43.7% 35,000 0 0.0%

• Belanja Bagi Hasil 205,147 101,192 49.3% 205,000 99,017 48.3%

• Belanja Bantuan Keuangan 1,280 265 20.7% 1,280 556 43.4%

• Belanja Tidak Terduga 1,500 500 33.3% 10,000 70 0.7%

Belanja Langsung 728,189 333,754 45.8% 779,209 338,793 43.5%

• Belanja Pegawai 60,999 28,762 47.2% 54,819 28,419 51.8%

• Belanja Barang dan Jasa 397,869 187,883 47.2% 372,855 199,277 53.4%

• Belanja Modal 269,321 117,109 43.5% 351,536 111,096 31.6%

IIIIIIIIIIII Surplus/(Defisit)Surplus/(Defisit)Surplus/(Defisit)Surplus/(Defisit) (104,273)(104,273)(104,273)(104,273) 274,083274,083274,083274,083 (100,699)(100,699)(100,699)(100,699) 484,873484,873484,873484,873

IVIVIVIV PembiayaanPembiayaanPembiayaanPembiayaan 104,273104,273104,273104,273 109,273109,273109,273109,273 100,699100,699100,699100,699 189,114189,114189,114189,114

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD APBD-P APBD-P APBD-P APBD-P

2012201220122012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

NoNoNoNo UraianUraianUraianUraianAPBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

60

Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012

Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2012

4.2.4.2.4.2.4.2.2. 2. 2. 2. BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat Daerah di Tingkat ProvinsiProvinsiProvinsiProvinsi

Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja

Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 40,07% dari tahun

sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan

realisasinya. Sampai dengan akhir triwulan III-2012 realisasi belanja tercatat sebesar 50,9% dari

total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 51,9%.

Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak

langsung dengan pangsa masing-masing 42,9% dan 57,1%. Belanja tidak langsung didominasi

oleh belanja pegawai dengan pangsa 46,9% atau mencapai Rp486,75 miliar, sisanya

merupakan belanja hibah (29%), belanja bantuan sosial (3,4%), belanja bagi hasil (19,7%),

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(dlm jutaan rupiah)

NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%

PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 1,339,4291,339,4291,339,4291,339,429 100.0100.0100.0100.0 1,023,8761,023,8761,023,8761,023,876 76.476.476.476.4 1,717,2701,717,2701,717,2701,717,270 100.0100.0100.0100.0 1,409,6201,409,6201,409,6201,409,620 82.182.182.182.1

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 516,085516,085516,085516,085 38.538.538.538.5 374,352374,352374,352374,352 72.572.572.572.5 549,355549,355549,355549,355 32.032.032.032.0 464,869464,869464,869464,869 84.684.684.684.6

- Pajak Daerah 467,523 90.6 353,203 75.5 507,063 92.3 403,982 79.7

- Retribusi Daerah 6,591 1.3 4,607 69.9 7,091 1.3 9,689 136.6

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 23,000 4.5 0 0.0 20,000 3.6 24,298 121.5

- Lain-lain 18,970 3.7 16,542 87.2 15,200 2.8 26,900 177.0

Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan 722,359722,359722,359722,359 53.953.953.953.9 578,679578,679578,679578,679 80.180.180.180.1 889,074889,074889,074889,074 51.851.851.851.8 741,522741,522741,522741,522 83.483.483.483.4

- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil

Bukan Pajak (SDA)73,360 10 40,287 55 55,000 6.2 69,681 126.7

- Dana Alokasi Umum 619,711 85.8 516,426 83.3 790,534 88.9 658,779 83.3

- Dana Alokasi Khusus 29,288 4.1 21,966 75.0 43,540 4.9 13,062 30.0

Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 100,985100,985100,985100,985 7.57.57.57.5 70,84570,84570,84570,845 70.270.270.270.2 278,841278,841278,841278,841 16.216.216.216.2 203,229203,229203,229203,229 72.972.972.972.9

UraianUraianUraianUraianAPBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011APBD-P 2011

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi

APBD-P 2011 APBD-P 2011 APBD-P 2011 APBD-P 2011

(%)(%)(%)(%)

Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD

Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011 APBD-P 2012APBD-P 2012APBD-P 2012APBD-P 2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi

APBD-P APBD-P APBD-P APBD-P

2012201220122012

(%)(%)(%)(%)

Realisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBDRealisasi APBD

Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012

(dlm jutaan rupiah)

NominalNominalNominalNominal %%%% NominalNominalNominalNominal %%%%

BELANJABELANJABELANJABELANJA 1,443,7031,443,7031,443,7031,443,703 100.0100.0100.0100.0 749,793749,793749,793749,793 51.951.951.951.9 1,817,9691,817,9691,817,9691,817,969 100.0100.0100.0100.0 924,747924,747924,747924,747 50.950.950.950.9

Belanja Tidak LangsungBelanja Tidak LangsungBelanja Tidak LangsungBelanja Tidak Langsung 715,513715,513715,513715,513 49.649.649.649.6 416,039416,039416,039416,039 58.158.158.158.1 1,038,7601,038,7601,038,7601,038,760 57.157.157.157.1 585,955585,955585,955585,955 56.456.456.456.4

• Belanja Pegawai 424,083 59.3 280,090 66.0 486,752 46.9 291,239 59.8

• Belanja Hibah 43,783 6.1 16,642 38.0 300,728 29.0 195,072 64.9

• Belanja Bantuan Sosial 39,720 5.6 17,350 43.7 35,000 3.4 0 0.0

• Belanja Bagi Hasil 205,147 28.7 101,192 49.3 205,000 19.7 99,017 48.3

• Belanja Bantuan Keuangan 1,280 0.2 265 20.7 1,280 0.1 556 43.4

• Belanja Tidak Terduga 1,500 0.2 500 33.3 10,000 1.0 70 0.7

Belanja LangsungBelanja LangsungBelanja LangsungBelanja Langsung 728,189728,189728,189728,189 50.450.450.450.4 333,754333,754333,754333,754 45.845.845.845.8 779,209779,209779,209779,209 42.942.942.942.9 338,793338,793338,793338,793 43.543.543.543.5

• Belanja Pegawai 60,999 8.4 28,762 47.2 54,819 7.0 28,419 51.8

• Belanja Barang dan Jasa 397,869 54.6 187,883 47.2 372,855 47.9 199,277 53.4

• Belanja Modal 269,321 37.0 117,109 43.5 351,536 45.1 111,096 31.6

UraianUraianUraianUraianAPBD -P 2011APBD -P 2011APBD -P 2011APBD -P 2011

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi

APBD 2011 APBD 2011 APBD 2011 APBD 2011

(%)(%)(%)(%)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011Tw. III-2011 APBD -P 2012APBD -P 2012APBD -P 2012APBD -P 2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

Proporsi Proporsi Proporsi Proporsi

APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012 APBD 2012

(%)(%)(%)(%)

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012Tw. III-2012

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

61

Tabel 4.5. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 September 2012

Terhadap PDRB Harga Berlaku

Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah

PENDAPATANPENDAPATANPENDAPATANPENDAPATAN 1,409,6201,409,6201,409,6201,409,620 11.9111.9111.9111.91

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 464,869464,869464,869464,869 3.933.933.933.93

- Pajak Daerah 403,982 3.41

- Retribusi Daerah 9,689 0.08

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 24,298 0.21

- Lain-lain 26,900 0.23

Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dana Perimbangan 741,522741,522741,522741,522 6.266.266.266.26

- Dana Bagi Hasil Pajak 67,674 0.57

- Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 2,007 0.02

- Dana Alokasi Umum 658,779 5.56

- Dana Alokasi Khusus 13,062 0.11

Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian 202,893202,893202,893202,893 1.711.711.711.71

Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah Lain-lain Pendapatan yang Sah 336336336336 0.000.000.000.00

BELANJABELANJABELANJABELANJA 924,747924,747924,747924,747 7.817.817.817.81

Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah Konsumsi Pemerintah 813,651813,651813,651813,651 6.876.876.876.87

- Belanja Pegawai 319,658 2.70

- Belanja Barang 199,277 1.68

- Belanja Hibah 195,072 1.65

- Belanja Bantuan Sosial 0 0.00

- Belanja Bantuan Keuangan 556 0.00

- Belanja Tak Terduga 70 0.00

- Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) 99,017 0.84

Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) 111,096111,096111,096111,096 0.940.940.940.94

UraianUraianUraianUraian

Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD Realisasi APBD

Tw.III-2012Tw.III-2012Tw.III-2012Tw.III-2012

(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)(Rp Juta)

% thd PDRB% thd PDRB% thd PDRB% thd PDRB

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah

belanja bantuan keuangan (0,1%), dan belanja tidak terduga (1%). Sementara itu belanja

langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 47,9%, sisanya merupakan

belanja modal (45,1%) dan belanja pegawai (7%). Komposisi tersebut mengkonfirmasi data

pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor konsumsi.

Berdasarkan tren historisnya, realisasi belanja

modal di triwulan III-2012 tercatat sebagai

pencapaian realisasi terendah (31,60%)

dibandingkan periode yang sama tahun 2009-

2011 sebagaimana ditunjukkan pada grafik 4.4.

Berbagai tantangan dan permasalahan yang

dihadapi sebagai penyebab tidak diserapnya

anggaran belanja modal akan dijelaskan pada isu

strategis Boks.1.

4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. 4.2.3. PPPPangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB angsa Realisasi APBD Terhadap PDRB

Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos

belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua)

kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi

permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan

belanja modal diperoleh hasil bahwa realisasi

konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar

6,87% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi

Sulawesi Utara di triwulan III-2012, sedangkan

realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa

sebesar 0,94%. Tingginya pangsa konsumsi

pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi

dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara

yang berkontribusi besar dalam PDRB.

51.10

36.27

43.48

31.60

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

2009-Q3 2010-Q3 2011-Q3 2012-Q3

Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis

% realisasi - Right axis

Grafik 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Triwulan III Tahun

2009-2012

62

BOKS 1BOKS 1BOKS 1BOKS 1. PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORODAERAH DALAM MENDORONG AKSELERASING AKSELERASING AKSELERASING AKSELERASI

PEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRPEMBANGUNAN INFRASTRUKTURUKTURUKTURUKTUR

Secara umum, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terbagi atas anggaran

pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Anggaran pendapatan bersumber dari

pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Di sisi lain, anggaran belanja menunjukkan pengeluaran yang dikeluarkan untuk membiayai

kegiatan Pemda sekaligus merupakan stimulus kegiatan ekonomi di daerah. Secara garis besar,

kegiatan belanja dapat dibagi menjadi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja

bunga, belanja subisidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan

modal yang sifatnya menambah aset tetap atau inventaris yang memberikan manfaat lebih dari

satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan

yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan

kualitas aset. Belanja modal meliputi belanja tanah, belanja gedung & bangunan, belanja

peralatan & mesin, belanja jalan, irigasi, & jaringan, serta belanja fisik lainnya. Dari rincian

tersebut nampak bahwa belanja modal erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur yang

menunjang peningkatan kapasitas perekonomian suatu daerah.

Pertumbuhan (growth) belanja modal di wilayah Sulawesi Utara selama 4 tahun terakhir

menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2010 misalnya, pertumbuhan belanja modal tercatat

mengalami pertumbuhan negatif, hal ini disebabkan realisasi anggaran belanja modal lebih

sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga mengalami perlambatan.

18.47%

45.95%

-11.90%

9.13%

-20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50%

2008

2009

2010

2011

Grafik 1. Perkembangan Belanja Modal APBD Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah

63

Kontribusi pemerintah daerah

dalam pembangunan dapat dilihat dari

formula pembentuk PDRB yang terdiri

atas komponen Konsumsi Rumah

Tangga, Konsumsi Pemerintah,

Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB), Ekspor, dan Impor. Realisasi

belanja modal dalam APBD menjadi

salah satu pembentuk PDRB dari

komponen konsumsi pemerintah. Untuk

wilayah Sulawesi Utara, realisasi belanja modal dibandingkan PDRBnya pada tahun 2008

tercatat sebesar 0,99% dan pada tahun 2011 tercatat sebesar 1,18%, namun sempat

mengalami penurunan pada tahun 2010. Dari data tersebut terlihat bahwa proporsi belanja

modal terhadap PDRB masih relatif kecil dan dengan tendensi yang berfluktuatif setiap

tahunnya menyesuaikan dengan agenda pemerintah khususnya dalam rangka pengembangan

infrastruktur. Sebagai contoh di tahun 2009 dimana terdapat perhelatan berskala internasional,

World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit, proporsi belanja modal meningkat cukup

tajam menjadi 1,41% yang alokasinya lebih banyak digunakan untuk pembangunan

infrastruktur pendukung untuk menyukseskan event dimaksud.

Sejalan dengan analisa diatas,

untuk mengetahui alokasi belanja

modalnya, dapat dilihat dari rasio Belanja

Modal (BM) terhadap Total Belanja

Daerah (TBD). Dari hasil analisa terlihat

bahwa rasio BM/TBD untuk Sulawesi

Utara juga mengalami penurunan

selama kurun waktu 2008-2011 dari

26,38% pada tahun 2008 menjadi

21,74% pada tahun 2011. Sampai

dengan semester III-2012 pun terlihat bahwa rasio Belanja Modal (BM) terhadap Total Belanja

Daerah (TBD) masih sekitar 12,01%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum di Sulawesi

Utara, proporsi belanja modal semakin menurun.

0.99%

1.41%

0.89%

1.18%

0.00% 0.50% 1.00% 1.50%

2008

2009

2010

2011

Grafik 2. Perbandingan Belanja Modal Terhadap PDRB Harga Berlaku

Sumber: Biro Keuangan & BPS Sulut, diolah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah

Grafik 3. Perbandingan Belanja Modal Terhadap Total Belanja

26.38%

25.85%

22.00%

21.74%

12.01%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00%

2008

2009

2010

2011

2012*)

64

Proyek-proyek pemerintah

daerah yang dibiayai oleh APBD

terutama terkait dengan belanja modal

pengadaan konstruksi jalan, konstruksi

jembatan, jaringan air, instalasi listrik

dan telepon, serta bangunan. Dalam

kurun waktu 4 tahun terakhir, terlihat

bahwa sebagian besar anggaran belanja

modal di Sulawesi Utara digunakan

untuk membiayai pengadaan konstruksi

jalan. Hal ini sejalan dengan upaya membuka akses transportasi di Sulawesi Utara yang masih

menjadi prioritas penting untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat

termasuk mendukung distribusi barang maupun jasa.

Perkembangan realisasi belanja

modal pada semester III-2012 terhadap

total anggaran belanja modal tahun

2012 di Sulawesi Utara baru mencapai

31,60%, atau mencapai titik

terendahnya di periode yang sama

sepanjang 2009-2012. Selanjutnya, dari

hasil liaison kepada Badan Keuangan

Daerah Provinsi diperoleh informasi

bahwa sebagian besar proyek prioritas

di daerah telah dibiayai dari belanja

modal. Namun demikian masih terdapat

beberapa pembangunan fisik yang tidak dibiayai belanja modal yaitu proyek fisik yang akan

menjadi aset pemerintah kabupaten/kota. Proyek tersebut dibiayai dari komponen belanja hibah

meskipun proyek tersebut merupakan proyek pembangunan fisik.

51,10

36,27

43,48

31,60

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

2009-Q3 2010-Q3 2011-Q3 2012-Q3

Belanja Modal (Rp.miliar)-Left axis

% realisasi - Right axis

Grafik 4. Realisasi Pembiayaan Proyek Pemerintah

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah

Grafik 5. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Triwulan III Tahun

2009-2012

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulut, diolah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

Belanja modal pengadaankonstruksi jalan

Belanja modal pengadaankonstruksi jembatan

Belanja modal pengadaanjaringan air

Belanja modal instalasilistrik dan telepon

Belanja modalkonstruksi/bangunan

2008 2009 2010 2011

65

Tantangan dan permasalahan yang dihadapi sebagai penyebab tidak diserapnya

anggaran belanja modal secara optimal dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1) Perencanaan

Kelemahan perencanaan yang dilakukan pada tengah tahun anggaran, menyebabkan

realisasi APBD khususnya belanja modal untuk tahun anggaran selanjutnya menjadi tidak

optimal.

2) Birokrasi/ketentuan

a. Sulitnya tender terhadap barang-barang modal menyebabkan proses pengadaan berjalan

lambat, sehingga seringkali realisasi baru dilakukan pada periode selanjutnya.

b. Lambatnya proses pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran dan pencairan anggaran

belanja modal.

3) Teknis

a. Kurangnya kompetensi SDM Pemda yang memiliki keahlian dalam proses pengadaan

barang.

b. Kendala teknis di lapangan seperti cuaca dan tenaga kerja terkadang memperlambat

proses penyelesaian proyek pemerintah daerah.

Permasalahan-permasalahan di atas menyebabkan penyerapan anggaran sangat kecil

pada triwulan I dan II sehingga harus dilaksanakan pada triwulan berikutnya (carry over).

Keterlambatan pencairan ini menyebabkan penumpukan realisasi pada triwulan IV relatif besar.

Hal ini berpotensi terjadi peningkatan uang beredar yang sangat besar di akhir tahun.

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB VBAB VBAB VBAB V

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

69

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARANPERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu

pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini

dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross

Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai

maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6

tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang

kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu

dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen

pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif,

efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai

representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik

tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara.

Pada triwulan III-2012, nilai transaksi sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai (kliring)

di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Perkembangan aliran uang kartal di Sulawesi

Utara pada triwulan III-2012 tercatat mengalami net outflow. Hal yang sama juga terjadi pada

sistem pembayaran non-tunai melalui kliring dan Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS) pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan secara nominal. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk transaksi pada triwulan

III-2012 mengalami peningkatan yang bertepatan dengan pola musiman Hari Raya Idul Fitri

yang jatuh pada periode laporan.

5.1.5.1.5.1.5.1. Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Transaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran TunaiTransaksi Pembayaran Tunai

5.1.1.5.1.1.5.1.1.5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/OutflowInflow/OutflowInflow/OutflowInflow/Outflow))))

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2012 di wilayah kerja Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan terjadinya net outlow. Pada triwulan

laporan, aliran uang keluar (outflow) tercatat lebih besar daripada aliran uang masuk (inflow)

sehingga secara keseluruhan mengalami net outflow sebesar Rp11 miliar. Dilihat dari data

historisnya, aliran uang di wilayah Sulawesi Utara secara umum memiliki pola, dimana pada saat

bertepatan dengan moment/perayaan hari raya keagamaan, aliran uang kartal selalu

mengalami siklus net outflow.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

70

Secara nominal, pada triwulan laporan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp836,53 miliar, relatif

mengalami penurunan sebesar 15,50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).

Sementara itu, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Utara tercatat Rp846,08 miliar atau turun 31,79% (yoy).

Apabila dilihat secara bulanan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

mengalami baik net outflow maupun net inflow selama triwulan III-2012. Net outflow terjadi

pada Juli dan Agustus 2012 masing-masing secara berturut-turut sebesar Rp49,41 miliar dan

Rp97,73miliar. Besarnya net outflow pada Juli dan Agustus 2012 bertepatan dengan moment

bulan puasa dan Idul Fitri. Selanjutnya pada September 2012 (pasca hari raya Idul Fitri) aliran

kas mulai mengalami net inflow sebesar Rp136,70 miliar.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

5.1.2.5.1.2.5.1.2.5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak EdarPenyediaan Uang Kartal Layak Edar

Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan

melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah

lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan

yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan

untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.

Selama triwulan III-2012, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 2,96%, lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 37,98%. Secara

nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Inflow (+) 617 303 482 383 750 327 989 382 1,15 453 836

Outflow (-) -0.7 -525 -799 -896 -155 -510 -1,2 -1,5 -184 -885 -846

Net Flow 616 -222 -317 -513 595 -183 -252 -1,1 975 -431 -11

836

-846

-2,000

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

1,500miliar

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

71

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Rp25 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang

kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan

mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga

akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.

Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

5.1.3.5.1.3.5.1.3.5.1.3. Perkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas TitipanPerkembangan Kas Titipan

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas

titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank

umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo

(Rp. Miliar)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2010 2011 2012

Inflow 617 303 482 383 750 327 989 382 1,159 453 836

PTTB 261 297 309 474 326 329 376 414 435 45 25

Rasio 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9 108. 37.5 10.0 2.96

-

40

80

120

160

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400% Miliar

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

72

Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2012 menunjukkan posisi net

inflow sebesar Rp121 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di

Gorontalo tercatat Rp947 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp825 miliar.

Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna (Rp. Miliar)

Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan

Sangihe. Pada triwulan III-2012, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar

Rp14 miliar, dengan jumlah kas titipan yang keluar (outflow) sebesar Rp71 miliar, lebih tinggi

dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp57 miliar.

5.1.4.5.1.4.5.1.4.5.1.4. Penemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang PalsuPenemuan Uang Palsu

Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara pada triwulan III-2012 menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 59 lembar atau secara

nominal tercatat sebesar Rp4,43 juta, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 126 lembar atau secara nominal sebesar Rp9,25 juta. Secara

historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah

uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 60% dari seluruh pecahan uang

palsu yang ditemukan.

Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang

palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan

masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

73

Provinsi Sulawesi Utara, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi

dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di

kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan

terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang

digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga

menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan

proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk

dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara.

Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah

5.2.5.2.5.2.5.2. Perkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran NonPerkembangan Alat Pembayaran Non----TunaiTunaiTunaiTunai

Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan

masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar

belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan

pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui

penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

5.2.1.5.2.1.5.2.1.5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)Perkembangan Kliring (Tunai)

Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2012 mengalami

peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 93.738 lembar dengan nilai Rp2.350

miliar atau meningkat baik secara volume dan nominalnya masing-masing sebesar 2,46% (yoy)

dan 8,14% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan

rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan, selama periode laporan tercatat sebanyak

1.538 lembar warkat dengan nilai sebesar Rp38,64 miliar atau tumbuh sebesar 8,69% (yoy).

Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa

perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

- Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 54 36 19 31

- Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 31 57 32 26

- Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 10 16 2 1

- Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 7 7 4 1

- Rp5.000,- 3 - - - - - - 1 - - -

- Rp1.000,- - - - - - - - - - - -

TotalTotalTotalTotal 37373737 3333 106106106106 49494949 26262626 75757575 126126126126 103103103103 116116116116 57575757 59595959

2011201120112011 20122012201220122010201020102010PecahanPecahanPecahanPecahan

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

74

Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 1,26% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau turun 19,75% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,57%.

5.2.2.5.2.2.5.2.2.5.2.2. RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real RTGS (Real Time Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross SettlementTime Gross Settlement))))

Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir

transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini

dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi

(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi

RTGS selama triwulan III-2012 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp4.400 miliar

atau mengalami peningkatan nilai sebesar 46,31% (yoy). Berbeda dengan tren perkembangan

jumlah nilainya, volume RTGS pada triwulan laporan tercatat mengalami penurunan sebesar

0,80% (yoy) dari 6.222 transaksi di triwulan III-2011 menjadi 6.172 transaksi pada triwulan III-

2012.

Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement

Sumber : www.bi.go.id, diolah

Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring Perputaran Kliring

a. Lembar 80,909 86,567 91,486 91,789 86,147 93,606 93,738

b. Nominal (Rp miliar) 1,915 2,093 2,167 2,279 2,151 2,294 2,350

Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari Rata-rata perputaran kliring per hari

a. Lembar 1,310 1,418 1,501 1,434 1,367 1,510 1,538

b. Nominal (Rp miliar) 31.01 34.31 35.55 35.62 34.13 37.02 38.64

Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan Persentase rata-rata penolakan

a. Lembar (%) 1.78 1.71 1.57 1.67 1.39 1.46 1.26

b. Nominal (%) 1.99 2.23 1.40 2.12 1.72 3.00 1.59

KETERANGANKETERANGANKETERANGANKETERANGAN2011201120112011 2012201220122012

NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai NilaiNilaiNilaiNilai

(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp) (Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)(Miliar Rp)

Jul 234 875 684 1,201 918 2,076

Aug 262 887 839 1,322 1,101 2,209

Sep 230 833 759 1,104 988 1,937

Tw III-2011 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222

Oct 232 936 590 1,121 821 2,057

Nov 372 1,226 881 1,167 1,254 2,393

Dec 336 997 750 897 1,087 1,894

Tw IV-2011 940 3,159 2,222 3,185 3,162 6,344

Jan 214 714 425 849 640 1,563

Feb 273 868 673 1,025 946 1,893

Mar 324 1,033 813 1,156 1,138 2,189

Tw I-2012 811 2,615 1,911 3,030 2,723 5,645

Apr 303 988 668 1,132 971 2,120

Mei 273 963 687 1,169 960 2,132

Jun 271 917 713 1,150 985 2,067

Tw II-2012 847 2,868 2,069 3,451 2,916 6,319

Jul 331 998 689 1,150 1,020 2,148

Aug 310 857 707 1,292 1,016 2,149

Sep 261 819 625 1,056 887 1,875

Tw III-2012 902 2,674 2,022 3,498 4,400 6,172

Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %)Pertumbuhan (YoY %) 24.3624.3624.3624.36 3.043.043.043.04 -11.41-11.41-11.41-11.41 -3.56-3.56-3.56-3.56 46.3146.3146.3146.31 -0.80-0.80-0.80-0.80

PeriodePeriodePeriodePeriode

FROMFROMFROMFROM TOTOTOTO FROM + TOFROM + TOFROM + TOFROM + TO

VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume VolumeVolumeVolumeVolume

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB VIBAB VIBAB VIBAB VI

Halaman ini sengaja dikosongkan

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

77

PERKPERKPERKPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DANDANDANDAN KESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKATKESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2012 menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan, meskipun belum mengindikasikan adanya perbaikan signifikan. Hal ini

tercermin dari menurunnya jumlah penduduk bekerja ditengah menurunnya jumlah

pengangguran. Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan dengan hasil survei yang

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang

dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja

mengalami penurunan, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara

pada periode laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih terjadi penambahan

tenaga kerja terutama pada sektor bangunan (SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor

bangunan di Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif

tetap. Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks

ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka indeks

ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 144,83.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara diperkirakan terus

meningkat. Kondisi ini ditandai oleh kenaikan indeks penghasilan dan ekspektasi penghasilan

masyarakat Sulut hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi

Utara serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada pada level optimis dan pada periode

laporan, sejalan dengan turunnya tingkat kemiskinan.

6.16.16.16.1. . . . PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAHPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Indikator ketenagakerjaan pada triwulan III-2012 di Sulawesi Utara belum mengindikasikan

adanya perbaikan signifikan. Hal ini tercermin dari menurunnya jumlah penduduk bekerja

ditengah penurunan jumlah pengangguran. Secara relatif angka pengangguran Sulawesi Utara

menunjukkan penurunan dari 8,32% pada Februari 2012 menjadi 7,79% pada bulan Agustus

2012. Namun demikian, angka pengangguran Sulawesi Utara masih di atas angka

pengangguran nasional yang tercatat sebesar 6,14% pada Augustus 2012.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

78

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus 2012 terkoreksi

menjadi 61,93% dari 66,82% pada Februari 2012. Penurunan TPAK mengindikasikan

terjadinya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.

Penurunan jumlah angkatan kerja sebesar 76,5 ribu orang selama periode Februari 2012-

Agustus 2012 terjadi karena adanya drop out penduduk bekerja secara relatif sebesar 64,7 ribu

orang serta berkurangnya pencari kerja sebesar 11,9 ribu orang.

Berdasarkan lokasinya, tingkat pengangguran terutama terjadi di wilayah perkotaan. Sebanyak

10,38% angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja),

atau 50,4 ribu orang. Sedangkan di perdesaan tingkat pengangguran tercatat 5,50% atau 30,4

ribu orang. Tingkat dan jumlah pengangguran baik di perdesaan maupun perkotaan pada

Agustus 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Februari 2012.

Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan

perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja

yaitu sebanyak 347,2 ribu orang (32,6%), mengalami pertumbuhan sebesar 2,45% (yoy).

Sementara itu, sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi menempati urutan

kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 212,7 ribu orang (19,8%).

Dilihat dari tren sektoralnya, kontribusi sektor pertanian cenderung menurun, sementara sektor

lainnya mengalami fluktuasi cukup tinggi. Selama kurun waktu Februari 2012 s/d Agustus 2012

Penduduk 15 Thn ke atas 1.685,5 1.694,1 1.710,9 1.637,4 1.651,0 1.659,8 1.668,1 1.676,2

Angkatan Kerja 1.077,2 1.051,1 1.074,3 1.036,6 1.068,4 1.084,2 1.114,7 1.038,1

Bekerja 962,6 940,2 961,6 936,9 970,2 990,7 1.022,0 957,3

Mencari Kerja 114,5 111,0 112,6 99,6 98,2 93,5 92,7 80,8

Bukan Angkatan Kerja 608,3 643,0 636,7 600,8 582,6 575,6 553,4 638,1

TPAK 63,91 62,0 62,79 63,31 64,71 65,32 66,82 61,9

TPT 10,63 10,56 10,48 9,61 9,19 8,62 8,32 7,8

Aug-12Aug-12Aug-12Aug-12Feb-12Feb-12Feb-12Feb-12Ags-09Ags-09Ags-09Ags-09 Feb-10Feb-10Feb-10Feb-10 Aug-10Aug-10Aug-10Aug-10 Feb-11Feb-11Feb-11Feb-11Feb-09Feb-09Feb-09Feb-09 Aug-11Aug-11Aug-11Aug-11

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Jumlah

(ribu jiwa) %

Perkotaan 54,60 11,40 57,30 11,37 58,80 11,31 50,40 10,38

Pedesaan 43,60 7,40 36,20 6,24 33,90 5,70 30,40 5,50

Sulawesi Utara 98,20 9,16 93,50 8,62 92,70 8,32 80,80 7,79

Agustus 2012Februari 2012

Daerah

Februari 2011 Agustus 2011

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

79

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha

Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut

Lapangan Usaha

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

terjadi shifting lapangan pekerjaan dari sektor pertanian dan perdagangan ke sektor konstruksi

dan jasa kemasyarakatan. Hal ini terindikasi dari terjadinya drop out tenaga kerja pada sektor

pertanian dan perdagangan masing-masing sebesar 35 ribu dan 23,2 ribu orang dan

bertambahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor konstruksi dan jasa kemasyarakatan

masing-masing sebanyak 12,6 ribu dan 14 ribu orang.

Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori

buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan pendekatan identifikasi ini,

Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan & Perikanan

32,6%

Pertambangan dan Penggalian

3,1%

Industri6,0%

Listrik/Gas/Air Minum0,4%

Konstruksi7,9%

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa

Akomodasi19,8%

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi8,3%

Lemb Keuangan/Real Estate/Persewaan dan

Jasa Perusahaan2,6%

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

19,1%

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan dan Perikanan

333,0 357,5 338,9 321,1 347,2 312,2

Pertambangan dan

Penggalian* * * *

36,3 30,0

Industri 57,4 50,6 69,2 66,0 73,6 57,9

Listrik/Gas/Air Minum * 4,1 3,8

Konstruksi 57,3 59,1 61,3 * 63,4 76,0

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi

178,3 172,7 186,7 196,2 212,7 189,5

Transportasi, Pergudangan

dan Komunikasi

97,5 77,9 69,6 *

85,3 79,7

Lembaga Keuangan/Real

Estate/persewaan dan Jasa

19,3 15,0 19,7 *

30,0 24,9

Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan

183,0 182,3 182,1 199,6 169,3 183,3

Lainnya * 35,8 21,8 42,7 207,8 - -

Total 961,6 936,9 970,2 990,7 1.021,9 957,3

Lapangan Pekerjaan Utama20122010 2011

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

80

Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

maka pada Agustus 2012 sekitar 412,1 ribu pekerja (44,4%) bekerja pada kegiatan formal dan

545,2 ribu pekerja(55,6%) bekerja pada kegiatan informal.

Dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2012, status pekerjaan utama yang terbanyak

sebagai buruh/karyawan (39,1%) dan diikuti berusaha sendiri (26,7%). Dalam periode satu

semester terakhir (Februari 2012– Agustus 2012) berkurangnya jumlah tenaga kerja didominasi

pada pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap dan pekerja

keluarga. Pada pekerja status berusaha dibantu buruh tetap hanya sedikit berkurang.

Sedangkan pekerja dengan status buruh/karyawan bertambah sekitar 24,7 ribu. Dengan kata

lain pada periode semester ini berkurangnya jumlah penduduk bekerja sebagian besar

merupakan pekerja informal dan di sisi lain justru ada penambahan/peralihan pada pekerja

formal.

Berdasarkan sebaran jumlah pengangguran menurut kabupaten/kota, Kota Manado menempati

peringkat pertama dengan jumlah pengangguran sebesar 20,9 ribu jiwa dan yang terendah

adalah Kabupaten Siau dengan jumlah pengangguran sebesar 1,2 ribu jiwa.

Kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah

pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja mengalami

penurunan, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penggunaan tenaga kerja hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Sulawesi Utara pada periode

laporan, tercatat sebesar -1,91. Namun demikian, masih terjadi penambahan tenaga kerja

terutama pada sektor bangunan (SBT=2,95), seiring dengan pertumbuhan sektor bangunan di

Sulawesi Utara. Sementara itu, pada sektor lainnya jumlah tenaga kerja relatif tetap.

Berusaha Sendiri 286,7 259,6 242,9 250,2 270,8 280,1 255,3

Berusaha Dibantu Buruh

Tidak Tetap - Buruh Tidak

Dibayar

129,3 128,0 102,4 131,9 114,5 127,3 89,5

Berusaha Dibantu Buruh

Tetap-Buruh Dibayar

42,9 41,0 45,9 47,0 42,4 39,1 38,2

Buruh/Karyawan 284,8 322,3 332,7 335,9 347,7 349,3 374,0

Pekerja Bebas Pertanian 48,0 52,0 74,3 43,3 55,1 47,5 51,0

Pekerja Bebas Non Pertanian 55,1 58,5 40,4 52,3 60,3 57,2 53,0

Pekerja Tak Dibayar 93,4 100,3 98,6 109,6 99,9 121,4 96,3

TotalTotalTotalTotal 940,2 940,2 940,2 940,2 961,6 961,6 961,6 961,6 936,9 936,9 936,9 936,9 970,2 970,2 970,2 970,2 990,7 990,7 990,7 990,7 1022 1022 1022 1022 957 957 957 957

Ags-11Ags-11Ags-11Ags-11Feb-10Feb-10Feb-10Feb-10Status PekerjaanStatus PekerjaanStatus PekerjaanStatus Pekerjaan Ags-09Ags-09Ags-09Ags-09 Feb-11Feb-11Feb-11Feb-11Aug-10Aug-10Aug-10Aug-10 Feb-12Feb-12Feb-12Feb-12 Ags-12Ags-12Ags-12Ags-12

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

81

Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usahan (SKDU) KPwBI Prov. Sulut

Grafik 6.2. Perkembangan SBT Penggunaan Tenaga Kerja

Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulut

Tabel 6.5. Perkembangan TPAK dan Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Jumlah

(Ribu)TPT (%)

Jumlah

(Ribu)TPT (%)

Kab. Bolaang Mengondow 63,21 58,13 5,2 5,46 5,2 5,84

Kab. Minahasa 65,77 62,18 14,2 9,20 9,1 6,14

Kab. Kepulauan Sangihe 64,09 60,55 4,5 7,34 3,6 6,19

Kab. Kepulauan Talaud 65,61 74,89 3,1 7,91 1,6 3,47

Kab. Minahasa Selatan 65,20 62,18 5,7 6,13 6,8 7,54

Kab. Minahasa Utara 65,13 62,32 8,1 8,98 9,4 10,82

Kab. Bolaang Mengondow Utara 63,18 55,00 1,5 5,03 1,6 5,97

Kab. Kep. Siau Tagolandang Biaro (Sitaro) 62,67 58,66 1,5 4,80 1,2 4,28

Kab. Minahasa Tenggara 64,34 64,21 3,2 6,96 2,6 5,67

Kab. Bolaang Mongondow Selatan 64,22 55,53 2,0 8,16 1,3 5,95

Kab. Bolaang Mongondow Timur 64,40 56,68 1,9 6,43 2,5 9,58

Kota Manado 66,40 63,02 23,4 11,48 20,9 10,85

Kota Bitung 68,08 61,52 10,1 11,30 6,3 7,72

Kota Tomohon 64,17 63,18 3,9 8,79 3,8 8,68

Kota Kotamobagu 67,02 65,07 5,2 10,05 4,8 9,42

TotalTotalTotalTotal 65,3265,3265,3265,32 61,9361,9361,9361,93 93,593,593,593,5 8,628,628,628,62 80,880,880,880,8 7,797,797,797,79

TPAK (%)TPAK (%)TPAK (%)TPAK (%) Pengangguran TerbukaPengangguran TerbukaPengangguran TerbukaPengangguran Terbuka

Kabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/KotaKabupaten/Kota Agustus

2011

Agustus

2012

Agustus 2011 Agustus 2012

Sikap optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja tercermin dari indeks

ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulut yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2012, angka indeks

ketersediaan lapangan kerja tercatat sebesar 150, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar 144,83.

Sejalan dengan survei konsumen, hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Sulut ke sejumlah perusahaan di Sulut pada berbagai sektor, diperoleh informasi

bahwa perusahaan tidak akan melakukan pengurangan tenaga kerja pada tahun 2012.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

82

Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Penghasilan, Ekspektasi Penghasilan &

Pembelian Barang Tahan Lama

Sumber: Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulawesi Utara

6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara

pada triwulan III tahun 2012 menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Hal ini

tercermin dari indeks penghasilan saat ini dan

pembelian barang tahan lama hasil Survei

Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Prov. Sulut yang berada pada level optimis yakni

masing-masing tercatat sebesar 172 dan 165,5,

meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu

yang masing-masing tercatat sebesar 125 dan

144,5.

Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi

dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat

bahwa kesejahteraan petani berada diatas batas minimum sejahtera. Hal ini juga tercermin dari

pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani

terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan

biaya produksi.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

83

Tabel 6.6. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)

Grafik 6.6. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2012 sebesar 100,63,

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,3. Kedua

komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB)

mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IB lebih besar dibandingkan kenaikan IT,

maka terjadi penurunan rata-rata NTP pada triwulan III-2012. Adapun kenaikan IB terutama

datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk kelompok konsumsi

rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obat-obatan serta pupuk (untuk

kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Q3Q3Q3Q3 Q4Q4Q4Q4 Q1Q1Q1Q1 Q2Q2Q2Q2 Q3Q3Q3Q3

Indeks Diterima Petani 134,69 135,72 135,70 135,81 136,59 1,41% 0,57%

Indeks Dibayar Petani 130,00 130,27 132,11 134,06 135,74 4,42% 1,25%

Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi Rumah Tangga 134,30134,30134,30134,30 134,60134,60134,60134,60 136,81136,81136,81136,81 139,27139,27139,27139,27 141,40141,40141,40141,40 5,29%5,29%5,29%5,29% 1,53%1,53%1,53%1,53%

Bahan Makanan 147,92 147,96 151,08 154,96 158,26 6,99% 2,13%

Makanan Jadi 133,46 133,93 135,89 138,26 140,92 5,59% 1,93%

Perumahan 120,34 121,14 122,63 123,69 124,31 3,30% 0,50%

Sandang 116,97 117,06 118,01 118,25 118,57 1,37% 0,27%

Kesehatan 120,68 121,35 123,18 124,50 125,71 4,16% 0,97%

Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 113,43 113,75 114,85 114,85 114,97 1,35% 0,10%

Transportasi dan Komunikasi 112,31 112,26 112,27 112,55 112,82 0,45% 0,24%

BPPBMBPPBMBPPBMBPPBM 117,32117,32117,32117,32 117,48117,48117,48117,48 118,27118,27118,27118,27 118,72118,72118,72118,72 119,03119,03119,03119,03 1,45%1,45%1,45%1,45% 0,26%0,26%0,26%0,26%

Bibit 111,18 111,21 111,57 111,43 111,31 0,12% -0,11%

Obat-obatan & Pupuk 119,01 118,90 120,29 121,08 121,17 1,81% 0,08%

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 111,78 111,80 111,95 112,07 112,21 0,38% 0,12%

Transportasi 119,78 119,80 119,98 120,09 120,29 0,42% 0,17%

Penambahan Barang Modal 121,41 121,65 121,92 122,36 122,78 1,13% 0,35%

Upah Buruh Tani 113,15 113,44 114,38 114,76 115,11 1,73% 0,30%

Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks)Nilai Tukar Petani (indeks) 103,61103,61103,61103,61 104,19104,19104,19104,19 102,73102,73102,73102,73 101,30101,30101,30101,30 100,63100,63100,63100,63 -2,88%-2,88%-2,88%-2,88% -0,67%-0,67%-0,67%-0,67%

2012201220122012

IndeksIndeksIndeksIndeks Growth (%)Growth (%)Growth (%)Growth (%)

yoyyoyyoyyoy qtqqtqqtqqtqRincianRincianRincianRincian 2011201120112011

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

84

Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara mengalami penurunan pada tahun 2011.

Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan

September 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8,46% atau sebanyak

194,72 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.

Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi

sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa

periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan

pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun

2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada

dibawah angka nasional.

MakananMakananMakananMakananBukan Bukan Bukan Bukan

MakananMakananMakananMakananTotalTotalTotalTotal

PerdesaanPerdesaanPerdesaanPerdesaan

Maret 2007 117,516 31,924.00 149,440 171.00 13.80

Maret 2008 128,498 33,935.00 162,433 150.90 12.04

Maret 2009 141,599 36,672.00 178,271 140.31 11.05

Maret 2010 149,372 38,724.00 188,096 130.35 10.14

Maret 2011 163,264 42,977 206,241 117.65 9.37

Sept 2011 171,952 44,544 216,496 116.58 9.25

Kota & DesaKota & DesaKota & DesaKota & Desa

Maret 2007 119,827 36,723.00 156,550 250.10 11.42

Maret 2008 129,781 38,378.00 168,160 223.50 10.10

Maret 2009 143,512 41,260.00 184,772 219.57 9.79

Maret 2010 150,595 43,739.00 194,334 206.72 9.10

Maret 2011 164,964 47,859.00 212,823 194.90 8.51

Sept 2011 171,380 49,898.00 221,278 194.72 8.46

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

TahunTahunTahunTahun

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk

MiskinMiskinMiskinMiskin

% Penduduk % Penduduk % Penduduk % Penduduk

MiskinMiskinMiskinMiskin

Grafik 6.7. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 6.8. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 6.7. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11

Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 8.51 8.46

Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 12.49

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18%

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

85

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong

sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 – September 2011, garis kemiskinan

meningkat sebesar Rp.8.455 yaitu dari Rp.212.823 per kapita per bulan pada Maret 2010

menjadi Rp.221.278 per kapita per bulan pada September 2011. Walaupun terjadi peningkatan

nilai Garis Kemiskinan, tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan

bahwa tingkat pendapatan sebagian penduduk miskin khususnya penduduk miskin transient

pada Maret 2011 mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan

Garis Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (sekitar 200 orang) mampu keluar dari

kemiskinan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan

komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2011, sumbangan GKM

terhadap GK sebesar 77,51%, pada September 2011, peranannya sedikit mengalami

penurunan menjadi 77,45%.Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2011

ke September 2011 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi

non makanan dibandingkan pada komoditi makanan.

Pada periode Maret 2011-September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami perubahan yang cukup berarti. Nilai indeks (P1)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

TahunTahunTahunTahun KotaKotaKotaKota DesaDesaDesaDesa TotalTotalTotalTotal

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2007 1.30 2.33 1.88

Maret 2008 1.08 1.87 1.53

Maret 2009 1.27 1.77 1.55

Maret 2010 1.12 1.16 1.14

Maret 2011 1.11 1.16 1.14

September 2011 0.20 1.22 1.21

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2007 0.31 0.60 0.47

Maret 2008 0.30 0.45 0.38

Maret 2009 0.32 0.39 0.36

Maret 2011 0.30 0.19 0.24

September 2011 0.31 0.25 0.28

Tabel 6.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

86

menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan

terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi

yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2)

menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,

semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan naiknya indeks P1

berarti selama periode Maret 2011-September 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak

kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak turun menjauh dari garis

kemiskinan. Sedangkan naiknya indeks P2 menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi

penduduk miskin semakin tidak merata atau semakin tinggi ketimpangannya. Kedalaman

kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda signifikan terlihat dari nilai indeks P1

yang hampir sama yakni 1,204 berbanding 1,218. Sedangkan dari sisi ketimpangan

pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang

lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai

indeks P2 dimana di perdesaan 0,247 sedangkan di perkotaan mencapai 0,312.

PROSPEK PEREKONOMIAN BAB VIIBAB VIIBAB VIIBAB VII

Halaman ini sengaja dikosongkan

PROSPEK PEREKONOMIAN

89

Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi

Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2012

PROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIANPROSPEK PEREKONOMIAN

7.7.7.7.1. 1. 1. 1. Prospek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi MakroProspek Ekonomi Makro

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran

8,13% - 8,53% (yoy). Sumber laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV-

2012 antara lain didorong oleh peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun

anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha, Santa Claus’s Day dan

Hari Natal) serta Tahun Baru 2012. Selain itu, peningkatan penyelenggaraan event skala

internasional dan nasional yang terus berlanjut dirasakan mampu menopang pertumbuhan

ekonomi Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif dimana musim penghujan

relatif tinggi diprediksikan akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi

menganggu kinerja perekonomian khususnya pada sektor pertanian.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

yang dilakukan secara triwulanan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara menunjukkan adanya

penurunan ekspektasi pelaku usaha

terhadap dunia usaha yang ditandai

dengan turunnya indikator ekspektasi

kegiatan usaha pada triwulan IV-2012

dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) sebesar 7,23%, lebih rendah dari

realisasi kegiatan kegiatan usaha pada

triwulan IV-2012 dengan SBT sebesar 20,84%. Jika dilihat lebih dalam berdasarkan sektornya,

sektor pertanian diperkirakan akan mengalami penurunan yang cukup tajam, tercermin dari

nilai SBT yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,94%. Sementara ekspektasi kegiatan

usaha sektor PHR diperkirakan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut

pada triwulan laporan.

Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan

mengalami peningkatan terkait dengan perayaan Idul Adha yang jatuh pada tanggal 26

Oktober, Santa Claus’s Day 5 Desember 2012, Natal dan tahun baru. Tingginya aktivitas belanja

masyarakat pada triwulan laporan tercermin hasil Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulut pada

Oktober 2012 yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi

perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen mengalami kenaikan dari 151 pada

PROSPEK PEREKONOMIAN

90

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Pelaku Usaha, diolah

September 2012 menjadi 159,75 pada Oktober 2012. Peningkatan Indeks Keyakinan

Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada seluruh komponen penyusunnya, yakni indeks

penghasilan saat ini (173,50) dan indeks ketersediaan lapangan kerja (174) dan indeks

pembelian barang tahan lama (121,5) sebagaimana ditunjukkan pada grafik 7.2. Peningkatan

indeks pembelian barang tahan lama tercermin dari meningkatkan perkiraan penjualan

kendaraan bermotor seperti digambarkan pada Tabel 7.1. Hal yang sama juga ditunjukkan pada

indeks ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian kedepan yang juga menunjukkan

adanya tren peningkatan sebagaimana terlihat pada grafik 7.3.

Selanjutnya kinerja investasi memasuki triwulan IV-2012 juga diperkirakan mengalami

peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya realisasi proyek fisik baik pemerintah

maupun swasta memasuki akhir tahun anggaran. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan

kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang memperlihatkan perkembangan

indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 18,97% (yoy) dari 158,37 pada Oktober 2012

menjadi 188,43 pada Oktober 2012. Sejalan dengan hasil survei, penjualan semen di Sulawesi

Utara pada triwulan IV-2012 diproyeksikan juga mengalami tren peningkatan, hal ini tercermin

dari kenaikan penjualan sebesar 21,73% (yoy) dari 44,98 ribu ton pada Oktober 2011 menjadi

53,27 ribu ton pada Oktober 2012.

Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 7.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

60

80

100

120

140

160

180

200

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Au

g

Sep

Oct

No

v

De

c

Jan

Feb

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

e

July

Au

g

Sep

Oct

2011 2012

Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama

Ketersediaan Lap. Kerja Kondisi Ekonomi Saat Ini

JanJanJanJan FebFebFebFeb MarMarMarMar AprAprAprApr Mei Mei Mei Mei JunJunJunJun JulJulJulJul AugAugAugAug Sept Sept Sept Sept OktOktOktOkt NovNovNovNov DesDesDesDes

2010 173 169 187 183 158 231 244 225 204 220 238 273

2011 205 295 320 263 262 281 285 299 259 276 636 272

2012 258 243 295 300 300 300 257 245 229 350*) 350*) 350*)

2010201020102010TahunTahunTahunTahun

Tabel 7.1. Perkembangan Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Sulawesi Utara (dalam unit)

PROSPEK PEREKONOMIAN

91

Ket: *) Proyeksi KPw Provinsi Sulut Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Tabel 7.2. Perkembangan Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2012

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Prov. Sulut

Selain itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Sulawesi

Utara, terdapat 4 (tiga) rencana investasi yang masuk pada triwulan III-2012 yang diperkirakan

akan terealisasi pada triwulan IV-2012 diantaranya untuk sektor Industri pengolahan minyak

kelapa sawit dan pengolahan ikan.

Sementara itu, kinerja ekspor Sulut pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami

peningkatan. Hal ini salah satunya diindikasikan dari data arus masuk dan keluar barang di

pelabuhan Bitung yang mencatat pertumbuhan positif pada ekspor dan perlambatan yang

terjadi pada impor.

Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi

Grafik 7.5. Perkembangan Penjualan Semen

Rencana

Investasi

Realisasi

Investasi

( US$ ) ( US$ ) WNI WNA

1

PT. Global

International

Indah

Perkebunan kelapa

sawit, industri minyak

makan kelapa sawit

serta hasil pengolahan

kelapa sawit lainnya.

11.106.482 - 1.12 - Singapura Bolmong

2

PT.

International

Alliance Food

Indonesia

Industri pengolahan dan

pengawetan ikan dan

biota air (bukan udang)

dalam kaleng serta

biota air lainnya.

5.000.000 - 400 - Philipina Bitung

3

PT. Anugerah

Sulawesi

Indah

Perkebunan kelapa

sawit, industri minyak

makan kelapa sawit

serta hasil pengolahan

kelapa sawit lainnya

21.074.654 - 1.45 - Singapura Bolmong

4

PT. Bolmong

Indah

Perkasa

Perkebunan kelapa

sawit, industri minyak

makan kelapa sawit

serta hasil pengolahan

kelapa sawit lainnya

20.738.921 - 1.71 - Singapura Bolmong

JUMLAH 92.727.119 - 7.988 -

No.Nama

PerusahaanBidang Usaha

Tenaga Kerja Asal

Negara Ket.

PROSPEK PEREKONOMIAN

92

Tabel 7.3. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung

Sumber: PT. Pelindo (Persero) Bitung

Dari sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi

terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Sulut triwulan IV 2012 sejalan dengan hasil tracking

perkembangan beberapa indikator yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas

perdagangan dan juga maraknya event yang berlangsung selama Oktober 2012. Peningkatan

kinerja sektoral juga terjadi pada sektor bangunan sebagai dorongan peningkatan realisasi

belanja fisik pemerintah yang memasuki akhir tahun anggaran. Sementara itu, kinerja sektor

pertanian pada triwulan laporan diperkirakan masih masih tetap tumbuh positif, yang ditandai

dengan peningkatan hasil produksi padi. Namun perlu diwaspadai adanya perubahan cuaca

yang berpotensi menggangu hasil produksi pertanian di akhir tahun.

Sektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan ResSektor Perdagangan, Hotel dan Restorantorantorantoran (PHR)(PHR)(PHR)(PHR)

Tren perkembangan indikator pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada

triwulan IV-2012 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya

(Juli-September 2012). Peningkatan ini terutama didorong oleh faktor musiman perayaan

keagamaan (Idul Adha dan hari Natal) dan Tahun Baru.

� Tingginya aktivitas belanja masyarakat pada Oktober 2012 tercermin hasil Survei

Konsumen KPw BI Provinsi Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme

masyarakat terhadap kondisi perekonomian Sulawesi Utara. Indeks Keyakinan Konsumen

mengalami kenaikan dari 151 pada September 2012 menjadi 159,75 pada Oktober 2012.

Peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen diikuti oleh tren peningkatan pada seluruh

komponen penyusunnya, yakni indeks penghasilan saat ini (173,50) dan indeks

ketersediaan lapangan kerja (174) dan indeks pembelian barang tahan lama (121,5)

sebagaimana ditunjukkan pada grafik 7.2 dan 7.3.

Ekspor/ImporEkspor/ImporEkspor/ImporEkspor/Impor SatuanSatuanSatuanSatuan Q4-2011Q4-2011Q4-2011Q4-2011 Q4-2012Q4-2012Q4-2012Q4-2012 Growth Growth Growth Growth

(yoy) (yoy) (yoy) (yoy)

Impor Ton 31,636 19,170 -39.40%

Ekspor Ton 69,380 119,026 71.56%

Bongkar (impor) Ribu Ton 849 734 -13.49%

Muat (ekspor) Ribu Ton 199 203 2.20%

Perdagangan LNPerdagangan LNPerdagangan LNPerdagangan LN

Perdagangan DNPerdagangan DNPerdagangan DNPerdagangan DN

PROSPEK PEREKONOMIAN

93

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

� Dari sisi produsen, hasil Survei Penjualan

Eceran KPw BI Provinsi Sulut juga

menunjukkan adanya peningkatan

penjualan eceran yang tercermin dari

perkiraan Indeks Penjualan pada Oktober

2012 sebesar 231,18, mengalami

peningkatan dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 207,90

(Grafik 7.6). Berdasarkan Klasifikasi

Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), indeks

yang mengalami peningkatan pada

Oktober 2012 diantaranya indeks peralatan

rumah tangga (270,23), indeks makanan dan tembakau (456,05), indeks pakaian dan

perlengkapannya (132,96), indeks bahan kimia (196,70), indeks peralatan tulis (133,27 dan

indeks bahan bakar (57,91), . Peningkatan pada beberapa klasifikasi ini sejalan dengan

tingginya aktivitas belanja masyarakat serta adanya perayaan hari raya Idul Adha yang

jatuh pada akhir Oktober 2012.

� Subsektor hotel juga diperkirakan akan mengalami peningkatan pada Oktober 2012,

seiring dengan penyelenggaraan event berskala internasional dan nasional diantaranya:

• Perhelatan Asian Solidarity Economy Forum (ASEF) yang telah dilaksanakan pada

tanggal 1-3 Oktober 2012 yang dihadiri oleh 500 peserta dari 16 negara.

• Kongres Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dari seluruh cabang di Indonesia

yang diperkirakan mencapai 1.200 peserta.

• Pelaksanaan event Colombo Plan yang akan dilaksanakan pada tanggal 11-12 Oktober

2012 dengan peserta dari 27 negara anggota Colombo Plan.

• Pertemuan bilateral ekonomi antara Indonesia dan pengusaha Uni Eropa (UE) di

Manado pada tanggal 23 Oktober dengan peserta sejumlah negara seperti Swis,

Norwegia, Skotlandia, Austria dan beberapa negara lainnya.

Sektor BangunanSektor BangunanSektor BangunanSektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan diperkirakan terus mengalami pertumbuhan positif seiring dengan

meningkatnya realisasi proyek pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun anggaran.

Pembangunan berbagai proyek infrastruktur pemerintah dan swasta telah mendorong

peningkatan belanja konstruksi yang tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran yang

Grafik 7.6. Perkembangan Indeks Penjualan Riil

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

0

100

200

300

400

500

600

Jan

Feb

Ma

rA

pr

Me

iJu

nJu

lA

gu

stS

ep

Ok

tN

op

De

sJa

nFe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Ag

ust

Se

pO

kt

2011 2012

Indeks Riil PenjualanPakaian & perlengkapannyaMakanan & tembakauBahan bakargIndeks Riil Penjualan (%) -right axis

PROSPEK PEREKONOMIAN

94

Tabel 7.4. Perkembangan Luas Panen, Produksi Gabah dan Produksi Beras

Ket: *) Angka Perkiraan Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulut

Grafik 7.7. Perkembangan Produksi, Luas Panen& Produktivitas Padi

Ladang&Padi Sawah

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

memperlihatkan perkembangan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar 18,97% (yoy) dari

158,37 pada Oktober 2012 menjadi 188,43 pada Oktober 2012 (Grafik 7.4). Indikator lainnya

yang menunjukkan peningkatan kinerja sektor bangunan adalah penjualan semen (grafik 7.5).

Beberapa proyek pemerintah yang diperkirakan dapat mendorong kinerja sektor bangunan

diantaranya :

• Pembangunan infrastruktur publik di Kabupaten Kepualauan Talaud dengan alokasi dana

yang bersumber dari PNPM-MP sebesar Rp2,75 miliar. (Tabel 3)

• Kegiatan pembangunan bandara di Pulau Miangas telah memasuki tahap pemersihan lahan

untuk pembuatan landasan pacu dengan panjang 200 meter dengan lebar 75 meter.

• Perbaikan kualitas jalan di desa Wanga-Picuan yang terletak di Kabupaten Minahasa Selatan

dengan alokasi dana sebesar Rp3,3 miliar.

• Sebesar 45% dari total belanja modal APBD-P Kabupaten Minahasa sebesar Rp11,6 miliar

akan digunakan untuk perbaikan ruas jalan.

Sektor PertanianSektor PertanianSektor PertanianSektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada awal triwulan IV-2012 diperkirakan mengalami peningkatan, hal

ini ditunjukkan oleh perkiraan hasil luas panen dan produksi beras yang mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 12,38% (yoy) dan 8.73% (yoy) dibandingkan periode yang

sama tahun lalu sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 7.4.

Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak kondusif dimana musim penghujan relatif

diprediksikan akan terus berlangsung pada akhir tahun dapat berpotensi menganggu pasokan

komoditas pertanian.

Sektor PeSektor PeSektor PeSektor Pengangkutan dan Komunikasi ngangkutan dan Komunikasi ngangkutan dan Komunikasi ngangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012 diperkirakan akan terus

mengalami peningkatan, hal ini didorong oleh tren kenaikan harga ongkos angkutan udara

1 Luas Panen (Ha) 26,659 29,960 12.38%

2 Produksi Gabah (ton) 138,001 150,047 8.73%

3 Produksi Beras (ton) 87,217 94,830 8.73%

No Komponen Q4-2011 Q4-2012Growth

(yoy)

PROSPEK PEREKONOMIAN

95

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

4,500,000

5,000,000

MI

MII

MIII

MIV

MI

MII

MIII

MIV

MV

MI

MII

MIII

MIV

MI

MII

MIII

MIV

MI

MII

MIII

MIV

MV

MI

MII

MIII

MIV

MI

MII

MIII

MIV

MI

MII

MIII

MIV

MV

MI

MII

MIII

MIV

MI

MII

Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei 2012 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12

Lion air Garuda Airlines

Grafik 7.8. Perkembangan Harga Angkutan Udara

Sumber: Survei Pemantauan Harga (SPH) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

2009-Q4 2010-Q4 2011-Q4 2012-Q4*)

Datang Berangkat

Grafik 7.9. Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di

Bandara Sam Ratulangi

Ket: 2012-Q4*) Perkiraan Bank Indonesia Sumber: PT. Angkasa Pura I

seiring dengan perkiraan meningkatnya jumlah arus penumpang angkutan udara memasuki

peak seasons libur Natal dan tahun baru.

7.7.7.7.2222. . . . Prakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan InflasiPrakiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat, yakni berada pada

kisaran 5,87%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, tekanan inflasi relatif terjaga didukung oleh

melandainya harga global komoditas internasional dan masih memadainya kapasitas produksi

seiring dengan pertumbuhan investasi, ditengah peningkatan permintaan domestik. Namun

demikian, terdapat faktor risiko internal dan eksternal yang dapat memberikan tekanan inflasi

fundamental pada triwulan depan, diantaranya tendensi kenaikan ekspektasi masyarakat Sulut

kenaikan harga komoditas emas internasional yang berpengaruh pada harga emas perhiasan

domestik, dan kenaikan harga bahan bangunan seiring dengan realisasi proyek pemerintah

pada akhir tahun anggaran.

Dari sisi non fundamental, perkembangan inflasi volatile food triwulan IV 2012 diperkirakan

meningkat sebagai faktor peningkatan aktivitas konsumsi dan risiko terganggunya suplai akibat

faktor cuaca . Sejalan dengan itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan IV

juga diperkirakan meningkat yang terutama dipengaruhi kenaikan ongkos angkutan udara.

Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh Bank

Indonesia serta penguatan koordinasi kedepan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

diharapkan dapat menjaga keseimbangan baik dari sisi permintaan maupun pasokan. Dalam

rangka mengantisipasi gejolak harga menjelang akhir tahun TPID Provinsi Sulawesi Utara telah

menyiapkan berbagai aksi diantaranya:

PROSPEK PEREKONOMIAN

96

- Pengamanan ketersediaan suplai lokal melalui optimalisasi produksi sektor pertanian,

terutama bagi komoditas penyumbang utama inflasi, diantaranya beras, bawang, rica dan

tomat.

- Pengamanan aspek distribusi baik melalui jalur darat maupun laut untuk menjamin

ketersediaan kebutuhan pokok yang berasal dari luar Provinsi Sulawesi Utara.

- Pelaksanaan kegiatan pasar murah pada minggu ke-III November 2012 bekerjasama dengan

perbankan dan stakeholder lainnya.

- Pelaksanakan pemantauan on the spot ketersediaan stok menjelang akhir tahun baik dari sisi

kualitas maupun kuantitas ke gudang distributor maupun pusat perbelanjaan di Kota

Manado.

- Pemantauan ketersediaan BBM bersubsidi berkoordinasi dengan PERTAMINA dan

stakeholder lainnya.

Faktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor FundamentalFaktor Fundamental

Inflasi inti pada triwulan IV 2012 diperkirakan terkendali. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi

diperkirakan relatif stabil sejalan dengan masih terjadinya tren penurunan harga komoditas

global. Namun demikian, terdapat risiko inflasi yang bersumber dari tren kenaikan harga emas

dunia dan kecenderungan depresiasi nilai tukar Rupiah.

Dari sisi domestik peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor seasonal (Hari Raya Natal &

Tahun Baru 2012) yang jatuh pada triwulan IV 2012 diperkirakan masih dapat direspon dengan

kapasitas produksi yang ada seiring dengan pertumbuhan investasi. Hal ini dicerminkan dari

hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya peningkatan perkiraan

indeks penggunaan kapasitas produksi di tengah peningkatan indeks penjualan eceran pada

triwulan IV 2012 (grafik 7.12). Kenaikan harga bahan bangunan diperkirakan turut andil dalam

memberikan tekanan inflasi pada akhir triwulan IV 2012 seiring dengan realisasi proyek

pemerintah pada akhir tahun anggaran

Risiko memburuknya ekspektasi masyarakat diperkirakan akan memberi tekanan inflasi inti di

triwulan IV 2012. Berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, sebagian besar pedagang di Sulut memiliki ekspektasi yang

tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan datang, tercermin dari peningkatan angka

indeks ekspektasi pedagang terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan tercatat sebesar 146

pada September 2012 dari 120 pada triwulan lalu (grafik 7.10). Selanjutnya, dari sisi konsumen

ekspektasi masyarakat juga mengalami peningkatan (grafik 7.11). Hal ini tercermin dari hasil

Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada periode laporan yang ditandai oleh

PROSPEK PEREKONOMIAN

97

Grafik 7.12 Interaksi Permintaan dan Penawaran

peningkatan angka indeks ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga 3 bulan yang akan

datang dari 189,5 pada Juni 2012 menjadi 198,5 pada September 2012. Peningkatan

ekspektasi masyarakat dipengaruhi oleh faktor musiman perayaan Natal & Tahun Baru serta

ekspektasi peningkatan penghasilan pada Oktober 2012 seiring terjadinya musim panen

cengkeh pada periode tersebut.

Grafik 7.10. Indeks Ekspektasi Pedagang thd Harga 3 bln & 6 bln yad

Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Konsumen thd Harga 3 bln & 6 bln

Sumber Bank Indonesia

Grafik 7.14. Perkembangan Harga Emas Dunia

Grafik 7.15. Perkembangan Harga Emas Perhiasan Domestik

Sumber Bloomberg, diolah Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH), diolah

0

20

40

60

80

100

120

0

100

200

300

400

500

600

Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis)

Sumber : Survei Pedxagang Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut

120

146

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

189,5198,5

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad

1.574,62 1.574,62 1.574,62 1.574,62

1.764,00 1.764,00 1.764,00 1.764,00 1.771,92 1.771,92 1.771,92 1.771,92

1.671,26 1.671,26 1.671,26 1.671,26 1.638,95 1.638,95 1.638,95 1.638,95

1.652,95 1.652,95 1.652,95 1.652,95 1.741,23 1.741,23 1.741,23 1.741,23

1.676,84 1.676,84 1.676,84 1.676,84

1.649,90 1.649,90 1.649,90 1.649,90

1.587,55 1.587,55 1.587,55 1.587,55 1.600,11 1.600,11 1.600,11 1.600,11

1.594,19 1.594,19 1.594,19 1.594,19 1.630,25 1.630,25 1.630,25 1.630,25

1.745,69 1.745,69 1.745,69 1.745,69

1.450,001.450,001.450,001.450,00

1.500,001.500,001.500,001.500,00

1.550,001.550,001.550,001.550,00

1.600,001.600,001.600,001.600,00

1.650,001.650,001.650,001.650,00

1.700,001.700,001.700,001.700,00

1.750,001.750,001.750,001.750,00

1.800,001.800,001.800,001.800,00

1.850,001.850,001.850,001.850,00

7777 8888 9999 10101010 11111111 12121212 1111 2222 3333 4444 5555 6666 7777 8888 9999

2011201120112011 2011201120112011 2011201120112011 2011201120112011 2012201220122012

USD/pound

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

500.000

550.000

600.000

650.000

IIII

IIII

IIII

IIIV

IIIV

IIII

IIII

IIII

IIII

I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III V II

Apr MeiJun Jul AgstSeptOkt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst SeptOkt

2012

22 karat tanpa ongkos pembuatan 24 karat tanpa ongkos pembuatan

Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut

Grafik 7.13. Perkembangan Nila Tukar Rupiah thd USD

Sumber ; Bank Indonesia

PROSPEK PEREKONOMIAN

98

FFFFaktor aktor aktor aktor Non FundamentalNon FundamentalNon FundamentalNon Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan meningkat. Berdasarkan

pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan

Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Sulut pada awal triwulan IV 2012 menunjukkan adanya tren

peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods. Peningkatan ini diperkirakan akan

berlanjut hingga akhir tahun mengingat puncak konsumsi masyarakat Sulawesi Utara yang

terjadi pada akhir tahun seiring perayaan Hari Raya Keagamaan (Idul Adha 1433 H dan Natal

2012) serta Tahun Baru 2013.

Harga komoditas perikanan tangkap meningkat sebagai imbas kenaikan harga yang dilakukan

oleh beberapa eksportir produk perikanan di Sulawesi Utara. Berdasarkan liaison kepada

beberapa perusahaan perikanan di Sulut, kenaikan harga disebabkan oleh tidak mencukupinya

suplai untuk merespon kenaikan permintaan.

Risiko menurunnya produktivitas sektor pertanian diperkirakan akan terjadi sebagai faktor

anomali cuaca dan tingginya curah hujan pada triwulan IV 2012.

Sementara itu, tekanan inflasi kelompok administered price pada triwulan IV 2012 diperkirakan

meningkat. Faktor yang diperkirakan meningkatkan inflasi kelompok ini adalah kenaikan harga

ongkos angkutan udara. Sementara itu kebijakan penyesuaian harga gas industri sebesar 35%

yang mulai berlaku 1 September 2012 dan direncanakan sebesar 15% pada April 2013 belum

memberikan dampak signifikan pada kenaikan harga sejumlah komoditas industri pengolahan.

7.3. 7.3. 7.3. 7.3. Prospek PerbankanProspek PerbankanProspek PerbankanProspek Perbankan

Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV 2012 diperkirakan akan terus meningkat dalam

mendukung pembiayaan perekonomian Sulut disertai dengan stabilitas perbankan yang terjaga.

Geliat pertumbuhan industi perbankan tercermin dari semakin bertambahnya jumlah

infrastruktur perbankan di Sulut.

Dari sisi kredit, hasil rekapitulasi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2012 menunjukkan optimisme

perbankan Sulawesi Utara untuk terus meningkatkan pertumbuhan penyaluran kreditnya pada

kisaran 36% (yoy). Untuk mencapai target tersebut, perbankan akan lebih fokus pada usaha-

usaha yang merupakan potensi daerah dan melakukan peningkatan pelayanan serta perbaikan

infrastruktur kredit. Berdasarkan jenis usahanya, estimasi pertumbuhan baki debit kredit

terutama terjadi pada kredit menengah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 45% (yoy).

Selanjutnya diikuti oleh pertumbuhan baki debit kredit kecil dan mikro yang diperkirakan

tumbuh masing-masing sebesar 37% (yoy) dan 26% (yoy).

PROSPEK PEREKONOMIAN

99

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan yang ditargetkan perbankan di Sulawesi Utara

mencapai sekitar 41% (yoy). Tingginya target pertumbuhan ini dapat dicapai dengan

menerapkan berbagai upaya diantaranya mempertahankan nasabah yang telah ada dan

menjaring nasabah baru melalui penambahan jumlah karyawan, kantor cabang dan fitur-fitur

dalam mengoptimalkan kemudahan bertransaksi.

Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar

5,75% pada triwulan III 2012 diperkirakan memberikan dampak pada penambahan kapasitas

perekonomian Provinsi Sulawesi Utara melalui transmisi suku bunga perbankan yang pada

tahap selanjutnya akan memberikan dampak pada membaiknya fungsi intermediasi perbankan.

Hal ini ditandai oleh tren penurunan suku bunga kredit di perbankan Sulut. Selain itu,

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Provinsi Sulawesi Utara pada periode

laporan menunjukkan tidak ada perubahan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan suku bunga

triwulan IV 2012 yang mencerminkan bahwa perbankan tidak memiliki wacana untuk

menaikkan suku bunga perbankan pada triwulan mendatang.

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

101

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

102

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.

Halaman ini sengaja dikosongkan