protap ortopedi
-
Upload
benny-franclin-suripatty -
Category
Documents
-
view
169 -
download
6
description
Transcript of protap ortopedi
I. TRAUMA VERTEBRA CERVICALTujuan utama dari manajemen trauma vertebra adalah :1. Painless stable spine (stabilitas vertebra bebas nyeri)2. Mencegah komplikasi pada medulla spinalis
Gangguan stabilitas ada 2 macam :1. Gangguan stabilitas permanen
Terjadi bila lesi / kerusakan lewat diskus atau jaringan lunak. Dalam hal ini mutlak diperlukan stabilisasi anterior, posterior atau kombinasi anterior dan posterir tergantung dari kerusakannya.
2. Gangguan stabilitas temporerTerjadi bila lesi lewat komponen tulang. Tindakan stabilitas konservatif, kecuali bila ada desakan fragmen ke spinal canal yang menimbulkan spinal encroachment dengan neurologic deficit.
Kriteria untuk melihat adanya instabilitas secara radiologis : Dislokasi facet >50% Los of paralelism dari facet joint Vertebrae body angles >110 pada posisi fleksi Widening interspinous space Pelebaran ADI ( Atlanto Dental Interval) >3,5mm pada dewasa dan >5mm pada
anak-anak Pelebaran body mass C1 terhadap corpus C2 (axis) >7mm pada foto AP
PENANGANAN CIDERA AKUT CERVICAL TANPA GANGGUAN NEUROLOGIS
1. Cervical Sprain Derajat I dan II oleh karena Whiplash Injury : Plain foto cervical AP / Lat tidak tampak kelainan Pasang Collar brace selama 6 minggu Ulangan dinamic foto setelah 3 – 6 minggu pasca trauma untuk melihat
adanya chronic instability
2. Dislokasi Cervical Spine Sebaiknya dilakukan emergency closed reduction dengan atau tanpa
anestesi. Dianjurkan tanpa anestesi tapi cukup dengan premedikasi.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 1
Keuntungan teknik ini adalah masih adanya kontrol otot-otot leher yang dapat mencegah over stretching dari medulla spinalis.
Reposisi dilakukan dengan pertolongan image intensifier proyeksi lateral. Bila fasilitas tidak ada, sebaiknya dikerjakan dengan gradual traction memakai crutch field dengan bandul bertahap dan kontrol x-ray proyeksi lateral.
OPERASITujuan Stabilitas Stabilitas mutlak diperlukan untuk mencegh kerusakan medulla spinalis
akibat instabilitas Pada kondisi stabil, penyembuhan jaringan lunak akan lebih baik.
Indikasi Operasi Instability ( C1≥2) Spinal canal enrochment >30% Neurologic deficit (complete / incomplete)
Waktu Operasi Dianjurkan urgent : herniasi discus dan burst fracture yang menimbulkan
canal enroachment tanpa posterior ligamentum instability. Posterior untuk : bilateral facet dislocation yang disertai putusnya
posterior ligament complex. Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 2
3. Fracture of the Atlas (Jefferson’s fracture) MOI : axial loading : menghasilkan bursiting fracture os atlas dengan
displacement fragment secara sentripetal. Sign & symptom
Nyeri leher bagian atas atau occipital neuralgia dan torticalis Kadang-kadang tidak dapat mempertahankan kepada dalm posisi tegak
(sense of stability) kepala ditopang dengan kedua tangan Deficit neurologis sangat jarang terjadi oleh karena terdapat disporporsi
yang besar antara spinal cord dan spinal canal pad cervical bagian atas Bila terdapat kelumpuhan biasanya dalam bentuk pentaplegia yang
berakibat fatal dan penderita tidak sempat masuk rumah sakit Diagnostik
Foto standar AP (open Mouth View) terjadi displacement body mass Foto laterl : fraktur dri arcus posterior CT-scan
Konsultasi Ahli rehabilitasi medis
Therapy Konservatif dengan minerva jacket atau halo traction selama 3 bulan Operatif : bila disertai deng ruptur ligament transversum (dilakukan
stabilisasi posterior dengan posterior fusion antara occipital, vertebrae cervicl 1 dan vertebral cervical 2
Rupture ligament : transversum bisa dilihat pada foto AP terdapat lateral displacement dari body mass C1 terhadap C2 >7mm
Informed Consent
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 3
Perlu secara tertulis Standar tenaga
Ahli Ortopedi
4. Fracture os odontoid MOI : Kejatuhan benda berat di kepala kkl Sign & Symptoms :
Nyeri pada setiap pergerakan leher Nyeri pada leher bagian belakang : occipital neuralgia Torticolis dan accipito cervical instability Neurologic deficit akibat terangsangnya n. occipitalis mayor dan
menimbulkan occipital neuralgia atau rasa tebal pada daerah occipital Penyulit : Pentaplegia akibat penekanan batang otak oleh odontoi
berakhir dengan kematian Diagnostik :
Foto proyeksi AP/lat Tomografi AP/lat Kalau perlu dikerjakan dynamic x-ray untuk memastikan ada tidaknya
instabilityPada proyeksi lateral : terjadi instability bila ADI > 3,5 mm pada dewasa, ADI > 5 mm pada anak-anak.Pada foto proyeksi open mouth menurut Anderson & Alanzo dibagi 3 tipe:Type I : fracture diujung odontoidTypeII : fracture di basis odontoid : paling sering terjadi non unionType III : fracture ditubuh C2 (body of C2)
Therapy
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 4
Konservatif : immobilisasi dengan cructh field, kemudian dilanjutkan dengan minerva jacket
Operatif : bila terdapat instability C1 & C2 Informed Consent
Perlu secara tertulis Standar tenaga
Ahli Ortopedi
5. Traumatic Spondylolisthesis of The Axis (Hangman’s Fracture) Definisi
Fraktur dislokasi pedikel vertebrae C2 MOI
Axial loading pada posisi extensi cervical putusnya part. interarticular VC2 putusnya anterior longitudinal ligament robeknya diskus anterior C2 & C3 serta pelebarannya part. interarticular & pergeseran ke posterior instability
Diagnostik Foto proyeksi lateral : terdapat fraktur part inter articularis dengan
subluksasi anterior dari VC1 dan body vertebrae C2 terhadap C3 Konsultasi
Ahli rehabilitasi medis Therapy
Pada type I dan II (stabil) dapat konservatif dengan minerva jacket, four boster brace atau halo cast selama 8 – 12 minggu
Pada type III dimana terjadi dislokasi terhadap C3 dilakukan operatif dengan stabilisasi interval
Informed ConsentPosedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 5
Perlu secara tertulis Standar tenaga
Ahli Ortopedi
6. Lower cervicl spine injury (VC3 – 7) MOI
Axial loading fracture kompresi Hyperflexi Whiplash injury (extensi & diikuti flexi) Distraksi & rotasi
Type fracture Type vertikal Type kompresi Unilateral facet dislokasi Bilateral facet dislokasi Tear drop “clay schoveler” fracture
Sign & symptom Nyeri leher pasca trauma, kaku leher dan gangguan pergerakan oleh
karena spasme otot-otot pada vertebral
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 6
Bila terdapat lesi spinal cord, antara lain : anterior cord syndrome brown sequard syndrome complete transection central syndrome
Diagnostik Foto cervical standard AP / Lat
Tidak jelasDynamic cervical proyeksi lateral
Terdapat instability bila : Displacement facet joint >50% Loss of paralelisme dari facet joint Vertebrae body angle > 110
Pelebaran interspinosus Pergeseran vertebrae body ke anterior >3,55mm
Bila tidak jelasTomogram
Tidak jelasCT-scan dengan atau tanpa kontrasMRI3 TD (tri dimentional tomogram)
Konsultasi Ahli rehabilisi medis
Therapy Stabil misal pada type kompresi konservatif dengan collar brace
minerva jacket 8 – 12 mg. Harus dievaluasi radiologis agar tidak timbul kyphosis deformity
problem static & neurologis Operatif : pada type kompresi dengan kyphosis pada dislokasi
Informed Consent Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 7
7. Dislokasi cervical bawah MOI
Sering pada “whiplash” terjadi robekan komponen posterior kompleks & herniasi discus
Sign & Symptom Nyeri leher yang menjalar ke bahu dan kedua lengan pergerakan leher
terbatas oleh karena spasme otot-otot paravertebral Kelumpuhan keempat anggota gerak oleh karena penekanan tau
penyempitan spinal canal atau herniasi discus Gangguan dapat berupa :
brown sequard misal pada unilateral facet dislokasi anterior facet syndrome complete transection central cord syndrome
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 8
Diagnostik Foto standar cervical AP / Lat
bila tidak tampak oleh karena auto reposisi Dynamic lateral atau test white (traksi leher 3 – 5 kilo dan dokontrol
apakah ada “pelebaran interdistal” pada foto atau image intensifier proyeksi lateral
Mielografi dikerjakan bila ada kecurigaan herniasi diskus CT-scan with / without contras MRI
Konsultasi Ahli rehabilisi medis Ahli jiwa
Therapy Mutlak perlu stabilisasi setelah reposisi Posterior stabilisasi & fusi : bila tidak ada herniasi discus Anterior dekompresi dilanjutkan posterior fusi dan stabilisasi bila ada
herniasi discus Tidak pernah dilakukan laminectomy
Informed Consent Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Revaliditas Cidera cervical dengan neurologic deficit diatas segmen thoracl akan
terjadi gangguan sistem sympatis harus diperhatikan sistem respirasi, pencernaan, urogenital, kulit dan masalah kejiwaan multidisipliner approach
Prognosa Baik bila : type stabile tanpa ganggua neurologia incomplete neurology
deficti pada brown sequard dan central cord syndrome Jelek bila complete transection dan anterior cord syndrome
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 9
Catatan :X-ray dynamic dikerjakan dengan image intensifier atau dengan hati-hati memflexikan leher dan dibuat foto polos lateral pada vertebra cervicalis (dilakukan oleh yang berpengalaman)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 10
BAGAN TATALAKSANA DIAGNOSIS CIDERA
KECURIGAAN FRAKTUR VERTEBRA CERVICALIS
PLAIN PHOTO VERTEBRACERVICALIS AP / LAT
FRAKTUR (+) FRAKTUR (+)
TRAKSI CRUCTH NEUROLOGIS
(+)NEUROLOGIS
(+)MACAM CIDERA
TRAKSI CRUCTH FIELD
TRAKSI GLISON
HORISONTAL
POST COMPLEX ULANGAN PLAIN PHOTO AP/LAT
POSISI KHUSUS : DYNAMIC X-RAYCURIGA CERVICAL 1 & 2 : OPEN
MOUTH VIEW
FRAGMEN DALAM
FORAMEN
FRAKTUR (-)TOMOGRAFI
FRONTAL / CT-SCAN
MYELOGRAFI CT
MYELOGRAFI
NEUROLOGIS (+)
NEUROLOGIS (+)
TAA
LEPAS TRAKSI GLISON
II. FRAKTUR & DISLOKASI VERTEBRATEORACOLUMBAL Batasan :Yang dimaksud dengan cedera tulang belakang disini ialah fraktur atau fraktur dislokasi dari tulang belakang, bisa tanpa disertai gangguan pada medulla spinalis.Klasifikasi 1. Dibagi 2 tipe :
Stabil terdiri dari : Fleksi Ekstensi Lateral bending Kompresi vertikal
Tidak stabil Fraktur rotasi Fraktur tipe “Shearing” Fleksi dislokasi
2. Menurut Frans Dennis : Tipe kompresi Tipe burs Tipe seat bealt Fraktur dislokasi
3. Menurut R. Louis Stabil Tidak stabil : sementara / permanen
Diagnosis1. Pemeriksaan fisik
Didapatkan nyeri tulang punggung, memar atau deformitas penderita diminta menggerakkan kedua tungkai untuk mencari kemungkinan gangguan neurologi pada kedua ekstremitas bawah. Apakah ada kiposis, skoliosis post traumatik. Perlu diingat fraktur daerah thorakal tidak jarang disertai, fraktur costa atau tanda-tanda trauma thoraks. (Gambar 1. Sistematis pemeriksaan penderita)
2. Pemeriksaan radiologisFoto polos proyeksi AP / Lat kalau perlu tomografi untuk melihat jenis frakturnya. CT-scan dengan sagital rekonstruksi. MRI. (Gambar 2. Penatalaksanaan cedera tulang belakang secara skematis)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 11
Managemen1. Stabil terapi konservatif dengan :
Body jacket / plaster selama 8 – 12 minggu2. Tidak stabil sementara ada 2 pilihan :
Bisa konservatif, dapat juga operatif dengan melakukan, stabilisasi interna terutama bila penderita dengan gangguan neurologisIndikasi pembedahan : Problem instabilitas Problem statik, bial ada kifosis 25% Penyempitan kanalis spinalis 30% Adanya gangguan neurologis Pembedahan yang dikerjakan : Reposisi Dekompresi terhadap penekanan korda spinalis Stabilisasi dengan fiksasi internal
Konsultasi Ahli Rehabilitasi medis
Perawatan1. Pre-stabilisasi
Positioning : tempat tidur kasur dengan alas keras, beberapa bantal dengan bantalan pasir. (Gambar 3. Posisi tidur penderita dengan diganjal bantal
Turning setiap 2 jam (Log Roll)Dengan keuntungan Mencegah ulkus dekubitus Meningkatkan sirkulasi darah Membantu fungsi ginjal Mencegah statis paru-paru Memberikan kesempatan komunikasi
(Gambar 4: cara memiringkan penderita)(Gambar 5 : cara mengangkat penderita untuk tempat tidur)
Terapi latihan luas gerak sendi Dengan tujuan mencegah kontraktur
2. Post stabilisasi Latihan seperti sebelumnya
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 12
Hari ke 3 latihan tegak Latihan pindah tempat Latihan berdiri Latihan ambulasi
Informed Consent Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
(Gambar 1. Sistematis pemeriksaan penderita)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 13
(Gambar 2. Penatalaksanaan cedera tulang belakang secara skematis)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 14
THORACOLUMBAR INJURY
AP, Lateral radiographyCT-scan
Serial bed rest druing resuscitation and evaluation serial neurologic exam
Stable injuriesIsolated compression fracture of the vertebral bodyHyperesteration injuryTransverse process fracture
Unstable injury
Flexion distraction injury
Flexion rotation injury
Burst injury
Shaft injury
Chance injury
Spinal distraction
Closed reduction
Body chest immobilization
Symptomatis treatment
Open reduction internal fixation
Method plastic body jacket early rehabilitation
(Gambar 4: cara memiringkan penderita)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 15
(Gambar 5 : cara mengangkat penderita untuk tempat tidur)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 16
(Gambar 3. Posisi tidur penderita dengan diganjal bantal)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 17
III. TRAUMA BAHU1. Dislokasi sendi sternoklavikula
DefinisiTerpisahnya sebagian atau seluruh bagian yang membentuk sendi sternoklavikula akibat ruda paksa sekitar sendi tersebut.KlasifikasiBerdasarkan arah dislokasi terhadap bidang koroner dibagi : Dislokasi anterior : klavikula berada di anterior sternum Dislokasi posterior : klavikula berada di posterior sternumProsedur diagnosaKlinis :Anamnesa Arah gaya dari anterior dan lateral pada bahu anterior disloaksi Arah gaya dari anterior dada posterior dislokasiPemeriksaan Nyeri dan pembengkakan daerah medial klavikula Pada posterior dislokasi teraba cekungan pada sisi lateral Manubrium sterni Gejala dan tanda gangguan viscera dan vaskuler (terutama ada dislokasi
posterior)Radiologis AP plain foto bandingkan kanan dan kiri Foto khusus :
40 – 450 proyeksi kaudal – kranial Hobb’s view
PenangananEmergency Perbaikan kondisi umum dan trauma lain Adanya gangguan viscera dan atau vasculer perlu reduksi segera (pada
post dislokasi) bersama bedah thoraxDefinitif Anterior dislokasi biasanya konservatif (shoulder sling 3 minggu) Posterior dislokasi :
Asimptom konservatif
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 18
Simptom (+) reduksi tertutup bila gagal reduksi terbuka fiksasi dengan suture sintetis
Komplikasi Gangguan visera / vaskuler (pada posterior dislokasi) Fiksasi dengan pin / screw migrasi (+)Rehabilitasi Sling bahu 3 – 4 minggu Paska Op :
Sling bahu 3 – 4 minggu Isometric exercise lat. flexi dan ext. rotasi 6 minggu lat. Strenghthening
Konsultasi Ahli rehabiltiasi medis Bedah ThoraksInformed consent Perlu secara tertulisStandar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 19
2. Fraktur Klavikula DefinisiTerputusnya kontiyuitas tulang klavikula akibat ruda paksaKlasifikasi : Setara patah tulang panjang Sub klasifikasi untuk fraktur 1/3 distal :
Fraktur diantara lig. coracoclavicula & coraco acromial Fraktur tepat di medial perlekatan lig. coracoclavicula Fraktur pada artic. surface sendi acromiaclvicula
Prosedur diagnosaKlinis :Penderita Nyeri, pembengkakan dan krepitasi pada daerah clavicula Adakah gejala dan tanda trauma penyerta (vasculer dan atau plexus
brachialis, trauma thorax)Radiologis AP radiologis atau : 200 kaudo kranial AP viewPenangananEmergency Tindakan khusus (-) Pada trauma penyerta (+) atasi Pada open fraktur debridementDefinitif Closed fraktur close reduction + sling / figure of eight bandage Open reduction indikasi pada :
Open fraktur Vasculer / neural injuri yang membutuhkan repair Fraktural bilateral Ipsi lateral scapular fraktural / glenoid neck fraktur Scapulothoratic disosiasi Flail chest
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 20
Non union Displaced fraktur 1/3 distal + ruptur coracoclavi.ligamen
Komplikasi Injuri vasculer / nervus Pneumothorax InfeksiInformed Consent Perlu secara tertulisStandar tenaga Ahli OrtopediRehabilitasi 7 – 10 hari setelah figure of & perdarahan exercise meningkat, flexi dan
extensi rotasi dengan bantuan Paska bedah (ORIF)
Langsung post of nyeri (-)isometric exercise (2-3 minggu) Minggu 3 – 6 : assisted ROM & pendulum exercise Minggu 6 – 12 : aktif exercise >12 minggu : strenghthening program
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 21
3. Akromio klavikula injuri DefinisiRudapaksa yang menyebabkan lesi pada ligamen akromioklavikula dengan atau tanpa lesi pada perletakannya pada tulang.Klasifikasi : dasar : tingkat parah injuri penyerta pada soft tissueGrade I : Injuri kapsul yang stabilGrade II : Kapsul disrupsi total + lig. Coraclavicula sebagianGrade III : Kapsul dan lig. Coraclavicula disrupsi total + klavikula
displaced superiorGrade III : Dibagi menjadi :Grade IV : Klavikula displace superior (perlekatan deltoid &
trapezius terputus total)Grade VI : Subcoracoid dislocationProsedur diagnosaKlinis Edema, ekimosis, nyeri didaerah AC joint Deformitas (+) pada injuri yang parah Catat :
Status vasculer / sensorik / motoris Injuri thorax sekitarnya Kondisi daerah proksimal ekstremitas sebelahnya
Radiologis Radiologi thorax AP Kalau perlu
Proyeksi kaudo kranial kedua clavicula pada satu film Stress foto
PenangananEmergency Tidak diperlukan kecuali diperlukan explore injury art axillres & trauma yang
parahDefinitif Grade I & II konservatif
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 22
Grade III Rekonstruksi : weaver – bunn proc Indikasi lain :
Grade III + ipsilateral trauma thorax / periscapsular injuriKomplikasi Pada Grade III degeneratif arthritis simptomatic perlu reseksi clavicula
distal Chronic instability pada Grade III perlu reseksi distal clavicula +
rekonstruksi lig. CoracoclavicRehabilitasi Shouler sling 3 – 4 minggu + isometric deltoid exercise Akhir minggu 3 – 4 minggu pendular exercise 6 – 8 minggu post op : aktif ROM Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 23
4. Fraktur Skapula Definisi Hilangnya kontiyuitas dari masing-masing tulang skapulaKlasifikasi Berdasarkan regio anatomi yang terkena corpus, collum, glenoid atau
acromionProsedur diagnosaKlinis Cacat trauma : kepala, thorax, abdomen, spinal, pelvis Lokal : kontusi, edema, nyeri didaerah shoulder girdle Cacat injuri penyerta :
AC disruption fr. Clavicula Arteri axillaris Nervus axillaris & muskulokutaneus Flexus brachialis
Radiologis Skapula proyeksi : AP / Lat / axillary viewKhusus : indikasi Arteriografi CT-scan EMGPenanganan Emergency
Tidak diperlukan kecuali ada lesi pembuluh darah Definitif
Indikasi operasi (ORIF) Displaced fr. Akromion Displaced (>2-3 mm) fr. Korpus Fr. Collum dengan ipsilateral fr. Clavicula
Komplikasi Loss of motion sendi scapulothoracus & glenohumeral Injury n. suprascapulla & axillarisRehabilitasi Segera nyeri hilang : deltoid isometric exercise Shoulder sling dipakai s/d wound healing
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 24
Wound healing (+) : isometric exercise + assisted ROM exercise 4 – 6 minggu post op : aktif ROM 6 – 8 minggu post op : strengthening exerciseInformed Consent Perlu secara tertulisStandar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 25
5. Glenohumeral dislokasi Definisi Terpisahnya sebagian atau seluruh bagian yang membentuk sendi
glenohumeral akibat rudapaksaKlasifikasi Dasar : displacement caput humeri : anterior / posterior / inferior dislokasiProsedur diagnoseKlinis Anterior dislokasi
Posisi menahan lengan atas adduksi (menempel pada sisi badan) Deformitas bisa nampak langsung atau teraba ROM aktif / pasif menurun Catat status vasculer / nervus
Posterior dislokasi Posisi lengan atas exorotasi & slight abduksi Teraba “kosong” pada regio deltoid anterior
Inferior dislokasi Teraba caput di aksila Daerah kosong regio deltoid
Radiologis AP / Lat & axillary view (rutin) Post. Dislokasi perlu CT-scan Arteriografi / EMG
PenangananEmergency Atasi trauma prioritas (ABC) Closed reduction dalam selaksasi & analgesia adekwat (tehnik Bigellow,
stimson, Hippocrates) Post reduksi shoulder sling + velpeauDefinitf Indikasi open reduction
Anterior displaced yang significant dari fr. GlenoidrimKomplikasi Reccurent dislokasi Posterior dislokasi sering misdiagnosed
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 26
Rehabilitasi Segera deltoid isometric exercise 2 – 3 minggu post op : streeching exercise untuk internal & eksternal
rotation Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 27
IV. TRAUMA LENGAN ATAS (HUMERUS)1. Fraktur proximal humerus
Definisi Hilangnya kontiyuitas bagian proximal (metafisier) os humerus Klasifikasi Neer classification :
Dasar : displacement 4 fragmen utama yaitu tuberositas major & minor, caput & shaft humerus
Dibagi : Two part Three part Four part
Prosedur diagnosaKlinis Deformitas shoulder, kontusio, edema, nyeri Catat status vasculer / nervusRadiologis AP / Lat, axillary viewPenangananEmergency Tidak diperlukan kec. Adanya injuri a.axillarisDefinitif Indikasi operasi :
Fr. Collum chirurgium yang unstable (kontak (-)) antar fragmen Kontak partial (+) dengan ipsilateral trauma ext. atas Displaced (>55 mm) fr. Three or four part pada usia muda Displaced berat (>1mm) fr. Three or four part pada usia tua
Komplikasi Maluion tuberositas Degeneration arthritis caput humerus Osteonecrosis simptomatikRehabilitasi 2 – 3 hari post trauma, bila kondisi fr. Stabil segera isometric exercise
meningkat sampai latihan strengthening pada minggu VI.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 28
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 29
2. Fraktur shaft humerus Definisi Hilangnya kontiyuitas diafisis os humerusKlasifikasi Fraktur diaphysis tulang panjang ditambah :
Closed atau open ? Pola fraktur ? Tingkat komunitifnya ?
Prosedur diagnosa Klinis Simptom fraktur diafisis tulang panjang Catat fungsi saraf-saraf : radialis, medianus, musculocutaneus, ulnaris Catat status vaskulerRadiologis AP / Lat view nampak kedua sendiPenangananEmergency Reduksi immobilisasi dengan U-shape coaptation sugar-tong splint &
collar & cuffDefinitif Indikasi operasi
Open fraktur Defisit neurologis yang progressif Multiple trauma Fr. Humerus bilateral Lesi humerus bilateral Lesi floatig elbow Konservatif gagal
Open fraktur Grade III ext. fiksasi Komplikasi Delayed / non union Radial Rehabilitasi Splint coaptasi dipertahankan 10 hari – 2 minggu abduction pillow aktif
ROM shoulderPosedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 30
Post op : Shoulder sling dengan elbow flexi 90 Nyeri hilang aktif ROM
Standar tenagao Ahli Ortopedio Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 31
Kepustakaan :1. De Palma : Fractures & dislocation of the shoulder Girdle in De Palma : The
Management of Fractures & Dislocation (an atlas), Vol 1, 1970, p. 436-538.2. De Palma : Injuries of the ligaments & capsule of the glenohumeral joint
(subluxation & dislocation), in De Palma : the management of factures & dislocation (an atlas), Vol. 1, 19070, p. 560-602.
3. Charles P. Rockwood ; DP. Green : Fractures & dislocation of the shoulderin : Frctures in adults, Charles A. Rockwood & David P. Green, 1984, p.675-950.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 32
V. TRUMA LENGAN BAWAH (ANTERBRACHII)Definisi Yang dimaksud dengan antebrachi adalah batang (shaft) tulang radius dan ulnaKlasifikasi fraktur antebrachi : Fraktur antebrachii, yaitu pada kedua tulang radius dan ulna Fraktur ulna (nighstick fracture), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi
sendi radioulna proksimal Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius Fraktur Galeazi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi
radioulna distal1. Fraktur antebrachii
DiagnosaKlinis Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti udem deformitas “false
movement”, krepitasi dan nyeriRadiologis Anteropresterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulangProsedur tetap Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi
dengan gips (long arm cast). Posisi antebrachii tergantung letak fraktur, pada fraktur antebrachii 1/3 proksimal diletakkan dalam posisi supinasi, 1/3 tengah dalam posisi netral dan 1/3 distal dalam posisi pronasi. Gips supinasi gips dipertahankan 4 – 6 minggu.
Bila reposisi tertutup tidak berhasil (angulasi lebih dari 100 pada semua arah ) maka dilakukan internal fiksasi.
Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian dilakukan tindakan seperti diatas. Sedangkan pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal fiksasi Standar tenaga
o Ahli Ortopedio Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 33
2. Fraktur Ulna (nightstik fracture)DiagnosaKlinis Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti udem deformitas “false
movement” dan nyeri.Radiologis Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas.Prosedur tetap Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi
dengan gips (long arm cast), dengan posisi lengan netral, selama 4 – 6 minggu.
Bila reposisi tertutup gagal atau komplikasi nonunion “debridement” kemudian dilakukan tindakan seperti diatas, kecuali pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal fiksasi Standar tenaga
o Ahli Ortopedio Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 34
3. Fraktur MontegiaDiagnosaKlinis Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema nyeri terutama pada
tempat fraktur dan sendi radioiulner proksimal, deformitas, false movement dan krepitasi
Radiologis Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya kontinuitas tulangKlasifikasi Bado 1, dislokasi kaput radius ke anterior Bado 2, dislokasi kaput radius ke posterior Bado 3, dislokasi radius ke lateral Bado 4, dislokasi kaput radius disertai fraktur radius dan ulnaProsedur Tetap Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, serta imobilisasi dengan
gips (long arm cast), dengan posisi lengan supinasi, selama 4 – 6 minggu. Bila reposisi tertutup gagal maka dilakukan fiksasi interna, post operasi
dilakukan tes pada sendi radioulner bila tidak stabil imobilisasi dengan gips pada posisi lengan supinasi selama 3 minggu dilakukan fiksasi internal.
Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan eksternal fiksasi. Standar tenaga
o Ahli Ortopedio Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 35
4. Fraktur radiusDiagnosa Klinis Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti deformitas, false movement”
krepitasi dan nyeri.Radiologis Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulangProsedur tetap Dilakukan reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi
pada fraktur 1/3 distal, netral pada fraktur 1/3 tengah dan supinasi pada fraktur 1/3 proksinasi. Imobilisasi selama 4 – 5 minggu
Bila reposisi tertutup dilakukan fiksasi internal Pada fraktur terbuka dilakukan “debridement” kemudian reposisi imobilisasi,
sedangkan pada derajat III dilakukan eksternal fiksasi. Standar tenaga
o Ahli Ortopedio Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 36
5. Fraktur GaleaziDiagnosa Klinis Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema deformitas, false
movement krepitasi dan nyeri.Radiologis Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulang
pada tulang radius disertai dislokasi sendi radioulnerProsedur tetap Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi
dengan gips (long arm cast), pada posisi supinasi, selama 4 – 6 minggu. Bila reposisi tertutup gagal maka dilakukan fiksasi interna, post operasi
dilakukan stabilitas sendi radioulner, bila tidak stabil di imobilisasi dengan gips pada posisi supinasi selama 3 minggu.
Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian reposisi imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan fiksasi eksterna.
Perawatan Pada reposisi tertutup segera dilakukan fisioterapi dengan kontraksi
isometrik pada otot-otot lengan dan gerakan aktif pada tangan. Observasi tanda-tanda adanya kompartemen sindrom. Lengan dielevasi. Ganti gips pada hari ke 7 – 10 dengan kontrol radiologis terlebih dahulu. Kontrol radiologis diulang pada minggu ke 4. Pada dislokasi tanpa fraktur gips dapat dibuka pada minggu ke 3.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 37
Pada penderita dengan internal fiksasi, bila dapat dicapai fiksasi yang stabil dapat segera dilakukan fisioterapi dengan gerakan aktif setelah bebas nyeri. Evaluasi radiologi pada minggu ke 2,4,8. Standar tenaga
o Ahli Ortopedio Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 38
Kepustakaan :1. Anderson, LD : Fracture of the shaft of the radius and ulna in rockwood CA; Green,
DP (eds) : Fractures in Adult, Philadelphia, JB Lippincot Company, p. 511-550, 1984.
2. Amadia, PC : Taleisnik, J : Fractures of the carpal Bones in Green, Dp, (eds) : Operative Hand Surgery, Vol 13rded.
3. Crenshaw, AH : Fractures of shoulders girdle, Arm and forearm in crenshaw, AH (eds) : Campbell’s operative Orthopaedics Vol. 2 8th ed. St Louis : Mosby Year Book, p. 989-1054, 1992.
4. Doybyns, JH, Lincshield, RL : Fractures in Adult, Philadelphia, JB. Lippincot Comp., p.411-450, 1984
5. Tile, M: Fractures of the radius and ulna in Schatzker, J: Tile M. (eds) : The rationale of operative fractures care, Berlin Heidelberg, Springer-Verlag. P.103-129, 1987.
6. Wright, PE : Wrist in Crenshaw, AH (eds) : Campbell’s operative Orthopaedics, Vol. 58thEd St. Louis, Mosby Year Book, p.3123-3166.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 39
VI. TRAUMA PERGELANGAN TANGANWrist : Merupakan regio yang meliputi tulang karpalia dan bagian metafise serta
permukaan sendi tulang radius dan ulnaKlasifikasi1. Fraktur distal radius
Fraktur Colle’s fraktur yang terletak 1 inchi dari sendi radioulner distal dengan “displaced” fragmen distal ke dorsal
Fraktur Smith’s kebalikan dari fraktur Colle’s (reverse Colle’s) denga “displaced” fragmen distal ke palmar
2. Fraktur dislokasi radiokarpal Fraktur dislokasi tepi dorsal (Barton’s type colle’s fracture) Fraktur dislokasi radiokarpal Fraktur styloid radius (Chauffeur’s fracture) Fraktur dislokasi tepi palmar (Barton’s type Smith’s fracture)
3. Dislokasi sendi radioulner Dorsal dislokasi Palmar dislokasi
4. Fraktur karpalia Fraktur skafoid Chip fraktur dorsal Instabilitas karpal post trauma dengan atau tanpa dislokasi Fraktur lunatum Fraktur tulang karpalia lainnya
Standar tenagaAhli OrtopediResiden Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 40
1. Fraktur radius distalDefinisi Fraktur yang terjadi pada bagian metafisi distal os radius dengan atau tanpa
perluasan garis fraktur ke artikuler (permukaan sendi)Klasifikasi Klasifikasi AO :
Fraktur extraartikuler : Fraktur extraartikuler ulna dengan radius intak Fraktur extraartikuler radius, simple & implikasi Fraktur extraartikuler radius, multifragmen
Fraktur artikuler partial Fraktur artikuler partial radius dengan garis fraktur sagital Fraktur artikuler partial radius dengan dibagian sisi dorsal (Barton) Fraktur artikuler partial radius dibagian sisi volar (reserve Barton,
Goyran Smith II) Fraktur artikuler komplit
Fraktur artikuler komplit radius, artikuler simple, metafisis simple Fraktur artikuler komplit radius, artikuler simple, metafisis
multifragmen Fraktur artikuler komplit radius, multifragmen
Diagnostik Pemeriksaan fisik
Edema & pembengkakan di distal radius Fraktur dengan angulasi ke dorsal single-fork deformity Segera evaluasi fungsi neurovasculer, khususnya nervus medianus
Pemeriksaan penunjang Foto standard AP / Lat dari seluruh lengan bawah dan tangan Foto oblik lengan bawah distal Tomografi kalau perlu (seperti pada die-punch injuries) EMG : bila lesi saraf (+)
Penanganan Emergensi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 41
Pada anak dan orang tua lokal anesthesi (hematom blok)
immobilisasi dengan gips sirkuler Definitif
Faktor yang mempengaruhi optimalisasi Stabilisasi fraktur Besarnya displacement Kualitas tulang Usia & aktifitas penderita Ketersediaan peralatan
Macam Reduksi tertutup dan splint Reduksi tertutup dan pinning perkutan Fiksasi eksterna Reduksi terbuka dan fiksasi interna Fiksasi dan interna
Komplikasi Hilangnya reduksi awal Malunion Instabilitas radio-ulnar distal Reflex sympathetic dystrophy (RSD) Non union (jarang)
Standar tenagaAhli OrtopediResiden Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 42
2. Dislokasi radio karpalDefinisi Hilangnya hubungan / cerai sendi radius dengan baris proksimal os karpalia
baik pada sebelah sisi dorsal maupun volarnya.
Klasifikasi Type I : isolated radiocarpal joint injuries Type II : dislokasi dengan injuri interkarpaliaDiagnostik Pemeriksaan fisik
Penampilan mirip fraktur distal radius Periksa apakah terdapat lesi neurovaskuler (khususnya n. medianus) Periksa juga apakah terdapat injuri pada bagian proximal lengan
Pemeriksaan penunjang Standar foto AP / Lat antebrachii dan manus Tomografi atau CT-scan melihat aligment karpus
Penanganan Emergensi
Reposisi harus segera dilakukan Dislokasi ke dorsal Dislokasi ke volar imobilisasi dalam slight volar flexi
Definif Tipe I + stabil +aligment baik LAC 8 minggu Lat. ROM Tipe II sebagian besar dengan reduksi terbuka karpus, fixasi dengan k-
wire dan ligamen repair LAC 8 minggu latihan ROM aktif setelah 3 bulan
Komplikasi Loss of reduction Neurovasculer : CTS, RSD Significant joint stiffness
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 43
Residen Ortopedi
3. Instabilitas karpaliaDefinisi Ketidakstabilan tulang karpalia akibat lesi traumatik pada ligamen
interkarpaliaKlasifikasiKlasifikasi Green & O’brein Major carpal dislocation
Dorsal perilunate / volar lunate dislocation (paling banyak terjadi) Dorsal trans-scaphoid perilunate dislocation Transradial styloid perilunate dislocation Scaphocapitate syndrome Volar perilunate / dorsal dislocation Complete dislocation og the scapoid Capitate – hamate diastasis
Carpal instability, dissociative Radial carpal instabilities
Scapholunate dissection (paling sering) Dorsiflexion instability (disi) (paling sering)
Ulnar capal instabilities Triquetro-hamet instability Triquetrolunate instability (visi) Volarflexion carpal instability)
Central carpal instability
Carpal instability, non dissociative Non dissociative instability of the proximal carpal row
Mid carpal joint Radiocarpal
Diagnostik Pemeriksaan fisik
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 44
Pembengkakan, ekimosis, deformitas didaerah wrist dan loss of motion, pain
Kemungkinan terjadi lesi neurovasculer (n.medianus dan ulnaris) Pemeriksaan penunjang
Plain foto AP & terutama lat dan oblique scaphoid view : evaluasi terhadap sudut-sudut penting : scapholunate, capitate-lunate & radioulnate
Tomogram & CT-scan Kasus – kasus akut dan khronis : perlu videotaped arthograms, bone scan,
arthrographyPenanganan Emergency
Segera immobilisasi dengan cukup padding dan long arm splint urgent definit
Definitif Penanganan tergantung lama waktu berselang
Instability <3 minggu akut Instability 3 minggu – 4 bulan sub akut Instability > 4 bulan kronis
Instability akut pertahankan anatomi os karpalia Instability krnonis & sub akut rekonstruksi ligament + fiksasi
interkarpalis Komplikasi
Neruovaskuler injuri : CTS, RSD Loss of motion
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 45
4. Injuri sendi radio-ulner distalDefinisi Cerai sendi radio-ulner distal akibat lesi traumatik pada struktur-struktur
ligamen penyetabilisasi sendi tersebut.Klasifikasi Tidak klasifikasi baku Bowers mengelompokkan kedalam kelompok-kelompok :
Fraktur akut Injuri sendi akut Injuri or late-aapearing joint disruption Gangguan sendi kronis Snapping tendon ECU Fixed rotational deformities
DiagnostikPemeriksaan fisik Periksa seluruh extremitas atas (nyeri, limitas ROM dan instabilitas)Pemeriksaan penunjang Plain foto AP & Lat anterbrachii pada rotasinya yang normal dan view dengan
center pada wrist dan elbow, oblique view untuk mengetahui apakah terdapat fraktur non displaced atau chip fraktur
Tomografi : small fractures ?, displacmenet large fragment ? CT-scan pembanding dengan yang sehat Arthrography : ruptur TFCC ?PenangananEmergensi : Ulna displaced ke dorsal splint anterbrachii posisi supinasi Ulna displaced ke volar splint anterbrachii posisi pronasi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 46
Definitif Coba dengan konservatif (cast) dalam 6 minggu Bila sendi tetap tak stabil dengan konservatif operatif Operatif :
Fraktur styloid TBW (Tension Band Wiring) Rekonstruksi ligament
Post op : cast long arm (LAC) 6 minggu dalam mid rotasi Lat ROM & strengthening esercise dan split s/d 3 bulan.
Komplikasi Post traumatic arthritis Ulnar neuritis dan kompresi kronis n.ulnaris Adheis tendon dan stiffnes
Standar tenagaAhli OrtopediResiden Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 47
5. Fraktur SkapoidDefinisi Fraktur yang terjadi pada os scaphoid yang dapat disertai dengan fraktur
radius distal dan dislokasi transchapoid perilunateKlasifikasiKlasifikasi Russe Fraktur horinzontal (900) terhadap axis longus radius) Fraktur transvers (dalam bidang aixs scaphoid) Fraktur vertikal (sejajar dengan axis longus radius) paling tidak stabil Klasifikasi lain : displaced atau non displaced (translasi > 1mm dan
angulasi >100 excessive displacement)DiagnostikPemeriksaan fisik Pembengkakan, berkurangnya ROM wrist, nyeri pada snuff box,
berkurangnya kekuatan genggam.Pemeriksaan penunjang Plain foto AP / Lat dengan posisi wrist netral dan deviasi ke ulna, oblique view
dengan wrist pronasi Bila foto awal : fraktur tidak ada, tapi klinis suspek fraktur thumb spica
cast 2 minggu foto ulang Bila dalam foto ulangan : fraktur tetap tidak ada tapi klinis suspek fraktur
bone scan Tomogram sesuai bidang axis scaphoid sering menolongPenangananEmergensi Long arm thumb spica cast
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 48
Definitif Non displaced fraktur thumb spica cast 6 minggu dengan posisi wrist netral
flexi dan deviasi ke radial ringan + thumb posisi fungsional. Displaced >1 mm + dislokasi perilunate operatif + bone graft Fraktur dengan sudut radiolunate >150 dan fraktur dengan sudut
scapholunate >600 operasi + bone graft. Post op : thumb spica cast klinisi cast bisa dilepas dan latihan sendi.Komplikasi Non union Malunion
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 49
VII. TRAUMA REGIO MANUS Distal dari metacarpal (ossa carpalis masuk regio wrist) Fungsi terpenting adalah gerakan ibu jari terhadap jari telunjuk / jari tengah
(50%)1. Fraktur
Penanganan FrakturSecara umum : Stabil gips atau bidai (MP angulasi lebih dari 600, tidak melebihi distal
palmar crease tidak stabil ORIF (pinning, plating)Komplikasi : rotasi (patokan arah jari kedua sampai empat adalah os scaphoid)
Intraatikuler debridement + k.wireBila luka kotor dilakukan delayed primary closure ( 3-5 hari). Tertutup
bebat dengan compression dressing, fiksasi jari sebelah, fore slab / back posisi jari MP 60 – 900 dengan IP joint ekstensi
Secara khusus Fraktur basis metacarpal I (Bennet’s fracture)
Merupakan fraktur dislokasi intraatikuler, tidak stabil perlu reduksi anatomis, lebih disukai pinning (terbuka atau tertutup) penanganan yang sama pada fraktur basis metacarpal V.
Fraktur shaft metacarpal Disebabkan gaya torsi, umumnya stabil karena periosteum dan soft tissue
sekitarnya, bila stabil reduksi tertutup (komplikasi : rotasi), tidak stabil percutan k.wire atua platting small fragmen.
Fraktur neck metacarpal Gerakan AP metacarpal jari 1 dan 2 minimal perlu reduksi near
anatomic jari 3 (200) jari 5 (30 – 500). Reduksi tertutup dengan general anesthesi + relaksan (dipertahankan 2 minggu) bila tidak stabil ORIF (k.wire).
Fraktur head metacarpal Merupakan fraktur intraartikuler, sering rotasi perlu reduksi anatomis.
Fraktur shaft phalang proksimal dan media Fraktur basis phalang proksimal fleksi sendi MP 900 selama 2 minggu
bila gagal reduksi tertutup ORIF Fraktur volar-sendi interphalang (IP) = Wilson’s fracture
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 50
Bila fragmen lebih 150 permukaan sendi open pinning, pullet out wire looped. Kurang dari 150 reduksi tertutup, flexi phalang 45 – 500 (selama 4 minggu)
Fraktur avulsi phalang distal pada insersi tendon ekstensor (baseball fracture) Fragmen kecil hiperekstensi sendi 6 – 8 minggu
Terapi yang sama untuk “mallet Fingger” (ruptur tendon ekstensor proksimal dari insersi) bidai distal phlang posisi hiperekstensi(sendi PIP bebas). Bila fragmen lebih dari 300 permukaan sendi ORIF dengan k.wire atau pulled out wire
Boutonniere = button hole Ruptur sentral slip traumatik dari ekspansi ekstensor dekat sendi PIP
( persisten flexion deformity). Terapi perbaikan tendon, immobilisasi dengan k.wire sendi PIP posisi
ekstensi penuh selama 3 minggu dilanjutkan fisioterapi fleksi aktif.Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 51
2. Ruptur dan dislokasi ligamen Ligamen kolateral dapat ruptur dengan atau tanpa dislokasi Cara reduksi :
Dislokasi sendi MP perlu terbuka (vollar app) karena head MC interposisi dengan soft tissue palmar sendi
Dislokasi dorsal sendi PIP reduksi tertutup dengan atau anestesi lokal Terapi post reduksi pressure dressing (bila edema), bidai sendi MP 900
fleksi sendi IP ekstensi sampai bengkak dan nyeri hilang dilanjutkan fisioterapi 10 hari kemudian.
Game keeper’s thumb Ruptur ligamen kolateral ulna disertai subluksasi kerah radier (fungsi
pinch lemah) Terapi : ruptur inkomplit scaphoid cast 6 – 8 minggu ruptur komplit
tidak stabil, open repair + gips 8 minggu.Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 52
3. Laserasi tendon ekstensorTerapi : repair sekunderStandar tenaga
Ahli OrtopediResiden Ortopedi
4. Ruptur tendon flexorDibagi menjadi 3 zone : Zona 1 ( zona hijau)
Pertengahan phalang media distal sampai finger tip Zona 2 (zona merah)
Distal palmar crease sampai pertengahan phalang media proksimal Zona 3 (zona kuning)
Proksimal dari palmar crease distalTerapi Zona 1 ruptur diperbaiki primer
> 1 cm, stump distal dieksisi – proksimal dijahit ke periosteal flap dengan bannel pullout wire
< 1 cm, terapi sebagai zona 2 Zona 2 perlu keterampilan tinggi (hand surgeon)
Unutk pemula hanya jahit diikuti delayed repair ruptur tendon ibu jari sebaiknya dikerjakan primer
Zona 3 diperbaiki primer, namun perlu keterampilan tinggi untuk hasil yang baik
Standar tenagaAhli OrtopediResiden Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 53
5. Terapi definitif finger tipGolden period dapat diperpanjang menajdi 10 –12 jam bila luka bersih dan diberi AB Skin loss << hanya hebat
Skin loss >> split thickness antebrachii atau hipothenar Bila kuku intak full thickness skin graft akan memberi bantalan diatas
tulang Tulang terkena potong sedikit tulang sampai bersih dengan knabel + tutup
primerStandar tenaga
Ahli OrtopediResiden Ortopedi
6. Tenosynovitis non infeksi Tipe akut
Terjadi dalam beberapa jam dengan nyeri hebat saat menggerakkan tendon yang bersangkutan disertai hangat dan warna kemerahan
Tipe kronik Tampak sebagai fenomena tringger dari tendon fleksor, didapatkan
disproporsi tendon sheath dan isinya. Keluhan nyeri dan kaku pada jari, sekali difleksikan tidak dapat atau sulit mengektensikan sendi DIP, sering teraba nodul diproksimal tendon sheathPredileksi : Diistirahatkan dengan immobilisasi + NSAID Injeksi steroid pada tendon sheath Insisi tendon sheath mengurangi fenomena tringgerStandar tenaga
Ahli Ortopedi
7. Gigitan manusia Merupakan trauma yang serius Terapi : debridement, rawat luka terbuka dan antibiotik spektrum luasKomplikasi trauma tangan Biasanya iatrogenik dan dapat dihindrai
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 54
Immobilisasi yang pendek dan segera diikuti latihan aktif dimungkinkan bila vaskularisasi tangan baik, ukuran tulang kecil, vaskularisasi cancellous cukup banyak
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 55
8. Compartemen syndrome manus Dasar : iskemia otot saraf Gejala utama adalah :
Nyeri yang menetap, progresif dan tidak hilang dengan imobilisasi, nyeri saat streching otot pasif merupakan tanda klinis yang dapat dipercaya
Parestesi atau berkurangnya sensasi merupakan tanda penting kedua Kelemahan otot yang progressif (paralise) merupakan tanda yang sangat
penting Terakhir, palpasi daerah compartemen akan terasa tegang dan nyeri
Cara menilai ; Compartemen tangan instrinsik :
Passive abduksi dan adduksi jari akan meningkatkan nyeri (posisi sendi MP ekstensi dan fleksi sendi PIP)
Compartemen ibu jari adduktor : Menarik ibu jari ke arah abduksi palmar, streching otot-otot adduktor
Otot-otot thenar : Radial abduksi ibu jari
Otot-otot hipothenar : Ekstensi dan abduksi jari kelingking
Terapi : satu-satunya cara adalah dekompresi Immediate fasciotomy merupakan cara terbaik untuk penyembuhan yang
lebih baik (kalau bisa hindari nervus cutaneus dan vena besar, skin flap untuk menutup nervus medianus, release n.medianus pada carpal tunnel dan canal guyon, insisi pada wrist harus dihindari)
9. Replantasi Terminologi
Replantasi : penyembuhan kembali bagian yang teramputasi secara komplit
Revaskuler : rekonstruksi bagian amputasi yang tidak putus seluruhnya Indikasi absolut : ibu jari, multiple digit, complete hand Indikasi lain : setiap bagian dari anak kecil, wrist atau anterbrachii, elbow dan
humerus, digit distal dari insersi tendon fleksor superfisialis sampai 4 mm kulit dorsal nail plare harus utuh.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 56
Kontra indikasi : crush injury, multipel level amputasi, disertai penyakit dan kelainan mental, longed warm ischemic time
Warm ischemic time : < 6 jam utuk amputasi proksimal corpus, > 12 jam untuk phalang.
Cold ischemic tim : > 12 jam untuk amputasi proksimal, prognosa jelek Penanganan & preservasi :
Stump dilakukan bebat tekan Puntung (amputat) dimasukkan dalam plastik yang kedap air Amputat dalam plastik dimasukkan dalam termos terisi air + es
Operasi teknik replantasi phalang dan manus : Identifikasi vasa dan nervus Debridement Shorthening dan fixir tulang Repair tendon extensor Repair tendon flexor Anastomose arteri Repair nervus Anastomose vena Penutupan luka
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 57
VIII. TRAUMA PANGGUL1. Fraktur pelvic ring
Batasan Pelvic girdle dibentuk oleh 2 tulang innominate (os coxae) yang berartikulasi dibagian anterior yang disebut symphisis pubis dan dibagian posterior dengan os sacrum (sacro illiac joint). Pelvic ring dibentuk oleh dua arcus yang penting dalam menahan weight bearing forces yaitu femoro sacral arch dan ischial archKlasifikasiMenurut Marvin Tile disruption of pelvic ring dibagi : Stable Unstable Miscellaneous :
Complex : Associcated acetabular disruptions Bilateral sacroiiliac dislocation with intact anterior arch
Menurut Marvin Tile symphisialisis dibagi 3 grade Symphisis open < 2,5 cm Symphisis open >25, cm Symphisis open 2,5 cm with peroneal woundDiagnosisKlinisRadiographic Plain
Plevic AP Inlet & outlet view Internal & external oblique view
CT-scanProsedur Tetap
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 58
Indikasi pemasangan external fiksasi pelvic Stabel pelvic fracture dengan severe pelvic hemorrhage Stabel pelvic fracture yang memerlukan early mobilization Poly trauma Unstabel pelvic (vertical share injuries)Indikasi pemasangan C-clamp Unstabel pelvic (vertical shear injuries) / rupture posterior sacro illiac lig.Indikasi pemasangan internal fiksasi Rupture post sacro illiac lig. 1-2 hari setelah pemasangan C-clamp dan
keadaan stabil Symphisialisis Gr. II & IIIKomplikasi Awal Loss of reduction Sepsis Thrombo phlebitisLanjut Leg. Length discrepansy Low back pain Pelvic oblique Lumbo sacral plexus palsy Sacro illiac arthritis
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 59
MANAGEMENT FRACTURE PELVIC
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 60
FRACTURE OF PELVIC RING (808)
Clinical EvaluationUrologiAbdominal & thoracicNeurologicResuscitation
Radiographic evaluationAPInlet & outlet viewInternal & eksternal view
A B
Minor fracture patterns Avulsion Fr. Isolated single break in the
ring Illiac wing fractures Straddle fractures
Major pelvis fracture (Malgaine Pattern)
Stable Injuries
Unstable Injuries
Symphisis treatment
PolytraumaSignificant hemorrhage Need for early mobilizaion
Reduction of Hemipelvic
StabilizationExternal Pelvic
Traction Internal fixation
CD
EF
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 61
Continued hemorrhagic> 15-10 unit of blood
Intravenous fluids and blood transfusion
UNSTABLE PELVIC FRACTURE
General resuscitationMeasuresMinimize of the patient
AMonitor vital sign, CVP urine output, hematokrit
Physical signSuggestive of
majorVesel injuries
Hemorrhage subsides stable vital
sign
> 4- 6 unit of blood within 12 – 24 hour
Emergency application of pelvic external fixator or
pneumatic throuser
Continued hemorrhagic >10 – 12 unit of blood
with in first 24 – 36 hours
Arteriography
Multiple bleed site
Selective transcatheter
arterial embolization
MANAGEMENT HEMORRHAGIC SHOCK PADA UNSTABLE PELVIC FRACTURE
Surgical exploration
Laparostomy Vessel repair
B
Major vessel injuries
C
E
F
G
1. Fraktur pelvic wing Tidak mempengaruhi stabilitas pelvic Terapi konservatif, kecuali pada :
Open fracture Multiple fracture dengan terapi operatif
2. Fracture acetabulumBiomekanik : Fraktur yang disebabkan gerakan caput femur ke pelvic misal pada dashboard injuryEvaluasi cedera Caput femur Patella, posterior cruciatum ligament Fracture pelvic dan acetabulumPosisi caput femur sangat penting : Fleksi : fraktur posterior wall dan atau dislokasi post hip External rotasi : fraktur anterior wall Internal rotasi : fraktur posterior wall Abduksi : Fraktur inferior medial wall Abduksi : Fraktur superolateralKlasifikasi (Letourei) Tipe posterior dengan / tanpa dislokasi posterior
Fraktur posterior collum Tampak pada allar dan obturator view ORIF plating
Fraktur posterior wall Fraktur permukaan sendi posterior Jika fragmen besar – ORIF plating
Fraktur posterior wall dan posterior collumn ORIF plating
Posterior wall dengan fraktur transverse Sering : 20% kasus ORIF plating Identifikasi cedera posterior, n.ischiadicus dan avascular necrosis
Tipe anterior dengan atau tanpa dislokasi anterior Fraktur collumn anterior Melalui rumus pubis superior
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 62
Prognose baik karena buka weight bearing Jika sampai Dome superior, harus ORIF Fraktur anterior wall : jarang Fraktur anterior collumn, anterior wall dan fraktur transverse
Tipe transverse dengan atau tanpa dislokasi central Fraktur transverse
Membelah kedua collumn Displacement dapat ringan sampai komplit dislokasi central caput
femur ke pelvis Tipe fraktur
Bersama fraktur transverse, biasanya membelah acetabulum secara vertikal
Komponen vertikal dapat ke anterior / posterior ke foramen obturator Trauma yang lebih kuat dibanding transverse Komponen T sangat bermakna karena reduksi 1 collum tak akan
mereduksi yang lain seperti pada tipe transverse Fraktur transverse dan acetabular wall Fraktur double collum
“Floating” acetabulum tidak melekat dengan rangka tubuh Fraktur membelah kedua collum diatas level acetabulum Spur sight sangat karakteristik
X-ray Pelvis – AP Alar dan obturator view CT-scan :
Bila terdapat : Fraktur dinding acetabulum Fragmen dalam sendi
Mengetahui derajat komunitifIndikasi operasi Inkongruitas sendi Fraktur Dome superior Instabilitas Hip Lesi n. ischiadicus post reposisi Disertai fraktur femur ipsilateral
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 63
PolitraumaKontraindikasi Keadaan umum tidak stabil Komunitif frakturNon operatif Fraktur undisplaced dan stableStandar tenaga
Ahli OrtopediResiden Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 64
3. Fracture collum femurKlasifikasi : yang sering dipakai adalah, berdasarkan : Lokasi anatomi fraktur
Intrakapsular : Subcapital type Transcervical type
Extrakapsular Basecervical type
Sudut fraktur (Pauwel) Tipe 1 adalah 30° dari horisontal (stabil) Tipe II adalah fraktur 50° dari horisontal (tidak stabil) Tipe III adalah fraktur 70° dari horisontal (sangat tidak stabil)
Displacement fragmen fraktur : Garden I : adalah fraktur inkomplit atau impacted Garden II : adalah fraktur komplit tanpa displacement Garden III : Adalah fraktur komplit dengan partial displacement Garden IV : Adalah fraktur komplit dengan total displacement
Standar diagnosisPemeriksaan fisik Tidak memberikan deformitas yang jelas Perkusi pada trokhanter major, nyeri
X-ray Rutin dengan AP & lateral view Bila tak jelas diulang 10 – 14 hari Tomogram atau bone scanTerapi Garden I
Internal fiksasi dengan multiple pins atau screwing Garden II
Internal fiksasi dengan pinning / screwing Konservatif dapat mengakibatkan displacement
Garden III dan IV (displaced) Non operatif
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 65
Traksi dilanjutkan sepica cast Pinning perkutan dengan lokal anesthesi Closed reduction dan spica cast dalam abduksi
Operatif Dilakukan operasi urgent namun penderita setatusnya seoptimal
mungkinPada anak muda OMPG atau (osteomuscular pedicle graft) Pada orang tua hemiarthroplasty dengan Austin Moore Prothesis (AMP) atau bipolar prosthesis
Rehabilitasi Muda : non weight bearing 8 – 12 minggu Tua : full weight bearingKomplikasiTomboembolic disease : sebagai penyebab utama kematian post operatif. Insiden venous thrombosis adalah 40% mungkin memerlukan terapi pencegahan dengan heparin, detuan, aspirin atua anti koagulan yang lain infeksi : Infeksi dapat lebih kuat dengan adanya deep sepsis, terapi antibiotika
preoperatif selama signifikan menurunkan insidens Non union
Sekarang terjadi hanya kurang dari 5% Jika caput femur viabel, maka :
Bila collum femur adekuat osteotomi + bonegraft (Diton’s ostectomy)
Bila collum femur tak adekuat brachettatau colona procedure Jika caput femur non viabel arhtroplasty
Aseptic necuosin – insiden sangat bervariasi Menurut massie, bila operasi dilakukan dalam 12 jam trauma, insiden adalah
25%. Bila ditunda 13 – 24 jam insiden naik menajdi 30%. Antara 24 – 48 jam insiden 40% dan menjadi 100% setelah 1 minggu. Terapu alternatif antara lain simptomatis, osteotomi, bone grafting, endoprosthesis dan total hip arthroplasty
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 66
4. Fraktur intertrochanterDefinisi Adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjang garis antara trochanter major
dan minorKlasifikasi Menurut Boyd dan Grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh dan
mempertahankan reduksi) Tipe I : fraktur disepanjang grais intertrochanter non displaced Tipe II : Fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteks Tipe III : Pada dasarnya fraktur subtrochanter dengan paling sedikit
satu fraktur lewat proksimal dan ke distal / di trochanter minor
Tipe IV : fraktur trochanter dan shaft proksimal dengan paling sedikit dua bidang
Standar diagnosisPemeriksaan klinis Shortening Deformitas eksterna rotasi Nyeri
Radiologis AP view dalam internal rotasi Lateral viewTerapiNon operatif Dianjurkan bila tidak dapat distabilisasi dengan adekuat dengan open
reduction Cara yang sering adalah skeletal traksi, untuk mempertahankan aligment
dan menghindari varus, shortening dan eksternal rotasi. Setelah 6 – 8 minggu, pasang hemispica dan lepas hemispica seletah 10 – 12 minggu kemudian partial weight bearing.
Operatif Adalah merupakan terapi pilihan untuk tercapainya stabilitas dan mobilisasi
dini.Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 67
Stabilisasi ditentukan oleh : Kualitas tulang Geometri fragmen Reduksi Design implant Penempatan implant
Macam-macam pilihan operasi antara lainNon displaced Nail plate (dynamic hip screw, ewett) Intramedullary nail (ender nail, zicket)Displaced Nail plate, setelah direduksi Osteotomy (Dimon & Hunghston, Samiento Valgus osteotomy) Hemiarthroplasty pada orang tua, penderita debil
Standar tenagaAhli OrtopediResiden Ortopedi
Rehabilitasi Full weight bearing segera (pada penderita tua), kecuali pada type IV dan usia
mudaKomplikasi Mortalitas : angka mortalitas 10% dirumah sakit menurut Sherk, mortalitas
adalah 52% pada penderita operasi dan 55% pada penderita non operasi Infeksi : insiden infeksi luka post operasi 1,7 – 16,9% faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah : Penderita tua Operasi lama Penderita disorientasi Dekat perineus
Varus deformity : relatif sering terjadi menyebabkan, nyeri, lemah, shortening Rotational deformity Penetrasi nail : terjadi pada sepertiga dari kegagaln terapi, hanya 1,3% yang
memerlukan pengambilan nailPosedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 68
Non union : jarang terjadi dan insiden kurang dari 2% Aseptic necrosis – jarang, insiden 0,8% Fraktur collum femur
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 69
Fraktur SubtrochanterDefinisi Fraktur yang terjadi diantara trochanter minor sampai 5 cm ke distalKlasifikasi : menurut Sceinshmeir TipeI : non displaced (displacement <2 mm) Tipe II : two-part fractures TipeIIA : Fracture transversal Tipe IIB : Fraktur spiral, trochanter minor di fragment proksimal Tipe IIC : Fraktur spiranl trochanter minor difragmen distal TipeIII : Three-part fractures Tipe IIIA : Fraktur spiral, trochanter minor merupakan fragmen sendiri Tipe IIIB : Fraktur spiral, fragmen ketiga adalah butterfly Tipe IV : Fraktur komunitif dengan empat atau lebih fragmen Tipe V : Fraktur subtrochanter-intertrochanterStandar diagnosisPemeriksaan klinis Shortening Deformitas eksternal rotasi NyeriTerapi Non operatif
Dilakukan pada fraktur yang sangat komunitif, dimana internal fiksasi stabil tak dapat dicapai.
Traksi dan hemispica atau cast brace Sering berakibat deformitas varus dan rotasi
Operatif Pilihan terapi asalkan dapat dicapai osteosintesis yang stabil Macam implant :
Fixed – angle nail plate (jewett type) Angled blade plate (ABP) DHS Intramedullary nail
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 70
Rehabilitasi Mobilisasi segera dengan kruk 1 hari post op Type A dan B : PWB 10 – 15 kg segera Type C : PWB setelah 8 – 10 minggu atau setelah adanya bridging callus
disisi medialKomplikasi Yang sering adalah
Non union Mal union Kegagalan implant
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 71
8. Dislokasi panggulDislokasi posterior Merupakan jenis tersering Tungkai memendek, endoratosi dan adduksi 10% komplikasi n.ischiadicus dan >15% avascular necrosis caput femurKlasifikasi Tipe I : tanpa atau hanya fraktur minimal Tipe II : fraktur tepi posterior acetabulum yang besar Tipe III : Fraktur komunitif tepi posterior dengan atau tanpa fragmen
besar Tipe IV : Fraktur tepi acetabulum dan dasar Tipe V : Fraktur caput femur atau tanpa fragmen lainTerapi Reposisi segera, adduksi, flexi, fiksasi lalu adduksi dan external rotasi
dengan sedatif atau anestesi umum, diikuti dengan ambulasi 10 hari dan weight bearing bertahap
Reduksi terbuka jika reduksi tertutup tidak mungkin atau dislokasi setelah 3 minggu, kapsul sendi atau m.pyriformis menghalangi reposisi
Arthrotomy jika terdapat fragmen yang lepas didalam sendiReposisi Allis
Posisi supinasi, pelvis distabilkan dan kedua SIAS oleh assisten Traksi sesuai arah deformitas Flexi hip 900, gerakkan internal dan eksternal rotasi dengan traksi
longitudinal sampai tercapai reposisi Bigelow
Flexi panggul Abduksi External rotasi Extensi Posisi netral
Stomson Posisi telungkup Panggul ditepi meja operasi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 72
Tungkai yang sehat extensi Flexi panggul yang …………………… Lutut flexi pegang pergelangan kaki dalam posisi netral Bila femur distal, tekan kebawah pada betis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 73
Dislokasi anterior
10% insiden dislokasi panggul 4% mengalami avascular necrosis Identasi fraktur caput femur : identasi 1 mm atau lebih dengan prognosis
buruk Tipe :
Superior (pubis atau iliac) : panggul abduksi, external rotasi, flexi Inferior (obturator) : jika fragmen lepas atau noncentric reduksi
Terapi Reduksi tertutup : traksi, extensi dan internal rotasi (tambahan adduksi
untuk tipe obturator) Reduksi terbuka : jika fragmen lepas atau noncentric reduksi
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Kepustakaan :1. Buchol, ZRW. Et al : Orthopaedic Decision Making, p. 28-29, BC Decker Inc.
Toronto, Philadelphia, 19842. Scharzker J; Tile M.: The rationale of operative fracture care, p. 133-172, Springer-
Verlag, Berlin Heidelberg, 1987.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 74
TRAUMA TULANG FEMUR ( PAHA )1. Fraktur Shaft Femur
Defenisi : Fraktur aadalah diskontinuitas (fraktur) pada tulang femur yang mengenai bagian shaft atau diafise tulang femur.
Klasifikasi (Winquist)Grade 0 : Non comminuted (transverse, oblique, spinal)Grade 1 : Patahan small fragmentGrade 2 : Patahan fragment besar < 50% dari korteksGrade 3 : Patahan fragment besar > 50% dari korteksGrade 4 : Komunitif menghalangi kontak atara fragment
proksimal dan distal (Rockwood) Simple :
Spiral Oblique Transverse
Butterfly fragment Signal 2 fragments 3 fragments
Comminuted/ segmental 1 segmen short comminution large comminution
Standard diagnosis Pememriksaan klinis : look, feel, move, measurement Pemeriksaan radiologist
Plain foto AP/law view, sepanjang tulang dan tampak dua sendiTerapi emergency
Atasi shock bila ada Lakukan splinted (bidai) sebelum memindah penderita idealnya
memamakai Thomas splint untuk transportasi Bila fraktur terbuka, maka harus segera dilakukan Debridement dalam
6 jam sejak kejadian. Open fraktur garade I dan II bila memungkinkan langsung dilakukan definitif treatment. Grade III dilakukan eksternal fixasi.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 75
Bila fraktur tertutup untuk persiapan terapi definitive, bila segera operasi dipasang skin traksi saja. bila masih lama operasinya dipasang skeletal traksi (tuberositas tibia bila isolated fractured/incorporated, supra condylar, calcaneal traksi bila disertai faraktur lain sesuai kondisinya).
Persiapan laboratorium /dll untuk terapi definitive Evaluasi komplikasi komplikasi dini yang mungkin timbul.
Terapi definitifKonservatif : Traksi : Skin traksi
Skeletal taraksiBila sudah clinical union dilanjutkan dengan hemispica cast
Traksi + braching (dewasa)Kerugian : Tinggal lama di rumah sakit Non ambulatoir Residual deformity : angulasi, rotasi dan shortening serta stiffnes.Operatif : Intra madullary nailing
Ideal untuk fraktur siple transverse/short oblique di 1/3 tengah Fraktur 1/3 proksimal ditambah anti rotasi di distal Yang kurang ideal dapat memakai interlocking nail Plate Untuk fraktur 1/3 proksimal, 1/3 distal dan fraktur yang
fragmental, long oblique atau spiral Eksternal fiksasi
Untuk open fraktur grade III atau untuk fixasi emergency pada multi tarauma
Fraktur disertai dengan infeksiKomplikasi
Lesi vaskuler (a. poplitea atau dekat percabangan) Delayed union Mal union Stiffness dari knee joint
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 76
2. Fraktur Supra dan Intercondylar femur (fraktur intra artikuler)Defenisi : adalah fraktur yang mengenai condylus femur, sendi lutut dan supracondylus.Klasifikasi : (Neer’s classification)
Frakktur oblique atau kominutif dengan garis fraktur melewati sendi sering disebut T atau Y fraktur.
Standar diagnosisKlinisRadiologis : Proyeksi AP/lat
Oblique view
PenangananKonservatif : Sama dengan fraktur supracondylarOperatif :
Percutaneus pinning Blade palte & compression screw
Prinsip – prinsip penanganan adalah akurat reduction (intraarticular) & early mobilitation.
Komplikasi : sama dengan fraktur supracondylar.Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 78
3. Fraktur condylus femurDefenisi : adalah fraktur isolated pada condylus femurKlasifikasi :
Sagital Coronal Kombinasi sagital dan coronal
Standard diagnosis : sama dengan fraktur inter condylat femur
PenangananKonsevatif : sama dengan supracondylar femurOperatif : Canselous screw/bolts Blade plate
Komplikasi : sama dengan fraktur supracondylar femurStandar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 79
4. Fraktur collum femurKlasifikasi : yang sering dipakai adalah berdasarkan :
Lokasi anatomi fraktur : Intrascapular : Subcapital type
Transcervical type Ekstrakapsular : Basecervical type
Sudut fraktur (pauwel) Tipe I adalah fraktur 300 dari horizontal Tipe II adalah fraktur 500 dari horizontal Tipe III adaklah fraktur 700 dari horizontal
Displecement fragment fraktur ; Grade I : adalah fraktur incomplit atau impacted Grade II : adalah fraktur komplit tanpa displacement Grade III : adalah fraktur komplit dengan partial Displacement Grade IV : adalah fraktur komplit dengan total displacement
Standard diagnosis Pemeriksaan fisik :
Tidak memberikan deformitas yang jelas Perkusi pada trochanter mayor, nyeri
X – Ray Rutin dengan AP/lat view Bila tak jelas diulang 10 – 14 hari Tomogram atau bone scan
Terapi Garden I :
Internal fixasi dengan multiple pins atau screwing Gardden II :
Internal fixasi dengan pinning /screwing Konservatif dapat mengakibatkan displacement
Garden III dan IV (displacement) Non operatif :
Traksi dilanjutkan spica castPosedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 80
Pinning perkuat dengan lokal anestesi Close reduction dan spica cast dalam abduksi
Operatif : Dilakukan operasi urgent namun penderita statusnya seoptimal
mungkinPada orang muda OMPG (Osteomuscular Pedicle Graft) Pada orang tua hemiartroplasty dengan Austin moore prothesis (AMP) atau bipolar prothesis
Komplikasi Trombo embolic disease : sebagai penebab utam akematian post operatif.
Insiden venous thrombosin adalah 40% mungkin memerlukan terapi penncegahan dengan heparin , dettuan, aspirin atau anti koangulan lain.
Infeksi : Infeksi dapat lebih kuat dengan adanya deep sepsis, terapi
antibiotika preoperative selama signifikan menurunkan insidens Non union Sekarang terjadi hanya kuarang dari 5 % Jika caput femur viable maka :
Bila colum femur adekuat osteotomi + bone graft (Diton’s osteotomi)Bila colum femur tidak adekuat brachett atau colona procedure
Jika caput femur non viable arhtroplasty Asdeptic necrosis – insiden sangat bervariasi :
Menurut Messie bila operasi dilakuykan dalam 12 jam trauma , insidewn adalah 25 %. Bila ditunda 13 – 24 jam insiden naik menjadi 30 %. Antara 24 – 48 jam insiden 40% dan menmjadi 100% setelah 1 minggu Terapi alternative antara lain simptomatis, osteotomi, bone grafting, endoprothesis dan total hip artroplasty
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 81
5. Fraktur IntertrochanterDefenisi : Adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjamg garis antara trochanter mayor dan minorKlasifikasi :
Menurut Boyd dan grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh dan mempertahankan reduksi) Tipe 1 : fraktur disepanjang garis intratrochanter non displacedTipe 2 : Fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteksTipe 3 :Pada dasarnya fraktur subtrochanter dengan paling sedikit satu
fraktur lewat di proksimal dan ke distal / di trochanter minor Standar diagnosis
Pemeriksaan klinis : Shortening Deformitas NyeriRadiologis AP view dalam internal rotasi Lateral view
TerapiKonsevatif : Dianjurkan bila tidak dapat distabilisasi : dengan adekuat, dengan open
reduction. Cara yang sering dipakai adalah skeletal taraksi, untuk mempertahankan
aligment dan menghindarai varus, shortening dan eksternal rotasi. Setelah 6 – 8 minggu kemudian partial weight bearing.
Operatif : Adalah merupakan terapi pilihan untuk tercapainya stabilisasi dam mobolisasi dini.Stabilisasi ditentukan oleh : Kualitas tulang Geometri fragmen Reduksi Desingn implant
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 82
Penempatan implantMacam macam pilihan operasi antara lain : Non displacemen
Nail plate (dynamic hip screws), Jewet Intramedullary nail (ender nail, zicel)
Displaced Nail palate, setelah direduksi Osteotomy (Dimon & Hunghston, Sarmientovalgus osteotomy) Hemiarhroplasty pada orang tua, penderita debil
Komplikasi Mortalitas : angka mortalitas 10% dari rumah sakit menurut Sherk,
mortalitas adalah 52% pada penderita operasi dan 55% pada penderita non operasi.
Infeksi : Insiden infeksi luka post operasi 1,7 – 16,9%Faktor faktor yang mempengaruhi adalah : Penderita tua Operasi lama Penderita disorientasi Dekat perineus
Varus deformity : relative sering terjadi menyebabkan nyeri, lemah,shortening
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Kepustakaan : Grenshaw, AH : Campbell”s Operative orthopaedics, Vol.3. 7terapi ed.
Toronto 1987,P.1670 – 1771 Rockwood, CA : Fracture infeksi nosokomial children. Vol.32nd ed. P.318 –
356, Philadelphia,1984
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 83
TRAUMA LUTUT Fraktur Femur Diastal
Batasan : Merupakan fraktur meliputi daerah condylus femur sampai dengan supracondylus femur (diatas condylus sampai hubungan metafise dengan shaft femur) KlasifikasiSecara umum didasarkan pada bentuk fraktur (simple atau comminutive) atau dengan intararticular /tindakan
Fraktur supra condylar (menurut Ao) Type A : Ekstra articularType B : UnicondylarType C : Bycondylar
Fraktur intracondylarI : fraktur non displace bentuk “T” atau “Y”IIa : Fraktur bentuk “T” atau “Y” dengan displace medial IIb : Fraktur bentu “T” atau “Y” dengan displace lateralIII : Fraktur comminutive.
Standar diagnosisKlinis Nyeri, bengkak, deformitas, false movement, crepitasi,
haemarthros limitasi ROM Perhatian gangguan vaskuler & neuro Radiologis Foto femur AP/lat
KomplikasiGangguan neuro vaskuler delayed /non union.mal union, joint kontraktur, instability knee, infeksi,arthritis post trauma.
Terapi Fracture impacted atau non displace dengan aligment yang baik
> well molded cast brace long leg cast 6 – 8 mg. Fracture supra condylar skeletal taraksi cast braceDisplace oblique atau trancverse (pasien muda) balance suspension Fracture intraarticular Orif
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 84
Displace bone graft Yang tak bisa dipertahankan traksi Dengan gangguan neurovascular Dengan fracture tibia Fracture condylar isolated
Rehabilitasi Quadriceps exercise, exercise extensi knee dan dorso flexi kaki Posisi post operasi : dengan CPM 4 – 5 hari Latihan berdiri (toe touch ) NWB hari 5 -7 dengan crutch PWB bertahap (bervariasi sesuai bentuk & implant yang
dipasang)Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 85
Fraktur Patella Batasan :
Fraktur pada os patella karena gaya langsung atau tak langsung Kalsifikasi
Undisplace Transverse Pole atas atau bawah Communitiva Vertikal
Standar diagnosis :Klinis : Nyeri, bengkak, crepitasi, defect antar fragmen, haernarthros Gangguan ekstensor Mechanism lututRadiologi Foto genu AP/lat Bila perlu surice / tangensial (untuk fraktur vertical) & fragmen
osteochondral.Komplikasi
Infeksi, saparsi fragmen Kelemahan quadricap
TerapiFraktur
Ekstensi knee aktif – permukaan artikular – gyps kocher intac Gangguan permukaan articular
Fraktur simple transverse Comminutive stellase fraktur TBW Partial/total patelloctomy
Extensi knee aktif (-) ORIFKonservatif :
Post operasi sebaiknya dengan immobilisasi cast minimal 3 minggu Quadriceps exercise, fleksi exercise aktif supported PBW minggu ke 4 FWB minggu ke 8
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 86
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Fraktur Tibial Plateau Batasan :
Fraktur pada daerah tibia proximal sampai dengan permukaan articularKlasifikasi (Hohl)
Displace minimal ( < 4 mm ) Local depression ( > 4 mm ) Split depression Bicondylar Total condylar
Standard diagbnosis :Klinis : Nyeri, bengkak, crepitasi, defect antar fragmen, haemarthros, gangguan
ROM knee.Radiologi : AP/lat bila perlu oblique atau tomogram, stress foto.
Komplikasi Deformitas varus/valgus, stiff knee, arthritis
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 87
Terapi Non displace long leg cast
6-8 minggu Displace fraktur kompresi > 5 mm
5 mm ORIFknee tak stabil bone graft
Split depresi Total condylar
ORIFBone graftButtress plate
Comminutive “ T “ atau “ Y “ bicondylar sletal traksi
early motionRehabilitasi :
GE supported active knee fleksi 20 -60 Floor contact hari 9 – 8 Post operasi tanpa fixasi, CPM PBW minggu 10 – 14 EWB minggu 16 – 18
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 88
Rupture ligament cruciateBatasan
ACL : ligament cruciate yang berorigo pada sisi posterior medial conylus lateral femur dan berinsersi pada inter spinosus tibia berfungsi sebagai stabilitas lutut
PCL : ligament cruciate yang berorigo pada sisi lateral condylus medial femur dan berinsersi pada posterior medial femur dan berinsersi pada posterior tibia berfungsi sebagai stabilitas lututKlasifikasi
Ruptur ligament cruciate berdasarkan derajat instabilitay0 : normal1 + : translasi < 0,5 cm2 + : 0,5 – 1 cm3 + : translasi 1 – 1,5 cm4 + : translasi > 15 cm
Standard diagnosis :Klinis : Nyeri, bengkak, haemarthosis, sagging, limitasi ROMTest stabilitas lutut ( dengan anestesi lokal atau generasi ) Drawer test Lachman test Quadricep testRadiologis Foto genu : AP/lat, stress valgus/varus Artroscopy Artrography
Komplikasi Osteoarthritis, limitasi ROM lutut Postr rekonstruksi : Infeksi, kekakuan otot, gangguan neurovascular, nekrosis kulit
Terapi : pertimbangkan terapi meliputi: usia, aktifitas dan keluhan
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 89
Dengan rupture(+) rekonstruksi ACL:Ruptur ACL
MCL/LCL (-) atlit, usia muda keluhan(+) rekosnsruksi
Ruptur ACL partial rehabilitasi avulse tulang reatachment ruptur - isolated – rehabilitasi
- (+) MCL/I.LC grade III - rekonstruksi - fungsional – rekonstruksi unstable
Rehabilatasi / konservatif Phase I : (inflamasi) selama 5 hari
Anti inflamasi Kompres es Imobilisasi Hari ke 5 dilanjutkan Quadricep exercise isometricPhase II : Quadricep exercise isometric ( strengtheining sleve type brace – aktifitas jari – jongkok, bersepeda,
berenang )Phase III : Mulai minggu 6 – 12
(Aktrifitas normal) skeve brace dipakai s/d 1 tahunStandar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Kepustakaan1. Buchol, ZRW et al : Orthopaeadic Decision Making,p.28 – 29,BC Decker
Inc.,Toronto, Philadelphia, 1984
2. Schantzker J; Tile M : The rationale of Operative Fracture care p.133 – 172, Springer – Verlag, Berlin Heidelberg,1987
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 90
TRAUMA TUNGKAI BAWAH Fraktur Tibial Shaft
Klasifikasi Klasifikasi shaft tibia sesuai topografi, missal 1/3 proximal, medial , distal dan sesuai tipe fraktur (transverse, spiral, oblique, wedge & kominutif)
PenatalaksanaanPemeriksaan
Pemeriksaan fisik : look, feel, move, measurement, statuys neurovascular.
Pemeriksaan radiologi, foto AP/lat & lateral viewPenanganan
Close reduction Close reduction + long leg cast evaluasi akseptabilitas hasil reposisi Kriteria akseptabilitas
o Angulasi anterior/posterior atau varus /valgus <50
o Shortening < 5 – 10 mm pada tipe kominutif & obliqueo Tidak ada rotasi o Kontak fragmen fraktur > 50 %Bila tidak acceptable dilakukan revisi & wedging cast
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Open fraktur Dilakukan Debridement dengan GA Immobilisasi dilakukan dengan grade open fraktur
Garade I & II : Temporary pinning + long leg cast immediate, nailing tibia bila tipe fraktur memenuhi indikasi (1/3 tengah, transverse type)
a. Grade III : External Fixsasi Tindakan operasi (Internal fixsasi)
Pilihan, plating, nailing tibia Indikasi
o Lesi neurovaskulerPosedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 91
o Fraktur tibia segmentalo Dengan ipsilateral fraktur femur (floating knee)o Fraktur shaft tibia & intraartikuler tibiao Multi traumao Fraktur tibia dengan fibula intak indikasi relativeo Penanganan komplikasi : mal union, delayed union, non
union.After careTerapi konsevatif
Skin tight 7 – 10 hari pasca reposisi Ganti dengan PTB cast setelah clinical union ( 6 minggu post trauma)
dan bila sesuai indikasi Pembukaan cast setelah 12 minggu evaluasi radiology union Mobilasasi jalan NBW s/d ganti PTB cast kemudian PWB dan PTB cast Fisioterapi
Terapi Operatif Temporary pinning + cast Pelepasan pin setelah skin tight Nailing
Elevasi tungkai dengan bantal dibawah lutut Fisioterapi setelah 1 -2 hari pasca bedah Mobilasisasi jalan NBW 4 minggu dil;anjutkan dengan PWB.
Peningkatan PWB sesuai dengan evaluasi klinis dan radiologist. PWB setelah radiological union ( 3 bulan)
Off nail & plate setelah 18 – 24 bulan Plating
After care sama dengan nailing tibia Mobilisasi jalan NBW 6 minggu dilanjutkan dengan PWB.
Peningkatan PWB sesuai dengan evaluasi klinis dan radiologist. PWB setelah radiological union ( 3 bulan)
Off nail & plate setelah 18 – 24 bulan Eksternal Fixsasi
Bisa sebagai terapi definitif atau temporer.Definitif pertahankan s/d unionTemporer ganti dengan internal fixsasi bila luka baik
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 92
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Isolated Fraktur FibulaKlasifikasi
Klasifikasi sesuai topografi, caput fibula, shaft fibula 1/3 proksimal. 1/3 tengah, 1/3 distal.
Penatalaksanaan :Pemeriksaan
Pemeriksaaan fisik, look, feel, move, measurement, status neurovascular
Radiologist, AP/ lat view Singkirkan kemungkinan fraktur ankle pada setiap fraktur fibula Pemeriksaan status n. peroneus pada fraktur caput fibula
Penanganan Close fraktur
Pasang elastic bandage pada fraktur fibula 1/3 proximal dan 1/3 tengah
Immobilisasi dengan below knee cast pertahankan 4 minggu Open fraktur
Debridement dengan GA Fixsasi dengan intramedullary pinning pada fibula 1/3 distal
pertahankan 4 mingguPenatalaksanaan fraktur tibiall shaft pada anak Selalu diupayakan terapi konservatif dengan long leg cast pasca
reposisi Kriteria akseptabilitas (Rang)
o Varus/ valgus angulasi < 100
o Shortening < 10 – 20 mmo Tidak ada rotasio Bayonet aposisi masih akseptabel
After care sama seperti penserita dewasa
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 93
Terapi operatif dikerjakan pada kasus fraktur dengan temporary pinning + cast
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 94
Kepustakaan 1. Bucholz, RW. Et al : Dicision making ,BC Deuter Inc Toronto, 1984,p. 56 2. Leach, RE. : Fracture of tibia & Fibula. Dalam Rockwood CA & green, DP
Fracture in adults, JB Lipincott CO, Philadelphia ,1984 pp. 1593 – 16523. Rang,M. : Children Fracture, JB Lipincott CO, Philadelphia, 1983,p. 297 –
307.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 95
TRAUMA ANKLE & FOOT (KAKI) Fraktur Ankle
Stabilitas pada ankle ditentukan oleh : Tulang : Maleolus lateralis
Maleolusmedialis Tibial(sebagai atap) Talus
Ligamen ligament (lateral collateral, deltoid & Sydesmotic) Dan kekuatan tambahan dari kapsul & ototFraktur ankle sendiri yang dimaksud adalah fraktur pada maleolus lateralis (fibula) dan atau maleolus lateralis.Klasifikasi
Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari Danis – Weber yang berdasarkan level pada fraktur fibula. Klasifikasi lainnya adalah dari AO serta Lange – Hansen yang berdasarkan patogenesanya.Klasifikasi Danis – Weber adalah sebagai berikut :Waber Type A : Fraktur fibula dibawah tibiofibular syndesmosis disebabkan
aduksi atau abduksi. Medial maleolous dapat fraktur atau deltoid ligament robek.
Weber Type B : Fraktur Oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabakan cedera dengan pedis eksternal rotasi syndesmosisnya intak tapi biasanya struktur dibagaian median rupture juga.
Weber Type C : Disini fibulanya patah diatas syndesmosis disebut C1 1/3 distal dan C2 bila lebih tinggi lagi. Disebabkanabduksi saja atau kombinasi abduksi dan external rotasi. Syndesmosis & membrane interosseus robek juga.
Standar diagnosis Anamnesa : “mode of injury” nya Pemeriksaan fisik Pemeriksaan X – Ray
Ankle AP/lat mortise viewBila perlu dapat dimintakan X – foto stress dengan eversi dan inversi
Penanganan Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 96
Bila itu suatu open fraktur dilakukan Debridement dulu Bila fraktur satbil (Weber C dengan sebagian weber B) dilakukan reposisi
gips dengan below knee cast. Bila fraktur tidak stabil (Weber C dengan sebagian Weber B) dilakukan
reposisi dan gips below knee cast dan disiapkan untuk operasi (bila fraktur tertutup) atau segera operasi bila memungkinkan.
Operasi Indikasi :
Fraktur yang tidak stabial Bila reposisi tertutup tidak berhasil Bila disertai displaced pilon faraktur
Operasi dilakukan dengan memasang plate dan fibula dan maleolar screw + pinning anti rotasi pada maleolus medialis. Transfixing screw dipasang bila terdapat diastasis pada syndesmosis (Weber C). Transfixing screw dicabut pada minggu ke 6 atau sebelum dilakukan weight bearing. Bila maleolous medialis yang patah terlalu kecil dipasang tension band wirig. Ligamen yang rupture harus juga di jahit.
Komplikasi Dini : Vascular injuri. Karena alasan ini maka fraktur subluksasi yang hebat
harus segera di operasi
Lambat : Mal union yang akan menyebabkan osteoarthritis. Non union maleolus medial disebabkan interposed periosteum dalam garis
fraktur. Joint stiffnes biasanya akibat lanjut Algodystrophy terjadi nyeri pada foot dan akan terjadi osteoporosis.
Pasca tindakan : Below knee cast dipertahankan 6 -12 mingg. Bila dilakukan operasi :
Hari ke 2 atau ke 4 mulai melakukan mobilisasi dari ankle Partial weight bearing mulai minggu IV – VI setelah transfixing
screw dicabut.Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 97
Faktur Calcaneus Adalah fraktur pada calcaneus yang biasanya disebabkan karena jatuh dari
ketinggian dengan posisi berdiri.Itulah sebabnya pada fraktur calcaneus akibat jatuh dari ketinggian, jangan lupa untuk melihat collum femur dan tulang belakang penderita.Klasifikasi
Intraarticular Extraarticular
Standard diagnosis : Anamnesis Pemeriksaan fisik Bentuk calcaneus hilang bagian belakang kaki melebar dan
concavity lateral maleolus menghilang Radiologis :
Posisi AP/lat, oblique dan axial AP untuk melihat calcaneocuboid joint Lateral untuk melihat tuberositas joint (Bohler’s angle) yang
normalnya 25 - 400
Oblique untuk melihat luasnya fraktur Axial untuk melihat varus/valgus aligment dan sustenaculum
tali dan cortical marginal dari tuberositas
Penanganan Bila fraktur terbuka dilakukan Debridement Bila Bohler’s angle 25 – 40 0 dilakukan below knee cast dengan Moulding pada calcaneus untuk membentuk kembali pada bentuknya Bila Bohler’s angle < 25 0 atau > 40 0 dilakukan teknik Essax leprresty
dengan memakai Steinman pen dan dengan image intersiier dilakukan reposisi diikuti below knee cast
Komplikasi Dini : Pembengkakan sampai terjadi lepuh-lepuh
Lambat : Malunion peroneal tendon impingement
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 99
broadening pada heel talocalcaneal stiffnesdan osteoarthritis
Pasca tindakan : 2-3 minggu NWB dengan crutches PWB sesudah fraktur pulih (kadang-kadang, 8 minggu) FWB 4 minggu sesudah PWB
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 100
Fraktur Talus Fraktru ini jarang terjadi biasanya akibat kecelakaan jatuh dari ketinggian
atau tabrak mobil.Klasifikasi :
Fraktur pada body Fraktur pada neck Undisplaced Displace dengan subtalar joint subluxation Displace dengan dislokasi pada body Subtalar dislocation Total dislocation
Diagnosa Anamnesa Pemeriksaan fisik Kaki dengan deformitas, bengkak kadang kadang kulit terkelupas
dengan cepat dengan nekrosis. X – Ray AP / lat/ oblique Dinilai : sebagian besar displace adalah dislokasi Bila perlu
dibandingkan dengan X – Ray kaki sehat, terutama bila melihat midtarsal joint.
Penanganan Undisplace fraktur
Below knee cast dengan posisi plantigrade selama 8 minggu Displace fraktur
Bila fraktuyr tertutup dilakukan reposisi tertutup dan pemakaian below knee cast plantar flexion 2 – 3 minggu lalu diganti dengan below knee cast plantigrade 6 minggu
Bila fraktur terbuka lakukan Debridement Operatif
Bila reposisi tertutup tidak berhasil Pada open fraktur Dilakukan dengan pemasangan K – Wire atau lag screw dan harus
seantomis mungkin /benar benar tepat Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 101
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Komplikasi Dini
Skin damage ( kerusakan kulit ) Talus tag terlepas Lambat
Malunion AVscular necrosis 50% oleh karena fgraktur displace dari talar neck sering lkali terlihat
setelah 6 minggu sesudah trauma. Bila terjadi avascular necrosisi dengan talus yag gepenng disertai nyeri maka sebaiknya dilakuka
Pasca tindakan Displace fraktur dengan below knee cast plantar flexion 2 minggu
yang kemudian diubah plantigrade untuk 6 minggu Weight bearing tergantung terjadinya avascular necrosis bila terjadi
harus ditunda
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 102
Fraktur Metatarsal Klasifikasi Dengan anatomic classification
Penanganan Reposisi dengan traksi dan moulding serta immobilisasi dengan gips
sepatu seringkali membawa hasil yang baik. Pada farkturyang displace minimal kadang kadang hanya dipasang sepatu dengan kaos kaki tebatl saja.
Bila fraktur terbuka dilakukan Debridement dan intra medullary wiring
1,2 – 1,4 Bila fraktur pad ametatarsal ke 5 harus dikembalikan pada posisi
anatomis dan dipasanag intrmedullary wiring 1,2 – 1,4Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Kepustakaan 1. Apley. A.G. et. al. : Apley’s system of orthopaedic and fractures, 7 Edition
Butterworth Heinemann, 1993 p. 699 – 7122. Bucholaz et.al. : Orthopaedic Decision Making, BC Dekker Inc. 1984. p. 62 – 68 3. Fractures in adult caharles A. Rokwood Jr & David P Green, 2nd ed. 1984
TRAUMA PADA ANAK Fraktur pada anak
Defenisi : adlah gangguan kontinuitas dari tulang dan atau tulnag rawan bisa dengan atau tampa terputusnya kontinuitas korteks tulang.Klasifikasi Bowing : Plastic deformity = bending Bucle : torus Greensick Complete
Transversal Oblique
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 103
Spiral Comminutive
EpifisiolisisStandar diagnosis
Pemeriksaan fisik : Sama dengan fraktur dewasaRadiologi : mungkin memerlukan perbandingan sisi kontra lateral yang sehat.
Terapi Prinsip dasar teori fraktur pada anak adalah konservatif karena proses
remodeling terjadi cepat, angulasi kecil bisa terkoreksi, tumbuh memanjang terjadi lebih cepat, imobilisasi lebih tingkat, jarang terjadi kaku sendi atau atrofi otot.
Indikasi Operasi : bila konservtaif gagal Plastiic deformity : Close reduction +immobilsasi dengan long cast 2 -3
minggu Bucle : immobilisasi dengan cast 2 -3 minggu Complite : Close reduction + cast imobilisasi 3 -5 minggu
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 104
EpifisolisisKlasifikasi :
ada beberapa klasifikasi antara lain polan, weber, Titken, dan Salter – Haris
Klasifikasi Salter – Haris (SH) SH Tipe I : epifisi terpisah secara lengkap dari metafisis SH Tipe II : bidang fraktur berjalan transfersal melalui cartilage plate ke
perifer SH Tipe III : fraktur intra articular dari epiphysis sampai ke metafisis SH Tipe IV : Vertical splitting dari fefifisis sampai ke metafisis SH Tipe V : Crusing melalui epiphisis kea rah metaphysis tak dapat di
deteksi saaat tarauma.Terapi
Prinsip dilakukan sesegera mungkin reposisi Sebagian besar kasus SH I dan SH II dapt dengan manipulasi reduksi
tertututp Displace spifisiolysis SH III dan SH IV biasanya perlu open reduction
internal fixationStandar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Komplikasi Jarang terjadi malunion ataupun delayed union juga jarang terjadi
kaku sendi atau atrofi otot Yang sering adalah gangguan growth plate, baik over grwoth atau
grwoth arrest
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 105
SINDROMA KOMPARTEMEN Batasan
Sindroma kompartemen adalah gejala kompleks disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan jaringan dalam suatu kompartemen yang dibatasi oleh suatu jaringan fibro usseus dari anggota gerak yang mempengaruhi sirkulasi dan funggsi jaringan dalam kompertemen tersebut lebih dari 30 mmHg.Kompartemen terdiri dari otot, arteri, vena dan saraf dalam suatu ruangan yang meliputi (dibatasi) oleh osseofacial.
Diagnostik Nyeri : nyeri yang dalam, terus menerus, dan tidak terlokalisir (Pain at rest)
serta regangan pasif dari otot otot yang terkena akan menimbulkan nyeri yang hebat (pain on passive movement). Pemeriksaan ini, lebih lebih bila disertai prestasi disepanjang distribusi saraf sensori yang mamlaui kompartemen merupakan tanda kompartemen sindroma yang paling terpercaya.
Prestasia, sesuai dengan dermatom saraf yang bersangkutan. Dari dermatomnya kita dpat memp[erkirakan saraf yang lesi sekaligus mengetahui kompartemen mana yang mengalami proses patologis
Paresis / paralisis Hilangnya denyut nadi (pulselessness) terjadinya lambat kadang tidak terjadi
sam sekali Kulit diatas kompartemen tegang Pengukuran tekanan intra kompartemen
Sebenarnya secar klinis sindroma kompartemen sudah dapat ditegakkan akan tetapi pad apenderita – penderita yang tidak kooperatif atau tidak dapat dipercaya (uncooperative/unrekliable patient). Penderita yang tidak sadar (unresponsive patient) serta pada adanya deficit neurologist.
Secara umum apbila tekanan intra kompartemen melebihi 30 mmHg penderita harus diobservasi ketat fasciotomi dilakukan bila tekanan diatas 40 mmHg.
Penanganan Anggota gerak yang mengalami tarauma, bengkak dan saakit harus terus
dievaluasi (setiap 15 menit) ketat. Bila nadi tak teraba dilakukan pemeriksaan Doppler serta lakukan pemeriksaan neurologist yang akurat bila didapatkan juga prestesia /hipostasia.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 106
Bilakuat adanya kompartemen syndrome segera lepaskan gips (bivalved splitting) longgarkan bebat ekstensikan sendui yang flexi. Elevasi anggota gerak sedikit diatas jantung penderita, sebab bila terlalu tinggi justru akan meningkatkan intra kompartemen. Kemudian lakukan observasi ketat (tiap 15 menit)
Jika dalam satu jam tidak ada perubahan lepaskan semua gips, verban atau semua bebat yang ada. Jika dengan tindakan tersebut tetap tidak ada perubahan dalam waktu 30 menit, dianjurkan pengukuran intra komppartemen.
Segera lakukan fasciotomi , bila terdapat tanda klinis sindroma kompartemen bila tekanan intra kompartemen > 30mmHg (pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar dan “unreiliable”)
Lakukan pemeriksaan ulang setelah fasciotomi. Bila tetap tidak ada perubahan mungkin :
Fasceotomi tidak adekuat Ada kompartemen lain yang belum dekompresi Diagnosa salah (memerlukan pemeriksaan arteriografi) Periksa laboratorium : mioglobinuria, RFT dan urine produk Profilaksi fasciotomi dianjurkan pada osteotomi tibia “lengthening” dan
paska repair arteri dimana sudah terjadi iskemia 4 – 6 jam. Komplikasi
Volkman’s ischemia Volkman’s Contracture Perawatan pasca bedah Rawat luka secara basah (dengan NaCl) Ekstensi anggota gerak Ganjal bantal/ elevasi anggota gerak setinggi level jantung Observasi ketat : Nyeri, parestesia, paresis Delayed closure atau skin graft setelah oedema berkurang (rata rata
pada hari ke 5 -7)Kepustakaan 1. Tanjung AS, : IP sukarna : Sindroma kompartemen, paper seksi ortopaedi
lab/UPF Ilmu bedah FK UNAIR /RSUD Dr. Sutomo Surabaya 19922. Pogii, JJ : Compartemen syndrome : Orthopaedic secret, Brown DE :
Neumann RD (Ed). Han ley & Belfus, Philadelphia 27 – 29 , 1995.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 107
XV. SINDROMA FAT EMBOLI Definisi : Sidroma yang diakibatkan oleh masuknya lemak netral kedalarn sistem vaskuler, yang biasanya terjadi 28-24 jam setelah terjadinya trauma.Fraktur pada tulang panjang akibat trauma merupakan penyebab Sindroma fat emboli yang paling sering.Sindrorn fat emboli hampir selalu terjadi pada Femua fraktur pelvis dan fraktur extremitas inferior (terauma tibia dan femur). Pembedahan ortophaedi (Total hip arthoplasty, Total knee arthopiasty, intra medullary nailing) serta trauma pada jaringan yang kaya lemak sepert, liposuction, transplatasi sumsum tulang serta tindakan pernbedahan jantung, DM, akut pankreadtis dapat menyembuhkan sidroma fat emboli.Kemungkinan timbulnya sidroma fat emboli harus selalu kita pikirkan pada penderita-pendedta tersebut.Klasifikasi :Sevitt membagi tiga gejala klinis SFE1. Tipe subklinis : Mungkin terjadi pada semua jenis fraktur tulang panjang
extremitas, penurunan Pa C02,trombositopenia dan anemia ringan,2. Tipe non fulminant : gangguan pemafasan dan sistern saraf pusat ptekiae,
abnormalitas rontgen dan laboratorium.3. Tipe fulminant : dalam beberapa jam paska trauma terjadi gangguan napas.Terdapat trias sindroma fat emboli1. Perubahan pulmoner (takipnea, dispnea, ronki (+))2. Disfungsi serebri (nyeri kepala, letargi, stupor, koma)3. Ptekiae (timbul 2-3 hah paska trauma, hilang setelah 7 hari dan khas timbul
pada : dada bagian atas, dasar leher dan konjungtiva palpebra)
Diagnosis :1. Penderita mengalami fraktur tulang panjang extreniltas bawah / pelvis2. Simptom timbul 1-2 hari paska trauma3. Laboratorium :
a. Yang penting : analisa gas darah arterial (penurunan Pa O2 sampai mmHg dalam 72 jam pertama adalah diagnostik)
b. Hematologi : anemia, thrombosito.oenia, penurUnan serurn albumin,
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 109
c. Urine : fat globulus (fat globus juga didapatkan pada- sPuturn, cairan serebrospinal dan darah).
4. Radiologis : pada kasus ringan / subklinis normal pada kasus berat : infiltrat yang halus difus (nufly)
5. EKG : normal, RHF I non specific T-ware karena iskernia atau hipoxia
Penanganan:1. Fraktur ditangani secara gentle dan dibidai secara baik. Dianiurkan melakukan
open rediction dan internal fixation dalarn 24-'48 jam setelah trauma. Imobilisasi dini menurunkan insidensi SFE
2. Transportasi yang baik 3. Cegah syok, bila perlu tranfusi4. Analgetika, untuk mengurangi respon simpatomimetik akibat traum5. Bantuan respirasi oksigen diberikan dengan canula atau dengan masker. Pada
kasus yang berat pemberian 02 dengan ventilasi yang dibantu secara mekanis dengan intubasi endotrakeal
6. Kortikosteroid :– 4 ½ mm / kgBB methyl prednisolon ((ID, 8 jam untuk 4 dosis– 30 mm / kgBB methyl prednisolon @. 2 jam untuk 2 dosis
7. Balans cairan8. Observasi ketat vs / urine output
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 110
Kepustakaan :1. Graham, DD : Rullmonary Problem.: Orthopaedic Secret, Brown DE; Neuman, DE
(ed). Hanley & Belfus, Philadealphia: 35-36, 19952. Johnson JM; Lucas GL. : Fat Embolism Syndrome Orthopaedics Vol. 4 No. 1. 59-65,
19963. Sukarna IP : Embolisme Lemak (Fat Embolism), dalarn : Komplikasi Paru akibat
fraktur, Seksi Orthopaedi Lab/UPF llmu Bedah FK Unair. Dr. Soetomo Surabaya, 1996.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 111
XVI. KELAINAN KONGENITAL1. CONGENITAL DISLOCOATION OF THE HIP (CDH)/DDH
Batasan :CDH Cerai sendi secara total, kaput femoris berada di luar asetabulum tetapi masih berada di dalarn kapsul sendi yang melebar dimana kelainan ini didapat sejak lahir.1. CSH (Congenital Subluxation of the Hip)2. Cerai sendi parsial, kaput femoris hanya berada pada tepi asetbulum dan
belum keluar dari asetabulum.Etiologi Dan PatofisiologiEtiologiMerupakan kombinasi dari1. Faktor genetik2. Faktor lingkungan (introuterin dan pasca kelahiran)3. Faktor hormonalPatofisiologi V Posisi fieksi intrauterin akan menimbulkan dislokasi bila terjadi ekstensi pasif
secara mendadak saat kelahiran dan minggu-minggu awal kelahiran, terutama bila ada laxity capsile.
Dislokasi yang menetap akan menimbulkan perubahan sekunder, antara lain :1. Displasia, maidireksi, flaUening2. Anteversi berlebih pada kolurn femoris3. Containment sendi tidak terjadi4. Hipertrofi dan pernanjangan kapsul5. Kontraktur otot adduktor hip dan iliopsoas6. Perubahan menjadi irreversible
Gejala Klinis1. Pada 3 bulan pertama
Bervadasi dan tidak nyata sampai cukup jelas Lipal kulit paha asimetris Abduksi hip terbatas Tes Barlow +, teraba atau terdengar pada " dlslocapble hip " sewaktu
kaput femoris keluar-masuk pada saat terjadi gerakan pasif ke posterior dan anterior, dan saat sendi pada posisi fleksi-adduksi dan fieksi-abduksi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 112
Tes Ortolani +, teraba atau terdengar masuknya kaput femoris ke dalam asetabulum saat sendi t1eksi 900 dan trochanter ditahan ke anterior sambil digerakkan ke arah abduksi
2. Masa 3 bulan - 18 bulan Keterbatasan gerak abduksi dan kontraktur semakin jelas Pemendekan paha (Galeazzi / Mis Sign ) positif Penonjolan trochanter mayor Tes Ortolani sudah tidak terlalu nyata Teleschoping Phenomenon positif Pemeriksaan radiologis menunjukkan- Kaput feromis dislokasi ke arah supertolateral dan asifikasi terlambat- Maldireksi asetabulum
3. Masa 18 bulan - 5 tahun Perubahan sekunder makin jelas Tingkat irreversible semakin tinggi Trendc-lenburg sign positif (pantat sisi sehat akan jatuh (drop) saat berdiri
di sisi yang sehat Berjolan pincang – Dislokasi satu sisi : akan terjadi ayunan tubuh ke sisi dislokasi – Dislokasi dua sisi : akan terjadi ayunan tubuh ke kanan dan ke kiri
seperti bebek (Duck Waddliog Gait)
4. Masa di atas 5 tahun Gejala klinis sama Perubahan sekunder lebih jelas dan lebih irreversible
Diagnosis Pemeriksaan umum
1. Pemeriksaan klinis yang meliputi inspeksi, palpasi dan perneriksaan gerak2. perabot obyakfif3. Perabot-perabot objektif4. Dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis
Menegakkan diagnosis dengan5. Asimetri lipat paha6. Tes Ortolani, Barlow dan Galeazzi positif7. Asetabulum indeks 400 atau lebih
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 113
8. Disposisi lateral kaput femoris9. Keterbatasan gerak sendi panggUl yang menetap, dengan atau tanpa
gambaran radiologis yang abnormalPenatalaksanaanPenatalaksanaan diusahakan sedini mungkin dan disesuaikan dengan usia pasien Masa 3 oulan perlarna
2. ReduKsi secara halus3. Dipertahankan pada posisi fleksi-abduksi yang tidak berlebihan dengan
memakai Frejka pillow Splint, bidai Cambridge atau Frog Plaster selama 3 - 4 bulan
Masa 3 bulan - 18 bulan Tenotomi adduktor hip Traksi kulit 3 Reduksi tertutup 4Pemakaian Forg Piaster untuk 6 -- 18 bulan yang digi I atau dengan Long
Leg Brace bilateral dengan abductor bar Masa 18 bulan - 5 tahun
Sama dengan masa 3 - 18 bulan Bila gagal, dilakukan open reductl:on, inmominate osteotomy dan soft
tissue reconstruction Masa di atas 5 tahun
1. Prinsipnya sama dengan masa 18 bulan – 5 tahun, dengan keberhasilan minimal
2. Operasi paliatif untuk mengurangi rasa sakit3. dipertimbangkan Total Hip Replancement pada orang dewasa dengan nyeri
yang berlebihanStandar tenaga
Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 114
2. CONGENITAL PSEUDOARTHROSIS TIBIADefinisiCPT adalah suatu kondisi dimana terdapat sendi palsu pada tibia yang muncul sejak lahir sehingga tedadi gerakan abnormal pada bagian tersebut, disertai dengan bowing / angulasi (urnumnya angulasi anterior). Insidensinya cukup jarang tapi merupakan suatu cacat yang seriusEtiologi Dan Patofisiologi Etiologi
Secara pasti belurn diketahui Kemungkinan berhubungan dergan neurofibromatosis
Patofisiologi1. Merupakan kegagalan pertumbuhan tibia secara normal yang tedadi sejak
sebelum lahir dan terdapat pembengkokan di bagiar, distal tibia2. Tulang tipis, sklerotik dan rapuh, patah patologis sebelum atau segera
sesudah melahirkan dan tidak dapat sambung (pseudoathrosis / oleh karena kedua ujung fragmen avaskuler)
3. Umumnya disertai pemendekan tulang dan jaringan lunak yang nyata, terutama pada sisi posterior
4. Fibula sering kali gagal tumbuh atau mengalami angulasiGejala Klinis Ditegakkan dengan perneriksaan klinis Harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologisPenatalaksanaan
1. Semaksimal mungkin dilakukan rekonstruksi2. Cukup sulit, prognosanya baik untuk penyambungan (union), mengatasi
pemendekannya, rnaupun teknik operasi dan fiksasinya3. Untuk penggunaan implant ( K. Pengendalign Infeksi Nosokornial, plate
screw atau Ilizarov apparated) dan bone grafting4. Kadang memerlukan amputasi dan protese
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 115
3. AMPUTASI KONGENITALBatasan :Hilangnya anggota gerak bawah dan alas sejak kelahiran. Level amputasi amat bervariasi mulai hilangnya satu jari sampai hilangnya dua ekstrernitas atau bahkan keempat ekstremitas. Sering disertai dengan anular constricting band.Etiologi :1. Gagalnya pertumbuhan melingkar kulit dan jaringan lunak intra uterin atau
bahkan anggota gerak itu sendiri. 2. Ujung puntung atau stump sering tidak menutup, tetapi kadang-kadang masih
dengan lukaStandar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 116
4. FLAT FOOT (TAPAK CEPER)Batasan :Hilangnya arcus Plantaris atau arcus longitudinalis kaki Etiologi clan Patofisiologi 1. Kekenduran (laxity) ligament2. Kurangnya stabilitas otot3. Sering bersifat keturunan4. Disebut Mobile flat foot
Gejala klinis clan diagnosa :1. Tidak tampak aclanya arcus plantwis kaki2. Telapak kaki dapat ke tempat pijakan3. Tumit pada posisi vaigus4. Kaki mengalami pronasi5. Diagnosa banding : rigid flat footPenatalaksanaan1. Informasi pada orang tua bah-Ha tirlak merupakan kelainan yang berarti,
kecuali mungkin sulit menjadi pelari / atlit yang handal.2. Dicoba diberi fisioterapi Untuk penquatan (strengthening) otot-otct fieksor
dan inventor kaki 3. Dicoba dengan sepatu orthopnedi (medial wedge orthopaedic shoe),
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 117
5. POLIDACTILI JARI TANGANBatasan :Terjadinya jari-jari tangan atau ibu jari yang berlebihanGejala klinis clan diagnosa :
1. Kelainan clapat mulai duplik8si jaringan lunak, phalanx atau metacarpal dengan atau tanpa sendi
2. Pedu pemeriksaan radiologisPenatalaksanaan1. Exisi sederhana2. Rekonstruksi tendo atau tulanggya3. Pelaksanaan menunggu usia anak beberapa tahun atau sebelum sekolah,
khususnya untuk rekonstruksi
6. SINDACTILI TANGANBatasan :Kelainan bawaan dimana dua jari tangan atau lebih'tidak terpisah atau bersatu satu sama lain. Disebut juga ' webbing fingers'.Gejala Klinis dan diagnosa1. Hubungan jari-jari dapat terjadi, hanya pada kulit atau jaringan lunak, tetapi
dapat juga antara tulang dan tulang2. Sindactili sering disertai hypoolasi ruas-ruas jari. Jika tiga atau empat jari tidak
terbentuk secara sempurna dan tergabung disebut “mitten hand”Penatalaksanan1. Sindactili yang inkomplit boleh dipisahkan waktu masih bayi2. rekonstruksi untuk perbaiakn fungsi dan bentuk pada kondisi yang lebih berat
pada umur sekitar empat tahun dan disarankan memerlukan ”skip graftting”3.Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 118
7. CLUB HAND (HYPOPLASIA RADIUS)Batasan :Defiasi radial dari tangan diseriai pemendekan dan pembengkokan dari ulna atau lengan bawahEtiologiTerjadinya hypoplasia atau aplasia radial ray yang meliputi tulang radius naviculare, trapezium, metacarpal 1, dan ibu jari tangan serta otot, saraf dan pembuluh darah yang bersangkutan. Kadang ada hypoplasia humerus.Gejala klinis dan diagnosa1. Terlihat deviasi ke arah radial clan tongan.2. Ulna pendek clan melengkung3. Hypoplasia / apalasia tulang tampak pada gambaran radiologisPenatalaksanaan1. Sulit2. Manipulasi dan pemasangan bidai pada stadium awal (bayi) walau biasanya
tidak terlalu berhasil3. Operasi jaringan lunak (Z plasty kulit clan release jadngan fibrous ) dan koreksi
dipertahankan dengan splin untuk beberapa bulan 4. Operasi tulang yaitu sentralisasi clan stabilisasi ( ujung distal ulna dan carpalia) 5. Rekonstruksi (policisasi) jari 11 sebagai ibu jari.Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 119
8. TORTICOLIS MUSCULARIS (WPY NECK, INFANTILE TORTICOUS)Batasan :Pemendekan atau kontraktur oLlot sternocleidomastoldeusEtiologi :1. Belum cliketahui secara jelas2. Sebenarnya kelainan bukan kongenital, tetapi didapat setelah lahirPatofisiologi : Beberapa minggu pertama timbul " tumor sternocleidomastoideus pada satu sisi
leher yaitu benjolan pada otot yang kemungkinan merupakan hipertropi jaringan fibrous yang kemudian meningkalkan kontraktur otot tersebut.
Kontraktur ini menyebebkan posisi kepala ticlak simetris. Dalam pertumbuhan anak selanjutnya bentuk muka juag menjadi simetris
Gejala Klinis Pada saat kelahiran sangat minimal. Beberapa minggu kemudian posisi kepala
bayi cenderung fleksi lateral (tilting) ke sisi yang terkeri dan rotasi ke sisi yang anterolateral
Dalam tahun-tahun berikutnya pertumbuhan muka jgua menjadi asimetrisDiagnosa1. Berdasarkan pemeriksaan klinis2. DID / servical synostosis (klippel Feil Syndrome)Penatalaksanaan1. Pada bulan pertama sesudah kelahiran > stretching / pasif exercise oleh
fisioterapist dan orang tua cukup efektif2. Positioning kepala secara tepat cukup membantu program fisioterapi 3. Pada periode selanjutnya kontraktur yang ada mengurangi efektifitas streching
dan tindakan operatif (tenotomy) sangat diperlukan 4. Pemakaian collar splint perlu dipertimbangkan
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 120
9. OSTEOGENESIS IMPERFECTABatasan :Kelainan tulang secara umum dimana tulang mengalami kerapuhan dan bersifat heriditer sering disertai kelainan pada persendiran, pembuluh darah, kulit dan scleraEtiologi1. Herediter, umumnya diturunkan melalui gen autosomal dominant2. Sebagian kecil melalui :
Mutasi gen dominan Sebagian mutasi gen dan sebagian gen resesif Gen autosomal resesif
Patofisiollogi dan gejala klinis1.Kelainan dasar terletak pada gangguan maturitas kolagen karena osteoblast
tidak mampu berdifferensiasi 2.Selanjutnya kerapuhan tulang disebabkan kegagalan osifikasi ( deposisi tulang
oleh osteoblast periosteum da:i endusteum dan resopsi tulang yang beriebihan oleh osteoclast.
3.Karera adanya imbalance tersebut". tulang cortical dan trabeculae tulang cancelous menjadi tipis dan rapuh
4.Pada x-ray : penitisan cortex tulang diafisis mengecil, tapi ujung-ujung epifisis melebar.
5.Tulang bengkok oleh adanya microfraktur yang berulang dan tulang mudah patah akibat trauma ringan
6.Penyambungan tulang yang patah rela"if normal tetapi tetap rapuh7.Gejala lain . sendi tidak stabil, kulit tipis, sklera biru dan kerapuhan pembuluh
darah. Kadang disertai tuli oleh karena otosclerosisGejala Klinis : Tergantung terjadinya fraktur pertama :
Fetal type: Paling keras Fraktur multiple sejak dalam kandungan Mortalitas tinggi Infantile type : Patah terjadi pada masa anak balita
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 121
Tulang bengkok dan patah Juvenile type : Paling ringan patah terjadi pada usia anak yang lebih dewasa
Penatalaksanaan1. Tidak ada pengobatan efektif untuk kerapuhan tulangnya2. Anjuran hati-hati pada anak dan orang tua untuk mencegah deformitas3. Perlu preventive splint dan kruk4. Untuk tulang yang patah dan bengkok perlu dilakukan. open reduction interrial
fixation dengan nail / pin dan sekaligus ostetomy multiple (Softeld osteotomy)5. Standar tenaga6. Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 122
10.ARTHROGYPOSIS MULTIPLEX CONGENITAL (AMYOPLASIA CONGENITAL) Batasan :Kelainan kongenital berupa deformitas dan kekakukan pada beberapa banyak sendi akibat gangguan otot-otot. Etiologi dan patofisiologi : Belurn diketahui kelainan genetiknya dan patogenesisnya. Kelompok otot-otot
mengalami hypoplasi atau aplasia selama perkembangan embdonalnya (amyoplasia) kadang-kadang sebagai akibat defect sel-sel cornu anterior medula spinalis.
Secara mikorskopis terdapat infiltrasi lemak dan fibrous diantara serabut otot. Otot-otot tidak dapat berkembang secara normal dan tampak mengecil secara
nyata. Infiltrasi jaringan fibrous secara berlebihan tedadi jaringan periartikuler, sub
kutis dan kutis, sehingga kaku dan tidak 31estis. Kelainan otot sebenarnya statii, tidak progresif tetapi mengakibatkan kelainan sekunder pada sendi dan sekitarnya makin berarti selama pertumbuhan anak.
Gejala klinis1. Kelainan sudah ada sejak kelahiran, bayi tanipak kaku seperti wooden dools2. Kelainan yang sering tedadi adalah :
Club foot berat atau rigid Kekakuan untuk posisi lurus akibat hypoplasi quadriceps, kadang-kadang
hyperekstensi lutut bahkan luksasi lutut CDH berat yang tidak dapat direposisi Kontraktur fleksi jari-jah dan pergelangan tangan Kontraktur ekstensi siku dan adduksi bahu Kadang-kadang scoliosis Mental umumnya dalarn bakas-batas normal
Diagnosa :Umumnya secara klinis, tetapi perlu konfirmasi dengan x-rayPenatalaksanaan1. Sulit dan pedu kesabaran dan dedikasi2. Pasive streeching boleh dicoba hasilnya biasanya sedikit, tidak bolah secara
force
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 123
3. Soft tissue operation (capsulotomy dan tendo lengthening ) tidak memuaskan bahkan sering diikuti terbentuknya jaringan fibrous padat scar
4. Body operation (osteotomy, arthrodesis) sering lebih efektif dan memberi perbaikan dan deformitas yang ada
Standar tenaga Ahli Ortopedi
11. CTEV (CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS, CLUB FOOT)Batasan :CTEV adalah cacat bawaan yang merupakan gabungan antara :1. Adduksi kaki depan (fore foot)2. Supinasi sendi midtarsal3. Varus tumit pada sendi sub talar4. Equinus pada sendi ankle5. Deflasi medial seluruh kaki terhadap lutut, akibat angulasi collum tali dan torsi
internal tibiaEtiologi :1. Tidak diketahui secara pasti2. Sepuluh persen diperkirakan herediter3. Teori-teori yang ada :
a) Wyne davis : faktor genetikb) Denis brown : faktor mekanisc) Bohm : terbentuknya pertumbuhan janind) Garceau : displasia otol den imbalance otot-otote) Adam, sotile, irani den sherman : kelainan primer pada os talus yaitu
caput-collum-corpus defigsi medial dan plantarf) Mc key: rotasi medial calcaneos pada sendi sub talar
Patofisiologi1. M. Gastrocnemeus-soleos mengecil2. Tendo achiles memendek equinus3. Tendo M. Fleksor digitorum / hallucislongus memendek equinus dan varus 4. Tendo M. Tibialis posterior memendek equinus, varus, dan inversi fore foot
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 124
5. Sering tendo tibialis anterior memendek adduksi, inversi fore foot6. Pemendekan dan penebalan kapsul sendi dan ligament pada sisi konkaf dari
deformitas (posterior den medial side), juga apponeorosis plantaris7. Kontraktur soft tissue yand dibiarkan akan menimbulkan kelainan bentuk
tulang-tulang dan sendi-sendi8. Terputarnya tulang calcaneus dan midtarsal ke medial, tumit letak tinggi dan
mengecil9. Akhirnya mengarah ke bawah, calcaneus menjadi varus, naviculare tergeser ke
medial talus cunciforme dan cuboit berbentuk pasak (wedging), metatarsal bengkok ke medial
Gejala klinis1. Sesuai / sama dengan kriteris pada batasan2. Derajat CTEV:
a) Ringan, sedang, beratb) Ditentukan oleh derajat ketegangan bagian posteromedial kaki dan
resistensi terhadap manipulasi manual3. Pada neglected club foot
Timbul komplikasi:a) Persistentb) Callositis pada dorso lateral kaki dapat luas sekali dengan luka di bagian
tengahnyac) Kosmetik jelek
Diagnosa :4. Mutlak perlunya diagnosa dini5. Test dorso fieksi kaki pada bayi lahir6. Ingat orthopaedi dan check list7. Perlu x-ray kaki untuk mengetahui posisi talus, hubungan talus dengan tulang
lain (calcaneus, naviculare, dan metatarsafia) 8. Diagnosa banding :
Kongenital a) Bersifat lokal (localized) b) Bersifat umum (generalized)
Arthrogryposis multiplex congenital Spina bivida Congenital absence of distal tibia
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 125
Didapat (aquisita)c) Post poliod) Post traumae) Post combustiof) Cerebral palsy
Penatalaksanaan1. Sedini mungkin, sejak 24 jam pertama kelahiran2. Usahakan kalau mungkin koreksi selesai bayi mulai latihan berjalan3. Disesuaikan dengan umur dan derajeat CTEV:
a) Minimal correction b) Cereal plastering correction
Metode kite Tiap 1-2 minggu Atas lutut Fleksi lutut Tanpa blus
c) Soft tissue operation (postero medial release) Rigid type 3 bulan gagal korektif Kambuh (recurrent)
d) Soft tissue and bone operation Sama dengan soft tissue operation tetapi umur 4 tahun Late / neglected CTEV umur sudah >4 tahun
4. Maintenance post therapi (konservative dan operative)a) Denis brown splint atau ortosis lainb) Reversed shoe
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 126
XVII. INFEKSl ORTOPEDIMACAM:a. Pyogenicb. Granulomatous (TBC)c. Indolent (fungi)d. Parasitic (Hydatid disease)ASAL:a. Focus tempat lainb. Lokal setempat
1. ACUT HEMATOGENUS OSTEOMYELITIS Terutama pada anak Jika terjadi pada orang dewasa harus dicurigai adanya penurunan resistensi
tubuh akibat : Debil, drug abuse atau penyakit lain (DM, terapi steroid, dll) Post traumatic hematom
1. Organisme :1. Staphylococcus Aureus2. Streptococcus Pyoganus3. Streptococcus Pneumonia
2. Pada anak < 4 tahun1. Haemophylus Influenza2. Eschericia Coli .3. Pseudomonas Aeroginosa4. Salmonela
Patofisiologi1. Tergantung tempat inteksi dan virulensi2. Respon imunologi akan menimbulkan fase
Inflamasi : terjadi aliran PMN, eksudasi cairan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraoseus, nyeri, obstruksi aliran darah, trombosis ischemia
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 128
Suppurasi : hari ke 2-3 terbentuk pus lewat cana Volkman terjadi subperiosteal absos menyebar ke seluruh tulang Pada anak kecil masih terdapat anastomose bebas antara metafisis dan epifisis mudah infeksi infeksi sendiPada anak yang agak besar, fisis merupakan penghalang penyebaran infeksi ke sendi.Pada sendi yang metafisisnya terletak intracapsul (hip, shpulder dan elbow), pus dapat masuk dari periosteum ke dalam sendi
Nekrosis Peningkatan tekanan intraoseus Vascular stasis Trombosis Perios stripping Toksin bakteri Enzym lekositic
New Bone Formation1. Tampak pada akhir minggu kedua2. Terbentuk dari deep layer periosteum3. Tulang baru (nenebal membentuk involocrum, menutupi jaringan yang infeksi
dan sequester bila inleksi berlanjut, pus keluar lewat lubang (cloaca) pada involocrum dan keluar lewat sinus pada kulit dan menjadi osteomyelitis chronis
ResolusiBila infeksi terobati dan tekanan intraoseus diturunkan (dengan drilling/ pengeboran) pada fase awal terjadi resolusi
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
2. OSTEOMYELITIS POST OPERASI ORTHOPAEDI Organisme penyebab osteomyelitis post operasi merupakan campuran
dari :1. Patogen : Staphylococcus Aureus, Prateus, Pseudomonas2. Not Normal Pathogen : Sreptococcus Epidermidis
Yang membantu invasi bakteri :Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 129
1. Kerusakan jaringan lunak dan matinya tulang2. Kontak yang jelek antara implant dengan tulang3. Loosening implant4. Korosi implant5. Fragmentasi bahan polirner (PMNA)
Gejala klinis :A. Early infection (< 3 bulan) Superfisial : keluhan ringan (infeksi pada kulit dan subkutan) Deep : keluhan hebat, nyeri, panas, bengkak, nanah (infeksi pada fascia,
otot, tulang) CampuranB. Late infection Rontgen : destruksi kortex, periosteal,new bone formation Scan peningkatan aktivitas fase perfusi dan tulang MRI area lokal dengan sinyal aktivitas tinggi Pus
Pencegahan1. Pasien dengan gangguan imunologi tidak dioperasi, diusahakan terapi
konservatif2. Memberantas:infeksi pre operasi3. Meningkatkan sterilitas4. Pemberian Antibiotik profilaksis sebelum insisi (saat induksi anestesi)5. Memakai implant kualitas baik6. Teknik operasi yang baik7. Pencegahan infeksi post operasiTerapi1. Operasi tanpa implant AB + drainage pus2. Operasi dengan implat drainage pus biarkan luka terbuka sampai bersih,
irigasi antibiotikBila mungkin implant dipertahankan sampai union.Bila harus dilepas, ganti dengan eksternal fiksasi
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 130
3. CHRONIC OSTEOMYELITIS Organisme : campuran dari Staphylococcus Aureus, Eschericia Coli,
Streptococcus Pyogenus, Streptocaccu, Epidermis Tulang mati merupakan SUbstrat adhesi bakteri (implant) infeksi persistent :
harus diambil. Terkadang keluar sendiri lewat draining sinusDiagnosis
1. Rontgen : terkadang mirip bone tumor2. Sinogram : mendeteksi sinus dan fistel dengan zat kontras3. Radio isotop scanning : 99 TC. 67 GA, III In4. CT-Scan / CAT-Scan5. MRI (dapat mendeteksi luas destruksi tulang, abses, squester tersembunyi)6. Laboratorium LED, Leukosit, Kultur dan Sensitivity testTerapi
Antibiotik Operasi
a. Bersihkan jaringan terinfeksib. Irigasi kontinyuc. Gentamycin beads dengan PMMA (Septopal)d. Teknik Papineau
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 131
4. ACUTE SUPURATIVE ARTHRITIS Infeksi pada sendi, asal dari
1. Direct : karena luka2. Penyebaran abses3. Penyebaran lewat darah
Organisme :1. Staphylococcus Aureus2. Haemophylus InfluenzaePatofisiologi
1. Infeksi membran sinovial eksudasi + pus terjadi erosi kartilago oleh enzim bakteri
2. Pada anak merusak epiphisis3. Bila tidak diobati dapat menyebar ke tulang dan menimbulkan
osteomyelitisGejala klinis1. Pada bayi : rewel, panas, menolak menyusui, sendi hangat, bengkak,
menolak digerakkan2. Pada anak-anak : rewel, panas, menolak menyusui, sendi hangat, bengkak,
menolak digerakkan, kesakitan dan spasme3. Pada orang dewasa : ananinesa adanya infeksi GO dan drug abusePemeriksaan1. Aspirasi cairan sendi (bening/pus)2. Lakukan pengecatan gra, kultur dan sensitivitis
Coccus gram + : S. AureLIS Coccus gram - : Nisseria Gonorhoe (dewasa), Haernophylus,
influenzae (anpk)Diagnosis banding
1. Acute osteomyelitis2. Traumatic synovitis dengan hemathros3. Iritable joint4. Haemophylia5. Rheumatoid fever6. Gout dan pseudogout (CPPD)7. Gaucher disease
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 132
Terapi1. Supportive (infus + analgesic)2. Splint3. Antibiotik4. DrainageKomplikasiKerusakan cartilago, gangguan pertumbuhan tulang
Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 133
5. POLIO Infeksi virus (entero) pada Anterior Horn Cell di spinal cord den brainstem yang
menimbulkan paralisis LMN dari kelompok otot yang terkena. Dengan vaksinasi dapat menurunkan kasus
Patofisiologi1. Virus masuk lewat usus gejala seperti flu menyerang sel cornu anterior
paralisis (oleh karena inflamasi) dan oedem survive dan pulih lagi2. Residual paralisis > 6 bulan permanen
Klinis1. Menyerang semua umur2. Gejalanya adalah flu dan diare ringan3. Akut : seperti mentrigitis akut (panas, nyeri kepala, leher kaku, muntah),
nyeri otot dan spasme, paralisis (harl ke 2 - 3) kesulitan bernapas dan menular
4. Convalescent : 7 - 10 hari gejala menurun proses infeksi s/d 4 mingguTerapi :1. Fase akut :
1. Isolasi, rest, symptomatic2. Gentle passive stretching3. Respiratory paralysis respirator4. Pasang bidai (splintage) untuk mencegah deforinitas yang menetap5. Muscle chart setiap bulan
2. Penanganan Residual Polio1. Isolated muscle weaknes without deformity
Quadriceps paralyisis splint/caliper knee straight2. Deformity : imbalanced
Splint, tendon transfer3. Flail joint : balanced
Splint, arthrodesis4. Shortening bone growth
< 3 cm : building up the shoes, bone lengthening yang pendek, bone shortening sebelah
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 134
5. Vascular dysfurction : sensasi N Cold & blue sympatectomyStandar tenaga
Ahli Ortopedi
6. TBC TULANG DAN SENDIKlinisMenyerupai TBC paru
Anamnesis1. Kontak anak dan remaja lebih banyak terserang2. Sendi : nyeri, bengkak, night cries spasme3. Serangan demam jarang terjadi, berat badan turunPemeriksaan Fisik1. Muscle wasting, synovial thickening2. More : limited all direction. Erosi stiff dan deformed3. TBC spine:
Abses groin (tendo iliopsoas) Collaps kyphosis Gangguan neurologi
X-ray :1. Soft tissue swelling2. Periarticular osteoporosis3. Articular space menyempit4. Spine
Vertebra collaps dengan lamina intact Paravertebral abses
Diagnosis1. History2. Only 1 joint3. Penebalan synovial4. Muscle wasting5. Rontgen : periarticular destruction6. Lab :a. Mantoux test + / heaf testb. ESR meningkatc. Lympocytosis
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 135
d. Pewarnaan acid fast bacilie. PAP (Peroridase Anti Peroxidase)f. TB. DOTg. PCR (Polymerase Chain Rx)h. Biopsii. Kultur
Diagnosis banding Transient synovitis Monoarticular Rh A Subacute arthritis Hemorrhagic arthritis hemofili Pyogenic arthritis yang lama
Standar tenaga : Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 136
XVIII. PENYAKIT DEGENERASIDegenerasi (menua, aging process) adalah proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga manusia tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbarui kerusakan yang diderita.
Proses degenerasi pada sendi sebenarnya sudah dimulai saat sesudah dewasa dan berlanjut sepanjang hidup manusia.
Pada usia dewasa dan berlanjut sepanjang hidup, tulang rawan, sendi secara bertahap berubah dari permukaan yang licin dan mengkilap menjadi permukaan sendi yang sebaliknya. Oleh karena regenerasi, tulang rawan sendi sangat terbatas maka proses degenerasi berjalan progresif dan ireversibel.
Hilangnya kondroitin sulfat secara bertahap dari matriks tulang rawan sendi mengakibatkan hilang atau berkurangnya support dari serabut-serabut kolagen. Tulang rawan sendi menjadi kurang efektif fungsinya sebagai Shock Absorber dan Lubricated Surface akan lebih mudah cedera terhadap gerakan / gesekan sendi yang selalu berulang sepanjang hidupnya.
Terjadi degenerasi tulang rawan sendi secara progresif, hipertrophi dan remodeling tulang subkondral dan inflamasi sekunder lapisan sinovial.Penyakit degenerasi sendi mengenai1. Tulang rawan sendi2. Tulang subkondral3. Kapsul sendi (lapisan sinovial dan fibrus)4. OtotPenyakit sendi degeneratif sering disebut juga1. Osteoartritis2. Osteoartrosis3. Artritis degeneratif4. Artritis hipertrofik5. Senescent arthritisInsidensi pada usia 2: 60 tahun 25% wanita dan 15% pria.Adanya wear and tear pada send! memperparah proses patologis yang ada, maka sendi penyangga beban tubuh (lumbal spine, hip, knee) lebih nyata kerusakannya.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 137
1. OSTEOIARTHRITISBatasan :Osteoarthritis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan pelunakan progresif, yang diikuti pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi (osteofit) dan fibrosis pada capsul sendi. Osteoarthritis timbul akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat kondisi lain yang menyebabkan kerusakan yang rawan sendi.Ada 2 jenis Osteoarthritis :1. Osteoarthritis primer: akibat proses penuaan, terjadi pada usia pertengahan
atau lebih.2. Osteoarthritis sekunder : akibat penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
tulang rawan atau sinovium sendi.Etiologi :Terdapat faktor-faktor predisposisi terjadinya Osteoarthritis1. Usia
Berkurangnya pembentukan chondroitin sulfat dari matriks tulang rawan sendi merupakan awal Osteoarthritis primer, pada usia di atas 50 tahun.
2. Kelainan kongenital : CD.H, Clubfoot3. Trauma
Mayor trauma : fraktur intraartikuler, ruptur meniskusMikro trauma : akibat pekerjaan
4. Infeksi : arthritis piogenik, tuberkulosa5. Inflamasi aspesifik RA, ankylosing spondilitis6. Inkongruensi sendi nekrosis avaskuler, slipped epiphysis7. Deformitas/ malalignment, vaigus/varus8. Instabilitas sendi : laksiti capsul sencil dan ligamen, subluksasi9. Gangguan metabolisme : gout10. Hemarthrosis. berula ng : hemofili11. Faktor-faktor lain : genetik, jenis kelarnin, ras, cuaca/ iklim.Insidensi :
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 138
Osteoarthritis primer umumnya pada usia lebih 50 tahun, wanita lebih banyak dan lebih sering lagi pada sendi penyangga beban tubuh. Osteoarthritis sekunder pada usia lebih muda, laki-laki lebih banyak.Patologi :1. Berkurangnya atau tidak terbentuknya condroitin sulfat merupakan awal proses
Osteoarthritis2. Kondromalasia/ melunaknya.tulang rawan3. Fibrilasi dan fisurasi tulang rawan sendi4. Tulang subkondral mengalami eburnasi dan langsung bersinggungan saat
gerakan sendi. Sklerotik bagian tengah dan porotik/ rarefaksi pada bagian tepi.5. Terbentuk kondrofit dan osteofit.6. Akibatnya ROM berkurang7. Terbentuk kiste subkondral yang mengalami hipervaskularisas; dan menambah
rasa nyeri sendi8. Sinonial menebal terjadi efusi sendi fibrosis kapsul yang juga mengurangi ROM.9. Pada jari dapat terjadi “heberdens nodes” yaitu tonjolan keras akibat psifikasi
dari bagian kapsul yang sebelumnya telah mengalami degenerasi hialin.10.Otot mengalami spasme/sebagai reaksi terhadap nyeri, otot menjadi kontraktur
(umumnya bagian fleksor) dan mengurangi ROM sendi.11. Terjadi “fibrous ankylosis” sendi dan delormitas.Gejala Klinis:1. Mengenai satu sendi atau lebih2. Berhubungan dengan proses inflamasi sinovial, penggunaan sendi, inflamasi
dan degenerasi sekitar sendi.3. Nyeri, skibat inflamasi sinovial dan fibrous kapsul, kontraktur otot dan dari
tulang. Keluhan nyeri tidak paralel dengan kelainan rontgen.4. Pembengkakan, akibat efusi sendi, penebalan kapsul dan osteofit 5. Kekakuan sendi6. Gangguan gerak, disebabkan oleh iregularitas permukaan sendi, disamping
yang telah tersebut di atas. Sering dijumpai krepitasi pada palpasi, auskultasi dan pada gerakan
7. Deformitas (ankilosis, varus, valgus)8. Nodus Heberden pada dorsal sendi interphalang distal.9. Nadus Bouchard pada sendi interphalang proksimal jari tangan.Pemeriksaan Radiologis
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 139
1. Densitas tulang normal/meninggi2. Penyempitan ruang sendi3. Sklerosis tulang subkondral, sering dengan bayangan kisteus.4. Ostecfit5. Destruksi tulang dan deformitas sendiDiagnosa:Bentuk klasik Osteoarthritis primer pada sendi besar penyangga beban, harus dibedakan dengan Osteoarthritis sekunder yang didasari kelainan lain.
Penatalaksanaan :1. Umum :
a. Istirahat teratur b. Mengurangi berat badan c. Obat analgetik anti inflamasi d. Informasi tentang kausa, patologi, prognosa.
2. Lokal :a. Injeksi intra artikuler/pertiartikuler khusus saat proses akut.b. Fisioterapi (mengurangi sakit, penguatan otot, mempertahankan/
menambah ROM)c. Kalau perlu : aspirasid. Pemasangan bidaie. Operasi
Indikasi Operasi :1. Nyeri tidak berkurang dalarn pengobatan konservatif2. Realignment sendi agar distribusi beban terb.agi rata pada sendi.3. Sendi tidak stabil / subluksasi dan deformitas 4. Kerusakan sendi tingkat lanjut.
Jenis Operasi : Correctian osteotomy (HTO, vaIgus osteotomy trochanter) Hemiartroplasti Arthroplasti total Arthrodesis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 140
2. PENYAKIT DEGENERATIF KOLUMNA VERTEBRALIS LUMBALBatasan:Penyakit ini merupakan Osteoarthritis yang terjadi pada kolumna vertebralis dan lebih sering terjadi dibandingkan Osteoarthritis sendi lain.Hal ini disebabkan oleh karena beban yang paling besar ditanggung oleh kolumna vertebralisProses Osteoarthritis tulang belakang terjadi1. Pada hubungan antara dua tulang belakang yang bersifat simfisis melalui diskus
intervertebralis yang terdiri dari nukleus pulposus, anulus fibrosus dan cakram tulang rawan hialin.
2. Pada sendi permukaan posterior (posterior facet) antara dua vertebra melalui sendi sinovial/diartrodial dengan tulang rawan sendi; membran sinovial, kapsul fibross
Osteoarthritis tulang belakang paling sering terjadi pada vertebra lumbal dan servikal. Nama lain penyakit degeratif tulang belakang1. Osteoarthitis vertebra2. Spondilosis3. Spondiloartrosis4. SpondiloartritisEtiologi dan Predisposisi:1. Sama dengan osteoarthritis yang lain (trauma,dll)2. Penyakit. pada vert(-,bra(peny. Scheuermann)PatofisiologiAkibat degenesasi terjadi penyempitan diskus intervertebralis, instabilitas segmental, penyempitan segmental dan hernia nukleus pulposus, yang sebenarnya lebih sebagai komplikasi dari degenerasi diskus intervertebralis.Hernia nukleus pulposus menimbulkan iritasi nerve root sebagai "sciatica" dan paling sering pada L 4-5 dan L-5-Si.Osteofit yang terjadi juga dapat menekan serabut saraf yang melalui foramen intervertebralis.Pada rontgen1. Penyempitan discus space, tanpa overriding faset posterior2. Osteofit
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 141
Myelografi hanya diperlukan1. Untuk persiapan pre operatif HNP yang perlu dioperasi2. Bila dicurigai ada neop!asma medula spinalis Gejala Klinis :
1. Amat bervariasi2. Nyeri (low back pain) kronis dan intermitent, terutama pada aktivitas yang
memerlukan extensi tulang belakang berlebihan. Hilang waktu istirahat, kadang-kadang nyeri sampai ke pantat atau belakang paha.
3. Nyeri kemudian berkurang, tetapi pinggang menjadi kaku.4. Pada HNP dapat terjadi Lumbago akut dan sciatica akut, hilangnya lordosis lumbal, skoliosis
sciatica. Nerve root iritation Laseque's sign positif (terbatasnya straight leg rising) Bowstring test positif Hipestesi dorsum pedis dan lemahnya dorsoflexi/extensi pergelangan
kaki dan jari-jari (iritasi pada serabut saraf 1-5) Hipestesi kaki bagian lateral, lemahnya flexi ankle dan jari-jari dan
hilangnya refleks achilles (iritasi pada serabut saraf S1)Diagnosis
1. LBP dengan /tanpa siatika, perlu assesment yang baik dari riwayat pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium.
2. DD: o LBP Viserogenik o LBP Vaskulogenik o LBP Neurogenik o LBP Psikogenik
Penatalaksanaan :1. Membantu penderita agar mengetahui seluk-beluk penyakitnya, sekaligus
memberi dukungan usikologis.2. Mengurangi nyeri (pemberian obat dan alat bantu /korset).3. Fisloterapi4. Operasi pada keadaan-keadaan
a. Hilangnya kontrol kandung kencingb. Kelainan neurologis progresif
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 142
c. Nyeri/siatika yang sangat menganggu/menetap/berkelanjutan.Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 143
3. PENYAKIT DEGENERATIF KOLUMNA VERTEBRALIS SERVIKALBatasan etiologi dan patofisiologi mirip dengan daerah lumbal, tetapi dengan kelainan terutama pada C 5-6 dan C 6-7.Gejala Klinis1. Nyeri dan kaku leher, lebih-lebih pada gerakan dan dapat menjalar ke
m.trapezius.2. Nyeri bahu.3. Gejala iritasi saraf sebagai akibat herniasi atau penekanan serabut saraf pada
foramen intervertebrale oleh osteofit.4. Iritasi pada C 5-6 :
a. Kelemahan otot deltoideus dan bicpesb. Hilangnya refleks bicepsc. Hiperestesi kulit ibu jari dan telunjuk
5. Iritasi pada C 6-7 :a. Kelemahan otot tricepsb. Hilangnya refleks tricepsc. Gangguan sensibilitas jari II dan III
Pemeriksaan Radiologis1. Penyempitan diskus 2. Osteofit (lipping, spurt)3. Penekanan oleh osteofit pada foramen intervertebrata lebih jelas pada rontgen
obligueDiagnosis Banding1. Infeksi (piogenik dan tuberkulosa)2. Neoplasma3. Fibrositis4. Tumor surnsum tulang belakang dan radiks5. Spondilolistes is servikal6. Kelainan pleksus brakhialis (tunior, penyakit paget, cervical rib)Penatalaksanaan1. Mengurangi nyeri dengan istirahat lokal (dengan servikal kolar)2. Fisioterapi (SWD, traksi servikal)3. Laminektomi (pada herniasi)4. Artrodesis (pada hyeri berkelanjutan / ganggLian neuroloyis menetap)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 144
Standar tenaga Ahli Ortopedi
4. FROZEN SHOULDERBatasanKelainan pada sendi bahu, baik intra artikuler maupun ekstra artikuler, yang menghambat pergerakan sendi, sehingga sendi terkunci atau terpaku pada posisi tertentu.Nama lain : bahu beku, kapsulitis adhesiva, periartritis.Etiologi dan Patofisiologi1. Idiopatik2. Post traumatik3. Imobilisasi terialu lama, terutarna pada orang tua4. Tendinitis - kalsifikasi supra spinatus5. Lesi rotator cuff6. Tendinitis bicipital7. Penderita enggan menggerakan bahu (menghindari sakit) pada
a. Spondilosis servikalb. HNP servikalc. Post mastektomid. Herniplegie. Herpes zosterf. Penyakit arterikoronasiag. Post kombustio
Gejala Klinis1. Fase Akut
1. Nyeri bahu secara berangsur, terutama malarn hari dan dapat menjalar ke lengen bawah.
2. Spasme otot-otot sekitar bahu.2. Fase Sub Akut
1. Beberapa minggu kemudian2. Atroft otot-otot bahu
PenatalaksanaanTergantung tingkat penyakit.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 145
1. TahapAwala. Istirahat lokal sendi bahu (dengan mitela)b. Analgesikc. Injeksi intra artikuler (kalau sangat perlu)d. Fisioterapi
2. Tahap Lanjuta. Fisioterapib. Terapi okupasic. Manipulasi dengan general anestesi dan dilanjutkan fisioterapid. Jika gagal, dipertimbanakan L:ntuk operasi :
Perbaikan kontraktur Melepas perlekatan kapsul pada kaput humeri
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 146
5. SHOULDER HAND SYNDROMEBatasanGangguan pada anggota gerak atas berupa rasa nyeri terutama pada bahu dan tangan dengan sebab yang tidak diketahui dan dapat diawali oleh gangguan intrinsik maupun ekstrinsik sendi bahu dan merupakan simpathetic reflex dystrophy.Etiologi, Patofisiologi dan Gejala Klinis1. Sebab pasti belum diketahui2. Menyerang penderita usia lebih dari 50 tahun, terutama penderita dengan nilai
ambang sakit sakit rendah3. Gejala karakteristiknya adalah nyeri yang mengganggu pada bahu dan tangan,
disertai gangguan lokal neuro-vaskuler, kulit hiperestesi dan lembab, atrofi jaringan sub kutis, bengkak kronis dan atrofi tulang regional (disuse osteoporosis), Nyeri, bengkak dan kurangnya aktifitas anggota gerak akan memperparah keadaan.
4. Terjadi kontraktur.Penatalaksanaan1. Perlu support dan dorongan psikologis2. Analgesik3. Kortiko steroid sistemik4. Pemanasan lokal5. Active exercise6. Gentle passive exercise7. Dipertimbangkan perlunya blok saraf simpatisStandar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 147
6. TENNIS ELBOW (LATERAL EPICONDYLITIS) Batasan
Tennis Elbow adalah penyakit degenerasi tendon, dimana kelainan menyebabkan rasa nyeri pada sisi lateral siku khususn ya epikondilus lateralis humeri dan origo otot ekstensor lengan bawah.Kelainan terjadi terutama pada pemain tennis atau yang mereka secar berulang menggunakan otot ekstensor lengan bawah dalam aktifitasnya.
Etiologia. Sebab pastinya belum diketahuib. Diduga degenerasi awal origo otot ini akibat inflamasi kronik tendo otot
ekstensor atau tarauma kronik lokal pada aktifitas otot lengan bawah .
Patofisiologia. Kelainan terjadi pada daerah origo ekstensor khususnya origo ekstensor karpi
radialis brevis pada epikondilus lateralisb. Proses degenerasi diperburuk oleh trauma yang berulang ulang baik secara
makro maupun mikro sehingga terjadi robekan pada bagian tersebut.
Gejala klinisa. sering terjadi pada usia pertengahanb. Riwayat degenerasi jaringan lunak ditempat lain (bursitis, tendinitis) terjadi pada
40% kasus tennis elbow.c. Rasa nyeri timbul pada saat mengangkat barang berat, mengepal tangan dan
berjabat tangan serta sktifitas lain yang menegangkan origo ekstensor, misalnya dorso flexi pergelangan tangan saat memegang barang barat atau dorsi flexi saat diberi tekanan.
d. Pada pemain tennis timbul pada pukulan back hand dan saat ditekane. Rasa nyeri tepat di distal epikondilus lateralis.f. X – Ray mungkin ada kalsifikasi pada origo tendon
Diagnosis a. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 148
b. Perlu DD dengan spondilosis servical yang mengalami hiperestesi dan kepekaan pada distal epikondilus lateralis.
\
Penatalaksanaana. Istrahat lokal, kalau perlu dengan gipsb. Pemanasan lokalc. Anastesi lokald. Hidrokortison lokale. Operasi kadang – kadang diperlukanStandar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 149
7. PENYAKIT DE QUERVAIN ( DE QUERVAIN TENOVANGITIS STENOSANS ) Batasan
Penyakit de quervain adalah penyakit yang ditandai dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideu radii akibat inflamasi pembungkus tendo otot abductor policis longus dan ekstensor policis brevis, yang kemudian dapat diikuti konstriksi (stenosis) saluran pembungkus tersebut.Etiologi dan Patofisiologi1. Penyebab pasti tidak diketahui 2. Inflamasi tyang terjadi pada pembungkus tendo berhubungan dengan
gesekan/friksi yang berlebihan/berkepanjangan/ berulang antara tendo dengan pembungkusnya.
3. Thaop berikutnya pembungkus mengalami penebalan kemudian terjadi stenosis.
4. Wanita lebih sering terkena penyakit ini
Gejal klinisa. Nyeri pada daerah processus stiloideus radii yang dapat menjalar ke lengan
bawahdan ibu jari.b. Nyeri diperparah jika penderita menggunakan tangan, khususnya ketika kedua
tendo tersebut menegang. Kadang kadang benda berat yang dipagang jatuh tampa disadari saat penderita memegangnya pada mid position lengan bawah, sehingga penderita menghindari posisi tersebut saat membawa benda berat.
c. Pada pemeriksaan dijumpai nyeri tekan pada daerah tersebut, dapat teraba benjolan akibat penebalan pembungkus tendo
d. Nyeri berlebihab pada gerakan pasif pergelangan tangan sat ibu jari poosisi flexi penuh kea rah deviasi ulna menunjukkan adanya finkelstein’s Test yang positif.
Penatalaksanaan a. tahap awal
Istirahat lokal pada pergelangan tangan dengan ibu jari pada posisi abduksi memakai gips / splint
Analgesik anti inflamasib. Tahap lanjut
Operasi untuk membuka pembungkus tendo (tendon shealth) yang stenosis akan memeberikan hasil permanent.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 150
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 151
8. TRINGGER FINGER ( SNAPPING FINGER, DIGITAL TENOVANGITIS STENOSANS )Batasan Keadaan dimana penderita dapat melakukan flexi jari secara aktif tetapi tidak dapat melakukan ekstensi jari tersebut secar aktif dan jari hanya dapat ekstensi secara pasif, biasanya disertai bunyi klik dan rasa nyeri.Etiologi dan Patofisologi Penyebab pasti tidak diketahui, kadang kadang merupakan komplikasi arthritis
rematik Patofisiologinya mirip dengan penyakit de qurvain tetapi terjadi pada jari tangan
umumnya jari III dan IV.Gejala Klinisa. Nyerib. Terjadi benjolan pada polar pangkal jari tangan setinggi sendi
methacarpophalgeal.c. Dapat fleksi aktif, tidak dapat ekstensi aktifd. Keadaan ini pada ibu jari tersebut Tinger thumbe. Kadang dijumpai congenital tinger thumbStandar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi9. GANGLION
BatasanBenjolan yang timbul akibat degenerasi kistik jaringan veriartikuler, kapsul sendi atau pembungkus tendo yang berisi cairan kental jernihSering terjadi pada pungung tangan, walaupun dapat terjadi pada polar tangan maupun kaki.Etiologi dan Gejala Klinis Diperkirakan oleh karena terjadinya degeneraasi mucoid Dirasakan adanya benjolan yang berangsur angsur membesar Bila terjadi pada bagian polar dapat menekan n. medianus atau n. ulnaris dan
menimbulkan gangguan nervus tersebut.Penatalaksaana. Dapat sembuh spontan
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 152
b. Aspirasi dan injeksi hidrokortisonc. Operasi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 153
10. FASCIITIS PLANTARIS Batasan
Merupakan peradangan pada fascia plantaris yang umumnya mengenai bagian medical calcaneus.Etiologi1. Idiopatik2. Diperkirakan ada hubungan dengan arthritis rematika / sindrom reiter,
periostitis kalkaneus, gout dan obesitas.Gejala Klinis dan Radiologisa. Sakit atau rasa terbakar pada perlekatan atau sepanjang fascial plantarisb. Nyeri waktu gerakan, berkurang waktu istirahat c. Rasa nyeri pada tepi natero medial kalkaneus dan sering disertai ketegangan
pad atendo Achillesd. Pada gambaran rontgen terdapat taji /spur yang ternyata kurang/tidak memberi
petunjuk bermakna pada keluhan nyeriDDa. Penyakit pada kakaneusb. Paratendinitis kalkaneusc. Bursitis kalkanealposteriord. Apofisitis kalkaneale. Nyeri heel padf. Arthritis sendi subtalarg. Ruptur tendo Achilles
Penatalaksanaan a. analgesic – anti inflamasi b. Fisioterapi ( pemanasan dan ultra sound )c. Injeksi hidrokortison ( kalau perlu sekali )d. Operasi, bila secara konservatif tidak mambawa hasil.
Standar tenaga: Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 154
XIX. ORTHOGERIATRIOrtogeriatri merupakan sindrom gerak dibidang orthopaedic dan merupakan sebagian sindrom geriatri secara umum diman keduanya tidak boleh dipisah pisahkan satu sama lain.Sepanjamg hidup tulang mengalami perusakan dan pembentukan yang berjalan bersamaan, sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan pertumbuhan badan (proses remodeling).Mudah dimengerti bahwa proses remodeling amat cepat pad anak dan remaja.Berbagai hal yang mempengaruhinya. Bila hasil akhir perusakan/ resorbsi lebih besar dari pembentukan / deposisi maka akan timbul osteoporosis.
1. OSTEOPOROSISBatasan Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sehingga
hanya dengan trauma minimal tulang akn patah Menurut WHO : adalah penurunan massa tulang lebih dari 2,5 kali standar
deviasi massa tulang rata rat dari populasi usia muda Bila penurunan antara 1 – 2,5 standar deviasi dari rata rata usia muda
disebut osteopenia
Pembagian osteoporosis (Peck and chestnut ): Osteoporosis primer, yaitu osteoporosis yang bukan sebagai akibat
penyakit lainnya. Osteoporosis pasca menopause, terutama bagian trabekula Osteoporosis senilis, terutam daerah korteks Osteoporosis idiopatik, pada orang muda sebab tidak diketahui
Osteoporosis SekunderYaitu osteoporosis yang diakibatkan oleh penyakit lain, hyperparathiroid,
gagal ginjal kronis, arthritis rematoid, dllEtiologi
Penyebab umum :a. Imobilisasi lamab. Menopausec. Usia (senilis)
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 155
d. Defesiensi protein CA, Vit C, Vit D, Floure. Hiperparatiroidismef. Klebihan steroidg. Alkoholismeh. Merokoki. Arthritis rematoidj. Penyakit hati lanjutk. Gagal ginjal kronisl. Gastrektomim. DMGejala Klinisa. Bervariasi, mulai tampa gejal sampai gejala yang klasik yaitu nyeri
punggungb. Nyeri sering dipengaruhi stress fisik dan sering hilang setelah 4 – 6 mingguc. Kadang didapat patah tulang leher femur dan radius distald. 30% wanita patah tulang leher femur mengalami osteoporosise. Kadang penderita datang dengan keluhan penurunan tinggi badan atau
bungkuk punggung (Dowager’s hump) akibat kolaps dan fraktur V.Th. tengah.
Pemeriksaan lain a. Pemeriksaan laboratorium bisanya normal, kecuali osteoporosis sekunder
sesuai penyakit primernyab. Pemeriksaan hidroksiprolin dan osteokalsin dianjurkan atau lebih spesifik
lagi yaitu osteokalsin serum dan pirolidin crosslink unrine, tetapi mahal sekali.
c. Pemeriksaan densitas tulang diperlukan yaitu untuk diagnosa dini dan untuk menilai hasil pengobatan secara cepat.
Penatalaksanaana. assesment mengenai sebab jatuh, faktor lingkungan, gangguan intra
serebral atau ekstra serebralb. assessment osteoporosis primer atau sekunderc. assessment fraktur, Konservatif, operatif dan rehabilitasid. Untuk prevensi osteoporosis :
Diet tinggi kalsium ( sayur hijau dll) Olahraga, terbaik jogging / jalan cepat, dll
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 156
Obat obatan untuk membantu pertumbuhan tulang ( flour, steroid anabolic ) dan mengurangi perusakan tulang ( Kalsium, difosfonat, kalsitonin, estrogen )
2. OSTEOMALASIA Batasan
Adalah suatu penyakit tulang metabolik yang ditandai dengan terjadinya kekurangan kalsifikasi matriks
tulang yang noprmal
Etiologi
a. Defesinsi Vitamin D oleh berbagai sebab
b. Pada usia lanjut
Malabsorbsi Penyakit hati kronis Penyakit ginjal
c. Obat obatan misalnya barbiturald. Kekurangan sinar mataharie. Prevalensi pada usia lanjut 3,7%. 40% pria dan 20 – 30% wanita fraktur
leher femur disebabkan oleh osteomalasiaf. Patologi Anatomi peningkatan jumlah osteoid/matriks tulang yang tidak
terklasifikasi.Gejala Klinis a. Keluhan nyeri tulang ( spontan dan nyeri tekan ) terutama pada tulang dada,
punggung, paha dan lebih buruk lagi dengan adanya penyakit lain.b. Nyeri dan jatuh menyebabkan imobilitasc. Pada nyeri yang samara samar disamping osteomalasia dipikirkan rematisme
otot , arthritis(termasuk di vertebral) atau neurosis.d. Kelemahan otot otot menyebabkan kesulitan untuk bangkit dari kursi dan
tempat tidur dankadang jalannya abnormal dengan langkah melebar.Pemeriksaan lain
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 157
a. Pemeriksaan radiologist Bervariasi Yang bersiat diagnostik adalah adanya fisura di daerah batas lateral
scapula, kostae, ramus pubis dan leher femur ( zona looser )b. Pemeriksaan laboratorium
Kadar kalsium serum normal/rendah Fosfat anorganik rendah Alkali fosfatase meningkat Hidroksikalsiferol rendah Kalsium urine rendah Pada osteomalasia ringan dapat dalam batas normal Pada osteomalasia hipofosfatemik yang berhubungan dengan Ca Prostat
= serum fosfat rendah dan perlu dukungan pemeriksaan laboratorium yang lain.
Penatalaksanaana. VIt D oral, parenteralb. Sinar ultra violetc. Diet Idengan Ca, vit D, kalsiferol)d. Terapi terhadap penyebab primer
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 158
3. PENYAKIT PAGET TULANG (OSTEITIS DEFORMANS)Batasan Penyakit paget tulang adalah keadaan dimana terjadi peningkatan resorpsi dan deposisi tulang yang ditandai dengan terjadinya pembesaran dan deformitas tulang dan yang paling sering kena adalah tulang tengkorak, pelvis, sacrum, vertebra dan tulang panjang.PatofisiologiDibedakan 2 fase :a. Fase osteolitik : terjadi resorbsi dan deposisi tulang secara berlebihan,
tetapi resorpsi melebihi reposisi daerah yang kena amat vaskuler, tulang membesar, lembek, seperti spons dan mengalami deformitas.
b. Fase osteosklerotik : dimana deposisi melebihi reposisi sehingga tulang yang telah membesar menjadi tebal dan padat.
Umumnya poliostotik tetapi dapat juga monostotikGambaran Patologi Anatomia. Hilangnya gambaran lamella tulang yang normalb. Tampak gambaran mozaik terdiri atas tulang matur dan imaturDeformitas tulang berupa pembesaran, pembengkokan dan patah tulang patologis yang cenderung delayed union tapi dapat terjadi sesak, tinggi badan menurunDan dapat terjadi degenerasi maligna menjadi sarcoma osteogenikInsidensi antara 2 – 4 % pada usia 60 tahun dan dapat sampai dengan 10% pada usia diatas 85 tahun khususnya di Eropa Barat dan Amerika Serikat.Gejala Klinisa. Sangat bervariasib. Asimptomatisc. Keluhan nyerid. Deformitas tulang dan frakture. Komplikasi neurologist pada saraf II,VII,VIII cabang saraf V atau obstruksi cairan
serebrospinal.f. Dapat gagal jantung dan dapat disertai gejala apatis dan letargig. Perubahan menjadi ganasPemeriksaan lainAlkalifosfatase tinggi terutama yang poliostotik, dengan kalsium dan fosfat serum normal
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 159
DiagnosisBerdasarkan :a. Gejala klinisb. Gambaran rontgen tulangc. Laboratoriumd. Skan isotope. Biopsy tulangPenatalaksanaana. Tujuan utama adalah mengurangi gejala dan mencegah komplikasib. Pemberian kalsitonin 100 selam 6 bulan (untuk menghambat osteoklas) dan
pemberian difosfonat 200 mg/kg/hari selama 4 – 6 minggu dapat memberi hasilc. Dapat dipertimbangkan perios stripping dan drilling untuk mengurangi sakit.d. Radioterapi tidak memberikan hasil yang jelas.Standar tenaga Ahli Ortopedi
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 160
4. PENYAKIT KEGANASAN TULANGPenyakit keganasan tulang pada geriatri akan lebih banyak dibicarakan pada bab neoplasma secara umum, dimana problematika dan penatlaksanaannya sama.Keganasan Primer : yang mungkin ditemukan yaitu :1. Kondrosarkoma2. OsteosarkomaKondrosarkoma sering mengenai tulang pinggul, kostae, pangkal tulang paha dan tulang lengan atasOateosarkoma pada usia lanjut terjadi akibat degenerasi maligna dari penyakit paget yang ada sebelumnyaKeganasan Sekunder : merupakan metastase dari karsinoma payudara, bronchus, prostat, tiroid dan ginjal.
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
5. FRAKTUR PADA USIA LANJUTFraktur pada usia lanjut sering terjadi hanya karena trauma yang ringan atau bahkan tampa adnaya tarauma yang nyata.Sebagaian besar fraktur justru terjadi di rumah, jatuh dikamar makan, kamar tamu, dapur atau kamar tidur. Jatuh dikamar mandi dan WC termasuk urutan terakhir.Stress utama pada tulang lansia datang dari kontraksi otot saat berusaha mempertahankan postur/posisi tubuh waktu akan jatuh, khususnya pada fraktur leher femur. Di luar rumah tempat jatuh dapat di halaman depan atau belakang. Terpleset, tersandung adanya lekukan karpet, jatuh dari kursi / tempat tidur dan gliyeng (rasa melayang) merupakan penyebab jatuh. Penerangan ruangan yang kurang, gangguan penglihatan dan pengalihan perhatian dapat menyebabkan jatuh dan fraktur. Fraktur disini adalah akibat osteoporosis yang sering dijumpai adalah fraktur leher femur, colles dan fraktur vertebra.Fraktur leher femur dan fraktur trohanterik pada usia lanjut merupakan masalah penting karena dapat merubah kehidupan menjadi sangat bururk. Penyembuhan lama dan imobilisasi lama dapat menimbulkan komplikasi berat misalnya : dakubitus, pneumoni, inkontinensia, konfusi dan kecacatan yang disertai mortalitas tinggi.
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 161
Pemasangan AMP (Austin Moor Prothesis) pada patah tulang leher femur sangat dianjurkan sehingga dapat segera mobilisai dan dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Operasi pada fraktur procahatorik juga dianjurkan dengan alasan serupa.Fraktur colles terjadi sebagai akibat jatuh dengan tumpuan pada tangan biasanya memerlukan pemasangan gips 6 – 8 miggu.Fraktur columna vertebralis yang terjadi dapat wedging, crushing atau multiple. Rasa nyeri akibat fraktur dapat diperberat akibat penekanan syaraf. Dapat terjadi Dowager’s hump.Penyakit tulang dan fraktur pada usia lanjut merupakan sebagian dari sekian banyak permasalahan usia lanjut yang memerlukan pendekatan interdisiplinier bidang kodekteran secara komprehensif. Diasmping kuratif maka perlu sekali penekanan pada segi kuratifnya, sehingga perlu dipikirkan tindakan tindakan terhadap dietetiknya, kerapuhan tulangnya, penyebab jatuhnya, terhadap frakturnya maupun perawatan dan rehabilitasinya, termasuk segi psikologisnya.
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
Mengetahui, Jayapura,28 Sepember 2012
Direktur RSUD Jayapura
dr. Oktavianus Peday ,Sp.Rad dr. Robert Tirtowijoyo SpOT
Pembina Tingkat I Bag. Ortopedi dan Traumatologi
NIP. 19521016 198803 1 003 RSUD Jayapura
Tembusan :
1. Pelayanan Medis RSUD Jayapura
2. Bagian Bedah RSUD Jayapura
3. UGD RSUD Jayapura
4. OK RSUD Jayapura
5. Ruangan –Ruangan RSUD Jayapura
Posedur Tetap Ortopedi dan Traumatologi RSUD DOK II Jayapura 162