Protap PICU678

76
PELAYANAN PICU – NICU KEBIJAKAN DAN PROSEDUR 1. RUANG LINGKUP Bagian ini menerangkan sistem kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di PICU-NICU 2. TANGGUNG JAWAB 2.1 Direktur mensahkan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di PICU-NICU 2.2 Wadir Penunjang Medis & Diklit bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengendalikan serta mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan yang diterapkan di PICU-NICU 2.3 Kepala SMF melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan dan prosedur tehnis pelayanan di PICU-NICU 2.4 Kepala divisi menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kebijaksanaan dan prosedur yang diterapkan di dan mengevaluasi administratif pelayanan di PICU-NICU 3. KEBIJAKAN 3.1 Pelayanan PICU-NICU mempunyai kebijakan dan prosedur yang lengkap dan tertulis serta disahkan oleh direktur dan mengacu pada standar pelayanan Depkes 3.2 Setiap jenis penatalaksanan penderita harus dilakukan berdasarkan SOP 3.3 Pelayanan PICU-NICU harus mempunyai prosedur tertulis tentang cara penatalaksanaan penderita 3.4 Harus ada prosedur tentang penanganan khusus bagi penderita menular 3.5 Untuk operasional dan pemeliharaan alat harus ada pedoman cara mengatasi masalah 3.6 Untuk indikasi atau pemakain ruangan harus mempunyai prosedur tetap sehingga penggunaan pemakaian bisa dipertanggung jawabkan 3.7 Dilakukan evaluasi terhadap setiap kebijakan dan prosedur yang ada

description

klzjdklhsli

Transcript of Protap PICU678

Page 1: Protap PICU678

PELAYANAN PICU – NICUKEBIJAKAN DAN PROSEDUR

1. RUANG LINGKUPBagian ini menerangkan sistem kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di PICU-NICU

2. TANGGUNG JAWAB2.1 Direktur mensahkan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan di PICU-NICU2.2 Wadir Penunjang Medis & Diklit bertanggung jawab dalam mengawasi dan

mengendalikan serta mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan yang diterapkan di PICU-NICU

2.3 Kepala SMF melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan dan prosedur tehnis pelayanan di PICU-NICU

2.4 Kepala divisi menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kebijaksanaan dan prosedur yang diterapkan di dan mengevaluasi administratif pelayanan di PICU-NICU

3. KEBIJAKAN

3.1 Pelayanan PICU-NICU mempunyai kebijakan dan prosedur yang lengkap dan tertulis serta disahkan oleh direktur dan mengacu pada standar pelayanan Depkes

3.2 Setiap jenis penatalaksanan penderita harus dilakukan berdasarkan SOP3.3 Pelayanan PICU-NICU harus mempunyai prosedur tertulis tentang cara

penatalaksanaan penderita3.4 Harus ada prosedur tentang penanganan khusus bagi penderita menular3.5 Untuk operasional dan pemeliharaan alat harus ada pedoman cara mengatasi

masalah3.6 Untuk indikasi atau pemakain ruangan harus mempunyai prosedur tetap sehingga

penggunaan pemakaian bisa dipertanggung jawabkan3.7 Dilakukan evaluasi terhadap setiap kebijakan dan prosedur yang ada

4. DOKUMENT TERKAIT4.1 Protap indikasi perawatan di PICU4.2 Protap alur transportasi pasien4.3 Protap alat dan obat `` life saving ``yang harus tersedia 4.4 Protap teknik transfusi darah4.5 Protap penentuan kematian berdasarkan kematian batang otak4.6 Protap penilaian tingkat kesadaran4.7 Protap transport penderita gawat4.8 Protap pengelolaan syok septik4.9 Protap bantuan nafas buatan ( VTP )

Page 2: Protap PICU678

INDIKASI PERAWATAN PENDERITA DI PICU

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian

: Penentuan penderita yang dapat dirawat di PICU

Tujuan

: Memberikan batasan penderita yang akan mendapat pelayanan di PICU

Kebijakan : Penderita dalam keadaan akut, kritis dan masih dalam keadaan dapat ditolong (reversible dan recoverable )

Prosedur :1. INDIKASI UMUM

1. Semua penderita yang membutuhkan bantuan pernafasan mekanik atau alat bantuan khusus lainnya.

2. Semua penderita yang membutuhkan monitoring secara cermat dan ketat.

2. INDIKASI KHUSUS1. Kelainan pada saluran pernafasan :

Pneumonia, Bronkiolitis, Laringitis dirawat di PICU apabila : dengan pengobatan klasik tidak memberikan hasil yang baik atau menuju kearah terjadinya kegagalan pernafasan.

2. Kelainan pada sistem kardiovaskulerSyok : hipovolemik, kardiogenik, septikSyok hipovolemik dan septik yang tidak menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan klasik atau didapatkan komplikasi menuju kearah kegagalan pernafasan. Setiap syok kardiogenik / syok septik apapun penyebabnya, untuk pengawasan EKG (BED SIDE) / pemantauan ketat hemodinamik.

3. KeracunanKasus-kasus keracunan makanan, obat-obatan, zat kimia yang memerlukan pengobatan suportif misalnya : hemodialisa, transfusi tukar, bantuan nafas mekanik, syok.

4. Penderita pasca bedah mayor yang membutuhkan ventilator.

3. PRIORITAS INDIKASI RAWAT PICUMengingat terbatasnya tempat / tenaga / sarana maka prioritas indikasi rawat PICU :

1. syok kardiogenik apapun sebabnya 2. syok septik dengan komplikasinya - kegagalan pernafasan apapun sebabnya Unit terkait

: UGD, HND, SMF lain di RSDK Semarang

Page 3: Protap PICU678

ALUR PERAWATAN PASIEN ( FLOW OF PATIENTS )

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Pelayanan pasien yang akan mendapat perawatan di PICU Tujuan : Memudahkan persiapan penderita yang akan mendapat pelayanan di

PICUKebijakan : Mengatur tanggung jawab pelayanan PICUProsedur :

A. 1. Bila dari ruangan : dokter anak diruangan mengajukan permintaan tertulis kepada dokter anak PICU dengan menyebut indikasi rawatnya.

2. Penderita yang berasal dari poliklinik anak atau dari luar dapat langsung meminta persetujuan dokter anak PICU secara tertulis untuk dirawat di PICU setelah konsultasi dengan supervisor PICU. 3. Diluar jam kerja dokter jaga PICU dapat bertindak mewakili dokter anak PICU setelah konsultasi dengan supervisor PICU.

B. Dokter anak ( supervisor ) PICU memberi persetujuan atau penolakan secara tertulis lewat dokter jaga PICU, setelah mempertimbangkan keadaan , tempat fasilitas dan indikasi rawat.

C. Setelah disetujui penderita diserah terimakan dan selanjutnya dirawat oleh dokter jaga PICU dan pengelolaannya dikonsulkan dengan supervisor PICU.

D. Konsultasi dengan konsultan UPF anak / UPF lain dikerjakan secara tertulis oleh dokter anak PICU sesuai indikasi.

E. Dokter anak ( supervisor ) PICU akan memperhatikan saran dari konsultan untuk bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan penderita.

F. Segera setelah tidak ada indikasi untuk dirawat di PICU atas keputusan dokter anak PICU penderita dikembalikan ke ruangan asal penderita, dipulangkan atau meninggal.

Unit terkait : UGD, HND,Bangsal anak , SMF lain ( THT, Bedah ) di RSDK Semarang

Page 4: Protap PICU678

PENYEDIAAN OBAT & PERALATAN KEGAWATAN

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 2

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Obat-obat emergensi dan peralatan standar yang harus tersedia di PICU/NICU

Tujuan : Mendukung pelayanan terhadap kegawatan penderita yang dirawatKebijakan : Semua tempat perawatan yang menjadi ruang lingkup PICU/NICU

harus tersediaProsedur :

I. PERALATANA. Alat pembebas jalan napas

1. AMBU Bag : lengkap2. Masker / sungkup muka : semua ukuran ( lengkap )3. Laringoskop dan Blade ( prematur, bayi, anak, dewasa )4. Pipa ET lengkap ( No. 2,5 s/d 8 )5. Pipa nasofaringeal lengkap6. Pipa orofaringeal lengkap7. Forsep magill ( anak dan dewasa )8. Pipa trakheostomi lengkap ( No. 5 s/d 8 )9. Masker ( non dan rebreathing ), O2 kanul, T piece10. Head box11. Kateter penghisap

B. Alat transfusi dan infus1. infusion pump2. syringe pump3. infus set / transfusi set / extension tube4. i.v catheter ( No. 24, 22, 20, 18 )5. three way stopcock6. umbilikal catheter

1. Monitor1. bed side monitor : pulse oxymetri, tekanan darah invasif 2. dan non infasif3. EKG4. Respirasi5. Temperatur

D. Lain-lain1. NGT ( feeding tube )2. Spuit3. Catheter urin

Page 5: Protap PICU678

E. OBAT-OBATAN1. Adrenalin2. Aminophylin3. Atropin sulfas4. Calcium cholire 10% / calcium glukonas 10%5. Dexametason6. Diazepam7. Dilantin 8. Digoxin9. Diphenhidramin10. Dopamin11. Dobutamin12. Dextrose 40%13. Heparin14. Lidocain15. Manitol16. Midazolam17. Meperidin18. Morfin19. Naloxone20. Natrium bikarbonat21. Phenytoin22. Phenobarbital23. Furosemid inj24. Klonidin inj

F. CAIRAN-CAIRANA. Cairan kristaloid

Cairan yang mengandung molekul elektrolit1. Sodium Chloride ( NaCl 0,9 % )2. Ringer laktat3. Maintenance : D 5% dengan elektrolit NaCl dan KCl

B. Cairan koloid Cairan pengganti plasma sebelum mendapatkan transfusi

1. HAES steril 6%, HAES steril 10%2. Expafusin3. Albumin 2,5 %, 10 5

Page 6: Protap PICU678

TEKNIK TRANSFUSI DARAH

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Transfusi darah merupakan suatu rangkaian proses pemindahan darah seorang donor kepada resipien.

Tujuan : Menyamakan tindakan tehnik transfusi darahKebijakan : Semua tindakan transfusi darah harus memenuhi prosedur tehnik transfusi darahProsedur :1. Tentukan indikasi transfusi dengan jelas dan tepat2. Pilih darah / komponen darah yang akan diberikan secara efisien3. Hitung jumlah volume darah yang akan ditransfusi4. Ambil contoh darah untuk uji laboratorium ( golongan darah, test cocok serasi )5. Cocokkan darah yang datang dari Bank Darah / PMI6. Prosedur dibangsal :

Perawat dan dokter bangsal sudah mengetahui rencana transfusi Darah yang datang dicek sekali lagi Lakukan uji kebocoran kantung darah Catat waktu mulai dan selesai transfusi darah

7. Persiapan Transfusi darah : Siapkan peralatan infus : tiang penyangga, set transfusi tipe `Y`, lokasi jalur, ukuran

jarum kateter (no18-20), filter 170 mikroliter Bekerja aseptik, penderita imunosupresif / netropeni (sarung tangan harus steril ) Jangan tambah obat apapun dalam kantong darah Jaga temperatur darah (hipertermi berakibat hemolisis, hipotermi berakibati aritmia

/ henti jantung ) Kecepatan infus:

- kehilangan darah akut, kecepatan > 100 ml per menit sampai sistolik 100 mmHg- Anemia kronis 4 jam untuk setiap unit darah ( jangan > 2 ml/mnt )- Penderita penyakit jantung, paru dan ginjal bila perlu diberikan > 2 untt darah

akan lebih aman dibagi 2 kali secara terpisah

- Transfusi trombosit diberikan 1-2 jam- Cryopresipitat dan F VIII diberikan tidak lebih 10 ml/mnt- PRC atau darah yang sedikit plasmanya, viskositas terlalu tinggi, kecepatan

aliran berkurang, sehingga perlu dicampur dengan saline fisiologis 50-100 ml/unit8. Pemantauan :

5-30 menit pertama transfusi, terutama patau kecepatan tetesan dari reaksi transfusi Pantau tanda vital, diuresis, lokasi jalur infus (reaksi inflamasi & ekstravasasi )

1. Evaluasi akhir : Lepas jalur infus, cek sekitar lokasi bila tak ada tanda radang segera tekan dan tutup

dengan kassa steril. Bila ada tanda radang, kirim ujung kateter ke laboratorium bakteriologi Bila ada risiko overload sirkulasi pantauan diteruskan sampai 120/ 24 jam pasca transfusi

Unit terkait : HND, BBRT, PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 7: Protap PICU678

PENGELOLAAN REAKSI TRANSFUSI

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Reaksi transfusi adala reaksi reaksi yang terjadi selama tranfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi.

Tujuan : Sebagai panduan penanganan reaksi transfusiKebijakan : Reaksi transfusi merupakan reaksi akut yang membahayakan jiwa yang

memerlukan tindakan penanganan segeraProsedur :

1. Reaksi hemolisis mayor- hentikan transfusi- pertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal- berikan cairan NaCl atau RL- berikan hidrokortison 100 mg IV dan antihistamin- pada syok berat berikan adrenalin intravena- jika terjadi gagal ginjal kelola sesuai penatalaksanaan gagal ginjal

2. Pasien dengan darah terinfeksi- penatalaksanaan sesuai protap syok- segera beri antibiotika sebelum hasil kultur keluar

3. Pasien dengan reaksi alergi- Gejala : gatal, urtikaria,kasus berat edema- Segera berikan antihistamin dan hidrokortison- Perlu komponen yang dicuci pada transfusi selanjutnya

4. Pasien dengan overload cairan- Gejala : pusing, batuk, tanda edema pulmo- Jika ditemukan gagal jantung, kelola sesuai penatalaksanaan gagal jantung- Berikan diuretika- Pencegahan : tetesan lambat

Unit terkait : HND, BBRT, PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 8: Protap PICU678

PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK( PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR )

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya sehingga fungsi vitalnya rusak ireversibel dan tidak lagi tergantung pada keadaan jantung.

Tujuan : Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otakKebijakan : Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkanProsedur :1. Pada hakekatnya seseorang telah meninggal jika batang otaknya sudah mati. Oleh

karena itu penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan hanya melakukan pemeriksaan terhadap fungsi batang otak saja.

2. Untuk mengetahui fungsi batang otak perlu dilakukan pemeriksaan terhadap:- respon terhadap sekitar ( perintah, rangsangan, gerak, dann sebagainya)- gerakan otot dan postur dengan catatan bahwa pasien tidak dalam sedang berada

dibawah pengaruh obat pelemas otot- reflek pupil- reflek kornea- respon motorik syaraf kranial terhadap rangsangan- reflek menelan atau batuk jika tuba endotrakeal didorong kebawah- reflek vestibulo okuler bila air es dimasukkan kedalam telinga- napas spontan jika respirator dilepas dalam waktu cukup (+ 10 mnt ) sehingga pCO2

melebihi 50 torr3. Pemeriksaan tersebut pada ayat 2 baru boleh dilakukan paling sedikit 6 jam setelah

onset apneu dan koma4. Jika hasil dari pemeriksaan tersebut pada ayat 2 negatif maka diagnosis kematian

batang otak belum dapat ditegakkan sebelum dilakukan pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan konfirmasi , sehingga karenanya pasien harus tetap dianggap masih hidup dan diperlakukan sebagaimana layaknya

5. Pemeriksaan yang kedua untuk kepentingan konfirmasi tersebut diatas baru boleh dilakukan paling cepat 2 jam setelah pemeriksaan pertama

6. Jika pemeriksaan yang kedua juga menunjukkan hasil yang negatif maka diagnosis kematian batang otak dapat ditegakkan dan selanjutnya pasien dinyatakan meninggal serta dibuat surat kematiannya

7. Pemeriksaan angiografi dan EEG tidak diperlukan, tetapi dokter dapat melakukannya jika merasa ragu terhadap hasil pemeriksaan seperti tersebut diatas

8. Dalam hal pasien meninggal ( dinyatakan meninggal ) maka segala macam peralatan penunjang kehidupannya harus dicabut, kecuali pasien dipersiapkan menjadi donor kadaver.

Unit terkait : PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 9: Protap PICU678

PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAKPENDERITA DI BANGSAL / HND / UGD

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Mati batang otak suatu keadaan jaringan otak rusak sedemikian beratnya sehingga fungsi vitalnya rusak ireversibel dan tidak lagi tergantung pada keadaan jantung.

Tujuan : Untuk menyamakan penilaian / diagnosis kematian batang otakKebijakan : Diagnosis kematian batang otak harus melalui prosedur yang ditetapkanProsedur :

1. Setiap pasien yang dibawa ke UGD dianggap masih dalam keadaan hidup dan diperlakukan sebagaimana layaknya sebelum dinyatakan meninggal

2. Pernyataan meninggal cukup dilakukan seorang dokter kecuali bila pasien dipersiapkan menjadi donor kadaver maka harus dibuat oleh minimal 2 orang dokter yang tidak terlibat dalam proses transplantasi

3. Sebelumnya dokter harus melakukan pemeriksaan teliti 4. Bila sudah terdapat henti jantung dan paru maka perlu resusitasi paling sedikit 10

menit atau dipasang alat / respirator kecuali dokter yakin bahwa tindakan medik tersebut tidak ada gunanya

5. Jika sesudah resusitasi tidak menunjukkan tanda-tanda berhasil maka segala upaya dapat dihentikan dan kemudian pasien ditempatkan di ruang observasi selama 2 jam untuk kepentingan konfirmasi kecuali dokter yakin bahwa pasien telah benar-benar meninggal

6. Jika selama observasi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka pasien tersebut dapat dinyatakan meninggal

7. Setiap pasien yang telah dinyatakan meninggal oleh dokter harus dibuatkan surat kematian atas namanya dan selanjutnya jenazah ditempatkan dikamar jenazah

8. Dalam hal pasien dipasang alat penunjang kehidupan ( respirator ) maka untuk penetuan kematiannya dikemudian hari harus menggunakan kriteria diagnosis yang bersumber pada konsep “ brain stem death is death ”

Unit terkait : Bangsal Anak , HND, UGD, BBRT RSDK Semarang

Page 10: Protap PICU678

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN( METODE GLASGOW-PITTSBURGH COMA SCALE )

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Penentuan tingkat kesadaran dengan metode Glasgow- Pittsburgh Coma Scale Tujuan : Menyamakan penilaian tingkat kesadaran anakKebijakan : Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuatProsedur :

a. BUKA MATASpontan 4Pada perintah 3Pada rangsangan nyeri 2Tidak ada 1

b. RESPON MOTORIK TERBAIKMenurut perintah 6Reaksi setempat 5Menarik ( withdraws ) 4Fleksi abnormal 3Ekstensi 2Tidak ada 1

c. RESPON VERBAL TERBAIKBaik ( oriented ) 5Pembicaraan kacau 4Kata-kata tak tersusun 3Suara 2Tidak ada 1

d. REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYANormal 5Lambat 4Respon tak sama 3Besar tak sama 2Tidak ada 1

e. REFLEK SARAF OTAK TERTENTUSemua ada 5Reflek bulu mata (-) 4Reflek kornea (-) 3Doll eye (-) 2Semua reflek kranial (-) 1

f. KEJANGTidak ada 5Kejang fokal 4Umum intermiten 3Umum kontinyu 2Flaksid 1

g. NAPAS SPONTANNormal 5Periodik 4Hiperventilasi sentral 3Hipoventilasi / ireguler 2

Apnea 1Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU , NICU RSDK Semarang

Page 11: Protap PICU678

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN( METODE GLASGOW COMA SCALE )

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Penentuan tingkat kesadaran dengan metode Glasgow Coma ScaleTujuan : Menyamakan penilaian tingkat kesadaran anakKebijakan : Penilaian tingkat kesadaran harus memakai kriteria yang telah dibuatProsedur :

Skala koma Glasgow (4-15 th) Skala koma anak (< 4 th)Buka mata Spontan 4 Buka mata Spontan 4

Karena suara 3 Reaksi terhadap bicara 3Karena nyeri 2 Reaksi terhadap nyeri 2Tidak ada 1 Tidak ada 1

Motorik Menurut perintah 6 Motorik Spontan atau menurut perintah 6Lokalisasi nyeri 5 Lokalisasi nyeri 5Menarik karena nyeri 4 Menarik karena nyeri 4Fleksi karena nyeri 3 Fleksi abnormal karena nyeri

(postur dekortikasi)3

Ekstensi karena nyeri 2 Ekstensi abnormal karena nyeri(postur deserebrasi)

2

Tidak ada (flacid) 1 Tidak ada 1Lisan Terorientasi 5 Lisan Terorientasi, tersenyum mengikuti

obyek, interaksi5

Kacau / bingung 4 Menangis berhubungan

Interaksi tidak tepat

4

Kata-kata tidak tepat 3 Menangis tidak konsisten, berhubungan

Interaksi menyeberang

3

Suara tidak khas 2 Menangis tidak berhubungan

Interaksi iritabel 2

Tidak ada 1 Tidak ada Tidak ada 1

Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU NICU di RSDK Semarang

Page 12: Protap PICU678

PENILAIAN PIM (Pediatric Index of Mortality)

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : PIM (Pediatric Index of Mortality) untuk menilai prediksi kemungkinan meninggal

Tujuan : Menyamakan penilaian PIM (Pediatric Index of Mortality)Kebijakan : Penilaian prediksi kemungkinan meninggal dengan PIMProsedur :1. Tentukan respon pupil terhadap cahaya. Kanan dan kiri > 3 mm, respon tak ada=1, lainnya=0, tak ada data=0. Hasil penilaian dikalikan 2,3572. Jika ada salah satu keadaan berikut ini, nilanya =1, tidak ada =0 (1) cardiac arrest sebelum perawatan (5) kardiomiopati atau miokarditis

(2) defisiensi imun berat (6) sindroma hipoplatik jantung kiri (3) leukemia/ limfoma setelah induksi (7) infeksi HIV

yang pertama (8) IQ < 35 lebih buruk dari Sindrome Down (4) perdarahan otak (9) penyakit neurodegeneratif Hasil penilaian dikalikan 1,8263. Tentukan apakah penderita dirawat Elektif nilanya =1 , Darurat nilainya =0

Hasil penilaian dikalikan 1,5524. Mendapat ventilator 1 jam pertama (tidak=0, ya=1) Hasil penilaian dikalikan 1,3425. Tekanan darah sistolik mmHg (tak ada data=120, ada data dikurangi 120) Hasil penilaian dikalikan 0,0216. Base excess mmol/L (tak ada data=0) Hasil penilaian dikalikan 0,0717. Hitung 100 kali FiO2 (abssolut) dibagi paO2 mmHg (bila tidak ada data=0) Hasil penilaian dikalikan 0,4158. (1+2+3+4+5+6+7)-4,873=PIM logit

Prediksi kemungkinan meninggal =elogit/(1+elogit)=2,7183 Pim logit/(1+2,7183 PIM logit)

CARA MENGGUNAKAN KALKULATOR (KARCE KC 117)

1. 2,7183 Yx PIM logit = X M

2. 1 + RM = : RM INV RM =

Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU NICU RSDK Semarang

Page 13: Protap PICU678

ALUR TRANSPORT PENDERITA ANAK DENGAN KEGAWATAN DI LINGKUNGAN RS Dr. KARIADI

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Setiap pasien gawat yang akan dikirim dilakukan stabilisasi sebelum ditransportasi ke ruangan

Tujuan : Pembentukan TIM persiapan transport penderita gawatKebijakan : Pengiriman penderita harus berdasarkan prosedur transport yang

telah dibuatUnit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU - NICU di RSDK SemarangProsedur :

PASIEN SETUJU DIRAWAT

DOKTER PENGIRIM MENGHUBUNGI DOKTER PENERIMAKeadaan pasien,Diagnosis,alasan dirawat,sarana yang dibutuhkan

PERSIAPAN TRANSPORT

STABILISASI PASIEN A. Airway

Pasien : jalan nafas terbuka & adekuat, bila perlu intubasi dengan posisi yang benarSarana : tangki O2, suction

B. BreathingPasien : evaluasi gerak dada, pengembangan dada adekuat, BGA, saturasi O2

Sarana : tangki O2, ambu bag, pulse oksimetri C. Sirkulasi

Pasien : perfusi adekuat, pasang kateter, jalur i.v stabil bila ada resiko kegagalan sirkulasi : VS, CVPSarana : infus set, cairan i.v, kateter & urinary bag

D. ObatObat-obatan emergensi sesuai kegawatan saat masuk

Dikirim dengan didampingi dokter dan paramedis

Page 14: Protap PICU678

PENGELOLAAN SYOK SEPTIK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Syok septik adalah suatu sindrom klinik yang disebabkan tidak cukupnya perfusi jaringan dan hipoksia jaringan yang diinduksi oleh sepsis.

Tujuan : Menyamakan pengelolaan syok septikKebijakan : Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritma Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU di RSDK SemarangProsedur :

0 menit Kenali adanya penurunan status mental dan perfusi5 menit Pertahankan jalan napas dan pasang akses sesuai dengan pedoman PALS

Masukkan dengan cepat 20cc/kgBB bolus garam isotonik atau koloid hingga 60cc/kgBb atau lebihKoreksi hipoglikemia dan hipokalsemia

15 menit Syok yang refrakter terhadap pemberian cairan

Responsif terhadap cairan Pasang akses vena sentral mulai terapi dopamine dan pemantauan arterial

Syok yang refrakter cairan – resisten dopamin

Observasi di PICU Titrasi epinefrin untuk syok dingin, norepinefrrin untuk syok hangat hingga MAP-CVP normal dan saturasi SVC O2> 70%

Syok yang resisten katekolaminTerdapat risiko insufisiensi adrenal? Tidak ada risiko?

Beri hidrokortison/ metilprednisolon Jangan beri hidrokortison

60 menitTekanan darah normal Tekanan darah rendah Tekanan darah rendah Syok dingin Syok dingin Syok hangatSaturasi SVC O2 < 70% Saturasi SVC O2 < 70%

Tambahkan vasodilator atau Titrasi volume Titrasi volumeInhibitor PDE tipe III dengan dan epinefrin dan norepinefrin Volume loading (?) Vasopresin atau

angiotensin

Syok yang reisten katekolamin mennetap

Pasang kateter arteri pulmonal dan cairan langsung, terapi Syok refrakter Inotrop, vasopressor, vasodilator dan hormonal untukmemperoleh MAP-CVP normal dan CI >3,3 dan <6,0 L/mnt/m2 Pertimbangkan

ECMO

Page 15: Protap PICU678

PENGELOLAAN SYOK DENGAN PENYULIT

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Syok adalah suatu kumpulan gejala ganguan hemostatik akut akibat bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel

Tujuan : Menyamakan pengelolaan syok dengan penyulitKebijakan : Pengelolaan syok dikerjakan sesuai algoritme yang telah dibuat Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU di RSDK SemarangProsedur :

CVP < 10 cm H2O CVP > 10 cm H2O

CVP < 6 cmH2O CVP 6-10 cmH20 CVP >10 cmH2O

Koloid4 ml / kg / 10 mnt

Koloid2 ml / kg / 10 mnt

Koloid1 ml / kg / 10 mnt

Kalau perlu inotropik, vasodilator

Cari :- perdarahan - sebab hipovolemik lain

CVP > 4

CVP 2 - 4

CVP < 2

Stop

Koloid 4 ml/kg/10mnt

Koloid lain / kristaloid

Sesudah normovolemik

(+) inotropik, obat lain

perbaikan gagal

Page 16: Protap PICU678

BANTUAN NAFAS BUATAN ( VTP )

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Ventilasi tekanan positif digunakan untuk memberikan bantuan pernapasan Tujuan : Menentukan batas waktu penghentian VTP dan tanggung jawab

pelaksanaannyaKebijakan : Penentuan batas waktu penghentian VTP berdasarkan prosedur yang

telah dibuatUnit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU/NICU di RSDK SemarangProsedur :

Tentukan

RECOVERRABLE IRRECOVERABLE (berdasar GPCS,GCS,PIM )

Dr PICU/ NICUDr. AnestesiDr. Neurologi(min 2 orang)

BAGGING BAGGING 30 menit

Evaluasi tiap jam Evaluasi

Perbaikan Irrecoverrable Brain death Informed consentKlinis Dr PICU/NICU Lisan/ tulisanLaboratoris Dr Anestesi

Dr Neurologi (min 2 orang)

Pertahankan (+) (-)Bagging stop evaluasi 30 menit

MBO (-) MBO (+)

Evaluasi maks 48 jam Bagging stop < 1 th : 24 jam > 1 th : 12 jam bila evaluasi 2x tiap 6 jam sama/memburuk MBO 8 th : 6 jam

Yang melakukan bagging : Dokter Speialis anak, Dr PPDS I, perawat, mahasiswa disertakan dalam kasus belajar

Page 17: Protap PICU678

PENGELOLAAN HIPERPIREKSIA

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Hiperpireksia merupakan suatu keadaan emergensi dan perlu segera mendapat terapi agresif untuk menurunkan suhu.

Tujuan : Sebagai panduan penanganan hiperpireksia Kebijakan : Penanganan hiperpireksia haruslah secara benar karena penanganan

yang tidak tepat akan menyebabkan kondisi perburukan pada penderitaProsedur :1. Kenali gejala klinis demam set point hipotalamus normal atau meningkat

Set point normal Set point meningkatSuhu 41,1C Suhu 41,1CPengeluaran panas (N) Klinis : - badan panas badan dingin - Piloerekton (-) piloerekton (+) - Ekstremitas panas Ekstremitas dingin

- keringat >> << - menggigil (-) (+) 2. Pertahankan / stabilisasi

a. Respirasi : airway (posisi kepala,isap lendir) & breathing (oksigen nasal – Intubasi)

b. Sirkulasi (infus IV) tiap kenaikan 1 C tambah cairan 12,5%3. Turunkan panas

a. Set point hipotalamus normal Pengeluaran panas secara fisik

- eksternal / surface/ direct cooling (kompres dingin, hipoterrmic mattras)- internal / central cooling (bilas lambung/VU/rektum dengan NaCl fisiologis

dingin)b. Set point hipotalamus meningkat

- antipiretik- sedasi- vasodilatasi kulit (selimut, largaktil, kompres hangat / tepid sponge)

4. Atur ventilasi & suhu ruangan ( 18C) agar sesuai dengan kondisi pasien5. Pantau suhu tubuh secara kontinyu6. Cari penyebab & obati ( laboratorium atas indikasi)

Unit terkait : PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 18: Protap PICU678

PEMASANGAN VENA SEKSI SAFENA MAGNA

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Pemasangan jalan masuk ke sirkulasi pada pasien yang memerlukan obat dan cairan intravena , berisiko henti napas/jantung, menjalani resusitasi jantung paru

Tujuan : untuk memasang jalur masuk ke sirkulasi / pembuluh darah sebagai tunjangan hidup lanjut pada penderita

Kebijakan : Pencapaian obat dan cairan ke pembuluh darah secara cepat akan mempengaruhi resusitasi selanjutnyayang dapat dilakukan segera

Prosedur : Alat-alat :

- bidai untuk fiksasi tungkai bawah,- lidokain 1% dengan spuit 2cc dan jarum No 23,- scalpel dan mosquito bengkok,- benang dan jarum

Teknik :

1. Tentukan tempat incisi kulit yaitu satu jari (2cm) pada anak, setengah lebar jari (1cm) pada bayi dan 2 jari pada anak besar sebelah anterior maleolus medialis

2. Pakai sarung tangan dan bersihkan daerah incisi dengan cairan antiseptik kemudian tutup daerah sekitar dengan kain penutup steril

3. Berikan anestesi lokal dengan suntikan infiltrasi lidokain 1% dan iriss kulit dengan scalpel

4. Bebaskan jaringan subkutan dengan mosquito klem dan angkat vena setelah terlihat, kemudian bebaskan

5. Potong benang sepanjang15-30 cm dua lembar , buat simpul di daerah proksimal dan distal vena kemudian ikat ujung distal

6. Buat lubang pada vena dengan ujung scalpel atau gunting runcing, kemudian sambil memegang ikatan distal vena masukkan kanul kateter intravena dan fiksasi dengan ikatan benang proksimal secukupnya

7. Jahit kulit dan hubungkan ujung kanul/kateter dengan pipa infus

Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU,NICU di RSDK Semarang

Page 19: Protap PICU678

PEMASANGAN INTUBASI MELALUI PIPA ENDOTRAKEAL

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Intubasi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan jalan napas dan memberikan bantuan ventilasi dengan alat bantu

Tujuan : Memberikan ventilasi dan oksigenasi secara efektifKebijakan : Pasien yang mengalami kegagalan pernapasan yang menunjukkan

tidak adekuatnya ventilasi alveolar, kegagalan oksigenasi arterial dan pengeluaran karbondioksida memerlukan bantuan ventilasi

Prosedur :

1. Lakukan ventilasi melalui balon dan masker resusitasi dengan O2 100%2. Pantau denyut jantung dan pulse oxymetri3. Siapkan laringoskop, pipa endotrakeal, kateter penghisap yang baik dan tepat ukuran4. Tindakan intubasi harus dilakukan dengan cepat ( tidak boleh > 30 detik)5. Gunakan laringoskop, agar liang glotis dapat terlihat jelas, sumbu mulut, farings dan

glotis harus segaris. Untuk anak > 2 tahun dilakukan sniffing position, bayi tidak perlu karena oksiput prominen, pada trauma leher dilakukan posisi netral

6. Bersihkan jalan napas dengan kateter penghisap bila dibutuhkan 7. Intubasi dapat dilakukan secara orotrakeal atau nasotrakeal.Intubasi nasotrakeal

membutuhkan cunam Magill untuk menuntun ujung pipa masuk ke dalam liang glotis. Penekanan rawan krikoid dari luar seringkali memudahkan visualisasi liang glotis. Masukkan pipa endotrakeal sampai petanda terletak tepat setinggi pita suara.Bila pipa endotrakeal dengan cuff, letakkan cuff tepat di bawah pita suara,kembangkan cuff sehingga menghasilkan tekanan lebih dari 20-30 cm H2O

8. Setelah pipa endotrakeal terpasang lakukan observasi gerakan simetri dada, auskultasi suara napas pada bagian lateral dada kiri dan kanan, passtikan suara napas tidak terdengar di lambung

9. Bila gerakan dada dan suara napas tidak simetrris, kemungkinan terjadi intubasi endobronkial, pipa endotrakeal harus ditarik sehingga gerakan dada dan suara napas simetri

10. Lakukan fiksasi dengan plester,agar posisi pipa tidak berubah beri tanda pada bagian pipa yang terletak setinggi mulut(orotrakeal) atau hidung (nasotrakeal)

11. Lakukan foto dada untuk memastikan posisi pipa endotrakeal yang tepat12. Evaluasi analisa gas darah untuk menilai tingkat ventilasi yang akan dicapai

Unit terkait : Bangsal Anak, HND, UGD, BBRT, PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 20: Protap PICU678

PEMASANGAN VENTILATOR MEKANIK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Ventilator mekanik adalah alat yang dapat membantu atau mengambil alih pertukaran gas di dalam paru untuk mempertahankan kehidupan

Tujuan : Memberikan ventilasi alveolar yang adekuat, memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kerja pernapasan

Kebijakan : Semua pasien yang mengalami gagal napas akut berhak mendapat ventilasi mekanik apabila tersedia

Prosedur :

1. Tentukan modus ventilator yang paling sesuai

2. FiO2 dapat diberikan mulai 1,0, dapat diturunkan berdasar saturasi oksigen

3. Tidal volume : 8-10 ml/kg BB (Volume cycle), PIP 20 cmH2O (Pressure cycle)

4. Tentukan frekuensi napas dan ventilasi semenit yang sesuai

5. Gunakan PEEP pada kelainan paru yang luas untuk menunjang oksigenasi,

menurunkan FiO2 dan mempertahankan delivery oksigen ke jaringan. Tentukan

dengan hati-hati jangan sampai menyebabkan tekanan inspirasi terlalu tinggi.

6. Beberapa stategi untuk menurunkan tekanan inspirasi antara lain :

a. menurunkan kecepatan aliran gas (flow rate) yang akan menurunkan rasio I:E

b. Menurunkan volume tidal hinga 5 ml/kgBB yang mungkin dapat menurunkan pH

7. Bila modus ventilasi memrrlukan setting kecepatan aliran gunakan kecepatan aliran

yang tepat untuk mencegah pengumpulan gas pernapasan dan auto-PEEP

8. Parameter yang perlu dipantau untuk menilai delivery oksigen jaringan yang adekuat

antara lain Hemoglobin, curah jantung dan saturasi oksigen

9. Apabila timbul kesulitan oksigenasi, ventilasi atau tekanan inspirasi yang terlalu tinggi

pertimbangkan untuk menggunakan sedasi, analgesi atau perubahan posisi

Mintalah bantuan kepada konsultan pediatrik gawat darurat

Unit terkait : PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 21: Protap PICU678

PENYAPIHAN VENTILATOR MEKANIKNo. Dokumen No. Revisi

AHalaman

1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Proses penyapihan berarti pengurangan bertahap bantuan ventilasi mekanik dan mengalihkan pada pernapasan spontan

Tujuan : Pasien dapat bernapas spontan Kebijakan : Semua pasien yang mengalami gagal napas dan mampu tanpa bantuan

ventilator mekanik Prosedur :

1. Laksanakan penyapihan pada pagi hari setelah penderita cukup istirahat di malam hari2. Semua obat sedasi dan pelumpuh otot sudah dihentikan dan habis pengaruhnya untuk

menghindari depresi pernapasan3. Perubahan setting ventilator untuk penyapihan :

a. Penurunan FiO2 dilakukan bertahap 2-5%b. Pada ventilator pressure PIP diturunkan 2 cm H2O setiap 2-4 jam jangan

menurunkan PIP kurang dari 20-25 cm H2O atau melewati batas pengembangan dada dan suara napas yang adekuat agar tidak terjadi hipoventilasi. Setelah stabil IMV rate diturunkan

c. Pada ventilator volume IMV dapat langsung dikurangi secara periodik 25% setiap 2-4 jam sambil mengawasi kualitas pernapasan spontan

d. PEEP dikurangi 2 cm H2O setiap 22-4 jam dan dipertahankan sampai 2-3 cm H2O (PEEP fisiologis)

4. Setiap perubahan parameter ventilator di atas seharusnya dikonfirrmasi dengan analisa gas darah. Selain itu perlu diperhatikan parameter kegagalan percobaan penyapihan :

- peningkatan / penurunan frekuensi jantung lebih dari 20 kali/menit- peningkatan frekuensi napas lebih dari 10 kali/menit- tekanan diastolik naik / turun lebih dari 20 mmHg- penurunan kesadaran atau gelisah- terjadi aritmia/ diritmia- pernapasan paradoksal / kelelahan otot napas- saturasi O2 kurang dari 90% (pulse oxymetri)- perburukan hasil analisis gas darah (hipoksia, asidosis respiratorik akut)

Unit terkait : PICU - NICU di RS. Dr. Kariadi Semarang

Page 22: Protap PICU678

TINDAKAN EKSTUBASI

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Apabila penderita telah berhasil disapih dari ventilator dan dapat bernapas spontan dapat disiapkan untuk tindakan ekstubasi

Tujuan : Pasien dapat bernapas spontan Kebijakan : Semua pasien yang telah disapih dari ventilator Prosedur :

Persiapan penderita :- Penjelasan maksud dan tujuan tindakan- Lambung dalam keadaan kosong (3-4 jam sebelumnya dipuasakan)- Bila penderita telah diintubasi lama (> 72 jam) dan edema laring dapat diberikan

kortikosteroid 1 mg/kgBB bolus diteruskan 0,3-0,5 mgg/kg BB IV selama 3 kali jangka pendek 12-24 jam sebelum diekstubasi

Teknik : 1. Siapkan peralatan untuk reintubasi bila diperlukan maka sebaiknya ekstubasi

dikerjakan pagi hari karena banyak tenaga dokter yang siap di tempat2. Lakukan fisioterapi dada dan oksigenasi (bagging dengan FiO2 1,0)3. Pengisapan lendir dari pipa endotrakeal, hidung dan mulut4. Manual bagging dengan FiO2 1,0 kemudian tarik pipa endotrakeal keluar sesuai

dengan bentuk lengkungnya sambil memberikan tekanan positif untuk mencegah hipoksia dan kolaps alveolar

5. Ulangi penghisapan lendir dari hidung dan mulut6. Berikan oksigen dengan sungkup (FiO2 lebih tinggi 5% dari sebelumnya) dan

humidifikasi adekuat, bila perlu berikan epinefrin inhalasi untuk mengurangi edema laring yang dapat diulangi setiap 2 jam selama 3 kali.

7. Periksa analisa gas darah 15-20 menit setelah ekstubasi dan diulangi sesuai indikasi8. Fisioterapi dada secara periodik9. Amati keadaan klinis secara ketat selama 24 jam kemudian10. Bila perlu foto torak 2 jam setelah ekstubasi atau bila ada indikasi11. Reintubasi bila ada perburukan klinis

Unit terkait : PICU - NICU di RSDK Semarang

Page 23: Protap PICU678

PENENTUAN PENDERITA YANG DAPAT DIKELOLA MEMAKAI FASILITAS LIFE SAVING

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Tujuan : Kebijakan : Perawatan penderita gawat darurat diupayakan seoptimal mungkin

dengan menentukan kasus mana yang betul-betul mengancam jiwa serta harus ditolong tanpa perlu menunggu dan mempertimbangkan kemampuan penderita

Prosedur :

1. Setiap penderita anak yang datang di IRDA harus ditentukan tingkat kegawatan

(sesuai Pedoman Pelayanaan Medis SMF Kesehatan Anak)

2. Pengelolaan menurut kasus dan sesuai pedoman pengelolaan yang sudah baku

(Kasus yang dapat / telah mengancam jiwa terlampir)

3. Untuk kasus yang dapat mengancam jiwa dan datang dari keluarga yang tidak

mampu (ditentukan oleh dokter jaga saat itu, bila perlu didiskusikan dengan

koordinator jaga (jaga I) dan diputuskan untuk mendapat bantuan segera dengan

memanfaatkan fasilitas / tanda LIFE Saving

4. Alur/ teknis administratif dari fasilitas tersebut mengikuti protap yang sudah ada dari

IRDA

Unit terkait : Penderita gawat darurat anak yang datang di IRDA RSDK Semarang

Page 24: Protap PICU678

INFORMED CONSENT

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Penuntun tentang pemberitahuan kondisi kritis pasien kepada keluarga Tujuan : Memberitahukan kondisi penderita kepada keluarga Kebijakan : Penderita sakit kritis tiap saat terjadi perubahan maka keluarga perlu

mengetahui perkembangannya Prosedur :

1. Pasien masuk diberitahukan kondisi awal dan indikasi rawat dengan segala

konsekuensinya (administrasi keuangan) kepada keluarga

2. Pasien / keluarga berhak menolak atau menerima

3. Secara periodik terutama pada kondisi memburuk orangtua diberitahu perkembangan

penyakitnya, keluarga bisa menerima atau meminta pulang paksa

4. Semua komunikasi tercatat di Rekam Medis

5.

Unit terkait : Penderita anak sakit kritis, irrecoverrable, MBO di PICU/NICU , HND, bangsal RSDK Semarang

Page 25: Protap PICU678

PENGELOLAAN TRAUMA PEDIATRIK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Keadaan pasca paparan di atas kemampuan tubuh anak untuk mengkompensasi perubahan yang membahayakan jiwa

Tujuan : Sebagai panduan dalam penilaian dan penanganan trauma pada anakKebijakan : Penilaian dan penanganan taruma pada anak berdasarkan prioritas untuk

menghindari kematian dan menghentikan proses kegawatan Prosedur :Survey pertama (A,B,C)1. Airway / Jalan napas : buka /bebaskan jalan napas. Bersihkan lendir bila perlu. Jaga jalan napas

tetap terbuka.2. Breathing / Usaha napas :

i. lakukan penilaian terhadap efektivita pernapassanii. berikan oksigen bila perlu

iii. bila napas spontan, jaga agar jalan napas tetap terbukaiv. bila terjadi distress respirasi atau penurunan kesadaran, lakukan intubasi dilanjutkan dengan

pemantauan ventilasi3. Circulation/Sirkulasi :

a. lakukan penilaian terhadap perfusib. bila terjadi henti jantung,lakukan resusitasi kardiopulmonerc. tentukan ada tidaknya syokd. kenali dan kendalikan perdarahan besare. lakukan bebat tekan pada perdarahan eksternalf. identifikasi lokasi perdarahan seperti rongga dada, abdomen dan rongga peritonealg. pasang akses intravena. Bila perlu pasang dua jalur intravena. Ambil sampel darah. Bila

perfusi sistemik tidak adekuat, berikan cairan isotonik RL 20c/kgBB, ulang bila perlu.4. Bila keadaaan penderita tabil, lakukan imobilisasi leher dada (terutama bila tersedia alat : stiff

cervical collar). Lakukan perlindungan / imobilisasi terhadap tulang belakang terutama vertebra servikal.

5. Pertahankan suhu tubuh dengan lampu penghangat atau selimut. Bila terjadi hipotermia, hangatkan cairan intravena atau darah sebelum diberikan

Survey kedua6. Lepaskan pakaian dan lakukan survey kedua7. Pasang NGT, untuk penderita distress respirasi dan penurunan kesadaran (Kontraindikasi

penderita dengan trauma, trauma kraniofacial atau fraktur dasar tengkorak) 8. Evaluasi dan bebat luka terbuka9. Ambil spesimen darah yang diperlukan (BGA,studi koagulassi)10. Lakukan tes diagnostik yang diperlukan (X foto dada, CT Scan)11. Pasang kateter.Dihindari pada fraktur pelvis, jejas uretra atau terdapat darah pada orificium

uretra.Unit terkait : UGD,HND,PICU/NICU, Bangsal anak, Bedah di RSDK Semarang

Page 26: Protap PICU678

TATA CARA JAGA PICU/NICU

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Peraturan yang dibuat untuk mengatur tugas jaga PICU/NICU Tujuan : Supaya pelayanan pasien dan pencatatn pasien di PICU/NICU dapat

berjalan baik Kebijakan : Dokter jaga PICU/NICU melaksanakan tugas sesuai dengan prosedurProsedur :

1. Serah terima pasien dengan segala permasalahannnya dari dokter PICU ke dokter jaga dengan aturan :

Senin-Kamis 13.30 Jumat 11.00 Sabtu 12.30 Minggu / Hari libur pagi 08.00 malam 20.002. Atasi kegawatan melakukan program Konsul Supervisor PGD atau sub bagian

lain yang terkait3. Menulis laporan jaga di buku laporan .4. Menyerahkan pasien dengan segala permasalahannya dari dokter jaga ke dokter

PICU

Unit terkait : Dokter jaga PICU/NICU di RS Dr Kariadi Semarang

Page 27: Protap PICU678

PENGELOLAAN LUKA BAKAR PADA ANAK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Luka bakar merupakan keadaan emergensi yang perlu segera ditanganiTujuan : Menyamakan penilaian tingkat dan pengelolaan luka bakarKebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan

menurunkan mortalitasProsedur :

1. Pastikan tidak ada sumbatan jalan napas2. O2 100% untuk cegah edema lebih lanjut ( cek saturasi O2 dengan pulse oxymetri dan analisa gas darah)3. Intubasi atas indikasi : stridor, suara parau, ronki, wheezing, rambut hidung terbakar,sputum mengandung karbon, sianosis, status mental berubah

segera rawat PICU4. Pasang jalur IV (untuk luka bakar derajat 10% dipasang 2 jalur), berikan kristaloid (NaCl 0,9%,RL)/FFP/Human albumin 4,5%5. Jumlah pemberian sesuai terapi ssyok ditambah cairan untuk mengatasi luka bakar

dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 46. Cara pemberian :

- 24 jam pertama : ½ jumlah dalam 8 jam pertama dan sisanya dalam 16 jam berikutnya

- 24 jam kedua : ditambah 2% kebutuhan cairan tiap 1% luas permukaan tubuh- 24 jam ketiga : ditambah 1% kebutuhan cairan tiap 1% luas permukaan tubuh- selanjutnya tergantung imbang cairan , dijaga supaya jumlah urin 1 cc/kg/jam

(segera pasang kateter)7. Berikan analgesia (morfin) 0,1-0,2mg/kg IV dapat diulang tiap 15 menit untuk

mengatasi nyeri8. Berikan -adrenergik antagonis pada bronkospasme (salbutamol 0,1-0,3 mg/kg/hr)9. Perawatan luka bakar :

- bersihkan luka dari debris dengan povidone iodine (betadine)- tutup kasa steril dan konsul bagian bedah- kontra indikasi kompres dingin dan irigasi (pada anak cepat kehilangan panas) - kontra indikasi pemberian bubuk /krim karena menyulitkan pemeriksaan dan

penanganan selanjutnya10. Monitoring : darah lengkap, studi koagulasi, GDS, elektrolit, ureum , kreatinin, urin rutin, analisa gas darah, pulse oxymetri, x foto dada

Unit terkait : UGD,HND,PICU/NICU,SMF lain (bedah,kulit) di RSDK Semarang

Page 28: Protap PICU678

DIALISIS PERITONEAL

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Dialisis peritoneal ialah teknik pengeluaran zat terlarut dalam darah melalui membran semipermeabel (peritoneum) dengan memasukkan cairan dialisat rongga peritoneum diikuti periode pendiaman ( dwell time ) dan periode pembuangan

Tujuan : sebagai panduan pelaksanaan dialisis peritonealKebijakan : Pelaksanaan dialisis peritoneal secara benar mengenai teknik / prosedur

dalam upaya memperlambat laju penurunan fungsi ginjalProsedur :1. Indikasi Akut

- sindrom uremia - fluid overload (gagal jantung,edema paru, hipertensi resisten) - asidosis yang tidak terkoreksi dengan bikarbonat IV- Ureum > 200-300mg/dl atau kreatinin 15 mg/dl- Hiperkalemia > 7 mEq/L- Bikarbonat plasma < 12 mEq/L- Keracunan atau kelebihan obat- Koma hepatikum, Sindrom hemolitik uremi,sindrom Reye

Kronik- LFG < 15ml/menit- Menunggu transplantasi

2. Alat dan cairan : cairan dialisa konsentrasi standar (1,5%,2,5%,4,25%), kateter tilet (Otsuka atau Abbot), tranfer set bentuk lurus dan “Y”3. Metode : CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis),CCPD (Continuous Cyclic

Peritoneal Dialysis),IPD (Intermitten Peritoneal Dyalisis)4. Teknik :

- anak posisi telentang, premedikasi dengan diazepam- Desinfeksi daerah abdomen antara umbilikus dan pubis- Tentukan lokasi kateter pada linea alba 2-3 cm dibawah umbilikus- Lakukan anestesi dengan lidokain 2%- Masukkan NaCl 20ml/kgBB untuk membuat ascites buatan- Masukkan kateter dengan trokar ke rongga peritoneum,konfirmasi dengan BNO- Cairan dihangatkan. Sesuai ssuhu tubuh - Satu siklus 60 menit (masuk keluar masing-masing 15 menit, dwell time 30 menit),

24 jam maksimal 25cc/kgBB dinaikkkan bertahap sampai 40-45 mg/kgBB- Dialisat diberi heparin 1000U/L, Kalium 4meQ/L (bila K Normal) dan antibiotika

(amoksilin 250mg/6 jam) Unit terkait : HND,PICU/NICU,Nefrologi Anak, Bedah Urologi di RSDK Semarang

Page 29: Protap PICU678

PENGELOLAAN STATUS KONVULSIVUS PADA ANAK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Status konvulsivus ialah kejang yang berlangsung > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara 2 kejang

Tujuan : Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulang

Kebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa serta menurunkan mortalitas

Prosedur :

1. Pada menit ke 0 - Beri oksigen, perhatikan KU dan kondisi jalan napas (kalau perlu inutbasi)- Ukur tanda vital (tekanan darah, suhu)- Monitor EKG dan respirasi- Telusuri riwayat kejang- Periksa status neurologi

2. Inj Diazepam (0,2-0,5mg/kg BB IV) atau perrektal 0,2-0,5 mg,. Jika kejang (+) inj phenitoin 15-20 mg/kg BB IV, jika kejang berlanjut inj phenitoin 10 mg/kgBB

3. Periksa elektrolit, Mg,Ureum, GDS,hitung jenis, analisa gas darah, skreening inbtoksikasi (bila dicurigai)

4. Pasang jalur IV dan berikan cairan D5% dan elektrolit rumatan. 5. Inj D 10% IV 2ml/kgBB IVjika GDS rendah dan 100 mg tiamin IM atau IV 6. Pasang monitor EEG segera bila memungkinkan7. Pada menit ke 20-30

Jika kejang (+) lakukan intubasi, pasang kateter, cek suhu, monitor EEGDrip diazepam 5-20 mg/kgBB (dosis 7 mg/kgBB konsul PICU) + midazolam bolus 0,15 mg/kgBB ( drip 1 mcg/kgBB/jam) dapat dinaikkan tiap 15 menit sampai 0,75-10 mg/kgBB/mnt

8. Pada menit ke 40-60 jika masih kejangMulai pemberian propovol 1-2 mg/kg lading dose dilanjutkan 2-10mg/kg/jam. Dengan monitor EEG

9. Evaluasi pengobatan yang telah diberikan10. Atasi penyakit yang mendasari

Unit terkait : UGD, HND, PICU/NICU, Bangsal Anak, SMF lain di RSDK Semarang

Page 30: Protap PICU678

BAGAN PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Alur penatalaksanaaan kejang yang terjadi pada anak Tujuan : Mengatasi kejang secepatnya, mencegah komplikasi dan kejang berulangKebijakan : Penanganan segera dan tepat akan mencegah komplikasi dan gejala sisa

serta menurunkan mortalitasProsedur :

Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kgBB ( > 2 mg /menit ) Kejang ( 5 ‘) Kejang (-) Phenitoin 10 mg /kgBB 5 – 20 menit ( >25 mg/menit) kejang (+) kejang (+) kejang (-) kejang (-) 1 jam PICU Diazepam Phenobarbital Phenitoin 0,3 – 0,5 mg/kgBB15 – 20 mg /kgBB 5 mg /kgBB piridoksin 100 mg Phenitoin 10 mg/kgBB Drip Diazepam (Oral) 5 – 7 mg/kgBB/hari

kejang (+)

PICU Phenobarbital Diazepam drip 8–10 mg/kgBB/hr IM

10 – 24 mg /hari 24 jam kejang (-)

Phenobarbital 5 mg /kgBB/hr oral Unit terkait : UGD, HND, PICU/NICU, Bangsal Anak, SMF lain di RSDK Semarang

Page 31: Protap PICU678

PENGELOLAAN NUTRISI PADA PENDERITA SAKIT KRITIS

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Pengelolaan nutrisi meliputi penentuan status gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi dan tunjangan nutrisi selanjutnya

Tujuan : Uuntuk mengembalikan fungsi metabolisme tubuh yang normal dengan pemberian nutrisi dari luar tubuh

Kebijakan : Anak dengan sakit kritis cenderung untuk menjadi malnutrisi apabila tidak diberikan tunjangan nutrisi sedini mungkin

Prosedur : 1. Tentukan kebutuhan kalori berdasarkan basal (BMR), dikoreksi faktor stress dan aktivitas BMR x aktivitas x Faktor stres Umur (th) Laki-laki Perempuan 0 – 3 (60,9 x kg) – 54 (61,0 x kg) – 51 kkal/hari 3 – 10 (22,7 x kg) + 495 (22,5 x kg) + 499 kkal/hari 10 – 18 (17,5 x kg) + 651 (12,2 x kg) + 746 kkal/hari BMR : Bayi < 1 tahun : 70 kkal/BB/hari Anak sedang tumbuh: 30-35kkal/BB/hari Sesudah pertumbuhan berhenti: 20-25 kkal/BB/hari Efek aktivitas Istirahat tempat tidur: 1,2 ; Aktifitas ringan: 1,3 ; Aktivitas sedang: 1,5-1,75; Aktifitas tinggi: 2 Faktor stress Kelaparan ringan 1 ; pasca operasi tanpa komplikasi 1 ; Sepsis (sedang) 1,3 ; Sepsis (berat) 1,6 Trauma (ringan) 1,2 ; Trauma SSP 1,3 ; Trauma sedang/ berat 1,5 ; Luka bakar 1,5-2,0

2. Komposisi nutrien : Karbohidrat 30-70% (5-8 gr/BB/hr) , Lemak: 15-30% ( 3-4gr/BB/hr) , Protein 15-20%(1,5-2 gr/BB/hr)

3. Kebutuhan cairan (pemeliharaan) 0-10 kg 100ml/BB 10-20kg + 50ml/BB >20kg + 20ml/BB Koreksi kebutuhan cairan: + 12% kebutuhan tiap kenaikan 1C Restriksi cairan pada edema, gagal jantung kongestif

4. Kebutuhan elektrolit (pemeeliharaan) Na 2-4mEq/BB/hr , K 2-3mEq/BB/hr, Cl 2-4 mEq/BB/hr, P 2 mEq/BB/hri, Mg 0,25-0,5 mEq/BB/hr Unit terkait : PICU,HND, Bangsal Anak di RSDK Semarang

Page 32: Protap PICU678

PENGELOLAAN SYOK HIPOVOLEMIK TANPA PENYULIT

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Syok adalah suatu kumpulan gejala ganguan hemostatik akut akibat bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel

Tujuan : Menyamakan pengelolaan syok tanpa penyulitKebijakan : Pengelolaan syok tanpa penyulit dikerjakan sesuai algoritme Prosedur :

S Y O K cairan rumat Jalan napas + O2 RL 20 ml/kg (6-10”)

Perbaikan (+) Perbaikan (-)

urine (<1ml/kg/jam) RL 20 ml/kg 10’

Perbaikan (+) Perbaikan (-)

RL 10 ml/kgBB 10’

Urine urine urine anuri >1ml/kg/jam <1ml/kg/jam < 1ml/kg/jam

RL 20 ml/kg 10’ Koloid 10ml/kg 10’ cairan Perbaikan (+) rumat cairan pengganti RLHt Perbaikan (-) algoritme syok hipovolemik dgn penyulit

CVP < 10 cmH2O CVP > 10 cm H2O

Unit terkait : UGD, PICU,HND, Bangsal Anak di RSDK Semarang

Page 33: Protap PICU678

PENGELOLAAN TERAPI CAIRAN PADA SYOK

No. Dokumen No. RevisiA

Halaman1 / 1

Prosedur Tetap Tanggal terbitDitetapkan Direktur Utama,

Dr. H Gatot Suharto.M.KesNIP 140 068 228

Pengertian : Syok adalah suatu kumpulan gejala ganguan hemostatik akut akibat bermacam etiologi yang menyebabkan kegagalan metabolisme sel

Tujuan : Menyamakan pengelolaan terapi cairan pada syok Kebijakan : Pengelolaan terapi cairan pada syok dilakukan sesuai algoritme Prosedur :

Suspek S Y O K(hipovolemia, hipoperfusi,takikardi)

10 - 30 ml x tal/ kg/ 6-10 ‘ Hipotennsif

norrmotensif pd sepsis pd anafilaksis antibiotika katekolamin 10-20ml xtal/kg/10 ‘ imunoterapi steroid antihistamin

urine > 1 ml/kg/jam urine < 1 ml/kg//jam anuri

urine output < 1ml/kg/jam

reevaluasi 10 ml x tal/kg 10ml x tal/kg 10-20 ml x tal/kg

perbaikan reevaluasi reevaluasi hipotensif, urine < 1 ml/kg/jam perbaikan CVP < 10 mmHg CVP CVP > 10 mmHg Cardiac status Chest X-Ray 10-20 ml x tal/kg Ecchokardiografi

reduksi afterload reevaluasi inotropik support pertimbangkan pulmoner

Unit terkait : UGD, PICU,HND, Bangsal Anak di RSDK Semarang

Page 34: Protap PICU678

DAFTAR ISI

1. INDIKASI PERAWATAN PENDERITA DI PICU

2. ALUR TRANSPORT PENDERITA ANAK DGN KEGAWATAN DI LINGKUNGAN RSDK

3. ALUR PERAWATAN PASIEN (FLOW OF PATIENTS)

4. INFORMED CONSENT

5. TATA CARA JAGA PICU/NICU

6. PENYEDIAAN OBAT & PERALATAN KEGAWATAN

7. PENILAIAN PIM (PEDIATRIC INDEX OF MORTALITY)

8. PEMASANGAN INTUBASI MELALUI PIPA ENDOTRACHEAL

9. BANTUAN NAPAS BUATAN (VTP)

10. PEMASANGAN VENTILATOR MEKANIK

11. PENYAPIHAN VENTILATOR MEKANIK

12. TINDAKAN EKSTUBASI

13. PEMASANGAN VENA SEKSI VENA SAFENA MAGNA

14. PENGELOLAAN HIPERPIREKSIA

15. PENILAIAN TINGKAT KESADARAN (METODE GLASGOW PITTSBURGH COMA SCALE)

16. PENILAIAN TINGKAT KESADARAN (METODE GLASGOW COMA SCALE)

17. DIAGRAM PENGELOLAAN KEJANG PADA ANAK

18. PENGELOLAAN STATUS KONVULSIVUS PADA ANAK

19. PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK PENDERITA ( DENGAN VENTILATOR)

20. PENENTUAN KEMATIAN BATANG OTAK PENDERITA DI BANGSAL , HND, UGD

21. PENGELOLAAN NUTRISI PADA PENDERITA SAKIT KRITIS

22. PENGELOLAAN SYOK SEPTIK

23. PENGELOLAAN SYOK DENGAN PENYULIT

24. PENGELOLAAN KOMA KETOASIDOSIS

25. PENGELOLAAN TRAUMA PEDIATRIK

26. PENGELOLAAN LUKA BAKAR PADA ANAK

27. TEKNIK TRANSFUSI

28. PENGELOLAAN REAKSI TRANSFUSI

29. DIALISIS PERITONEAL

30.

Page 35: Protap PICU678

1. Penilaian pertama - Manuver Melihat, mendengar dan merasakan- Nilai work of breathing- Hitung frekuensi napas- Dengar stridordan/ wheezing- Auskultasi suara napas- Nilai warna kulit

2. Resusitasi- Manuver chin lift / jaw thrust- Berikan oksigen : sistem aliran rendah atau tinggi, dan konsentrasi O2 rendah

(<35%) atau tinggi (>50%)- Isap sekret dari saluran pernapasanatau keluarkan benda asing dari jalan napa- Bantuan ventilasi dengan masker dan balon resusitasi, pertimbangkan intubasi- Pertimbangkan dekompresi toraks dengan pipa torakotomi- Pertimbangkan krikotiroidotomi- Pantau pulse oxximetry atau alat monitor lain

3. Penilaian kedua- periksa rinci jalan napas, leher dan toraks- cari tanda bengkak, memar,luka- nilai gerak simetris pernapasan- periksa toraks bagian belakang- bila kondisi memburuk kembali ke penilaian pertama

Page 36: Protap PICU678

KUMPULAN PROSEDUR TETAP

PICU / UGD / HND - PICU

RS Dr. KARIADI / FK UNDIP 2004

Page 37: Protap PICU678
Page 38: Protap PICU678

Rekomendasi tahapan tatalaksana dukungan hemodinamik untuk mencapai perfusi dan tekanan perfussi (MAP-CVP) normal pada bayi dan anak cukup bulan dengan syok septikLangkah-langkah selanjutnya bila terdapat syok

0 menit Kenali adanya penurunan status mental dan perfusi5 menit Pertahankan jalan napas dan pasang akses sesuai dengan pedoman PALS

Masukkan dengan cepat 20cc/kgBB bolus garam isotonik atau koloid hingga 60cc/kgBb atau lebihKoreksi hipoglikemia dan hipokalsemia

15 menit Syok yang refrakter terhadap pemberian cairan

Responsif terhadap cairan Pasang akses vena sentral mulai terapi dopamine dan pemantauan arterial

Syok yang refrakter cairan – resisten dopamin

Observasi di PICU Titrasi epinefrin untuk syok dingin, norepinefrrin untuk syok hangat hingga MAP-CVP normal dan saturasi SVC O2> 70%

Syok yang resisten katekolamin

Terdapat risiko insufisiensi adrenal? Tidak ada risiko?Beri hidrokortison Jangan beri hidrokortison

60 menit

Tekanan darah normal Tekanan darah rendah Tekanan darah rendah Syok dingin Syok dingin Syok hangatSaturasi SVC O2 < 70% Saturasi SVC O2 < 70%

Tambahkan vasodilator atau Titrasi volume Titrasi volumeInhibitor PDE tipe III dengan dan epinefrin dan norepinefrin Volume loading (?) Vasopresin atau

angiotensin

Syok yang reisten katekolamin mennetap

Pasang kateter arteri pulmonal dan cairan langsung, terapi Syok refrakter Inotrop, vasopressor, vasodilator dan hormonal untukmemperoleh MAP-CVP normal dan CI >3,3 dan <6,0 L/mnt/m2 Pertimbangkan

ECMO

Page 39: Protap PICU678

Rekomendasi tahapan tatalaksana dukungan hemodinamik untuk mencapai perfusi dan tekanan perfusi (MAP-CVP) normal dan saturasi oksigen pra dan paska duktus < 5% pada bayi cukup bulan dengan syok septik

0 menit Kenali penurunan perfusi, sianosis, RDS5 menit Pertahankan jalan napas dan pastikan akses sesuai dengan pedoman NRP

Masukkan dengan cepat 10cc/kgBB kristaloid isotonik atau bolus koloid sampai 60cc/kgBBKoreksi hipoglikemia dan hipokalsemiaMulai pemberian infus protaglandin sampai ekokardiogram menunjukkan tidak terdapatnya lesi yang dependen duktus

15 menit Syok refrakter terhadap pemberian cairan

Responsif terhadap cairan pasang akses vena sentral, mulai terapi dopamin dan pemantauan arterial

Observasi di NICU Syok refrakter cairan – resisten dopamin

Titrasi epinefrinAlkanisasi sistemik bila terdapat PPHN

Syok resisten katekolamin

60 menit Terapi langsung menggunakan ekokardiogram dan pemantauan arterial dan CVP

Syok dingin Syok dingin atau hangat Syok hangatTekanan darah normal Fungsi ventrikel kanan burukFungsi ventrikel kiri buruk, PPHN tekanan darah rendahSaturasi SVC O2< 70% Saturasi SVC O2 < 70%

Titrasi vasodilator Inhalasi Titrasi volume Atau inhibitor PDE tipe III nitrit oxida dan epinefrindengan volume loading (?) vasopressin

or angiotensin)

Syok refrakter

E C M O

Page 40: Protap PICU678

Rekomendasi tahapan tatalaksana dukungan hemodinamik untuk syok pada jam pertama

0 menit Kenali syok, pertahankan jalan napas, pasang akses vaskular5 menit

Liver up Liver down

Masukkan 60cc/kgBB cairan Masukkan 10cc/kgBB kristaloid isotonik, pertimbangkan syok hemoragik mulai infus prostaglandin (hanya neonatus)

dan atau dobutaminsampai ekokardiogram menyingkirkan lesi duktus dependen

Titrasi epinefrin (nenonatus dengan PPHN titrasi NO)

Syok resisten katekolamin

60 menit Pertimbangkan insufisiensi adrenal, hidrokortison 50 mg/kgBB

Syok dingin Syok dingin atau hangat Syok hangatTekanan darah normal Tekanan darah rendahSaturasi SVC O2< 70% Saturasi SVC O2 < 70% tekanan darah rendah

Titrasi vasodilator Titrasi volume Titrasi volume atau inhibitor PDE tipe III dan epinefrin dan epinefrindengan volume loading (?) vasopressin

or angiotensin)

Syok refrakter

E C M O

Page 41: Protap PICU678

SYOKHipovolemia, Hipoperfusi, Takikardi

Oksigenasi adekuat ( O2 40%-100% )Kristaloid 10-30 ml/kg ( 6-10 mnt )

Pada Sepsis Antibiotik Imunoterapi

Pada anafilaksis Adrenalin Steroid antihistaminTekanan darah normal

Urin > 1 ml/kg/jam Urin < 1 ml/kg/jam

Perbaikan

Reevaluasi

Perbaikan

Reevaluasi

10 ml/kg (10 mnt) 10-20 ml/kg (10 mnt)

AnuriaUrin < 1 ml/kg/jam

10-20 ml/kg (10 mnt)

Hipotensi

CVP > 10 mmHgCVP < 10 mmHg

Pasang CVP Status jantung X-foto, Echo

Hipotensi, urin< 1 ml/kg/jam

10 ml/kg (10 mnt)

Reevaluasi

Reevaluasi

10-20ml/kg (10 mnt) Penurunan afterload Inotropik Pemasangan kateter

arteri pulmonal

Monitor urin outputIntubasi atas indikasiECGKoreksi asidosis / metabolik