Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik Pada Lansia

19
MODUL PROSES KEPERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA LANSIA Oleh: Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom Ibu Sari (82 tahun) seorang penghuni PSTW X merupakan klien yang mendapatkan penanganan atau recovering dari fraktur collum femur dextra tertutup karena terjatuh sewaktu di kamar mandi. Kondisi klien saat ini bahwa klien menyatakan kesulitan dalam menggunakan crutch atau walker untuk berjalan, khususnya ketika mau ke kamar mandi. Klien tidak bahagia karena klien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan klien menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan menertawakannya saat berjalan di koridor PSTW seperti “robot tua” katanya. Ibu Sari dirawat dipanti X selama 2 tahun. Keadaan Ibu Sari saat ini adalah dapat melakukan kemandirian semua aktivitas hidup, kecuali mandi, berpakaian, kamar kecil dan satu tambahan. Hasil pengukuran SPMQE didapatkan skor adalah 7. Hasil pengukuran MMSE didapatkan nilai 21. Pengukuran tingkat depresi Back menunjukkan nilai 15. Hasil pengukuran APGAR lansia didapatkan nilai 7. A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu: 1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia Proses Keperawatan Gerontik @tantut_document Page 1

description

p

Transcript of Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik Pada Lansia

MODULPROSES KEPERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA LANSIAOleh: Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.KomIbu Sari (82 tahun) seorang penghuni PSTW X merupakan klien yang mendapatkan penanganan atau recovering dari fraktur collum femur dextra tertutup karena terjatuh sewaktu di kamar mandi. Kondisi klien saat ini bahwa klien menyatakan kesulitan dalam menggunakan crutch atau walker untuk berjalan, khususnya ketika mau ke kamar mandi. Klien tidak bahagia karena klien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan klien menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan menertawakannya saat berjalan di koridor PSTW seperti robot tua katanya. Ibu Sari dirawat dipanti X selama 2 tahun. Keadaan Ibu Sari saat ini adalah dapat melakukan kemandirian semua aktivitas hidup, kecuali mandi, berpakaian, kamar kecil dan satu tambahan. Hasil pengukuran SPMQE didapatkan skor adalah 7. Hasil pengukuran MMSE didapatkan nilai 21. Pengukuran tingkat depresi Back menunjukkan nilai 15. Hasil pengukuran APGAR lansia didapatkan nilai 7.A. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu:1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia2. Melakukan pemeriksaan fisik pada lansia3. Menganalisis data hasil pengkajian keperawatan pasien lansia4. Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pasien lansia5. Memprioritaskan masalah keperawatan pasien lansia6. Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan keperawatan pasien lansia7. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansiaB. Pengkajian1. DATA BIOGRAFINama

: Ibu SariUmur

: 82 tahunJenis kelamin

: PerempuanSuku

: -Tempat & tanggal lahir: -Pendidikan terakhir

: -Agama

: -Status perkawinan

: JandaPekerjaan lalu

: -Pekerjaan sekarang

: -Alamat

: -Hobby

: -Orang yg mudah dihubungi:PSTW XAlamat & telepon

: -2. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit yang pernah diderita (kapan, sebab kambuh) :-b. Status kesehatan setahun lalu :Klien mengalami fraktur collum femur dextra tertutupc. Status kesehatan 5 tahun lalu :-3. Status Kesehatan

a. Keluhan/masalah kesehatan saat ini :Klien kesulitan dalam menggunakan crutch atau walker untuk berjalan, khususnya ketika ke kamar mandi, orang-orang memandangnya aneh dan metertawakannya saat berjalan, dan Ibu Sari tidak dapat beraktifitas seperti biasanya.

b. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan cara perawatannya :Ibu Sari mengalami keterbatasan pengetahuan terkait dengan peyakit yang dideritanya. 4. Riwayat KeluargaGenogram :

5. Kebiasaan Sehari-haria. Istirahat tidur :Akibat fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 2002).b. Nutrisi (makan dan minum) :Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.c. Kebersihan diri :Perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak6. Kebiasaan sehari-hari

Kegiatan:Kegiatan Ibu Sari di panti mengalami hambatan karena mengalami kesulitan dalam berjalan, hal ini di sebabkan oleh fraktur collum femur dextra tertutup. Sehingga bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. 7. PsikososialKlien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Klien tidak bahagia karena klien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan klien menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan menertawakannya saat berjalan di koridor PSTW seperti robot tua katanya8. SpiritualKlien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.9. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: baikTingkat kesadaran: compos mentisGCS

: 14Tanda-tanda vital: TD=a. Kepala: tidak terdapat gangguan, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepalab. Mata-Telinga-Hidung: a) Penglihatan: Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)b) Pendengaran: Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.c) Hidung, pembau: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidungd) Leher: Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

e) Dada dan punggung:a) Paru-paru : 1. Inspeksi: Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.2. Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama3. Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.4. Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.b) Jantung, Abdomen dan pinggang:1. Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung2. Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba3. Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

f) Sistem Pencernaan

Abdomen:1. Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia2. Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.3. Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

4. Auskultasi: Peristaltik usus normal ( 20 kali/menitg) Sistem GenetaurinariueTak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.h) Ektremitas atas dan bawahGangguan ekstremitas bawah, kaki tetap terasa sakit dan Ibu S mengalami kesulitan dalam menggunakan kruk.

10. Pengkajian secara umuma. Short Porteble Mental Status Questionaire ( SPMSQ )= 7 (kesalahan penurunan intelektual moderat)b. Mini - Mental State Exam ( MMSE )= 21 (gangguan kognitif ringan)c. Inventaris Depresi Beck= 15 (deperesi ringan)d. APGAR Keluarga= 7 (normal)11. Data Penunjang

a. Laboratorim : Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

b. Radiologi : -c. EKG : -d. USG : -e. CT- Scan : Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.f. Obat - obatan : -C. Analisis DataNODATA (SIGN/SYMPTOM)INTERPRETASI (ETIOLOGI)MASALAH

(PROBLEM)

1.2.3.Klien menyatakan kesulitan dalam menggunakan crutch atau walker untuk berjalan, khususnya ketika mau ke kamar mandi.Klien mengatakan bahwa dia tidak bahagia karena klien merasa tidak dapat lagi beraktivitas seperti biasanya dan klien menyatakan orang-orang memandangnya aneh dan metertawakannya saat berjalan di koridor PSTW seperti robot tuaKlien mengatakan bahwa dia dapat melakukan kemandirian semua aktivitas hidup, kecuali mandi, berpakaian, kamar kecil dan satu tambahan

Kerusakan rangka neuromuskulerPerubahan penampilan sekunder akibat kehilanagan fungsi tubuhKelemahan otot sekunder akibat fraktur collum femur dextraGangguan Mobilitas FisikHarga diri rendah situasionalDefisit perawatan diri

D. Diagnosis Keperawatana. Aktual1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler.2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat kehilangan fungsi tubuh

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat fraktur collum femur dextrab. Risiko: -c. Sejahtera: -d. Sindroma: -E. Prioritas Masalah KeperawatanHambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskulerF. Perencanaan KeperawatanNoDiagnosisTujuan umumTujuan khususRencanaRasional

1.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat meningkat kemampuan dalam berjalan/mobilitas

1. Klien dapat memperagakan penggunaan alat bantu dengan benar.2. Klien menujukan mobilitas yang aman1. Kaji cara berjalan klien2. Pastikan alat bantu yang digunakan aman dan cocok.

3. Ajarkan klien bagaimana cara menggunakan alat bantu dengan benar.

4. Berikan informasi tentang kondisi yang dapat membahayakan klien seperti lantai basah, jalan tidak rata.

5. Lanjutkan mobilisasi tanpa alat bantu secara bertahap apabila klien sudah mampu.

1. Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam mobilisasi.2. Alat bantu yang benar akan mempermudah klien dalam mobilisasi serta dapat dapat mengurangi bahaya.

3. Penggunaan alat bantu dengan benar dapat mengurangi resiko terjatuh.

4. Klien akan lebih berhati-hati dalam berjalan apabila dia tahu keadaan yang dpat mebahayakan dirinya.

5. Secara bertahap meningkatkan kekuatan otot serta memberikan rasa mandiri pada klien agar tidak tergantung pada alat bantu.

2Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat kehilangan fungsi tubuhSetelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat mengekspresiakn pandangan positifdan memulai lagi tingkatan fungsi sebelumnya.

1. Klien dapat mengidentifikasi aspek-aspek positif yang dimiliki.

2. Klien dapat menganalisis perilaku sendri dan konsekuensinya.1. Bina hubungan saling percaya.2. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekpresikan persaannya.3. Bersama klien identifikasi perilaku yang dilakukan klien dan konsekuensi dari perilaku tersebut.

4. Identifikasi dan perkuat hal-hal positif yang dimiliki klien.

5. Komunikasikan bahwa individu dapat mengatasi perubahan yang ada1. Menjalin hubungan yang harmonis antara klien dengan perawat.2. Mengetahui apa yang sedang dirasakan klien.

3. Memberikan pertimbangan tentang perilaku yang dilakukan klien.

4. Hal positif dari klien dapat meningkatkan harga diri kien.

5. Meberikan dorongan kepada klien agar klien dapat berdaptasi dengan kondisi sekarang.

3Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat fraktur collum femur dextraSetelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat berpartisipasi secara aktif dalam pemenuhan ADL1. Tingkat kemandirian klien dalam pemenuhan ADL meningkat.2. Klien dapat mendemonstrasikan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan1. Kaji kemampuan klien untuk berpatisipasi dalam setiap aktivitas perawatan.2. Tingkatkan partisipasi klien secara bertahap.

3. Berikan privasi pada klien saat perawatan dilakukan.4. Minimalisir hal-hal yang dapat mencederai klien selama perawatan1. Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam melakukan pemenuhan ADL.2. Secara bertahap mengurangi ketergantungan klien dalam pemenuhan ADL.

3. Meberikan rasa nyaman pada klien.

4. Mencegah klien agar tidak mengalami cedera.

G. Tindakan Keperawatan1. Intervensi keperawatan

2. Terapi alternative/komplementer: terapi akupuntur3. Terapi modalitas Bentuk terapi modalitas yang dapat diterapkan pada Ibu Sari yaitu:

1) Konseling

Perawat dapat memfasilitasi pemberian konseling pada Ibu sari apabila Ibu Sari meminta diadakannya konseling pada perawat.

2) Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan merupakan bentuk terapi dalam melakukan penataan lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.

Dalam kasus yang dialami Ibu Sari diketahui bahwa Ibu Sari mengalami fraktur collum femur dextra tertutup yang di sebabkan karena terjatuh di kamar mandi. Peran perawat dalam hal ini yaitu meningkatkan penggunaan lingkungan panti menjadi lebih nyaman dan aman. 3) Terapi Perilaku

Dalam teori terapi perilaku, dikatakan bahwa perilaku timbul akibat dari proses pembelajaran. Salah satu jenis teknik dasar yang digunakan dalam terapi ini yaitu pengendalian diri.

Dalam kasus keluarga Ibu Sari mengalami gangguan dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Peran perawat dalam mengatasi dan mencegah terjadinya perilaku maladaptif yaitu dengan mengajarkan teknik pengendalian diri. Perawat dapat memberikan latihan pada anggota panti untuk lebih bisa menerima keadaan dari Ibu Sari. Apabila hal ini berhasil, maka anggota panti sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku negatif lainnya termasuk pertengkaran. Selain itu, penggunaan teknik pengendalian diri ini akan menurunkan tingkat distress pada Ibu Sari terkait dengan masalah yang dialaminya.H. Catatan KeperawatanNoTanggal Diangnosis kePelaksanaan Evaluasi Tanda tangan

1.7 November 2011(pukul 08.00)1

Telah diajarkan kepada ibu Sari mengenai bagaimana cara menggunakan alat bantu dengan benar.

S: Ibu Sari mengeluh kesulitan berjalan dan menggunakan alat bantu walker atau crutch.O: Kaki kanan ibu Sari yang sakit tampak kaku.A: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan dengan latihan ROMI: Lakukan ROM pada kaki kanan ibu Sari yang sakitE: kaki ibu Sari yang sakit masih tampak kakuR: kaji ulang

(Nama&Paraf)

Daftar Pustaka:

1. Allender, J.A. & Spardley, B.W. (2001). Community Health Nursing: Promoting and Protecting the Publics Health. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.2. Anderson, E., & Mc Farlane, J. (2004). Community As Partner:Theory and Practice in Nursing, 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.3. Ali Djumhana (1997) Penyakit Pada Lansia, Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD-RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung.

4. Annete G.Luecknotte (1996). Gerontologic Nursing. St.Louis : Mosby Book, Inc.5. Chenitz,W.C,Stone,JT, and Salisbury, S.A. (1991). Clinical Gerontological Nursing: A Guide to Advanced Practice. Philadelphia : W.B. Saunders Company.

6. Clark, M.J.(2003). Community Health Nursing Caring for Populations, 4th Edition. New Jersey : Pearson Education, Inc.7. Edelman, C.L., & Mandle, C.L. (1994). Health Promotion Through the Lifespan. Philadelphia : Mosby. 8. Ervin, N.F. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice Population-Focused Care. New Jersey: Pearson Education, Inc. 9. Edmund H. Duthie (2001) Practice of Geriatrics, WB. Saunders Company, Philadelphia.

10. Freeman, R., & Heirinch J. (1981). Community Nursing Practice. Philadelphia : W.B. Saunders 11. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.12. Giovella, E.C. and Beril C.W. (1993). Nursing Care of Aging Client : promoting health adaption. Norwak : Appletion Century Croft.13. Hidayat A. (2002) Andropause dan Menopause: Antara Keprihatinan, Tantangan dan harapan, PERMI, Malang.14. Higgs, Z.R., & Gutafson, D.D. (1985). Community as Client : Assessment and Diagnosis. Philadelphia : F.A. Davis Co.15. Hitchcock,JE., Scubert, PE., & Thomas, SA (1999). Community Health Nursing: Caring in action. USA : Delmar Publisher16. Indrawati Hadi (2001) Peran Puskesmas dalam Pembinaan Usia Lanjut, Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta

17. Karen K. Esbager (1989) Theories of Aging, CV. Mosby Company, Philadelphia.

18. Lueckenotte, MS, RN, CS, Annette G, (1996), Gerontologic Nursing, Mosby, St. Louis, Missouri19. Lucille,D.G. (1991). The Aging Person a Holistic Perspective. St. Louis:The C.V.Mosby Company.20. Leininger, M.M., McFarland, M.R. (2002). Transcultural Nursing: Concepts, Theories, Research, and Practice 3rd edition. The McGrwaw-Hill Companies.

21. Matteson, M.A and Mc. Connel, E.S. (1998). Gerontological Nursing : Concept and Practice. Philadelphia : W.B. Saunders Company.22. Mooney, Ruth A. and Green Way, M.N. (1993). Gerontologic. Washington : Delmar Publisher.23. McEwen, M. (1998). Community-Based Nursing : An Introduction, 1st Edition.Pennsylvania : W.B. Saunders Company24. Mc.Murray, A. (2003). Community Health and Wellness : a Sociological approach. Toronto : Mosby25. Nugroho Abikusna (2002) Health Promotional Needs of Older Person in South Jakarta, Depts. Community Medicine and Medical Nutrition, Trisakti Uiversity, Jakarta.

26. Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the health of population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis Company.27. Pender, N.J., Carolyn, L.M., Mary, A.P. (2002). Health Promotion in Nursing Practice. 4rd edition. Stamford: Appleton & Lange.28. Roach, S. (2001). Introductory Gerontological Nursing. Philadelphia : Lippincott.29. Stanhope, M. dan Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing : Promoting Health Of Agregates, Families And Individuals, 4 th ed. St.Louis : Mosby, Inc

30. Soejono.H.C.H (2001) Gejala dan Tanda Penyakit pada Lanjut Usia, Subbag, Geriatri Penyakit dalam, FKUI-RSUPN Ciptomangunkusumo, Jakarta.31. Sugana (1997) Lanjut Usia dalam Kependudukan Indonesia, Perhimpunan Gerontologi Indonesia Cabang Bandung, Bandung32. Sahar Juniati, (2001) Keperawatan gerontik, Koordinator Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan UI, Jakarta.33. Utami Munandar (2002) Kemandirian Pada Usia Lanjut, Makalah Seminar34. WHO, (1995), Quality Health Care for the Elderly, Manila Philippines, page:

Tn. K

Ny. W

Ny. L

Tn. A

Tn. U

Tn. S 84 tahun

Ny. S 82 tahun

fraktur collum femur dextra

Proses Keperawatan Gerontik @tantut_documentPage 1