Proposal TA
Click here to load reader
-
Upload
faizal-nugraha -
Category
Documents
-
view
111 -
download
8
Transcript of Proposal TA
PENGARUH PERBEDAAN METODE PENGERINGAN TERHADAP
KANDUNGAN MINYAK ATSIRI RIMPANG JERINGAU (Acorus calamus L.)
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Oleh :
ANNE YULIA
NPM : 10060308062
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
1432 H / 2011 M
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki keanekaragaman
flora. Berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai banyak manfaat dapat tumbuh
dengan mudah, salah satu diantaranya adalah tumbuhan yang dapat menghasilkan
minyak atsiri. Banyak tumbuhan yang megandung minyak atsiri yang berpotensi
untuk dikembangkan dan diproduksi secara massal dan dapat dijadikan komoditas
ekspor. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri adalah
jeringau.
Jeringau merupakan tumbuhan air yang tumbuh liar di pinggiran sungai,
rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air, mengandung minyak atsiri yang biasa
disebut dengan calamus oil. Tanaman ini masih kurang dikenal oleh masyarakat,
meskipun tanaman ini banyak terdapat di Indonesia tetapi belum ada yang
membudidayakannya sebagai penghasil minyak atsiri. Tanaman ini memiliki rimpang
yang mengandung minyak atsiri dan berguna sebagai pengusir serangga, penghilang
rasa sakit, penambah nafsu makan dan tonik (Dorna trifa 2009)
Minyak atsiri (volatile oils atau essential oils) didefinisikan sebagai campuran
kompleks yang menunjukkan dan merupakan senyawa yang menguap bersama uap
air. Dihasilkan oleh rambut kelenjar atau terdeposit dalam sel organel tanaman,
idioblas (sel minyak dan sel khusus), atau saluran antarrongga schizogen atau lisigen.
Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar
karena itu digunakan luas pada parfum. Minyak atsiri sering terdapat bersama zat
lain, seperti gom dan resina, dan cenderung menguap jika terpapar udara (Goeswin
agoes, 2009).
Minyak atsiri umumnya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang memiliki bau
khas pada bagian – bagian tertentu dengan kandungan yang berbeda – beda. Minyak
atsiri yang dihasilkan dari satu tanaman pada bagian yang berberda memiliki
kandungan yang berbeda
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : Pada perlakuan simplisia manakah yang menghasilkan kandungan minyak
atsiri yang optimum ?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan simplisia manakah yang
memiliki kandungan minyak atsiri yang optimum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang farmasi, dalam hal ini mengenai
kandungan minyak atsiri rimpang jeringau yang mengalami perbedaan metode
pengeringan. Hal ini diharapkan menambah informasi mengenai standardisasi
perlakuan penyiapan simplisia.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tanaman Jeringau (Acorus calamus L.)
1.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L
1.1.2 Sinonim
1.1.3 Nama Daerah
Sumatra : jerenge, jeureunge (Aceh), jerango (Gayo), jerango (Batak Karo),
serango (Nias). Kalimantan : Jariango (Banjar). Jawa : Daringo, jaringo (Sunda)
dlingo, dringo (Jawa), jhrongo (Madura), jhariango (Kangean). Sulawesi : Areango
(Bugis, kareango (Makasar), kalumunga, layambung, karim benga, karimenga,
karumenga, koringa, kalumenga (Minahasa). Nusatenggara : Deringo, jahangu, jangu
(Bali), kaliraga (Flores), ganuak (Timor). Maluku : Bila (Buru), ai wahu (Alfuru),
daringu (Ambon). Inggris : Sweet flag, sweet root, calamus.
1.1.4 Nama Simplisia
Calami Rhizoma (rimpang jeringau)
1.1.5 Deskripsi Tanaman
Tumbuhan, tinggi 55 cm sampai 80 cm, berakar rimpang dengan garis tengah
7,5 mm sampai 15 mm. Daun berbentuk pita, tajam, agak lonjong ke ujung, panjang
helai daun 80 cm, lebar 7 mm sampai 20 mm. Perbungaan berupa tongkol, berbentuk
bukit memanjang pendek dan pada ujung tajam, panjang 3 cm sampai 4,5 cm; gagang
bunga panjang 20 cm sampai 25 cm; daun mahkota bunga sempit, berbentuk bulat
memanjang, tidak berambut, panjang 1 mm sampai 1,25 mm; tangkai sari panjang
2,75 mm; kepala sari 0,3 mm; putik tidak berambut, panjang 1,5 mm sampai 2,25
mm, lebar 2,5 mm sampai 4,75 mm; kepala putik rata, panjang 0,5 mm; bakal buah
berjumlaah 7 sampai 10.
1.1.6 Kandungan Kimia
1.1.7 Kegunaan
1.1.8 Ekologi dan Penyebaran tanaman
Tumbuhan ini berasal dari daerah Asia yang beriklim sedang termasuk bagian
dari India dan mungkin di sekitar laut Hitam dan Kapsia, di tanah yang becek atau
berawa. Tumbuh di india, Indonesia, Filipina dan Indocina. Di Indonesia terdapat
pada beberapa pulau tertentu, tersebar dari tempat asal ke arah barat dan tenggara.
Jeringau dikenal sebagai tumbuhan rawa yang menyukai tanah berpasir. Di Jawa
tumbuh di sepanjang parit, kolam ikan, di telaga, di rawa pada ketinggian sampai
2.050 m di atas permukaan laut. Di jawa kemungkinan tumbuhan berasal dari sisa
tanaman yang dibiarkan tumbuh liar.
1.2 Minyak atsiri
Minyak atsiri (volatile oils atau essential oils) didefinisikan sebagai campuran
kompleks yang menunjukkan dan merupakan senyawa yang menguap bersama uap
air. Dihasilkan oleh rambut kelenjar atau terdeposit dalam sel organel tanaman,
idioblas (sel minyak dan sel khusus), atau saluran antarrongga schizogen atau lisigen.
Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada suhu kamar
karena itu digunakan luas pada parfum. Minyak atsiri sering terdapat bersama zat
lain, seperti gom dan resina, dan cenderung menguap jika terpapar udara (Goeswin
agoes, 2009).
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de
villanova. Produksi secaara modern baru dilakukan oleh Lavoiser (Prancis) pada
tahun 1760 – 1770. Untuk memperoleh minyak atsiri diterapkan beberapa cara,
seperti penyulingan, pemerasan atau ekspresi, ekstraksi dengan pelarut mudah
menguap, atau pengikatan dengan lemak padat (enflurage). Cara terbaru untuk
memperoleh minyak atsiri adalah penyulingan molecular, penyulingan uap ekstraksi
berkelanjutan, ekstraksi super kritik, dan penguapan dengan resin berongga besar
(Goeswin agoes, 2009).
1.2.1 Cara Pengolahan minyak atsiri
1.2.2 Kandungan Minyak atsiri
Ditinjau dari kimiannya, minyak atsiri hanya mengandung dua golongan
senyawa, oleoptena dan staroptena. Oleoptena adalah bagian hidrokarbon di dalam
minyak atsiri dan berwujud cairan. Umumnya senyawa golongan oleoptena terdiri
atas senyawa monoterpen, sedangkan stearoptena adalah golongan senyawa
hidrokarbon teroksigenasi yang umumnya berwujud padat. Stearoptena ini umumnya
terdiri atas senyawa susunan oksigen dan terpen. Hampir semua minyak atsiri
mengandung campuran senyawa kimia, dan biasanya campuran tersebut sangat
kompleks. Beberapa tipe senyawa organik yang mungkin terkandung dalam minyak
atsiri adalah senyawa hidrokarbon, alkohol, oksida eter, aldehida, dan eter. Sedikit
sekali yang mengandung satu jenis komponen kimia dengan persentase sangat tinggi,
seperti minyak mustard (Brassica alba) dengan kandungan alkil isotianat 93%,
danruk (Melaleuca leucadendron var latifolia) dengan kandungan metal eugenol
98%, kayu manis cina (Cinnamommium cassia) dengan kandungan sinamaldehid
97%, dan cengkeh (Eugenia aromatic) dengan kandungan senyawa fenol sekitar
85%, terutama eugenol (Goeswin agoes, 2009).
Komponen kimia minyak atsiri sangat kompleks tetapi biasanya tidak lebih
dari 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsri biasanya komponen yang
persentasenya tertinggi. Meskipun begitu, kehilangan satu komponen yang
persentasenya kecil memungkinkan terjadi perubahan aroma. Beberapa jenis minyak
atsiri memiliki kandungan senyawa terpena dalam porsi sangat besar, senyawa
terpena ini dibangun dari unit isoprene yang dibentuk dari asam asetat melalui jalur
asam mevalonat dan rantai samping sehingga terbentuk C3 yang memiliki 2 ikatan
jenuh (Goeswin agoes, 2009).
Terpen dalam minyak atsiri umumnya berbentuk monoterpen yang terdiri atas
2 unit isoprene yang bergabung menurut kaidah kepala – ekor, di samping sent=yawa
sesquiterpena yang terdiri atas 3 unit isoprene. Sementara itu hasil penggabungan dari
4 unit isoprene atau diterpena sangat jarang ditemukan dalam substansi minyak atsiri
(Goeswin agoes, 2009).
Kelompok – kelompok besar lainnya dalam minyak atsiri adalah senyawa
fenil-propena. Kelompok senyawa ini terdiri atas cincin fenil (C6) dengan propena
(C3) sebagai rantai samping. Senyawa yang termasuk dalam kelompok ini adalah
sinamaldehida, eugenol, anetol, metilsalisilat, dan sebagainya. Kelompok senyawa ini
dalam minyak atsiri umumnya terdapat dalam bentuk senyawa fenol atau ester fenol
(Goeswin agoes, 2009).
1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kandungan Minyak Atsiri