Proposal Peritonitis 4
-
Upload
victor-komalig -
Category
Documents
-
view
199 -
download
1
Transcript of Proposal Peritonitis 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS
PRE KARYA TULIS ILMIAH
OLEH:VICTOR JOHANIS KOMALIG
NIM. 11 01 820
AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADOJULI 2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS
PRE KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan KepadaAkademi Keperawatan Rumkit TK. III Manado
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikanPendidikan Program Diploma III Keperawatan
OLEH:VICTOR JOHANIS KOMALIG
NIM. 11 01 820
AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADOOKTOBER 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat
rakhmat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Pre Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan peritonitis tepat
pada waktunya. Usulan Pre Karya Tulis Ilmiah ini penulis ajukan sebagai satu
syarat untuk menyelsaikan pendidikan Diploma III keperawatan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing I dan II yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh perhatian sehingga laporan
Pre Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Melalui kesempatan ini penulis juga ucapkan terimakasih kepada Direktur
Akademi Keperawatan Rumkit Tk. III Manado beserta staf dosen yang telah
memberikan bimbingan dan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis dalam
menyelesaikan Usulan Pre Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan kesempatan dalam
penyusunan Usulan Pre Karya Tulis Ilimah ini, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya besar harapan penulis semoga Usulan Pre Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Manado, 24 April 2014
Penulis
Victor Johanis Komalig
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Ruang Lingkup..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
D. Manfaat penulisan.........................................................................................3
E. Metode Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.............................................................4
B. Konsep Asuhan Keperawatan Peritonitis......................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................21
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Intervensi dan Rasional 1..........................................................................16
Tabel 2 Intervensi dan Rasional 2..........................................................................17
Tabel 3 Intervensi dan Rasional 3..........................................................................18
Tabel 4 Intervensi dan Rasional 4..........................................................................19
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi Fisiologi Peritoneum................................................................4
iv
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk
mencapai suatu kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang baik,
sebagai petugas kesehatan khususnya perawat memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guna menunjang dan memberikan
pelayanan yang baik kepada kliennya, terlebih yang mengalami gangguan
fungsi tubuh. (http://3rr0rists.net/medical/peritonitis.html, diakses tanggal 26
Juli 2013).
Gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan berkurangnya kapasias fungsi
dari tubuh salah satunya adalah akut abdomen. Akut abdomen merupakan
sebuah terminologi yang menunjukan adanya keadaan darurat dalam abdomen
yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan
pembedahan. Akut abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagai keluhan utama. Keadaan darurat dalam abdomen dapapt disebabkan
oleh perforasi atau obstruksi pada alat pencernaan, seperti apendiksitis,
pencemaran peritonium karena perforasi tukak lambung, perforasi pada thypus
abdominalis, atau perforasi akibat trauma. Keadaan ini dapat mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
(http://3rr0rists.net/medical/peritonitis.html, diakses tanggal 26 Juli 2013).
Peritonitis merupakan suatu proses inflamasi membran serosa yang
membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya.
(http://www.repository.usu.ac.id/diakses 27 April 2014).
Berdasarkan penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis merupakan
salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan
mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90%
penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu
perforasi gastrointestinal. (http://www.repository.usu.ac.id/diakses 27 April
1
2014).
Berdasarkandata yang diperoleh di irina A Atas BLU RSUP Prof. Dr. R. D
Kandou Manado, dalam kurun waktu enam bulan terakhir dari bulan
November 2013 sampai bulan April 2014 tercatat ada 32 pasien dengan
diagnosa Peritonitis dari 832 pasienyang dirawat, dengan presentase 3,8%.
Dari data yang diperoleh di atas, kasus peritonitis relatif sedikit, namun
penyakit ini memerlukan tindakan asuhan keperawatan mulai dari perawatan,
diet dan obat-obatan, karena jika peritonitis tidak ditangani segera dan benar
dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat dan menyebabkan penderita
sangat terganggu dalam aktifitasnya. Komplikasi yang akan terjadi yaitu
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas, pembentukan luka
dan pembentukan abses
Atas dasar karakteristik itulah maka penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Peritonitis”.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan gangguan sistem pencernaan Peritonitis”.
Asuhan Keperawatan ini menggunakan metode proses keperawatan lima tahap
yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Peritonitis.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penyusun Usulan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah:
a. Untuk menerapkan secara langsung Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Peritonitis
b. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek dalam
2
pemberian Asuhan Keperawatan pada klien dengan Peritonitis.
D. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Peritonitis.
2. Bagi institusi
Menambah kepustakaan dan sumber bacaan bagi mahasiswa yang
sedang mengikuti pendidikan di Akademik Keperawatan Rumkit Tk. III
Manado dan menjadi dasar dalam menentuan kebijakan pengembangan
proses belajar khususnya Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Peritonitis.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan usulan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai literatur
yang relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam pembuatan
Usulan Pre Karya Tulis Ilmiah.
.
3
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi
berbahaya akibat penybaran infeksi dari organ-organ abdomen
(apendiksitis, pankreatitis, dll) ruptur saluran cerna dan luka tembus
abdomen. (Padila, 2012).
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh
bakteri ( misalnya dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan
kimiawi, misalnya empedu, asam lambung, atau enzim pankreas.
(Brooker, 2009).
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa primer atau
sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasitas
peritoneal oleh bakteri atau kimia. (Doenges, 2000)
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering
bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis.
(http://repository.usu.ac.id/d iakses 27 April 2014 ).
2. Anatomi Fisiologi Peritoneum
Gambar 1 Anatomi Fisiologi Peritoneum
(Widjaja, 2009)
4
Peritoneum adalah selaput serosa yang dapat dibedakan dalam
peritoneum parietal yang membatasi rongga abdomen dan peritoneum
viceral yang meliputi alat-alat. Celah diantara kedua selaput peritoneum
itu disebut rongga peritoneum/cavitas peritonealis. Rongga di luarnya
disebut spatium ekstraperitoneal. Di dalam cavitas peritoneal diantara
peritoneum parietal dan viceral terdapat cairan peritoneum yang berfungsi
sebagai pelumas sehingga alat-alat dapat bergerak satu terhadap yang lain
tanpa gesekan yang berarti. Peritoneum viceral berhubungan dengan yang
parietal pada dinding abdomen melalui suatu lapisan yang disebut
mesenterium untuk usus dan ligamentum untuk alat-alat vital lain atau
sebagai peritoneal ligamen.
Spatium extraperitoneal dapat dibedakan menurut letaknya; di depan
(spatium praeperitoneal), di belakang (spatium retroperitoneal) dan di
bawah (spatium subperitoneal). Alat yang terletak di dalam cavitas
peritoneal disebut letak intra-peritoneal, tempat alat-alat dibungkus oleh
peritoneum viceral, seperti pada lambung, jejunum, ileum, dan limpa;
sedang yang terletak dibelakang peritoneum parietal disebut mempunyai
letak retroperitoneal (seperti pada ginjal dan pankreas).
Omentum adalah dua lapisan peritoneum yang menghubungkan
lambung dengan alat vicera lainnya, seperti dengan hepar (omentum
minus), dengan kolon tranversum (omentum majus), dan dengan limpa
(omentum gastrosplenicum).
Peritoneum parietal sensitif terhadap nyeri, temperatur, perabaan, dan
tekanan dan mendapat persarafan dari saraf-saraf segmental yang juga
memperasa kulit dan otot disebelah luarnya. Iritasi pada peritoneum
parietal dari diafragma kadang-kadang memberikan rasa nyeri di pundak.
Cavitas peritoneal terdiri dari dua bagian: yang utama dan besar
disebut cavitas peritoneal dan suatu kantong kecil didalamnya yang
disebut bursa omentalis. Bursa omentalis terletak dibelakang gaster,
omemtum minus, dan kebawah sampai pada omentum majus. (Widjaja,
2009).
5
3. Etiologi
a. Infeksi bakteri
1) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal.
2) Appendisitis yang meradang dan perforasi .
3) Tukak peptik (lambung/dudenum).
4) Tukak thypoid.
5) Tukan disentri amuba/ colitis
6) Tukak pada tumor
7) Salpingitis
8) Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus U dan B
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostrdiumwechii.
b. Secara langsung dari luar
1) Operasi yang tidak steril
2) Tercontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide, terjadi
Peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa
sebagai responterhadap benda asing, disebut juga Peritonitis
granulomatosa serta merupakan Peritonitis local.
3) Trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, ruptur hati
4) Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.
Terbentuk pula peritonitis granulomatos.
c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti
radang saluran pernapasan bagi atas, otitis media, mastoiditis,
glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau
pnemokokus (Haryono, 2012)
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam
rongga abdomen, biasanya diakibatkan dari inflamasi, infeksi, iskemia,
trauma atau perforasi tumor.
Awalnya matrial masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi
6
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.akibatnya timbul edema
jaringan dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi
keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel
yang rusak dan darah.
Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di
ikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam
usus besar.
Timbulnya peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang sering terjadi
akibat penyebaran infeksi. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh
bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah
(abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi
satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. (Padila,
2012)
5. Klasifikasi
a. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga
peritoneum, kuman masuk kedalam rongga peritoneum melalui aliran
darah/pada pasien perempuan melalui alat genital.
b. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang
cukup banyak.
c. Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum,
misalnya pemasangan kateter
1) Kateter ventrikula – peritoneal
2) Kateter peritoneal – jugular
3) Continuos ambulatory peritoneal dyalisis. (Padila, 2012)
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering muncul pada pasien peritonitis adalah:
a. Distensi abdomen
b. Rigiditas abdomen
7
c. Nyeri tekan pada abdomen
d. Bising usus menurun bahkan hilang
e. Demam
f. Mual bahkan muntah
g. Takikardia
h. Takipnea (Kowalak & Hughes, 2010)
7. Test Diagnostik
a. Foto rontgen abdomen memperlihatkan distensi disertai edema dan
pembentukan gas dalam usus halus dan usus besar atau pada kasus
perforasi organ viceral. Foto tersebut menunjukan udara bebas
dibawah diafragma.
b. Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan diafragma yang terletak
tinggi
c. Pemeriksaan darah menunjukan leokositosis
d. Parasintesis mengungkapkan bakteri, eksudat, darah, atau pus.
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012)
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah: gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi
abdomen ke paru, pembentukan luka dan pembentukan abses. (Haryono,
2012)
9. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan pasien Peritonitis penggantian cairan, koloid dan
elektrolit adalah fokus utama.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan
sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanul nasal
atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-
kadang intubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.
Terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi
8
hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi
modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di
dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah
sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani
eksplorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda
sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan
abdomen harus di eksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus
peritonium maka tindakan laparatomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-
tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam
lambung, buli-buli dan rektum, adanya udara bebas intraperitonel dan
lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan
laparatomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam.
Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparatomi.
(Haryono, 2012).
B. Konsep Laparatomi
1. Pengertian
Pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Ada empat cara,
yaitu:
a. Midline incision
b. Paramedian, yaitu: sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu; insisi dibagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision, yaitu: insisi melintang di bagian
bawah ± 4cm diatas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
apendiktomy.
2. Indikasi
a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / ruptur hepar.
b. Peritonitis
c. Perdarahan saluran pencernaan.
9
d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
e. Masa pada abdomen
3. Komplikasi
a. Ventilasi paru tidak adekuat
b. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
4. Latihan-Latihan Fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki,
menggerkkan otot-otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat
tidur. Semuanya dilakukan hari kedua post operasi.
5. Post Laparatomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasisen-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
perut.
6. Tujuan Perawatan Post Laparatomi
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
b. Mempercapat penyembuhan
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi
d. Mempertahankan konsep diri pasien
e. Mempersiapkan pasien pulang
7. Komplikasi Post Laparatomi
a. Gangguan fungsi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah
operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas
dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli
ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan
kaki post operasi, ambulatif dini.
b. Buruknya integritas kulit sehubungan denan luka infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi.
Organisme yang sering menimbulkan menimbulkan infeksi adalah
10
stapilokokus aurens, organisme gram positif. Untuk menghindari
infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan defisiensi luka atau
eviserasi
1) Defisiensi lka merupakan terbukanya tepi-tepi luka
2) Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi
3) Faktor penyebab defisiensi atau evisersi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, keteganganyang berat pada
dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
8. Proses Penyembuhan Luka
a. Fase pertama
Berlansung sampai hari ke 3. Batang leokosit banyak yang
rusuk/rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh
dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
b. Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian kolagen, seluruh
pingiran epitel timbul sempurna dalam satu minggu. Jaringan baru
tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
c. Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun,
timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
d. Fase kelima
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut
9. Intervensi Untuk Meningkatkan Penyembuhan
a. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin C.
b. Menghindari obt-obat anti radang seperti steroid
c. Pencegahan infeksi
10. Pengembalian Fungsi Fisik
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan
latihan napas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini.
11
11. Mempertahankan Konsep fisik
Gangguan konsep diri: Body Image bisa terjadi pada pasien post
laparatomi karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan.
Intervensi perawatan terutama ditunjukan pada pemberian suport
psikologis, ajak klien dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-
perubahan yang tejadi dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Peritonitis
Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien (pasien) di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan, dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, bersifat humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif
klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses sistematis berupa pengumpulan, verifikasi dan
dan komunikasi data tentang klien.
Pengkajain pasien dengan peritonitis adalah meliputi :
a. Penumpulan Data
Data yang dikumpulkan secara bio-psiko-sosio-spiritual yang
terdiri dari:
1) Identitas
Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, suku/bangsa, tanggal jam
masuk rumah sakit, tanggal/jam pengkajian, diagnosa medis,
nomor rekam medik.
2) Genogram
Genogram dibuat dalam tiga generasi dan klien berada di
generasi ketiga.
b. Riwayat Kesehatan:
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang
12
menyebabkan pasien berobat atau keluhan saat awal dilakukan
pengkajian pertama kali masuk rumah sakit.
Pada klien dengan peritonitis biasanya mengeluh nyeri dibagian
perut sebelah kanan.
2) Riwayat kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah menggambarkan riwayat
kesehatan saat ini.
Pada klien dengan peritonitis umumnya mengalami nyeri tekan
di bagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.demam,
mual, muntah, bising usus menurun bahkan hilang, takikardi,
takipnea.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu adalah riwayat penyakit yang
merupakan predisposisi terjadinya penyakit saat ini.
Pada klien dengan peritonitis mempunayai riwayat ruptur
saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril dan
akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa
dan ruptur hati.
c. Pada penulisan ini menggunakan pendekaatan pola fungsi kesehatan
menurut Gordon:
1) Pola Persepsi Kesehatan atau Menejemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi klien terhadap keluhan apa yang
dialami klien, dan tindakan apa yang dilakukan sebelum masuk
rumah sakit.
Pada klien dengan peritonitis mengeluh nyeri berat dibagian
perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang dan umumnya telah
dilakukan tindakan dengan obat anti-nyeri.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan asupan nutrisi, cairan dan elektrolit, kondisi
kulit dan rambut, nafsu makan, diet khusus/suplemen yang
dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, jumlah makan atau minum
serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual, muntah, kekeringan,
13
kebutuhan jumlah zat gizinya, dan lain-lain.
Pada pasien peritonitis klien akan mengalami mual. Vomit
dapat muncul akibat proses patologis organ visceral (seperti
obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal, selain itu
terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan
peristaltic usus turun (<12x/menit). Diet yang diberikan berupa
makanan cair seperti bubur saring dan diberikan melalui NGT.
3) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi menggambarkan eliminasi pengeluaran
sistem pencernaan, perkemihan, integumen, dan pernafasan.
Pada klien dengan peritonitis terjadi penurunan produksi urin,
ketidakmampuan defekasi, turgor kulit menurun akibat
kekurangan volume cairan, takipnea, .
4) Pola Kognitif Perseptual
Menggambarkan kemampuan proses berpikir klien, memori,
tingkat kesadaran, dan kemampuan mendengar, melihat,
merasakan, meraba, dan mencium, serta sensori nyeri.
Pada klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada
otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran, adanya nyeri
tekan pada abdomen.
5) Pola Aktivitas/Latihan
Menggambarkan tingkat kemampuan aktivitas dan latihan,
selain itu, fungsi respirasi dan fungsi sirkulasi.
Pada klien dengan peritonitis mengalami letih, sulit berjalan.
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami
kelelahan. Pola nafas iregular (RR> 20x/menit), klien mengalami
takikardi, akral : dingin, basah, dan pucat.
6) Pola Istirahat dan Tidur
Pola istirahat tidur menggambarkan kemampuan pasien
mempertahankan waktu istirahat tidur serta kesulitan yang dialami
saat istirahat tidur.
Pada klien dengan peritonitis didapati mengalami kesulitan
14
tidur karena nyeri.
7) Pola Nilai dan Kepercayaan
Pola nilai dan kepercayaan menggambarkan pantangan dalam
agama selama sakit serta kebutuhan adanya kerohanian dan lain-
lain.
Pengaruh latar belakang sosial, faktor budaya, larangan agama
mempengaruhi sikap tentang penyakit yang sedang dialaminya.
Adakah ganggauan dalam peaksanaan ibadah sehari-hari.
8) Pola Peran dan Hubungan Interpersonal
Pola peran dan hubungan menggambarkan status pekerjaan,
kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan
gangguan terhadap peran yang dilakukan.
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonaldan mengalami hambatan dalam menjalankan
perannya selama sakit.
9) Pola Persepsi atau Konsep Diri
Pola persepsi menggambarkan tentang dirinya dari masalah-
masalah yang adaseperti perasaan kecemasan, kekuatan atau
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri,
gambaran diri, dan identitas tentang dirinya.
Pada klien dengan peritonitis terjadi perubahan emosional
10) Pola Koping/Toleransi Stres
Pola koping/toleransi stres menggambarkan kemampuan untuk
menangani stres dan penggunaan sistem pendukung.
Pada klien engan peritonitis di dapati tingkat kecemasan pada
tingkat berat
11) Pola Reproduksi dan Seksual
Pola reproduksi dan seksual menggambarkan periode
menstruasi terakhir, masalah menstruasi, masalah pap smear,
pemerikasaan payudara/testis sendiri tiap bulan, dan masalah
seksual yang berhubungan dengan penyakit.
Pada pola ini, pada wanita berhubungan dengan kehamilan,
15
jumlah anak, menstruasi, pernah terjangkit penyakit menular
sehingga menghindari aktivitas seksual. Pada pasien yang telah
atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien Peritonitis:
1) Kesadaran dan Keadaan Umum Klien
Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat
meliputi penilaian secara kualitatis seperti kompos mentis, apatis,
somnolen, spoor, koma dan delirium, dan status gizinya, GCS
(Glasow Coma Skala).
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan
infeksi intra abdomen menunjukan adanya luokositosis.
(2) Cairan peritoneal
(3) Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran
kemih
b) Pemeriksaan Radiologi
(1) Foto polos abdomen memperlihatkan distensi disertai
edema dan pembentukan gas dalam usus
(2) USG
3) Validasi data merupakan upaya untuk memberikan pada data yang
telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif
dan objektif yang didapatkan dari berbagai sumber dengan
berdasarkan standar nilai norma, untuk diketahui kemungkinan
tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada.
16
Penyimpangan KDM Peritonitis
17
Inflamasi pada peritoneum
(Peritonitis)
Depolarisasi bakteri
dan virus kesistem G
Perangsangan pirogen di
hipotalamus
Pelepasan berbagai mediator kimiawi (histamine,
bradikinin, serotonin, interleukin)
Gangguan pada lambung Memicu pengeluaran prostaglandinPeningkatan permeabilitas kapiler dan membran
mengalami kebocoran
Reaksi mual dan muntah Merangsang saraf
perasa nyeriMemacu kerja thermostat hipotalamus
Kehilangan sejumlah besar cairan
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Suhu tubuh meningkatNyeriDehidrasi
HipertermiKekurangan volume cairan
10. Diagnosa Keperawatan
Dignosa kepeawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial/proses hidup. (Herdman, 2013)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keehilangan cairan
aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerana makanan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
d. Hipertemi berhubungan dengan penyakit
11. Perencanaan Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keehilangan cairan
aktif
1) Tujuan
Pesien dapat mempertahankan cairan tubuh secara adekuat
2) Kriteria hasil
Data subjektif: asupan dan keluaran cairan seimbang, produksi
urin normal
Data objektif: membran mukosa lembab, tanda-tanda dehidrasi
menurun
Tabel 1 Intervensi dan Rasional 1
Intervensi Rasional
1. Pertahankan intake dan output yang
adekuat.
2. Monitor status hidrasi (kelembapan,
membran mukosa ,nadi, dan
tekanan darah).
3. Kolaborasi untuk pemberian IV
4. Observasi TTV
1. Untuk mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Tanda-tanda tersebut menunjukkan
keilangan cairan berlebihan
3. Untuk memperbaiki cairan yang
hilanng
4. Membantu dalam evaluasi derajat
18
defisit cairan/keefektifan
penggantian terapi cairan dan
respons terhadap pengobatan
(http://www.scribd.com/110945345-Asuhan-Keperawatan-Peritonitis.pdf/diakses
24 April 2014)
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerana makanan
1) Tujuan:
Klien dapat meningkatkan status nutrisi
2) Kriteria hasil:
Data subjektif: klien mengatakan nafsu makan meningkat
Data objektif: tidak terjadi mual dan muntah, trugor kulit baik
Tabel 2 Intervensi dan Rasional 2
Intervensi Rasional
1. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
2. Monitor trugor kulit
3. Monitor kadar Hb dan albumin
4. Lakukan pemasangan NGT sesuai
indikasi jika klien tidak dapat
makan dan minum peroral
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antiemetik
6. Klaborasi dengan ahli gizi dalam
diet
1. Agar tidak mengganggu nafsu
makan
2. Trugor kulit yang buruk
menunjukkan perubahan hidrasi dan
defisit nutrisi.
3. Indikasi adekuatnya protein untuk
sistem imun
4. Agar nutrisi klien tetap terpenuhi
5. Menurunkan mual/muntah yang
dapat meningkatkan tekanan/nyeri
intrabdomen.
6. Agar dapat memberikan nutrisi
yang tepat pada klien
(http://www.scribd.com/110945345-Asuhan-Keperawatan-Peritonitis.pdf/diakses
24 April 2014)
19
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
1) Tujuan:
Klien mampu toleransi tehadap nyeri dan mengontrol nyeri
2) Kriteria hasil:
Data subjektif: klien mengatakan/melaporkan nyeri berkurang
Data objektif: ekspresi wajah tampak rileks, skala nyeri (0-3)
Tabel 3 Intervensi dan Rasional 3
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas nyeri pasien
(skala, frekuensi, durasi)
2. Gunakan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
3. Pertahankan posisi semi Fowler
sesuai indikasi
4. Berikan tindakan kenyamanan,
contoh pijatan punggung, napas
dalam, latihan relaksasi atau
visualisasi.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik
1. Mengidentifikasi kebutuhan untuk
intervensi dan tanda-tanda
komplikasi
2. Pengalaman nyeri akan menaikan
resistensi terhadap nyeri.
3. Memudahkan drainase cairan/luka
karena gravutasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena
gerakan.
4. Meningkatkan relaksasi dan
mungkin meningkatkan
kemampuan koping pasien denagn
memfokuskan kembali perhatian.
5. Nyeri biasanya berat dan
memerlukan pengontrol nyeri
narkotik, analgesik dihindari dari
proses diagnosis karena dapat
menutupi gejala.
(http://www.scribd.com/110945345-Asuhan-Keperawatan-Peritonitis.pdf/diakses
24 April 2014)
20
d. Hipertemi berhubungan dengan penyakit
1) Tujuan:
Klien mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2) Kriteria hasil:
Data subjektif: klien mengatakan tidak demam
Data objektif: suhu tubuh normal (36-37˚C).
Tabel 4 Intervensi dan Rasional 4
Intervensi Rasional
1. Monitor warna dan suhu kulit
2. Berikan kompres hangat pada dahi,
ketiak, dan lipatan paha
3. Anjurkan klien untuk menggunakan
pakaian yang tipis
4. Berikan cairan parenteral sesuai
program medis
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antipiretik
1. Tindakan ini sebagai dasar untuk
menentukan intervensi
2. Kompres hangat memberikan
efekvasodilatasi pembuluh darah,
sehingga mempercepat penguapan
tubuh.
3. Untuk mengontrol panas
4. Penggantian cairan akibat
penguapan panas tubuh
5. Untuk menurunkan panas
(http://www.scribd.com/110945345-Asuhan-Keperawatan-Peritonitis.pdf/diakses
24 April 2014)
12. Implementasi
Implementasi atau tindakan Keperawatan merupakan langka keempat
dari proses Keperawatan yang telah di rencakan oleh Perawat untuk di
kerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi dan
menghilangakan dampak atau respon yang di timbulkan oleh masalah
Keperawatan dan Kesalahan,dan kata lain, Implementasi adalah tindakan
Perawata membantu klien untuk mencapai tujuan perawatan yang telah di
rencanakan. (https://www.docs.google.com/document/ diakses 27 April
2014).
21
13. Evaluasi
Evaliasi merupakan langka terakhir dari Asuhan Keperawatan dengan
cara melakukan Identitas sejauh mana tujuan dari rancana Keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi adalah kegiatan yang telah di sengaja dan
terus menerus dengan melibatkan pasien, dan anggota tim Kesehatan
lainya. (https://www.docs.google.com/document/ diakses 27 April 2014).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien peritonitis:
e. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi:
3) Suhu tubuh normal
4) Nadi normal
5) Perut tidak kembung
6) Peristaltik usus normal
7) Flatus positif
8) Bowel movement positif
f. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktivitas
g. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi
h. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.
i. Luka operasi baik. (Padila, 2012)
22
Daftar Pustaka
Brooker, C. (2009). Ensiclopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC.
Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Herdman, H. (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P., & Hughes, A. S. (2010). Buku Saku Tanda dan Gejala:
Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis, Penyebab, Tip Klinis, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Kowalak, j. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widjaja, H. (2009). Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC.
http://www. repository.usu.ac.id/diakses 27 April 2014
(http://www.scribd.com/110945345-Asuhan-Keperawatan-Peritonitis.pdf/diakses
24 April 2014)
23