Presus Uro Fix

10
II. 4. Gambaran Klinis Nefrolithiasis Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal akibat stasis urine.2 Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih karena batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis.2 Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.2 Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.2 II. 5. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu ditunjang dengan pemeriksaan

description

urologi

Transcript of Presus Uro Fix

II. 4. Gambaran Klinis NefrolithiasisKeluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal akibat stasis urine.2

Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih karena batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis.2

Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.2

Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.2

II. 5. DiagnosisDiagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :

Laboratorium :

1. Urin

pH urin

- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH 7)

Sedimen

- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat

- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih

2. Darah

- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia

- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis

- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

- Kalsium, dan asam urat.

Radiologik :1. Foto Polos Abdomen

Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.2

2. Pielografi Intra Vena

Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.2

3. Ultrasonografi

Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang ditunjukkan sebagaiechoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal.2

Penatalaksanaan Medis

Ignatavicius, dkk (2001:1620) mengatakan bahwa tujuan pengelolaan batu saluran kemih terdiri dari beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: menghilangkan obstruksi, menghilangkan rasa nyeri, mengobati infeksi, mencegah terjadinyanephrolithiasiskembali.

Langkah-langkah untuk mencapai tujuan ini adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan obstruksi, infeksi, dan rasa nyeri.

2. Analisis batu.

3. Mencari latar belakang terjadinya batu.

4. Mengusahakan mencegah pembentukan kembali batu.

5. Memberikan diet terapi rendah kalsium, phospat, magnesium dan lain-lainnya sesuai dengan jenis batu.

6. Membatasi aktivitas yang berlebih.1. MedikamentosaTerapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

3. EndourologiTindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah :

a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Uretero atau Uretero-renoskopiYaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.

4. Bedah TerbukaDi klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun

II. 7. Pencegahan NefrolithiasisTindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu3. Pada umumnya pencegahan itu berupa5:

Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari

Aktivitas harian yang cukup

Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batuJenis BatuFaktor predisposisiPengobatan pencegahan untuk mencapai pH kemih ynag dibutuhkan

Kemih asam ( pH < 6 )Kemih basa ( pH > 6 )

Kalsium oksalat

Kristal asam uratHiperkalsiuria

Kemoterapi goutSayuran, susu, buah ( kecuali plum, plum kering, cranberry )

Natrium bikarbonat atau sitrat

Triple fosfat

Kalsium fosfatKemih basaInfeksi saluran kemih

Hiperkalsiuria, imobilitas lamaKemih asamDaging, roti, makanan berprotein, jus cranberry, plum, plum keringmandelanin

II. 8. Prognosis NefrolithiasisPrognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.5

II. 9. Komplikasi NefrolithiasisObstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.2

KESIMPULAN1. Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai, menyebabkan angka kesakitan yang tinggi, penyebab hilangnya jam kerja dan sejumlah biaya pengobatan. Diperkirakan bahwa peningkatan insidensi batu berkaitan dengan diet rendah protein nabati dan fosfat, adanya perubahan pola hidup ke gaya modern.

2. Gambaran klinis nefrolithiasis tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik, hematuria, demam, nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.

3. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada nefrolithiasis adalah pemberian medikamentosa, pemecahan dan pengeluaran batu pada ginjal dengan ESWL, PNL, uretero-renoskopi, pielolitotomi atau nefrolitotomi

4. Tindakan terpenting untuk mencegah timbulnya atau terbentuknya kembali nefrolithiasis tanpa memandang unsur-unsur penyusun batu adalah minum banyak, minimal 2 3 liter per hari. Tindakan lain yang dapat membantu adalah aktivitas harian yang cukup serta diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu.

5. Prognosis nefrolithiasis tergantung ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta tingkat obstruksi

DAFTAR PUSTAKA1. Ashadi T., 1998, Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih, 24 (8), hal ; 544 9, Medika

2. Ismadi M., 1976,Penelitian Tentang Urolithiasis Pada Perhatian Dengan SifatBiokimiawi Air Kencing, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3. Palmer P.E.S., 1995,Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum,Penerbit EGC, Jakarta.

4. Price S. A., Wilson L. M., 1995.Batu Ginjal dan Saluran Kemihdalam Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, hal ; 797 8, EGC, Jakarta

5. Purnomo B., 2003,Batu Ginjal dan Ureterdalam Dasar-Dasar Urologi, hal ; 57 68, Sagung Seto, Yogyakarta

6. Raharjo J. P., 1996,Batu Saluran Kencingdalam Ilmu Penyakit Dalam, ed 3, hal ; 337 40, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

7. Sabiston C. D. Jr, MD., 1997,Batu Ginjal dan Ureterdalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 3, EGC, Jakarta

8. Sjahriar dkk, 2000,Nefrolitiasis,Radiologi Diagnostik,Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

9. Stuart J.,Nefrolithiasis,www.eMedicine.com, 200510. Tisher C. Craig., Wilcox C., 1997,Penyakit Batu Ginjaldalam Buku Saku Nefrologi, ha1 ; 86 99, EGC, Jakarta