Presus Hepatoma
Click here to load reader
-
Upload
jhohansyah-romadona -
Category
Documents
-
view
39 -
download
5
Transcript of Presus Hepatoma
PRESUS
Hepatoma
Diajukan Kepada :
Pembimbing :
Letkol (Purn), dr. Harsono, Sp.PD
Disusun Oleh :
Jhohansyah Romadona
1010221049
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ”VETERAN” JAKARTA
Kepaniteraan Klinik Departemen Penyakit Dalam
Rumah Sakit TK. III 04.06.01 WIJAYAKUSUMA Purwokerto
PERIODE 26 November – 02 Februari 2013
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 46 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Bentar Sari
MRS : 03 Januari 2013
No. CM : 24.06.84
B. ANAMNESIS
Dilakukan auto dan allo anamnesis pada tanggal 03 januari 2013, pukul 10.00 WIB
Keluhan utama : Nyeri perut kanan
Keluhan tambahan : Punggung terasa panas
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSWK dengan keluhan nyeri perut kanan dan menjalar
kedaerah punggung yang terasa panas keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien muntah 3x setiap muntah sebanyak ¼ gelas belimbing, tanpa didahului oleh
mual. Pasien juga mengeluh adanya BAB warna hitam sejak tiga hari yang lalu, BAB
seperti petis, 1x/hari, BAB lembek, lengket dan berbau amis, BAB tidak kecil-kecil
seperti kotoran kambing ataupun merasa ingin BAB tetapi yang keluar hanya lendir
dan darah. Pasien tidak mengeluhkan berdebar-debar, mengantuk, keringat dingin dan
nafas menjadi cepat serta jumlah air seninya berkurang setelah muntah berwarna
hitam dan BAB hitam. Suaranya pasien tidak menjadi serak, tangan tidak keriput
seperti habis mencuci yang lama, serta tangan dan kaki pasien hangat.
Sejak 8 bulan yang lalu pasien mengeluh perut kanan atas terasa merongkol
yang dirasa semakin lama semakin membesar, terasa keras dan berbenjol-benjol saat
diraba. Pasien merasa perutnya terasa penuh, begah, cepat kenyang, dan nafsu
makannya berkurang. Pasien juga mengeluh nyeri yang berpusat pada perut kanan
atas yang dirasakan seperti dipukul-pukul, terus-menerus dan tidak menjalar. Nyeri
perut kanan atas bertambah berat bila pasien bernafas dalam, duduk atau saat berjalan
tegap. Rasa nyeri akan berkurang bila kedua kaki ditekuk ke badan atau dengan
membungkukan badan. Nyeri awalnya dirasa tidak mengganggu altivitas namun lama
kelamaan nyeri dirasa mengganggu aktivitas
Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh rambut kepalanya mudah rontok,
bagian putih bola mata dan kulitnya menjadi berwarna kuning.. Pasien mengeluh ada
bercak kemerahan pada dinding dada seperti sarang laba-laba. Pasien tidak mengeluh
adanya benjolan di dubur dan keluar darah berwarna merah segar saat BAB. Pasien
mengeluh telapak tangannya terdapat bercak-bercak berwarna kemerahan yang hilang
apabila ditekan. Pasien tidak mengeluh ujung jari tangan dan kaki kebiruan, jari
tangan pasien menjadi seperti alat penabuh, kuku jari memutih, serta jari tangan
menjadi kaku dan bengkok.
Sejak 5 bulan yang lalu pasien mengeluh perut kiri atas terasa merongkol,
teraba keras, tidak terasa sakit dan makin lama makin membesar.
Sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan perut semakin membesar secara
perlahan-lahan, terasa seperti terisi cairan dan tegang, perut melebar kesamping
seperti perut kodok saat berbaring dan perut akan menggantung kebawah bila pasien
berdiri.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluh terlihat, badan cepat lelah,
pandangan berkunang-kunang dan pusing saat bangun dari tidur atau perubahan posisi
secara mendadak.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah menderita sakit kuning pada 3 tahun yang lalu. Mula-mula
badannya terasa panas kemudian diikuti oleh matanya yang berwarna kuning dan
buang air kecil yang berwarna seperti teh.
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat konsumsi alkohol disangkal
Riwayat penyakit keluarga : disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikasaan dilakukan pada tanggal 03 Januari 2013, pukul 10.00 WIB di bangsal
Flamboyan.
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda - tanda vital : TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit, equal, isi cukup, reguler
S : 36 0C
R : 24 x/menit
Kepala : normocephal, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik +/+
Telinga : bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen -/-
Hidung : bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret -/-
Mulut : bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-
T1 tenang
Leher : simetris, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada
deviasi trakea, KGB tidak teraba
Toraks :
Dinding dada : Spider nevi (+)
Cor :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS VI linea midklavicula sinistra
Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
I : Simetris, retraksi -/-, sela iga tidak melebar
P : Taktil fremitus sinistra lebih lemah daripada dextra
P : Sonor pada paru kanan dan kiri
A : Suara dasar vesikuler normal, Ronkhi -/- , Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Cembung,, caput medussae (-), hernia umbilikalis (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di hipokondrium kanan,
Hepar teraba 4 jari BACD
- Tepi tumpul
- Permukaan berbenjol-benjol
- Nyeri tekan (+)
- Konsistensi padat, keras
- Bising (+)
Lien teraba, shuffner II
Perkusi : Redup
Ekstremitas : Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : telapak tangan eritema palmaris (+/+), jari tabuh (-/-), white nail
(-/-), sianosis (-/-), akral dingin (-/-), kontraktur dupuytren (-/-)
Inferior : Bengkak (+/+), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah
Jenis pemeriksaan 4/01/13 Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 10,3 gr/dl 14 – 18 gr/dl
Hematokrit 31.5 vol% 40 – 54 %
Leukosit 8400 /mm3 4800 – 10.800/uL
Trombosit 169.000 /uL 150.000 – 400.000/uL
LED 21 mm/jam 0-15 mm/jam
Kimia Darah
GDS
Protein total
Albumin
Globulin
125
9.0
2,0
7,0
<200
6,6-8,8
3,5-5,2
Ureum 55 10 -50 mg/dL
Kreatinin 1,0 0.9 – 1.3 mg/dL
Billirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
2,9
0,5
3,4
0,2-1,0 mg/dl
0,0-0,2 mg/dl
0,2-0,8 mg/dl
SGOT 350 < 37 U/L
SGPT
Ureum
Kreatinin
61
62
1,35
< 41 U/L
10-50 mg/dl
0,9-1,3 mg/dl
E. RESUME
Seorang laki-laki berinisial Tn. M. , berumur 45 tahun, MRS 03 januari 2013 dengan
keluhan utama nyeri perut kanan sejak 2 minggu SMRS. Pasien muntah 3x setiap muntah
sebanyak ¼ gelas belimbing, tanpa didahului oleh mual. Pasien juga mengeluh adanya BAB
warna hitam sejak tiga hari yang lalu, BAB seperti petis, 1x/hari, BAB lembek, lengket dan
berbau amis. Sejak 6 bulan yang lalu pasien mengeluh rambut kepalanya mudah rontok,
bagian putih bola mata dan kulitnya menjadi berwarna kuning. Pasien mengeluh ada bercak
kemerahan pada dinding dada seperti sarang laba-laba. Sejak 5 bulan yang lalu pasien
mengeluh perut kiri atas terasa merongkol, teraba keras, tidak terasa sakit dan makin lama
makin membesar.
RSWK, dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
- Pemeriksaan Mata : CA (-/-), SI (+/+)
- Rambut : mudah rontok
- Wajah : Muka lumpur (+)
- Mulut : Fetor hepatikum (-), Bibir dan lidah sianosis (-)
- Pemeriksaan Dada
Inspeksi : spider nevi (+)
- Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut membuncit, venektasi (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) di hipokondrium kanan dan epigastrium
Hepar teraba 4 jari BACD
- Tepi tumpul
- Permukaan berbenjol-benjol
- Nyeri tekan (+)
- Konsistensi padat, keras
- Bising (+)
Lien teraba, shuffner II
Perkusi : Redup
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : telapak tangan eritema palmaris (+/+), jari tabuh (-/-), white nail
(-/-), sianosis (-/-), akral dingin (-/-), kontraktur dupuytren (-/-)
Inferior : Bengkak (+/+), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
.
Kimia Darah
Protein total
Albumin
Globulin
9.0
2,0
7,0
6,6-8,8
3,5-5,2
Ureum 55 10 -50 mg/dL
Kreatinin 1,0 0.9 – 1.3 mg/dL
Billirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
2,9
0,5
3,4
0,2-1,0 mg/dl
0,0-0,2 mg/dl
0,2-0,8 mg/dl
SGOT 350 < 37 U/L
SGPT
Ureum
Kreatinin
61
62
1,35
< 41 U/L
10-50 mg/dl
0,9-1,3 mg/dl
F. DIAGNOSIS KERJA
Hepatoma
G. DIAGNOSIS BANDING
Sirosis hepatis, Hepatitis kronik
H. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 TPM
- Inj Amoxan 3x1
- Adona drip
- Hepamax 2x1
- pronalges supp 2x1
- pansoperazole 2x1
- propanolol 2x1
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
J. FOLLOW UP
04 januari 2013
S : nyeri perut kanan, lemas
O : Ku/Kes : TSS / CM
TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36 0C
Mata : CA -/-, SI +/+
Toraks :
Cor : BJ I – II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler nomal , Rh -/- Wh -/-
- Abdomen : Datar, supel, BU N, NT (-)Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut membuncit, venektasi (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) di hipokondrium kanan dan epigastrium
Hepar teraba 4 jari BACD
- Tepi tumpul
- Permukaan berbenjol-benjol
- Nyeri tekan (+)
- Konsistensi padat, keras
- Bising (+)
Lien teraba, shuffner II
Perkusi : Redup
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : telapak tangan eritema palmaris (+/+), jari tabuh (-/-), white nail
(-/-), sianosis (-/-), akral dingin (-/-), kontraktur dupuytren (-/-)
Inferior : Bengkak (+/+), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Pemeriksaan penunjang USG Abdomen : Hepatosplenomegali dengan gambaran
keganasan pada hepar
05 januari 2013
S : nyeri perut kanan, lemas, muntah berwarna hitam 3 x
O : Ku/Kes : TSS / Somnolen
TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/m, RR: 20 x/m, Suhu : 36 0C
Mata : CA -/-, SI +/+
Toraks :
Cor : BJ I – II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD Vesikuler nomal , Rh -/- Wh -/-
- Abdomen : Datar, supel, BU N, NT (-)Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut membuncit, venektasi (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) di hipokondrium kanan dan epigastrium
Hepar teraba 4 jari BACD
- Tepi tumpul
- Permukaan berbenjol-benjol
- Nyeri tekan (+)
- Konsistensi padat, keras
- Bising (+)
Lien teraba, shuffner II
Perkusi : Redup
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : telapak tangan eritema palmaris (+/+), jari tabuh (-/-), white nail
(-/-), sianosis (-/-), akral dingin (-/-), kontraktur dupuytren (-/-)
Inferior : Bengkak (+/+), akral dingin (-/-), sianosis (-/-)
Pemeriksaan penunjang USG Abdomen : Hepatosplenomegali dengan gambaran
keganasan pada hepar
BAB II
Dasar Teori
Hepatoma
Karsinoma hepatoseluler merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit.
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama karsinoma hepatoseluler di dunia dan
melatarbelakangi lebih dari 80% kasus karsinoma hepatoseluler. Setiap tahun tiga sampai
lima pasien dari pasien sirosis hepatis akan menderita karsinoma hepatoseluler dan karsinoma
hepatoseluler merupakan penyebab utama kematian pada sirosis hepatis. Otopsi pada pasien
sirosis hepatis mendapatkan 20-80% pasien di antaranya menderita karsinoma hepatoseluler.
Pada 60-80% dari sirosis makronodular dan tiga sampai sepuluh persen dari sirosis
mikronoduler didapatkan adanya karsinoma hepatoseluler.
Dalam menegakkan diagnosis, kami melihat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan riwayat penyakit dahulu dan dapat kami simpulkan sebagai berikut :
1. Hematemesis
2. Melena
3. Badan menjadi kurus
4. Alopesia kepala
5. Alopesia pektoralis
6. Alopesia aksilaris
7. Spider nevi
8. Ginekomasti
9. Ascites
10. Venektasi
11. Eritema palmaris
12. Edem tungkai
FAKTOR RISIKO
a. Infeksi Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyebab tertinggi timbulnya kanker hati di daerah yang tinggi
prevalensinya seperti di Cina dan Indonesia. Penderita hepatitis B kronis dan pembawa
virus hepatitis B (carrier) memiliki risiko terkena kanker hati yang lebih tinggi dari
populasi normal. Hal ini dibuktikan pada penelitian di Taiwan, dimana lebih dari 20.000
pria diteliti secara prospektif untuk mengetahui terjadinya kanker hati. Ternyata risiko
untuk terkena kanker hati pada penderita hepatitis B yang HbsAg-nya positif meningkat
lebih dari 100 kali dibandingkan populasi normal(5). Golongan dengan risiko tinggi ini
tampaknya terbanyak mengenai penderita yang tinggal di daerah endemi Hepatitis B
seperti di Indonesia, dimana penularan lebih banyak terjadi secara vertical (dari ibu ke
bayi) dibanding penderita yang memperolehnya secara horizontal pada saat dewasa. Di
samping dapat menimbulkan kanker hati, hepatitis B kronis juga dapat mengakibatkan
Sirosis hati (pengerasan organ hati) akibat reaksi peradangan berulang. Sebagai tambahan,
pasien-pasien dengan virus hepatitis B yang berada pada risiko yang paling tinggi untuk
kanker hati adalah pria-pria dengan sirosis, virus hepatitis B dan riwayat kanker hati
keluarga(4).
b. Infeksi Hepatitis C
Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan perkembangan kanker hati. Di
Jepang, virus hepatitis C hadir pada sampai dengan 75% dari kasus-kasus kanker hati.
Seperti dengan virus hepatitis B, kebanyakan dari pasien-pasien virus hepatitis C dengan
kanker hati mempunyai sirosis yang berkaitan dengannya. Pada beberapa studi-studi
retrospektif-retrospektif (melihat kebelakang dan kedepan dalam waktu) dari sejarah alami
hepatitis C, waktu rata-rata untuk mengembangkan kanker hati setelah paparan pada virus
hepatitis C adalah kira-kira 28 tahun. Kanker hati terjadi kira-kira 8 sampai 10 tahun
setelah perkembangan sirosis pada pasien-pasien ini dengan hepatitis C. Beberapa studi-
studi prospektif Eropa melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker hati pada pasien-pasien
virus hepatitis C yang ber-sirosis berkisar dari 1.4 sampai 2.5% per tahun.
Pada sisi lain, ada beberapa individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis C kronis yang
menderita kanker hati tanpa sirosis. Jadi, telah disarankan bahwa protein inti (pusat) dari
virus hepatitis C adalah tertuduh pada pengembangan kanker hati. Protein inti sendiri
(suatu bagian dari virus hepatitis C) diperkirakan menghalangi proses alami kematian sel
atau mengganggu fungsi dari suatu gen (gen p53) penekan tumor yang normal. Akibat dari
aksi-aksi ini adalah bahwa sel-sel hati terus berlanjut hidup dan reproduksi tanpa
pengendalian-pengendalian normal, yang adalah apa yang terjadi pada kanker(4).
c. Alkohol
Sirosis hati yang disebabkan konsumsi alkohol yang berlebih ternyata merupakan
penyebab utama terjadinya kanker hati di usia lanjut. Hal ini didukung oleh data yang
dibuat di Amerika Serikat terhadap para veteran. Karena dari berbagai penelitian
menunjukan bahwa konsumsi alkohol >50-70 gram per hari dan dalam jangka waktu yang
lama ternyata tidak hanya meningkatkan risiko terbentuknya sirosis hati namun juga
mempercepat terjadinya sirosis pada penderita hepatitis C dan kanker hati(5).
d. Obesitas
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di Amerika Serikat
dengan masa pengamatan selama 16 tahun mendapat terjadinya peningkatan angka
mortalitas sebesar 5 kali akibat kanker hati pada kelompok individu dengan berat badan
tertinggi (IMT 35-40) dibandingkan dengan kelompok individu yang IMT-nya normal.
Seperti diketahui, obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver
disease (NAFLD), khususnya non-alcoholic steatoheptitis (NASH) yang dapat
berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat berlanjut menjadi kanker hati(6).
e. Diabetes Melitus (DM)
Telah lama ditengarai bahwa DM merupakan faktor risiko baik untuk penyakit hati kronik
maupun kanker hati melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik
(NASH). Disamping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-
like growth factors (IGFs) yang merupakan factor promotif potensial untuk kanker.
Indikasi kuat asosiasi antara DM dan kanker hati terlihat dari banyak penelitian, antara
lain penelitian kasus-kelola oleh hasan dkk yang melaporkan bahwa dari 115 kasus kanker
hati dan 230 pasien non-kanker hati, rasio odd dari DM adalah 4.3, meskipun diakui
bahwa sebagian dari kasus DM sebelumnya sudah menderita sirosis hati. Penelitian kohort
besar oleh El Serag dkk yang melibatkan 173.643 pasien DM dan 650,620 pasien bukan-
DM menemukan bahwa insidens kanker hati pada kelompok DM lebih dari 2 kali lipat
dibandingkan dengan insidens kanker hati kelompok bukan-DM. Insidens juga semakin
tinggi seiring dengan lamanya pengamatan (kurang dari 5 tahun hingga lebih dari 10
tahun). DM merupakan faktor risiko HCC tanpa memandang umur, jenis kelamin dan
ras(6).
f. Idiopatik
Antara 15-40% kanker hati ternyata tidak diketahui penyebabnya walaupun sudah
dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh. Beberapa penjelasan akhir-akhir ini
menyebutkan peranan perlemakan hati - fatty liver disease - yang bukan disebabkan oleh
alkohol (NASH = Non Alcohol Steato Hepatitis), dipercaya dapat menyebabkan kerusakan
sel hati yang luas yang pada akhirnya menimbulkan sirosis dan kanker hati(6).
g. Sirosis
Individu-individu dengan kebanyakan tipe-tipe sirosis hati berada pada risiko yang
meningkat mengembangkan kanker hati. Sebagai tambahan pada kondisi-kondisi yang
digambarkan diatas (hepatitis B, hepatitis C, alkohol, dan hemochromatosis), kekurangan
alpha 1 anti-trypsin, suatu kondisi yang diturunkan/diwariskan yang dapat menyebabkan
sirosis, mungkin menjurus pada kanker hati. Kanker hati juga dihubungkan sangat erat
dengan kelainan biokimia pada masa kanak-kanak yang berakibat pada sirosis dini.
Penyebab-penyebab tertentu dari sirosis lebih jarang dikaitkan dengan kanker hati
daripada penyebab-penyebab lainnya. Contohnya, kanker hati jarang terlihat dengan sirosis
pada penyakit Wilson (metabolisme tembaga yang abnormal) atau primary sclerosing
cholangitis (luka parut dan penyempitan pembuluh-pembuluh empedu yang kronis). Begitu
juga biasanya diperkirakan bahwa kanker hati adalah jarang ditemukan pada primary biliary
cirrhosis (PBC). Studi-studi akhir ini, bagaimanapun, menunjukan bahwa frekwensi kanker
hati pada PBC adalah sebanding dengan yang pada bentuk-bentuk lain sirosis(4)
Pengajuan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menunjang penegakan diagnosis.
- Darah
Bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom makrositer.
Anemia bisa akibat hipersplenisme dengan leukopenia dan trombositopenia.
Kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
- Kenaikan kadar enzim transaminase / SGOT, SGPT tidak merupakan petunjuk
tentang berat dan luasnya kerusakan parenkim hati. Kenaikan kadarnya dalam
serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Peninggian
kadar Gamma GT sama dengan transaminase, ini lebih sensitif tetapi kurang
spesifik.
- Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel hati yang
kurang. Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan
tanda kurangnya daya tahan hati.
- Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
diet garam.
- Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati.
Pemeriksaan hemostatik pada pasien sirosis hepatis penting dalam menilai
kemungkinan perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
- Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HbsAg / HbsAb,
HbeAg/HbeAb, HBV DNA, HCV DNA adalah penting dalam menentukan etiologi
sirosis hati.
- Endoskopi
Dapat dilihat varises esophagus, gaster dan kelainan pada duodenumnya.
- USG
Gambaran USG keganasan primer pada hepar dapat dibagi menjadi bentuk nodular
dan difus. Pada jenis nodular terlihat kelainan yang berbatas tegas dari parenkim
hepar sekitarnya. Kelainan ekostruktur pada jenis ini tergantung dari ukuran lesi.
Lesi berukuran kurang dari 2 cm seringkali berekostruktur hipoekoik. Dengan
bertambahnya diameter, ekostruktur akan menjadi lebih hiperekoik atau campuran,
serta dapat dijumpai adanya bagian yang nekrosis atau perdarahan di dalamnya,
seringkali ditemui pada yang berekostruktur hiperekoik atau campuran. Gambaran
lainnya dapat juga ditemui adanya trombus dalam vena porta atau vena hepatika
dan atau cabang-cabangnya yang tampak sebagai suatu struktur yang hiperekoik
tanpa bentuk tertentu, besarnyapun tidak tentu, dapat memenuhi lumen vena porta
dan cabang-cabangnya atau sebagian saja. Bentuk difus memperlihatkan perubahan
ekostruktur di seluruh hepar.
- AFP
Alfa-fetoprotein adalah protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal, sel
yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal. Rentang normal AFP
serum adalah 0-20ng/mL. Kadar AFP meningkat pada 60%-70% dari pasien
karsinoma hepatoseluler dan kadar lebih dari 400 ng/mL adalah diagnostik atau
sangat sugestif untuk karsinoma hepatoseluler. Nilai normal juga dapat ditemukan
pada pasien karsinoma hepatoseluler stadium lanjut. Hasil positif palsu juga dapat
ditemukan pada hepatisis akut atau kronik dan pada kehamilan.
- Foto toraks
Untuk melihat peninggian diafragma kanan dan ada tidaknya gambar metastasis di
paru.
- Biopsi hepar
Untuk mengetahui sel tumor ganas atau jinak
- Endoskopi
Untuk mengetahui asal perdarahan
Terapi
Konserfatif :
a. Non medikamentosa
Monitor vital sign
Awasi tanda-tanda syok
Tirah baring untuk mencegah perdarahan berulang dan mencegah
terjadinya hipotensi ortostatik
Diet rendah garam (200 – 500 mg/hari) agar tidak memperberat retensi
natrium dan air
Diet Puasa
Pasang NGT
Tujuan:
Membersihkan lambung dari makanan dan darah
Untuk memasukkan makanan
Untuk mencegah aspirasi
Untuk gastric lavage untuk mencegah koma hepatikum
Lavement tinggi 2x/hari untuk mengurangi produksi amoniak oleh
bakteri urease di usus
b. Medikamentosa
1). IVFD D5%
2). Vitamin K 1x10 mg
Untuk memperbaiki defisiensi komplek protombin karena vitamin K
merangsang pembentukan fibrinogen.
3). Beta bloker (Propanolol) 2 x 10 mg
Untuk menurunkan hipertensi portal
4). Ranitidine 2 x 50 mg i.v
Untuk menekan histamin karena adanya perdarahan menyebabkan pengeluran
histamin, sedangkan hepar tidak dapat menginaktivasi histamin.
5). Sefalosporin generasi ke-3
Untuk mencegah infeksi sekunder (peritonitis bakterial spontan dan
septikemia)
6). Neomycin 4 x 500 mg
Antibiotik yang tidak diserap oleh usus untuk mengurangi bakteri urease
7). Ocreotide 3 x 0,1 mg
Menurunkan tekanan vena porta melalui vasokonstiksi splangnikus
8). Curcuma 2x1 tab
Sebagai hepatoprotektor
9). Lactulosa 3x1 cth
Prebiotik, kompetitif terhadap bakteri urease
c. Invasif
Endoskopi : endoscopic sclerotherapy (EST) atau band ligation (EVL)
Tamponade balon atau TIPS
Jika tumor soliter dan diameter < 5 cm Reseksi tumor, Embolisasi, Ablasi
Jika tumor difus Transplantasi hati
Tentukan Prognosis
Klasifikasi child pugh dipakai sebagai petunjuk prognosis dari pasien hepatoma
Parameter klinisDerajat Klasifikasi
1 2 3
Bilirubin (mg/dl) < 1,5 1,5 – 3 > 3
Albumin (g/dl) > 3,5 3 – 3,5 < 3
Asites Tidak ada Terkontrol Tidak Terkontrol
Defisit neurologic Tidak ada Minimal Berat/koma
PT < 4 4 – 6 > 6
Pada pasien ini termasuk kriteria child C = 11 (10 – 15) dimana mortalitas pada operasi
60%. Sehingga prognosis pasien ini dubia ad malam
Daftar Pustaka :
1. Rocken C, Carl S. Pathology and Pathogenesis of Hepatocellular Carcinoma. 2001 : 19,
269-278.
2. Jacobson DR. Hepatocellular Carcinoma. eMedicine. 2002: 1-10.
3. Hillebrand DJ, Sandowski SA. Hepatocellular Carcinoma. Hepatobiliary Disease. 2000 :
2 (1), 1-10.
4. Amirudin R. Karsinoma Hati. Buku ajar Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi ke III. Jakarta:
FKUI, 2002. : 310 - 316.
5. Bardiman,Syadra. Kumpulan Kuliah Hepatologi, Penyakit Pankreas, dan Kandung
Empedu.Bab 55 Tumor Hati. Hal 469-476. SubBagian Gastroentero-Hepatologi Bagian
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
6. Abdul Rasyad. 2006. Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini dan
Pengobatan Kanker Hati Primer. USU Press. Sumatra.