Makalah Epidemiologi Hepatoma

28
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi yaitu beban ganda penyakit dimana pada saat penyakit menular masih banyak diderita oleh masyarakat, di sisi lain terjadi peningkatan penyakit tidak menular (PTM). Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola penduduk, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada akhirnya memicu peningkatan penyakit tidak menular (Butar butar, 2012). Penyakit yang termasuk dalam PTM salah satunya adalah kanker. Kanker merupakan masalah kesehatan di dunia yang perlu ditanggulangi karena sekitar 40,0% kejadian kanker dapat dicegah. Selain itu, kanker juga merupakan penyebab paling umum kesakitan dan kematian. Setiap tahun ditemukan insiden kanker di dunia lebih dari 10 juta kasus. Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2002, insiden kanker di dunia yaitu 10,9 juta orang dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 108 per 100.000 penduduk dan tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi 16 juta orang dengan CSDR 136 per 100.000 penduduk. Tahun 2002 Proportional Mortality Rate (PMR) kanker di dunia yaitu 12,5% dan tahun 2005 meningkat menjadi 13,0% (Butar butar, 2012). Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker 1

description

Epidemiologi PTM (Hepatoma)-FKM

Transcript of Makalah Epidemiologi Hepatoma

BAB IPENDAHULUAN

Latar Belakang Indonesia sedang mengalami transisi epidemiologi yaitu beban ganda penyakit dimana pada saat penyakit menular masih banyak diderita oleh masyarakat, di sisi lain terjadi peningkatan penyakit tidak menular (PTM). Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola penduduk, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada akhirnya memicu peningkatan penyakit tidak menular (Butar butar, 2012).Penyakit yang termasuk dalam PTM salah satunya adalah kanker. Kanker merupakan masalah kesehatan di dunia yang perlu ditanggulangi karena sekitar 40,0% kejadian kanker dapat dicegah. Selain itu, kanker juga merupakan penyebab paling umum kesakitan dan kematian. Setiap tahun ditemukan insiden kanker di dunia lebih dari 10 juta kasus. Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2002, insiden kanker di dunia yaitu 10,9 juta orang dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 108 per 100.000 penduduk dan tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi 16 juta orang dengan CSDR 136 per 100.000 penduduk. Tahun 2002 Proportional Mortality Rate (PMR) kanker di dunia yaitu 12,5% dan tahun 2005 meningkat menjadi 13,0% (Butar butar, 2012).Kanker merupakan salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena kanker. Jika tidak diambil tindakan pengendalian yang memadai, pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta di antaranya akan meninggal dunia karena kanker. Kejadian ini akan terjadi leih cepat di negara miskin dan berkembang (UICC, 2009).Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, kanker merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia dengan proporsi 5,7% setelah stroke, TB Paru, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes mellitus. Prevalence rate (PR) kanker di Indonesia tahun 2008 yaitu 4,3 per 1.000 penduduk. Setiap tahun Incidence rate (IR) kanker di Indonesia yaitu 100 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2013).Berdasarkan data Globocan yang dirilis oleh the International Agency for Research on Cancer (IARC), pada tahun 2008 tercatat 748.000 kasus kanker hati yang terdiagnosa. Penyakit ini merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi ketiga, dengan 696.000 pasien meninggal dunia setiap tahunnya. Ketiga Di Dunia Lebih dari 85% dari kasus tersebut terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Pria lebih rentan terkena kanker hati dibandingkan wanita. Dari 632.000 kasus kanker hati yang terdiagnosis di dunia, rasio penderita pria tiga kali lipat bahkan, pada kondisi esktrem, mencapai 6 kali lipat dibandingkan penderita perempuan (IARC, 2008).Kanker hati sebagian besar merupakan masalah dinegara yang kurang berkembang yaitu sekitar 83% (di Cina saja terdapat sekitar 50%) di perkiraan 782.000 kasus kanker baru di seluruh dunia terjadi pada tahun 2012. Kanker ini adalah kanker kelima yang paling umum pada pria (554.000 kasus, 7,5% dari total kasus yang ada) dan urutan kesembilan pada perempuan (228.000 kasus, atau sekitar 3,4%). Pada pria, insiden tertinggi terdapat di wilayah Timur dan Asia Tenggara (ASRs 31,9 dan masing-masing 22,2). Tingkat menengah terjadi di Eropa Selatan (9,5) dan Amerika Utara (9,3) dan terendah terdapat di Eropa Utara (4,6) dan Asia Tengah (3,7). Pada wanita, insidennya umumnya jauh lebih rendah, yang tertinggi di Asia Timur dan Afrika Barat (10,2 dan masing-masing 8,1), yang terendah di Eropa Utara (1,9) dan Mikronesia (1,6). Kanker hati adalah penyebab paling umum kedua kematian akibat kanker di seluruh dunia, diperkirakan bertanggung jawab untuk hampir 746.000 kematian pada tahun 2012 (9,1% dari total kematian). Prognosis untuk kanker hati sangat sedikit (rasio keseluruhan kematian untuk kejadian 0,95), dan dengan demikian pola geografis berpengaruh dalam insiden dan kematian (IARC, 2012).Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia sebesar 16,85%, disusul kanker leher rahim sebesar 11,78%, kanker hati dan saluran empedu intrahepatik 9,69%, Leukemia 7,42%, dan Limfoma non Hodgkin 6,69% (Kemenkes, 2013).Berdasarkan hasil estimasi di Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker Dharmais, 2010-2013 diketahui bahwa penyakit kanker hepatoma adalah salah satu kasus penyakit kanker terbanyak di RS Kanker Dharmais selama 4 tahun berturut-turut. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang menyebabkan terjadinya lebih dari 20% kematian akibat kanker di dunia dan sekitar 70% kematian akibat kanker paru di seluruh dunia. Kanker yang disebabkan infeksi virus seperti virus hepatitis B/hepatitis C dan virus human papilloma berkontribusi terhadap 20% kematian akibat kanker di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan. Diperkirakan kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya (Kemenkes RI, 2015)Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, Prevalensi hepatitis 2013 adalah 1,2 persen, dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan, kelompok terbawah menempati prevalensi hepatitis tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia diatas 15 tahun. Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %) dan hepatitis A (19,3 %). Terjadinya peningkatan prevalensi hepatitis semua umur dari 0,6 persen tahun 2007 menjadi 1,2 persen tahun 2013 diperkirakan akan berkontribusi terhadap peningkatan jumlah kasus kanker hati (Rikesdas, 2013).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Hati 1. Anatomi Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.Untuk mengetahui perbedaan bentuk hati normal dan tidak normal dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Anatomi Hati Gambar 2.2 Hati Normal Gambar 2.3 Kanker Hati Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral. b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

2. Fisiologi Hati Fungsi utama hati yaitu : a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk. b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT). c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat. d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudah tua atau rusak. e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak

B. Pengertian Kanker Hati Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel baru pada suatu organ yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya serta merusak bentuk dan fungsi sel asalnya. Kanker hati adalah pertumbuhan sel yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali pada hati sehingga merusak bentuk dan fungsi organ hati.Dalam keadaan normal sel hati akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel hati yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus sehingga terjadi penumpukan sel baru yang menimbulkan desakan dan merusak jaringan normal pada hati. Kanker hati primer yaitu karsinoma hepatoseluler merupakan kanker hati yang sering dijumpai dan salah satu kanker yang paling banyak didunia. Penemuan dini kanker hati sukar dilakukan karena awalnya tidak menimbulkan gejala. Akibatnya, sebagian besar penderita kanker hati terdeteksi dalam stadium lanjut. C. Patologi Berdasarkan pengamatan secara makroskopis kanker hati terdiri atas 3 bentuk yaitu: 1) Tipe noduler, berbentuk multi noduler, biasanya hati membesar dengan nodul yang bermacam-macam besar dan bentuknya dan sering disertai sirosis. 2) Tipe masif, bentuk masif yang besar pada salah satu lobus dengan hanya 1 nodul saja, tumor besar tersebut sering terdapat di lobus kanan dan pada lobus lainnya dijumpai tumor kecil. 3) Tipe difus, umumnya besar hati terdapat dalam batas normal tapi seluruhnya terisi oleh sel-sel kanker dan kadang-kadang susah dibedakan dengan sirosis portal. Menurut WHO secara histologik tipe kanker hati berdasarkan struktur sel tumor dibedakan atas trabecular (sinusoidal), pseudoglandula (asiner), compact (padat), dan serous.

D. Epidemiologi Kanker Hati 1. Distribusi Frekuensi a. Distribusi Frekuensi Menurut Orang Kanker hati dapat terjadi pada semua golongan usia, tetapi jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah yang endemik infeksi virus hepatitis B (HBV) serta banyak transmisi HBV secara perinatal. Umumnya dengan wilayah insiden HBV tinggi, umur penderita kanker hati 10-20 tahun lebih muda daripada umur penderita di wilayah yang insidennya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh infeksi HBV sebagai salah satu penyebab kanker hati, banyak ditularkan pada masa perinatal.Menurut penelitian Yang dkk. (2002) di Taiwan yang menggunakan desain cohort, proporsi penderita kanker hati pada interval usia 40-59 tahun yaitu 55,54 %, usia < 40 tahun yaitu 27,26%, dan usia >59 tahun yaitu 17,2 %.23 Di Indonesia kanker hati banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun. Menurut penelitian Rifai A. (1995-1998) di RS Wahidin Semarang dengan menggunakan desain cohort, usia rata-rata kejadian penyakit kanker hati adalah 47,5 tahun dengan rasio pria dengan wanita 5,7:1.Pada umumnya pria lebih banyak menderita kanker hati daripada wanita, dengan perbandingan masing-masing negara yang berbeda-beda. Berdasarkan data Globocan (2002), di negara-negara maju rasio penderita kanker hati pria : wanita yaitu 3,3 : 1 sedangkan di negara-negara berkembang 2,5 : 1.4 Kejadian kanker hati lebih tinggi pada pria, bisa disebabkan karena laki-laki lebih banyak terpajan oleh faktor risiko kanker hati seperti virus hepatitis dan alkohol. Menurut data Globocan (IARC) tahun 2012 menunjukkan bahwa kasus baru dan kematian akibat kanker hati pada penduduk laki-laki maupun perempuan memiliki persentase yang hampir berimbang,b. Distribusi Frekuensi Menurut Tempat Secara geografis di dunia terdapat tiga kelompok wilayah kanker hati yaitu wilayah tingkat insiden rendah (kurang dari tiga kasus) ; menengah (tiga hingga sepuluh kasus) ; dan tinggi (lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk). Tingkat insiden tertinggi tercatat di Asia Timur dan Asia Tenggara serta di Afrika Tengah sedangkan yang terendah di Amerika Tengah. Sekitar 80% kasus kanker hati di dunia berada di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara serta Afrika Tengah yang juga diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi tinggi virus hepatitis. Berdasarkan Riskesdas 2013 menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi kasus hepatitis dari tahun 2007 dan tahun 2013 untuk seluruh provinsi di Indonesia, kasus tertinggi terdapat di provinsi NTT, disusul oleh provinsi Papua dan Sulawesi Tengah. Di Provinsi Sumatera Utara sendiri menduduki urutan ke 12 dari 33 provinsi di Indonesia. c. Distribusi Frekuensi Menurut Waktu WHO tahun 2000 melaporkan IR kanker hati di dunia yaitu 9 per 100.000 penduduk. Tahun 1999 IR kanker hati pada pria : wanita di Amerika Tengah 2,06 : 1,64 per 100.000 penduduk, di Afrika Tengah 24,21 : 12,98 per 100.000 penduduk, di Asia Timur 35,46 : 12,66 per 100.000 penduduk, dan di Asia Tenggara 18,35 : 5,7 per 100.000 penduduk. Di Jepang (2002) IR kanker hati pada pria sebesar 24 per 100.000 penduduk dan di Filipina yaitu 21 per 100.000 penduduk. Di Indonesia (2002) IR kanker hati pada pria : wanita yaitu 20 : 6 per 100.000 penduduk.Bersdasarkan Estimasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais menunjukkan peningkatan jumlah kasus baru di tahun 2012 sebanyak 94 kasus baru dan meningkat menjadi 98 kasus baru di tahun 2013 dan terjadi pula peningkatan angka kematian akibat kanker hati dari 11 kasus di tahun 2012 menjadi 19 kasus ditahun 2013.2. Faktor Determinan Terjadinya Kanker Hati a. Host Kejadian kanker dapat menyerang semua usia dan golongan. Meskipun demikian, risiko kanker lebih besar saat orang telah berusia lebih dari 40 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, kejadian kanker hati lebih banyak ditemukan pada pria. Menurut penelitian Hadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin yang menggunakan desain case series, umur rata-rata penderita kanker hati yaitu 50,3 dan berdasarkan jenis kelamin, tertinggi pada pria dengan proporsi 81,38% dan terendah pada wanita dengan proporsi 18,62%. b. Agent b.1 Sirosis Hati Sirosis hati merupakan faktor risiko utama kanker hati di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus kanker hati. Setiap tahun 3-5% dari pasien sirosis hati akan menderita kanker hati, dan kanker hati merupakan salah satu penyebab kematian pada sirosis hati. Pada tahun 2002, PMR sirosis hati di dunia yaitu 1,7%. Waktu yang dibutuhkan dari sirosis hati untuk berkembang menjadi kanker hati sekitar 3 tahun.Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sirosis hati. Penggunaan alkohol sebagai minuman, saat ini sangat meningkat di masyarakat. Peminum berat alkohol (>50-70 gr/ hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita kanker hati melalui sirosis hati alkoholik. Mekanisme penyakit hati akibat konsumsi alkohol masih belum pasti, diperkirakan mekanismenya yaitu sel hati mengalami fibrosis dan destruksi protein yang berkepanjangan akibat metabolisme alkohol yang menghasilkan acetaldehyde. Fibrosis yang terjadi merangsang pembentukan kolagen. Regenenerasi sel tetap terjadi tetapi tidak dapat mengimbangi kerusakan sel. Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-benjol dan mengeras sehingga terjadi sirosis hati.Sirosis hati dijumpai di seluruh negara, tetapi kejadiannya berbeda-beda tiap negara, di negara Barat etiologi sirosis hati tersering diakibatkan oleh alkohol. Menurut penelitian Coon dkk.(2008) di Nottingham dengan desain cohort, RR pada peminum alkohol untuk terkena kanker hati, RR HBV yaitu 6,41 dan RR HCV yaitu 1,39.29 Sedangkan di Indonesia terutama diakibatkan infeksi virus hepatitis B dan C. Virus hepatitis B menyebabkan sirosis hati sebesar 40-50%, virus hepatitis C sebesar 30-40% dan 10-20% penyebabnya tidak diketahui.Menurut penelitian Rasyid (2006) di Medan dengan menggunakan desain case series, pada 483 penderita kanker hati ditemukan 232 orang (63%) menderita sirosis hati, 91 orang hepatitis B (25%) dan 44 orang (12%) hepatitis C, dengan jumlah seluruhnya 367 orang (76%). Sedangkan 116 orang lagi (24%) tidak berhubungan sama sekali dengan sirosis hati, hepatitis B ataupun hepatitis C. Dari hasil penelitian Nurhasni (2007) di RS Haji Medan dengan desain case series pada 164 penderita sirosis hati, 35 orang (21,3%) sudah mengalami komplikasi kanker hati. b.2 Hepatitis B dan C Hubungan antara infeksi HBV dan HCV dengan timbulnya kanker hati terbukti. Sebagian besar wilayah yang hiperendemik HBV menunjukkan angka kejadian kanker hati yang tinggi.22 Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, tahun 2003 IR hepatitis B di Indonesia yaitu 14 per 100.000 penduduk. Dan tahun 2005 di Sumatera Utara PR hepatitis B yaitu 52 per 100.000 penduduk.12 Pada tahun 2008, PR hepatitis C di Indonesia 3 per 100.000 penduduk, dengan PR tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu 31 per 100.000 penduduk. Berdasarkan penelitian Greten dkk. (2005) di Jerman pada 389 penderita kanker hati tahun 1998-2003, penderita pria yaitu 309 orang (79,43%) dan wanita yaitu 80 orang (20,57%). Penderita dengan riwayat penyakit sebelumnya hepatitis B yaitu 57 orang (14,6%), hepatitis C yaitu 78 orang (20,05%), hepatitis B dan C yaitu 7 orang, hemokromatosis yaitu 17 orang (4,37%), dan sisanya tidak berhubungan dengan riwayat penyakit sebelumnya. Menurut penelitian Nouso dkk. (2008) di Jepang dengan desain cohort, RR penderita hepatitis C untuk terkena kanker hati 0,96 sedangkan RR penderita hepatitis B adalah 1,1.Karsinogenisitas HBV dan HCV pada hati terjadi melalui proses inisiasi, promosi, dan progresi. Inisiasi diawali dengan integrasi virus hepatitis ke dalam hepatosit yang menimbulkan kelainan kromosom sehingga mengubah sifat-sifat asli hati dan menghambat aktifitas sel penekan tumor. Virus hepatitis terintegrasi meluas ke sel hati karena sudah kebal terhadap respon imunitas. Pada tahap promosi terjadi proses nekrosis dan kematian sel akibat dari aktifitas virus hepatitis yang diikuti regenerasi berulang kali. Pada tahap progresi sel-sel telah mengalami transformasi keganasan dan mengalami replikasi lebih lanjut. b.3 Aflatoksin Aflatoksin B1 adalah zat racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus, sering ditemukan pada jenis polong-polongan yang sudah menghitam dan mengeriput serta produk olahannya yang kadaluarsa seperti kacang tanah, kacang kedelai, keju dll. Aflatoksin terbentuk dalam makanan yang disimpan berbulan-bulan di lingkungan panas dan lembab. Mekanisme karsinogenisitas aflatoksin sehingga dapat meningkatkan kejadian kanker hati yaitu dengan menghasilkan mutasi-mutasi gen, di mana mutasi gen tersebut bekerja menggangu fungsi penekan tumor. Menurut penelitian Gameell dkk. (2009) di Mesir dengan menggunakan desain penelitian case control, terdapat korelasi positif antara kejadian kanker hati dengan kadar aflatoksin dalam tubuh (p 3 cm, tumor terbatas pada segmen I atau multifokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati. 3) Stadium III Tumor pada segmen I meluas ke lobus kiri (segmen IV) atau ke lobus kanan segmen V dan VIII atau tumor dengan invasi periferal ke sistem pembuluh darah atau pembuluh empedu tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati. 4) Stadium IV Multifokal tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati atau invasi tumor ke dalam pembuluh darah hati ataupun pembuluh empedu atau invasi tumor ke pembuluh darah di luar hati seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior atau adanya metastase keluar dari hati.

H. Pencegahan 1. Pencegahan Primordial Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang belum terpapar faktor risiko. Pencegahan yang dilakukan untuk mengindari kemunculan keterpaparan dari gaya hidup yang berkontribusi meningkatkan risiko penyakit, dilakukan dengan: a. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi makanan dengan gizi seimbang yang mengandung vitamin, beta karoten, mineral, dan tinggi serat yang dapat menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.b. Hindari atau kurangi makanan tinggi lemak dan makanan yang mengandung bahan pengawet/ pewarna. c. Kurangi makanan yang dibakar, diasinkan, diasap, diawetkan dengan nitritd. Konsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan suplemen yang bersifat antioksidan, peningkat daya tahan tubuh. e. Pengontrolan berat badan, diet seimbang dan olahraga.f. Hindari stres.g. Menjaga lingkungan yang sehat dan bersih sehingga terhindar dari penyakit menular 2. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah langka yang harus dilakukan untuk menghindari insidens penyakit dengan mengendalikan penyakit dan faktor risiko Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang yang sudah terpapar faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang dilakukan antara lain dengan : a. Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga pada generasi berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi. Imunisasi HB0 untuk pencegahan infeksi VBH dan dapat memutuskan rantai penularan.b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis (faktor-faktor risiko kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat dicegah melalui perilaku hidup sehat. c. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karenha beresiko mengandung jamur Aspergillus Flavus yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya kanker hati.d. Membatasi konsumsi sumber radikal bebas agar dapat menekan perkembangan sel kanker dan meningkatkan konsumsi antioksidan sebagai pelawan kanker sekaligus mengandung zat gizi pemacu kekebalan tubuh3. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah pengobatan penderita agar lekas sembuh, menghambat progresifitas dan mengurangi akibat - akibat yang serius dari penyakit melalui diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang tepat. Hepatoma sering ditemukan pada stadium lanjut maka perlu dilakukan pengamatan berlaku pada kelompok penderita yang kemungkinan besar akan menderita hepatoma dengan pemeriksaan USG dan AFP.a. Diagnosis Melakukan pemeriksaan berkala bagi kelompok risiko tinggi seperti pengidap virus Hepatitis B dan C, dokter, promiskus, dan bagi orang yang mempunyai anggota keluarga penderita kanker hati. Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali pada penderita sirosis hati dengan HBsAg positif dan pada penderita hepatitis kronis dengan HBsAg negatif atau penderita penyakit hati kronis atau dengan sirosis dengan HBsAg negatif pernah mendapat transfusi atau hemodialisa diperiksa 6 bulan sekali.Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 1). Anamnesis Sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam fase lanjut dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Sifat nyeri ialah nyeri tumpul,terus-menerus, kadang-kadang terasa hebat apabila bergerak. Di samping keluhan nyeri perut ada pula keluhan seperti benjolan di perut kanan atas tanpa atau dengan nyeri, perut membuncit karena adanya asites. Dan keluhan yang paling umum yaitu merasa badan semakin lemah, anoreksia, perasaan lekas kenyang. 2). Pemeriksaan fisik Bila pada palpasi abdomen teraba hati membesar, keras yang berbenjol-benjol, tepi tumpul lebih diperkuat, bila pada auskultasi terdengar bising pembuluh darah maka dapat diduga sebagai kanker hati. 3). Pemeriksaan penunjang a). Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan Alfa-fetoprotein (AFP) yaitu protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal. Rentang normal AFP serum adalah 0-20 ng/ml, kadar AFP meningkat pada 60%-70% pada penderita kanker hati.23 Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan HBsAg karena pada penderita penyakit hati seperti kanker hati ditemukan HBsAg.

b). Ultrasonografi (USG) Abdomen Dengan USG, hati yang normal tampak warna keabu-abuan dan tekstur merata. Bila ada kanker akan terlihat jelas berupa benjolan berwarna kehitaman, atau berwarna putih campur kehitaman dan jumlahnya bervariasi pada tiap pasien, benjolan dapat terdeteksi dengan diameter 2-3 cm Untuk meminimalkan kesalahan hasil pemeriksaan AFP, pasien sirosis hati dianjurkan pemeriksaan USG setiap tiga bulan. c). Computed Tomography Scanning (CT Scann) CT Scann adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan prinsip daya tembus sinar-X digunakan untuk mendeteksi ukuran, jumlah tumor, lokasi dan sifat kanker hati dengan tepat. Pemeriksaan dengan CT scann letak kanker dengan jaringan tubuh sekitarnya terlihat jelas, dan kanker yang paling kecil pun sudah dapat terdeteksi. d). Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI adalah pemeriksaan kanker dengan menggunakan gelombang magnet (nonradiasi). Pemeriksaan dengan MRI dilakukan bila ada gambaran CT scann yang masih meragukan atau pada penderita ada risiko bahaya radiasi sinar-X. MRI dapat menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati serta menampilkan saluran empedu dalam hati, memperlihatkan struktur internal jaringan hati dan kanker hati. b. Pengobatan Pemilihan pengobatan kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan pengobatan hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, spesifik lokasi kanker, lesi kanker serta ada tidaknya penyebaran ke tempat lain.30 Berikut pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker hati yaitu : b.1 Kemoterapi Kemoterapi adalah pemberian anti tumor pada penderita kanker untuk memperpanjang umur. Dilakukan dengan memberikan obat anti kanker ke dalam arteri hepatika sehingga obat secara langsung masuk sel-sel kanker pada hati. Obat tersebut akan mengecilkan tumor. Obat kemoterapi yang banyak digunakan adalah 5 Fluorourasil dan Adriamisin. b.2 Pembedahan Pembedahan hati pada stadium dini penyakit merupakan pengobatan yang paling baik dan paling bisa diharapkan memberikan penyembuhan Pembedahan hanya dapat dilakukan bila tumor pada hati hanya 1 lobus saja serta tidak terdapat tanda-tanda sirosis hati, karena pembedahan penderita kanker hati yang disertai sirosis hati akan menimbulkan risiko yang tinggi dalam pembedahan. b.3 Radiasi Radiasi tidak banyak peranannya dalam pengobatan kanker hati. Hal ini disebabkan karena pada umumnya keganasan yang mengenai hati bersifat relatif resisten terhadap pengobatan radiasi dan sel hati yang normal peka terhadap radiasi. b.4 Embolisasi Pengobatan kanker dengan cara memasukkan kateter ke dalam arteri hati lalu menyuntikkan potongan-potongan kecil berupa gel foam. Embolisasi merupakan salah satu pengobatan penderita kanker hati yang tidak bisa lagi dibedah. Hanya saja, jika tidak berhasil malah dapat semakin memperburuk proses sirosis hati dan menimbulkan tejadinya metastase. b.5 Transpalnatasi Hatitranspalantasi hati adalah tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Bila kanker hati ditemukan pada pasien yang sudah ada sirosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena kaknker atau sudah adda sel-sel kanker yang masuk ke vena porta maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari transplantasi hati.c. Prognosis Pada umumnya prognosis kanker hati adalah jelek. Tanpa pengobatan terjadi kematian rata-rata sesudah 6-7 bulan sejak keluhan pertama. Dengan pengobatan hidup penderita dapat diperpanjang sekitar 11-42 bulan. Menurut penelitian Hadi penderita kanker hati yang ditemukan pada stadium dini, masa hidup penderita dapat lebih dari 6 tahun. Manifestasi terakhir sebelum kematian dapat berupa koma hepatikum, perdarahan masif berupa hematemesis dan melena, syok yang didahului oleh perasaan nyeri yang hebat di daerah hati. Nyeri yang hebat tersebut bisa disebabkan oleh pecahnya tumor. 4. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap penderita kanker hati melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen pendukung penyembuhan kanker, dan cara hidup sehat agar dapat mencegah kekambuhan setelah operasi.

I. Kebijakan PengendalianUntuk mencapai tujuan dan sasaran pengendalian penyakit kanker, kegiatan-kegiaytan dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan operasional sebagai berikut:1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat sehingga dapat terhindar dari faktor risiko penyakit kanker melalui Posbindu PTM.2. Mendorong pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terkena paparan faktor risiko penyakit kanker terhadap masyarakat melalui pengembangan Kawasan Tanpa Rokok dan dengan adanya Perda KTR, dan dengan adanya program imunisasi HB0 pada Bayi baru lahir sebagai upaya pencegahan penyakit hepatitis.3. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta masyarakat tentang penyakit kanker dan pendampingan terhadap pasien dan keluarganya4. Mengembangkan kegiatan deteksi dini penyakit kanker yang efektif dan efisien terutama bagi masyarakat yang berisiko. 5. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan institusi serta standarisasi pelayanan6. Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi pelayanan kesehatan paripurna penderita kanker sehingga dapat terjangkau bagi penduduk miskin. Pengobatan kanker saat ini sudah terfasilitasi dengan baik melalui sistem Jaminan Kesehatan BPJS.7. Meningkatkan penyelenggaraan surveilans faktor risiko dengan mengintegrasikan dalam sistem surveilans terpadu di puskesmas maupun rumah sakit melalui sistem registri kanker.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanHati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga perut di bawah diafragma yang berfungsi sebagai metabolisme, tempat penyimpan mineral dan sebagai penetralisir racun didalam tubuh. Bila terjadi kerusakan pada organ ini maka fungsi tersebut tidak dapat dijalankan dengan baik. Kemungkinan kerusakan dapat disebabkan oleh adanya keganansan pada organ hati atau biasa disebut hepatoma. Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel baru pada suatu organ yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya serta merusak bentuk dan fungsi sel asalnya. Kanker hati adalah pertumbuhan sel yang abnormal, cepat, dan tidak terkendali pada hati sehingga merusak bentuk dan fungsi organ hati.Kanker hati ini menjadi masalah yang sangat serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, jika pun penderita hidup lebih lama kanker ini dapat mengganggu mobilitas penderita, untuk itu dilakukan berbagai upaya untuk menekan pertambahan jumlah penderita dengan upaya pencegahan primordial, pengendalian dengan pencegahan primer, pengawasan dengan pencegahan sekunder dan pencegahan tersier untuk membantu penderita agar dapat tetap menjalani hidupnya dan tidak mengganggu kehidupan lebih lanjut.

B. Saran1.Berbagai determinan yang dapat memicu timbulnya penyakit ini, sehingga memerlukan perhatian khusus untuk seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat agar tetap dapat melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap kasus baru maupun kasus lama.2.Peningkatan kasus kanker hati di Dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai rekomendasi kebijakan upaya yang dapat dilakukan dalam upaya menekan pertambahan jumlah kasus baru.

DAFTAR PUSTAKA

Butar butar, A.M.C., 2012. Profil Penderita Karsinoma Hepatoseluler di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009 -2012. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40610/4/Chapter%20II.pdf. Medan 13 Mei 2015

Direktorat Jenderal PP & PL., 2013. Buku Pedoman Hari Kanker Sedunia 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Ditjen Bina Kefarmasian Dan Klinik Depkes RI., 2014. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. Dalam http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_HATI.pdf. Medan 13 Mei 2015

IARC,. 2012. Cancer Mortality Database. Dalam http://www-dep.iarc.fr/WHOdb/WHOdb.htm. Medan 13 Mei 2015

Pasaribu, E.T., 2006. Epidemiologi dan Etiologi Kanker. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20676/1/mkn-sep 2006% 20sup% 20% 2813%29.pdf. Medan 13 Mei 2015

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI., 2015. Infodatin - Stop Kanker. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI

Rasyid, A., 2006. Temuan Ultrasonografi Kanker Hati Hepato Selular (Hepatoma). Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15615//mknjun2006%20%286%29.pdf. Medan 13 Mei 2015

Rikesdas. 2013. Dalam www.rikesdas2013.co.id. Medan, 30 Maret 2015Siregar, F.A,. Hepatitis B Ditinjau Dari Kesehatan Masyarakat Dan Upaya Pencegahan. Dalam http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah.pdf. Medan 13 Mei 2015

Trishe, S. Anthony, S., 2005. Prevention Of Hepatocellular Carcinoma: Potential Targets, Experimental Models, And Clinical Challenges. Dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3776581/. Medan 13 Mei 2015

WHO. 2014. Non Communicable Disease. Dalam www.who.ncd-infographic-2014. Medan, 30 Maret 2015Yayasan Kanker Indonesia., 2012. Masalah Kanker Di Indonesia. Dalam http://yayasankankerindonesia.org. Medan 13 Mei 2015

2