Fix Hepatitis Hepatoma I-III

download Fix Hepatitis Hepatoma I-III

of 29

Transcript of Fix Hepatitis Hepatoma I-III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol. Infeksi virus hepatitis merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Dari berbagai penelitian yang ada, frekuensi pengidap hepatitis berkisar3-20%. Penelitian dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan angka yang sangat bervariasi tergantung pada tingkat endemitas hepatitis di tiap-tiap daerah .( Soemoharjo, Soewignjo. Buku Hepatitis virus, edisi 2 2008 ). Kegawatan penyakit hepatitis terhadap kesehatan individu yang apabila tidak segera diberikan tindakan yaitu terus meningkatnya insiden hepatitis, hal ini terjadi karena penyakit hepatitis mudah ditularkan, dengan komplikasinya adalah sirosis hepatis dan gagal hati. Walaupun angka mortalitas akibat virus hepatitis ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka mordibitas dan kerugian ekonomi yang besar. Keterkaitan peran perawat dalam penangan hepatitis di rumah sakit dilihat dari aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Peran perawat dalam kasusu ini secara promotif adalah dengan cara menjelaskan tentang penyakit hepatitis, peran preventif dengan cara menganjurkan banyak makan makanan yang bernutrisi, tujuannya untuk mencegah kekurangan intake nutrisi dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Peran kuratif dengan cara memberikan perawatan dan pelayanan secara intensif sesuai prosedur dan minum obat secara teratur, sedangkan peran rehabilitatif yaitu dengan cara menganjurkan untuk banyak istirahat yang cukup. Berdasarkan dari data di atas, maka penulis tertarik untuk mempelajari bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis dan hepatoma 1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimanakah konsep dari Hepatitis dan Hepatoma 1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis dan hepatoma?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hepatitis dan hepatoma. 1.3.2 Tujuan Khusus1. Dapat mengetahui natomi hati 1

2. Dapat mengetahui definisi dari hepatitis dan hepatoma 3. Dapat mengetahui etiologi dari hepatitis dan hepatoma 4. Dapat mengetahui Manifestasi klinis dari hepatitis dan hepatoma 5. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari hepatitis dan hepatoma 6. Dapat merumuskan pengkajian sampai dengan intervensi dan WOC dari

hepatitis dan hepatoma7. Dapat merumuskan Asuhan Keperawatan dari hepatitis dan hepatoma

1.4 Manfaat1. Mahasiswa dapat melakukanpengkajian pada klien dengan hepatitis dan hepatoma. 2. Mahasiswa dapat menentukan masalah keperawatan pada klien dengan hepatitis dan

hepatoma..3. Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis

dan hepatoma.4. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan hepatitis dan

hepatoma.5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan hepatitis dan

hepatoma.6. Mahasiswa dapat mengendifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus

hepatitis maupun hepatoma.7. Mahasiswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta

dapat mencari solusinya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis dan hepatoma.8. Mahasiswa dapat mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada klien dengan

hepatitis dan hepatoma.

2

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Hati Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hepar berupa ligamen. Macam-macam ligamennya: 1. Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak di antara umbilicus dan diafragma.2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah lig. falciformis

; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yg telah menetap.3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis :Merupakan bagian

dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sblh prox ke hepar.Di dalam ligamentum ini terdapat Aa.hepatica, v.porta dan duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow. 4. Ligamentum Coronaria Anterior kika dan Lig coronaria posterior ki-ka :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar. 5. Ligamentum triangularis ki-ka : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar. Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan scr anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri.

3

Secara Mikroskopis Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli tdp 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar).Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara selsel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.

4

HEPATITIS 2.2 Definisi Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Hepatitis adalah infeksi virus pada hati yang berhubungan denganmanifestasi klinik berspektrum luas dari infeksi tanpa gejala,melalui hepatitis ikterik sampai nekrosis hati (Sandra M. Nettina.2001:248). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virusdisertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang merupakan kumpulan perubahan klinis biokimia, serta seluler yang khas. ( Brunner & Suddarth .2001:1169). Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh virus atau oleh toksin termasuk alkohol yang berhubungan manifestasi klinik yang berspektrum luas dari infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik sampai nekrosis hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis biokimia, seta seluler yang khas. 2.3 Etiologi1) Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat infeksi

virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah pemberian obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah pemberian obat tersebut dihentikan. Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi masalah hati serius jika kerusakan hati (hepar) sudah terlanjur parah. Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa (obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan obat yang aman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah bahkan kematian. Selain obat-obatan ada beberapa jenis polutan yang dapat merusak sel-sel hati (hepar) yaitu alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga dan vinil klorida

5

2) Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan

yang

biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau jaringan hati (hepar). Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat pula dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu.3) Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). karena di dalam

tubuh, alkohol akan terpecah-pecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat kimia tersebut bersifat racun yang menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Jika anda menyayangi hati (hepar) .4) Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan

komplikasi pada hati (hepar). Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar lemak dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (hepar). Ketiga kelainan tersebut membebani kerja hati (hepar) dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa timbul adalah kebocoran sel-sel hati (hepar) yang berlanjut menjadi kerusakan dan peradangan sel hati (hepar) yang biasa disebut steatohepatitis. 5) Penyebab Hepatitis adalah virus hepatitis yangdibagi menjadi : 1. Hepatitis A, disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) yang merupakan virus RNA dari famili enterovirus yang berdiameter 27 nm.

Gambar Hepatitis

A

(http://www.google.com/gambar/hepatits.co.id, 2011) 2. Hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV ) yang merupakan virus DNA yang berkulit ganda yang berukuran 42 nm.

6

Gambar Vitus Hepatitis B (http://www.google.com/gambar/hepatitis.co.id, 2011) 3. Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C ( HCV ) yangmerupakan virus RNA kecil yang terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai 60 nm.

Gambar Virus

Hepatitis C

(http://www.google.com/gambar/Hepatitis.co.id, 2011)4. Hepatitis D , disebabkan oleh virus hepatitis D ( HDV ) yang merupakan virus RNA

detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang berdiameter 35 nm.

Gambar Virus

Hepatitis D

(http://www.google.com/gambar/Hepatitis.co.id, 2011) 5. Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E ( HEV ) yang merupakan virus RNA rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter kurang lebih 32-35 nm.

Gambar Virus

hepatitis E (http://www.google.com/gambar/Hepatitis.co.id, 2011)

6. Hepatitis F, baru ada sedikit kasus yang dilaporkan , saat ini para pakar belum sepakat bahwa hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.7

7. Hepatitis G adalah gejala serupa dengan hepatiis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik. Penularan melalui tranfusi darah dan jarum suntik. Metode Transmisi Tipe A Fekal-oral melalui orang lain Tipe B Tipe C Parenteral, Parenteral, seksual, perinatal jarang seksual, orang orang, Keparahan asimtomatik parah perinatal Menyebar Tipe D Parenteral, perinatal, memerlukan ke koinfeksi dengantipe B. Peningkatan Sama dengan dan D Tipe E Fekaloral

luas, dapat insiden berkembang kronis sampai Sumber Virus Darah, feses, saliva Darah, saliva, semen, sekresi vagina 2.4 Manifestasi Klinis a. Masa Tunas Virus A : 15-45 hari ( rata-rata 25 hari). Virus B : 40-180 hari ( rata-rata 75 hari ) Virus non A dan non B : 15-150 hari ( rata-rata 50 hari 0 b. Fase Pre Ikterik kronis. Terutama melalui darah akut. Melalui darah gagal hepar

Darah. Feses, Saliva

Keluhan umumnya tidak khas . keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari . nafsu makan menurun ( pertama kali timbul ) , nausea, vomiting, perut kanan atas terasa sakit. Seluruh badan tersa pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, mudah lelah terutama pada sore hari , suhu badan meningkat sekitar 39 derajat celcius berlangsung selama 2-5 hari , pusing, nyeri persendian. c. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meniningkat pada minggu I,8

kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari . kadang-kadang disertai gatalgatal seluruh badan, rasa lesu dan mudah lelah dirasakan selama 1-2 minggu d. Fase Penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit ulu hati, disertai bertambahnya nafsu makan , rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik . warna urne tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun masih lemas dan mudah lelah. 1) Hepatitis A Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala , sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut , mata kuning dan hilang nafsu makan . gejala hilang sama sekali setelah 612 minggu. 2) Hepatitis B Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko. 3) Hepatitis C Penderita Hepatitis C sering kali penderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut jaundice (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal. 4) Hepatitis D Biasanya muncul secara tiba-tiba gejala seperti flu, demam, urin berwarna hitam dan feses berwarna hitam kemerahan, serta terjadi pembengkakan hati. 5) Hepatitis E Biasanya muncul tiba-tiba, umumnya tanpa gejala pada anak-anak. Pada orang dewasa mungkin mengalami gejala seperti flu dengan sakit perut,mual, serta urin berwarna kehitaman. 6) Hepatitis G Kebanyakan penderita tidak memiliki gejala akut.9

2.5 Patofisiologi Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan 2.6 Pemeriksaan Diagnostic 1.Laboratorium a.Pemeriksaan pigmen urobilirubin direk bilirubun serum total10

gatal-gatal

pada

ikterus.

bilirubin urine urobilinogen urine urobilinogen feses protein totel serum albumin serum globulin serum HbsAG respon waktu protombin terhadap vitamin K AST atau SGOT ALT atau SGPT LDH Amonia serum

b. Pemeriksaan protein

c. Waktu protombin d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

2. Radiologi foto rontgen abdomen pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif kolestogram dan kalangiogram arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan laparoskopi biopsi hati

2.7 Penatalaksanaan Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.11

Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus. Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk. Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalaha. Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami

fase akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya. Tujuan dari istirahat ini adalah memberi kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.b. Tidak

ada

larangan

spesifik

terhadap

makanan

tertentu

bagi

penderita

penyakit hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman beralkohol. Biasanya penderita penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena itu sebaiknya asupan kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita mengalami rasa mual yang hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya makanan diberikan dalam bentuk cair melalui infus.c. Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di

hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita diberi antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk menekan replikasi virus.Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi (menggandakan diri). Sel inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah tahap pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-virus baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.

12

Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya adalahinterferon, lamivudin, ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir, dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi antivirus akan lebih efektif pada kasus hepatitis aktif. Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi terapi interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan. 2.8 Komplikasi Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5-10 % pasien. Akan tetapi meskipun terlambat , pasien-pasien hepatitis kronik akan selalu sembuh kembali. Setelah hepatitis virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti dan perkembangna serosis. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi serosis. Hepatitits kronik aktif dapat berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya hepatitis kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya suatu komplikasi lanjut dari suatu hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler. HEPATOMA 2.2 Definisi Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati. Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras.

13

Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak. 2.3 Etiologi Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirrhosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini. Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal. Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel maligna ini. Biasanya buti pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi eksplorasi atau autopsi tumor primer tidak pernah dapat teridentifikasi. 2.4 Patofisiologi Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Stadium Hepatoma Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

14

-

Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

-

Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)

2.5 Tanda dan Gejala Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga 2.6 Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia, hipoglikemia dan hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium. Kadar Alfa fetrptein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami kenaikan yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan kanker primer hati. Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung.15

peritoneal.

Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker tesebut. 2.7 Penatalaksanaan Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah. a) Tatalaksana Non Bedah Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif. Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan. Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapu radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan

16

kemoterapi infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor hati. Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya darah serta debris. b) Tatalaksana Bedah Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi. Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. 2.8 Komplikasi dan Penanganan Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal,17

yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.

18

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS 1. Pengkajian Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor utama yang perlu dikaji pada pasien hepatitis : Aktvitas / istirahat : Kelemahan, kelelahan, malaise umum. Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa. Eliminasi : Urine gelap Diare/konstipasi; warna tanah liat Adanya/berulangnya haemodialisa. Makanan/cairan peningkatan (edema), mual/muntah. Tanda Tanda : Asites : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis. Neorosensori Nyeri/kenyamanan artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus) Tanda : Otot tegang, gelisah. Pernapasan Seksualitas aktif, biseksual pada wanita. 2. Diagnosa keperawatan19

Gejala Tandanya :

Sirkulasi

Gejala

Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau

Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia,

Gejalanya : RR meningkat Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo seksual

Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan pada klien dengan hepetitis yaitu : 1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan. 2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 3. Intervensi keperawatan 1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan. Tujuan : Intervensi : Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar. Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.

Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan atau meningkatkan BB.

Berikan perawatan oral hygiene sebelum makan. makan.

Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari. Rasional : Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak 2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit. Tujuan : Intervensi :20

Rasional : Menurunkan

Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadan normal

Gunakan air mandi dingin. Hindari sabun alkali. Berikan minyak Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal.

kalamin sesuai indikasi. Rasional :

Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila

tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma selama jam tidur. Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit. Berikan masege pada waktu tidur. Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit. Hindari komentar tentang penampilan pasien. Meminimalkan stress psikologi sehubungan dengan perubahan kulit. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Intervensi : Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan. Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati. Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik. Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

Rasional :

Rasional :

Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.

Rasional :

Lakukan latihan dengan cepat dan sesuai toleransi. Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan. Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan

Rasional :

latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.21

Rasional :

Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi

progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio, membaca. Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan dan dapat meningkatkan koping. HEPATOMA 1. Pengkajian a. Biodata Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai. b. Riwayat Keperawatan Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen. Riwayat Penyakit sekarang : diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri. Riwayat Penyakit Dahulu: dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien. Riwayat Penyakit Keluarga: dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami ol eh anggota keluarga. c. Pemeriksaan Fisik d. Gejala klinik Fase dini Fase lanjut : Asimtomatik. : Tidak dikenal simtom yang patognomonik.

Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan : 1. Ascites22

2. 3.

Ikterus Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.

Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi : angguan metabolisme G Perdarahan Asites Edema Hipoalbuminemia Jaundice/icterus Komplikasi endokrin Aktivitas terganggu akibat pengobatan 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah: a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma) b. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites). c. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri. e. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri f. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita 3. Intervensi Keperawatan No 1 Diagnosa Ketidakefekti fan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan Tujuan Setelah tindakan keperawatan diharapakan pernapasan efektif kembali Kriteria Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil BGA Normal Lab Intervensi Rasional a.Pertahankan Posisi a. Posisi ini semi fowler memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru23

pola dilakukan

penekanan diafragma)

yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara b. Observasi gejala b. Pemantau lebih kardinal dan monitor dini terhadap tanda napas tanda perubahan yang dapat diambil tindakan penanganan segera c. Berikan penjelasan c. Pengertian klien tentang utuk aktivitas penyebab akan mengundang membatasi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi d. Kolaborasi dengan d.Pemberian tim medis (dokter) oksigen akan pemberian membantu dan pernapasan Gas sehingga eskpasi paru dapat dalam Oksigen pemeriksaan darah sesak dan motivasi partispasi klien ketidakefektifan jalan terjadi sehingga

2.

Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan

Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn

Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak

maksimal a.Lakukan kolaborasi a. Analgesik dengan dokter dalam bekerja mengurangi pemberian analgesik reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral24

dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)

nyeri Pasien dari nyeri

dapat meringis, bebas x/menit

b. Atur posisi klien b. Dengan posisi enak sesuai miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit c. Awasi respon c. Keadaan klien emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri d.Ajarkan pengurangan dengan distraksi teknik d. Teknik distraksi nyeri merupakan teknik teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif e. Observasi tanda- e. Deteksi dini emosional dengan keadaan

berkurang atau Nadi 70 80 yang

terhadap proses nyeri

3.

Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi

Kebutuhan nutrisi terpeniuhi

berat naik, mau

tanda vital badan a.Kolaborasi klien dokter

adanya kelainan dengan a. Dengan dalam pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu25

pemberian vitamin makanan di

mengkonsum si yang sediakan

pembentukan sel baru b. Jelaskan pada klien b. Pengertian klien tentang pentingnya tentang nutrisi nutrisi bagi tubuh dan mendorong klien diit yang di tentukan untuk dan tanyakan kembali mengkonsumsi apa yang telah di makanan sesuai diit jelaskan yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi c. Dengan c. Bantu klien dan mengidentifikasi keluarga memilih yang kalori tinggi klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal dalam e. Dengan keadaan menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan f. Dengan26

berbagai jenis makanan di tentukan mengandung dan protein d.Diharapkan klien

mengidentifikasi dan makanan yang telah

d. Identifikasi busana kooperatif

e. Sajikan makanan penyajian yang menarik dan hangat

f.Anjurkan pada klien kebersihan mulut untuk menjaga menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa g. Dengan monitor g.Monitor berat badan kenaikan berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan 4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan nyaman klien mengatakan sudah tidur a. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam dan analgesik dapat pemberian oksigen asupan nutrisi klien a. Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafas berkurang sehingga klien dapat istirahat. b. Suasana yang b. Beri suasana yang nyaman pada klien mengurangi dan beri posisi yang rangsangan menyenangkan yaitu ketegangan dan kepala lebih tinggi sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi diharapkan membantu paru paru untuk melakukan ekspansi optimal c. Dengan c. Berikan penjelasan penjelasan terhadap pentingnya tidur klien diharapkan klien istirahat termotivasi untuk memenuhi27

kebersihan mulut

kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan d. Diharapkan dapat d.tingkatkan relaksasi mengurangi menjelang tidur ketegangan otot dan pikiran lebih tenang e. Dengan tetap e. Bantu klien untuk tidak mengubah melakukan kebiasaannya menjelang tidur pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan 5. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien aktivtas dengan bebas dapat b. Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya. c. Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri d. Jelaskan tujuan aktifitas ringan d.Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif e.Observasi reaksi nyeri dan sesak saat e.Dengan28

Klien

dapat a.Bimbing klien secara bertahap.

lingkungan a.Dengan latihan klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan b. Diharapkan ada upaya menuju kemandirian c. Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal

memenuhi kebutuhanny a sendiri

melakukan mobilisasi secara bertahap

melakukan

melakukan aktifitas

mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri

f. Anjurkan klien untuk mentaati terapi 6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita. Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang yang diberikan Klien tenang, a.Berikan dorongan klien mampu pada klien untuk bersosialisasi mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya b. Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis. c. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya

f. Diharapkan klien dapat kooperatif a. Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya b. Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien c. Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang

29